• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDEKATAN SOSIOLOGI SASTRA DALAM ANALIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENDEKATAN SOSIOLOGI SASTRA DALAM ANALIS"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

PENDEKATAN SOSIOLOGI SASTRA

DALAM ANALISIS CERPEN WARUNG ‘PENAJEM’ DAN KANG SAPRIN MINTA DIKEBIRI KARYA AHMAD TOHARI

Wiradita Sawijiningrum dita.diningrum@gmail.com

Abstrak

Kata kunci : Sosiologi Sastra, Warung ‘Penajem’, Kang Saprin Minta Dikebiri, cerpen Cerpen karya Ahmad Tohari banyak dibicarakan akhir-akhir ini, sebab tiap karyanya tidak lepas dari peran masyarakat aktif di dalamnya. Ahmad Tohari mengenal dengan baik objek tulisannya. Tidak heran bila mereka serasa jadi bagian nyata dalam realitas sehari-hari. Ahmad Tohari masih memegang pakem cerita yang berkisar seputar masalah orang-orang kecil, kalangan bawah, dan kaum marjinal dengan segala problematika dan dialektikanya masing-masing. Ahmad Tohari pun seperti sengaja memadukan unsur simpati dan empati dalam cerpen yang ditulisnya. Alhasil, kisah-kisah tersebut mampu memperkaya batin, mengasah nurani, dan menguji kepedulian pembaca.

Sosiologi sastra dipilih sebagai pendekatan dalam analisis cerpen karya Ahmad Tohari yang berjudul Warung ‘Penajem’ dan Kang Saprin Minta Dikebiri dalam kumpulan cerpen “Mata yang Enak Dipandang”. Cerpen karya Ahmad Tohari ini mampu mengusik pembaca atas citraan yang diusung dalam cerpen tersebut. Dalam cerpen yang berjudul Warung ‘Panajem’ dan Kang Saprin Minta Dikebiri terlihat sekali bahwa latar belakang cerpen ini adalah daerah pedesaan dan tokoh-tokoh dalam cerpen ini adalah ‘wong cilik’ atau orang-orang kecil atau miskin. Pada cerpen ini kehidupan pedesaan sangat ditonjolkan oleh pengarang. Banyak deskripsi-deskripsi yang menunjukan keadaan latar pedesaan.

A. Pendahuluan

Ahmad Tohari merupakan salah satu sastrawan yang terkenal. Ahmad Tohari banyak membuat karya yang mengangkat tentang kehidupan orang kecil atau orang miskin. Salah satunya adalah cerpen Warung ‘Penajem’ dan Kang Saprin Minta Dikebiri. Dalam cerpen yang termasuk dalam kumpulan cerpen “Mata yang Enak Dipanang” akan dianalis menggunakan pendekatan sosiologi. Dengan menganailis karya Ahmad Tohari menggunakan pendekatan sosiologi sastra maka akan terlihat bagaimana karya sastra tersebut barkaitan dengan kehidupan sosial masyarakat. Selain itu dapat melihat sosok Ahmad Tohari dalam kehidupannya.

(2)

kehidupan rakyat kecil yang menjadi sentral ceritanya dan tokoh-tokohnya yang merupakan rakyak kecil yang mengalami permasalahan dengan kemiskinan tersebut. Menurut A. Teeuw (dalam Nyoman, 2013) penelitian terhadap aspek-aspek kemasyatrakatan dipicu oleh stagnasi analisis strukturalisme, analisis yang semata-mata didasarkan atas hakikat otonomi karya. Sebaliknya, karya sastra dapat dipahami secara lengkap hanya dengan mengembalikannya pada latar belakang sosial yang menghasilkannya, melalui analisis dalam kerangka penulis, pembaca, dan kenyataan. Maka sosiologi sastra ini tepat untuk menganalisis dua cerpen karya Ahmad Tohari ini.

B. Kajian Teoritis

Menurut Edgar Allan Poe mengatakan bahwa cerpen adalah sebuah cerita yang selesai dibaca dalam sekali duduk, kira-kira berkisar antara setengah sampai dua jam. Cerpen memiliki kelebihan yang khas yaitu kemampuannya mengemukakan secara lebih banyak secara implisit dari sskedar apa yang diceritakan (Nurgiyantoro, 2010: 11)

Pendekatan sosiologi sastra merupakan perkembangan dari pendekatan memetik yang memahami karya sastra dalam hubungannya dengan realitas dan aspek sosial kemasyarakatan. (Wiyatmi, 2008: 97) munculnya pendekatan sosiologi sastra dilatarbelakangi oleh keberadaan karya sastra yang tidak dapat terlepas dari realitas social yang berada pada masyarakat. Sosiologi sastra dapat mengacu pada cara memahami dan menilai sastra yang mempertimbangkan segi kemasyarakatan.

Sosiologi sastra menurut Wellek dan Warrren (1990) menklasifikasikan menjadi tiga tipe, yaitu sosiologi pengarang, sosiologi karya, dan sosiologi pembaca. Dalam sosiologi pengarang ditelaah latar belakang sosial, status sosial pengarang dan ideologi pengarang yang terlihat dari berbagai kegiatan pengarang di luar karya sastra. Dalam sosiologi karya ditelaah isi karya sastra, tujuan, serta hal-hal yang tersirat dalam karya sastra itu sendiri dan yang berkaitan dengan masalah sosial. Dalam sosiologi pembaca karya sastra ditelaah sejauhmana sastra ditentukan atau tergantung dari latar sosial, perubahan dan perkembangan sosial.

Dalam perkembangan selanjutnya pendekatan sosiologi sastra memiliki berbagai varian yang masing-masing memiliki kerangka teori dan metode sendiri. Dalam hal ini Junus (1986) dalam Wiyatmi membedakan sejumlah pendekatan sosiologi sastra ke dalam beberapa macam, yaitu:

(3)

2) sosiologi sastra yang mengkaji penghasilan dan pemasaran karya sastra,

3) sosiologi sastra yang mengkaji penerimaan masyarakat terhadap karya sastra seorang penulis tertentu dan apa sebabnya,

4) sosiologi sastra yang mengkaji pengaruh sosial budaya terhadap penciptaan karya sastra,

5) sosiologi sastra yang mengkaji mekanisme universal seni, termasuk karya sastra, dan

6) Struktualisme genetic yang dikembangkan oleh Lucien Goldman dari Perancis. Sastra menyajikan gambaran kehidupan, dan kehidupan itu sendiri sebagian besar terdiri dari kenyataan sosial. Dalam pengertian ini, kehidupan mencakup hubungan antarmasyarakat dengan orang-orang, antarmanusia, antarperistiwa yang terjadi dalam batin seseorang. Keseluruhan itu saling berkaitan.

C. Metode

Dalam penelitian ini, menggunakan metode deskriptif kualitatif. Metode deskriptif kualitatif dalam penelitian ini digunakan untuk mendeskripsikan problematika-problematika yang berkenaan dengan sosiologi sastra, baik sosiologi karya, pembaca maupun pengarang. Metode kualitatif ini yaitu metode yang pada dasarnya untuk menemukan pengetahuan baru, serta merumuskan teori berdasarkan data yang dikumpulkan serta mnjelaskan suatu masalah yang diteliti. Adapun metode pengumpulan data yang digunakan :

a. Observasi

Observasi merupakan kegiatan pengamatan secara cermat dalam situasi yang sebenarnya yang berada didalam konteks yang lengkap.

b. Studi Kepustakaan

Mencari informasi dari buku, jurnal, artikel, dan internet yang berkaitan dengan analisis yang dilaksanakan, sehingga dapat dijadikan acuhan pembanding dari hasil analisis.

(4)

D. Pembahasan

Analisis Warung ‘Penajem’ dan Kang Saprin Minta Dikbiri menggunakan Pendekatan Sosiologi Sastra

1. Sosiologi Karya

Dalam cerpen yang berjudul Warung ‘Panajem’ terlihat sekali bahwa latar belakang cerpen ini adalah daerah pedesaan dan tokoh-tokoh dalam cerpen ini adalah ‘wong cilik’ atau orang-orang kecil atau miskin. Pada cerpen ini kehidupan pedesaan sangat ditonjolkan oleh pengarang. Banyak deskripsi-deskripsi yang menunjukan keadaan latar pedesaan. Dalam cerpen Warung ‘Panajem’ terdapat kutipan yang menunjukkan latar pedesaan dan para tokoh dalam cerpen ini adalah orang-orang yang mengalami kemiskinan, seperti dalam kutipan-kutipan berikut:

“Bunyi yang kering dan tajam selalu terdengar setiap kali mata cangkul Kartawi menhunjam tanah tegalan yang sudah lama kerontang. Debu tanah kapur memercik. Pada setiap detik yang sama, Kartawi merasa ada sentakan keras terhadap otot-otot tangan sampai ke punggungnya. Dan petani muda itu terus mengayun cangkul. Atau segaka macam kebutuhan dapur para petani tetangga. Jum yang punya hasrat besar punya rumah tembok, televise, dan sepeda motor bebek.”(W‘P’)

Sama halnya dengan cerpen Warung ‘Panajem’ dalam cerpen Kang Saprin Minta Dikebiri juga berlatar kehidupan pedesaan atau kehidupan ‘wong cilik’ seperti dalam kutipan berikut:

“Ia dalam perjalanan ke pasar naik sepeda dengan beban skuintal beras melintang pada bagasi” (KSMD)

“Tetapi mereka tidak jera.setiap hari mereka membeli padi dari petani, kemudian mengolahnya di kilang lalu menjual berasnya ke pasar. Mereka tak peduli sekian teman telah meninggal menjadi bea jalan raya yang kian sibuk dan kian sering minta tumbal nyawa.” (KSMD)

Karena latar tempatnya di pedesaan dan dengan kehidupan pedesaan maka bahasa daerah digunakan dalam percakapan mereka. Seperti tempat kelahiran sang pengarang yaitu di Jawa Tengah maka banyak kata yang digunakan dalam cerpen ini menggunakan kata dari bahasa Jawa.

(5)

“Soalnya sederhana punya istri yang pergi kulak dagangan naik sepeda motor sendiri adalah prestasi yang sulit disamai oleh sesame petani di kampungnya.” (W‘P’)

“Kang, jika warung kita bertambah laris kita juga bakal enak-kepenak, bukan?”

“Dengan warung itu ekonomi rumah tanggaku bisa sangat meningkat, “pikir Kartawi. “ Keluargaku bisa hidup wareg, anget, rapet.” (W‘P’)

Pada cerpen yang berjudul Kang Saprin Minta Dikebiri juga banyak menggunakan kata-kata bahasa Jawa. Hal tersebut sperti dalam kutipan berikut:

“Wajahnya tetap jernih. Kata-katanya tetap ringan. Mulutnya malah cengar-cengir. Entahlah, kematian Kang Saprin tampaknya tidak menjadi kabar duka”. (KSMD)

Ya orang-orang hanya nyengir dan mengaku kalah. Malu dan sebal. Sialnya mereka harus mengumulkan uang lima ribu. Tetapi Yu Cablek, penjual pecel di kilang padi yang melihat kegilaan Saprin berlari sambil berteriak, “Saprin gemblung, dasar wong gemblung!” (KSMD)

“Kini suasana hening. Dalban yang sejak tadi ngoceh, juga diam.” (KSMD)

Tradisi khas orang-orang kampung atau pedesaan juga tak lupa dicantumkan dalam cerpen ini. Salah satunya adalah dalam cerpen yang berjudul Warung ‘Penajem’ yang masih percaya dengan hal-hal yang bersifat tahayul dan masih percaya dengan adanya ‘dukun’ atau orang pintar. Hal tersebut tergambar dalam kutipan berikut:

“Kang kata orang tua, kayu dari pohon buah-buahan bisa memancing para pembeli.”kata Jum dulu pada suaminya. (W‘P’)

“Ya Kang, pecan lalu saya memang pergi ke Pak Koyor ,” kata Jum dalam gaya tanpa beban.”Setiyar Kang, supaya warung kita tetap laris. Kamu tahu Kang, sekarang sudah banyak saingan.” (W‘P’)

“Tujuan saya hanya untuk membayar penajem agar warung kita laris, tidak lebih. Jadi, kamu tidak kehilangan apa-apa, Kang. Semuanya utuh. Kang, jika earung kita bertambah laris, kita juga bakal enak-kepenak bukan?” (W‘P’) 2. Sosiologi Pembaca

(6)

tersebut. Jika para pembaca telah membaca cerpen tersebut maka para membaca dapat menikmati isi dari cerpen tersebut. Dalam kedua cerpen tersebut cerita yang diusung adalah cerita-cerita yang masih berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Sehingga para pembaca dapat mencerna bacaan dengan mudah. Walaupun di dalam cerpen tersebut diselipkan kata-kata menggunakan bahasa Jawa. Dalam cerpen Warung ‘Penajem’ pembaca akan disuguhkan tentang kehidupan di kampung yang masih percaya dengan hal-hal tahayul yang pada zaman sekarangpun masih banyak juga yang percaya dengan hal-hal tahayul. Dengan begitu para pembaca dapat menghubungkan cerita dalam cerpen ke dalam kehidupan sekarang.

Begitu juga dengan cerpen Kang Saprin Minta Dikebiri pembaca tertarik dengan ceritanya yang masih berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Suasana pemakaman yang ramai karena prbincangan para pelayat terhadap sosok Kang Saprin dan gosip-gosip yang menyertainya. Hal ini menjadi salah satu ketertarikan pembaca. Dimana gosip masih menjadi satu hal yang menjadi ciri khas warga saat berkumpul hingga zaman sekarang. Walaupun hal itu terjadi dalam acara pemakaman.

3. Sosiologi Pengarang

Berdasarkan beberapa karyanya juga hasil pengamatan dari beberapa blog yang menuliskan biografi serta proses kreatif beliau, tersampaikan dengan jelas bagaimana sosok Ahmad Tohari tanpa bertemu langsung. Ahmad Tohari adalah salah satu sastrawan yang banyak menggarang karya sastra khususnya novel dan cerpen dengan latar belakang kehidupan orang kecil atau pedesaan. Sastrawan ini memang sangat tertarik dengan kehidupan ‘wong cilik’. Banyak yang mengatakan bahwa ia dikenal sangat alergi terhadap simbol-simbol kapitalisme yang konon sudah demikian kuat membelit sendi-sendi kehidupan bangsa. Hal ini berkaitan dengan cerpen yang berjudul Warung ‘Penajem’ dan Kang Saprin Minta Dikebiri yang berlatar belakang kehidupan ‘wong cilik’ dan berlatar tempat di daerah Jawa. Ahmad Tohari seperti ingin membangkitkan kembali budaya-budaya yang sekarang kurang diminati dengan adanya era globalisasi. Selain menceritakan tentang kehidupan rakyat kecil dalam karyanya, Ahmad Tohari juga member sentuhan budaya pada karyanya. Namun bukan hanya pada karyanya saja namun juga pada kehidupannya yang sebenarnya.

E. Simpulan

(7)

miskin. Salah satunya adalah cerpen Warung ‘Penajem’ dan Kang Sarpin Minta Dikebiri dalam kumpulan cerpen Mata yang Enak Dipandang.

Pendekatan sosiologi sastra merupakan perkembangan dari pendekatan memetik yang memahami karya sastra dalam hubungannya dengan realitas dan aspek sosial kemasyarakatan. Munculnya pendekatan sosiologi sastra dilatarbelakangi oleh keberadaan karya sastra yang tidak dapat terlepas dari realitas social yang berada pada masyarakat. Sosiologi sastra dapat mengacu pada cara memahami dan menilai sastra yang mempertimbangkan segi kemasyarakatan. Dalam cerpen yang berjudul Warung ‘Panajem’ dan Kang Saprin Minta Dikebiri terlihat sekali bahwa latar belakang cerpen ini adalah daerah pedesaan dan tokoh-tokoh dalam cerpen ini adalah ‘wong cilik’ atau orang-orang kecil atau miskin. Pada cerpen ini kehidupan pedesaan sangat ditonjolkan oleh pengarang. Banyak deskripsi-deskripsi yang menunjukan keadaan latar pedesaan.

Tradisi khas orang-orang kampung atau pedesaan juga tak lupa dicantumkan dalam kedua cerpen ini. Hal ini juga dapat mencerminkan kehidupan sastrawan Ahmad Tohari yang dalam kesehariaanya tetap peduli terhadap rakyat kecil dan budaya Jawa. Ahmad Tohari seperti ingin membangkitkan kembali budaya-budaya yang sekarang kurang diminati dengan adanya era globalisasi.

F. Daftar Pustaka

Faruk. 2013. Pengantar Sosiologi Sastra. Yogyakarta: Pengantar Pelajar.

Hakam, Anggi Hafiz Al. 2014. Selendang Warna-Mata yang Enak Dipandang online http://selendangwarna.blogspot.co.id/2014/03/mata-yang-enak-dipandang.html diakses pada tanggal 22 Oktober 2016 pukul 19.38 WIB.

Nurgiantro, Burhan. 2010. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Oktiviyari, Ade. 2014. Mata yang Enak Dipandang: Menajamkan Kepedulian Sosial Kita online http://Kumpulan Cerpen _ Jendela Pelangi.html diakses pada tanggal 22 Oktober 2016 pukul 19.38 WIB.

Ratna, Nyoman Kutha. 2013. Paradigma Sosiologi Sastra. Yogyakarta: Pengantar Pelajar.

Referensi

Dokumen terkait

1) Kekuatan dan kelemahan pembelajaran mata pelajaran yang ditekuni. Untuk mata pelajaran matematika, di SMK PL Tarcisius ini dilaksanakan dengan baik. Pembelajaran dapat

Shukla ve ark (1999) ile benzer şekilde, topikal uygulanan fizyolojik tuzlu suyun iyileşen deri yarası dokusunda hidroksiprolin düzeyini etkileyebileceği yönünde

Melalui eksperimen ini akan diketahui fraksi volume kristal superkonduktor yang terbentuk pada setiap variasi kadar molar dopan Pb yang digunakan dalam

hubungan antara sifat akustik durian Berdasarkan data yang diperoleh menunjuk- ngan daging durian memiliii hubungan yang kan bahwa nilai ultrasonik Mo dapat untuk

Lian Erlia Sari (2011), telah melakukan penelitian dengan judul: Analisis Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap Jasa Restoran Terhadap Loyalitas Pelanggan Sakana

Ketentuan mengenai pengaturan lokasi tempat usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7, Pasal 8 dan Pasal 9 diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.3.

Secara khusus tujuan penelitian ini untuk: (1) Mendeskripsikan peningkatan kemampuan guru menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran Matematika tentang pengurangan

Halaman 3 Dari 15 Halaman PUTUSAN NOMOR 425/PID/2016/PT.MDN terdakwa kembali meminta uang sebesar Rp.40.000.000,- (empat puluh juta rupiah) kepada saksi Lumongga Hutapea