• Tidak ada hasil yang ditemukan

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara"

Copied!
111
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Anggaran Pendapatan dan

Belanja Negara

Sebagai suatu entitas yang mengemban amanat

rakyat, pemerintah dalam melaksanakan hak dan kewajibannya harus memiliki rencana yang

(3)

Anggaran Pendapatan dan

Belanja Negara

Setiap tahun pemerintah menghimpun dan

membelanjakan dana triliunan rupiah melalui APBN. Penyusunan APBN merupakan

rangkaian aktiftas yang melibatkan banyak pihak termasuk departemen , lembaga dan DPR, peran DPR dalam hal ini sebagai

(4)

Anggaran Pendapatan dan

Belanja Negara

Sesuai UUD 45, APBN harus diwujudkan dala

bentuk Undang-undang, dalam hal ini Presiden berkewajiban menyusun dan mengajukan

Rancangan APBN kepada DPR. RAPBN memuat asumsi umum yang mendasari penyusunan

APBN, perkiraan penerimaan, pengeluaran,

(5)

Ruang Lingkup APBN

APBN mencakup seluruh penerimaan dan

pengeluaran yang ditampung dalam satu rekening yang disebut rekening

Bendaharawan Umum Negara (BUN) di bank sentral (Bank Indonesia). Pada dasarnya

(6)

Ruang Lingkup APBN

Sesuai dengan peraturan pemerintah

perundangan yang terkait dengan pengelolaan APBN, semua penerimaan dan pengeluaran

harus tercakup dalam APBN. Dengan kata lain pada saat pertanggungjawaban APBN, semua realisasi penerimaan dan pengeluaran dalam rekening harus dikonsolidasikan ke dalam

rekening BUN. Semua penerimaan dan

pengeluaran yang telah dimasukkan dalam

(7)

Perkiraan APBN

Perkiraan-perkiraan APBN terdiri dari:

 penerimaan  pengeluaran  transfer

(8)

Sejarah Format APBN

Selama TA 1969/70 sampai dengan 1999/2000

APBN menggunakan format T-account.

Format ini dirasakan masih mempunyai

kelemahan antara lain tidak memberikan

informasi yang jelas mengenai pengendalian defsit dan kurang transparan sehingga perlu disempurnakan

Mulai TA 2000 format APBN diubah menjadi

(9)

Tujuan Perubahan Format APBN

Tujuan perubahan format dari T-account ke I-account adalah :

Untuk meningkatkan transparansi dalam penyusunan

APBN

Untuk mempermudah analisis, pemantauan, dan

pengendalian dalam pelaksanaan dan pengelolaan APBN

 Untuk mempermudah analisis komparasi (perbandingan)

dengan budget negara lain

Untuk mempermudah perhitungan dana perimbangan

(10)

T-Account

Dalam T-account, sisi penerimaan dan sisi

pengeluaran dipisahkan di kolom yang berbeda

T-account mengikuti anggaran yang berimbang

dan dinamis

Dalam versi T-account, format seimbang dan

dinamis diadopsi. Seimbang berarti sisi

penerimaan dan pengeluaran mempunyai nilai jumlah yang sama. Jika jumlah pengeluaran lebih besar daripada jumlah penerimaan, kemudian

(11)

T-Account (Cont’d)

Pengeluaran APBN diperinci dalam

pemerintah pusat dan pemerintah daerah

 Versi T-account tidak menunjukan dengan

jelas komposisi anggaran yang dikelola

pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Ini merupakan akibat dari sistem anggaran yang terpusat

 Pada format T-account, pinjaman luar negeri

dianggap sebagai penerimaan pembangunan dan pembayaran cicilan utang luar negeri

(12)

I-Account

Dalam I-account, sisi penerimaan dan sisi pengeluaran tidak dipisahkan atau dalam satu kolom

I-account menerapkan anggaran defsit/surplus

Dalam versi I-account, anggaran

surplus/defsit diadopsi. Perubahan – perubahan itu dengan jelasnya

(13)

I-Account (Cont’d)

Defsit/surplus adalah perbedaan antara

jumlah penerimaan dan hibah, dan jumlah pengeluaran. Perbedaan negatif-jumlah

pengeluaran lebih besar daripada jumlah penerimaan- berarti defsit.

Jika perbedaan adalah positif –jumlah penerimaan dan hibah lebih besar dari jumlah pengeluaran- itu berarti surplus.

Sumber – sumber pembiayaan untuk

(14)

I-Account (Cont’d)

Pengeluaran APBN diperinci dalam

pemerintah pusat dan pemerintah daerah

 versi I-account dengan jelas menunjukan

komposisi jumlah anggaran yang dikelola oleh pemerintah daerah

 I-account, pinjaman luar negeri dan

(15)

Format I-Account APBN

Dengan format baru ini pinjaman luar negeri diperlakukan sebagai utang, sehingga jumlahnya harus sekecil

(16)

Format I-Account APBN

A. Pendapatan dan Hibah

I. Penerimaan Dalam Negeri

1. Penerimaan Pajak

2. Penerimaan Bukan Pajak

II. Hibah

B. Belanja Negara

I. Anggaran Belanja Pemerintah Pusat

1. Pengeluaran Rutin

2. Pengeluaran Pembangunan

II. Dana Perimbangan

III. Dana Otonomi Khusus dan Penyeimbang

C. Keseimbangan Primer

D. Surplus/Defsit Anggaran (A-B) E. Pembiayaan

(17)

Penjelasan Komposisi

APBN

A.Penerimaan

Penerimaan APBN diperoleh dari berbagai sumber yang meliputi Pajak Penghasilan

(PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPn), Pajak

Bumi dan Bangunan (PBB), Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB), cukai dan Pajak lainnya yang merupakan sumber utama penerimaan APBN. Selanjutnya Penerimaan Non Pajak, diantaranya penerimaan dari

(18)

Penjelasan Komposisi

APBN

B.Pengeluaran

Secara umum, pengeluaran yang dilakukan pada suatu tahun anggaran harus ditutup dengan penerimaan pada tahun anggaran yang sama. Berbeda dengan anggaran

penerimaan negara yang diperlakukan

(19)

B.Pengeluaran (Cont’d)

Secara Umum, proses terjadinya pengeluaran melalui 4 tahap, yaitu:

1. Kewenangan Anggaran

2. Pelimpahan Kewenangan Anggaran

3. Kewajiban

(20)

Penjelasan Komposisi

APBN

C.Dana Perimbangan

Dana Perimbangan adalah transfer dari

pemerintah pusat kepada pemerintah daerah dalam rangka program desentralisasi.

(21)

Penjelasan Komposisi

APBN

D.Dana Otonomi Khusus

Dana Otonomi Khusus diberikan kepada daerah yang memiliki karakteristik khusus yang membedakan dengan daerah lain,

contohnya propinsi Papua mendapat dana alokasi yang lebih besar untuk mengatasi

(22)

Penjelasan Komposisi

APBN

F. Defsit dan Surplus

(23)

Penjelasan Komposisi

APBN

G.Keseimbangan

Dalam tampilan APBN, dikenal dua istilah defsit anggaran, yaitu : keseimbangan

primer, dan keseimbangan umum.

Keseimbangan primer adalah total

penerimaan dikurangi belanja tidak termasuk pembayaran bunga, sedangkan

Kesembangan Umum adalah total

(24)

Penjelasan Komposisi

APBN

H.Pembiayaan

Pembiayaan diperlukan untuk menutup defsit anggaran. Beberapa sumber pembiayaan

yang penting saat ini adalah pembiayaan dalam negeri meliputi penerbitan obligasi, penjualan aset dan privatisasi, dan

pembiayaan luar negeri meliputi pinjaman

(25)

Proses Penyusunan

(26)

Penyusunan APBN

Menteri Keuangan dan Badan Perencanaan Nasional atas nama Presiden mempunyai tanggungjawab dalam mengkoordinasikan penyusunan APBN. Menteri Keuangan

bertanggungjawab untuk mengkoordinasikan penyusunan konsep anggaran belanja rutin. Sementara itu Bappenas dan Menteri

Keuangan bertanggungjawab dalam

(27)

Penyusunan APBN

Proses penyusunan APBN dapat

dikelompokkan dalam dua tahap,

yaitu:

1.

Pembicaraan pendahuluan antara

pemerintah dan DPR

(28)

Penyusunan APBN

1.Pembicaraan Pendahuluan

Tahap ini diawali dengan beberapa kali pembahasan antara pemerintah dan DPR untuk menentukan mekanisme dan jadwal pembahasan APBN. Kegiatan dilanjutkan dengan persiapan rancangan APBN oleh

pemerintah, antara lain meliputi penentuan asumsi dasar APBN, perkiraan penerimaan dan pengeluaran. Tahapan ini diakhiri

(29)

Penyusunan APBN

2.Pengajuan, Pembahasan, dan Penetapan APBN

Hal ini dilakukan oleh Menteri Keuangan dengan Panitia anggaran, maupun antara komisi dengan departemen. Hasil

pembahasan ini adalah UU APBN yang memuat alokasi dana per

departemen/lembaga, sektor, sub sektor,

(30)

2.Pengajuan, Pembahasan, dan Penetapan APBN (Cont’d)

Berdasarkan satuan 3 (alokasi dana per departemen/lembaga, sektor, sub sektor,

program dan kegiatan), Dirjen Anggaran dan Menteri Membahas detail pengeluaran rutin berdasarkan pedoman penyusunan DIK dan indeks satuan biaya yang dikeluarkan oleh Menteri Keuangan. Untuk pengeluaran

pembangunan, Dirjen Anggaran, Bappenas, dan Menteri teknis membahas detail

(31)

2.Pengajuan, Pembahasan, dan Penetapan APBN (Cont’d)

Apabila DPR menolak RAPBN yang diajukan pemerintah tersebut , maka pemerintah

(32)

Hasil pembahasan diatas didokumentasikan kedalam dokumen-dokumen berikut:

Daftar Isian Kegiatan, dokumen yang berlaku

sebagai otorisasi untuk pengeluaran rutin pada masing-masing unit organisasi.

Daftar Isian Proyek, dokumen anggaran berlaku

sebagai otorisasi untuk pengeluaran pembangunan untuk masing-masing proyek pada unit organisasi.

Surat Pengesahan Alokasi Anggaran Rutin

(SPAAR), dokumen yang menetapkan besaran

alokasi anggaran rutin untuk setiap kantor/satuan kerja di daerah yang selanjutnya akan dibahas

(33)

Lanjutan..

Surat Pengesahan Alokasi Anggaran

Pembangunan (SPAAP), dokumen yang menetapkan besaran alokasi anggaran

pembangunan untuk setiap proyek/bagian

proyek yang selanjutnya akan dibahas antara Kantor wilayah DJA dengan instansi

vertikal/dinas untuk kemudian dituangkan dalam DIP.

Surat Keputusan Otorisasi (SKO), dokumen

otorisasi untuk penyediaan dana kepada

departemen/lembaga/pemerintah daerah dan pihak lain yang berhak baik untuk rutin

(34)

PERATURAN

PELAKSANAAN:

PP No. 20 Tahun 2004 tentang Rencana Kerja Pemerintah (RKP)PP No. 21 Tahun 2004 tentang Rencana Kerja Anggaran

Kementerian/Lembaga (RKA-KL) Tahun 2005

PP No. 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi

Pemerintahan

PMK Nomor 571/PMK.06/2004 tentang Petunjuk Teknis

Penyelesaian Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA)

PMK Nomor 606/PMK.06/2004 tentang Pedoman Pembayaran

dalam Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun 2005

(35)

PERUBAHAN FORMAT

ANGGARAN BELANJA

PEMERINTAH PUSAT :

1. Penerapan sistem penganggaran terpadu (unifid budgid), melalui penyatuan anggaran belanja

rutin dan anggaran belanja pembangunan yang sebelumnya dipisahkan; dan

2. Reklasifkasi rincian belanja negara menurut organisasi, fungsi dan jenis belanja, yang

(36)

SASARAN PERUBAHAN

FORMAT ANGGARAN

BELANJA NEGARA :

Meningkatkan transparansi dan akuntabilitas

pengelolaan belanja negara, melalui:

a. Minimalisasi duplikasi rencana kerja dan

penganggaran dalam belanja negara

b. Meningkatkan keterkaitan antara keluaran

(output) dan hasil (outcomis) yang dicapai dengan penganggaran organisasi

(37)

PENELAAHAN RKA-KL DAN

PENELAAHAN RKA-KL DAN

DIPA 2005

DIPA 2005

Kementerian Keuangan Kementerian Keuangan cqcq. DJAPK. DJAPK me menelaah kesesuaian RKA-KL nelaah kesesuaian RKA-KL

dengan pagu sementara, standar biaya, dan prakiraan maju

dengan pagu sementara, standar biaya, dan prakiraan maju; dan; dan

Bappenas mBappenas menelaah enelaah sinkronisasi program dalam RKA-KL dengan RKP. sinkronisasi program dalam RKA-KL dengan RKP.

Penelaahan tersebut dilakukan pada minggu kedua

Penelaahan tersebut dilakukan pada minggu kedua

Juli sampai dengan awal Agustus

Juli sampai dengan awal Agustus

Kementerian Keuangan Kementerian Keuangan cqcq DJPbn menelaah kesesuaian antara DIPA DJPbn menelaah kesesuaian antara DIPA

dengan Keppres tentang Rincian APBN 2006 (yang diterbitkan

dengan Keppres tentang Rincian APBN 2006 (yang diterbitkan

selambat-lambatnya November 2005)

(38)

PENYUSUNAN RKA-KL 2006

PENYUSUNAN RKA-KL 2006

DAN DIPA 2006

DAN DIPA 2006

Penelaahan RKA-KL oleh Kementerian Keuangan Penelaahan RKA-KL oleh Kementerian Keuangan ((cqcq DJAPK DJAPK)) dan dan

Bappenas dimulai pada minggu kedua Juli sampai awal Agustus 2005

Bappenas dimulai pada minggu kedua Juli sampai awal Agustus 2005

Penerbitan Keppres tentang Rincian APBN 2006 (paling lambat Penerbitan Keppres tentang Rincian APBN 2006 (paling lambat

November 2005)

November 2005)

Pengajuan konsep DIPA oleh kementerian/lembaga paling lambat Pengajuan konsep DIPA oleh kementerian/lembaga paling lambat

minggu kedua Desember 2005

minggu kedua Desember 2005

Kementerian Keuangan Kementerian Keuangan cqcq Direktur Jenderal Perbendaharaan Direktur Jenderal Perbendaharaan

melakukan penelaahan kesesuaian antara konsep DIPA yang

melakukan penelaahan kesesuaian antara konsep DIPA yang

diajukan oleh kementerian/lembaga dengan Keppres tentang Rincian

diajukan oleh kementerian/lembaga dengan Keppres tentang Rincian

APBN 2006

APBN 2006

Pengesahan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran paling lambat 31 Pengesahan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran paling lambat 31

Desember 2005

Desember 2005

(39)

Reformasi penganggaran

Reformasi penganggaran

:

:

a.

a. Unifkasi anggaran, yang mengkonsolidasi Unifkasi anggaran, yang mengkonsolidasi pengeluaran rutin dan pengeluaran

pengeluaran rutin dan pengeluaran

pembangunan;

pembangunan;

b.

b. Penerapan Penerapan kerangka pengeluaran jangka kerangka pengeluaran jangka menengah

menengah (midium tirm ixpidituri (midium tirm ixpidituri framiwork/MTEF),

framiwork/MTEF), yang mempererat yang mempererat perencanaan dan penganggaran serta

perencanaan dan penganggaran serta

meningkatkan derajat prediksi kemampuan

meningkatkan derajat prediksi kemampuan

anggaran jangka menengah; dan

anggaran jangka menengah; dan

c.

c. Penerapan Penerapan penganggaran berbasis kinerja penganggaran berbasis kinerja dan

dan untuk tingkatkan efsiensi dan efektiftas untuk tingkatkan efsiensi dan efektiftas pelayanan pemerintah.

(40)
(41)

Struktur APBD

APBD merupakan rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah yang disetujui oleh

DPRD dan ditetapkan dengan peraturan

daerah. APBD mempunyai fungsi otorisasi,

perencanaan, pengawasan, alokasi, distribusi, dan stabilisasi. Fungsi otorisasi mengandung arti bahwa Perda tentang APBD menjadi

(42)

Struktur APBD

Secara garis besar, struktur APBD terdiri atas

pendapatan daerah, belanja daerah, dan pembiayaan daerah

Pendapatan daerah adalah semua penerimaan uang melalui rekening kas umum daerah, yang menambah ekuitas dana, merupakan hak daerah dalam satu tahun anggaran dan tidak perlu dibayar kembali oleh daerah. • Belanja daerah adalah semua pengeluaran dari rekening

kas umum daerah yang mengurangi ekuitas dana,

merupakan kewajiban daerah dalam satu tahun anggaran • Pembiayaan Daerah adalah semua kegiatan pemerintah

(43)

Struktur APBD

Pendapatan daerah terdiri atas pendapatan asli daerah (PAD), dana perimbangan, dan lain-lain pendapatan daerah yang sah.

PAD mencakup pajak daerah, retribusi daerah, hasil

pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah.

Dana Perimbangan mencakup Dana Bagi Hasil

(Pajak dan Sumber Daya Alam), Dana Alokasi Umum (DAU), dan Dana Alokasi Khusus (DAK).

Lain-lain pendapatan daerah yang sah

mencakup hibah (barang atau uang dan/atau jasa), dana darurat, dana bagi hasil pajak dari provinsi

kepada kabupaten/kota, dana penyesuaian dan dana otonomi khusus, serta bantuan keuangan dari

(44)

Struktur APBD

Belanja daerah dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu belanja tidak langsung dan belanja langsung.

Belanja Tidak Langsung

Yaitu belanja yang dianggarkan tidak terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan. Kelompok belanja tidak langsung ini terdiri atas

belanja pegawai, bunga, subsidi, hibah, bantuan sosial, belanja bagi hasil, bantuan keuangan, dan belanja tidak terduga.

Belanja Langsung

Merupakan belanja yang dianggarkan terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan. Belanja langsung dari suatu kegiatan terdiri dari

(45)
(46)

Surplus APBD

Surplus APBD dapat dimanfaatkan antara lain:

Untuk pembayaran pokok utang

Penyertaan modal (investasi) daerah

Pemberian pinjaman kepada pemerintah

pusat/pemerintah daerah lain

Pendanaan belanja peningkatan jaminan sosial,

(47)

Defsit APBD

Dalam hal APBD diperkirakan defsit, ditetapkan pembiayaan untuk menutup defsit tersebut

yang diantaranya dapat bersumber dari:

Sisa lebih perhitungan anggaran (SiLPA) tahun

anggaran sebelumnya,

Pencairan dana cadangan,

Hasil penjualan kekayaan daerah yang

dipisahkan,

Penerimaan pinjaman,

Penerimaan kembali pemberian pinjaman atau

(48)

Klasifkasi APBD

Untuk kepentingan administratif, monitoring, dan evaluasi, struktur APBD diklasifkasikan menurut

urusan pemerintahan daerah

– 25 (dua puluh lima) urusan wajib pemerintahan

daerah

– 8 (delapan) urusan pilihan pemerintahan daerah

organisasi yang bertanggung jawab

(49)

Struktur APBD

A.Pendapatan Daerah

Pendapatan daerah didefnisikan sebagai semua penerimaan uang melalui rekening kas umum daerah, yang menambah ekuitas dana,

merupakan hak daerah dalam satu tahun

anggaran dan tidak perlu dibayar kembali oleh daerah. Pendapatan daerah dikelompokkan atas:

 pendapatan asli daerah  dana perimbangan

(50)

Pendapatan Asli Daerah

Kelompok pendapatan asli daerah (PAD) dibagi menurut jenis pendapatan yang terdiri atas

pajak daerah,retribusi daerah,

hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah.

Jenis pajak daerah dan retribusi daerah dirinci

menurut obyek pendapatan sesuai dengan undang- undang tentang pajak daerah dan retribusi daerah. Sedangkan jenis hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dirinci menurut obyek pendapatan yang mencakup:

• bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik daerah/BUMD • bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik pemerintah/

BUMN

• bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik swasta atau

(51)

Penerimaan daerah yang tidak termasuk dalam jenis pajak daerah, retribusi daerah, dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dimasukkan ke dalam jenis lain-lain pendapatan asli daerah yang sah, antara lain:

hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkanjasa giro

pendapatan bunga

penerimaan atas tuntutan ganti kerugian daerah

penerimaan komisi, potongan ataupun bentuk lain sebagai akibat

dari penjualan dan/atau pengadaan barang dan/atau jasa oleh daerah

penerimaan keuntungan dari selisih nilai tukar rupiah terhadap mata

uang asing

pendapatan denda atas keterlambatan pelaksanaan pekerjaanpendapatan denda pajak

pendapatan denda retribusi

pendapatan hasil eksekusi atas jaminanpendapatan dari pengembalian

fasilitas sosial dan fasilitas umum

(52)

Dana Perimbangan

Kelompok pendapatan daerah yang kedua

adalah Dana Perimbangan, yaitu dana yang

bersumber dari pendapatan APBN yang

dialokasikan kepada daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan Desentralisasi. Kelompok ini dibagi menurut jenis pendapatan yang terdiri atas:

 dana bagi hasil (DBH)

 dana alokasi umum (DAU)

(53)

Lain-lain Pendapapatan

yang Sah

Kelompok ini dibagi menurut jenis pendapatan yang mencakup:

 hibah berasal dari pemerintah, pemerintah daerah lainnya,

badan/lembaga/ organisasi swasta dalam negeri, kelompok masyarakat/perorangan, dan lembaga luar negeri yang

tidak mengikat

dana darurat dari pemerintah dalam rangka

penanggulangan korban/ kerusakan akibat bencana alam

 dana bagi hasil pajak dari provinsi kepada kabupaten/kota  dana penyesuaian dan dana otonomi khusus yang

ditetapkan oleh pemerintah

 bantuan keuangan dari provinsi atau dari pemerintah

(54)
(55)

Struktur APBD

B.Belanja Daerah

Untuk mendanai pelaksanaan urusan

pemerintahan yang menjadi kewenangan provinsi atau kabupaten/kota, pemerintah daerah

membuat anggaran belanja setiap tahunnya. Belanja daerah ini meliputi semua pengeluaran dari rekening kas umum daerah yang

mengurangi ekuitas dana, merupakan kewajiban daerah dalam satu tahun anggaran dan tidak

(56)

Struktur APBD

Dalam APBD, belanja daerah dirinci menurut

urusan pemerintahan

(urusan wajib atau urusan pilihan)

 organisasi  program  kegiatan  kelompok  jenis

(57)

Belanja Daerah

Belanja menurut kelompok belanja terdiri atas belanja tidak langsung dan belanja

langsung,

 Belanja Tidak Langsung

Yaitu belanja yang dianggarkan tidak terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan. Kelompok belanja tidak

langsung dibagi menurut jenis belanja yang terdiri dari belanja pegawai, bunga, subsidi, hibah, bantuan sosial, belanja bagi hasil,

(58)

 Belanja Langsung

Merupakan belanja yang dianggarkan terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan

Kelompok belanja langsung dari suatu kegiatan dibagi menurut jenis belanja yang terdiri dari:

 belanja pegawai,

 belanja barang dan jasa, dan  belanja modal

Ketiga jenis belanja langsung untuk melaksanakan program dan kegiatan

(59)

Belanja Daerah

Klasifkasi belanja menurut fungsi, bertujuan untuk

keselarasan dan keterpaduan pengelolaan keuangan negara. Pengklasifkasian menurut fungsi ini terdiri dari:

pelayanan umum

ketertiban dan ketentramanekonomi

lingkungan hidup

perumahan dan fasilitas umumkesehatan

pariwisata dan budayapendidikan

(60)

Struktur APBD

C.Pembiayaan Daerah

Pembiayaan daerah meliputi semua transaksi keuangan untuk menutup defsit atau untuk memanfaatkan surplus. Dalam APBD,

(61)

Pembiayaan Daerah

Pembiayaan terdiri atas:

 Penerimaan pembiayaan adalah semua

penerimaan yang perlu dibayar kembali baik pada tahun anggaran yang bersangkutan

maupun pada tahun-tahun anggaran berikutnya.

 Pengeluaran pembiayaan adalah pengeluaran

(62)

Penerimaan Pembiayaan

Penerimaan pembiayaan mencakup:

 sisa lebih perhitungan anggaran tahun

anggaran sebelumnya (SiLPA)

 pencairan dana cadangan

 hasil penjualan kekayaan daerah yang

dipisahkan

 penerimaan pinjaman daerah

(63)

Pengeluaran Pembiayaan

Sedangkan pengeluaran pembiayaan mencakup:

 pembentukan dana cadangan

 penerimaan modal (investasi) pemerintah

daerah

 pembayaran pokok utang

(64)
(65)

APBD merupakan rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah yang disetujui oleh DPRD dan ditetapkan dengan peraturan daerah. Untuk menyusun APBD, pemerintah daerah harus

terlebih dahulu menyusun:

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) yang

merupakan penjabaran dari Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) dengan menggunakan bahan dari Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renja SKPD)

(66)

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD)

disusun untuk menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan,

penganggaran, pelaksanaan, dan

(67)

Hal-hal yang harus termuat dalam RKPD adalah:

Rancangan kerangka ekonomi daerah

Prioritas pembangunan dan kewajiban daerah

(mempertimbangkan prestasi capaian standar pelayanan minimal sesuai dengan peraturan perundang-undangan) – Rencana kerja yang terukur dan pendanaannya, baik yang

dilaksanakan langsung oleh pemerintah, pemerintah daerah maupun ditempuh dengan mendorong partisipasi

masyarakat.

Penyusunan RKPD diselesaikan paling lambat akhir bulan Mei sebelum tahun anggaran berkenaan. Tata cara penyusunannya

(68)

Kepala daerah menyusun rancangan

kebijakan umum APBD berdasarkan RKPD dan pedoman penyusunan APBD yang

(69)

Pedoman penyusunan APBD tersebut memuat antara lain:

 Pokok-pokok kebijakan yang memuat

sinkronisasi kebijakan pemerintah dengan pemerintah daerah

 Prinsip dan kebijakan penyusunan APBD

tahun anggaran berkenaan

(70)

Dalam menyusun rancangan kebijakan

umum APBD, kepala daerah dibantu oleh tim anggaran pemerintah daerah yang

dikoordinasi oleh sekretaris daerah.

Rancangan kebijakan umum APBD yang telah disusun disampaikan oleh sekretaris daerah selaku koordinator pengelola

(71)

Rancangan kebijakan umum APBD disampaikan kepala daerah kepada DPRD untuk dibahas paling lambat pertengahan bulan Juni tahun anggaran berjalan untuk dibahas dalam pembicaraan

pendahuluan RAPBD tahun anggaran berikutnya. Pembahasan dilakukan oleh Tim Anggaran

(72)

Berdasarkan kebijakan umum APBD yang telah disepakati, pemerintah daerah

menyusun rancangan PPAS dengan tahapan sebagai berikut:

Menentukan skala prioritas untuk urusan

wajib dan urusan pilihan

Menentukan urutan program untuk

masing-masing urusan

Menyusun plafon anggaran sementara untuk

(73)

Kepala daerah menyampaikan rancangan

prioritas dan plafon anggaran sementara yang telah disusun kepada DPRD untuk dibahas

paling lambat minggu kedua bulan Juli tahun anggaran berjalan. Pembahasan dilakukan oleh Tim Anggaran Pemerintah Daerah bersama

Panitia Anggaran DPRD. Rancangan PPAS yang telah dibahas selanjutnya disepakati menjadi

(74)

Kebijakan umum APBD serta PPAS yang

telah disepakati masing-masing dituangkan ke dalam Nota Kesepakatan yang

(75)
(76)

Berdasarkan nota kesepakatan KUA dan PPAS, Tim Anggaran Pemda menyusun Pedoman Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah

(77)

Pedoman penyusunan RKA-SKPD mencakup:

Prioritas dan plafon anggaran sementara yang dialokasikan untuk setiap program SKPD

Sinkronisasi program nasional dengan program pemerintah daerah dan antar program SKPD terkait dengan kinerja SKPD berkenaan sesuai dengan standar pelayanan minimal yang ditetapkan

Batas waktu penyampaian RKA-SKPD

Hal-hal lainnya yang perlu mendapatkan perhatian dari SKPD terkait dengan prinsip-prinsip peningkatan efsiensi,

efektivitas, tranparansi dan akuntabilitas penyusunan anggaran dalam rangka pencapaian prestasi kerja

Dokumen sebagai lampiran meliputi kebijakan umum APBD, prioritas dan plafon anggaran sementara, kode rekening

(78)

Berdasarkan pedoman penyusunan

(79)

Pendekatan kerangka pengeluaran jangka menengah

dilaksanakan dengan menyusun prakiraan maju. Prakiraan maju berisi perkiraan kebutuhan anggaran untuk program dan kegiatan untuk tahun anggaran berikutnya. Sedangkan pendekatan penganggaran terpadu dilakukan dengan

memadukan seluruh proses perencanaan dan penganggaran di lingkungan SKPD untuk menghasilkan dokumen rencana kerja dan anggaran. Dan pendekatan penganggaran

berdasarkan prestasi kerja, dilakukan dengan

memperhatikan keterkaitan antara pendanaan dengan keluaran yang diharapkan dari kegiatan dan hasil yang diharapkan dari program termasuk efsiensi dalam

(80)

Demi terlaksananya penyusunan RKA-SKPD

berdasarkan pendekatan kerangka pengeluaran jangka menengah daerah, penganggaran terpadu dan

penganggaran berdasarkan prestasi kerja serta

terciptanya kesinambungan RKA-SKPD, kepala SKPD mengevaluasi hasil pelaksanaan program dan kegiatan 2 (dua) tahun anggaran sebelumnya sampai dengan semester pertama tahun anggaran berjalan. Evaluasi tersebut bertujuan untuk menilai program dan kegiatan yang belum dapat dilaksanakan dan/atau belum

diselesaikan tahun-tahun sebelumnya akan

(81)

Dalam hal suatu program dan kegiatan merupakan tahun terakhir untuk pencapaian prestasi kerja yang ditetapkan, harus dianggarkan pada tahun yang direncanakan. Penyusunan RKA-SKPD berdasarkan prestasi kerja didasarkan pada:

a. Indikator kinerja

Ukuran keberhasilan yang akan dicapai dari program dan kegiatan yang

direncanakan.

b. Capaian atau target kinerja

Merupakan ukuran prestasi kerja yang akan dicapai yang berwujud

kualitas, kuantitas, efsiensi, dan efektivitas pelaksanaan dari setiap program dan kegiatan.

c. Analisis standar belanja.

Merupakan penilaian kewajaran atas beban kerja dan biaya yang

digunakan untuk melaksanakan suatu kegiatan.

d. Standar satuan harga

Harga satuan setiap unit barang/jasa yang berlaku di suatu daerah yang

ditetapkan dengan Keputusan Kepala Daerah.

(82)
(83)

RKA SKPD

Ringkasan Anggaran Pendapatan, Belanja dan Pembiayaan Satuan

Kerja Perangkat Daerah RKA SKPD 1

Rincian Anggaran Pendapatan Satuan Kerja Perangkat Daerah

RKA SKPD 2.1

Rincian Anggaran Belanja Tidak Langsung Satuan Kerja Perangkat

Daerah RKA SKPD 2.2

Rekapitulasi Rincian Anggaran Belanja Langsung menurut Program

dan Kegiatan Satuan Kerja Perangkat Daerah RKA SKPD 2.2.1

Rincian Anggaran Belanja Langsung menurut Program dan Per

Kegiatan Satuan Kerja Perangkat Daerah RKA SKPD 3.1

Rincian Penerimaan Pembiayaan Daerah

RKA SKPD 3.2

(84)

RKA-SKPD yang telah disusun oleh SKPD

disampaikan kepada PPKD untuk dibahas lebih lanjut oleh TAPD, hal ini dilakukan untuk

menelaah kesesuaian antara RKA-SKPD dengan Kebijakan Umum APBD, prioritas dan PPAS,

prakiraan maju yang telah disetujui, serta capaian kinerja, indikator kinerja, standar analisis belanja, standar satuan harga, dan standar pelayanan minimal. Jika pada hasil pembahasan RKA-SKPD terdapat

(85)

RKA-SKPD yang telah disempurnakan SKPD

disampaikan kepada PPKD sebagai bahan penyusunan Raperda APBD dan rancangan

peraturan kepala daerah tentang penjabaran APBD. Raperda tentang APBD yang telah disusun

disampaikan kepada kepala daerah. Selanjutnya Raperda tentang APBD ini disampaikan kepada DPRD untuk dibahas lebih lanjut. Akan tetapi, sebelum disampaikan kepada DPRD, Raperda tentang APBD harus disosialisasikan kepada

masyarakat. Sosialisasi ini bersifat memberikan

(86)

• Ringkasan APBD

• Ringkasan APBD menurut urusan pemerintahan daerah dan organisasi SKPD

• Rincian APBD menurut urusan pemerintahan daerah, organisasi SKPD, pendapatan, belanja dan pembiayaan

Rekapitulasi belanja menurut urusan pemerintahan daerah, organisasi SKPD,

program dan kegiatan

• Rekapitulasi belanja daerah untuk keselarasan dan keterpaduan urusan pemerintahan daerah dan fungsi dalam kerangka pengelolaan keuangan negara

Daftar jumlah pegawai per golongan dan per jabatan • Daftar piutang daerah

• Daftar penyertaan modal (investasi) daerah

• Daftar perkiraan penambahan dan pengurangan aset tetap daerah

• Daftar perkiraan penambahan dan pengurangan aset lain-lain

• Daftar kegiatan-kegiatan tahun anggaran sebelumnya yang belum diselesaikan dan dianggarkan kembali dalam tahun anggaran ini

• Daftar dana cadangan daerah

(87)

Ringkasan penjabaran anggaran pendapatan

daerah, belanja daerah dan pembiayaan daerah

Penjabaran APBDmenurut urusan pemerintahan

daerah, organisasi skpd, program, kegiatan, kelompok, jenis, objek, rincian objek

(88)

Untuk pendapatan mencakup dasar hukum,

target/volume yang direncanakan, tarif pungutan/harga

Untuk belanja mencakup dasar hukum, satuan

volume/tolok ukur, harga satuan, lokasi kegiatan, dan sumber pendanaan kegiatan

Untuk pembiayaan mencakup dasar hukum,

(89)

Setelah mendapatkan persetujuan DPRD,

Raperda APBD diserahkan kepada

Gubernur/Menteri Dalam Negeri untuk dievaluasi. Setelah melewati tahapan

evaluasi, dapat dilakukan penetapan RAPBD menjadi APBD yang dituangkan dalam

(90)
(91)

Dasar Perundangan APBD

Berbasis Kinerja

KepMen DN No.29/2000 ttg keuangan daerah&

APBD PP 105/2000 ttg

pengelolaan dan pertanggungjawaban

keuangan daerah

UU No. 25/99 ttg

Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah

(92)

Perubahan

Tidak dapat dinilai Tidak dapat dinilai efisiensi dan

efisiensi dan

efektifitas program efektifitas program

Berorientasi jangka Berorientasi jangka pendek

pendek

Belum mengaitkan Belum mengaitkan setiap pengeluaran setiap pengeluaran dengan manfaatnya dengan manfaatnya

Mengaitkan setiap Mengaitkan setiap pengeluaran dengan pengeluaran dengan manfaatnya

manfaatnya

dapat dinilai dapat dinilai efisiensi dan efisiensi dan

efektifitas program efektifitas program

Berorientasi jangka Berorientasi jangka panjang

(93)

PROSES

PENYUSUNAN

APBD

2. Arah dan

2. Arah dan

Kebijakan Umum

Kebijakan Umum

APBD

APBD

3. Strategi &

3. Strategi &

Prioritas APBD

Prioritas APBD

6. Pembahasan

6. Pembahasan

RAPBD

RAPBD

1. Kegiatan

1. Kegiatan

Pendahuluan

Pendahuluan

4. Rencana Anggaran

4. Rencana Anggaran

Satuan Kerja (RASK)

Satuan Kerja (RASK)

5. Evaluasi dan

5. Evaluasi dan

seleksi RASK

Penetapan strategi

organisasi (visi dan misi)

Pembuatan Tujuan operasional

Penetapan Aktivitas

(94)

Proses Penyusunan

APBD

Langkah penyusunan APBD dilakukan dengan berdasar pada Rencana Strategis Daerah

(RENSTRADA)  dokumen strategi jangka panjang (strategic planning) yang dimiliki Pemda

Siklus RENSTRADA biasanya lima tahunan

(95)

1. Kegiatan

1. Kegiatan

Pendahuluan

Pendahuluan

Penjaringan aspirasi masyarakat sebagai

bentuk partisipasi masyarakat dalam

mewujudkan transparansi dan akuntabilitas publik

Evaluasi kinerja tahun lalu untuk mendapat

feedback bagi penyusunan APBD sekarang

Hasil penjaringan masyarakat dan feedback

(96)

2. Arah dan Kebijakan Umum

2. Arah dan Kebijakan Umum

APBD

masa lalu Pokok

pikiran Kebijakan umum

APBD

Kesepaka

Kesepaka

tan

(97)

2. Arah dan Kebijakan Umum

2. Arah dan Kebijakan Umum

APBD (cont’d)

APBD (cont’d)

Arah dan kebijakan umum APBD dapat disusun

Arah dan kebijakan umum APBD dapat disusun

berdasarkan kriteria sebagai berikut :

berdasarkan kriteria sebagai berikut :

Sesuai dengan visi, misi, tujuan, sasaran dan Sesuai dengan visi, misi, tujuan, sasaran dan

kebijakan yang ditetapkan dalam Rencana Strategis

kebijakan yang ditetapkan dalam Rencana Strategis

Daerah dan dokumen perencanaan lainnya.

Daerah dan dokumen perencanaan lainnya.

Sesuai aspirasi masyarakat dan mempertimbangkan Sesuai aspirasi masyarakat dan mempertimbangkan

kondisi dan kemampuan daerah.

kondisi dan kemampuan daerah.

Memuat arah yang diinginkan dan kebijakan umum Memuat arah yang diinginkan dan kebijakan umum

yang sebagai pedoman penyusunan strategi dan

yang sebagai pedoman penyusunan strategi dan

prioritas APBD serta penyusunan rancangan APBD

prioritas APBD serta penyusunan rancangan APBD

dalam satu tahun anggaran.

dalam satu tahun anggaran.

Disusun dan disepakati bersama antara DPRD dengan Disusun dan disepakati bersama antara DPRD dengan

Pemerintah Daerah.

(98)

3. Strategi & Prioritas APBD

3. Strategi & Prioritas APBD

Merupakan penjabaran lebih lanjut dari arah

dan kebijakan umum

Merupakan strategi operasional jangka

pendek, sedangkan RENSTRADA merupakan strategi jangka panjang

Strategi dan prioritas APBD adalah

(99)

3.

3.

Strategi

Strategi

& Prioritas APBD

& Prioritas APBD

(cont’d)

(cont’d)

Contoh arah dan kebijakan umum APBD:

- Peningkatan rasio guru dengan siswa menjadi

1:30

- Peningkatan jumlah guru berkeahlian pada

tingkat pencapaian 10%

Contoh Strategi dan Prioritas APBD:

- Pengangkatan dan penempatan guru

(100)

4. Rencana Anggaran Satuan

4. Rencana Anggaran Satuan

Kerja (RASK)

Kerja (RASK)

Aktivitas dalam penyusunan APBD dijelaskan

dalam RASK

RASK dibuat oleh unit-unit kerja pemerintah,

(101)

4. Rencana Anggaran Satuan

4. Rencana Anggaran Satuan

Kerja (RASK) (cont’d)

Kerja (RASK) (cont’d)

RASK dibagi menjadi 3, yaitu :

S.1 : berisi tentang pernyataan strategi organisasi (visi, misi, tujuan, dsb)

S.2 : berisi tentang rincian program dan kegiatan S.3 : berisi tentang anggaran atas program dan

kegiatam yang direncanakan

Contoh untuk “program pembinaan dan pengembangan karier guru”:

- Seminar tentang psikologi pengajaran

- Pelatihan teknik-teknik pengajaran yang diadakan

(102)

5. Evaluasi dan seleksi

5. Evaluasi dan seleksi

RASK

RASK

Usulan dalam RASK dibahas dan direview

oleh Pemerintah (belum melibatkan DPRD).

Hasilnya adalah Dokumen RAPBD yang

(103)

6.

6.

Pembahasan

Pembahasan

dan

dan

Penetapan APBD

Penetapan APBD

(104)

CONTOH

(105)

MENJADI PENGGERAK DAN PENDORONG TERCIPTANYA MENJADI PENGGERAK DAN PENDORONG TERCIPTANYA

MASYARAKAT DAN LINGKUNGAN YANG SEHAT MASYARAKAT DAN LINGKUNGAN YANG SEHAT

MENCIPTAKAN STRUKTUR BIROKRASI YANG EFISIEN MENCIPTAKAN STRUKTUR BIROKRASI YANG EFISIEN DAN EFEKTIF

DAN EFEKTIF

RENCANA STRATEGIS UNIT DINAS

KESEHATAN DAERAH X

VISI VISI

MISI MISI

MENINGKATKAN SARANA DAN PRASANA KESEHATAN MENINGKATKAN SARANA DAN PRASANA KESEHATAN

(106)

Perspektif Masyarakat

Perspektif Keuangan

Perspektif Internal Proses

Perspektif Tumbuh dan Belajar

Meningkatkan Kuantitas dan Kualitas Tenaga

Medis

Meningkatkan Kuantitas dan Kualitas Tenaga

Medis

Kesehatan

Kesehatan Restrukturisasi

(107)

VISI MISI INDIKATOR

DAMPAK TARGET TUJUAN INDIKATORMANFAAT TARGET

MENJADI MENJADI

PENGGERAK DAN PENGGERAK DAN PENDORONG PENDORONG TERCIPTANYA TERCIPTANYA MASYARKAT DAN MASYARKAT DAN LINGKUNGAN LINGKUNGAN YANG SEHAT YANG SEHAT

M.1. KESEHATAN

MASYARAKAT

INDEX

KESEHATAN 75 T.1. Meningkatkan Kualitas Pelayanan Kesehatan

Index Kualitas Pelayanan Sehat & Bersih

80

TUJUAN PROGRAM INDIKATOR

HASIL

TAR GET

KEGIATAN INDIKATOR KELUARAN TAR

GET Sarana dan Prasarana

Penambahan Tenaga Medis

Jumlah Tenaga Medis /

puskesmas 5

K.2.

Pelatihan Tenaga Medis

Tingkat Keahlian 8

K.3.

Bantuan Penyediaan Fasilitas Kesehatan

Jumlah puskesmas /

kecamatan 1

Sosialisasi Pentingnya Limgkungan Sehat dan Bersih

Jumlah Kehadiran KK /

Sosialisasi 60

(108)

INDEX

NO INDIKATOR BOBOT CAPAIAN SCORE

1 INDEX KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN 25 % 17.5

2 INDEX AIR BERSIH 25 % 50 12.5

3 INDEX KUALITAS GIZI BAGI BAYI DAN BALITA 25 % 60 15

4 INDEX LINGKUNGAN SEHAT DAN BERSIH 25 % 60 15

INDEX KESEHATAN 60

INDEX

NO INDIKATOR BOBOT CAPAIAN SCORE

1 TINGKAT PASIEN SELAMAT 30 % 70 21

2 TINGKAT EFEKTIVITAS DAN EFISIENSI PELAYANAN 40 % 70 28

3 TINGKATKEPUASAN MASYARAKAT 30 % 21

INDEX KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN 70

70

70

(109)

PENYUSUNAN ANGGARAN KEGIATAN

Unit Kerja : DINAS KESEHATAN DAERAH X

Program : Peningkatan Sarana dan Prasarana Kesehatan

Kegiatan : Penambahan Tenaga Medis

INDIKATOR TOLOK UKUR TARGET

Masukan : Jumlah Dana Anggaran Kegiatan Rp. 70,000,000 Keluar : Jumlah Tenaga Medis / Puskesmas 5

Hasil : Tingkat Kepuasan Masyarakat 80 Manfaat : Index Kualitas Pelayanan Kesehatan 80

(110)

INDEX KESEHATAN

INDEX KESEHATAN

NO INDIKATOR BOBOT CAPAIAN SCORE

1 INDEX KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN 25 % 20

2 INDEX AIR BERSIH 25 % 70 17.5

3 INDEX KUALITAS GIZI BAGI BAYI DAN BALITA 25 % 70 17.5

4 INDEX LINGKUNGAN SEHAT DAN BERSIH 25 % 90 22.5

INDEX KESEHATAN 77.5

INDEX

NO INDIKATOR BOBOT CAPAIAN SCORE

1 TINGKAT PASIEN SELAMAT 30 % 75 22.5

2 TINGKAT EFEKTIVITAS DAN EFISIENSI PELAYANAN 40 % 80 32

3 TINGKATKEPUASAN MASYARAKAT 30 % 25.5

INDEX KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN 80

80

85

(111)

INDEX KESEHATAN

INDEX KESEHATAN

NO INDIKATOR SEBELUMSCORE SESUDAHSCORE TARGET KINERJASCORE

1 INDEX KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN 17.5 20 20 100 %

2 INDEX AIR BERSIH 12.5 17.5 17.5 100 %

3 INDEX KUALITAS GIZI BAGI BAYI DAN BALITA 15 17.5 17.5 100 %

4 INDEX LINGKUNGAN SEHAT DAN BERSIH 15 22.5 20 112.5 %

INDEX KESEHATAN 60 77.5 75 103.33%

INDEX KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN

INDEX KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN

NO INDIKATOR SEBELUMSCORE SESUDAHSCORE TARGET

SCORE KINERJA

1 TINGKAT PASIEN SELAMAT 21 22.5 24 93.75 %

2 TINGKAT EFEKTIVITAS DAN EFISIENSI PELAYANAN 28 32 32 100 %

3 TINGKATKEPUASAN MASYARAKAT 21 25.5 24 106.25 %

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Ahimsa-Putra (1980:6-7) strategi beradaptasi adalah pola-pola yang dibentuk oleh berbagai usaha atau kegiatan yang direncanakan oleh manusia untuk dapat memenuhi

Ciri-ciri : ikan terbang memiliki tubuh yang panjang dan pipih, sirip ekor berbentuk segitiga ganda, bagian atas tubuh berwarna biru tua dan bagian bawah tubuh berwarna

Dari tabel 4 diatas maka dapat kita ketahui bahwa efisiensi terbaik yang dapat dihasilkan pada penelitian Turbin Angin Savonius Satu Tingkat dengan Penambahan Jarak

bahwa dalam rangka menggali potensi sumber- sumber pendapatan asli daerah yang dapat mendukung semakin menigkatnya perkembangan dunia usaha industri, perdagangan,

System flow sistem informasi umat Gereja Katolik GYB Surabaya ini menghasilkan 9 (sembilan) laporan yaitu laporan kartu keluarga, grafik umat (persentase kriteria

Dari pengertian pelayanan tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa pelayanan merupakan suatu kegiatan yang dilakukan petugas pelayanan untuk memberikan kemudahan pada

Bobot biji kering per tanaman Hasil sidik ragam pada Lampiran 8, menunjukkan bahwa tidak ada interaksi antara pupuk kascing dan varietas kedelai.. Namun demikian

Analisis deskritif digunakan untuk menggambarkan bagaimana kebijakan Indonesia dengan Australia dalam bidang impor daging sapi, kerjasama perdagangan Indonesia.. dan Australia