• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBANDINGAN KELAYAKAN JALAN BETON DAN ASPAL DENGAN METODE ANALITYC HIERARCHY PROCESS (AHP) (Studi Kasus Jalan Raya Padang-Solok)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PERBANDINGAN KELAYAKAN JALAN BETON DAN ASPAL DENGAN METODE ANALITYC HIERARCHY PROCESS (AHP) (Studi Kasus Jalan Raya Padang-Solok)"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

Pasca

Sarjana

฀ERBANDINGAN KELAYAKAN JALAN BETON DAN AS฀AL DENGAN

METODE ANALITYC HIERARCHY ฀ROCESS (AH฀) (Studi Kasus Jalan Raya ฀adang-Solok)

฀onny Muslim, Alizar Hasan1 dan Yusrizal Bakar1

1Program Studi Teknik Sipil, Program Pascasarjana Universitas Bung Hatta Email : jonnymuslim@gmailcom

ABSTRAK

฀tudi ini secara khusus mencoba menerapkan metode AHP (analytic hierarchy process) dalam kepentingan perumusan dan pengambilan keputusan dalam bidang teknik khususnya untuk penilaian perbandingan kelayakan konstruksi jalan antara jalan aspal dan beton. ฀tudi mengambil kasus jalan raya Padang – ฀olok yang saat ini sedang aktif dibangun oleh Dinas Bina Marga Propinsi ฀umatera Barat. Diharapkan melalui studi ini dapat dibuktikan bahwa metode AHP yang banyak digunakan dalam pengambilan keputusan di bidang manajemen, cukup handal pula diterapkan dalam bidang teknik dan rekayasa, sehingga dapat membantu para pengambil kebijakan dalam proses pengambilan keputusan yang obyektif terutama di lingkungan pemerintahan.

Kata kunci : Analityc Hierarchy Process (AHP), Expert Coise, Kelayakan ฀alan

ABSTRACT

This study specifically tried applying AHP (analytic hierarchy process) in the interests of formulation and decision-making in engineering, especially for road construction feasibility assessment comparison between asphalt and concrete roads. The study took a case of highway Padang - ฀olok which is currently being actively constructed by the Highways Agency West ฀umatra province. Hopefully, through this study can be proved that the method of AHP is widely used in decision making in the field of management, is quite reliable also be applied in the field of engineering and engineering, so it can help decision-makers in the process of decision-Observers are objective, especially in government.

Key Word : Analityc Hierarchy Process (AHP), Expert Coise, Kelayakan ฀alan.

1. ฀ENDAHULUAN

Dalam Perencanaan

infrastruktur konstruksi perkerasan jalan, baik untuk pembangunan, rehabilitasi maupun peningkatan, Pengambilan Keputusan (Decision

(2)

Pasca

Sarjana

yang merupakan beban dari perkerasan

jalan,sifat tanah dasar,kondisi lingkungan, dan faktor lainnya.

Pembangunan dan pengemba ngan infrastruktur jalan, khususnya dalam proses penentuan proyek jalan, umumnya disusun berdasarkan skala kebutuhan dan kemendesakan (need and urgency) sebagaimana tercantum dalam Daftar Usulan Rencana Proyek (DURP). Akan tetapi, kenyataan dilapangan menunjukan bahwa banyak sekali ketidaksesuaian antara DURP dengan rencana proyek yang sudah disetujui sebagaimana tercantum dalam Daftar Isian Proyek (DIP).

Berangkat dari alasan tersebut, perlu kiranya ada suatu pendekatan ilmiah yang dapat digunakan sebagai bahan untuk memutuskan penanganan proyek jalan sehingga dapat mengurangi unsur subyektivitas para pengambil kebijakan. Salah satu metode ilmiah dimaksud adalah metode analytic hierarchy process (AHP), suatu metode yang sudah dikenal dan banyak digunakan dalam bidang pengambilan keputusan dan manajemen.

1.2 ฀erumusan Masalah

Salah satu faktor yang diduga menyebabkan ketidaksesuaian antara DURP dengan rencana proyek adalah terlalu dominannya para pengambil kebijakan (Decision Making) dalam menetapkan penanganan proyek jalan tanpa didasari atas pertimbangan-pertimbangan obyektif seperti unsur kemendesakan dan kebutuhan. Akibatnya, banyak proyek yang seharusnya menggunakan sistem tertentu atau dalam skala prioritas tertentu dapat berubah ke sistem yang lain atau prioritas lain.

Salah satu metode ilmiah dimaksud adalah metode analytic hierarchy process (AHP), suatu metode yang sudah dikenal dan banyak

digunakan dalam bidang pengambilan keputusan dan manajemen. Dengan detail permasalahan sebagai berikut: a. Menilai secara kualitatif kelayakan

jalan konstruksi beton (kaku) dan aspal (lentur) berdasarkan faktor-faktor performansi jalan

b. Membandingkan secara kualitatif kelayakan jalan antara konstruksi beton (kaku) dan konstruksi aspal (lentur) berdasarkan faktor-faktor performansi jalan dengan menggunakan metode AHP.

1.3. ฀ertanyaan ฀enelitian

1. Kriteria apa yang dipertimbangkan untuk menilai kelayakan jalan aspal dan jalan beton.

2. Bagaimana prioritas pertimbangan penilaian aspek kelayakan jalan aspal dan jalan beton

1.4. Tujuan ฀enelitian

1. Untuk mengetahui kriteria yang dipertimbangkan dalam menguji kelayakan jalan aspal dan jalan beton

2. Untuk mengetahui prioritas pertimbangan penilaian aspek kelayakan jalan aspal dan jalan beton.

1.5. Manfaat ฀enelitian

Penyusunan Tugas Akhir ini diharapkan mampu mendapatkan manfaat sebagai berikut:

Dapat memberi masukan kepada peneliti lanjutan tentang kelayakan jalan antara konstruksi beton dan konstruksi aspal berdasarkan faktor-faktor performansi jalan dengan menggunakan metode AHP.

1.6. Batasan Masalah

Agar lebih terarah, maka studi ini dibatasi oleh hal-hal sebagai berikut:

(3)

Pasca

Sarjana

responden

b. ฀umlah kuisioner yang disebarkan kepada para pakar yaitu sebanyak 50 responden, dengan sampel dari pihak kontraktor, konsultan dan owner.

1.7. Sistematika ฀enulisan

Untuk mempermudah pemba caan dan pemahaman, hasil studi akhir nantinya perlu dilakukan klasifikasi bagian-bagian laporan studi mengikuti sistematika sebagai berikut:

a. Bab I Pendahuluan

Mengandung uraian mengenai latar belakang penelitian, maksud dan tujuan diadakan penelitian, batasan masalah, dan sistematika penulisan.

b. Bab II Tinjauan Pustaka

Mengandung uraian mengenai dasar-dasar teori yang berkaitan dengan jalan, fungsi dan peranannya, ukuran kualitas dan pelayanan jalan, dsb, studi-studi terdahulu yang sejenis atau mirip yang pernah dilakukan berkaitan dengan pembiayaan jalan.

c. Bab III Metodologi Penelitian Berisi uraian tentang alur pikir penelitian, tahapan dan tata cara pelaksanaan penelitian serta metode analisis yang digunakan. d. Bab IV Analisa Data dan

Pembahasan

Bagian ini mengandung uraian tentang data-data hasil penelitian disertai dengan analisis dan pembahasan mengenai sifat dan kecenderungan hasil studi tersebut. e. BAB V Kesimpulan dan Saran

Bagian ini mengandung uraian tentang kesimpulan yang dapat diambil dari hasil-hasil analisis terhadap hasil penelitian yang telah dilakukan. ฀uga disajikan saran-saran untuk aplikasi hasil penelitian di lapangan dan untuk kemungkinan studi lebih lanjut.

2. TINJAUAN ฀USTAKA

฀alan, dalam konteks jaringan, dapat diartikan sebagai suatu ruas yang menghubungkan antara simpul yang satu dengan simpul yang lain. Dalam konteks sistem transportasi, jalan adalah prasarana yang difungsikan sebagai wadah dimana lalu lintas orang, barang atau kendaraan dapat bergerak dari titik asal menuju titik tujuan.

฀ika demikian, fungsi nyata dari jalan adalah tempat pergerakan lalu lintas. Selanjutnya, dalam skala lebih luas, fungsi dari jalan akan berbeda sesuai dengan perbedaan karakteristik lalu lintasnya. Dikenal, ada jalan arteri, kolektor, lokal, dan lingkungan. ฀alan arteri atau jalan utama adalah jalan yang menampung lalu lintas dengan sifat jauh dan cepat, kolektor menampung lalu lintas jarak menengah dan kecepatan sedang, lokal menampung lalu lintas jarak pendek dan kecepatan rendah, dan lingkungan menampung lalu lintas sesaat dan kecepatan sangat rendah.

2.2. Jenis dan Karakteristik Konstruksi Jalan

Konstruksi jalan aspal atau disebut juga perkerasan fleksibel (flexible pavement) merupakan perkerasan yang menggunakan aspal sebagai bahan ikat pada lapisan permukaan dan atau lapisan pondasi atas atau ATB (asphalt treated base). Nilai modulus elastisitas untuk konstruksi aspal umunya sekitar 4.000 Mpa, Konstruksi aspal yang dikenal dan sudah umum digunakan sampai saat ini diantaranya adalah:

฀ Perkerasan lentur konvensional (conventional flexible pavement) yang terdiri dari lapisan dasar, lapisan pondasi atas dan lapisan permukaan

(4)

Pasca

Sarjana

dengan susunan material pada tiap

lapisannya berbeda kualitasnnya. Umumnya lapisan paling atas memiliki material yang berkualitas tinggi, sementara lapisan bawah memiliki kualitas mateial yang lebih rendah. Susunan lapisan pada konstruksi lentur konvensional umumnya terdiri dari lapisan penutup (seal coat), lapisan permukaan (surface course), lapisan pelekat (tack coat), lapisan pengikat (binder course), lapisan utam (prime coat), lapisan pondasi atas (base course), lapisan pondasi bawah (sub base course), lapisan tanah dipadatkan (compacted sub grade), dan lapisan tanah asli (natural sub grade).

฀ Perkerasan lentur non konvensional (full-depth asphalt pavement)

฀ Lapisan lentur non konvensional merupakan konstruksi aspal dimana lapisan campuran aspal langsung diletakan diatas tanah dasar atau tanah dasar yang sudah dilakukan pemadatan (treated sub grade). Cara ini dikenal lebih hemat dan mudah karena tidak membutuhkan lapisan yang kompleks. Umumnya lapisan campuran aspal menggunakan campuran aspal panas dan bergradasi rapat (dense graded HMA). Menurut the asphalt institute (1987), lapisan aspal non konvensional memiliki keuntungan-keuntungan sebagai berikut:

1. Tidak memiliki lapisan-lapisan granular yang dapa ditembus oleh air sehingga performansi konstruksi terjaga

2. Waktu konstruksi yang lebih singkat

3. Dengan ketebalan diatas 10 cm, umur ekonomis konstruksi dapat diperpanjang

4. Menjamin adanya keseragaman

lapisan

5. Tidak mudah dipengaruhi oleh kelembaban atau embun.

Selain itu baru-baru ini juga dikenal dengan konstruksi lentur aspal dengan campuran batu khusus (contained rock asphalt mat) atau CRAM. CRAM ini belum banyak dikenal digunakan karena masih sedang dalam tahap penelitian dan pengujian di laboratorium (Huang, Y. H, 1993). Konstruksi CRAM umumnya terdiri atas lapisan permukaan dengan material hotmix bergrdasi rapat (Dense graded HMA), lapisan pondasi atas dari agregat bergradasi rapat (dense graded aggregate), lapisan pondasi bawah dari agregat bergradasi renggang (open-graded aggregate) dan lapisan dasar dari hotmix bergradasi rapat yang dimodifikasi (modified dense graded HMA).

2.3. ฀erformansi Jalan

Sesuai dengan fungsi jalan sebagai prasarana pergerakan lalu lintas, maka jalan dapat dinilai dari segi kualitas kinerjanya atau performansi. Diantara hal-hal yang berkaitan dengan performansi misalnya daya tahan, nilai ekonomis, umur rencana, kenyamanan, fleksibilitas, aplikabilitas, dsb. Setiap komponen performansi turut mempengaruhi dalam kualitas pelayanan jalan terhadap lalu lintas. a. Daya tahan

Daya tahan suatu konstruksi jalan merupakan ukuran yang menunjukan suatu kemampuan jalan dalam menjaga kondisinya dari kerusakan dan keausan akibat adanya pengaruh dari faktor lua seperti cuaca, air, pergerakan tanah, perubahan lalu lintas, dsb.

b. Nilai ekonomis

(5)

Pasca

Sarjana

perawatan, penggantian, dsb.

Sementara manfaat berkaitan dengan kapasitas pelayanan, jangka waktu pelayanan, dsb.

c. Umur rencana

Umur rencana adalah umur perkiraan dari masa hidup pelayanan suatu jalan selama masa penggunaan. Semakin kecil umur rencana meunjukan semakin kecil kualitas pelayanan jalan dan semakin besar umur rencana menunjukan semakin besar kualitas pelayanan jalan.

d. Kenyamanan

Kenyamanan adalah ukuran performansi yang dirasakan langsung oleh pengguna lalu lintas selama menggunakan jalan bersangkutan. Kenyamanan umumnya berkaitan dengan kualitas pemukaan, karena kendaraan bersentuhan langsung dengan permukaan jalan. Semakin baik dan halus/rata permukaan, umumnya akan memberikan tingkat kenyaman berkendara yang tingi.

e. Fleksibilitas

Fleksibilitas berkaitan dengan kemudahan penggantian saat tejadi kerusakan atau kemudahan melakukan perubahan konstruksi saat dibutuhkan. Konstruksi jalan dikatakan fleksibel jika mudah dalam memperbaikinya atau menggantinya tanpa melakukan perubahan secara mendasar konstruksi yang sudah ada. Sebaliknya jalan dikatakan kurang fleksibel jika sedikit perbaikan atau penggantian harus diikuti dengan perubahan mendasar terhadap konstruksi dasarnya.

f. Aplikabilitas

Aplikabilitas adalah mudah tidaknya penerapan konstruksi jalan pada suatu tempat. Suatu konstruksi dikatakan memiliki tingkat aplikabilitas tinggi jika konstruksi bersangkutan dapat diterapkan dengan mudah di suatu lokasi. Kemudahan ini berkaitan dengan kemudahan pelaksanaan,

ketersediaan sumber daya manusia, sumber dana, dan kecocokan terhadap lingkungan sekitarnya.

2.4. Metode ฀nalytic Hierarchy Process (AH฀)

Analytical Hierarchy Process (AHP) merupakan metode yang dikembangkan oleh Prof.Thomas L.Saaty dan dipublikasikan pada tahun 1980 dapat memecahkan masalah yang komplek, dimana kriteria dan alternatif yang diambil cukup banyak. ฀uga kompleksitas ini disebabkan oleh struktur masalah yang belum jelas.

Metode AHP adalah suatu teknik pengambilan keputusan yang memasukkan kriteria ganda baik yang bersifat nyata maupun tidak nyata, kuantitatif maupun kualitatif yang memperhitungkan juga adanya konflik ataupun perbedaan-perbedaan pendapat. Aplikasi AHP telah meluas dan tidak saja digunakan dalam bidang teknik, manajemen , dan bisnis.AHP juga mulai dikenal oleh para analis yang umumnya memberikan support bagi pemerintah dalam penentuan kebijakannya. Studi yang berkaitan dengan penerapan AHP terutama pada bidang-bidang manajemen dan pemasaran. Sementara itu, penerapan AHP dalam bidang teknik dan berhubungan dengan kelayakan jalan beton dan aspal, adalah sebagai berikut: Studi oleh Agus Apriyanto (2008) Agus Apriyanto (2008) melakukan studi dengan judul “Perbandingan Kelayakan ฀alan Beton dan Aspal dengan Metode Analityc Hierarchy Process (AHP) (Studi Kasus ฀alan Raya Demak – Godong) Tujuan dari studi ini adalah Membandingkan secara kualitatif kelayakan jalan konstruksi beton dan konstruksi aspal berdarkan faktor teknis dan non teknis dengan mengunakan metode AHP

(6)

Pasca

Sarjana

yang melibatkan seluruh faktor yang

ditinjau diketahui bahwa jalan beton rata-rata unggul dibanding dengan jalan aspal. Hal ini ditunjukan dari hasil pembobotan untuk konstruksi beton mencapai 0,580, sementara bobot untuk aspal hanya sebesar 0,420

2.4.1 ฀embentukan hirarki struktural

Langkah ini bertujuan memecah suatu masalah yang kompleks disusun menjadi suatu bentuk hirarki. Suatu struktur hirarki sendiri terdiri dari elemen-lemen yang dikelompokan dalam tingkatan-tingkatan (level). Dimulai dari suatu sasaran pada tingkatan puncak, selanjutnya dibangun tingkatan yang lebih rendah yang mencakup kriteria, sub kriteria dan seterusnya sampai pada tingkatan yang paling rendah. Sasaran atau keseluruhan tujuan keputusan merupakan puncak dari tingkat hirarki. Kriteria dan sub kriteria yang menunjang sasaran berada di tingkatan tengah. Dan, alternatif atau pilihan yang hendak dipilih berada pada level paling bawah dari struktur hirarki yang ada.

2.4.2. ฀embentukan Keputusan ฀erbandingan

Apabila hirarki telah terbentuk, langkah selanjutnya adalah menentukan penilaian prioritas elemen-elemen pada tiap level. Untuk itu dibutuhkan suatu matriks perbandingan yang berisi tentang kondisi tiap elemen yang digambarkan dalam bentuk kuantitaif berupa angka-angka yang menunjukan skala penilaian (1 – 9). Tiap angka skala mempunyai arti tersendiri seperti yang ditunjukan dalam Tabel 2.1. Penentuan nilai bagi tiap elemen dengan menggunakan angka skala bisa sangat subyektif, tergantung pada pengambil keputusan. Karena itu, penilaian tiap elemen

hendaknya dilakukan oleh para ahli atau orang yang berpengalaman terhadap masalah yang ditinjau sehingga mengurangi tingkat subyektifitasnya dan meningkatkan unsur obyektifitasnya.

2.4.3. Sintesis prioritas dan ukuran konsistensi

Perbandingan antar pasangan elemen membentuk suatu matriks perankingan relatif untuk tiap elemen pada tiap level dalam hirarki. ฀umlah matriks akan tergantung pada jumlah tingkatan pada hirarki. Sedangkan, ukuran matriks tergantung pada jumlah elemen pada level bersangkutan.

Setelah semua matriks terbentuk dan semua perbandingan tiap pasangan elemen didapat, selanjutnya dapat dihitung matriks eigen (eigenvector), pembobotan, dan nilai eigen maksimum.

Nilai eigen maksimum merupakan nilai parameter validasi yang sangat penting dalam teori AHP. Nilai ini digunakan sebagai indeks acuan (reference index) untuk memayar (screening) informasi melalui perhitungan rasio konsistensi (Consistency Ratio (CR)) dari matriks estimasi dengan tujuan untuk memvalidasi apakah matriks perbandingan telah memadai dalam memberikan penilaian secara konsisten atau belum (Saaty, 2000).

Nilai rasio konsistensi (CR) sendiri dihitung dengan urutan sebagai berikut:

1) Vektor eigen dan nilai eigen maksimum dihitung pada tiap matriks pada tiap level hirarki 2) Selanjutnya dihitung indeks

(7)

Pasca

Sarjana

– n) / (n – 1)

3) Nilai rasio konsistensi (CR) selanjutnya dihitung dengan rumus: CR = CI/RI, dimana RI merupakan indeks konsistensi acak yang didapat dari simulasi dan nilainya tergantung pada orde matriks. Untuk matriks dengan ukuran kecil, Tabel 2.2 menampilkan nilai RI untuk berbagai ukuran matriks dari orde 1 sampai 10.

2.5 Expert Choice (EC)

Alat bantu yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah Expert Choice (EC)Profesional 11. Expert Choiceadalah salah satu alat yang digunakan untuk mengambil keputusan dalam menentukan sebuah keputusan. Menurut Retnoningsih (2012), expert choic emenawarkan beberapa fasilitas mulai dari input data-data kriteria, dan beberapa alternatif pilihan, sampai dengan penentuan tujuan. EC mudah dioperasionalkan dengan interface yang sederhana. Kemampuan lain yang disediakan adalah mampu melakukan analisis secara kuantitatif dan kualitatif sehingga hasilnya rasional. Didukung dengan gambar grafik dua dimensi membuat EC semakin menarik. EC didasarkan pada metode/ proses hirarki analitik (Analytic Hierarchi Process/AHP).

Pada tahap pertama pembuatan AHP merupakan implementasi prinsip dekomposisi, pengambil keputusan berusaha memecah (to compose) permasalahan ke dalam elemen-elemen dan menyusun elemen-elemen tersebut ke dalam suatu struktur hirarkis yang menunjukkan hubungan antara sasaran (goal), tujuan/kriteria (objectives), sub tujuan/sub kriteria serta alternatif-alternatif keputusan.

Tahap kedua adalah pairwise comparison, yaitu penilaian secara

komparatif berpasangan. Setiap faktor baik berupa obyektif/kriteria, sub obyektif dan alternatif keputusan ditentukan bobotnya dengan mengadakan pembandingan sepasang-sepasang. Maksudnya adalah elemen-elemen dibandingkan berpasangan terhadap suatu kriteria yang ditentukan.

Pada implementasi

menggunakan expert choice, sering disebut dengan proses assessment. Proses ini dimulai dengan membandingkan secara berpasangan yang dimulai dari semua kriteria yang telah ditentukan. Dilanjutkan sub kriteria terhadap sub kriteria yang lainnya, dan terakhir membandingkan antara alternatife yang satu dengan alternatif yang lain sesuai dengan tingkat prioritas yang diinginkan.

2.6. Identifikasi Variabel ฀enelitian Awal

Pada tahap ini dapat dijelaskan masalah utama yang berhubungan dengan topik permasalahan yang akan dibahas. Tahap awal yang dilakukan untuk mengenali masalah yang timbul adalah dengan menggali semua fakta (sympton). Gejala utama yang didapatkan berhubungan dengan kelayakan jalan beton dan aspal.

2.7 Studi Terdahulu

3. METODOLOGI ฀ENELITIAN Untuk mencapai tujuan penelitian yang telah diuraikan pada bab 1, maka pada bab III ini akan diuraikan tahapan- tahapan yang akan dilakukan dalam penelitian ini yang digunakan untuk menyelesaikan masalah.

(8)

Pasca

Sarjana

sistematis, terintegrasi dan terarah

untuk mempermudah analisis dan dapat memberikan hasil dan kesimpulan sesuai dengan tujuan penelitian yang meliputi : pendekatan penelitian, pengumpulan data, instrument penelitian dan instrument pengolahan data.

3.2 ฀engumpulan Data

Adapun jenis data yang digunakan untuk mencapai tujuan penelitian ini yaitu bersumber dari data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang berasal dari kuisioner yang diberikan kepada responden, dan data sekunder didapatkan dari studi pustaka yang terdiri dari buku, tesis, jurnal, situs di internet, dll.

3.3 ฀engolahan Data

Pada tahapan pengolahan data ini, metode yang digunakan adalah Analytical Hierarcy Process (AHP), merupakan suatu cara untuk mempercepat pengambilan keputusan dalam suatu susunan hirarki. Untuk itu digunakan alat bantu yang dinamakan expert choice.

3.4 ฀elaksanaan ฀enelitian

Studi literatur merupakan langkah awal dalam melakukan sebuah penelitian, untuk mencari referensi teori yang relefan dengan permasalahan yang ditemukan. Referensi tersebut didapatkan dari buku, jurnal yang terkait dengan laporan penelitian dan situs internet yang ada.

3.4.2 ฀enyebaran Kuisioner

Pada tahapan penyebaran kuisioner ini, ditujukan kepada pakar yang telah berpengalaman dan mempunyai pengetahuan dalam pekerjaan konstruksi ฀alan aspal dan konstruksi jalan beton tersebut. Disini jumlah kuisioner yang disebarkan kepada para pakar yaitu sebanyak 50 responden, dengan sampel dari pihak kontraktor, konsultan dan owner

3.4.2.1 ฀engertian ฀opulasi dan Sampel

Menurut Sugiyono pengertian populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,2011).

Sedangkan sampel adalah bagian atau jumlah dan karakteritik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misal karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti akan mengambil sampel dari populasi itu. Apa yang dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya akan diberlakukan untuk populasi. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul representative (Sugiyono,2011).

3.4.2.2 ฀enentuan ฀opulasi dan Sampel

Malhotra (1993) memberikan panduan ukuran sampel yang diambil dapat ditentukan dengan cara mengalikan jumlah variabel dengan 5, atau 5x jumlah variabel. Dengan demikian jika jumlah variabel yang diamati berjumlah 20, maka sampel minimalnya adalah 5 x 20 = 100. Dengan berpedoman kepada Malhotra, maka penulis mengambil jumlah responden (pakar) minimal yang digunakan adalah 50 responden, karena jumlah variabel yang dimiliki ada 6. 3.4.3 ฀engumpulan Kuisioner dan

Tabulasi Data

(9)

Pasca

Sarjana

dikarenakan tidak semua kuisoner yang

layak digunakan dalam penelitian seperti kuisoner yang tidak terjawab atau adanya jawaban ganda.

3.4.4 Input Data dan Analisis Data Data yang telah terkumpul dan dinyatakan layak untuk diolah, selanjutnya dilakukan penginputan data dengan menggunakan alat bantu software yang dinamakan Expert Choice. Penggunaan Expert Choice didasarkan kepada beberapa alasan yaitu (Fibriayanti, 2010):

1. Memberi keputusan yang lebih cepat, karena pemanfaatan waktu dalam proses pengolahan data lebih efektif.

2. Karena mempunyai tingkat ketelitian dalam pengolahan data yang baik sehingga keputusan akhir dapat dibenarkan, dengan melihat kevalidtan data inconsistesinya <10%.

4. HASIL DAN ฀EMBAHASAN Pada bab ini akan dibahas mengenai data yang telah dikumpulkan melalui metode penyebaran kuisioner. Data ini berupa identifikasi Jalan Aspal dan Jalan Beton dari persepsi parakontraktor yang telah berpengalaman mengerjakan proyek yang ada di Sumatera Barat

Pengumpulan data pada penelitian ini didapatkan dari penyebaran kuisioner penelitian pada 50 responden yang telah ditetapkan. Kuisioner tersebut dibuat untuk memperoleh data primer yang disusun berdasarkan variabel- variabel yang sudah ada, berdasarkan kebutuhan yang relevan dengan maksud dan tujuan penelitian kepada responden. ฀umlah Kuesioner yang Telah Disebarkan

No. ฀akar Jumlah

1. Kontraktor 15

2. Konsultan 15

3. Owner 20

Total 50

Sumber: Data Primer

Sedangkan karakteristik deskripsi dari pakar berdasarkan pengalaman dan pendidikannya, dapat dilihat pada grafik berikut:

Gambar 4.1 Karakteristik Pakar berdasarkan Pendidikan

Gambar 4.2 Karakteristik Pakar berdasarkan Pengalaman

Berdasarkan penggambaran dari grafik diatas, untuk pendidikan para pakar yang telah menjawab kuisioner yang penulis berikan lebih banyak setingkat strata 1 (S1) yaitu sebesar 52%, dan untuk pakar yang memiliki pengalaman paling banyak dalam pengisian kuisioner ini adalah yang mempunyai pengalaman >10 tahun yaitu sebesar 62%.

4.1.1 ฀enentuan kriteria kelayakan yang memiliki pengaruh signifikan pada masing- masing jenis perkerasan

(10)

Pasca

Sarjana

Untuk analisis risiko dengan

metode AHP ini, responden dari para pakar diambil lima puluh orang yang berpengalaman dalam mengerjakan sebuah pekerjaan dan mempunyai pengetahuan dalam pekerjaan jalan aspal dan jalan beton.

Langkah berikutnya adalah normalisasi matriks pada tabel di atas dengan mengubahnya ke bilangan desimal. Membagi setiap nilai awal dengan hasil penjumlahan nilai tiap kolom

Nilai bobot masing – masing kriteria: a. Menjumlahkan nilai dari

masing-masing baris. Misal: 1. Untuk ฀alan Aspal

∑ X1 = (0,14 + 0,1512 +

0,1306+0,1292+ 0,1396+ 0,1185) = 1,4215

2. Untuk ฀alan Beton

∑ X1 = (0,1456+ 0,1534+ 0,1412+ 0,1446+ 0,1945+ 0,1185) = 1,3858

b. Membagi hasil penjumlahan nilai masing-masing baris dengan banyaknya kriteria. Misal:

Nilai bobot kriteria (X1) = 1,4215 = 0,2369

Pembobotan dilakukan untuk masing-masing probabilitas hingga didapat bobot probabilitas untuk 6 kriteria tersebut adalah:

Tabel 4.6 Probabilitas ฀alan Aspal

Kriteria Bobot

x1 0,2297

x2 0,186

x3 0,1604

x4 0,1475

x5 0,1455

x6 0,1309

Sumber: Penelitian

Tabel 4.7 Probabilitas ฀alan Beton

Kriteria Bobot

x1 0,4636

x2 0,1197

x3 0,1492

x4 0,0948

x5 0,0858

x6 0,0869

Sumber: Penelitian

Perhitungan uji konsistensi dilakukan dengan cara sebagai berikut:

a. Mencari nilai [X1] = matriks awal perbandingan antarkriteria × nilai bobot.

Misal baris pertama [X1]=

(1,00*0,2369)+(1,15*0,2165)+(1,0 2*0,2086)+(1,01*0,2110)+(1,15*0 ,1985) +( 1,15 *0,1832) = 2,0047 b. Mencari vektor [X1] = nilai [X1] /

nilai bobot

[X1]= 2,0047 / 0,2369 = 8,46 [X2]=฀1,8599/฀0,2165=฀8,59 [X3]= 1,7989/ 0,2086= 8,62 [X4]=1,8124/ 0,2110= 8,59 [X5]=1,7109/ 0,1985= 8,62 [X6]=1,5875/ 0,1832= 8,66

c. Mencari eigen value maksimum (λmaks)

d. Mencari indeks konsistensi (CI) e. Mencari indeks random (RI) f. Mencari rasio konsistensi (CR)

(11)

Pasca

Sarjana

a. ฀alan Aspal

No Kriteria Bobot

1 Daya Tahan 0,116

2 Nilai Ekonomis 0,220

3 Umur Rencana 0,179

4 Kenyamanan 0,183

5 Fleksibilitas 0,159

6 Aplikabilitas 0,144

b). ฀alan Beton

No Kriteria Bobot

1 Daya Tahan 0,469

2 Nilai Ekonomis 0,109

3 Umur Rencana 0,158

4 Kenyamanan 0,088

5 Fleksibilitas 0,086 6 Aplikabilitas 0,090

4.1.2 Penentuan skala prioritas pada masing- masing jenis perkerasan yang digunakan

Setelah didapatkan hasil dari kriteria yang harus dipertimbangkan oleh pihak kontraktor, maka tahapan selanjutnya adalah menentukan nilai skala prioritas dari kriteria tersebut. Dari hasil pengolahan data dengan expert choice, didapatkan nilai bobot terbesar untuk jalan aspal yaitu 0,181 atau 18,1% dengan nilai ekonomis untuk jalan beton didapatkan nilai bobot terbesar yaitu 0,185 atau 18,5% dengan kriteria daya tahan Hasil pengolahan data tersebut dapat dilihat dari grafik pengolahan data dengan expert choice, sebagai berikut:

Gambar 4.4 Grafik Pengolahan ฀alan Aspal dengan Expert Choice

Sumber: Expert Choice

Gambar 4.5 Grafik Pengolahan Kuisioner ฀alan Beton dengan Expert Choice

Sumber: Expert Choice

5. KESIM฀ULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan

Berdasarkan Pengolahan data dan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat diambil beberapa kesimpulan, yaitu :

1. Hasil analisis metode AHP dengan menggunakan software expert choice, mempunyai pengaruh signifikan terhadap jenis perkerasan jalan raya Padang- Solok adalah faktor daya tahan 11,6%, nilai ekonomis 22%, kenyamanan 18,3%,

umur rencana 17,9%,

aplikabilitas14,4% dan fleksibilitas 15,9%.

2. Urutan skala prioritas yang didapatkan dari analisis adalah yang mempunyai nilai bobot terbesar. Pada jalan beton didapatkan hasil yaitu daya tahan 0,469 atau sebesar 46,9%, sedangkan pada jalan aspal didapatkan hasil nilai ekonomis dengan nilai bobot sebesar 0,220 atau 22,%.

5.2 Saran

(12)

Pasca

Sarjana

teknis tentang pekerjaan yang akan

dilaksanakan

2. Untuk penelitian lebih lanjut diharapkan dapat dilakukan pada kawasan yang lebih luas seperti tingkat Provinsi Sumatera Barat, karena penelitian ini baru hanya dilakukan setingkat Kota Padang dan Kabupaten Solok.

DAFTAR ฀USTAKA

Aly M. A., (2004). Tekhnologi Perkerasan Jalan Beton ฀emen 2004, Yayasan Pengembang Tekhnologi dan Manajemen, ฀akarta Barat, ฀akarta.

Atthirawong, W. and B. Mac Carthy, (2005). An Application of the Analytica Hierarchy Process to International Decision-Making, Schools of Mechanic, Materials, Manufacturing,

Engineering and

Management, University of Nottingham, USA.

Forman, E. H., (2007). Decision Objectives,

Http://mdm.gwu.edu/Forman/DBO.pdf

Huang, Y. H., (1993). Pavement Analysis and Design, Prentice Hall, Englewood Cliff, New ฀ersey, USA.

Partovi, F. Y., (1994). Determining What to Bencmark: An Analytical Hierarchy Process Approach, International Journal of Operations and Production Management, 14 (6), pp 55 – 39.

Rahim, I. R. dan Tri Harianto, (2002). Studi Kelayakan ฀alan Konstruksi Beton di Perumahan Bukit Tamalanrea, Makasar, Makalah ฀eminar, Fakultas Teknik ฀urusan Teknik Sipil, Universitas Hasanuddin, Makasar.

Saaty, T. L., (1990). Fundamentals of Decision Making and Priority Theory, 2nd Edition, Pittsburgh, PA:RWS Publication.

Gambar

grafik diatas, untuk pendidikan para Berdasarkan penggambaran dari pakar yang telah menjawab kuisioner yang penulis berikan lebih banyak setingkat strata 1 (S1) yaitu sebesar 52%, dan untuk pakar yang memiliki pengalaman paling banyak dalam pengisian kuisioner ini adalah yang mempunyai pengalaman >10 tahun yaitu sebesar 62%.
Tabel 4.6 Probabilitas ฀alan Aspal
Gambar 4.5 SarjanaGrafik Pengolahan Kuisioner

Referensi

Dokumen terkait