• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERLINDUNGAN PEMEGANG KARTU KREDIT BERKAITAN DENGAN PERETASAN KARTU KREDIT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PERLINDUNGAN PEMEGANG KARTU KREDIT BERKAITAN DENGAN PERETASAN KARTU KREDIT"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

PERLINDUNGAN PEMEGANG KARTU KREDIT BERKAITAN DENGAN PERETASAN KARTU KREDIT

Nurul Putri1, Wahyu Sasongko2, Selvia Okataviana3

ABSTRAK

Bisnis online merupakan bagian dari teknologi yang memberikan pengaruh besar pada sektor perbankan di masyarakat.Hal ini dibuktikan dengan besarnya angka pengguna e-commerce di Indonesia.Kartu kredit juga populer sebagai alat pembayaran di pasar dan mall yang ada di kota-kota besar untuk mengurangi resiko masyarakat dalam membawa uang tunai.Sistem kartu kredit sekarang juga lebih mudah, hanya dengan memberikan tanda tangan tanpa harus memasukkan kode PIN dan tanpa menunjukkan identitas. Disisi lain, masyarakat harus berhati-hati dengan keamanan kartu kredit itu sendiri. Peringatan ini ditekankan karena kelemahan pembayaran melalu internet pada situs yang belum terverifikasi dan kelemahan dengan adanya sistem tanda tangan (“tanda tangan dan kartu” daripada “kode pin dan kartu”). Hal ini sangat menyebabkan peningkatan angka kriminalitas, seperti peretasan kartu kredit (carding). Penelitian ini menggunakan penelitian hukum empiris. Pengumpulan data menggunakan metode studi dokumen, studi pustaka dan studi lapangan.Bahan penelitian ini terdiri dari bahan hukum primer, sekunder, dan tersier. Data yang telah dikumpulkan kemudian dianalisis secara kuantitatif.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa hubungan hukum antara bank dan pemegang kartu kredit yaitu hubungan yang diatur dengan hukum perjanjian. Dalam hukum perjanjian diatur tentang apa yang menjadi hak dan kewajiban dari kedua belah pihak, yaitu pihak bank dan pihak pemegang kartu kredit. Bank selaku pelaku usaha wajib memberikan perlindungan hukum terhadap pemegang kartu kredit. Adapun 3 (tiga) tahap perlindungan hukum pemegang kartu kredit yang ditinjau dari Undang-Undang Republik Indonesia No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen yaitu tahap pra-transaksi, transaksi, dan setelah transaksi. Apabila terjadi kejahatan dalam kartu kredit seperti carding, maka upaya yang dapat dilakukan oleh pemegang kartu kredit yaitu dengan segera melaporkan kronologi kasusnya kepada Bank Mandiri dengan jangka waktu tidak lebih dari 30 hari saat kejadian berlangsung, lalu bank akan segera beraksi untuk menindak lanjuti permasalahan secepatnya.

Kata Kunci: Perlindungan Hukum, Pemegang Kartu Kredit, Peretasan Kartu Kredit.

1 Mahasiswa Bagian Hukum Keperdataan Fakultas Hukum Universitas Lampung, 2

Dosen Bagian Hukum Keperdataan Fakultas Hukum Universitas Lampung,

3

(2)

I. PENDAHULUAN

Transaksi elektronik kini telah menjadi sebuah trendgaya hidup di kota-kota besar yang memberikan kemudahan bagi setiap para penggunanya. Salah satu transaksi elektronik yang populer di Indonesia yaitu transaksi melalui jasa yang ditawarkan oleh pihak bank di sektor perbankan secara pembayaran non-konvensional yang meliputi alat pembayaran paper-less seperti transfer dana elektronik dan alat pembayaran memakai kartu (card-based); ATM, kartu kredit, kartu debit dan kartu prabayar.

Kartu kredit kini sebagai salah satu aspek dalam kehidupan masyarakat modern, yang menjadi alat pembayaran pengganti uang tunai yang dapat digunakan oleh masyarakat untuk ditukarkan dengan barang dan jasa yang diinginkannya di tempat yang dapat menerima pembayaran dengan menggunakan kartu kredit (merchant).4 Hal ini juga didukung oleh kecanggihan transaksi yang menggunakan sarana kartu kredit tidak terlepas dari kemajuan teknologi metode bertransaksi yang dikenal dengan istilah e- commerce.

Beberapa pusat perbelanjaan kota atau mall besar di Indonesia juga kini telah menawarkan pembayaran melalui sistem kartu kredit yang menggesekkan kartu kredit hanya dengan memberikan tanda tangan sebagai tanda konfirmasi atas barang yang dibeli tanpa meminta informasi tambahan atas kejelasan data pemilik kartu kredit. Seperti aturan yang telah diterapkan di hampir seluruh bagian negara Eropa dan Amerika untuk harus ada kesamaan antara nama yang tertera di Kartu Tanda Penduduk (KTP) dengan nama yang tertera di kartu kredit yang ingin dipakai sebagai alat transaksi demi meminimalisirnya penipuan atau lebih dikenal dengan fraud.

Disisi lain harus disadari bahwa ada beberapa masalah dan kekurangan yang ditimbulkan dari kartu kredit itu sendiri yang pada akhirnya kerugian harus ditanggung oleh bank atau nasabah pemegang kartu kredit (card holder). Kerugian ini disebabkan adanya kejahatan kartu kredit yang semakin modern dan mempunyai jaringan luas, jaringan ini telah sampai ke luar negeri baik dari segi teknik maupun peralatan dan bahan baku pembuat kartu kredit palsu sehingga menimbulkan kejahatan peretasan kartu kredit atau yang dikenal dengan carding. Kredit yang diberikan bank mengandung banyak risiko sehingga dalam pelaksanaannya bank harus memperhatikan asas-asas perkreditan yang sehat. Perbankan harus menerapkan prinsip kehati-hatian atau prudential banking

principle, untuk mencegah dan mengurangi terjadinya resiko-resiko tersebut.5

II.PEMBAHASAN

1. Hubungan hukum antara bank dengan pemegang kartu kredit diatur oleh ‘hukum perjanjian’. Suatu perjanjian adalah suatu peristiwa dimana seseorang berjanji kepada seorang lain atau dua orang itu saling berjanji untuk melakukan suatu hal. Hukum perjanjian memang merupakan suatu hal yang menjadi dasar apabila di antara dua orang akan melakukan hubungan dalam

1. Subagyo, 2005, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Yogyakarta: Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN, hlm.39.

(3)

bidang hukum. Dalam hukum perjanjian diatur tentang apa yang menjadi hak dan kewajiban dari kedua belah pihak.6

2. Perlindungan Hukum Terhadap Pemegang Kartu Kredit Ditinjau dari Undang – Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. Sebagaimana dijelaskan dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, bahwa perlindungan hukum terhadap konsumen sekarang ini penting mengingat pembangunan perekonomian nasional pada era globalisasi semakin mendukung tumbuhnya dunia yang menghasilkan beraneka ragam produk ( barang dan jasa ) yang memiliki kandungan teknologi.Keberadaan UU No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran, pengetahuan, kepedulian dan kemampuan konsumen, dalam hal ini termasuk juga pemegang kartu kredit untuk melindungi dirinya dan dapat mengembangkan sikap pelaku usaha yang bertanggungjawab.Berdasarkan Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, maka ditemukan tiga tahap perlindungan terhadap pemegang kartu kredit yaitu:

a. Tahap pra-transaksi b. Tahap transaksi

c. Tahap setelah transaksi

3. Upaya hukum yang dilakukanpemegang kartu kredituntuk menyelesaikan permasalahan peretasan kartu kreditseperti yang terdapat pada hasil penelitianyaitu pemegang kartu kreditakan mengajukan laporan adanya tindakan mencurigakan pada tagihan kartu kreditnya pada Bank Mandiri. Maka Bank Mandiri akan melakukan investigasi terhadap transaksi kartu kreditpelapor. Berdasarkan hal ini, untuk menyelesaikan sengketa penyalahgunaan pemakaian kartu kredit atau peretasan tidak semua menempuh jalur hukum (pengadilan), tetapi juga menggunakan jalur damai atau mediasi. Jadi, bank akan secara damai menyelesaikan permasalahan peretasan kartu kredit dengan pemegang kartu kredit yang bersangkutan. Apabila sudah tidak mungkin diselesaikan sendiri, maka bank akan menempuh jalur hukum, itupun dilakukan apabila biaya penyelesaian sengketa dipengadilan tidak lebih mahal dibandingkan dengan kerugian yang diberikan oleh bank. Jadi, jalur hukum merupakan upaya terakhir untuk menyelesaikan kasus kartu kredit ini. Terkait dengan siapa yang melakukan peretasan, pihak bank akan menyerahkan pada pihak kepolisian.

a. Bentuk Tanggung Jawab dari Bank Mandiri kepada Pemegang Katu Kredit Berkaitan dengan Peretasan Kartu Kredit

Sehubungan dengan kejahatan kartu kredit seperti carding atau fraud dini. Pihak Bank Mandiri akan melakukan proses penyelesaian yang diawali dengan proses investigasi. Proses investigasi yang dimaksud yaitu proses dimana pihak bank akan melakukan investigasi berlanjut terhadap data pemegang kartu kredit

3. Mauritz Pray Takasenseran, “Perjanjian Antara Bank dengan Nasabah Menurut Undang

(4)

dan jenis transaksi yang tercatat pada riwayat kartu kredit. Pengecekan data ini untuk mengantisipasi pemegang kartu kredit yang mempunyai niat tidak baik dan

berusaha memanipulasi data laporan keuangan. Jenis transaksi yang di proses

untuk investigasi juga termasuk tanggal transaksi, tempat kejadian transaksi, bukti transaksi seperti kesamaan identitas dan tanda tangan pemegang kartu kredit dengan nota pembayaran pada gerai (merchant) pada saat melakukan transaksi. Proses investigasi ini dapat dilakukan setelah adanya pelaporan atau sanggahan transaksi oleh pemegang kartu kredit kepada pihak bank.

Adapun cara melakukan pelaporan atau sanggahan mengenai kesalahan transaksi tersebut yaitu dengan cara:7

1) Mengisi formulir sanggahan di Cabang Bank Mandiri terdekat;

2) Sanggahan transaksi diterima paling lambat 30 hari kalender setelah tanggal cetak tagihan;

3) Informasi dan dokumen yang harus dilampirkan adalah : a) Nama dan nomor kartu kredit;

b) Rincian transaksi dan jumlah yang disanggah; c) Tanggal transaksi;

d) Alasan sanggahan transaksi; e) Tanda tangan sesuai di kartu.

4) Tanggapan atas sanggahan transaksi; Bank berwenang untuk melakukanpemeriksaan atas transaksi yang disanggah berdasarkan informasi yangdisampaikan pemegang kartu maupun informasi pendukung lainnya. Hasil investigasi tersebut merupakan sepenuhnya keputusan bank dan akandiberitahukan kepada pemegang kartu secara tertulis. Lama waktu proses pemeriksaan hingga keputusan atas transaksi yang disanggah sesuai dengan standar VISA, Master Card atau JCB.

5) Fotokopi KTP pemegang kartu kreditBank Mandiri sebanyak 1(satu) lembar. 6) Fotokopi kartu kredit dari pemegang kartukredit Bank Mandiri sebanyak 1

(satu) lembar.

b. Proses Investigasi Bank Mandiri Terhadap Pemegang Kartu Kredit Berkaitan dengan Carding atau Fraud

Bank Mandiri akan mengidentifikasi kesamaan tertera pada bukti transaksi

(sales draft) dengan identitas dan riwayat pemegang kartu kredit. Kolom tanda

tangan berperan sangat penting pada proses investigasi ini, jika adanya ketidaksamaan pada tanda tangan yang tertera di bukti transaksi dan tanda tangan yang tertera pada kolom tanda tangan resmi pemegang kartu yang ada di bagian belakang kartu kredit, maka transaksi tersebut berkemungkinan diretas.

Tidak hanya menginvestigasi secara offline, pihak bank juga akan menginvestigasi transaksi yang dilakukan pada situs-situs online (online website). Pihak bank akan menginvestigasi apakah transaksi pada online website tersebut dilengkapi dengan sistem keamanan khusus dari pihak bank yang dikenal dengan

3D Secure Dynamic PIN. Sistem 3D Secure ini adalah fasilitas layanan dari VISA

dan Master Card untuk melindungi transaksi online pada kartu kredit dari

(5)

pemegang kartu kredit tersebut. Layanan 3D Secure Dynamic PIN ini hanya tersedia di situs-situs atau merchant tertentu yang mendukung layanan 3D Secure.

c. Proses Penyelesaian yang Dilakukan Bank Mandiri Terhadap Pemegang Kartu Kredit Berkaitan dengan Peretasan Kartu Kredit

Sehubungan dengan proses penyelesaian ini, berikut adalah pihak – pihak yang terkait dengan proses bisnis kartu kredit:

1) Cardholder : Pemilik dari kartu yang dipergunakan untuk melakukan

pembelian.

2) Merchant : Pihak yang menerima pembayaran dengan kartu kredit untuk

produk atau jasa dari pemilik kartu kredit.

3) Acquirer : Institusi finansial atau organisasi lain yang menyediakan jasa

pemrosesan kartu ke merchant.

4) Card Network : Jaringan seperti VISA atau Master Card yang berperan

sebagai gateway antara acquirer dan issuer untuk mengotorisasi dan melakukan pencairan transaksi.

5) Issuer : Institusi finansial atau organisasi lain yang mengeluarkan kartu kredit

(card association branded) ke pemegang kartu.

Pihak Bank Mandiri akan memberikan tanggung jawab penuh kepada pemegang kartu kredit Bank Mandiri jika terbukti dari hasil investigasi bahwa kartu kreditnya telah diretas atau benar adanya tindakan peretasan kartu kredit. Bentuk dari tanggung jawab itu sendiri adalah penagihan kembali kartu kredit atau yang dikenal dengan chargeback kartu kredit yang dapat dilakukan apabila pemegang kartu kredit merasa keberatan atas tagihan kartu kredit yang dibebankan padanya dan menarik kembali tagihan yang dimaksud. Chargeback itu sendiri dilakukan dalam hal terjadi suatu permasalahan atas transaksi yang sudah terjadi dan berdasarkan hasil investigasi oleh bank, masalah tersebut disebabkan oleh kelalaian merchant baik disengaja ataupun tidak disengaja, yang mengakibatkan transaksi tersebut menjadi tidak sah ataupun tidak benar. Pihak Bank Mandiri akan menghapus semua nilai tagihan yang mencurigakan akabat peretasan kartu kredit tersebut. Penghapusan tagihan tersebut berupa pemberitahuan pengurangan (dengan diikuti tanda (-) minus) sebesar jumlah nilai tagihan yang diretas pada jumlah tagihan resmi bulanan kartu kredit.8

(6)

Untuk mempermudah, berikut ini gambaran mekanisme proses charge

back yang dilakukan oleh pihak bank:

Tidak

d. Solusi dan Upaya yang Diberikan Bank Mandiri Kepada Pemegang Kartu Kredit Berkaitan dengan Peretasan Kartu Kredit

Adapun solusi yang diberikan oleh Bank Mandiri yaitu:9

1) Bank Mandiri menghimbau penggunaan kode keamanan atau PIN terhadap kartu kredit dan menjaga kerahasiaan informasi PIN tersebut.

2) Jangan pernah memberitahukan informasi data pribadi mengenai kartu kredit seperti masa berlaku kartu kredit, 3 (tiga) angka di belakang kartu atau yang

6. Ibid.

Cardholder mengajukan

pelaporan (dispute)

Menginvestigasi dispute

Issuer

Dispute benar ?

Tolak

dispute

End

Melakukan chargeback ke

cardholder sesuai dengan nilai

transaksi

Kredit rekening

Cardholder Ya

Kredit rekening

Issuer Acquirer

(7)

dikenal dengan kode CVV, ataupun limit kartu kredit kepada pihak yang tidak berkepentingan.

3) Jangan pernah memberikan kartu kredit kepada pihak lain karena Bank Mandiri tidak pernah mengirimkan petugas atau memberikan kuasa kepada pihak lain untuk mengambil kartu kredit anda yang merupakan penerima/pemegang kartu kredit yang sah, dengan alasan penggantian kartu,

upgrade limit kartu atau penawaran produk/ hadiah.

4) Bank Mandiri menghimbau agar pemegang kartu kredit lebih berhati-hati dalam melakukan transaksi secara online/e-commerce. Pastikan situs online yang dituju sudah dilengkapi dengan sistem keamanan Bank Mandiri yaitu

One Time Password (OTP) atau juga dikenal dengan sistem 3D Secure

Payment dimana pemegang kartu kredit akan menerima notifikasi berupa sms

dari setiap pembelanjaan.

III. PENUTUP

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang diuraikan pada bab sebelumnya, maka penulis dalam penelitian ini menarik kesimpulan sebagai berikut:

a. Perlindungan hukum pemegang kartu kredit dinilai sudah sesuai dengan hukum perjanjian yang dibuat oleh kedua belah pihak (bank dan pemegang kartu kredit). Yang dimana hukum perjanjian tersebut meliputi hak dan kewajiban dari kedua belah pihak. Perlindungan hukum yang dapat dilakukan terkait ulah pihak yang tidak bertanggung jawab yaitu dengan melakukan pengawasan secara preventif dan antisipasi agar tidak terjadi penyalahgunaan. Bentuk perlindungan ini harus seimbang antar para pihak. Jika terjadi sengketa karena tidak terpenuhinya hak dan kewajiban masing-masing pihak, maka dapat diselesaikan berdasarkan kesepakatan yang ada di dalam perjanjian. b. Perlindungan hukum bagi pemegang kartu kredit ditinjau dari

Undang-Undang Republik Indonesia No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen yaitu meliputi 3 (tiga) tahap berikut ini:

1) Tahap pra-transaksi 2) Tahap transaksi

3) Tahap setelah transaksi

(8)

DAFTAR PUSTAKA

Literatur :

Subagyo, 2005, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Yogyakarta: Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN.

Etty Mulyati,2016, Kredit Perbankan: Aspek Hukum dan Pengembangan Usaha

Mikro Kecil dalam Pembangunan Perekonomian Indonesia, Bandung:

Refika Aditama.

Mauritz Pray Takasenseran, “Perjanjian Antara Bank dengan Nasabah Menurut

Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998”, Lex et Societatis,

Vol.IV/No.7/Juli 2016.

Peraturan Perundang-Undangan :

Bank Indonesia (2), Peraturan Bank Indonesia Tentang Batas Maksimum

Pemberian Kredit Bank Umum, Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/3/PBI/2005,

LN Nomor13 Tahun 2005, TLN Nomor 4472, Ps. 1 bt.(18). Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPdt)

Referensi

Dokumen terkait

Penjadwalan crew dipengaruhi oleh banyaknya ketersediaan mekanik, jika terdapat kekurangan mekanik pada maka perawatan tidak dapat berjalan dengan baik, sebagaimana

Berdasarkan pengamatan dalam 1 hari diperoleh 2 data kegiatan yang bernomor 1 (persiapan/pembersihan lokasi), maka ini berarti pada hari pengamatan tersebut

Latihan rutin oleh komunitas Badminton Lovers Surabaya membuat kekompakan anggota menjadi lebih baik, karena antar individu dalam anggota akan lebih saling

Hasil analisis multivariat dengan menggunakan uji regresi logistik multivariat membuktikan bahwa dengan memperhitungkan variabel riwayat pajanan asap obat nyamuk dan

Pengukuran besaran Fisika (massa, panjang, dan waktu) Penjumlahan dan pengurangan vektor Besaran standar Besaran turunan Metode grafik Metode analisis Metode jajaran genjang <

Jum1ah spesies ikan yang ditemukan selama penelitian berturut-turut ialah 56 jenis ikan di Danau Sababilah (Gambar 2), 27 jenis di Danau Raya (Gam bar 3), dan 51 jenis ikan di

Mesin yang digunakan yaitu tipe mesin turbo fan yang terletak dibagian ekor pesawat (empanage), perbedaannya pada mesin ini adalah tenaga yang dihasilkan oleh

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan metode penelitian deskriptif dengan wawancara yang mendalam dan observasi yang akan menggambarkan