• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kebutuhan Infrastruktur Dalam Menunjang Pemb

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Kebutuhan Infrastruktur Dalam Menunjang Pemb"

Copied!
68
0
0

Teks penuh

(1)

Dosen : Dr. Ir. Eko Budi Santoso, Lic.Rer.Reg

Dikaji Oleh : Rita Sri Jayanti (03111750077016)

PROGRAM PASCA SARJANA (S2)

BIDANG KEAHLIAN MANAJEMEN ASET INFRASTRUKTUR

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK SIPIL, LINGKUNGAN, DAN KEBUMIAN

INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

(2)

2

Program Magister Bidang Keahlian Manajemen Aset Infrastruktur

Departemen Teknik Sipil, Lingkungan, dan Kebumian Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2018

Sistem Wilayah Lingkungan dan Hukum Pertanahan merupakan

salah satu mata kuliah yang diajarkan pada Program Pasca Sarjana

Teknik Sipil Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya (ITS)

bidang keahlian Manajemen Aset Infrastruktur. Mata kuliah

tersebut memiliki peran penting dalam mengimplementasikan

displin ilmu lingkungan, pengembangan wilayah dan peraturan

pertanahan terkait penyelenggaraan infrastruktur bidang Pekerjaan

Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR).

Dalam upaya memberikan pemahaman yang lebih baik terhadap

materi yang diberikan dalam perkuliahan, maka diberikan

penugasan oleh Dosen Pengampu mata kuliah terkait. Tugas

berupa “Kajian Studi Kasus di Indonesia : Kebutuhan Pembangunan Infrastruktur dalam Pengembangan Wilayah”.

Dokumen ini menjadi laporan pelaksanaan tugas tersebut, dengan

topik kajian studi kasus adalah “Kebutuhan Infrastruktur dalam Menunjang Perkembangan Wilayah pada Kawasan Ekonomi

Khusus (KEK) Kota Palu”. Kajian disusun dalam bentuk

makalah singkat (paper) yang terdiri dari 3 bahasan utama, yakni

pendahuluan, pembahasan dan penutup. Semoga hasil kajian ini

dapat memenuhi harapan dari pemberi tugas dan dapat bermanfaat

(3)

3

Program Magister Bidang Keahlian Manajemen Aset Infrastruktur

Departemen Teknik Sipil, Lingkungan, dan Kebumian Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2018

DAFTAR ISI

Cover ………...…… 1

Pengantar ………..……….. 2

Daftar Isi ………. 3

Daftar Tabel ……… 5

Daftar Gambar ………... 7

Bab 1 – Pendahuluan 1.1 Latar Belakang ………..……. 8

1.2 Perumusan Masalah ………...……… 9

1.3 Maksud dan Tujuan ………...…. 10

1.4 Lingkup dan Tahapan ………. 10

1.5 Metode Kajian ……….... 11

Bab 2 – Pembahasan 2.1 Analisa Situasi ………..……….. 12

2.1.1 Gambaran Umum Wilayah ………...………. 12

2.1.2 Letak, Kondisi Geografis ……….……… 13

2.1.3 Penggunaan Lahan ……….……….. 15

2.1.4 Potensi Pengembangan Wilayah ……….…………. 18

2.1.5 Pengembangan Infrastruktur di Wilayah Kota Palu ………..……... 22

2.1.5.1 Perhubungan ………. 23

2.1.5.2 Penataan Ruang ……… 26

2.1.5.3 Perbankan ………. 27

2.1.5.4 Rumah Makan ……….. 27

2.1.5.5 Hotel ………. 28

2.1.5.6 Lingkungan Hidup ……… 29

2.1.5.7 Komunikasi dan Informatika ……… 30

2.2 Telaah Kebijakan Pengembangan Wilayah Kota Palu ……….. 32

2.2.1 Kebijakan Umum Pembangunan ……….. 36

(4)

4

Program Magister Bidang Keahlian Manajemen Aset Infrastruktur

Departemen Teknik Sipil, Lingkungan, dan Kebumian Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2018

2.3.1 Kondisi Kependudukan ……… 46

2.3.2 Kondisi Ekonomi ………. 48

2.3.3 Komoditas Unggulan ………... 50

2.3.4 Isu Strategis Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Kota Palu ………. 54

2.4 Identifikasi Kebutuhan Pengembangan Infrastruktur dan Energi Dalam Mendukung Perkembangan Wilayah Sebagai Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Kota Palu ……… 56 Bab 3 – Penutup 3.1 Kesimpulan ……… 65

3.2 Saran ………... 66

3.3 Ucapan Terima Kasih ……….… 67

(5)

5

Program Magister Bidang Keahlian Manajemen Aset Infrastruktur

Departemen Teknik Sipil, Lingkungan, dan Kebumian Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2018

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Luas Wilayah Kota Palu Menurut Kecamatan Tahun 2015 … 12

Tabel 2.2 Banyaknya Kelurahan Menurut Kecamatan, Ibu Kota

Kecamatan dan Jarak Ibu Kota Kecamatan Dengan Ibu Kota

Palu Tahun 2015 ………...

13

Tabel 2.3 Letak Kecamatan Menurut Posisi Pantai di Kota Palu Tahun

2015 ………...

14

Tabel 2.4 Penggunaan Lahan pada Kawasan Peruntukan Fungsional di

Kota Palu ………...

19

Tabel 2.5 Fungsi Yang Akan Dikembangkan Pada Tiap Kawasan Di

Kota Palu ……….

20

Tabel 2.6 Rasio Panjang Jalan per Jumlah Kendaraan Tahun 2012 – 2015 23

Tabel 2.7 Jumlah Penumpang Bandara Tahun 2011 – 2015 ………...…… 24

Tabel 2.8 Jumlah Penumpang Pelabuhan Tahun 2011 – 2014 …………... 25

Tabel 2.9 Luas Wilayah Industri dan Perkotaan di Kota Palu Tahun 2013

– 2015 ………

26

Tabel 2.10 Jumlah Bank di Kota Palu Tahun 2011 – 2015 ………. 27

Tabel 2.11 Jumlah Rumah Makan dan Restoran di Kota Palu Tahun 2011

– 2015 ……….

28

Tabel 2.12 Jumlah Hotel di Kota Palu Tahun 2011 – 2015 ………. 28

Tabel 2.13 Persentase Rumah Tangga Berdasarkan Sumber Air Minum

di Kabupaten / Kota Sulawesi Tengah Tahun 2015 ………….

29

Tabel 2.14 Daya Terpasang, Produksi dan Distribusi Listrik Tahun 2011

– 2015 ………...

30

Tabel 2.15 Jumlah Rumah Tangga Yang Menggunakan Listrik (PLN)

Tahun 2011 – 2015 ………...

31

Tabel 2.16 Penduduk Yang Menggunakan Telepon Tahun 2011 – 2015 ... 31

Tabel 2.17 Penetapan Indikator Kinerja Kota Palu Tahun 2016 – 2021

Bidang Infrastruktur dan Penataan Ruang ………

33

Tabel 2.18 Tujuan, Sasaran, Strategi dan Arah Kebijakan Penataan dan

Pengembangan Infrastruktur Kota Berbasis Wisata Budaya …

37

(6)

6

Program Magister Bidang Keahlian Manajemen Aset Infrastruktur

Departemen Teknik Sipil, Lingkungan, dan Kebumian Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2018

Tabel 2.20 Proyeksi Penduduk Kota Palu dengan Adanya Multiplier

KEK Palu ………..

47

Tabel 2.21 LQ Berdasarkan PDRB Kota Palu Terhadap Provinsi

Sulawesi Tengah Tahun 2008 – 2012 ………

49

(7)

7

Program Magister Bidang Keahlian Manajemen Aset Infrastruktur

Departemen Teknik Sipil, Lingkungan, dan Kebumian Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2018

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Peta Administrasi Kota Palu ………...… 14

Gambar 2.2 Jumlah Orang Yang Terangkut Angkutan Umum ………….. 24

Gambar 2.3 Jumlah Orang Yang Melalui Terminal ………...… 26

Gambar 2.4 Profil KEK Kota Palu ……….. 45

Gambar 2.5 Grafik Perbedaan Penduduku dengan KEK dan Tanpa KEK 48

Gambar 2.6 Grafik LQ Berdasarkan PDRB Kota Palu Terhadap Provinsi

Sulawesi Tengah Tahun 2008 – 2012 ………..

50

Gambar 2.7 Salah Satu Aktivitas Tambang Nikel ………..…… 51

Gambar 2.8 Kakao, Salah Satu Komoditas Unggulan Kota Palu ………... 53

Gambar 2.9 Komoditas Rumput Laut ………. 53

Gambar 2.10 Kawasan yang Terintegrasi dengan Zona Logistik dan

Pelabuhan ………..

57

Gambar 2.11 Pembangunan Jalan Lingkar Luar Menuju Pelabuhan

Pantoloan ………

58

Gambar 2.12 Rencana Jaringan Transportasi Pengembangan KEK dan

Sekitarnya ………...

59

Gambar 2.13 Jalan Trans Sulawesi, Palu – Donggala ………. 59

Gambar 2.14 ……….

a. Komoditas Unggulan di Sulawesi Tengah

b. Sinergitas KEK dan Kapet (Penunjang Bahan Baku)

60

Gambar 2.15 Rencana Pengembangan Jaringan Sumber Daya Air ……… 61

Gambar 2.16 Rencana Pengembangan Jaringan Energi ………. 62

Gambar 2.17 Peta Rencana Jaringan Lintas Penghubung ………... 63

Gambar 2.18 ……….

a. Rencana Pengembangan Jangka Panjang Pelabuhan Pentoloan

2014 – 2033

b. Infrastruktur Menuju dan Ke Pelabuhan Pantoloan

(8)

8

Program Magister Bidang Keahlian Manajemen Aset Infrastruktur

Departemen Teknik Sipil, Lingkungan, dan Kebumian Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2018

BAB 1 – PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan infrastruktur sangat erat kaitannya dengan pengembangan

wilayah. Hal ini dikarenakan keberadaan infrastruktur akan sangat berpengaruh

terhadap kondisi sosial, ekonomi, budaya masyarakat dalam suatu wilayah tersebut,

serta lingkungan dimana infrastruktur tersebut dibangun. Semenjak pemerintahan

Joko Widodo dimana sangat gencar di bangun infrastruktur demi memperoleh

pemerataan pembangunan wilayah barat dan timur Indonesia, dengan berbagai

program yang dilakukan salah satunya yaitu program Kawasan Ekonomi Khusus

(KEK). Melalui program Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) dapat meningkatkan

daya saing suatu wilayah dan pengembangannya. Kawasan Ekonomi Khusus

(KEK) adalah kawasan dengan batas tertentu yang tercangkup dalam daerah atau

wilayah untuk menyelenggarakan fungsi perekonomian dan memperoleh fasilitas

tertentu. KEK dikembangkan melalui penyiapan kawasan yang memiliki

keunggulan geoekonomi dan geostrategis dan berfungsi untuk menampung

kegiatan industri, eksport, impor dan kegiatan ekonomi lainnya yang memiliki nilai

ekonomi tinggi dan daya saing internasional.

KEK Palu yang terletak di Provinsi Sulawesi Tengah merupakan kawasan pertama yang didesain oleh pemerintah sebagai pusat logistik terpadu dan industri pengolahan pertambangan di koridor ekonomi Sulawesi. Secara geografis, KEK Palu yang terintegrasi dengan Pelabuhan Pantoloan dan dilalui jalur strategis Alur Laut Kepulauan Indonesia 2 memiliki potensi strategis sebagai hub antara kawasan barat dan timur Indonesia. Teluk Palu yang dalam dan lebar memampukan kawasan ini untuk menjadi jalur perdagangan nasional dan internasional, antara lain menghubungkan kota-kota di Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Papua serta negara-negara ASEAN.

(9)

9

Program Magister Bidang Keahlian Manajemen Aset Infrastruktur

Departemen Teknik Sipil, Lingkungan, dan Kebumian Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2018

Berdasarkan potensi dan keunggulan geostrategis yang dimiliki, KEK Palu memiliki beberapa bisnis utama, yaitu nikel, bijih besi, kakao, rumput laut serta rotan. Namun KEK Palu juga memberikan peluang bagi pengembangan aneka industri lainnya sebagai bisnis pendukung, yaitu industri pengolahan karet, kelapa, manufaktur dan logistik. KEK Palu diproyeksikan dapat menarik investasi sebesar Rp 92,4 triliun hingga tahun 2025 dengan dan menciptakan 97.500 lapangan kerja.

Adapun untuk mendukung keberlansungan dari program pemerintah yaitu penerapan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) sebagai wajah dari perkembangan wilayah di kota Palu maka dibutuhkan daya dukung berupa kebutuhan infrastruktur yang memadai antara lain berupa jalan nasional, sistem drainase yang memadai, transportasi baik udara maupun laut, dan lain – lain.

Berdasarkan latar belakang yang telah diutarakan tersebut di atas, maka yang mendasari pemilihan topik kajian pada studi kasus ini yaitu “Kebutuhan Infastruktur dalam Menunjang Perkembangan Wilayah pada Kawasan

Ekonomi Khusus Kota Palu”

1.2 Perumusan Permasalahan

Terdapat beberapa rumusan permasalahan sebagai tujuan yang hendak

dicapai dalam kajian ini antara lain :

1. Analisis Situasi Pengembangan Wilayah Kota Palu.

Yang akan membahas mengenai gambaran umum dan pembangunan

infrastruktur yang ada di wilayah Kota Palu.

2. Telaah Kebijakan Pengembangan Wilayah Kota Palu

Berisi pengembangan wilayah Kota Palu selama kurun waktu 2016 – 2021 dan

kendala yang dihadapi dalam realisasi pembangunan infrastruktur.

3. Profil Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Kota Palu.

 Berisi kondisi kependudukan, kondisi ekonomi, dan kondisi komoditas

unggulan Kota Palu.

(10)

10

Program Magister Bidang Keahlian Manajemen Aset Infrastruktur

Departemen Teknik Sipil, Lingkungan, dan Kebumian Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2018

4. Identifikasi Kebutuhan Pengembangan Infrastruktur dan Energi dalam

Mendukung Perkembangan Wilayah Sebagai Kawasan Ekonomi Khusus

(KEK) Kota Palu.

1.3 Maksud dan Tujuan

Maksud kegiatan adalah melakukan kajian tentang pengembangan wilayah

di Kota Palu yang dikaitkan dengan Pembangunan infrastruktur di wilayah tersebut

sebagai pendukung dari program pemerintah yaitu Kawasan Ekonomi Khusus

(KEK). Kajian ini melibatkan telaah rencana pembangunan beserta isu – isu

strategis serta bagaimana pengembangan wilayah pada KEK Kota Palu dan

sekitarnya.

Tujuan dilakukannya kajian studi kasus ini adalah untuk memenuhi

penugasan individu mata kuliah Sistem Wilayah Lingkungan dan Hukum

Pertanahan, serta guna mendapatkan pemahaman yang lebih baik terhadap materi

perkuliahan dengan melakukan kajian secara mandiri berdasarkan materi yang telah

diberikan.

1.4 Lingkup dan Tahapan

Batasan spasial dari kajian studi kasus ini adalah wilayah provinsi Sulawesi

Tengah yaitu Kota Palu, dan meliputi beberapa wilayah sekitar kota Palu (bersifat

sebagai data pendukung). Sedangkan untuk batasan substansial untuk kajian studi

kasus ini adalah mengenai identifikasi kebutuhan infrastruktur dalam upaya

pengembangan wilayah Kota Palu sebagai pendorong program Kawasan Ekonomi

Khusus (KEK) Kota Palu.

Tahapan kegiatan yang akan dilakukan dalam kajian ini antara lain :

1. Menggambarkan karakteristik wilayah Kota Palu dan potensi pengembangan

wilayah.

2. Mengkaji pembangunan infrastruktur yang telah dilakukan saat ini.

3. Menelaah kebijakan – kebijakan yang berkaitan dengan pengembangan

wilayah Kota Palu.

4. Mengidentifikasi kendala – kendala yang dihadapi dalam upaya

(11)

11

Program Magister Bidang Keahlian Manajemen Aset Infrastruktur

Departemen Teknik Sipil, Lingkungan, dan Kebumian Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2018

5. Mengidentifikasi kebutuhan pembangunan infrastruktur dalam mendukung

program Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Kota Palu.

1.5 Metode Kajian

Secara umum pendekatan kajian adalah bersifat kualitatif dengan beberapa

metode analisis yang akan digunakan yaitu analisis deskriptif. Kajian ini mencoba

mendeskripsikan atau memberi gambaran terhadap objek yang diteliti melalui data

– data dan informasi yang telah terkumpul untuk menjawab permasalahan yang

menjadi tujuan penelitian ini.

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam kajian ini adalah berupa

data sekunder, yang didapatkan dari :

 Studi literatur (mengumpulkan dan menelaah materi – materi tertulis yang

berkaitan dengan topik studi melalui jurnal, buku, karya tulis ilmiah, peraturan

perundang – undangan, laporan kajian serupa dan bentuk data sekunder lainnya

yang terkait).

 Studi kasus (mengkaji kasus – kasus serupa yang dapat digunakan sebagai

(12)

12

Program Magister Bidang Keahlian Manajemen Aset Infrastruktur

Departemen Teknik Sipil, Lingkungan, dan Kebumian Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2018

BAB 2 – PEMBAHASAN

2.1 Analisa Situasi

2.1.1 Gambaran Umum Wilayah

Kota Palu merupakan ibu kota Provinsi Sulawesi Tengah dengan wilayah

seluas 395,06 kilometer persegi berada pada kawasan dataran lembah Palu dan

teluk Palu. Secara administratif batas-batas wilayah Kota Palu adalah sebagai

berikut:

 Sebelah Utara : Kecamatan Tanantovea Kabupaten Donggala

 Sebelah

Selatan

: Kecamatan Marawola dan Kecamatan Sigi Biromaru,

Kabupaten Sigi

 Sebelah Barat : Kecamatan Kinovaro dan Kecamatan Marawola Barat

Kabupaten Sigi, dan Kecamatan Banawa Kabupaten

Donggala

 Sebelah Timur : Kecamatan Parigi Kabupaten Parigi Moutong, dan

Kecamatan Tanantovea Kabupaten Donggala

Wilayah Kota Palu terbagi atas delapan kecamatan dan empat puluh enam

kelurahan. Kecamatan terluas adalah Kecamatan Mantikulore yaitu seluas 206,80

km² (52,35%) dan kecamatan terkecil adalah Kecamatan Palu Timur yaitu seluas

(13)

13

Program Magister Bidang Keahlian Manajemen Aset Infrastruktur

Departemen Teknik Sipil, Lingkungan, dan Kebumian Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2018

Luas wilayah Kota Palu menurut kecamatan diuraikan dalam Tabel 2.1, sementara

jarak antara Ibu Kota Kecamatan dengan Pusat Kota Palu diuraikan dalam Tabel

2.2.

Berdasarkan uraian pada Tabel 2.2 Kecamatan dengan jumlah Kelurahan terbanyak

adalah Kecamatan Mantikulore dengan jumlah Kelurahan sebanyak 8 (Delapan)

Kelurahan, sementara jarak terjauh dari pusat kota adalah Kecamatan Tawaeli

dengan jarak 17 Km.

2.1.2 Letak, Kondisi Geografis

Kota Palu yang berada pada kawasan dataran lembah Palu dan teluk Palu,

secara astronomis terletak antara 0º,36” - 0º,56” Lintang Selatan dan 119º,45” -

121º,1” Bujur Timur. Letak wilayah Kota Palu menurut kecamatan tergambar pada

(14)

14

Program Magister Bidang Keahlian Manajemen Aset Infrastruktur

Departemen Teknik Sipil, Lingkungan, dan Kebumian Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2018

Kota Palu berada di sekitar garis Khatulistiwa terdiri dari 46 (empat puluh

enam) kelurahan. Sebagian besar kelurahan berada pada daratan lembah Palu yaitu

sebanyak 29 (dua puluh sembilan) kelurahan, 17 (tujuh belas) kelurahan lainnya

berada di sepanjang Pantai Teluk Palu. Letak Kecataman Kota Palu menurut posisi

pantai diuraikan dalam Tabel 2.3.

(15)

15

Program Magister Bidang Keahlian Manajemen Aset Infrastruktur

Departemen Teknik Sipil, Lingkungan, dan Kebumian Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2018

Kecamatan Tatanga dan Palu Selatan seluruhnya berada di wilayah bukan

pantai. Kecamatan Palu Utara dan Kecamatan Tawaeli hampir semuanya berada

pada pesisir pantai, dimana terdapat 4 (empat) Kelurahan yang berada pada pesisir

pantai dan hanya terdapat 1 (satu) Kelurahan yang berada pada wilayah bukan

pantai. Demikian halnya dengan Kecamatan Ulujadi yang terdiri dari 6 (enam)

Kelurahan, 4 (empat) diantaranya berada disepanjang pesisir pantai dan 2 (dua)

lainnya berada pada wilayah bukan pantai.

2.1.3 Penggunaan Lahan

Rencana pola ruang Kota Palu mencakup rencana pengembangan kawasan

lindung dan kawasan budidaya pada kawasan daratan seluas ± 39.504 ha dan laut

seluas ± 10.460 ha. Klasifikasi pola ruang wilayah Kota Palu terdiri atas kawasan

lindung dan kawasan budidaya, sebagai berikut:

a. Kawasan Lindung Kota Palu seluas ± 22.290 ha yang terdiri atas:

 Hutan lindung;

 Kawasan perlindungan setempat, yang meliputi sempadan pantai, sempadan

sungai, kawasan sekitar mata air;

 Ruang terbuka hijau (RTH) kota, yang antara lain meliputi taman RT, taman

RW, taman kota dan permakaman;

 Kawasan suaka alam dan cagar budaya;

 Kawasan rawan bencana alam, yang meliputi kawasan rawan tanah longsor,

kawasan rawan gelombang pasang dan kawasan rawan banjir dan kawasan

lindung lainnya.

b. Kawasan budidaya Kota Palu meliputi kawasan budidaya wilayah darat dengan

luas ± 17.216 ha dan Kawasan Budi Daya wilayah laut dengan luas ± 10.460 ha

yang terdiri atas :

 Kawasan perumahan yang dapat dirinci, meliputi perumahan dengan

kepadatan tinggi, perumahan dengan kepadatan sedang, dan perumahan

dengan kepadatan rendah;

 Kawasan perdagangan dan jasa, yang diantaranya terdiri atas pasar

(16)

16

Program Magister Bidang Keahlian Manajemen Aset Infrastruktur

Departemen Teknik Sipil, Lingkungan, dan Kebumian Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2018

 Kawasan perkantoran yang diantaranya terdiri atas perkantoran

pemerintahan dan perkantoran swasta;

 Kawasan industri, yang meliputi industri rumah tangga/kecil dan industri

ringan;

 Kawasan pariwisata, yang diantaranya terdiri atas pariwisata budaya,

pariwisata alam, dan pariwisata buatan;

 Kawasan ruang terbuka non hijau;

 Kawasan ruang evakuasi bencana meliputi ruang terbuka atau ruang-ruang

lainnya yang dapat berubah fungsi menjadi melting point ketika bencana

terjadi;

 Kawasan peruntukan ruang bagi kegiatan sektor informal; dan Kawasan

peruntukan lainnya, meliputi antara lain: pertanian, pertambangan (disertai

persyaratan yang ketat untuk pelaksanaan penambangannya), pelayanan

umum (pendidikan, kesehatan, peribadatan, serta keamanan dan

keselamatan), militer, dan lain-lain sesuai dengan peran dan fungsi kota.

Berdasarkan Perda Kota Palu Nomor 16 Tahun 2011 tentang RTRW Tahun

2010-2030, bahwa Rencana kawasan Ruang Terbuka Hijau (RTH) di Kota Palu

terdiri atas RTH publik dan RTH privat. RTH publik publik yang telah ada di Kota

Palu meliputi kawasan seluas kurang lebih 1.833 hektar atau sekitar kurang lebih

4,64 persen dari luas wilayah Kota Palu yang meliputi:

 taman kota yang terdistribusi di Kecamatan Palu Timur, Palu Selatan, dan

Palu Barat, dengan luas kurang lebih 7,39 hektar;

 hutan kota kurang lebih seluas 395,56 hektar yang meliputi wilayah

Kecamatan Palu Timur;

 pemakaman umum dan Taman Makam Pahlawan seluas kurang lebih 91,39

hektar yang terdistribusi di Kecamatan Palu Utara, Kecamatan Palu Timur,

Kecamatan Palu Selatan dan Kecamatan Palu Barat;

 arboretum di Kelurahan Talise, Kecamatan Palu Timur seluas kurang lebih

(17)

17

Program Magister Bidang Keahlian Manajemen Aset Infrastruktur

Departemen Teknik Sipil, Lingkungan, dan Kebumian Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2018

 daerah penyangga Tahura di Kelurahan Poboya seluas kurang lebih 21,64

hektar;

 daerah penyangga hutan di Kecamatan Palu Barat seluas kurang lebih

208,40 hektar;

 daerah penyangga hutan di Kecamatan Palu Timur seluas kurang lebih

134,41 hektar;

 daerah penyangga hutan di Kecamatan Palu Utara seluas kurang lebih

327,69 hektar;

 daerah penyangga kawasan industri hilir di Kecamatan Palu Timur seluas

kurang lebih 112,79 hektar;

 daerah penyangga kawasan industri hilir di Kecamatan Palu Selatan seluas

kurang lebih 135,81 hektar;

 daerah penyangga kawasan perkandangan ternak di Kecamatan Palu Selatan

seluas kurang lebih 94,25 hektar;

 daerah penyangga KKOP di sekitar Bandara Mutiara Kelurahan Birobuli

Utara Kecamatan Palu Selatan seluas 127,17 hektar;

 jalur hijau pada sepanjang ruas jalan di Kota Palu seluas 2,15 hektar; dan

 lapangan terbuka hijau terdapat di Kecamatan Palu Utara, Kecamatan Palu

Timur, Kecamatan Palu Selatan dan Kecamatan Palu Barat seluas kurang

lebih 79,34 hektar.

Sedangkan RTH privat meliputi pekarangan rumah tinggal dan halaman

perkantoran. Rencana pengembangan RTH Kota Palu untuk mencapai 30,10 persen

dari luas wilayah kota yaitu seluas 11.889,74 hektar, yang terdiri dari 20,00 persen

RTH Publik dan 10,10 persen RTH Privat meliputi:

 pengembangan taman RT dan RW yang akan didistribusikan pada pusat

unit-unit pengembangan perumahan;

 pemanfaatan halaman depan perkantoran pemerintahan dan swasta sebagai

taman publik;

 pengembangan taman kota yang akan diditribusikan di setiap kelurahan dan

(18)

18

Program Magister Bidang Keahlian Manajemen Aset Infrastruktur

Departemen Teknik Sipil, Lingkungan, dan Kebumian Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2018

 pengembangan median dan pedestrian ruas jalan di Kota Palu sebagai ruang

terbuka hijau;

 pengembangan ruang terbuka hijau pada Kawasan Industri Palu di

Kecamatan Palu Utara berupa taman lingkungan, taman pada pedestrian dan

median jalan kurang lebih seluas kurang lebih 300 hektar;

 pengembangan agro wisata di Kelurahan Lambara Kecamatan Palu Utara

seluas kurang lebih 150 hektar;

 pengembangan hutan kota di Kelurahan Kawatuna Kecamatan Palu Selatan

seluas kurang lebih 100 hektar dan kebun raya di Kecamatan Palu Utara

seluas kurang lebih 200 hektar;

 Pengembangan daerah sempadan SUTT di Kecamatan Palu Utara dan Palu

Timur seluas kurang lebih 55,18 hektar;

 Pengembangan Hutan Kota di Kecamatan Palu Timur seluas kurang lebih

612 hektar;

 Pengembangan daerah KKOP disekitar Bandara Mutiara Palu menjadi

Ruang Terbuka Hijau seluas kurang lebih 165,3 hektar;

 pengembangan fungsi-fungsi kawasan lindung lainnya menjadi ruang

terbuka hijau yang meliputi sempadan pantai, sempadan sungai, sekitar

mata air, sempadan Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT), kawasan

rawan bencana dan lindung geologi kota Palu.

2.1.4 Potensi Pengembangan Wilayah

Pengembangan wilayah Kota Palu berdasarkan pada revisi Rencana Tata

Ruang Wilayah (RTRW) Kota Palu sesuai dengan Undang-Undang Nomor 26

Tahun 2007 tentang penataan ruang. Berdasarkan RTRW tersebut, ditentukan

penataan penggunaan lahan di Kota Palu terbagi dalam kawasan fungsional

(wilayah keputusan) berlandaskan kepada enam zona yang dibagi ke dalam 21

kawasan. Adapun pembagian kawasan tersebut diuraikan secara rinci dalam tabel

(19)

19

Program Magister Bidang Keahlian Manajemen Aset Infrastruktur

Departemen Teknik Sipil, Lingkungan, dan Kebumian Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2018

Tabel 2.4

Penggunaan Lahan pada Kawasan Peruntukan Fungsional di Kota Palu

Bagian Wilayah Penamaan Fungsi Saat Ini

Zona I Z.I Kawasan Industri, Permukiman,

Perdagangan, Kawasan Lindung, Hutan, Sawah Jasa Lainnya, Sarana Olahraga, Sarana Transportasi, Tegalan, Semak Belukar, dan Kebun

Zona II Z.II Permukiman, Kebun, Semak Belukar,

Kawasan Industri, Kawasan Perdagangan,

Kawasan Pendidikan, Sarana Kesehatan, Hutan, Sarana Olahraga, Peternakan

Zona III Z.III Kawasan Tahura, Kawasan Lindung,

Kawasan Hutan Produksi Terbatas, Hutan Semak Belukar, Permukiman, Kebun, Sawah

Zona IV Z.IV Permukiman, Perdagangan, Taman Kota,

Pertanian, Perkantoran, Kawasan Wisata,

Sarana Kesehatan, Sarana Transportasi,

IPLT, Kawasan Wisata Budaya, Kawasan Peruntukan Lainnya.

Zona V Z.V Permukiman, Perdagangan, Kawasan Wisata,

Sarana Kesehatan, Kawasan Wisata Budaya,

Pertanian, Taman Kota, Sarana Transportasi,

Kebun.

Zona VI Z.VI Kawasan Lindung, Hutan, Permukiman,

Kebun, Tegalan, Sawah, Semak Belukar,

Kawasan Wisata.

Sumber: RTRW Kota Palu, 2007

Pilihan kemungkinan peruntukan fungsional dilihat berdasarkan fungsi yang telah

ada saat ini dan akan tetap dipertahankan selama kurung waktu analisis disesuaikan

dengan fungsi masing-masing pembagian yang telah diarahkan dalam analisis tata

ruang wilayah. Fungsi lahan yang akan dikembangkan di Kota Palu diuraikan

(20)

20

Program Magister Bidang Keahlian Manajemen Aset Infrastruktur

Departemen Teknik Sipil, Lingkungan, dan Kebumian Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2018

Tabel 2.5

Fungsi Yang Akan Dikembangkan Pada Tiap Kawasan Di Kota Palu

Fungsi

Wilayah

Penamaan Fungsi

Wilayah Keputusan

Kemungkinan Fungsi Yang Akan

Dikembangkan

Kode

Z.I

Z.I.A Kawasan Hutan Produksi Terbatas HP

Kawasan Perlindungan Setempat PS

Kawasan Peruntukan Permukiman PK

Z.I.B Kawasan Peruntukan Permukiman PK

Kawasan Peruntukan Pariwisata PW

Kawasan Peruntukan Lainnya PL

Kawasan Hutan Produksi HP

Z.I.C Kawasan Industri ID

Kawasan Perlindungan Setempat PS

Kawasan Perdagangan PD

Kawasan Peruntukan Permukiman PK

Z.I.D Kawasan Peruntukan Permukiman PK

Kawasan Peruntukan Pertanian PT

Kawasan Perlindungan Setempat PS

Kawasan Peruntukan Pariwisata PW

Z.II

Z.II.A Kawasan Peruntukan Permukiman PK

Kawasan Peruntukan Pariwisata PW

Kawasan Industri ID

Kawasan Perlindungan Setempat PS

Z.II.B Kawasan Peruntukan Permukiman PK

Kawasan Peruntukan Perkantoran PR

Kawasan Perdagangan PD

Kawasan Peruntukan Lainnya PL

Z.II.C Kawasan Peruntukan Permukiman PK

Kawasan Industri ID

Kawasan Peruntukan Pendidikan PI

(21)

21

Program Magister Bidang Keahlian Manajemen Aset Infrastruktur

Departemen Teknik Sipil, Lingkungan, dan Kebumian Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2018

Z.II.D Kawasan Peruntukan Permukiman PK

Kawasan Perdagangan PD

Kawasan Peruntukan Pendidikan PI

Kawasan Industri ID

Kawasan Peruntukan Lainnya PL

Z.II.E Kawasan Peruntukan Permukiman PK

Kawasan Peruntukan Pariwisata PW

Kawasan Pendidikan PI

Kawasan Peruntukan Lainnya PL

Z.III

Z.III.A Kawasan Peruntukan Permukiman PK

Kawasan Peruntukan Pertanian PT

Kawasan Peruntukan Lainnya PL

Z.III.B Kawasan Suaka Alam SA

Z.III.C Kawasan Hutan Produksi Terbatas HP

Z.III.D Kawasan Yang Memeberikan

Perlindungan

KL

Z.IV Z.IV.A Kawasan Peruntukan Permukiman PK

Kawasan Perdagangan PD

Kawasan Peruntukan Pendidikan PI

Kawasan Peruntukan Pariwisata PW

Kawasan Peruntukan Perkantoran PR

Kawasan Peruntukan Lainnya PL

Z.IV.B Kawasan Peruntukan Permukiman PK

Kawasan Perdagangan PD

Kawasan Peruntukan Pendidikan PI

Kawasan Peruntukan Pariwisata PW

Kawasan Peruntukan Perkantoran PR

Z.IV.C Kawasan Peruntukan Permukiman PK

Kawasan Perdagangan PD

Kawasan Peruntukan Pariwisata PW

(22)

22

Program Magister Bidang Keahlian Manajemen Aset Infrastruktur

Departemen Teknik Sipil, Lingkungan, dan Kebumian Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2018

Kawasan Peruntukan Lainnya PL

Z.V Z.V.A Kawasan Peruntukan Permukiman PK

Kawasan Perdagangan PD

Kawasan Peruntukan Pariwisata PW

Kawasan Peruntukan Perkantoran PR

Kawasan Peruntukan Lainnya PL

Z.V.B Kawasan Peruntukan Permukiman PK

Kawasan Perdagangan PD

Z.V.C Kawasan Peruntukan Permukiman PK

Kawasan Peruntukan Lainnya PL

Z.VI Z.VI.A Kawasan Peruntukan Permukiman PK

Kawasan Perdagangan PD

Kawasan Peruntukan Pariwisata PW

Z.VI.B Kawasan Yang Memeberikan

Perlindungan

KL

Kawasan Peruntukan Permukiman PK

Kawasan Peruntukan Lainnya PL

Sumber: RTRW Kota Palu, 2007

2.1.5 Pengembangan Infrastruktur di Wilayah Kota Palu

Fasilitas wilayah atau infrastruktur adalah penunjang daya saing daerah

dalam hubungannya dengan ketersediaan (availability) fasilitas untuk mendukung

aktivitas ekonomi daerah di berbagai sektor di daerah dan antar-wilayah. Semakin

tinggi tingkat ketersediaan fasilitas wilayah/ infrastruktur, maka semakin tinggi

pula daya saing daerah dalam menghadapi persaingan (competitiveness).

Gambaran umum kondisi daya saing daerah terkait dengan fasilitas

wilayah/infrastruktur dapat dilihat dari: aspek perhubungan, penataan ruang,

perbankan, rumah makan, hotel, lingkungan hidup, serta komunikasi dan

(23)

23

Program Magister Bidang Keahlian Manajemen Aset Infrastruktur

Departemen Teknik Sipil, Lingkungan, dan Kebumian Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2018

2.1.5.1 Perhubungan

Transportasi sangat penting peranannya dalam perkembangan suatu daerah

karena menyediakan akses bagi masyarakat untuk memenuhi kebutuhan barang dan

jasa sehari-hari , serta meningkatkan kehidupan sosial ekonomi. Pemerintah Kota

Palu sampai dengan Tahun 2015 telah membangun jalan sepanjang 851,26 km,

sementara jumlah kendaraan yang wajib uji mencapai 4.388 unit. Berikut data

panjang jalan dan jumlah kendaraan wajib uji di Kota Palu :

Tabel 2.6

Rasio Panjang Jalan per Jumlah Kendaraan Tahun 2012 – 2015

No Uraian 2012 2013 2014 2015

1 Panjang jalan (km) 828,69 828,71 828,71 851,26

2 Kendaraan wajib uji (unit) 1.200 2.928 3.822 4.388

3 Rasio Panjang Jalan/kendaraan 0,69 0,28 0,22 0,19

Sumber: BPS Kota Palu Dalam Angka 2016

Tabel di atas menunjukkan bahwa jumlah kendaraan wajib uji di Kota Palu

mengalami peningkatan yang signifikan selama empat tahun terakhir, dengan

tingkat pertumbuhan kendaraan pada tahun 2015 sebesar 15 persen dan

pertumbuhan panjang jalan hanya mencapai 2,72 persen. Kondisi tersebut

menunjukkan bahwa adanya ketidakseimbangan peningkatan jumlah kendaraan

dibanding panjang jalan yang dibangun oleh pemerintah sehingga menyebabkan

rasio panjang jalan terhadap jumlah kendaraan wajib uji mengalami penurunan

setiap tahunnya. Kondisi ini dapat menyebabkan meningkatkan jumlah kemacetan

di wilayah Kota Palu.

Selanjutnya jumlah orang yang terangkut angkutan umum pada tahun 2011

mengalami peningkatan di tahun 2014. Namun demikian, peningkatan angka

tersebut terbilang cukup rendah karena tingkat pertumbuhannya hanya mencapai

9,47 persen selama kurun waktu empat tahun. Rendahnya jumlah orang yang

terangkut angkutan umum disebabkan oleh tidak beraturannya trayek angkutan

(24)

24

Program Magister Bidang Keahlian Manajemen Aset Infrastruktur

Departemen Teknik Sipil, Lingkungan, dan Kebumian Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2018

menggunakan kendaraan pribadi dibanding angkutan umum. Berikut data jumlah

orang yang terangkut angkutan umum di Kota Palu.

Sumber : Dinas Perhubungan Telekomunikasi dan informatika Kota Palu, 2015

Gambar 2.2 Jumlah Orang Yang Terangkut Angkutan Umum

Selain transportasi darat, juga terdapat transportasi udara di Kota Palu yaitu

Bandara Udara Mutiara Sis Aljufri yang mempunyai luas 12.511 meter persegi

dengan daya tampung 800 penumpang dalam dua terminal. Bandara inilah yang

menjadi pintu gerbang angkutan udara dari dan ke Kota Palu. Jumlah penumpang

datang dan berangkat dari tahun 2011 hingga 2015 mengalami peningkatan

masing-masing sebesar 29,2 persen dan 26,6 persen. Adapun jumlah penumpang yang

datang, berangkat dan transit di Kota Palu adalah sebagai berikut :

Tabel 2.7

Jumlah Penumpang Bandara Tahun 2011 – 2015

Tahun Penumpang (Orang)

Datang Berangkat Transit

2011 387.428 395.447 26.455 2012 442.426 449.021 24.761 2013 498.996 498.452 22.778 2014 498.198 505.621 6.486 2015 500.668 500.670 6.349 Sumber: BPS Kota Palu Dalam Angka 2016

Pada transportasi laut, Kota Palu memiliki dua 2 pelabuhan yaitu Pantoloan

dan Taipa. Pelabuhan Pantoloan melayani kapal yang memiliki kapasitas besar

dengan rute antar pelabuhan dan antar pulau dan bahkan antar negara, sedangkan

(25)

25

Program Magister Bidang Keahlian Manajemen Aset Infrastruktur

Departemen Teknik Sipil, Lingkungan, dan Kebumian Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2018

penyeberangan antar pulau. Jumlah penumpang pelabuhan cenderung mengalami

penurunan, baik penumpang orang maupun barang selama kurun waktu Tahun 2011

hingga Tahun 2015. Hal ini disebabkan karena masyarakat cenderung memilih

menggunakan transportasi darat dan udara. Gambaran mengenai jumlah

penumpang baik orang maupun barang yang melalui Pelabuhan Pantoloan dan

Pelabuhan Taipa di Kota Palu diuraikan dalam Tabel 2.8

Tabel 2.8

Jumlah Penumpang Pelabuhan Tahun 2011 – 2014

Tahun Penumpang (Orang) Barang (Ton)

Datang Berangkat Dibongkar Dimuat

Pantoloan

2011 43.680 46.967 490.836 61.066

2012 35.747 36.194 441.074 87.839

2013 31.218 39.589 406.957 50.785

2014 15.677 22.413 302.634 33.063

2015 15.677 22.413 302.634 33.063

Taipa

2011 34.222 5.283 750 1.555

2012 3.759 6.123 651 1.160

2013 4.606 6.506 1.079 3.239

2014 5.249 7.970 91.734 3.874.911

2015 5.249 7.970 91.734 3.874.911

Sumber: BPS Kota Palu Dalam Angka 2016

Sedangkan untuk transportasi darat, Kota Palu memiliki beberapa terminal

angkutan umum yakni Terminal Mamboro, Terminal Tipo, Terminal Manonda dan

Terminal Petobo. Adapun jumlah orang/penumpang yang melalui terminal adalah

(26)

26

Program Magister Bidang Keahlian Manajemen Aset Infrastruktur

Departemen Teknik Sipil, Lingkungan, dan Kebumian Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2018

Gambar 2.3 Jumlah Orang Yang Melalui Terminal

Berdasarkan gambar di atas, terjadi penurunan jumlah orang/penumpang

yang melalui terminal selama tiga tahun terakhir. Pada tahun 2014 terjadi

penurunan sebesar 39,01 persen dan tahun 2015 juga mengalami penurunan sebesar

34,16 persen. Kondisi ini disebabkan oleh belum adanya penetapan sistem

trayek/jalur angkutan oleh Pemerintah Kota Palu.

2.1.5.2 Penataan Ruang

Penataan ruang sangat penting untuk dapat menjamin stabilitas dan

keberlanjutan pembangunan Kota Palu yang berwawasan lingkungan. Data luas

kawasan lindung, pemukiman, kawasan industri, hutan rakyat, ruang terbuka hijau,

wilayah budidaya dan wilayah perkotaan secara rinci dijabarkan pada tabel di

bawah ini.

Tabel 2.9

Luas Wilayah Industri dan Perkotaan di Kota Palu Tahun 2013 – 2015

Uraian Tahun (ha)

2013 2014 2015

1. Luas Kawasan Industri 1.534.123 1.534.123 1.534.123 2. Luas seluruh wilayah budidaya 27.838,49 27.676 17.246 3. Luas wilayah perkotaan 39.506 39.506 39.506 Rasio Wil. Industri/Wil. Budidaya 5.510,80 5.543,15 8.895,53 Rasio Wil. perkotaan/Wil. Budidaya 141,91 142,74 229,07

(27)

27

Program Magister Bidang Keahlian Manajemen Aset Infrastruktur

Departemen Teknik Sipil, Lingkungan, dan Kebumian Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2018

Tabel di atas menunjukkan bahwa rasio wilayah industri terhadap wilayah

budidaya mengalami peningkatan setiap tahunnya. Begitu pula dengan rasio

wilayah perkotaan terhadap wilayah budidaya yang juga meningkat setiap

tahunnya. Kondisi ini mengindikasikan bahwa terjadi peningkatan perluasan

wilayah industri dan perkotaan selama kurun waktu tiga tahun terakhir.

Selain hal tersebut di atas, daya saing daerah juga ditunjang oleh fasilitas

perbankan, rumah makan, dan perhotelan. Ketiga jenis fasilitas tersebut mengalami

peningkatan selama kurun waktu lima tahun terakhir. Penjelasannya sebagai

berikut:

2.1.5.3 Perbankan

Perkembangan jumlah bank di Kota Palu mengalami peningkatan dari tahun

2011-2015 sebanyak 9 bank, yakni bank umum sebanyak 9 buah sedangkan BPR

tidak mengalami penambahan jumlah. Data perkembangan perbankan di Kota Palu

adalah sebagai berikut :

Tabel 2.10

Jumlah Bank di Kota Palu Tahun 2011 – 2015

No Sektor Jumlah

2011 2012 2013 2014 2015

1. Bank Umum 50 54 58 58 59

1.1. Konvensional 48 50 54 54 55

2.2. Syariah 2 4 4 4 4

2. BPR 4 4 4 4 4

1.1. Konvensional 4 4 4 4 4

2.2. Syariah 0 0 0 0 0

Total 54 58 62 62 63

Sumber: BPS Kota Palu Dalam Angka 2016

2.1.5.4 Rumah Makan

Selain fasilitas perbankan, fasilitas rumah makan dan restoran juga

mengalami peningkatan. Jumlah rumah makan dan restoran di Kota Palu sebanyak

96 unit pada tahun 2012 dan meningkat menjadi 143 atau tumbuh 48,96 persen pada

(28)

28

Program Magister Bidang Keahlian Manajemen Aset Infrastruktur

Departemen Teknik Sipil, Lingkungan, dan Kebumian Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2018

dengan beragam variasi masakan dan minuman. Keberagaman kuliner yang ada di

Kota Palu merupakan salah satu potensi dan daya tarik tersendiri dibandingkan

dengan daerah lainnya. Adapun perkembangan jumlah rumah makan dan restoran

di Kota Palu adalah sebagai berikut:

Tabel 2.11

Jumlah Rumah Makan dan Restoran di Kota Palu Tahun 2012 – 2015

Tahun Jumlah Rumah

Makan

Sumber : Sistem Informasi Pembangunan Daerah Kota Palu

2.1.5.5 Hotel

Dalam memberikan pelayanan terhadap wisatawan asing maupun domestik

yang datang ke Kota Palu, diperlukan tersedianya hotel yang memadai. Fasilitas

perhotelan mengalami peningkatan setiap tahunnya selama kurun waktu lima tahun

terakhir, baik jenis hotel berbintang maupun non berbintang. Selama kurun waktu

lima tahun, terjadi pertumbuhan hotel sebesar 34,43 persen atau bertambah

sebanyak 21 buah hotel. Bertambahnya jumlah hotel, maka terjadi peningkatan

jumlah kamar dan tempat tidur hotel. Fasilitas kamar dan tempat tidur pada tahun

2015 sebanyak 2.155 buah kamar dan 3.355 tempat tidur. Jumlah tenaga kerja

perhotelan pada tahun 2015 sebanyak 1.067 orang . Tingkat hunian kamar pada

hotel berbintang mengalami penurunan yaitu dari 61,80 persen pada tahun 2014

menjadi 61,45 persen pada tahun 2015. Sementara itu, tingkat hunian pada hotel

non bintang mengalami peningkatan yaitu sebesar 30,65 persen.Secara rinci jumlah

hotel di Kota Palu adalah sebagai berikut :

(29)

29

Program Magister Bidang Keahlian Manajemen Aset Infrastruktur

Departemen Teknik Sipil, Lingkungan, dan Kebumian Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2018

2 Hotel non berbintang

58 95% 64 94% 69 93% 73 92% 76 93% Total 61 100% 68 100% 74 100% 79 100% 82 100%

Sumber: BPS Kota Palu Dalam Angka, 2016

2.1.5.6 Lingkungan Hidup

Salah satu aspek daya saing untuk lingkungan hidup adalah ketersediaan air

minum bagi masyarakat. Untuk fasilitas air minum terdapat sebanyak 61,48 persen

rumah tangga di Kota Palu telah menggunakan air kemasan sebagaiair minum

utama. Sementara itu persentase rumah tangga yang menggunakan fasilitas mata air

tak terlindungi sebanyak 0,23 persen. Secara rinci data persentase rumah tangga

berdasarkan sumber air minum adalah sebagai berikut :

Tabel 2.13

Persentase Rumah Tangga Berdasarkan Sumber Air Minum di Kabupaten /

Kota Sulawesi Tengah Tahun 2015

Kabupaten Air

Dalam

Lainnya Total

(30)

30

Program Magister Bidang Keahlian Manajemen Aset Infrastruktur

Departemen Teknik Sipil, Lingkungan, dan Kebumian Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2018

Sulawesi

Tengah

20.15 9.30 15.65 13.27 4.66 24.73 3.97 7.97 0.30 0.00 100

Sumber: Sulawesi Tengah Dalam Angka 2016

Tabel di atas menunjukkan bahwa mayoritas (61,48%) rumah tangga di

Kota Palu menggunakan air dalam kemasan sebagai sumber air minum. Jumlah

tersebut tertinggi diantara daerah lainnya di Sulawesi Tengah. Hal ini menunjukkan

bahwa sumber air minum bagi rumah tangga di Kota Palu sudah terbilang layak

konsumsi. Walaupun demikian, masih terdapat sekitar 0,23 persen yang

menggunakan mata air tak terlindungi.

2.1.5.7 Komunikasi dan Informatika

Daya saing daerah pada aspek komunikasi dan informatika didasarkan

pada penggunaan energi listrik dan alat komunikasi telepon. Salah satu kebutuhan

yang vital bagipenduduk di Kota Palu yaitu energi listrik yang di dikelola oleh

PLN, baik untuk sumber penerangan maupun sumber energi lain.

Secara umum dalam kurun waktu dua tahun (2010-2012) produksi listrik

yang di hasilkan oleh PLN mengalami kenaikan, meskipun pada Tahun 2013

produksi tersebut mengalami penurunan sekitar 7,84 persen atau hanya di

produksisekitar 498 juta kwh. Namun demikian di tahun2014 produksi listrik PLN

kembali meningkat menjadi 506 juta Kwh. Sedangkan pada tahun 2015 produksi

mengalami penurunan menjadi 474 juta Kwh. Produksi listrik yang meningkat

diiringi dengan nilai yang terjual akibat adanya kenaikan jumlah pelanggan yang

terjadi antara tahun 2011 sampai tahun 2014. Sementara itu nilai yang

hilang/dipakai sendiri selama tahun 2015 menunjukkan trend negatif dari 4,66 Juta

Kwh menjadi 2,94 juta Kwh.

Tabel 2.14

Daya Terpasang, Produksi dan Distribusi Listrik

Tahun 2011 – 2015

Tahun Daya Terpasang

(KW)

Produksi Listrik

(KWH)

Listrik Terjual

(KWH)

Dipakai Sendiri / Susut

/ Hilang (KWH)

(31)

31

Program Magister Bidang Keahlian Manajemen Aset Infrastruktur

Departemen Teknik Sipil, Lingkungan, dan Kebumian Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2018

2013 125.240 498.641.256 347.550.192 3.072.331 2014 125.240 506.200.216 390.037.611 4.662.878 2015 136.694 474.766.516 423.812.578 2.944.800

Sumber: BPS Kota Palu Dalam Angka 2016

Pengguna listrik di Kota Palu didominasi oleh rumah tangga sekitar 91,87 persen,

bisnis 5,67 persen, sosial 1,92 persen serta sisanya adalah industri dan Instansi.

Persentase rumah tangga yang menggunakan listrik PLN di Kota Palu tahun

2011-2015 adalah 100 persen.

Tabel 2.15

Jumlah Rumah Tangga Yang Menggunakan Listrik (PLN)

Tahun 2011 – 2015

Tahun Rumah Tangga Rumah Tangga Pengguna Listrik Rasio (%)

2011 80.706 80.706 100

2012 86.964 86.964 100

2013 81.097 81.097 100

2014 85.301 85.301 100

2015 87.016 87.016 100

Sumber: BPS Kota Palu Dalam Angka 2016

Selain listrik, kebutuhan masyarakat akan Telepon juga sangat penting sebagai alat

komunikasi. Adapun prosentase penduduk yang menggunakan telepon di Kota Palu

pada tahun 2011-2015 adalah sebagai berikut :

Tabel 2.16

Penduduk Yang Menggunakan Telepon

Tahun 2011 – 2015

Tahun Pengguna Telepon Penduduk Rasio (%)

2011 148,904 342,754 43.44

2012 89,564 347,856 25.75

2013 75,484 356,279 21.19

2014 62,000 362,202 17.12

2015 86,756 367,342 23.62

Sumber : BPS Kota Palu 2016

Rasio penduduk yang menggunakan telepon cenderung mengalami

penurunan selama kurun waktu 5 tahun terakhir, walaupun pada tahun 2015

mengalami peningkatan menjadi sebesar 23,62 persen hal ini dimungkinkan karena

(32)

32

Program Magister Bidang Keahlian Manajemen Aset Infrastruktur

Departemen Teknik Sipil, Lingkungan, dan Kebumian Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2018

kepada pelanggannnya. Penurunan rasio pengguna telepon terhadap penduduk

disebabkan oleh peralihan pengguna telepon pelanggan menjadi pengguna telepon

bergerak.

2.2 Telaah Kebijakan Pengembangan Wilayah Kota Palu

Pada saat ini Kota Palu masuk dalam tahap Ke Tiga pembangunan jangka

panjang dalam RPJPD Kota Palu 2005 – 2025 yaitu: Meningkatnya kualitas

Infrastruktur Perdagangan dan industri, pariwisata, serta pelayanan publik

sebagai satu ke satuan yang tidak terpisahkan, dengan tetap menjaga

keseimbangan lingkungan. Pencapaian visi tahapan ke tiga perlu didukung oleh

arah dan sasaran pembangunan jangka menengah yang juga harus mendukung

pernyataan visi tersebut.

Indikator Kinerja penyelenggaraan Pemerintah Daerah ditetapkan untuk

mengetahui keberhasilan pencapaian visi dan misi Wali Kota dan Wakil Wali Kota

Palu berdasarkan aspek, fokus menurut bidang urusan penyelenggaraan pemerintah

Kota Palu sesuai dengan kewenangan yang ditetapkan dalam peraturan perundang

– undangan.

Besaran capaian indikator pembangunan daerah Kota Palu ditetapkan

berdasarkan perkiraan capaian hasil dan dampak program pembangunan daerah

setiap tahun mulai dari Tahun 2016 (awal periode RPJMD) sampai dengan Tahun

2021(akhir periode RPJMD). Penetapan kinerja capaian indikator pembangunan

daerah Kota Palu bertujuan mengukur tingkat pencapaian visi dan misi Wali Kota

dan Wakil Wali Kota Palu yang telah dijanjikan dalam rangka penyelenggaraan

pemerintahan daerah Kota Palu selama periode Tahun 2016 – 2021.

Untuk pengembangan wilayah Kota Palu dari segi infrastruktur terdapat

beberapa sektor pengembangan infrastruktur yang dapat di analisa dari penetapan

indikator kinerja daerah pada program pembangunan daerah sebagai indikator

(33)

33

Program Magister Bidang Keahlian Manajemen Aset Infrastruktur

Departemen Teknik Sipil, Lingkungan, dan Kebumian Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2018

Tabel 2.17

Penetapan Indikator Kinerja Kota Palu Tahun 2016 – 2021 Bidang Infrastruktur dan Penataan Ruang

No Aspek / Fokus / Bid. Urusan / Indikator Kinerja Pembangunan Daerah

Kondisi Kinerja Pada Awal Periode RPJMD

Target Kinerja

2016 2017 2018 2019 2020 2021

1 Proporsi Panjang Jaringan Jalan

Dalam Kondisi Baik

51,65

2 Rasio Jaringan Irigasi / Lahan

Budi Daya :

32,28 32,28 32,28 32,28 32,28 32,28 32,28

a. Jaringan Primer 4,59 4,59 4,59 4,59 4,59 4,59 4,59

b.Jaringan Sekunder 22,52 22,52 22,52 22,52 22,52 22,52 22,52

c. Jaringan Tersier 5,18 5,18 5,18 5,18 5,18 5,18 5,18

3 Rasio Tempat Ibadah per

Satuan Penduduk (0/00)

1,60 1,65 1,70 1,75 1,85 1,90 2,00

4 Persentase Rumah Tinggal

Bersanitasi

NA

5 Rasio Tempat Pemakaman

Umum per Satuan Penduduk (0/00)

65,69 66,00 66,75 67,20 68,00 86,50 70,00

6 Rasio Tempat Pembuangan

Sampah per Satuan Penduduk (Kg per 1.000 penduduk)

644,2 670,0 700,0 750,0 850,0 950,0 1.000,0

7 Rasio Rumah Layak Huni NA

(34)

34

Program Magister Bidang Keahlian Manajemen Aset Infrastruktur

Departemen Teknik Sipil, Lingkungan, dan Kebumian Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2018

9 Panjang Jalan Dilalui Roda

Empat (km per 1.000 penduduk)

2,32 2,40 2,50 2,60 2,75 2,90 3,00

10 Jalan Penghubung dari Ibu Kota Kecamatan ke Kawasan

Pemukiman Penduduk (minimal dilalui roda empat)

100 100 100 100 100 100 100

11 Panjang Jalan Kota Dalam Kondisi Baik (> 40 km per jam) (%)

68,04 70,0 72,0 74,5 77,0 79,0 80,0

12 Panjang Jalan yang Memiliki Trotoar dan Drainase / Saluran Pembuangan Air (Minimal 1,5 m)

13 a.Panjang Jalan yang Memiliki

Trotoar (km)

751 (Tahun 2014) 850 950 1.050 1.150 1.250 1.350

b.Panjang Jalan yang Memiliki

Drainase (km)

6.323,5 (Tahun 2014) 6500 6.600 6.700 6.800 6.900 7.000

14 Sempadan Jalan yang diPakai Pedangan Kaki Lima atau Bangunan Rumah Liar

NA

15 Sempadan Sungai yang Dipakai Air

NA

16 Drainase Dalam Kondisi Baik / Pembuangan Aliran Air Tidak Tersumbat (%)

1,87 3,50 7,50 10,00 15,00 17,00 20,00

17 Pembangunan Turap di

Wilayah Jalan Penghubung dan Aliran Sungai Rawan Longsor Lingkup Kewenangan Kota

(35)

35

Program Magister Bidang Keahlian Manajemen Aset Infrastruktur

Departemen Teknik Sipil, Lingkungan, dan Kebumian Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2018

18 Luas Irigasi Kota Dalam Kondisi Baik (%)

32,56 32,56 32,56 32,56 32,56 32,56 32,56

19 Lingkungan Permukiman NA

20 Rasio Ruang Terbuka Hijau Per Satuan Luas Wilayah ber HPL/HGB (%)

41,87 43,00 44,50 46,00 47,50 49,00 50,00

21 Rasio Bangunan ber IMB per Satuan Bangunan

NA

22 Ruang Publik yang Berubah Peruntukannya (%)

0 0 0 0 0 0 0

23 Rumah Tangga Pengguna Air Bersih (%)

80,5 (Tahun 2013) 81,50 83,00 85,00 87,50 89,00 90,00

24 Rumah Tangga Pengguna Listrik (%)

99,81 99,82 99,83 99,85 99,87 99,90 99,95

25 Rumah Tangga Bersanitasi 9,33 12,50 15,00 18,80 20,00 23,00 25,00

27 Lingkungan Pemukiman Kumuh

NA

28 Rumah Tidak Layak Huni 21.101 20.000 19.000 18.000 17.000 16.000 15.000

29 Persentase Penanganan Sampah 82,29 90 91,5 93,5 95,5 97 99

30 Persentase Penduduk berakses Air Minum

80,50 (Tahun 2013) 82,5 85,0 88,0 91,0 93,0 95,0

(36)

36

Program Magister Bidang Keahlian Manajemen Aset Infrastruktur

Departemen Teknik Sipil, Lingkungan, dan Kebumian Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2018

Dalam menentukan kebijakan umum dan program pembangunan daerah

Kota Palu terlebih dahulu harus di ketahui tentang visi dan misi, tujuan, sasaran,

strategi serta arah kebijakan. Baru setelah itu proses selanjutnya adalah penjabaran

pelaksanaan kebijakan umum dan program prioritas. Kebijakan umum pada

hakekatnya merupakan resume dari semua arah kebijakan pembangunan yang

dipilih, sementara program prioritas merupakan penjabaran dana rah kebijakan

yang terkait langsung dengan pelaksanaan visi dan misi RPJMD.

Dari semua program prioritas yang telah ditentukan selanjutnya akan dipilih

yang akan menjadi program unggulan yang merupakan program prioritas utama

walikota dalam mencapai visi dan misi RPJMD.

2.2.1 Kebijakan Umum Pembangunan

Kebijakan umum pembangunan daerah Kota Palu di arahkan untuk :

1. Melaksanakan program prioritas yang mendukung arah kebijakan dalam

pencapaian visi dan misi pemerintah dalam pembangunan daerah selama 5

tahun.

2. Melaksanakan program yang bersifat pemenuhan standar pelayanan minimal

dana operasional.

3. Melaksanakan program prioritas daerah lainnya sesuai dengan urusan

Pemerintahan.

4. Mengakomodir semaksimal mungkin program pembangunan yang dijaring

melalui Aspirasi Masyarakat dalam Musrenbang.

5. Mengedepankan program – program yang menunjang pertumbuhan ekonomi,

peningaktan penyediaan lapangan kerja dan upaya pengentasan kemiskinan.

6. Meningkatkan pelayanan masyarakat dari tingkat Kelurahan, Kecamatan serta

instansi terkait.

2.2.2 Program Pembangunan Daerah Bidang Infrastruktur Kota Palu

Program prioritas merupakan program yang dianggap dapat mendukung arah

kebijakan, strategi, sasaran dan tujuan pembangunan pada tiap-tiap misi. Rumusan

program prioritas pada program pembangunan daerah Kota Palu khususnya bidang

(37)

37

Program Magister Bidang Keahlian Manajemen Aset Infrastruktur

Departemen Teknik Sipil, Lingkungan, dan Kebumian Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2018

Tabel 2.18

Tujuan, Sasaran, Strategi dan Arah Kebijakan Penataan dan Pengembangan Infrastruktur Kota Berbasis Wisata Budaya

Sasaran Strategi Arah

Kebijakan

Indikator

Kinerja

Capaian Kinerja Program

Pembangunan

Tujuan 1 : Mewujudkan Sistem Transportasi Perkotaan Berbasis Wisata Budaya

Terciptanya

Perhubungan Perhubungan

Mengoptimalkan fungsi terminal

Jumlah orang

Perhubungan Perhubungan

Terbangunnya

Perhubungan Perhubungan

Pengaturan lintasan

angkutan berat

Lintas Harian Rata rata

Na Meningkat Rehabilitas dan pemeliharaan prasarana dan fasilitas LLAJ

(38)

38

Program Magister Bidang Keahlian Manajemen Aset Infrastruktur

Departemen Teknik Sipil, Lingkungan, dan Kebumian Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2018

Perhubungan Perhubungan

Tujuan 2 : Melakukan Penataan Dekorasi Kota Dengan Ornamen – Ornamen Budaya Terwujudnya

penataan dekorasi kota

Mewujudkan ciri khas wajah kota dengan dekorasi dekorasi kota

Jumlah bangunan dan Pertanahan

Tujuan 3 : Melakukan Penataan Ruang – Ruang Publik Kota Berbasis Budaya Terwujudnya berbasis budaya

0 Meningkat Pengelolaan ruang terbuka berbasis budaya

Jumlah kebijakan dan Pertanahan

Penataan

(39)

39

Program Magister Bidang Keahlian Manajemen Aset Infrastruktur

Departemen Teknik Sipil, Lingkungan, dan Kebumian Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2018

Tujuan 4 : Menciptakan Sistem Manajemen Kebersihan dan Keindahan Kota Berbasis Budaya Terwujudnya yang di kelola masyarakat

Belum Ada 70% Pengembangan Kinerja yang ditangani

82 % 95% Pengembangan sampah (TPS) per satuan 10.000 tepi jalan dan konservasi sumber daya alam

Persentase penanaman pohon pelindung

Na 70% Pengelolaan RTH Lingkungan

(40)

40

Program Magister Bidang Keahlian Manajemen Aset Infrastruktur

Departemen Teknik Sipil, Lingkungan, dan Kebumian Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2018

Tujuan 5 : Menyiapkan Sarana dan Prasarana Pendukung Pusat – Pusat Wisata Berbasis Budaya Terwujudnya berbasis budaya

Menetapkan pusat-pusat wisata budaya dan religi sebagai daya tarik wisata

Jumlah Kawasan Wisata Religi

1 2 Pengembangan

Destinasi Pariwisata

Pariwisata Kebudayaan dan Pariwisata

Pariwisata Kebudayaan dan Pariwisata

Pariwisata Kebudayaan dan Pariwisata

Meningkatkan sarana dan prasarana wisata berbasis budaya

Meningkatnya

Kurang Meningkat Pengembangan Sarana dan Prasarana Pariwisata

Pariwisata Kebudayaan dan Pariwisata

(41)

41

Program Magister Bidang Keahlian Manajemen Aset Infrastruktur

Departemen Teknik Sipil, Lingkungan, dan Kebumian Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2018 dan Pertanahan

Revitalisasi Sumberdaya air

4

(42)

42

Program Magister Bidang Keahlian Manajemen Aset Infrastruktur

Departemen Teknik Sipil, Lingkungan, dan Kebumian Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2018 warga kota dan warga yang

bantaran sungai

Persentase Rumah Layak Huni

NA 85% Pengembangan Perumahan

Perumahan Perumahan dan Kawasan

Perumahan Perumahan dan Kawasan

Perumahan Perumahan dan Kawasan bahaya banjir

60% 82% Pengendalian yang terkelola

3

(43)

43

Program Magister Bidang Keahlian Manajemen Aset Infrastruktur

Departemen Teknik Sipil, Lingkungan, dan Kebumian Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2018

2.2.3 Kendala yang Dihadapi dalam Realisasi Pembangunan Infrastruktur

dan Perumahan Rakyat

Dalam melakukan realisasi pembangunan infrastruktur maka banyak ditemui

beberapa kendala, yang apabila kendala tersebut tidak dapat terselesaikan dengan

baik, maka dapat mengganggu hal – hal lainnya. Adapun kendala atau

permasalahan yang dihadapi dalam realisasi pembangunan infrastruktur Kota Palu,

antara lain :

1. Peningkatan Kualitas Sistem Informasi Daerah

Kota Palu masih termasuk lemah dalam penyiapan informasi berkaitan

dengan potensi sumberdaya yang di miliki. Tidak terintegrasinya sistem

informasi pemerintah di tingkat bawah (kelurahan dan kecamatan) hingga

koordinasi antar instansi pemerintah.

2. Kondisi drainase yang kurang memadai dan tidak terkelola dengan baik,

mengakibatkan banjir ketika hujan turun. Di beberapa ruas jalan sering

terjadi genangan air akibat meluapnya air dari drainase yang tidak mampu

menampung air ketika hujan

3. Pengembangan infrastruktur berupa bangunan pemerintah dan sarana

publik akan di arahkan untuk berorentasi pada ornamen budaya lokal yang

dapat mencirikan identitas Kota. Infrastruktur yang akan dikembangkan

diharapkan akan dapat mendukung pariwisata yang berbasis pada budaya

lokal. Infrastuktur publik akan mencerminkan maskot Kota Palu dan

menjadi bahan promosi pariwisata budaya Kota Palu.

4. Peningkatan kualitas lingkungan dan pemukiman kota diarahkan pada

pengelolaan tata kota yang ramah lingkungan seperti peningkatan

persentase ruang terbuka hijau.

5. Pengelolaan sampah diarahkan untuk meningkatkan pengelolaan sampah

mandiri oleh keluarga sebelum di buang ke TPA. Pemberdayaan masyarakat

melalui bank sampah dan pengelolaan daur ualng limbah masyarakat.

6. Pemenuhan kebutuhan rumah masih dihadapkan pada masalah penyediaan

hunian yang layak dan terjangkau bagi seluruh lapisan masyarakat Kota

Palu. Sementara kebutuhan rumah terus meningkat seiring dengan

(44)

44

Program Magister Bidang Keahlian Manajemen Aset Infrastruktur

Departemen Teknik Sipil, Lingkungan, dan Kebumian Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2018

2.3 Profil Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Kota Palu

Potensi strategis Indonesia sebagai “Basis Ketahanan Pangan Dunia, Pusat

Pengolahan Produk Pertanian, Perkebunan, dan Sumber Daya Mineral Serta Pusat

Mobilitas Logistik Global” untuk masa yang akan datang telah disikapi dengan

serius oleh Pemerintah melalui penetapan berbagai dasar hokum bagi

pengembangan ekonomi nasional, diantaranya adalah UU Nomor 39 Tahun 2009

Tentang Kawasan Ekonomi Khusus.

Kawasan Ekonomi Khusus yang selanjutnya disebut KEK adalah kawasan

dengan batas tertentu dalam wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia

yang ditetapkan untuk menyelenggarakan fungsi perekonomian dan memperoleh

fasilitas tertentu. KEK dikembangkan melalui penyiapan kawasan yang memiliki

keunggulan geoekonomi dan geostrategi dan berfungsi untuk menampung kegiatan

industri, ekspor, impor, dan kegiatan ekonomi lain yang memiliki nilai ekonomi

tinggi dan daya saing internasional. KEK yang dikembangkan harus merupakan

kawasan yang bersifat strategis secara nasional dari sudut kepentingan ekonomi.

Dengan Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 2014 Tentang Kawasan

Ekonomi Palu ini ditetapkan dengan luas 1500 ha yang terletak dalam wilayah

Kecamatan Tawaeli, Kota Palu, Sulawesi Tengah. Kawasan Ekonomi Khusus Palu

memiliki batas sebagai berikut :

 Sebelah Utara : Kelurahan Pantoloan Boya, Kecamatan Tawaeli, Kota Palu

 Sebelah Timur : Desa Wombo, Kecamatan Tanantovea, Kabupaten Donggala dan Kelurahan Baiya dan Kelurahan

Lambara, Kecamatan Tawaeli, Kota Palu

 Sebelah Selatan : Kelurahan Lambara, Kecamatan Tawaeli, Kota Palu

(45)

45

Program Magister Bidang Keahlian Manajemen Aset Infrastruktur

Departemen Teknik Sipil, Lingkungan, dan Kebumian Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2018

Kawasan Ekonomi Khusus Palu terdiri atas (a)

Zona Industri; (b) Zona Logistik; dan (c) Zona

Pengolahan Ekspor. Rencana strategis

pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus

Palu berpedoman pada Masterplan Kawasan

Industri Palu. Strategi pengembangan KEK

Kota Palu, dibagi dalam tiga bagian strategi

yaitu:

1. Strategi Umum terdiri dari:

Pembangunan Infrastruktur, Status

Lahan dan Tata Ruang Wilayah,

Strategi Penguatan SDM,

Pembangunan Kelembagaan,

Pembangunan Sistem Informasi KEK dan Investasi, Pembangunan

Jejaringan Kerja.

2. Strategi Khusus berupa Strategi pengembangan komoditas unggulan terdiri

dari:Penguatan Supply Chain, Pengembangan Produk Hilir (Hilirisasi).

3. Strategi Fungsional terdiri dari: Pemasaran, Operasional dan

Finansial/Keuangan.

Dalam pengembangan dan penetapannya, KEK tidak dapat dipisahkan dari

arahan rencana umum tata ruang dalam PP 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata

Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) dengan penetapan Kawasan Andalan Darat

Palu. Sebagai kawasan budidaya yang memiliki nilai strategis nasional, kawasan

andalan merupakan kawasan yang memiliki kemampuan untuk memacu

pertumbuhan ekonomi kawasan dan wilayah di sekitarnya serta mendorong

pemerataan perkembangan wilayah. RTRWN yang selanjutnya dijabarkan dalam

Rencana Tata Ruang (RTR) Pulau Sulawesi memberikan arahan bagi Kawasan Palu

dan sekitarnya untuk pengembangan sektor yang bersifat unggulan dan

pembangunan infrastruktur di dalam kawasan. Kawasan Palu juga termasuk ke

dalam Kawasan KAPET PALAPAS. Salah satu keunggulan kawasan Palu adalah

Gambar

Gambar 2.1 Peta Administrasi Kota Palu
Tabel 2.4
Tabel di atas menunjukkan bahwa jumlah kendaraan wajib uji di Kota Palu
Gambar 2.2 Jumlah Orang Yang Terangkut Angkutan Umum
+7

Referensi

Dokumen terkait

Ukuran lubang nozel harus sedemikian kecilnya sehingga partikel bitumen dan air yang keluar memiliki ukuran 100 – 150 µm, bila ukuran partikel air yang

Present value of future benefit (PVFB) adalah nilai sekarang dari manfaat pensiun yang akan diterima peserta program Dana Pensiun saat peserta memasuki usia pensiun yaitu

• SEJARAH ADALAH CERITA YANG DIDASARKAN PADA FAKTA-FAKTA DAN DISUSUN DENGAN METODE YANG KHUSUS YANG BERMULA DARI PENCARIAN DAN PENEMUAN JEJAK-JEJAK SEJARAH, MENGUJJI

Faktor pertama adalah faktor intrapersonal, diantaranya keterampilan komunikasi, pengalaman setting lintas budaya, trait personal (mandiri atau torelansi), dan akses

Berdasarkan batasan masalah yang telah dibahas sebelumnya, maka rumusan masalah dalam penelitian ini yakni, bagaimana meningkatkan hasil belajar berhitung

1) Rumuskan tujuan khusus program layanan BK yang sesuai dengan kebutuhan yang diprioritaskan oleh sekolah masing-masing dalam hal kreativitas siswa. Dalam rumusan

Menurut hukum Islam, jika dilihat dari rukun kontraknya yang berupa al-‘aqidain (dua pihak yang berakad), objek akad (mahallul ‘aqd), tujuan akad (maudhu’ul aqd),

pengetahuan awal peserta tentang Pemanfaatan Limbah Masyarakat Sebagai Alat Peraga Hidrostatik Pada Mata Pelajaran IPA bagi guru-guru sekolah dasar di desa