• Tidak ada hasil yang ditemukan

GAMBARAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA TAHUN 2016 DI PUSKESMAS TEMON 1 KULON PROGO YOGYAKARTA KARYA TULIS ILMIAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "GAMBARAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA TAHUN 2016 DI PUSKESMAS TEMON 1 KULON PROGO YOGYAKARTA KARYA TULIS ILMIAH"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

i

GAMBARAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA TAHUN 2016 DI PUSKESMAS TEMON 1 KULON PROGO

YOGYAKARTA

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Ahli Madya Kebidanan Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta

Disusun Oleh: HIKMATUS TSALISTA

1114164

PROGRAM STUDI KEBIDANAN (D-3) SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

JENDERAL ACHMAD YANI YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)

iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT atas limpahan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah dengan judul “Gambaran Kejadian Diare Pada Balita Tahun 2016 di Puskesmas Temon 1 Kulon Progo Yogyakarta”.

Karya tulis ilmiah ini dapat diselesaikan, atas bimbingan, arahan, dan bantuan berbagai pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, dan pada kesempatan ini penulis dengan rendah hati mengucapkan terima kasih dengan setulus-tulusnya kepada:

1. Kuswanto Hardjo, dr., M.Kes selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jenderal Achmad Yani Yogyakarta

2. Reni Merta Kusuma, M.Keb, selaku Ketua Prodi Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jenderal Achmad Yani Yogyakarta

3. Ika Fitria Ayuningtyas, S.SiT., M.Kes selaku pembimbing dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini, yang telah memberikan masukan, saran, meluangkan waktu dan pikiran dengan penuh perhatian dan kesabaran sehingga karya tulis ilmiah ini dapat terselesaikan

4. Endah Puji Astuti, S.SiT., M.Kes selaku penguji dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini.

5. Kepala Puskesmas Temon 1 Kulon Progo, bidan, dan para staf yang telah membantu dalam menyelesaikan penyusunan karya tulis ilmiah ini.

6. Keluargaku, sahabat, dan teman-teman seangkatan yang telah memberikan bantuan, dorongan, dan semangat kepada peneliti untuk menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan kebaikan kepada semuanya, sebagai imbalan atas segala amal kebaikan dan bantuannya. Akhirnya besar harapan penulis semoga karya tulis ilmiah ini berguna bagi semua.

Yogyakarta, Mei 2017

(5)

v DAFTAR ISI

Hal

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

HALAMAN PERNYATAAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR BAGAN ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix INTISARI ... x ABSTRACT ... xi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1 B. Rumusan Masalah ... 3 C. Tujuan Penelitian ... 3 D. Manfaat Penelitian ... 3 E. Keaslian Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori ... 7

1. Balita ... 7

a. Pengertian Balita ... 7

b. Pertumbuhan Balita ... 7

c. Perkembangan Balita ... 7

d. Tahap/fase Tumbuh Kembang Anak ... 8

e. Pola Tahapan Perkembangan ... 8

f. Faktor yang Memengaruhi Tumbuh Kembang Anak ... 8

2. Diare a. Pengertian Diare ... 10

b. Penyebab Diare ... 11

c. Gambaran Klinis ... 16

d. Klasifikasi dan Tindakan Diare... 17

e. Patofisiologis ... 21 f. Penatalaksanaan ... 21 g. Komplikasi ... 26 B. Kerangka Teori ... 27 C. Kerangka Konsep ... 28 D. Pertanyaan Penelitian ... 28

BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian ... 29

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 29

(6)

vi

D. Variabel Penelitian ... 30

E. Definisi Operasional ... 31

F. Alat dan Metode Pengumpulan Data ... 32

G. Metode Pengolahan dan Analisis Data ... 33

H. Etika Penelitian ... 34

I. Rencana Jalannya Penelitian ... 35

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 37 B. Pembahasan Penelitian ... 39 C. Keterbatasan ... 43 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 44 B. Saran ... 44 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

(7)

vii

DAFTAR TABEL

Hal Tabel 2.1 Gejala Klinis Diare ... 7 Tabel 3.1 Definisi Operasional ... 32 Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Balita yang Mengalami Diare

di Puskesmas Temon 1 Kulon Progo ... 34 Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Karakteristik Balita yang Mengalami Diare

(8)

viii

DAFTAR BAGAN

Hal

Bagan 2.1 Etiologi terjadinya Diare ... 12

Bagan 2.2 Penatalaksanaan Berdasarkan Keadaan Diare ... 24

Bagan 2.3 Kerangka Teori ... 28

(9)

ix

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Jadwal Penyusunan Karya Tulis Ilmiah Lampiran 2. Surat Keterangan Izin Penelitian

Lampiran 3. Draft Tabulasi Penilaian Gambaran Kejadian Diare Pada Balita Tahun 2016 di Puskesmas Temon 1 Kulon Progo Yogyakarta

(10)

x

GAMBARAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA TAHUN 2016 DI PUSKESMAS TEMON 1 KULON PROGO

YOGYAKARTA

Hikmatus Tsalista1, Ika Fitria Ayuningtyas2 INTISARI

Latar Belakang : Diare merupakan penyebab kematian nomor 2 pada balita. Sebanyak 1,7 miliyar kasus diare terjadi setiap tahunnya dan menyebabkan sekitar 760.000 anak meninggal. Diare merupakan penyakit endemis di Indonesia dan juga merupakan penyakit potensial Kejadian Luar Biasa yang sering disertai dengan kematian. Penyebab diare dapat yaitu infeksi, malabsorbsi, alergi, keracunan, imuno defisiensi, dan penyebab lain yang sering disebabkan infeksi rotavirus dan keracunan. Kejadian diare di Puskesmas Temon 1 Kulon Progo tahun 2016 masih tinggi.

Tujuan Penelitian : Mengetahui gambaran kejadian diare pada balita di Puskesmas Temon 1 Kulon Progo tahun 2016.

Metode Penelitian : Penelitian deskriptif kuantitatif dengan pendekatan

retrospektif. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling sebanyak 197 balita. Alat pengumpulan data yaitu data rekam medik

balita diare. Analisis data yang digunakan adalah analisis univariat.

Hasil Penelitian : Kejadian diare pada balita tahun 2016 sebanyak 197 responden (19,75%), sebagian besar diare terjadi pada balita (1-3 tahun) yaitu sebanyak 112 responden (86,2%), jenis kelamin laki-laki sebanyak 81 responden (62,3%), diare tanpa dehidrasi sebanyak 89 responden (68,5%).

Kesimpulan : Kejadian diare pada balita tahun 2016 di Puskesmas Temon 1 Kulon Progo sebanyak (19,75%).

Kata Kunci : Kejadian Diare, Balita. 1

Mahasiswa Program Studi Kebidanan (D-3) Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta

2

(11)

xi

THE DESCRIPTION OF DIARRHEA INCIDENCE IN CHILDREN UNDER FIVE YEARS IN 2016 IN TEMON PUBLIC HEALTH CENTER 1

YOGYAKARTA

Hikmatus Tsalista1, Ika Fitria Ayuningtyas2

ABSTRACT

Background : Diarrhea is the second leading cause of death in children under five years. Amount of 1.7 billion retrospective case series of diarrhea occur each year and causes around 760.000 toddlers died. Diarrhea disease is endemic in Indonesia and it also provides potential outbreaks accompanied by death. The cause of diarrhea can be infection, malabsorption, allergies, poisoning, immuno deficiency, and other causes that are often caused by rotavirus infection and poisoning. The incidence of diarrhea in Temon 1 Kulon Progo Public Health Center in 2016 is still high.

Objective : This study is to describe the incidence of diarrhea in Temon Kulon Progo, Yogyakarta 2016.

Methods : This study was quantitative descriptive research with retrospective approach. The sampling technique used purposive sampling technique as much as 197 children under five years. Data collection tool that is data of medical record of toddler diarrhea. The data analysis used is univariate analysis.

Results : The incidence of diarrhea in infants in 2016 was 197 respondents (19.75%), most diarrhea occurred in children (1-3 years) that is 112 respondents (86,2%), male gender counted 81 respondents (62,3%), diarrhea without dehydration of 89 respondents (68.5%).

Conclusion : The incidence of diarrhea in children under five years at Temon Public Health Center 1 Kulon Progo as much as (19,75%).

Keywords : The incidence of diarrhea, Children under five years. 1

Student of (Diploma-3) Midwifery Program School of Health Jenderal Achmad Yani Yogyakarta

2

Lecturer (Diploma-3) Midwifery Program School of Health Jenderal Achmad Yani Yogyakarta

(12)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Data United Nations International Children Fund (UNICEF) dan World

Health Organization (WHO) tahun 2013 mengatakan diare merupakan penyebab

kematian nomor 2 pada balita setelah infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) (Cahyanigrum, 2015). Sebanyak 1,7 miliyar kasus diare terjadi setiap tahunnya dan menyebabkan sekitar 760.000 anak meninggal dunia setiap tahunnya. Selain menjadi masalah di negara berkembang, ternyata diare juga masih menjadi masalah kesehatan di negara maju. Di Eropa, lebih dari 160.000 anak-anak meninggal sebelum berusia 5 tahun dan lebih dari 4% kasus kematian disebabkan oleh diare (WHO, 2013). Diare merupakan penyakit endemis di Indonesia dan juga merupakan penyakit potensial Kejadian Luar Biasa (KLB) yang sering disertai dengan kematian (Sutarjo, 2016).

Laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 menyatakan setiap tahunnya di Indonesia ada 100.000 balita meninggal dunia karena diare. Itu artinya setiap hari ada 273 balita yang meninggal sia-sia, sama dengan 11 jiwa meninggal setiap jamnya atau 1 jiwa meninggal setiap 5,5 menit akibat diare (Sampul, 2015). Penderita diare di DIY tergolong tinggi. Kasus diare yang terdata mengalami peningkatan dari 64.857 kasus pada tahun 2011 menjadi 74.689 kasus pada tahun 2012. Dari laporan Surveilans Terpadu Penyakit (STP) Puskesmas tahun 2013 kasus diare dilaporkan sebanyak 39.710 kasus dan tahun 2014 sebanyak 40.432 kasus, sedangkan pada tahun 2015 sebanyak 33.157 kasus diare (Sulistiyo, 2016).

Secara klinis penyebab diare dapat dikelompokkan menjadi 6 golongan besar yaitu karena infeksi, malabsorbsi, alergi, keracunan, imuno defisiensi, dan penyebab lain yang sering disebabkan infeksi rotavirus dan keracunan. Penyebab tersebut dipengaruhi oleh berbagai faktor misalnya: keadaan gizi, kebiasaan, atau perilaku, sanitasi lingkungan, dan sebagainya. Program Pengendalian Penyakit (P2) diare bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian karena diare bersama lintas program dan lintas sektor terkait, seperti bidang pelaksanaan

(13)

2

pencegahan penyakit dengan promosi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) oleh bidang Pelayanan Kesehatan Masyarakat (Yankesmas). Sedangkan untuk pengobatan dengan penyediaan oralit dan obat-obatan diare dilakukan pada sarana pelayanan kesehatan yang ada (Kemenkes, 2012).

Peranan bidan sebagai tenaga kesehatan mengupayakan adanya pencegahan penyakit diare yaitu bidan dapat bekerja sama dengan petugas kesehatan lainnya untuk memberikan penyuluhan dan pengobatan secara tepat kepada masyarakat. Bidan juga harus aktif memberikan imunisasi kepada balita bertujuan meminimalisir kejadian diare terutama imunisasi polio karena Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) imunisasi polio sebagian kecil resepien akan mengalami gejala-gejala seperti pusing, diare ringan, dan sakit pada otot (Dewi, 2010).

Diare pada balita dapat menyebabkan kematian dengan cepat karena pada balita mudah terjadi dehidrasi yaitu kehilangan sejumlah besar air dan elektolit dari tubuh baik melalui tinja, muntah, panas tubuh, dan daya tahan tubuh yang kurang (Susanti, 2016). Buku bagan Manajemen Terpadu Balita Sakit tahun 2011 mengatakan bahwa diare dapat diklasifikasikan menjadi 3 yaitu diare dehidrasi berat, diare dehidrasi ringan/sedang, dan diare tanpa dehidasi (Depkes RI, 2011).

Laporan dinas kesehatan DIY tahun 2016 kasus diare tertinggi yaitu di Kabupaten Kota Yogyakarta yaitu sebanyak 8.858 kasus dengan kasus diare yang tertangani 119,71%, Kabupaten Kulon Progo sebanyak 8.936 kasus dengan kasus diare yang tertangani 92,13%, Kabupaten Bantul sebanyak 5.405 kasus dengan kasus diare yang tertangani 82,39%, Kabupaten Gunung Kidul 16.173 kasus dengan kasus diare yang tertangani 74,30%, dan Kabupaten Sleman 22.758 kasus dengan kasus diare yang tertangani 77,58% (Sulistiyo, 2016). Dinkes Kulon Progo tahun 2016 mengatakan kunjungan kasus diare paling tinggi pada Puskesmas Sentolo I sebanyak 1.324 kasus, dengan kasus yang tertangani yaitu sebanyak 240,41% dan di Puskesmas Temon I sebanyak 1.037 kasus, dengan kasus yang tertangani sebanyak 317,13% (Haryanto, 2016).

Hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 17 Januari 2017 didapatkan bahwa di Puskesmas Temon 1 Kulon Progo tahun 2015 jumlah kasus

(14)

3

diare pada balita sejumlah 192 balita diare, sedangkan pada tahun 2016 terdapat 197 balita yang menderita diare. Hal ini terjadi peningkatan jumlah kasus pada balita yang menderita diare. Berdasarkan latar belakang di atas peneliti tertarik untuk mengetahui tentang “Gambaran Kejadian Diare pada Balita Tahun 2016 di Puskesmas Temon 1 Kulon Progo Yogyakarta”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana gambaran kejadian diare pada balita tahun 2016 di Puskesmas Temon 1 Kulon Progo Yogyakarta?”

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Mengetahui gambaran kejadian diare pada balita di Puskesmas Temon 1 Kulon Progo tahun 2016.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui umur balita yang mengalami diare di Puskesmas Temon 1 Kulon Progo tahun 2016.

b. Untuk mengetahui jenis kelamin balita yang mengalami diare di Puskesmas Temon 1 Kulon Progo tahun 2016.

c. Untuk mengetahui klasifikasi diare balita yang mengalami diare di Puskesmas Temon 1 Kulon Progo tahun 2016.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoretis

Diharapkan penelitian ini dapat memberikan informasi tambahan tentang gambaran kejadian diare pada balita di Puskesmas Temon 1 Kulon Progo.

(15)

4

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Puskesmas Temon 1

Dapat memberikan tambahan informasi dan evaluasi program untuk pengambilan program selanjutnya mengenai gambaran kejadian diare pada balita.

b. Bagi Stikes A. Yani Yogyakarta

Sebagai bahan untuk kepustakaan bagi yang membutuhkan acuan perbandingan untuk menambah referensi.

c. Bagi Peneliti Selanjutnya

Sebagai informasi tambahan dan referensi bagi peneliti selanjutnya yang akan meneliti pada bidang kajian yang sejenis sehingga nanti hasilnya diharapkan dapat memperbaharui dan menyempurnakan penelitian ini.

(16)

5

E. Keaslian Penelitian

1. Susanti, Susi. (2016), melakukan penelitian tentang gambaran kejadian diare pada balita tahun 2015 di Puskesmas Sentolo 1 kulon Progo Yogyakarta. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran kejadian diare pada balita di Puskesmas sentolo 1 Kulon progo selama tahun 2015. Jenis penelitian deskriptif kuantitatif populasi dalam penelitian ini adalah semua balita umur 1-5 tahun yang mengalami diare di Puskesmas Sentolo 1 Kulon Progo Yogyakarta. Metode sampel yang total sampling. Jumlah sampelnya adalah 102 balita. Analisa yang digunakan yaitu analisa univariat. Hasil penelitian yaitu karakteristik balita yang mengalami diare berdasarkan usia sebagian besar adalah umur 1-3 tahun sebesar 79 responden (77, 5%), mayoritas jenis kelamin laki-laki sebanyak 54 responden (52, 9%), sedangkan kejadian diare adalah tanpa dehidrasi 82 responden (80, 4%), balita dehidrasi ringan/sedang 19 responden (18, 6%), dan diare dehidrasi berat 1 responden (1, 0%). Ada hubungan antara umur dan jenis kelamin dengan kejadian diare. Persamaan yaitu topik penelitian tentang diare. Perbedaan yaitu teknik pengambilan sampel, jumlah populasi, dan sampel penelitian.

2. Rahayu, Afrianti Budi., dan Astuti, Endah Puji. (2015), melakukan suatu penelitian tentang angka kejadian diare balita tahun 2014 di Puskesmas Banguntapan I Bantul Yogyakarta. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui angka kejadian diare pada balita di Puskesmas Banguntapan 1 Bantul Yogyakarta. Jenis penelitian deskriptif kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah semua balita usia 1-5 tahun yang menderita diare di Puskesmas Banguntapan 1 Bantul tahun 2014. Metode pengambilan sampel pada penelitian ini adalah total sampling. Jumlah sampelnya adalah 114 balita. Analisa yang digunakan yaitu analisa univariat. Hasil penelitian yaitu karakteristik balita yang mengalami diare berdasarkan usia sebagian besar adalah umur 1-3 tahun sebesar 84 responden (73,7%), mayoritas jenis kelamin laki-laki sebanyak 63 responden (55,3%), dan balita yang mengalami diare sebagian besar status gizinya baik yaitu sebanyak 89 responden (78,1%). Ada hubungan antara umur dan jenis kelamin dengan kejadian diare.

(17)

6

Persamaan yaitu topik penelitian tentang diare. Perbedaan yaitu teknik pengambilan sampel, jumlah populasi, dan sampel penelitian.

3. Usman, Fitria Siti. (2014), melakukan penelitian tentang Gambaran Kejadian Diare pada Balita Usia 1-5 tahun di Puskesmas Umbulharjo II Yogyakarta. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran kejadian diare pada balita pada balita usia 1-5 tahun di Puskesmas Umbulharjo II Yogyakarta. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif dengan menggunakan pendekatan suvey. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik total sampling sebanyak 105 balita di Puskesmas Umbulharjo II. Analisis data yang digunakan adalah analisis univariat. Hasil penelitian yaitu karakteristik balita yang mengalami diare berdasarkan umur sebagian besar adalah umur 1-3 tahun sebanyak 56 responden (53,3%), balita yang mengalami diare sebagian besar jenis kelamin perempuan sebanyak 53 responden (50,5%). Sedangkan kejadian diare sebagian besar adalah diare tanpa dehidrasi 104 (99,0%). Ada hubungan antara umur dan jenis kelamin dengan kejadian diare. Persamaan yaitu sama-sama meneliti tentang diare pada balita. Perbedaan yaitu teknik pengambilan sampel, jumlah populasi, dan sampel penelitian.

(18)

37 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Puskesmas Temon 1 adalah Puskesmas dengan rawat inap yang merupakan salah satu dari 21 Puskesmas yang ada di Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, terletak 40 km di sebelah Barat Yogyakarta, tepatnya di Jalan Wates-Purworejo km 10,3 Dusun Kaliwangan Kidul, Desa Temon Kulon, Kecamatan Temon, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta. Puskesmas Temon 1 mempunyai wilayah kerja seluas 13,67,7 km2, yang meliputi 8 desa terdiri dari 50 dusun, 85 Rukun Warga (RW), dan 218 Rukun Tetangga (RT). Pada Tahun 2016 jumlah penduduk tercatat sebanyak 13.998 jiwa, terdiri dari 6.752 laki-laki dan 7.246 perempuan.

Upaya kesehatan yang diselenggarakan di Puskesmas Temon 1 Kulon Progo terdiri dari Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) tingkat pertama dan Upaya Kesehatan Perseorangan (UKP) tingkat pertama. UKM tingkat pertama meliputi UKM essensial yang wajib dilaksanakan dan UKM pengembangan yang disesuaikan dengan masalah dan kondisi yang ada diwilayah Puskesmas masing-masing. Upaya Kesehatan Masyarakat Essensial di Puskesmas Temon 1 Kulon Progo terdiri dari Promosi Kesehatan (Promkes), Kesehatan Lingkungan (Kesling), Kesehatan Ibu dan anak serta Keluarga Berencana (KIA-KB), Perbaikan Gizi Masyarakat (Gizi Publik), Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit (P2P), dan Perawatan Kesehatan Masyarakat (Perkesmas). Upaya Kesehatan Masyarakat Pengembangan terdiri dari Upaya Kesehatan Sekolah (UKS), Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS), Upaya Kesehatan Usia Lanjut, dan Kesehatan Jiwa.

Pelayanan diare yang dilakukan di Puskesmas Temon 1 dengan memberikan pengobatan dan pencegahan pada balita diare sesuai dengan diare yang diderita oleh pasien. Jika didapatkan kasus balita diare

(19)

38

dehidrasi berat atau yang memerlukan penanganan lebih lanjut akan dilakukan rawat inap di Puskesmas atau akan dilakukan rujukan ke RSUD Wates. Sebaran angka kejadian diare pada balita masih cukup tinggi dibandingkan dengan Puskesmas lainnya di wilayah Kabupaten Kulon Progo.

Puskesmas Temon 1 tahun 2017 mempunyai program khusus dalam menangani diare dilakukan setiap 3 bulan sekali yakni penyuluhan kepada masyarakat tentang bahaya penyakit diare, cara pencegahan, dan penularannya, meningkatkan partisipasi masyarakat dalam mencegah terjadinya atau menularnya penyakit diare serta perbaikan sanitasi lingkungan. Program tersebut bekerja sama dengan Puskesmas Pembantu dan Bidan Praktik Mandiri yang ada di wilayah kerja Puskesmas Temon 1. Dalam melakukan penyuluhan kepada masyarakat pihak Puskesmas Temon 1 melibatkan masyarakat serta umum agar tetap menjaga kebersihan lingkungan dan menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Sehingga diharapkan program-program yang ada dapat menurunkan angka kejadian diare khususnya pada balita.

2. Analisis Hasil Penelitian

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Kejadian Diare pada Balita di PuskesmasTemon 1 Kulon Progo Yogyakarta

Kejadian Diare Tahun 2016 Balita Persentase (%)

997 197 19,75

Berdasarkan tabel 4.1 diketahui bahwa kejadian diare di Puskesmas Temon 1 Kulon Progo tahun 2016 sebanyak 197 responden (19,75%).

(20)

39

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Karakteristik Balita yang Mengalami Diare di Puskesmas Temon 1 Kulon Progo Yogyakarta

No Karakteristik Frekuensi Persentase (%)

1. Umur 1-3 tahun >3-5 tahun 112 18 86,2 13,8 Jumlah 130 100,0 2. Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan 81 49 62,3 37,7 Jumlah 130 100,0 3. Klasifikasi Diare Diare tanpa dehidrasi

Diare dehidrasi ringan-sedang Diare dehidrasi berat

89 36 5 68,5 27,7 3,8 Jumlah 130 100,0 4. Lama Diare 1 hari 2 hari 3 hari 99 16 15 76,2 12,3 11,5 Jumlah 130 100,0

(Sumber : Data Sekunder, 2016)

Berdasarkan tabel 4.2 diketahui bahwa dari 130 responden balita yang mengalami diare pada kelompok umur 1-3 tahun yaitu sebanyak 112 responden (86,2%), sebagian besar berjenis kelamin laki-laki sebanyak 81 responden (62,3%), sebagian besar adalah diare tanpa dehidrasi sebanyak 89 responden (68,5%), dan sebagian besar ibu membawa anaknya ke Puskesmas yaitu 1 hari sebanyak 99 responden (76,2%).

B. Pembahasan Penelitian 1. Gambaran Kejadian Diare Berdasarkan Umur Balita

Hasil penelitian pada balita yang mengalami diare terbanyak terdapat pada kelompok umur 1-3 tahun yaitu berjumlah 112 responden (86,2%). Hal ini sesuai dengan teori Mufidah (2012) yang menjelaskan bahwa sebagian besar diare terjadi pada anak di bawah 2 tahun. Semakin besar usia seorang anak, kemungkinan terkena diare semakin kecil, sebab ia lebih bisa menjaga kesehatan tubuhnya dengan baik. Balita yang berumur 12-24 bulan mempunyai resiko terjadi diare 2,23 kali

(21)

40

dibandingkan anak 25-59 bulan (Mufidah, 2012). Anak umur 1-4 tahun sering disebut sebagai umur pra-sekolah adalah masa yang rawan terhadap masalah gizi, penyakit infeksi, dan tekanan emosi atau stress. Pada umur itu sering terjadi asupan makanan anak yang tidak mencukupi, sehingga anak sering terkena penyakit infeksi karena praktik pemberian makanan dan kontak yang lebih luas dengan dunia luar yang sering dihubungkan dengan masa penyapihan (Supariasa, dkk, 2014).

Penelitian ini juga sesuai dengan teori Mitayani (2010) yang menjelaskan bahwa pada usia 1-3 tahun merupakan tahapan perkembangan balita ditandai dengan bertambahnya keterampilan bicara, berjalan, atau mengingat. Tahapan perkembangan balita (1-3 tahun) yaitu masa anal pada fase ini kesenangan atau kepuasan berpusat disekitar anus dan segala aktivitas yang berhubungan dengan anus. Anak pada fase ini diperkenalkan dengan toilet training, yaitu anak mulai diperkenalkan tentang ingin buang air besar dan buang air kecil serta diperkenalkan juga dengan hygiene (kebersihan), memilih mana yang bersih dan yang tidak bersih agar tidak mudah terinfeksi penyakit terutama infeksi saluran pencernaan (diare) karena balita merupakan kelompok yang kekebalan tubuhnya belum sempurna, sehingga masih rentan terhadap berbagai penyakit infeksi. Semakin muda usia anak makin sering terkena diare, karena sistem imunitas bayi baru lahir dan balita masih belum matang. Sistem imunitas pada bayi dan balita masih belajar mengenali dan melindungi tubuh dari kuman yang masuk. Sedangkan pada anak remaja dan orang dewasa, sistem imunitas tubuhnya sudah langsung mengenali jenis kuman dan segera menyerangnya begitu kuman masuk ke dalam tubuh (Soedarto, 2012).

Hasil penelitian ini sejalan dengan jurnal penelitian yang dilakukan oleh Rahayu, dkk, (2015) yang menunjukkan bahwa sebagian besar responden balita yang mengalami diare adalah umur 1-3 tahun yaitu berjumlah 84 responden (73,7%). Hasil penelitian Hegar (2012) dalam Susanti (2016) mengatakan bahwa balita mudah terkena diare karena daya

(22)

41

tahan tubuhnya masih rentan dibandingkan orang dewasa. Diare bisa disebabkan oleh infeksi bakteri maupun virus didalam usus halus. Pada balita, diare lebih sering terjadi pada anak berusia 6 bulan sampai 2 tahun. Penelitian ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Usman (2014) yang menunjukkan bahwa diare sering terjadi pada balita usia 1-3 tahun yaitu sebesar 56 responden (53,3%).

2. Gambaran Kejadian Diare Berdasarkan Jenis Kelamin

Hasil penelitian pada balita yang mengalami diare sebagian besar dialami pada balita yang memiliki jenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 81 responden (62,3%). Hasil penelitian ini sesuai dengan jurnal penelitian yang dilakukan oleh Rahayu, dkk, (2015) yang menemukan bahwa kejadian diare sebagian besar dialami oleh responden yang memiliki jenis kelamin laki-laki yaitu 63 responden (55,3%), kemungkinan karena anak laki-laki lebih aktif dibandingkan dengan anak perempuan, sehingga mudah terpapar dengan agen penyebab diare.

Hal yang sama ditemukan pada penelitian Susanti (2016) juga menemukan bahwa kejadian diare sebagian besar dialami oleh responden yang memiliki jenis kelamin laki-laki yaitu 54 responden (52,9%). Selain itu, hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Palupi (2009) dalam Susanti (2016) yang menjelaskan bahwa balita jenis kelamin laki-laki yang menderita diare lebih banyak dari pada perempuan dengan perbandingan 1,5:1 dengan proporsi pada anak laki-laki sebesar 60% dan anak perempuan 40%.

3. Gambaran Kejadian Diare Berdasarkan Klasifikasi Diare pada Balita Hasil penelitian pada balita yang mengalami diare sebagian besar dengan klasifikasi diare yaitu diare tanpa dehidrasi yaitu 89 responden (68,2%). Diare tanpa dehidrasi ditandai dengan tidak cukup tanda-tanda untuk diklasifikasikan sebagai diare dehidrasi berat, ringan/sedang (MTBS, 2011). Menurut Wong, dkk (2012) mengatakan bahwa gambaran awal balita diare yaitu balita menjadi cengeng, gelisah, suhu badan meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada, kemudian timbul diare.

(23)

42

Feses makin cair, mungkin mengandung darah dan atau lender, dan warna feses berubah menjadi kehijau-hijauan karena bercampur empedu. Penelitian ini sesuai dengan teori Sudarti (2010) mengatakan bahwa sebagai akibat diare baik akut maupun kronis akan terjadi kehilangan air dan elektrolit (dehidrasi) yang menyebabkan terjadinya gangguan keseimbangan asam-basa (asiodosis metabolik, hipokalemia, dan sebagainya). Gangguan gizi sebagai akibat kelaparan (masukan makanan kurang, pengeluaran bertambah, hipoglikemia, dan gangguan sirkulasi darah). Salah satu penyebab terjadinya diare adalah infeksi, proses ini dapat menyebabkan adanya mikroorganisme (kuman) yang masuk ke dalam saluran pencernaan yang kemudian berkembang dalam usus dan merusak sel mukosa usus yang menurunkan daerah permukaan usus. Selanjutnya terjadi perubahan kapasitas usus yang akhirnya menyebabkan gangguan fungsi usus sehingga sel mukosa mengalami iritasi yang kemudian sekresi cairan dan elektrolit akan meningkat. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Susanti (2016) menyatakan bahwa dari jumlah sampel 102 responden didapatkan bahwa jumlah tebanyak balita dengan kategori diare tanpa dehidrasi yaitu 82 responden (80,4%). Penelitian ini juga sesuai dengan penelitian Usman (2014) yang menyatakan bahwa dari sejumlah sempel 105 didapatkan 104 responden (99,0%) yang mengalami diare tanpa dehidrasi.

Respon orang tua juga sangat menentukan untuk penanganan selanjutnya. Jika diare yang dialami anak tersebut sudah parah sehingga anak mengalami dehidrasi yang drastis maka perlu dilakukan rujukan agar mendapatkan terapi dan perawatan yang sesuai. Tetapi, dalam penelitian ini respon orang tua sangat cepat untuk membawa anaknya ke Puskesmas tanpa menunggu hingga beberapa hari untuk memperoleh penanganan lebih lanjut. Penelitian yang didapatkan bahwa respon orang tua terhadap penyakit diare untuk membawa ke Puskesmas sebagian besar 1 hari sebesar 99 responden (76,2%) sehingga dapat meminimalisir komplikasi lebih lanjut seperti dehidrasi akibat kekurangan cairan dan elektrolit.

(24)

43

Respon orang tua yang membawa anaknya ke Puskesmas dengan diare dehidrasi ringan-sedang sebanyak 36 responden (27,7%), dengan 16 responden (12,3%) datang pada hari ke-1, 12 responden (9,2%) datang pada hari ke-2, dan 8 responden (6,2%) datang pada hari ke-3. Respon orang tua yang membawa anaknya ke Puskesmas dengan diare dehidrasi baret 5 responden (3,8%), dengan 1 responden (0,8%) datang pada hari ke-2, 4 responden (3,1%) datang pada hari ke-3. Banyak faktor yang memengaruhi diare yaitu karena faktor infeksi, malabsorbsi, faktor makan, faktor psikologis, faktor lingkungan, faktor pekerjaan ibu, faktor usia balita, faktor jenis kelamin, faktor gizi, dan faktor sosial ekonomi. Hal ini terjadi karena kurang meratanya program penyuluhan yang dilakukan oleh Puskesmas dikarenakan wilayah kerja Puskesmas Temon 1 sangat luas yaitu 13,67,7 km2.

C. Keterbatasan

Keterbatasan dalam penelitian ini yaitu tidak semua faktor yang memengaruhi diare bisa di ambil seperti faktor infeksi, faktor malabsorpsi, faktor makanan, faktor psikologis, pekerjaan ibu, faktor gizi, dan faktor sosial ekonomi.

(25)

44

44 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

1. Kejadian diare pada balita di Puskesmas Temon 1 Kulon Progo tahun 2016 sebanyak 197 responden (19,75%).

2. Balita yang mengalami diare di Puskesmas Temon 1 Kulon Progo sebagian besar berusia 1-3 tahun yaitu sebanyak 112 responden (86,2%).

3. Balita yang mengalami diare di Puskesmas Temon 1 Kulon Progo sebagian besar berjenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 61 responden (62,3%).

4. Balita yang mengalami diare di Puskesmas Temon 1 Kulon Progo sebagian besar dengan klasifikasi diare yaitu diare tanpa dehidrasi yaitu sebanyak 89 responden (68,5%).

B. Saran

1. Bagi Tenaga Kesehatan Puskesmas Temon 1 Kulon Progo.

Hasil penelitian ini dapat menjadi acuan dalam menurunkan kejadian diare dengan cara lebih sering dilakukan penyuluhan kepada masyarakat tentang bahaya penyakit diare dan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) sehingga dapat menjangkau semua masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Temon 1 Kulon Progo.

2. Bagi Perpustakaan Stikes A.Yani Yogyakarta

Hasil penelitian ini guna untuk menambah pengetahuan pembaca khususnya tentang gambaran kejadian diare pada balita dan juga dapat memperbanyak referensi tentang diare.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini menjadi masukan dalam penelitian selanjutnya khususnya tentang diare dan metode yang digunakan untuk peneliti selanjutnya menggunakan data kuantitatif atau menggunakan kuesioner agar lebih menggambarkan kejadian diare khususnya pada balita.

(26)

DAFTAR PUSTAKA

Andriana, Dian. (2011), Tumbuh Kembang & Terapi Bermain pada Anak, Salemba Medika, Jakarta.

Andriani, Merryana., dan Wirjatmadi, Bambang. (2012), Peranan Gizi Dalam

Siklus Kehidupan, Kencana Prenada Media Group, Jakarta.

Arikunto, Suharsimi. (2010), Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Rineka Cipta, Jakarta.

Cahyaningrum, Desi. (2014), Studi Tentang Diare dan Faktor Resikonya pada

Balita Umur 1-5 Tahun di Wilayah Kerja Puskesmas Kalasan Sleman,

Skripsi, Diploma-IV Kebidanan, Stikes Aisyiyah Yogyakarta.

Dewi, Vivian Nanny Lia. (2010), Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita, Salemba Medika, Jakarta.

Haryatno, Bambang. (2016). Profil Kesehatan Kabupaten Kulon Progo 2016, Dinas Kesehatan Kulon Progo, Yogyakarta.

Hidayat, Aziz Alimul. (2011), Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan

Kebidanan, Salemba Medika, Jakarta.

___________________. (2007), Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik

Analisis Data, Salemba Medika, Jakarta.

Kemenkes RI. (2012), Pedoman Pengendalian Penyakit Diare, Departemen Kesehatan RI, Jakarta.

Kepmenkes RI. (2011), Buku Bagan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS), Departemen Kesehatan RI, Jakarta.

Mufidah, Fatchul. (2012), Cermati Penyakit-penyakit yang Rentan di Derita Anak

Usia Sekolah, Fash Books,Yogakarta.

Mitayani. (2010), Asuhan Keperawatan Maternitas, Salemba Medika, Jakarta Ngastiyah. (2012), Perawatan Anak Sakit, EGC, Jakarta.

Notoatmodjo, Soekidjo. (2012), Metodologi Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta.

Nurani, Afrian Nian. (2015), Asuhan Keperawatan pada Gangguan Sistem

(27)

Proverawati, Atikah. (2011), Ilmu Gizi untuk Keperawatan dan Gizi Kesehatan, Nuha Medika, Yogyakarta.

Puspitawati, Natalia., dan Sulistyarini, Tri. Sanitasi Lingkungan yang Tidak Baik Mempengaruhi Status Gizi pada Balita, (2013), Jurnal Keperawatan, 6 (1), 74-83.

Rahayu, Afrianti Budi., dan Astuti, Endah Puji. (2015), Angka Kejadian Diare Balita Tahun 2014 di Puskesmas Banguntapan I Bantul Yogyakarta.

Jurnal Media Ilmu Kesehatan. 4 (2), 44-53.

Rukiyah, Ai Yeyeh., dan Yulianti, Lia. (2010), Asuhan Neonatus Bayi dan Anak

Balita, Trans Info Media, Jakarta.

Sampul, Mega Pricilia., Kurnia, Ismanto Amatus Yudi., dan Pondaag, Linnie. (2015), Hubungan Diare Dengan Kejadian Malnutrisi Pada Balita di Iriana E Bawah RSUP Prof. Dr. R. D. KandouI, Jurnal Keperawatan, 3 (1), 1-7.

Soedarto. (2012), Alergi dan Penyakit Sistem Imun, Sagung Seto, Jakarta

Sudarti. (2010), Kelainan dan Penyakit pada Bayi & Anak, Nuha Medika, Yogyakarta.

Sugiyono. (2010), Metode Penelitian Pendekan Kuantitatif dan R & B, Alfabeta, Bandung.

Sukmadinata, Nana Syaodih. (2015), Metode Penelitian Pendidikan, Remaja Rosdakarya, Bandung.

Sundari, Kartika Erma. (2014), Gambaran Status Gizi Balita Yang Mengalami

Diare di Puskesmas Banguntapan 1 Bantul Yogyakarta Tahun 2014,

Karya Tulis Ilmiah, Diploma-III Kebidanan, Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta.

Supariasa, I Dewa Nyoman. (2014), Penilaian Status Gizi, EGC, Jakarta.

Susanti, Susi. (2016), Gambaran Kejadian Diare Pada Balita di Puskesmas

Sentolo 1 Kulon Progo Yogyakarta Tahun 2015, Karya Tulis Ilmiah,

Diploma-III Kebidanan, Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta. Sutarjo, Untung Suseno. (2016), Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2015,

(28)

Usman, Fitria Siti. (2014), Gambaran kejadian Diare pada Balita Usia 1-5 Tahun

di Puskesmas Umbulharjo II Yogyakarta, Karya Tulis Ilmiah,

Diploma-III Kebidanan, Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta.

Wong, Dona L., Wilson, David., Winkelstein, Marlyn. L., Schwartz, Patricia., and Eaton, M.Hockenberry. (2009), Buku Ajar Keperawatan Pediatrik, Volume 1, EGC, Jakarta.

(29)

L

A

M

P

I

R

A

N

(30)
(31)

Gambar

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Karakteristik Balita yang Mengalami Diare  di Puskesmas Temon 1 Kulon Progo Yogyakarta

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini memberikan sumbangan pemikiran yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi perusahaan untuk memperhatikan mengenai kualitas produk dan

Sedangkan untuk teknik kelompoknya diimplementasikan dengan bukti berupa pertemuan guru (rapat bersama seluruh guru al- Quran SDI Sari Bumi, kepsek dan koordinator

Lafadz ةلحر mengandung arti perjalanan. Orang-orang Quraisy seringkali melakukan perjalanan jauh untuk berdagang dan keperluan lain. Hal ini menunjukkan bahwa

Kesadaran terhadap inti agama ini menjadi basis utama bagi tindakan-tindakan keagamaan yang merespon realitas faktual dengan instrument yang telah menjadi bagian inheren dalam

Berdasar latar belakang dan identifikasi masalah yang telah diuraikan diatas, penulis terdorong untuk meneliti faktor-faktor determinan yang memiliki pengaruh dalam

Penelitian ini menggunakan data sekunder berupa item rasio profitabilitas yang diwakili oleh Gross Profit Margin (GPM), rasio aktivitas yang diwakili oleh Total

76 Activity Diagram Cetak Laporan Data Pembayaran

Ucapan dan rasa sukur kepada Allah SWT atas segala kebaikan yang telah dicurahkan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul: Pengaruh