• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH Kerangka Penyusunan dan Penyajia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MAKALAH Kerangka Penyusunan dan Penyajia"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

Proses akuntansi yang dimulai dari identifikasi kejadian dan transaksi hingga penyajian dalam laporan keuangan, memerlukan sebuah kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangn. Kerangka dasar atau kerangka konseptual akuntansi, adalah suatu sistem yang melekat dengan tujuan-tujuan serta sifat dasar yang mengarah pada standar yang konsisten dan terdiri atas sifat, fungsi dan batasan dari akuntansi dan laporan keuangan. Dalam makalah ini kami akan membahas kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangna syariah. Pembahasan diawali dengan diskusi tentang perkembangan Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan Syariah (KDPPLKS) dan diikuti dengan tujuan KDPPLKS, pemakai laporan keuangan syariah, tujuan laporan keuangan syariah. Misalnya, AAOIFI (Accounting and Auditing Organization for Islamic Financial Institutions), Dewan Standar Akintansi Indonesia (DSAK) menusun PSAK Syariah tentang kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan.

Kenapa kita mempelajari tentang kerangka dasar laporan keuangan syariah, yaitu agar kita mampu mengetahui seperti apa kerangka dasar laporan keuangan syariah setelah mengetahui dasar kerangka laporan keuangan syariah kita akan lebih mudah untuk membuat laporan keuangan syariah.

1.2 Rumusan Masalah :

Adapun Rumusan Masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut :

a. Bagaimana Perkembangan Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan Syari’ah –Ikatan Akuntan Indonesia?

b. Bagaimana tujuan kerangka dasr dari laporan keuangan syariah?

c. Apa saja Aspek Yang Terkait Dengan Transaksi Syari’ah Dan Pemakai Laporan Keuangan Syari’ah?

(2)

e. Apa saja asumsi-asumsi dasar dari laporan keuangan syariah? f. Bagaimana Karakteristik kualitatif informasi keuangan syariah?

g. Bagaimana Kendala informasi yang relevan dan andal dalam laporan keuangan syariah?

1.3 Tujuan:

Adapun Tujuan penulisan dalam makalah ini adalah sebagai berikut :

a. Untuk mengetahui Perkembangan Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan Syari’ah –Ikatan Akuntan Indonesia

b. Untuk mengetahui tujuan kerangka dasr dari laporan keuangan syariah

c. Untuk mengetahui Aspek Yang Terkait Dengan Transaksi Syari’ah Dan Pemakai Laporan Keuangan Syari’ah

d. Untuk mengetahui Tujuan Laporan Keuangan

e. Untuk Mengetahui asumsi-asumsi dasar dari laporan keuangan syariah f. Untuk Mengetahui Karakteristik kualitatif informasi keuangan syariah g. Untuk Mengetahui Kendala informasi yang relevan dan andal dalam laporan

(3)

BAB II PEMBAHASAN

KERANGKA DASAR LAPORAN KEUANGAN SYARI’AH

2.1 Perkembangan Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Lporan Keuangan Syari’ah –Ikatan Akuntan Indonesia.

Kerangka dasar merupakan rumusan konsep yang mendasari penyusunan dan penyajian laporan keuangan bagi para pemakai eksternal. Adanya perbedaan karakteristik antara bisnis yang berlandaskan pada syariah dengan bisnis konvensional menyebabkan ikatan akuntan Indonesia (IAI) mengeluarkan kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan keungan bank syari’ah (KDPPLKBS) pada tahun 2002. KDPPLKBS selanjutnya di sempurnakan pada tahun 2007 menjadi kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan syari’ah (KDPPLKS). Penyempurnaan KDPPLKS terhadap KDPPLKBS di lakukan untuk memperluas cakupannya sehingga tidak hanya untuk transaksi syari’ah pada bank syari’ah, melainkan juga pada jenis institusi bisnis lain, baik yang berupa institas syari’ah maupun institas konvensional yang bertransaksi dengan skema syari’ah.

Berdasarkan pengantar yang disampaikan oleh Dewan standar Akuntansi Keuangan dalam Exposure Draf KDPPLKS dengan KDPLKBS (2002). Sistematika KDPPLKBS (2002) hanya menyajikan kerangka dasar yang berbeda dari KDPPLK (2004) dan jika diatur secara khusus diasumsiokan kerangka dasar yang ada dalam KDPPLK (1994) doianggap juga berlaku dalam bank syari’ah.

2.2 Tujuan Kerangka Dasar

Kerangka dasar ini menyajikan konsep yang mendasari penyusunan dan penyajian laporan keuangan bagi para penggunanya. Kerangka ini berlaku untuk semua jenis transaksi syariah yang dilaporkan oleh entitas syariah maupun entitas konvensional baik sektor publik maupun sektor swasta. Tujuan kerangka dasar ini adalah untuk digunakan sebagai acuan bagi:

(4)

b. Penyusun laporan keuangan, untuk menaggulangi masalah akuntansi syariah yang belum diatur dalam standar akuntansi keuangan syariah.

c. Auditor, dalam memberikan pendapat mengenai apakah laporan keuangan disusun sesuai dengan prinsip akuntansi syariah yanh berlaku umum

d. Para pemakai laporan keuangan, dalam menafsirkan informasi yang disajikan dalam laporan keuangan yang disusun sesuai dengan standar akuntansi keuangan syariah

2.3 Aspek Yang Terkait Dengan Transaksi Syari’ah Dan Pemakai Laporan Keuangan Syari’ah

a. Paradigm transaksi syari’ah

Transaksi syari’ah berlandaskan pada paradigm bahwa alam semesta diciptakan oleh Tuhan sebagai amanah (kepercayaan ilahi) dan sarana kebahagiaan hidup bagi seluruh umat manusia untuk mencapai kesejahteraan hakiki secara material dan spiritual (falah). Paradigma dasar ini menekankan bahwa setiap aktifitas manusia memiliki akuntabilitas dan nillai ilahiah yang menempatkan perangkat syari’ah dan akhlak sebagai parameter baik dan buruk, benar dan salahnya aktifitas usaha. Syari’ah merupakan ketentuan hukum islam yang mengatur aktifitas manusia yang berisi perintah dan larangan, baik yang menyangkut hubungan interaksi vertical dengan Tuhan maupun interaksi horizontal dengan sesama makhluk. Prinsip syari’ah yang berlaku umum dalam kegiatan muamalah mengikat secara hukum bagi semua pelaku dan pemangku kepentingn entitas yang melakukan transaksi syari’ah. Adapun akhlak merupakan norma dan etika yang berisi nilai-nilai moral dalam interaksi sesame makhluk agar hubungan tersebut menjadi saling menguntungkan, sinergis, dan harmonis.

b. Asas transaksi syari’ah

 Persaudaraan (ukhuwah): berarti transaksi yang diadakan merupakan bentuk interaksi

social dan harmonisasi kepentingan para pihak untuk kemanfaatan secara umum dengan semangat saling tolong-menolong. Ukhuwah dalam transaksi syariah melingkupi berbagai aspek, yaitu saling mengenal, saling memahami, saling menolong, saling menjamin, saling bersinergi.

(5)

riba, dzulm, maysir, gharar, ihtikar, najasy, risywah, ta’alluq, dan penggunaan unsur haram dalam barang, jasa, maupun dalam aktifitas operasi.

 Kemaslahatan (maslahah): transaksi syariah haruslah merupakan segala bentuk

kebaikan dan manfaat yang berdimensi duniawi dan ukhrawi, material dan spiritual, serta individual dan kolektif. Kemaslahatan harus mengandung dua unsure yaitu halal dan thayyib.

 Keseimbangan (tawazum): transaksi harus memperhatikan keseimbangan aspek material dan spiritual, aspek privat dan public, sektort keuangan dan riil, bisnis dan social, serta keseimbangan aspek pengembangan dan pelestarian.

 Universalisme (syumuliyah): transaksi syariah dapat dilakukan oleh, dengan, dan

untuk semua pihak yang berkepentingan tanpa membedakan suku, agama, ras, dan golongan sesuai dengan semangat rahmatan lil alamin.

c. Karakteristik transaksi syari’ah

Transaksi syariah dapat berupa aktivitas bisnis yang bersifat komersial maupun aktivitas social yang bersifat non-komersial. Transaksi syariah komersial dapat berupa investasi untuk mendapatkan bagi hasil, jual beli barang untuk mendapatkan laba, dan pemberian layanan jasa untuk mendapat imbalan. Adapun transaksi non-komersial; dapat dilakukan dengan berupa pemberian pinjaman atau talangan, penghimpunan dan penyaluran dana social seperti zakat, infak, sedekah, wakaf, hibah. Kedua transaksi harus memenuhi persyaratan syariah. Implementasi transaksi yang sesuai dengan paradigma dan asas transaksi syariah harus memenuhi karakteristik dan persyaratan antara lain:

 Transaksi hanya dilakukan berdasarkan prinsip saling paham dan saling ridha

 Prinsip kebebasan bertransaksi diakui sepanjang objeknya halal dan baik

 Uang hanya berfungsi sebagai alat tukar dan satuan pengukur nilai, bukan sebagai

komoditas

(6)

 Transaksi dilakukan berdasarkan suatu perjanjian yang jelas dan benar serta untuk keuntungan semua pihak tanpa merugikan pihak lain .

 Tidak ada distorsi harga melalui rekayasa permintaan.

 Tidak mengandung unsur kolusi dengan suap menyuap.

d. Pemakai laporan keuangan syari’ah Pemakai laporan keuangan meliputi:

 Investor sekarang dan investor potensial; hal ini karena mereka harus memutuskan

apakah akan membeli, menahan atau menjual investasi atau penerimaan deviden.  Pemilik dana qardh; untuk mengetahui apakah dana qardh dapat dibayar pada saat

jatuh tempo.

 Pemilik dana syirkah temporer; untuk pengambilan keputusan pada investasi yang

memberikan tingkat pengembalian yang bersaing atau aman.

 Pemilik dana titipan; untuk memastikan bahwa titipan dana dapat diambil setiap saat.

 Pembayar dan penerima zakat, infak, sedekah, dan wakaf; untuk informasi tentang

sumber dan penyaluran dana tersebut.

 Pengawas syariah; untuk menilai kepatuhan pengelolaan lembaga syariah terhadap prinsip syariah.

 Karyawan; untuk memperoleh informasi tentang stabilitas dan profitabilitas entitas syariah.

 Pemasok dan mitra usaha lainnya; untuk memperoleh informasi tentang kemampuan

entitas membayar utang pada saat jatuh tempo.

 Pelanggan; untuk memperoleh informasi tentang kelangsungan hidup entitas syariah.

 Pemerintah serta lembaga-lembaganya; untuk memperoleh informasi tentang aktivitas

entitas syariah, perpajakan serta kepentingan nasional lainnya.

 Masyarakat; untuk memperoleh informasi tentang kontribusi entitas terhadap masyarakat dan negara

2.4 Tujuan Laporan Keuangan

(7)

besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi.Selain itu, tujuan lainnya sebagai berikut:

a. Pengambilan putusan investasi dan pembiayaan. Laporan keuangan bertujuan menyediakan informasi yang bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan dalam pengambilan keputusan yang rasional. Pihak-pihak yang berkepentingan antara lain:

 Shahibul maal/ pemilik dana

 Kreditur

 Pembayar zakat, infaq dan shadaqah

 Pemegang saham

b. Menilai prospek arus kas. Pelaporan keuangan bertujuan untuk memberikan informasi yang dapat mendukung investor/ pemilik dana, kreditur, saat dan ketidakpastian dalam penerimaan kas dimasa depan atas deviden, bagi hasil, dan hasil dari penjualan, pelunasan (redemption), dan jatuh tempo dari surat berharga atau pinjaman. Prospek penerimaan kas tersebut sangat tergantung dari kemampuan bank untuk menghasilkan kas guna memenuhi kewajiban yang telah jatuh tempo, kebutuhan operasional, reinvestasi dalam operasi, serta pembayaran deviden.

c. Informasi atas sumber daya ekonomi. Pelaporan keuangan bertujuan memberikan informasi tentang sumberdaya ekonomis bank (economic resources), kewajiban bank untuk mengalihkan sumberdaya tersebut pada entitis lain atau pemilik sama, serta kemungkinan terjadinya transaksi dan peristiwa yang dapat mempengaruhi perubahan sumberdaya ekonomi tersebut.

(8)

e. Laporan keuangan memberikan informasi untuk membantu mengevaluasi pemenuhan tanggung jawab bank terhadap amanah daam mengamalkan dana, menginvestasikannya pada tingkat keuntungan yang layak, dan informasi mengenai tingkat keuntungan investasi yang diperoleh pemilik dan pemilik dana investasi yang terikat.

f. Pemenuhan fungsi sosial. Laporan keuangan memberikan informasi mengenai pemenuhan fungsi sosial bank, termasuk pengelolaan dan penyaluran zakat.

2.5 Asumsi dasar a. Dasar akrual

Dengan dasar akrual pengaruh transaksi dan peristiwa lain diakui pada saat kejadian serta diungkapakn dalam catatan akuntansi dan dilaporkan dalam laporan keuangan pada periode yang bersangkutan. Laporan keuangan yang disusun atas dasar akrual memberikan informasi kepada pemakai, tidak hanya transaksi masa lalu yang melibatkan penerimaan dan pembayaran kas, tetapi juga kewajiban pembayaran kas di masa depan serta sumber daya yang mempresentasikan kas yang akan diterima di masa depan.

Akan tetapi, perhitungan pendapatan untuk tujuan pembagian hasil usaha tidaklah menggunakan dasar akrual, melainkan menggunakan dasar kas. Dalam pembagaian hasil usaha.

b. Kelangsungan Usaha

Laporan keuangan biasanya disusun atas dasar asumsi kelangsungan usaha entitas syariah dan akan melanjutkan usahanya di masa depan. Oleh karena itu, entitas syariah diasumsikan tidak bermaksud atau berkeinginan melikuidasi atau mengurangi secara material skala usahanya.

2.6 Karakteristik kualitatif informasi keuangan syariah

Karakteristik kualitatif merupakan cirri khas yang membuat informasi dalam laporan keuangan berguna bagi pemakai.

(9)

Maksudnya adalah pemakai diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai tentang aktivitas ekonomi dan bisnis dengan ketekunan yang wajar.

b. Relevan

Maksudnya adalah memiliki kemampuan untuk memengaruhi keputusan ekonomi pemakai dengan membantu mereka mengevaluasi masa lalu, masa kini, atau masa depan dengan mernegaskan atau mengoreksi hasil evaluasi mereka di masa lalu.

c. Andal

Andal diartikan sebagai bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan material, dan dapat diandalkan pemakainya sebagai penyajian yang tulus atau jujur (faithul representation) dari yang seharusnya di sajikan atau yang sevara wajar diharapkan dapat disajikan. Agar dapat diandalkan maka informasi harus memenuhi hal sebagai berikut:

 Menggambarkan dengan jujur transaksi (penyajian jujur) serta peristiwa lainnya yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar dapat diharapkan untuk di sajikan.  Dicatat dan disajikan sesuai dengan substansi dan realitas ekonomi yang sesuai

dengan prinsif syari’ah dan bukan hanya bentuk hukumnya (substansi mengungguli bentuk).

 Harus diarahkan untuk kebutuhan umum pemakai dan bukan pihak tertentu saja (netral).

 Di dasarkan atas pertimbangan yang sehat dalam hal menghadapi ketidakpastian

peristiwa dan keadaan tertentu.

 Lengkap dalam batasan materialitas dan biaya.

d. Dapat dibandingkan

(10)

2.7 Kendalainformasi yang relevan dan andal

Kendala informasi yang relevan dan andal terdapat dalam hal sebagai berikut : a. Tepat waktu

Jika terdapat penundaan yang tidak semestinya dalam pelaporan, maka informasi yang dihasilkan akan kehilangan relevansinya. Manajemen mungkin perlu menyeimbangkan manfaat relativ antara pelaporan tepat waktu dan ketentuan informasi andal.

b. Keseimbangan antara biaya dan manfaat

Keseimbangan antara biaya dan manfaat lebih merupakan suatu kendala yang dapat terjadi (pervasive) dari suatu karakteristik kualutatif. Manfaat yang dihasilkan informasi seharisnya melebihi biaya penyusunannya. Namun demikian, secara substabsi, evaluasu biaya dan manfaat merupakan suatu prpses pertimbangaan (judgement proces).

c. Penyajian yang wajar

Dalam ciri karakteristik kualitatif, tidak dijelaskan mengenai konsep khusus tentang penyajin wajar. Namun, dalam penerapan, muara dari karakteristik kualittif pokok dan standar akuntansi keuangan yang sesuai biasanya akan terlihat pada laporan keuangan yang menggambarkan apa yang pda umumnya dipahami sebagai suatu pandangan yang wajar dari atau menyajikan dengan wajar.

2.8 Unsur-unsur laporan keuangan

Sesuai karakteristik, laporan keuangan entitas syari’ah, antara lain meliputi:

a. Komponen laporan keuangan yang mencerminkan kegiatan komersial yang terdiri atas :

1. Posisi keuangan

Unsur yang terkait secara langsung dengan pengukuran posisi keuangan adalah aset, kewajiban, dana syirkah temporer dan ekuitas. Pos-pos ini didefinisikan sebagai berikut:

Aset adalah sumber daya yang dikuasai oleh entitas syari’ah sebagai akibat dari

(11)

Kewajiban merupakan utang entitas syari’ah masa kini yang timbul dari peristiwa masa lalu, penyelesayannya di harapkan mengakibatkan arus keluar dari sumber daya entitas syari’ah yang mengandung manfaat ekonomi.

Dana syirkah temporer adalah dana yang diterima sebagai investasi dengan jangka waktu tertentu dari individu dan pihak lainnya dimana entitas syari’ah mempunyai hak untuk mengelola dan menginvesatasikan dana tersebut dengan pembagian hasil investasi berdasarkan kesepakatan.

Ekuitas adalah hak resijual atas aset entitas syari’ah setelah dikurangi semua

kewajiban dan dana syirkah temporer. Ekuitas dapat disubklasifikasikan menjadi setoran modal pemegang saham, saldo laba, penyisihan saldo laba dan penyisihan penyesuaian pemeliharaan modal.

Contoh penyususnan laporan posisi keuangan pada bank syariah:

PT Bank Syariah “X” Laporan Posisi Keuangan (Neraca)

Per 31 Desember 20X1

Aset Xxx

Kas Xxx

Penempatan pada Bank Indonesia Xxx

Giro pada bank lain Xxx

Penempatan pada bank lain Xxx

Investasi pada efek/surat berharga Aset tetap dan akumulasi penyusutan xxx

Aset lainnya xxx

Jumlah Aset

KEWAJIBAN xxx

(12)

Bagi hasil yang belum dibagikan xxx

Estimasi kerugian komitmen dan kontinjensi xxx

Pinjaman yang diterima xxx

Kewajiban lainnya xxx

Pinjaman subordinasi xxx

Jumlah Kewajiban

DANA SYIRKAH TEMPORER

Dana syirkah temporer dari bukan bank: xxx

Tabungan mudharabah xxx

Deposito mudharabah xxx

Dana syirkah temporer dari bank: xxx

Tabungan mudharabah xxx

Jumlah Kewajiban, Dana Syirkah tempporer dan ekuitas xxx

2. Laporan laba-rugi

Komponen-komponen laporan laba rugi bank syariah disusun dengan mengacu pada PSAK untuk pos-pos umum. Dengan memperhatikan ketentuan dalam PSAK terkait, bank syariah menyajikan laporan laba rugi yang mencakup, tetapi tidak terbatas, pada pos-pos berikut:

PT Bank Syariah “X” Laporan Laba Rugi

Periode 1 Januari s.d. 31 Desember 20X Pendapatan Pengelolaan Dana oleh bank

(13)

Pendapatan marjin

Jumlah Pendapatan Pengelolaan Dana oleh bank sebagai

mudharib Xxx

Hak pihak ketiga atas bagi

(14)

Beban Pajak (xxx)

Laba (Rugi) Neto Periode

Berjalan Xxx

3. Kinerja

Unsur yang langsung berkaitan dengan pengukuran penghasilan bersih (laba) adalah penghasilan dan beban. Unsur penghasilan beban didefinisikan berikut ini:

 Penghasilan (income) adalah kenaikan manfaat ekonomi selama suatu periode

akuntansi dalam bentuk pemasukan atau penambahan aset atau penurunan kewajiban yang mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari konstribusi penanam modal. Penghasilan (income) meliputi pendapatan (revenues) maupun keuntungan (gain).

 Beban (ekspenses) adalah penurunan manfaat ekonomi selama suatu periode

akuntansi dalam bentuk arus keluar berkurangnya aset atau terjadinya kewajiban yang mengakibatkan penurunan ekuitas yang tidak menyangkut pembagian kepada penanam modal, termasuk di dalamnya beban untuk pelaksanaan aktivitas entitas syari’ah maupun kerugian yang timbul.

4. Hak pihak ketiga atau bagi hasil

Hak pihak ketiga atau bagi hasil dana syirkah temporer adalah bagian bagi hasil pemilik dana atau keuntungan dan kerugian hasil investasi bersama entitas syari’ah dalam suatu periode laporan keuangan.

Hak pihak ketiga atas bagi hasil tidak bisa dikelompokan sebagai beban (ketika untung) atau pendapatan (ketika rugi). Namun, hak pihak ketiga atas bagi hasil merupakan alokasi keuntungan dan kerugian kepada pemilik dana atas investasi yang dilakukan bersama dengan entitas syari’ah.

(15)
(16)

c. Komponen laporan keuangan lainnya yang mencerminkan kegiatan dan tanggung jawab khusus entitas syari’ah tersebut.

2.9 Pengukuran Unsur-Unsur Laporan Keuangan

Berbagai dasar pengukuran tersebut adalah sebagai berikut: a. Biaya historis (historical cost)

Aset di catat sebesar pengeluaran kas (setara kas) yang di bayar atau sebesar nilai wajar dari imbalan (consideration) yang di berikan untuk memperoleh aset tersebut pada saat perolehan.

b. Biaya kini (current cost)

Aset dinilai dalam jumlah kas (stara kas) yang seharusnya dibayar bila aset yang sama atau stara aset diperoleh sekarang.

c. Nilai realisasi atau penyelesaian (realizable atau settement value)

Aset dinyatakan dalam jumlah pas (setara kas) yang dapat diperoleh sekarang dengan menjual aset dalam pelepasan normal (orderly disporal).

2.10 Catatan atas laporan keuangan

Catatan atas laporan keuangan meliputi penjelasan naratif atau rincian jumlah yang tertera dalam laporan keuangan utama. Catatan atas laporan keuangan suatu entitas syariah harus mengungkapkan hal-hal sebagai berikut:

 Informasi tentang dasar penyusunsn laporan keuangan dan kebijakan akuntansi yang

dipilih dan diterapkan terhadap peristiwa dan transaksi yang penting.

 Informasi yang diwajiobkan dalam PSAK, tetapi tidak disajikan dalam neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas: perubahan ekuitas: laporan sumber dan penggunaan zakat : dan laporan penggunaan dana kebajikan.

 Informasi tambahan yang tidak disajikan dalam laporan keuangan, tetapi diperlukan

(17)

Dalam rangka membantu pengguna laporan memahami laporan keuangan dan membandingkannya dengan laporan keuangan entitas syariah lain , catatan atas laporan keuangan umumnya disajikan dengan urutan sebagai berikut:

 Pengungkapan mengenai dasar pengukuran dan kebijakan akuntansi yang diterapkan.

 Informasi pendukung pos-pos laporan keuangan sesuai urutan sebagaimana pos-pos

tersebut disajikan dalam laporan keuangan dan urutan penyajian komponen laporan keuangan.

 Pengungkapan lain termasuk kontijensi, komitmen dan pengungkapan keuangan lainnya

(18)

BAB III PENUTUP

3.1 SIMPULAN

Kerangka dasar merupakan rumusan konsep yang mendasari penyusunan dan penyajian laporan keuangan bagi para pemakai eksternal. Adanya perbedaan karakteristik antara bisnis yang berlandaskan pada syariah dengan bisnis konvensional menyebabkan ikatan akuntan Indonesia (IAI) mengeluarkan kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan keungan bank syari’ah (KDPPLKBS) pada tahun 2002. KDPPLKBS selanjutnya di sempurnakan pada tahun 2007 menjadi lkerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan syari’ah (KDPPLKS). Kerangka dasar ini menyajikan konsep yang mendasari penyusunan dan penyajian laporan keuangan bagi para penggunanya. Kerangka ini berlaku untuk semua jenis transaksi syariah yang dilaporkan oleh entitas syariah maupun entitas konvensional baik sektor publik maupun sektor swasta.

(19)

DAFTAR PUSTAKA

Rizal yahya, dkk, Akuntansi Perbankan Syari’ah (Jakarta: Salemba Empat, 2009) hal 80 Rizal yahya,dkk, Akuntansi Perbankan Syari’ah (Jakarta: Salemba Empat, 2009) hal 80 Sri Nurhayati,dkk, Akuntansi syari’ah di Indonesia (Jakarta: Salemba Empat, 2008) hal 90 Rizal Yahya, dkk, Akuntansi Perbankan Syari’ah (Jakarta: Salemba Empat, 2009) hal 81

http://lidonarta.blogspot.co.id/2012/07/kerangka-dasar-penyusunan-dan-penyajian.html

Referensi

Dokumen terkait

a) Waktu yang akan datang penuh dengan berbagai ketidakpastian, sehingga perusahaan harus dapat mengantisipasi kemungkinan yang akan terjadi dimasa mendatang. Berbagai

Perbandingan Keakuratan Model Arus Kas Metoda Langsung dan Tidak Langsung Dalam Memprediksi Arus Kas dan Deviden Masa Depan.. Jurnal Simposium Nasional Akuntansi

Tidak adanya laporan aktivitas karena penerimaan kas dilakukan langsung oleh pemilik usaha sehingga tidak memerlukan laporan aktivitas penerimaan kas, kemudian tidak adanya

Basis kas untuk Laporan Realisasi Anggaran berarti bahwa pendapatan dan penerimaan pembiayaan diakui pada saat kas diterima oleh kas daerah, serta belanja dan

serta kenaikan atau penurunan kas, maka dimungkinkan untuk membuat prediksi yang lebih baik atas jumlah, waktu, dan ketidakpastian arus kas di masa depan,

Pelaporan keuangan yang tepat waktu sangat penting bagi investor karena bisa mengurangi ketidakpastian dalam suatu keputusan ekonomi atau distribusi laporan

Bagi investor yang paling penting adalah tingkat imbalan hasil (return) dari modal yang telah atau akan ditanam dalam suatu perusahaan tersebut. b) Kreditur, merasa

Basis kas untuk Laporan Realisasi Anggaran berarti bahwa pendapatan dan penerimaan pembiayaan diakui pada saat kas diterima oleh kas daerah, serta belanja dan