• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KRIMINOLOGIS TINDAK PIDANA KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DILAKUKAN SUAMI TERHADAP ISTRI (Studi di Polresta Bandar Lampung)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ANALISIS KRIMINOLOGIS TINDAK PIDANA KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DILAKUKAN SUAMI TERHADAP ISTRI (Studi di Polresta Bandar Lampung)"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

ANALISIS KRIMINOLOGIS TINDAK PIDANA KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DILAKUKAN SUAMI TERHADAP ISTRI

(Studi Polresta Bandar Lampung)

Oleh

M. Akbar Syahlevi Agung, Nikmah Rosidah, Rini Fathonah Email : m.akbarsyahleviagung@yahoo.com

Kerukunan rumah tangga yang bahagia, aman, tenteram, dan damai merupakan dambaan setiap orang dalam rumah tangga. Berdasarkan data yang dihimpun dari Lembaga Advokasi Perempuan (DAMAR), selama periode Januari-Desember 2016 di Bandar Lampung telah terjadi 10 kasus tindak pidana KDRT yang dilakukan suami terhadap istri. Permasalahan penelitian ini adalah: apakah faktor penyebab terjadinya tindak pidana kekerasan dalam rumah tangga yang dilakukan suami terhadap istri, dan bagaimanakah upaya penanggulangan terhadap terjadinya tindak pidana kekerasan dalam rumah tangga yang dilakukan suami terhadap istri? Penelitian ini menggunakan pendekatan yuridis normatif, empiris dan kriminologis. Jenis data terdiri dari data primer dan sekunder. Narasumber terdiri dari Penyidik Unit PPA pada Polresta Bandar Lampung, Staff Divisi Penanganan Kasus pada Lembaga Advokasi Perempuan (DAMAR), Psikiater pada Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Lampung, dan Dosen Bagian Pidana Fakultas Hukum Universitas Lampung. Analisis data menggunakan analisis kualitatif. Hasil penelitian dan pembahasan ini menunjukkan: Faktor penyebab terjadinya tindak pidana kekerasan dalam rumah tangga yang dilakukan suami terhadap istri dibagi menjadi 2 (dua) faktor, yakin faktor intrinsik (intern) dan faktor ekstrinsik (ekstern). Faktor intrinsik (intern) yaitu: faktor kebutuhan ekonomi yang mendesak, faktor intellegence, faktor usia, dan faktor jenis kelamin. Sedangkan faktor ekstrinsik (ekstern) yaitu: faktor pendidikan, faktor pergaulan, faktor lingkungan, faktor pekerjaan, dan faktor lemahnya sistem keamanan lingkungan masyarakat. Upaya penanggulangan tindak pidana kekerasan dalam rumah tangga dibagi menjadi upaya penal dan non penal. Pada upaya penal terdapat proses yang dimulai dari laporan kepada pihak kepolisian, lalu dilakukan penyelidikan, penyidikan, dan dilimpahkan ke kejaksaan, untuk selanjutnya dilimpahkan ke pengadilan. Bentuk upaya non penal antara lain: penyuluhan, pemberian edukasi tentang pencegahan tindak pidana kekerasan dalam rumah tangga, mediasi penal, upaya pemulihan kekerasan dalam rumah tangga untuk korban dan wajib lapor untuk pelaku.Saran dalam penelitian ini adalah: Hendaknya suami dan istri berperan menumbuhkan komunikasi yang baik, saling belajar, memahami dan bertindak sesuai ajaran agama, selalu berdampingan dan saling menguatkan didalam mengarungi bahtera rumah tangga, agar terciptanya rasa cinta dan kasih sayang dan keharmonisan di dalam keluarga.

(2)

ABSTRACT

A CRIMINOLOGICAL ANALYSIS OF DOMESTIC VIOLENCE COMMITTED BY HUSBAND TO WIFE

(A Study At Polresta Bandar Lampung)

By

M. Akbar Syahlevi Agung, Nikmah Rosidah, Rini Fathonah Email : m.akbarsyahleviagung@yahoo.com

The household harmony of a happy, safe, and peaceful life, is the dream of every family. Based on the data compiled from Women Advocacy Institute (DAMAR), during the period of January-December 2016 in Bandar Lampung there have been 10 cases of domestic violence crime committed by husband to wife. The problems of this research are: What are the factors causing the crime of domestic violence committed by husband to wife, and what kinds of efforts to overcome the crime of violence in the household committed by husband to wife? This research used normative, empirical and criminological approaches. The data sources consisted of primary and secondary data. The resource persons consisted of PPA Unit Investigator at Bandar Lampung Police, Case Division Staff at Women Advocacy Institute (DAMAR), Psychiatrist at Mental Hospital of Lampung Province, and Lecturer of Criminal Unit of Faculty of Law- University of Lampung. The data analysis was done using qualitative analysis. The results of this research and discussion showed that: Among the factors causing the occurrence of domestic violence in the household committed by husband to wife was divided into 2 (two) factors, intrinsic factor (internal) and extrinsic factors (external). The intrinsic factors (internal) included: economic, intellegence, age, and gender. While the extrinsic factors (extern) included: education, social, environment, job problem, and the weak environmental security system within the community. While the efforts to tackle the domestic violence were divided into penal and non-penal measures. In the penal measure, it was started from a report to the police, then conducted an inquiry, investigation, and delegated the results to the prosecutor for subsequently to be delegated to the court. The non-penal efforts included: counseling, education on prevention of domestic violence, penal mediation, domestic violence healing for victims and compulsory report for perpetrators. The researcher suggested that: Husband and wife should commit to create a good communication, to learn each other, to understand and act according to the teachings of religion, to complete and mutually reinforce within the household, in order to create a sense of love, affection and harmony in the family.

(3)

I. PENDAHULUAN

Kekerasan dalam Rumah Tangga dapat menimpa siapa saja, ibu, bapak, suami, istri, anak, bahkan pembantu rumah tangga, akan tetapi korban kekerasan dalam rumah tangga sebagian besar adalah kekerasan terhadap perempuan dan anak, hal ini terjadi karena hubungan antara korban dan pelaku tidak setara. Pelaku kekerasan biasanya memiliki status kekuasaan yang lebih besar, baik dari segi ekonomi, kekuasaan fisik, maupun status sosial dalam keluarga.

Kekerasan terhadap istri dalam lingkup rumah tangga bukanlah kasus yang jarang terjadi di masyarakat. Berdasarkan Tabel 1. Kekerasan Terhadap Perempuan tahun 2015, diketahui mencapai sebesar 321.752, meningkat 9% dari tahun 2014. Jumlah kasus tersebut merupakan kasus yang dilaporkan, sedangkan yang tidak dilaporkan diduga lebih tinggi. Dari 321.752 kasus kekerasan terhadap perempuan, sekitar 69% dari total keseluruhan atau 11.207 kasus merupakan kasus kekerasan dalam rumah tangga. Di ranah kasus kekerasan dalam rumah tangga, kekerasan yang paling menonjol adalah kekerasan fisik sebanyak 4.304 kasus (38 persen), disusul kekerasan seksual 3.325 kasus (30 persen), kekersan psikis sebanyak 2.607 kasus (23 persen), dan ekonomi sebanyak 971 kasus (9 persen). Di Provinsi Lampung sendiri, kasus kekerasan terhadap perempuan sepanjang tahun 2015 terbilang sangat tinggi. Berdasarkan data yang dihimpun Lembaga Advokasi Perempuan (Damar) Lampung, terjadi 1.018 kasus. Dari

data tersebut, terdapat 63 kasus kekerasan dalam rumah tangga.1

Berdasarkan data yang diperoleh kekerasan terhadap perempuan selama periode Januari-Desember 2016 di Bandar Lampung sendiri telah terjadi sekitar 28 kasus kekerasan terhadap perempuan. Kasus kekerasan terhadap perempuan tersebut dibagi menjadi 2 bagian, yakni kasus private dan kasus publik. Dalam kasus private, terdapat masing-masing 1 kasus pada kasus penganiayaan dan perebutan hak asuh anak, sedangkan kasus kekerasan dalam rumah tangga terdiri dari 10 kasus. Dalam kasus publik, terdapat 10 kasus pencabulan anak, kasus penelantaran ekonomi terdapat 2 kasus, dan masing-masing 1 kasus pada tindak pidana penganiayaan, kekerasam dalam masa pacaran, pornografi dan ITE, dan perdagangan perempuan.2

Salah satu kasus kekerasan dalam rumah tangga adalahyang terjadi di Langkapura, Kota Bandar Lampung. Pada awalnya pernikahan antara Astrid dan Sugeng berlangsung rukun dan damai. Namun sejak sebulan menikah, pernikahan mereka berdua mulai terjadi perselisihan dan pertengkaran. Hal tersebut disebabkan oleh Sugeng yang kurang menghormati Astrid sebagai istrinya. Selain itu, Sugeng juga suka berkata-kata kasar dan mengancam Astrid. Sugeng juga kerap kali melakukan kekerasan fisik terhadap Astrid,

(4)

contohnya memukul, mencekik, menendang, dan menjambak. 3

Kasus kekerasan dalam rumah tangga lainnya adalah kasus kekerasan yang terjadi pada Agatha. Agatha mengalami kekerasan dalam rumah tangga yang dilakukan oleh suaminya sendiri, Dior. Dari awal pernikahan, mereka berdua kerap terjadi perselisihan/percekcokan. Dior seringkali mengeluarkan kata-kata kasar dan pemukulan terhadap Agatha. Kekerasan dalam rumah tangga yang dialami Agatha telah terjadi selama 8 bulan. Tindakan kekerasan dalam rumah tangga yang dilakukan Dior terdiri dari tindakan fisik dan psikis. Dior dengan sadar memukul bagian kepala, wajah, mata, tangan, menendang, menjambak dan mendorong. Dior juga kerap mengeluarkan kata-kata kasar kepada istrinya, Agatha.4

Tindakan kekerasan dalam rumah tangga juga dialami oleh Novilia. Pada awalnya pernikahan antara Novilia dan Eko berlangsung harmonis sebagaimana layaknya suami istri dimana keduanya saling rukun dan saling menghormati satu sama lainnya. Namun, dalam beberapa tahun belakangan pertengkaran dan percekcokan sering terjadi di rumah tangga mereka. Hal tersebut disebabkan karena Eko yang sudah selama beberapa tahun tidak memberikan nafkah, ditambah dengan perilaku Eko yang

3

http://putusan.mahkamahagung.go.id/putus an/downloadpdf/e6ead3c9beda9f56935aea0 256ea853a/pdf

4

http://putusan.mahkamahagung.go.id/putus an/downloadpdf/a898fd25acb68539ba7af55 81679b02f/pdf

melakukan kekerasan fisik terhadap Novilia.5

Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk melakukan kajian

penelitian yang berjudul “Analisis

Kriminologis Tindak Pidana Kekerasan Dalam Rumah Tangga Dilakukan Suami Terhadap Istri

(Studi Polresta Bandar Lampung).”

Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini adalah:

a. Apakah faktor penyebab terjadinya tindak pidana kekerasan dalam rumah tangga yang dilakukan suami terhadap istri?

b. Bagaimana upaya penanggulang-an terhadap terjadinya tindak pidana kekerasan dalam rumah tangga yang dilakukan suami terhadap istri?

Penelitian ini menggunakan pendekatan yuridis normatif, pendekatan empiris dan pendekatan kriminologis. Jenis data terdiri dari data primer dan sekunder. Narasumber terdiri dari Penyidik Unit PPA pada Polresta Bandar Lampung, Staff Divisi Penanganan Kasus pada Lembaga Advokasi Perempuan (DAMAR), Psikiater pada Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Lampung, dan Dosen Bagian Pidana Fakultas Hukum Universitas Lampung. Analisis data menggunakan analisis kualitatif.

5

(5)

II. PEMBAHASAN

A.Faktor Penyebab Terjadinya Tindak Pidana Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) Yang Dilakukan Suami Terhadap Istri.

Berdasarkan data yang dihimpun dari Lembaga Advokasi Perempuan (DAMAR), sepanjang tahun 2015 terjadi 1.018 kasus kekerasan terhadap wanita. Dari data tersebut, terdapat 63 kasus kekerasan dalam rumah tangga. Dan data terbaru selama periode Januari-Desember 2016 di Bandar Lampung sendiri telah terjadi sekitar 28 kasus kekerasan terhadap wanita. Kasus kekerasan terhadap wanita tersebut dibagi menjadi 2 bagian, yakni kasus private dan kasus publik. Dalam kasus private, terdapat masing-masing 1 kasus pada kasus penganiayaan dan perebutan hak asuh anak, sedangkan kasus kekerasan dalam rumah tangga terdiri dari 10 kasus. Dalam kasus publik, terdapat 10 kasus pencabulan anak, kasus penelantaran ekonomi terdapat 2 kasus, dan masing-masing 1 kasus pada tindak pidana penganiayaan, kekerasam dalam masa pacaran, pornografi dan ITE, dan perdagangan perempuan.6

Data-data yang dipaparkan di atas hanyalah sebagian kecil dari

fenomena KDRT yang

sesungguhnya, karena fenomena ini

merupakan fenomena “gunung es”.

Jumlah nominal kasus KDRT yang terjadi sebenarnya adalah jauh dari angka-angka kejadian yang diperoleh berdasarkan laporan ataupun

6

Hasil wawancara dengan Vony Reineta, Staff Divisi Penanganan Kasus Lembaga Advokasi Perempuan (DAMAR), Kamis 30 Maret 2017.

pengaduan. Laporan dari beberapa LSM pun menggambarkan adanya kenaikan jumlah kasus KDRT dari tahun ke tahun. Tidak dapat dipungkiri bahwasannya kasus kekerasan dalam rumah tangga biasanya dilakukan oleh suami sendiri terhadap istri atau anaknya.

Seperti kasus kekerasan dalam rumah tangga yang terjadi di Langkapura, Kota Bandar Lampung. Pada awalnya pernikahan antara Astrid dan Sugeng berlangsung rukun dan damai. Namun sejak sebulan menikah, pernikahan mereka berdua mulai terjadi perselisihan dan pertengkaran. Hal tersebut disebabkan oleh Sugeng yang kurang menghormati Astrid sebagai istrinya. Selain itu, Sugeng juga suka berkata-kata kasar dan mengancam Astrid. Sugeng juga kerap kali melakukan kekerasan fisik terhadap Astrid, contohnya memukul, mencekik, menendang, dan menjambak. 7

Dalam hal seseorang melakukan sesuatu dengan sengaja dapat dibedakan 3 bentuk sikap batin, yang menunjukkan tingkatan atau bentuk dari kesengajaan sebagai berikut : a) Kesengajaan sebagai maksud

(opzet als oogmerk) untuk

mencapai suatu tujuan (yang dekat); dolus directus

b) Kesengajaan dengan sadar

kepastian (opzet met

zekerheidsbewustzijn atau

noodzakkelijkheidbewustzijn) c) Kesengajaan dengan sadar

(6)

Kasus kekerasan dalam rumah tangga lainnya adalah kasus kekerasan yang terjadi pada Agatha. Agatha mengalami kekerasan dalam rumah tangga yang dilakukan oleh suaminya sendiri, Dior. Dari awal pernikahan mereka berdua kerap terjadi perselisihan/percekcokan. Dior seringkali mengeluarkan kata-kata kasar dan pemukulan terhadap Agatha. Kekerasan dalam rumah tangga yang dialami Agatha telah terjadi selama 8 bulan. Tindakan kekerasan dalam rumah tangga yang dilakukan Dior terdiri dari tindakan fisik dan psikis. Dior dengan sadar memukul bagian kepala, wajah, mata, tangan, menendang, menjambak dan mendorong. Dior juga kerap mengeluarkan kata-kata kasar kepada istrinya, Agatha.9

Tindakan kekerasan dalam rumah tangga juga dialami oleh Novilia. Pada awalnya pernikahan antara Novilia dan Eko berlangsung harmonis sebagaimana layaknya suami istri dimana keduanya saling rukun dan saling menghormati satu sama lainnya. Namun, dalam beberapa tahun belakangan pertengkaran dan percekcokan sering terjadi di rumah tangga mereka. Hal tersebut disebabkan karena Eko yang sudah selama beberapa tahun tidak memberikan nafkah, ditambah dengan perilaku Eko yang melakukan kekerasan fisik terhadap Novilia.10

Kasus kekerasan dalam rumah tangga yang pertama, dapat dilihat bahwa faktor internal dari terjadinya

tindak pidana kekerasan dalam rumah tangga yang dialami Astrid berasal dari faktor jenis kelamin,faktor usia, faktor intellegence, dan faktor kebutuhan ekonomi yang mendesak. Dari faktor jenis kelamin, memang tidak terbantahkan lagi bahwasannya fisik seorang laki-laki lebih kuat dibandingkan fisik seorang wanita. Hal ini menjadikan kebanyakan suami yang melakukan kekerasan dalam rumah tangga terhadap istrinya.

Pada faktor intellegence, diketahui bahwa selama berumah tangga, Sugeng dinilai tidak menghormati Astrid sebagai istrinya, bahkan tidak menghormati keluarga besar Astrid. Sugeng juga sering berkata kasar kepada Astrid yang menyebabakan luka batin yang mendalam pada diri Astrid. Di faktor usia, diketahui ternyata Astrid masih berumur 23 tahun. Dalam konteks usia mungkin Astrid sudah dikategorikan matang untuk berumah tangga. Namun matang dalam berumah tangga belum tentu matang dalam emosi jiwa. Umur 23 tahun masih dikategorikan muda untuk berumah tangga, dan usia yang muda identik dengan emosi jiwa yang masih labil dan rentan. Selanjutnya faktor kebutuhan ekonomi yang mendesak, di lapangan diketahui bahwa ternyata Sugeng hanya bekerja sebagai buruh, sedangkan Astrid bekerja sebagai ibu rumah tangga.

(7)

pernikahan sampai dengan terjadinya tindak pidana kekerasan tersebut.

Faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi terjadinya tindak pidana kekerasan dalam rumah tangga yang dialami Astrid terdiri dari faktor pendidikan, faktor pekerjaan dan faktor pergaulan. Dari segi faktor pendidikan diketahui bahwasannya ternyata baik Sugeng maupun Astrid hanya lulusan Sekolah Menengah Atas. Pendidikan taraf Sekolah Menengah Atas ternyata masih dinilai kurang untuk mengetahui bahwasannya keluarga adalah tempat untuk bertukar kasih sayang, bukannya untuk saling bertengkar apalagi sampai terjadi kekerasan. Dari segi faktor pekerjaan, ternyata diketahui bahwa pekerjaan Sugeng hanyalah seorang buruh, sedangkan Astrid hanya mengurus rumah saja.

Dapat dikatakan bahwa upah Sugeng sebagai buruh dirasa kurang untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga mereka sehingga memicu untuk terjadinya tindak pidana kekerasan dalam rumah tangga. Dan faktor

eksternal terakhir yang

mempengahruhi terjadinya tindak pidana kekerasan dalam rumah tangga Astrid dan Sugeng adalah faktor pergaulan. Diketahui ternyata selama membina rumah tangga, Sugeng sering minum-minuman keras bersama teman-temannya. Pergaulan Sugeng yang tidak baik dapat memicu kejengkelan dari Astrid sendiri, sehingga dapat menimbulkan tindakan-tindakan kekerasan apabila kejengkelan tersebut sudah pada batas klimaksnya.

Kasus kekerasan dalam rumah tangga yang kedua juga disebabkan

oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yang memicu tindakan kekerasan dalam rumah tangga yang dialami Agatha adalah faktor jenis kelamin dan faktor intellegence. Dari faktor jenis kelamin, sama hal nya seperti kasus kekerasan dalam rumah tangga yang pertama, bahwasannya fisik pria lebih kuat daripada fisik wanita, sehingga sangat menunjang untuk pria melakukan kekerasan terhadap orang lain. Sedangkan pada faktor intellegence, diketahui bahwa dari awal pernikahan, Dior sering berkata kasar kepada Agatha. Hal tersebut dapat mengakibatkan sakit hati yang mendalam bagi Agatha dan dapat pula memicu tindakan-tindakan kekerasan secara fisik apabila mendapat respon yang negatif dari Agatha.

(8)

baik. Dan yang terakhir, faktor lemahnya sistem keamanan lingkungan masyarakat, dalam faktor ini juga tidak terbukti menjadi faktor penyebab terjadinya tindak pidana kekerasan dalam rumah tangga yang dialami Agatha, karena ketika terjadi tindak pidana kekerasan yang dilakukan Dior, baik keluarga dan tetangga langsung membawa Agatha ke rumah orang tua Agatha.

Kasus tindak pidana kekerasan dalam rumah tangga yang terakhir adalah yang dilakukan Eko terhadap istrinya sendiri, Novilia. Faktor internal yang memicu terjadinya tindak pidana kekerasan dalam rumah tangga Novilia terdiri dari faktor jenis kelamin, faktor kebutuhan ekonomi yang mendesak, dan faktor intellegence. Pada faktor jenis kelamin, masih sama dengan kedua kasus kekerasan dalam rumah tangga di atas, bahwasannya lelaki lebih memilki fisik yang kuat, sehingga sangat mendukung untuk laki-laki melakukan suatu perbuatan tindak pidana.

Selanjutnya ada faktor kebutuhan ekonomi yang mendesak, faktor ini menjadi faktor utama dalam terjadinya tindak pidana kekerasan yang dialami Novilia. Karena, diketahui bahwasannya Eko sudah lama tidak memberikan nafkah lahir kepada keluarganya, padahal rumah tangga mereka berdua sudah dikarunia 1 orang anak yang masih berumur 6 tahun. Dalam usia yang masih kecil tersebut, buah hati

mereka masih memerlukan

pengeluaran yang cukup besar untuk kebutuhan pendidikan dan kebutuhan lainnya, tetapi Eko tidak memberikan nafkah lahir kepada keluarganya. Yang terakhir ada faktor intellegence, diketahui bahwa Eko

juga sering berkata kasar kepada Novilia. Hal tersebut dapat memancing terjadinya tindakan-tindakan kekerasan dalam rumah tangga secara fisik.

Faktor eksternal yang mengakibatkan terjadinya tindak pidana kekerasan dalam rumah tangga yang dialami Novilia terdiri dari faktor lingkungan dan faktor pergaulan. Rumah tangga Novilia dan Eko pada awalnya harmonis dan berjalan sebagaimana mestinya rumah tangga, dimana keduanya saling rukun dan saling menghormati satu sama lainnya. Akan tetapi, Novilia mengaku terdapat perubahan sikap dari Eko yang disebabkan oleh pergaulan bersama teman-temannya. Perubahan sikap itulah yang menyebabkan terjadinya beberapa kali keributan antara Novilia dan Eko sehingga mengakibatkan terjadinya tindak pidana kekerasan.

(9)

bisa kita sangkal bahwa kita hidup di zaman dimana semua kebutuhan untuk keberlangsungan hidup sangat mahal, sedangkan pendapatan pe kapita penduduk Indonesia masih relatif rendah. Apabila dalam suatu rumah tangga terdapat suatu hal yang tidak bisa Suami penuhi sedangkan sang Istri memaksa untuk dipenuhi, hal tersebut dapat menjadi penyebab terjadinya tindak pidana kekerasan dalam rumah tangga tersebut.

B.Upaya Penanggulangan Terjadinya Tindak Pidana Kekerasan Dalam Rumah

Tangga (KDRT) Yang

Dilakukan Suami Terhadap Istri.

Berdasarkan analisis penulis tentang upaya penanggulangan kekerasan yang dilakukan oleh suami terhadap istri di kota Bandar Lampung dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat upaya-upaya yang dilakukan dari pihak kepolisian, tepatnya Unit Pelayanan Perempuan dan Anak Polresta Bandar Lampung. Upaya-upaya tersebut dibagi menjadi 2 (dua), yaitu upaya penal atau yang lebih dikenal dengan penegakan hukum pidana dan upaya nonpenal atau penyelesaian perkara diluar hukum pidana.

Berdasarkan prosedur upaya penanggulangan kekerasan dalam rumah tangga melalui jalur penal atau penegakan hukum pidana diatas, penulis menilai bahwa pentingnya suatu integrasi antara pihak-pihak terkait agar penegakan hukum pidana yang dilakukan benar-benar berdasarkan keadilan, kesejahteraan dan keamanan masyarakat serta penulis menganggap pentingnya kualitas dan profesionalitas tiap individu yang terkait didalam suatu

upaya penanggulangan kekerasan dalam rumah tangga melalui jalur penal.

Upaya penanggulangan kekerasan dalam rumah tangga yang lainnya adalah jalur nonpenal atau diluar hukum pidana. Upaya nonpenal bersifat prefentif (pencegahan) sebelum suatu tindak pidana tersebut terjadi meskipun upaya nonpenal kekerasan dalam rumah tangga pada realitanya dapat dilakukan saat perkara tindak pidana tersebut berlangsung dan setelah perkara tersebut dianggap selesai. Untuk upaya pencegahan kekerasan dalam rumah tangga, Kepolisian dibantu dengan ahli hukum, RT RW dan tokoh masyarakat setempat mengadakan penyuluhan tentang kekerasan dalam rumah tangga. Saat kekerasan dalam rumah tangga telah dilakukan dan dilaporkan untuk ditindaklanjuti melalui proses hukum dapat dilakukan mediasi penal yang bertujuan untuk menyelesaikan perkara tersebut tanpa harus dilakukan persidangan.

(10)

Lampung agar upaya-upaya yang dilakukan pihak Kepolisian dapat berjalan dengan lancar.

III. PENUTUP A.Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan di atas, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Faktor penyebab terjadinya tindak pidana kekerasan dalam rumah tangga yang dilakukan suami terhadap istri dibagi menjadi 2 (dua) faktor, yakin faktor intrinsik (intern) dan faktor ekstrinsik (ekstern). Faktor intrinsik (intern) yaitu: faktor kebutuhan ekonomi

yang mendesak, faktor

intellegence, faktor usia, dan faktor jenis kelamin. Sedangkan faktor ekstrinsik (ekstern) yaitu: faktor pendidikan, faktor pergaulan, faktor lingkungan, faktor pekerjaan, dan faktor lemahnya sistem keamanan lingkungan masyarakat.

2. Upaya penanggulangan kekerasan dalam rumah tangga yang dilakukan suami terhadap istri dibagi menjadi 2 (dua) yaitu upaya penal dan nonpenal. Pada upaya penal atau penegakan hukum pidana terdapat proses yang dimulai dari laporan kepada pihak kepolisian, lalu dilakukan penyelidikan, penyidikan dan dilimpahkan kepada kejaksaan, untuk selanjutnya dilimpahkan ke pengadilan. Dalam persidangan, hakim akan memutuskan suatu perkara kekerasan dalam rumah tangga berdasarkan surat dakwaan dan asas keadilan baik bagi pelaku maupun korban.

Pihak yang melakukan upaya nonpenal pada kekerasan dalam rumah tangga yang dilakukan oleh orang tua terhadap anak kandung adalah pihak Unit PPA Polresta Bandar Lampung dengan dibantu oleh Lembaga Sosial yang bergerak di bidang hukum seperti LSM DAMAR Bandar Lampung. Bentuk upaya nonpenal tersebut antara lain; penyuluhan, pemberian edukasi tentang pencegahan tindak pidana kekerasan dalam rumah tangga, mediasi penal, upaya pemulihan kekerasan dalam rumah tangga untuk korban dan wajib lapor untuk pelaku.

B.Saran

1. Hendaknya suami dan istri

berperan menumbuhkan

komunikasi yang baik, saling belajar, memahami dan bertindak sesuai ajaran agama, selalu berdampingan dan saling menguatkan didalam mengarungi bahtera rumah tangga, agar terciptanya rasa cinta dan kasih sayang dan keharmonisan di dalam keluarga, agar tidak terjadi tindak pidana kekerasan di dalam rumah tangga

2. Hendaknya pihak kepolisian jangan langsung membuat berita acara ke Kejaksaan, akan tetapi melaksanakan mediasi beberapa kali terhadap pihak-pihak yang bermasalah sehingga menciptakan perdamaian di antara kedua belah pihak.

DAFTAR PUSTAKA

Gunakarya, Wildiada, 2012,

Kebijakan Kriminal

(11)

Kansil, C.S.T, 2002, Pengantar Ilmu

Hukum dan Tata Hukum

Indonesia, Jakarta: Balai

Pustaka.

Rosidah, Nikmah. 2012. Asas-asas Hukum Pidana. Semarang: CV. Elangtuo Kinasih.

Rukmini, Mien, 2009, Aspek Hukum

Pidana dan Kriminologi,

Bandung: PT. Alumni.

Soeroso, Moerti Hadiati. 2006,

Kekerasan Dalam Rumah

Tangga Dalam Perspektif

Yuridis-Viktimologis, Jakarta: Sinar Grafika.

Undang-undang terkait:

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946 Jo. Undang-Undang Nomor 73 Tahun 1958 Tentang Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

Undang - Undang Nomor 81 Tahun 1981 Tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia.

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusaan Kekerasan Dalam Rumah Tangga.

Sumber lain:

http://putusan.mahkamahagung.go.id /putusan/downloadpdf/7cc4a4cf af1375ef4cd9574268545f7e/pdf

http://putusan.mahkamahagung.go.id /putusan/downloadpdf/a898fd25 acb68539ba7af5581679b02f/pdf

http://putusan.mahkamahagung.go.id /putusan/downloadpdf/e6ead3c9 beda9f56935aea0256ea853a/pdf

https://kupastuntas.co/kota-bandar- lampung/2016-04/waw-kasus- kdrt-dan-pelecehan-seksual-di-lampung-semakin-tinggi/.

Referensi

Dokumen terkait

10) Mahasiswa yang tidak membawa laporan asuhan keperawatan pada saat post conference atau laporan tidak lengkap sesuai ketentuan yang berlaku maka mahasiswa

39. Terbuka kepada pelajar Perempuan sahaja 40. Terletak 600m dari Politeknik Melaka 42.. Terbuka kepada pelajar lelaki sahaja 45. Terletak 600m dari Politeknik Melaka

Hasil penelitian menyimpulkan bahwa langkah pembelajaran dengan menerapkan strategi REACT dalam model pembelajaran Think Pair Share (TPS) yang dapat meningkatkan keaktifan

Analisa pola arus untuk kondisi pasang surut ini model dengan breakwater modifikasi. ini juga diperlakukan sama, dalam hal data lingkungannya termasuk data

Efektivitas Antifungi Ekstrak Daun Kakao (Theobroma cacao L.) dalam Menghambat Pertumbuhan Fungi Patogen Indegenous Phytophtora Palmivora dengan Metode Dilusi Padat (Dwi

Dari hasil wawancara yang dilakukan pada 7 orang wanita usia subur yang tidak merupakan akseptor KB di kelurahan Tarok Dipo, Kecamatan Guguk Panjang Kota Bukittinggi

menerima , kata nerima pada kalimat tersebut adalah kata tidak baku, namun dalam kaidah nonformal kata tersebut disyahkan, tapi karena di dalam penelitian ini

Pada hemat penulis, keteladanan, bermain, bercerita, pujian, hukuman dan sebagainya merupakan metode atau cara yang dilakukan dalam melaksanakan model tertentu yang digunakan