• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penggunaan Ampas Sagu Fermentasi Terhadap Performans Domba

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penggunaan Ampas Sagu Fermentasi Terhadap Performans Domba"

Copied!
45
0
0

Teks penuh

(1)

Lampiran 1. Hasil Analisis Ragam Pengaruh Ampas Sagu Fermentasi Terhadap Konsumsi Pakan Domba

The ANOVA Procedure

Dependent Variable: konsumsi konsumsi

(2)

Lampiran 2. Hasil Analisis Ragam Pengaruh Ampas Sagu Fermentasi terhadap Pertambahan Bobot Badan Domba

The ANOVA Procedure

Dependent Variable: pbbh pbbh

(3)

Lampiran 3. Hasil Analisis Ragam Pengaruh Ampas Sagu Fermentasi Terhadap Konversi Pakan Domba

The ANOVA Procedure

Dependent Variable: konsumsi konsumsi

Duncan's Multiple Range Test for Konversi

NOTE: This test controls the Type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate.

Means with the same letter are not significantly different. Duncan Grouping Mean N Perlakuan

A 12.7000 5 P0

(4)

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian telah dilaksanakan di Kec. Binjai Kota Sumatera Utara. Penelitian ini telah dilaksanakan selama 3 bulan dimulai dari bulan Oktober sampai dengan bulan Desember 2016.

Bahan dan Alat

Bahan

Bahan yang digunakan yaitu domba merino sebanyak 20 ekor domba merino , bahan pakan yang terdiri dari rumput lapangan, ampas sagu, EM4 sebagai fermentor ampas sagu, konsentrat sebagai pakan penguat, obat-obatan seperti Permentyhl 5% sebagai obat kembung, obat cacing (Kalbazen), terramycin

(salep mata), vitamin B-kompleks diberikan untuk menjaga daya tahan tubuh domba, air minum, desinfektan (Rodalon).

Alat

(5)

kandang, ember, air, tali rafia, drum plastik sebagai tempat fermentasi, termometer untuk mengetahui kondisi suhu kandang.

Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL) yang terdiri dari 4 perlakuan dan 5 ulangan dimana setiap ulangan terdiri dari 5 ekor domba. Pada ransum diberikan perlakuan sebagai berikut:

P0 = Ampas Sagu Non fermentasi 40% ( Kontrol)

P1 = Ampas Sagu Fermentasi 20 % + Ampas sagu non fermentasi 20 % P2 = Ampas Sagu Fermentasi 30 % + Ampas sagu non fermentasi 10 % P3 = Ampas Sagu Fermentasi 40%

Tabel 3.Komposisi Kandungan Nutrisi Ransum Domba

(6)

Yij Dimana :

= µ + τ + ε

Yij

µ = Nilai rata-rata (mean) harapan

= Hasil pengamatan pada ulangan ke-i dan perlakuan ke-j

τ = Pengaruh faktor perlakuan

ε = Pengaruh galat (experimental error)

Analisa Data

(7)

Pembuatan ampas sagu fermentasi

Tabur 100 kg ampas sagu kering menggunakan terpal plastic

Lalu siram dengan EM4 100 ml

Aduk hingga seluruh ampas sagu hingga permukaan ampas sagu lembab

Lalu masukkan ampas sagu kedalam drum plastic dan tutup hingga rapat

Tunggu hingga 7 hari

Gambar 2. Pembuatan Ampas Sagu Fermentasi

Dari gambar dua diatas, pembuatan ampas sagu fermentasi dimulai dengan menjemur ampas sagu hingga kering selama 4 hari, selanjutnya siram 100 kg ampas sagu dengan EM4 100 ml aduk hingga rata agar ampas sagu dapat difermentasi dengan baik, lalu dimasukkan ampas sagu kedalam drum plastik dan tutup hingga rapat untuk proses fermentasi, tunggu hingga 7 hari waktu fermentasi agar hasilnya memuaskan, jemur ampas sagu di bawah terik matahari selama 2

Jemur ampas sagu selama 2 hari di bawah terik matahari

(8)

hari untuk menurunkan kadar asam pada ampas sagu fermentasi, selanjutnya ampas sagu dapat diberikan kepada ternak.

Peubah Yang diamati

Konsumsi Pakan

Konsumsi pakan di peroleh dengan menghitung selisih jumlah pakan yang diberikan dengan sisa pakan setiap harinya dan dinyatakan dengan gram per ekor per hari dalam bahan kering. Konsumsi pakan di dapat dari:

Konsumsi Pakan = Pakan segar yang diberikan – Pakan yang sisa

Pertambahan Bobot Badan Harian (PBBH)

Pertambahan bobot badan di hitung dengan cara membagi selisih bobot badan (bobot akhir – bobot awal) dengan lama hari penimbangan. Dilakukan setiap periode (14 hari), dinyatakan dengan gram per ekor per hari.

PBBH:

Lama pemeliharaan (hari) Bobot akhir – Bobot awal

Konversi Pakan

Konversi pakan di hitung dengan cara membagi angka rata-rata konsumsi bahan kering per ekor per hari dengan angka rata-rata produksi pertambahan bobot badan per ekor per hari.

=

(9)

Konversi Pakan =

PBBH (g/hari)

Pakan yang di konsumsi (g/hari)

Pelaksanaan Penelitian

Persiapan Kandang

Kandang dipersiapkan dengan tipe kandang individu, kemudian di fumigasi dengan desinfektan. Kandang dan semua peralatan yang digunakan seperti tempat pakan dan tempat minum dibersihkan dengan larutan desinfektan.

Pengacakan Domba

Domba yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 20 ekor. Penempatan kandang domba dengan sistem acak yang tidak membedakan bobot badan domba. Sebelumnya dilakukan penimbangan bobot badan domba.

Pemberian Pakan dan Air Minum

(10)

Pemberian Obat-Obatan

Ternak domba pertama masuk kandang diberikan obat cacing selama adaptasi dengan adaptasi dengan dosis 1 cc/5 Kg bobot badan dan penyuntikan vitamin B-kompleks. Sedangkan obat-obatan lainnya diberikan berdasarkan kebutuhan bila ternak sakit.

Penimbangan Bobot Badan

Penimbangan bobot badan domba di lakukan saat awal penelitian dan pengambilan data pertambahan bobot badan seminggu sekali.

(11)

HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Pakan

Konsumsi pakan adalah kemampuan ternak untuk menghabiskan sejumlah pakan yang diberikan secara ad libitum. Konsumsi pakan dapat dihitung dengan pengurangan jumlah pakan yang diberikan terhadap sisa pakan. Rataan konsumsi pakan perlakuan dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4 Rataan konsumsi bahan kering pakan domba selama penelitian (g/ekor/hari)

Perlakuan Ulangan Rataan ± SD

I II III IV V

Keterangan : Hasil superskrip yang berbeda pada kolom menunjukkan hasil yang berbeda nyata (P<0,05)

Tabel 4 di atas menunjukkan bahwa rataan konsumsi pakan domba tertinggi terdapat pada perlakuan P3 yaitu sebanyak 632,2 ± 4,9 g/ekor/hari dan rataan konsumsi pakan terendah terdapat pada perlakuan P0 yaitu sebanyak 472,8 ± 21,0 g/ekor/hari. Hal ini menunjukkan konsumsi pakan yang terbaik dengan menggunakan ampas sagu fermentasi 40% dibandingkan dengan ampas sagu non fermentasi 40% (kontrol).

(12)

Hasil uji lanjut Duncan menunjukkan bahwa perlakuan P0 berbeda nyata dengan P1,P2 dan P3. Tetapi perlakuan P1 dan P2 tidak berbeda nyata. Hal ini menunjukkan bahwa ampas sagu fermentasi 20% + ampas sagu non fermentasi 20% dengan ampas sagu fermentasi 30% + ampas sagu non fermentasi 10% tidak berbeda nyata.

Faktor yang mempengaruhi konsumsi pakan adalah palatabilitas. Pada penelitian ini EM4 diberikan dengan dicampurkan dengan ampas sagu sebagai formula ransum domba. Meningkatnya konsumsi diduga karena pengaruh penambahan mikroorganisme yang ada dalam EM4, kedalam lambung ternak domba yang semakin banyak. Sehingga aktifitas kerja pencernnan juga meningkat. EM4 yang mengandung Lactobacilli Sp yang dapat membantu memperbaiki keadaan mikrobia dalam saluran pencernaan sebagai mokroorganisme alami, sehingga memberikan pengaruh yang menguntungkan melalui produksi asam organik dan dapat menghambat kerja bakteri patogen. Hal ini sesuai pendapat Surung (2008).

Pertambahan Bobot Badan

(13)

Tabel 5. Rataan pertambahan bobot badan domba selama penelitian (g/ekor/hari).

Perlakuan Ulangan Rataan ± SD

I II III IV V

Keterangan : Hasil superskrip yang berbeda pada kolom menunjukkan hasil yang berbeda sangat nyata (P<0,05)

Tabel 5 menunjukkan bahwa rataan pertambahan bobot badan yang tertinggi adalah perlakuan P3 yaitu sebesar 111,7 ± 4,71 g/ekor/hari, sedangkan rataan pertambahan bobot badan yang terendah adalah P0 yaitu sebesar 59,6 ± 3,48 g/ekor/hari. Hal ini menunjukkan pertambahan bobot badan yang terbaik dengan menggunakan ampas sagu fermentasi 40% dibandingkan dengan ampas sagu non fermentasi 40%.

Hasil analisis ragam pada Lampiran 2 menunjukkan bahwa penggunaan ampas sagu fermentasi terhadap performans domba memberikan pengaruh yang sangat nyata (P<0,05) terhadap pertambahan domba. Hal ini diasumsikan bahwa setiap perlakuan memberikan respon yang sangat nyata terhadap pertumbuhan domba, khususnya terhadap pakan perlakuan P3 yang memiliki palatabilitas dan tingkat kecernaan yang lebih baik sehingga pakan dapat dicerna secara optimal.

Hasil uji lanjut Duncan menunjukkan bahwa perlakuan P0 berbeda nyata dengan P1,P2 dan P3. Hal ini menunjukkan bahwa semua perlakuan berbeda nyata terhadap pertambahan bobot badan domba merino.

(14)

pada kambing boerka sebanyak 40% dari total pakan dapat menghasilkan pertambahan bobot badan harian sekitar 78.75 g/ekor/hari.

Hasil analisis menunjukkan bahwa pertambahan bobot badan harian domba merino sangat nyata (P<0,05). Hal ini berarti bahwa pemberian ampas sagu yang difermentasikan dengan EM4 sampai dengan taraf 40% berpengaruh sangat nyata terhadap pertambahan bobot badan harian domba. Penambahan EM4 yang di dalamnya terkandung mikroba lignoselulotik akan membantu pemecahan ikatan lignoselulotik, sehingga lignin dan selullosa akan terlepas dari ikatan tersebut. Mikroba proteolitik menghasilkan enzim protease yang akan merombak protein menjadi polipeptida-polipeptida, selanjutnya menjadi peptida sederhana dan terakhir menjadi asam amino.

EM4 yang mengandung jamur pengurai selulosa dapat memecah ikatan hidrogen, disamping itu EM4 terdapat bakteri asam laktat yang berfungsi untuk memecah glukosa dan fruktosa untuk menghasilkan energi berupa 2 pirufat, laktat, etanol dan CO2. Hal ini sesuai dengan pendapat Surung (2008) yang menyatakan bahwa EM4 sebagai probiotik berguna memanipulasi mikroba saluran pencernaan untuk tujuan meningkatkan kondisi kesehatan saluran pencernaan, sehingga aktifitas cerna dari bahan pakan semakin baik.

(15)

mengandung zat nutrisi dalam keadaan cukup dan seimbang sehingga dapat menunjang pertumbuhan maksimal.

Konversi Pakan

Konversi pakan dihitung berdasarkan perbandingan konsumsi pakan dengan pertambahan bobot badan yang dihasilkan dengan satuan yang sama. Rataan konversi pakan domba tertera pada Tabel 6.

Tabel 6. Rataan konversi pakan domba selama penelitian

Perlakuan

Keterangan : Hasil superskrip yang berbeda pada kolom menunjukkan hasil yang berbeda sangat nyata (P<0,01)

Tabel 6 menunjukkan bahwa rataan konversi pakan yang tertinggi adalah perlakuan P3 yaitu sebesar 8.62 ± 0.23 sedangkan rataan konversi pakan badan yang terendah adalah P0 yaitu sebesar 12.7 ± 0.08. Hal ini menunjukkan konversi yang terbaik dengan menggunakan ampas sagu fermentasi 40% dibandingkan dengan ampas sagu non fermentasi 40%.

(16)

samgat nyata, sehingga penggunaan ampas sagu yang difermentasi dengan EM4 sampai taraf 40% mempengaruhi konversi pakan.

Menurut pendapat Rasyaf (2003), baik tidaknya mutu ransum ditentukan oleh seimbang tidaknya zat-zat gizi dalam ransum. Selain itu pakan harus memiliki palabilitas yang baik yaitu tekstur dan aroma. Ransum yang kekurangan salah satu unsur gizi akan mengakibatkan ternak akan mengkonsumsi pakannya secara berlebihan untuk mencukupi kekurangan zat yang diperlukan tubuhnya. Ternak yang memperoleh makanan hanya sekedar cukup untuk memenuhi hidup pokok, bobot badan ternak tersebut akan mengalami kesulitan untuk naik.

Hasil analisis ragam pada Lampiran 3 menunjukkan bahwa penggunaan ampas sagu fermentasi terhadap performans domba merino memberikan memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap konversi pakan domba merino terutama pakan perlakuan P3 yang memiliki nilai konversi yang paling rendah. Hal ini membuktikan bahwa ampas sagu yang difermentasi dengan EM4 memberikan hasil yang baik, terutama dalam pemecahan serat, menaikkan tingkat kecernaan, protein, tekstur, aroma dan lemak pakan sehingga membantu upaya peningkatan efisiensi pemanfaatan pakan.

(17)

Konversi pakan yang diperoleh tidak berbeda nyata terhadap penelitian yang pernah dilakukan oleh Simanihuruk et al (2008) bahwa penggunaan ampas sagu fermentasi menghasilkan konversi pakan yang diperoleh adalah 10-12. Ini membuktikan bahwa nilai konversi yang diperoleh dikarenakan kualitas dan

kuantitas pakan dari ampas sagu fermentasi sangat baik terhadap penggemukan domba.

Hasil analisis menunjukan bahwa pemberian ampas sagu yang difermentasikan dnegan EM4 dalam ransum berpengaruh sangat nyata (P<0,05) terhadap konversi pakan Hal ini berarti ampas sagu yang difermentasi dengan EM4 sampai taraf 40% mampu menaikkan konversi pakan secara signifikan. Penambahan EM4 sampai level 40% diduga mampu meningkatkan derajat fermentasi bahan organik pakan yang berkualitas tinggi sehingga kecukupan energi yang tersedia tercukupi.

(18)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Penggunaan ampas sagu yang difermentasi EM4 sampai taraf 40% dalam ransum memberikan pengaruh positif dalam meningkatkan pertambahan bobot badan ,konsumsi pakan dan menurunkan nilai konversi pakan domba

Saran

(19)

TINJAUAN PUSTAKA

Ternak Domba dan Potensinya

Ternak domba menyebar rata diseluruh wilayah Nusantara. Hal ini menunjukkan bahwa domba mempunyai potensi cepat menyesuaikan diri baik dengan lingkungan maupun kultur masyarakat Indonesia. Beberapa kelebihan domba antara lain:

• Cepat berkembang biak.

• Daya adaptasi terhadap lingkungan cukup tinggi, sehingga dapat lebih

banyak mengkonsumsi jenis pakan hijauan.

• Domba memiliki daya selektif yang lebih efektif dalam kondisi

penggembalaan dibandingkan jenis ternak lain. (Murtidjo, 1992).

Pertumbuhan dan Penggemukan Domba

Pertumbuhan adalah pertambahan berat jaringan pembangun seperti tulang, urat daging, jantung, otak, semua jaringan tubuh, serta alat-alat tubuh lainnya. Sedangkan pertumbuhan murni adalah jumlah protein yang bertambah dan zat-zat mineral. Pertambahan akibat penimbunan lemak atau penimbunan air bukanlah pertumbuhan murni (Anggorodi, 1984).

(20)

Ternak yang mempunyai potensi genetik yang tinggi akan mempunyai respon yang baik terhadap makanan yang diberikan dan memiliki efisiensi produksi yang tinggi dan adanya keragaman yang besar dalam konsumsi bahan kering (Davendra, 1977).

Ternak domba seperti halnya makhluk hidup lainnya yakni mengalami pertumbuhan terus menerus. Pertumbuhan ini di mulai sejak domba masih dalam kandungan sampai menjadi dewasa semua jenis hewan pada umumnya akan mengalami proses yang sama yakni pada awal pertumbuhan itu berlangsung lambat, kemudian semakin meningkat lebih cepat (Sugeng, 1991).

Sumber : NRC (1995)

Gambar 1. Kurva Sigmoid pertumbuhan pada domba

Pertumbuhan anak domba yang tercepat dimulai dilahirkan sampai dengan umur 2-3 bulan. Pertumbuhan selanjutnya diperlukan lebih banyak lagi makanan karena tidak lagi tergantung dengan susu induknya. Secara umum pada waktu domba berada pada batas puncak pertumbuhan maka pertumbuhan ternak domba akan berjalan lambat. Sehingga usaha pengemukan domba yang paling efektif adalah pada saat domba berada pada rentang umur setelah disapih. Hal ini dapat dilihat pada kurva diatas (Cahyono, 1998).

Bobot badan 40 25 20

(21)

Nutrisi Ruminansia

Pakan adalah bahan makanan yang diberikan kepada ternak selama 24 jam. Ransum terdiri dari bermacam-macam hijauan dan bermacam-macam bahan lain selain hijauan makanan ternak (sumaspratowo, 1993).

Pakan adalah semua bahan pakan yang diberikan dan bermanfaat bagi ternak. Pakan diberikan harus berkualitas tinggi yaitu mengandung zat-zat yang diperlukan oleh tubuh ternak dalam hidupnya seperti air, lemak, protein dan sebagainya (Parakkasi, 1995).

Tabel 1. Kebutuhan harian zat-zat makanan untuk ternak domba BB

Sedangkan konsentrat merupakan makanan penguat yang terdiri dari bahan yang kaya karbohidrat dan protein. Konsentrat untuk ternak domba

umumnya disebut makanan penguat yang memiliki kandungan serat kasar kurang dari 18% dan mudah dicerna (Murtidjo, 1992).

(22)

pertumbuhan dan perkembangan populasi. Mikroorganisme di dalam rumen membutuhkan protein, energi mineral dan sejumlah vitamin (Siregar, 1994).

Pengaruh nutrisi terhadap komposisi karkas melibatkan interaksi antara konsumsi dan komposisi pakan. Kenaikan atau penurunan konsumsi pakan dapat berhubungan dengan kualitas pakan dan sebagai akibatnya, dapat mempengaruhi karakteristik daging yang dihasilkan (Soeparno, 1994).

Perkembangan sistem pencernaan ternak domba mengalami tiga fase perubahan. Fase pertama, pada waktu domba dilahirkan sampai dengan umur tiga minggu yang disebut non ruminansia karena pada tahapan ini fungsi sistem pencernaan sama dengan pencernaan mamalia lain. Fase kedua mulai umur 3-8 minggu disebut fase transisi yaitu perubahan dari tahap non ruminansia menjadi ruminansia yang ditandai dengan perkembangan rumen. Tahap ketiga fase ruminansia dewasa yaitu setelah umur domba lebih dari 8 minggu

(Van Soest et al., 1983)

Mneurut Frandson (1992) menyatakan bagian-bagian system pencernaan adalah mulut, faring, esopagus (pada ruminansia merupakan perut depan atau

forestomach), perut glandular, usus halus, usus besar serta glandula aksesoris yang terdiri dari glandula saliva, hati dan pankreas.

Ampas Sagu

(23)

konvensional yang sering digunakan dalam penyusun ransum sebagian besar berasal dari limbah dan pencarian bahan pakan yang paling menguntungkan.

Banyak penelitian proses fermentasi yang telah dilakukan menggunakan

Effective Microorganism 4 ( EM4), utamanya dalam upaya penurunan kadar serat bahan pakan dan peningkatan kadar proteinnya. Penelitian Tampoebolon (2009), melaporkan bahwa fermentasi Effective Microorganism 4 (EM4) dengan ampas sagu selama 12 hari dapat meningkatkan kadar protein yaitu sebesar 7,04%, dan kadar serat kasar menurun sebesar 12,81%.

Penurunan serat kasar pada hasil fermentasi ampas sagu disebabkan karena adanya kerja dari ensim selulase yang dihasilkan oleh Effective Microorganism 4

(EM4)yang bekerja untuk merombak serat kasar. Hal ini didukung oleh pendapat Nurhayati (2010), yang menyatakan bahwa pertumbuhan yang baik dari kapang

Effective Microorganiscm 4 (EM4) diharapkan memprodukasi enzim selulase dalam jumlah banyak sehingga dapat digunakan merombak dan menurunkan serat kasar.

Tabel 2. Kandungan zat nutrisi ampas sagu sebelum dan sesudah fermentasi

Zat Nutrisi Fermentasi

Sumber : Haryanto dan Philipus (1992).

(24)

menjadi bahan pakan ternak yang kaya akan protein dan vitamin, maka ampas sagu dapat diolah dengan teknologi fermentasi (Rumalatu, 1981).

Ampas sagu dapat diberikan dalam bentuk segar atau diproses terlebih dahulu untuk difermentasi. Berdasarkan penelitian Amir et al.,(2012) penggunaan ampas sagu yang difermantasi yang diberikan pada kambing boerka sebanyak 40% dari total pakan dapat menghasilkan pertambahan bobot badan harian sekitar 78,75 gr/ekor/hari. Selain itu jumlah konversi pakan yang diperoleh adalah 10-12 dan rata-rata jumlah konsumsi pakan adalah 500-600 gr/ekor/hari. Pemberian pada level 40% masih bisa memberikan PBBH sekitar 78,75 gr (Amir et al.,2012).

Pakan Domba

Pakan adalah semua bahan pakan yang bisa diberikan dan bermanfaat bagi ternak. Pakan yang diberikan harus berkualitas tinggi yaitu mengandung zat-zat yang diperlukan oleh tubuh ternak dalam hidupnya seperti air, karbohidrat, lemak, protein, mineral dan air (Parakkasi, 1995).

Pakan yang dikonsumsi oleh ternak dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan perawatan tubuh (hidup pokok) yaitu mempertahankan suhu tubuh, kerja tubuh yang normal (jantung berdenyut atau bernafas), memperbaiki jaringan, bergerak selain itu juga digunakan untuk produksi yaitu pertumbuhan, penggemukan, reproduksi, produksi susu dan bekerja (Purbowati., 2005).

Hijauan

(25)

suplementasi vitamin dan mineral. Oleh karena itu hijauan atau sejenisnya terutama rumput dari berbagai spesies merupakan sumber energi utama ternak ruminansia (Piliang, 2000).

Fermentasi

Fermentasi adalah proses penguraian unsur organik kompleks terutama karbohidrat untuk menghasilkan energi melalui reaksi enzim yang dihasilkan oleh mikroorganisme, yang biasanya terjadi dalam keadaan anaerob dan diiringi dengan pembebasan gas (Sarwono, 1996).

Menurut jenis medianya, fermentasi dibagi menjadi dua golongan yaitu fermentasi medium padat dan medium cair, fermentasi medium padat adalah proses fermentasi yang substratnya tidak larut dan tidak mengandung air bebas, tetapi cukup mengandung air untuk keperluan mikroba. Fermentasi medium cair adalah proses fermentasi yang substratnya larut dalam fase cair (Setyawiharja, 2002).

Proses fermentasi bahan pangan oleh mikroorganisme menyebabkan perubahanperubahan yang menguntungkan seperti memperbaiki mutu bahan pangan, baik dari aspek gizi maupun daya cerna serta meningkatkan daya simpannya. Produk fermentasi biasanya mempunyai nilai nutrisi yang lebih tinggi dari pada bahan aslinya. Hal ini tidak hanya disebabkan karena mikroba yang bersifat katabolik atau memecahkan komponenkomponen yang kompleks menjadi zatzat yang lebih sederhana sehingga lebih mudah dicerna tetapi juga

(26)

Effective Mikroorganism 4 (EM4)

Salah satu feed additife yang dapat digunakan adalah probiotik cair

Effective Microorganism 4 ( EM4). Probiotik cair EM4 yang digunakan berisikan mikroba pengurai dimana didalamnya terkandung bakteri fotosintetik (Rhodopseudomonas spp), bakteri asam laktat (Lactobasillus spp), yeast

(Saccharomyces spp) dan lain-lain yang diharapkan dapat mengoptimalkan proses pencernaan yang terjadi di dalam saluran pencernaan domba (Kukuh, 2010).

Manfaat probiotik sebagai bahan aktif ditunjukkan dengan meningkatkan ketersediaan lemak dan protein bagi ternak, disamping itu probiotik juga meningkatkan kandungan vitamin B kompleks melalui fermentasi makanan (Samadi, 2007).

Faktor-faktor fermentasi antara lain yaitu pH, waktu, kandungan oksigen, suhu, dan mikroorganisme (Juwita, 2012). Beragamnya mikroorganisme pada EM4 menyebabkan pH untuk menumbuhkan mikroorganisme menjadi berbeda dan waktu fermentasi bervariasi menurut spesies dan kondisi pertumbuhannya. Menurut Fajarudin et al., (2014), waktu fermentasi yang semakin lama akan mengakibatkan penurunan kadar air bahan, penurunan kadar air bahan tersebut menyebabkan kadar serat kasar semakin terkonsentrasi sehingga kadar serat akan semakin tinggi.

(27)

Tamime dan Robinson (2008) tumbuh optimal Lactobacillus ssp. adalah pada pH 5,2-5,8 dan menurut Juwita (2012) Saccharomyces spp. tumbuh pada pH 4,0-4,5.

Beberapa peneliti melaporkan adanya perubahan komposisi zat-zat makanan dalam substrat melalui fermentasi dengan menggunakan Effective Microorganism 4 (EM4). Mikroorganisme alami yang terdapat dalam EM4 bersifat fermentasi (peragian) dan sintetik, terdiri dari lima kelompok mikroorganisme dari golongan ragi, Lactobacillus, jamur fermentasi, bakteri fotosintetik, dan Actinomycetes (Paramita, 2002). Effective Microorganism 4 (EM4) adalah campuran dari berbagai mikroorganisme yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber inokulum dalam meningkatkan kualitas pakan. Penambahan EM4 sebanyak 10% (v/b) pada substrat mampu menurunkan kadar serat bahan (Sandi & Saputra, 2012). Hasil penelitian Winedar (2006), penggunaan pakan yang difermentasi dengan EM4 menyebabkan peningkatan daya cerna dan kandungan protein.

Konsumsi Pakan

(28)

Jumlah konsumsi bahan kering pakan dipengaruhi beberapa variabel meliputi jumlah pakan yang tersedia dan komposisi kimia serta kualitas bahan pakan. Tingkat perbedaan konsumsi juga dipengaruhi oleh bobot badan, umur, tingkat kecernaan pakan, kualitas, dan palatabilitas (Hardjoswora, 2000).

Pertambahan Bobot Badan

Pertumbuhan adalah korelasi peningkatan pada tubuh yang tampak pada interval waktu sesuai dengan karakteristik spesies, sehingga terdapat karakteristik kisaran tubuh untuk setiap spesies dan karakteristik perkembangan serta ukuran tubuh dewasa. Bobot maksimum dan perkembangan dimunculkan oleh gabungan dari heriditas, nutrisi dan manajemen yang merupakan faktor esensial yang mendukung laju tumbuh hewan (Preston dan Leng, 1997).

Laju pertumbuhan seekor ternak dikendalikan oleh banyaknya konsumsi dan ransum terutama energi yang diperoleh. Energi merupakan perintis pada produksi ternak dan hal tersebut terjadi secara alami. Untuk mendapatkan PBB yang maksimal maka sangat perlu diperhatikan keadaan kuantitas ransum. Ransum tersebut harus mengandung zat nutrisi dalam keadaan cukup dan seimbang sehingga dapat menunjang pertumbuhan maksimal (Tilman et al., 2002)

Konversi Pakan

(29)

bangsa, kandungan gizi ransum, keadaan temperatur dan kondisi unggas (Anggorodi, 1994).

(30)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Potensi domba relatif cukup menggembirakan, namun dari sisi produktivitas masih perlu ditingkatkan. Salah satu kendala yang dihadapi oleh usaha ternak domba adalah belum tercukupinya kebutuhan nutrisi terutama protein pakan, hal ini mengakibatkan tumbuh kembang ternak belum sesuai dengan yang diharapkan. Keadaan tersebut menuntut temuan sumber bahan pakan baru (alternatif) yang mampu menjadi pakan andalan dalam jangka panjang. Produk yang berpotensi sebagai bahan pakan alternatif yang tersedia dalam jumlah besar dan tersedia sepanjang tahun umumnya dari limbah industri pengolahan hasil pertanian, misalnya dalam produksi sagu.

Domba merino merupakan jenis penghasil wool, banyak dipelihara di daerah bermusim empat, warna tubuh dominan adalah putih dengan bobot dewasa sekitar 40-50 kg betina dan 60-70 kg jantan, dengan rataan jumlah anak perkelahiran 1,23, tampilan bobot lahir dan bobot sapih berturut-turut 3,2 ± 0,54 kg dan 18,7 ± 1,1 kg. Walaupun tidak sesuai dipelihara di daerah tropis, ternyata importasi dombe merino ke Indonesia sudah berlangsung sejak awal abad ke-19, dan dilanjutkan pada masa pemerintahan orde baru.

(31)

Barat 292 ha, dan Sumatera 31.872 ha. Ampas sagu yang didapatakan pada proses pengolahan tepung sagu, dimana menurut Rumalatu (1981) dalam proses pengolahan tepung sagu diperoleh tepung dan ampas sagu dengan perbandingan 1: 6. Berdasarkan proporsi tersebut jumlah ampas sagu yang dihasilkan sebanyak 245.000 ton/hari.

Jumlah limbah yang banyak ini sampai saat ini belum termanfaatkan secara optimal, hanya dibiarkan menumpuk dilokasi pengolahan tepung sagu sehingga dapat menyebabkan pencemaran lingkungan. Limbah/ampas sagu ini cukup potensial untuk digunakan sebagai bahan pakan ternak ruminansia termasuk domba.

Kandungan zat nutrisi yang terdapat pada limbah sagu seperti; protein

kasar sebesar 3,36%, NDF 67,40%, ADF 42,11 dan energi kasar 3.738 Kkal/kg (Nurkurnia 1989; Trisnowati 1991), relatif sebanding dengan zat nutrisi rumput.

Limbah sagu diperkirakan hanya mampu memenuhi kebutuhan hidup pokok, sehingga untuk pertumbuhan, bunting dan laktasi diperlukan pakan tambahan untuk memenuhi kebutuhan protein dan energi.

Pemanfaatan ampas sagu merupakan alternatif pakan domba. Walaupun diketahui bahwa penggunaannya sebagai ransum mempunyai kendala antara lain kecernaan dan kadar nutriennya rendah karena tingginya kadar serat kasar dan rendahnya kadar protein. Untuk mengatasi kendala tersebut salah satu caranya dengan melakukan fermentasi, Kandungan nutrisi ampas sagu dapat ditingkatkan.

(32)

Menurut Susangka et al. (2005) limbah ampas sagu mempunyai serat kasar sebesar 5-38%. . Serat kasar ini sangat tinggi dan dapat diturunkan dengan cara fermentasi dengan EM4 (Effective Microorganism 4) dan. EM4 merupakan salah satu mikroba yang dapat mendegradasi kandungan serat kasar karena memiliki kemampuan untuk menghasilkan enzim laccases dan peroksidase yang dapat merombak dan melarutkan lignin yang terkandung dalam bahan pakan yang berperan sebagai sumber energi bagi ternak, disamping itu juga EM4 berperan meningkatkan kecernaan, sintesa protein mikroba, mengurangi bau kotoran dan ramah lingkungan.

(33)

Tujuan Penelitian

Mengkaji kualitas ampas sagu yang difermentasi dengan EM4 terhadap pertambahan bobot badan domba.

Hipotesis Penelitian

Penggunaan ampas sagu fermentasi dalam ransum domba memberikan pengaruh positif terhadap meningkatkan konsumsi, pertambahan bobot badan domba, serta menurunkan konversi pakan pada domba.

Kegunaan Penelitian

(34)

ABSTRAK

MUHAMMAD TAUFIK SIAGIAN, 2017 “ Penggunaan Ampas Sagu Fermentasi Terhadap Performans Domba ‘. Dibimbing oleh MA’RUF TAFSIN dan SAYED UMAR.

Penelitian ini bertujuan untuk Mengkaji kualitas ampas sagu yang difermentasi dengan Effective microorganiscm 4 (EM4) terhadap performans domba merino. Penelitian telah dilaksanakan di Kec. Binjai Kota Sumatera Utara. Penelitian ini telah dilaksanakan selama 3 bulan dimulai dari bulan Oktober sampai dengan bulan Desember 2016 yang menggunakan 20 ekor domba peranakan merino dengan rataan bobot awal 18,30±1.16 kg. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak lengkap ( RAL) dengan 4 perlakuan dan 5 ulangan. Perlakuan ini terdiri atas P0 ( Ampas Sagu non fermentasi 40%) ; P1 ( Ampas sagu fermentasi 20% + ampas sagu non fermentasi 20 %) ; P2 (“Ampas sagu fermentasi 30% + ampas sagu non fermentasi 10% ) P3

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian ampas sagu yang difermentasi EM4 memberikan pengaruh yang sangat nyata ( P<0,01) terhadap konsumsi pakan ,PBB dan konversi pakan dapat dilihat pada perlakuan P3 dengan taraf penggunaan ampas sagu fermentasi 40%. Pertambahan bobon badan serta konversi pakan. Rataan masing-masing untuk konsumsi pakan (g/ekor/hari) pada susunan perlakuan P0, P1, P2, P3 470,0; 539,7; 565,0; dan 632,2. Rataan pertumbuhan bobot badan (g/ekor/hari) 59,6; 76,1; 99,2; 111,7 dan rataan konversi pakan 11,6; 9,13; 6,65; dan 5,78. Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah Penggunaan ampas sagu fermentasi EM4 dalam ransum memberikan pengaruh positif dalam meningkatkan performans domba pada taraf 40% dalam ransum.

( Ampas Sagu fermentasi 40 %).

(35)

ABSTRACT

MUHAMMAD TAUFIK SIAGIAN, 2017 "The use of Sago Dregs Fermentation Against Performans Merino sheep '. Supervised by MA'RUF TAFSIN and SAYED UMAR.

This study aims to Assess the quality of sago pulp fermented with Effective microorganiscm 4 (EM4) on the performances merino sheep. Research has been conducted on the farm Mr. Sunardi district. Kota Binjai, North Sumatra. This research has been carried out for 3 months starting from October to December 2016 using 20 merino sheep with the average initial weight of 18.30 ± 1:16 kg. Taken of the design used in this study was completely randomized design (CRD) with 4 treatments and 5 replications. This treatment consists of P0 (non-fermented dregs Sagu 40%); P1 (sago dregs dregs of fermentation 20% + non-fermented corn 20%); P2 ( "sago dregs of fermentation 30% + non-fermented corn pulp 10%) P3 (Sagu dregs fermentation 40%).

The results showed that administration of the fermented pulp sago EM4 give a significant influence (P <0,01) to feed consumption. Bobon gain weight and feed conversion. The average of each of the feed consumption (g / head / day) with a treatment composition P0, P1, P2, P3 470.0; 539.7; 565.0; and 632.2. Mean body weight growth (g / head / day) 59.6; 76.1; 99.2; and 111.7. The average feed conversion of 11.6; 9.13; 6.65; and 5.78. The conclusion of this study is the use of corn fermentation lees EM4 in rations had a positive influence in improving weight gain, feed intake and lower feed conversion values at level of 40% in the ration.

(36)

PENGGUNAAN AMPAS SAGU FERMENTASI

TERHADAP PERFORMANS DOMBA

SKRIPSI

MUHAMMAD TAUFIK SIAGIAN 120306066

PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(37)

PENGGUNAAN AMPAS SAGU FERMENTASI

TERHADAP PERFORMANS DOMBA

SKRIPSI

MUHAMMAD TAUFIK SIAGIAN 120306066

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

gelar Sarjana Peternakan di Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(38)

Judul Skripsi : Penggunaan Ampas Sagu Fermentasi Terhadap Performans Domba

Nama : Muhammad Taufik siagian NIM : 120306066

Program Studi : Peternakan

Disetujui oleh: Komisi Pembimbing

.

Dr. Ir. Ma’ruf Tafsin, M.Si Prof. Dr. Ir Sayed Umar, M.S Ketua Anggota

Mengetahui,

Prof. Dr. Ir. Hasnudi, MS Ketua Program Studi Peternakan

(39)

ABSTRAK

MUHAMMAD TAUFIK SIAGIAN, 2017 “ Penggunaan Ampas Sagu Fermentasi Terhadap Performans Domba ‘. Dibimbing oleh MA’RUF TAFSIN dan SAYED UMAR.

Penelitian ini bertujuan untuk Mengkaji kualitas ampas sagu yang difermentasi dengan Effective microorganiscm 4 (EM4) terhadap performans domba merino. Penelitian telah dilaksanakan di Kec. Binjai Kota Sumatera Utara. Penelitian ini telah dilaksanakan selama 3 bulan dimulai dari bulan Oktober sampai dengan bulan Desember 2016 yang menggunakan 20 ekor domba peranakan merino dengan rataan bobot awal 18,30±1.16 kg. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak lengkap ( RAL) dengan 4 perlakuan dan 5 ulangan. Perlakuan ini terdiri atas P0 ( Ampas Sagu non fermentasi 40%) ; P1 ( Ampas sagu fermentasi 20% + ampas sagu non fermentasi 20 %) ; P2 (“Ampas sagu fermentasi 30% + ampas sagu non fermentasi 10% ) P3

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian ampas sagu yang difermentasi EM4 memberikan pengaruh yang sangat nyata ( P<0,01) terhadap konsumsi pakan ,PBB dan konversi pakan dapat dilihat pada perlakuan P3 dengan taraf penggunaan ampas sagu fermentasi 40%. Pertambahan bobon badan serta konversi pakan. Rataan masing-masing untuk konsumsi pakan (g/ekor/hari) pada susunan perlakuan P0, P1, P2, P3 470,0; 539,7; 565,0; dan 632,2. Rataan pertumbuhan bobot badan (g/ekor/hari) 59,6; 76,1; 99,2; 111,7 dan rataan konversi pakan 11,6; 9,13; 6,65; dan 5,78. Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah Penggunaan ampas sagu fermentasi EM4 dalam ransum memberikan pengaruh positif dalam meningkatkan performans domba pada taraf 40% dalam ransum.

( Ampas Sagu fermentasi 40 %).

(40)

ABSTRACT

MUHAMMAD TAUFIK SIAGIAN, 2017 "The use of Sago Dregs Fermentation Against Performans Merino sheep '. Supervised by MA'RUF TAFSIN and SAYED UMAR.

This study aims to Assess the quality of sago pulp fermented with Effective microorganiscm 4 (EM4) on the performances merino sheep. Research has been conducted on the farm Mr. Sunardi district. Kota Binjai, North Sumatra. This research has been carried out for 3 months starting from October to December 2016 using 20 merino sheep with the average initial weight of 18.30 ± 1:16 kg. Taken of the design used in this study was completely randomized design (CRD) with 4 treatments and 5 replications. This treatment consists of P0 (non-fermented dregs Sagu 40%); P1 (sago dregs dregs of fermentation 20% + non-fermented corn 20%); P2 ( "sago dregs of fermentation 30% + non-fermented corn pulp 10%) P3 (Sagu dregs fermentation 40%).

The results showed that administration of the fermented pulp sago EM4 give a significant influence (P <0,01) to feed consumption. Bobon gain weight and feed conversion. The average of each of the feed consumption (g / head / day) with a treatment composition P0, P1, P2, P3 470.0; 539.7; 565.0; and 632.2. Mean body weight growth (g / head / day) 59.6; 76.1; 99.2; and 111.7. The average feed conversion of 11.6; 9.13; 6.65; and 5.78. The conclusion of this study is the use of corn fermentation lees EM4 in rations had a positive influence in improving weight gain, feed intake and lower feed conversion values at level of 40% in the ration.

(41)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis sampaikan kepada Allah Swt, atas segala rahmat dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul “Penggunaan Ampas Sagu Fermentasi Terhadap Performans Domba ”.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima-kasih kepada Bapak .Ma’ruf Tafsin selaku ketua dan Bapak.Sayed Umar selaku anggota komisi

pembimbing yang telah membimbing dan memberikan berbagai masukan berharga kepada penulis.

(42)

DAFTAR ISI

Pertumbuhan dan Penggemukan Domba ... 4

Nutrisi Ruminansia ... 6

Pembuatan ampas sagu Fermentasi ... 17

Peubah yang diamati Konsumsi Pakan ... 18

Pertambahan Bobot Badan Harian ... 18

Konversi Pakan ... 18

Pelaksanaan Penelitian Persiapan Kandang ... 18

Pengacakan Domba ... 19

Pemberian Pakan dan Air Minum ... 19

Pemberian Obat-Obatan ... 19

Penimbangan Bobot Badan ... 19

Hasil dan Pembahasan Konsumsi Pakan ... 21

(43)

Konversi Pakan ... 23 Kesimpulan dan Saran

Kesimpulan ... 26 Saran ... 26 DAFTAR PUSTAKA

(44)

DAFTAR TABEL

No. ... Hal

1. Kebutuhan harian zat-zat makanan untuk ternak Domba ... 6

2. Kandungan zat nutrisi ampas sagu sebelum dan sesudah fermentasi .... 8

3. Komposisi zat gizi bahan pakan yang digunakan ... 15

4. Rataan konsumsi pakan domba selama penelitian . ... 20

5. Rataan pertambahan bobot badan domba selama penelitian ... 21

(45)

DAFTAR GAMBAR

No

1 . Kurva Sigmoid Pertumbuhan Domba ……….. 5

Gambar

Tabel 3.Komposisi Kandungan Nutrisi Ransum Domba
Tabel 4 Rataan konsumsi bahan kering pakan domba selama penelitian  (g/ekor/hari)
Tabel 5. Rataan pertambahan bobot badan domba selama penelitian (g/ekor/hari).
Tabel 6. Rataan konversi pakan domba selama penelitian
+4

Referensi

Dokumen terkait

AKUMULASI LOGAM BERAT (Pb DAN Cu) PADA KERANG KEPAH (Polymesoda erosa) DI SUNGAI BATU

Bahan tambahan adalah bahan yang digunakan dalam proses produksi dan berfungsi meningkatkan mutu produk serta merupakan bagian dari produk akhir.. Bahan tambahan yang digunakan PT

Dengan mengubah kedua variabel tersebut secara bergantian, menunjukkan hasil bahwa keduanya memberikan pengaruh yang besar apakah metamaterial dapat bersifat kasat mata

Pada kasus Leni Mathul Kasanah, Majelis Hakim memberikan putusan pidana kepada terdakwa yakni penjara selama 1 tahun 1 bulan, karena ia secara sah dan

Salah satu langkah yang dapat diterapkan adalah dengan terus mengembangkan kegiatan budidaya ikan (pembenihan, pendederan dan pembesaran), perlindungan jenis ikan di

Dari enam faktor yang diteliti (sistem manajemen lingkungan, kinerja.. lingkungan, ukuran perusahaan, tipe industri, return on asset, dan leverage ), terbukti sistem

Perekonomian dengan sistem barter ini terjadi pada waktu itu belum dikenal sama sekali alat tukar yang disebut uang atau alat yang berfungsi sebagai alat pembayaran3. Fungsi uang

Dalam keadaan krisis tersebut ternyata lembaga keuangan yang masih eksis dan fleksibel dalam keadaan moneter yang semakin menurun adalah sebuah bank yang tidak