• Tidak ada hasil yang ditemukan

RENUNGAN HARIAN. Segarkan Jiwaku

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "RENUNGAN HARIAN. Segarkan Jiwaku"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

RENUNGAN HARIAN

S

egarkan

J

iwaku

(2)

DAFTAR ISI

Minggu 1

Senin - Apakah kesaksian kita? ... 1

Selasa - Dimotivasi oleh roh adopsi ... 2

Rabu - Maju kepada warisan penuh ... 3

Kamis - Dari iman kepada iman ... 4

Jumat - Kasih yang semula ... 5

Minggu 2

Senin - Panggilan kita sebagai anak-anak Elohim ... 6

Selasa - Memahami mina anda ... 7

Rabu - Memultiplikasi mina anda ... 8

Kamis - Memahami talenta ... 9

Jumat - Penilaian yang sesuai iman ... 10

Minggu 3

Senin - Elohim telah menamai setiap orang ... 11

Selasa - Dua anak ... 12

Rabu - Mengapa wajahmu muram? ... 13

Kamis - Di manakah saudaramu? ... 14

Jumat - Kebapaan dari Elohim ... 15

Minggu 4

Senin - Persembahan duniawi/kedagingan ... 16

Selasa - Persembahan menghancurkan cara-cara yang turun-temurun ... 17

Rabu - Persembahan yang berkenan ... 18

Kamis - Persembahan membutuhkan persekutuan ... 19

Jumat - Daging atau roh ...20

Minggu 5

Senin - Cara Ismael dibesarkan ... 21

Selasa - Ismael tidak berdoa ataupun mempersembahkan ... 22

Rabu - Tidak ada panggilan yang lebih tinggi ... 23

Kamis - Perbuatan-perbuatan daging ... 24

(3)

1

Senin | Minggu 1

Apakah kesaksian kita?

Ketika kita memikirkan tentang kesaksian, kita sering memikirkan gambaran hukumnya. Seseorang mungkin bersaksi di pengadilan atau menceritakan peristiwa-peristiwa dari suatu kejadian, dan anda dapat melihat bahwa mereka kembali melihat sesuatu yang terjadi di masa lampau. Mereka mengingat sesuatu yang telah terjadi, dan mungkin, menganalisa apa yang salah atau benar mengenai kejadian tersebut. Bahkan mereka mungkin mengatakan apa yang seharusnya berbeda sejak saat itu. Banyak orang Kristen percaya bahwa ‘kesaksian’ adalah seperti itu. Kadang kala, mungkin itu lebih kepada suatu penilaian akan kinerja mereka, daripada kesaksian akan iman yang bergerak maju sebagai anak Elohim.

Penting untuk mengingat dan bersyukur untuk semua yang Elohim telah lakukan untuk kita. Akan tetapi, kita dapat mengingat instruksi-instruksi dari Kitab Suci yang mengingatkan kita untuk melihat ke depan. ‘Sepanjang malam ada tangisan, menjelang pagi terdengar sorak-sorai.’ Inilah prinsipnya. Kita memang terlibat dalam peristiwa-peristiwa nyata yang berdampak atas kesehatan kita, emosi kita, keyakinan kita, dll. Tapi meskipun peristiwa-peristiwa itu merupakan pengujian yang kita alami, bukan artinya ini menjadi kesaksian kita. Kesaksian kita adalah pengakuan iman seorang murid. Kesaksian iman ini merupakan motivasi untuk maju menuju warisan akan kedewasaan penuh dari hidup kita sebagai anak. Paulus menyebut motivasi, atau sikap ini, ‘roh adopsi’ dan ‘roh iman’, dan ini dirangkumkan dalam seruan, ‘Ya Abba, ya Bapa!’

Dalam kitab Roma, kita membaca bahwa seruan ‘Ya Abba, ya Bapa!’ merupakan doa atau pengakuan yang mengekspresikan komitmen seorang anak Elohim untuk menerima, dan hidup oleh, firman yang diproklamirkan kepada mereka. Mereka dapat melihat gambar dari hidup mereka sebagai anak sebagaimana yang ditetapkan oleh Bapa, dan mengakui bahwa Elohim adalah Bapa dari hidup mereka. Pengakuan iman ini menunjukkan bahwa mereka telah menerima iman Elohim dan sekarang maju mempersembahkan diri mereka untuk melakukan pekerjaan dari hidup mereka sebagai anak yang Elohim telah persiapkan untuk mereka lakukan dalam Kristus.

Referensi Mzm 30:5 Rm 8:15 Gal 4:6 Gal 2:20 Why 12:11

Pembelajaran Lebih Lanjut Ibrani 11

Amsal Harian Ams a l 1

(4)

2

Selasa | Minggu 1

Dimotivasi oleh roh adopsi

Rasul Paulus mengingatkan jemaat Tesalonika bahwa mereka seharusnya ‘tidak memadamkan Roh [roh adopsi]’. Instruksi-instruksinya dalam pasal ini menyoroti budaya seseorang yang dimotivasi oleh roh adopsi. Mereka harus maju, di tengah-tengah orang-orang yang berjaga-jaga atas jiwa mereka, untuk mendengar nama mereka dipanggil dan pekerjaan mereka didefinisikan. Tema yang sama ini dikomunikasikan dalam surat Paulus kepada Filemon. Pengudusan kita adalah kehendak Elohim untuk kehidupan kita. Ini artinya, dalam roh adopsi, kita akan termotivasi setiap hari untuk memberikan diri kita kepada persekutuan supaya kita dapat mengenal dan dikenal Elohim dan saudara-saudara kita. Dalam persekutuan ini, pengudusan kita menjadi jelas bagi kita. Kita dapat mendengar firman yang memberikan kita pengertian akan siapa kita, dan pekerjaan dari hidup kita sebagai anak yang perlu kita lakukan. Kita dapat melihat sekarang bahwa penting untuk kita terus mendengarkan Roh Kudus, sementara Dia menolong kita dengan roh iman untuk maju dalam hidup kita sebagai anak dan menangkap kerajaan Elohim. Kitab Suci merujuk kepada contoh lain dari seruan, ‘Ya Abba, ya Bapa!’ Seruan ini bukan berasal dari kita, melainkan dari Roh Anak yang ada dalam kita. Ketika seseorang menerima benih yang tidak fana dari Elohim, mereka dilahirkan dari atas. Kemudian Bapa mengirimkan Roh Anak untuk berdiam dalam hati mereka. Anak bersukacita bersama-sama dengan saudara-saudara-Nya, dan terus berseru, ‘Ya Abba, ya Bapa!’ di dalam anak Elohim yang telah dilahirkan kembali. Dia menyembah Bapa di dalam kita, dan memberi kesaksian bahwa Elohim adalah Bapa dari roh kita. Roh Anak bersukacita bersama dengan kita, ketika kita juga maju dengan ucapan syukur untuk mewarisi kepenuhan dari hidup kita sebagai anak.

Referensi Pembelajaran Lebih Lanjut Amsal Harian

1Tes 5:19 Flm 1:4-6 1. Filipi 3 Ams a l 2 1Tes 4:3 Gal 4:6 2. Rm 12:1-2

(5)

3

Rabu | Minggu 1

Maju kepada warisan penuh

Ketika seorang percaya menerima iman Anak Elohim, mereka menjadi anak Abraham, dan pewaris dari janji hidup sebagai anak. Bapa telah memperhitungkan kebenaran kepada mereka dan menganggap mereka sebagai anak dalam rumah-Nya, tapi mereka belum dewasa sampai kepada hidup sebagai anak sepenuhnya yang Elohim telah tentukan sejak semula untuk mereka. Meskipun demikian, mereka telah menerima iman Elohim untuk mempercayai, dan menangkap, warisan penuh mereka. Inilah adopsi. Orang-orang yang menerima adopsi karena mempercayai Elohim, diberkati bersama dengan Abraham, yang beriman itu. Sepanjang perjalanan Kekristenan kita, kita perlu untuk terus memperhatikan ketika Roh Kudus menggerakkan roh iman yang kita telah terima, dan yang membuat kita berseru ‘Ya Abba, ya Bapa!’ Pada saat yang sama, Roh Kristus di dalam kita terus berseru, ‘Ya Abba, ya Bapa!’ memberi kesaksian dengan roh kita sendiri bahwa kita adalah anak-anak Elohim. Dalam suratnya kepada orang-orang Kristen di Roma, Paulus mengatakan bahwa kita memiliki buah sulung dari Roh, tapi masih mengerang di dalam diri kita, dengan tekun menantikan adopsi, penebusan tubuh kita. Ini artinya ada lebih lagi yang perlu kita tangkap sehubungan dengan hidup kita sebagai anak.

Kita terus berseru oleh roh adopsi, karena kita belum mencapai kepenuhan dari kedewasaan kita sebagai anak-anak Elohim. Kita telah menerima Roh Anak yang memberi kesaksian di dalam kita bahwa kita adalah anak. Akan tetapi, kodrat ilahi itu belum menjadi sifat dasar kita. Kita terus berseru supaya Kristus akan dibentuk di dalam kita melalui proses sakit bersalin. Melalui baptisan, kita disatukan dengan persekutuan penderitaan Kristus dan memiliki partisipasi yang terus-menerus dalam sakit bersalin-Nya.

Referensi Pembelajaran Lebih Lanjut Amsal Harian

Rm 4:11 Gal 4:19 2Tim 4:7-8 Rm 8:22-23 Luk 16:16 Galatia 3 Ams a l 3

(6)

4

Kamis | Minggu 1

Dari iman kepada iman

Roh Kuduslah yang menyatukan kita kepada persekutuan persembahan dan sakit bersalin Kristus. Dia menolong kita dalam permohonan kita ketika kita tidak tahu bagaimana sebenarnya harus berdoa. Dalam segala keadaan kita, Dia memimpin kita ke dalam kebenaran akan hidup kita sebagai anak, dan menolong kita ketika kita berdoa untuk membangun diri kita dalam iman kita yang paling suci. Dalam persekutuan persembahan Kristus, dosa dan kesalahan kita diambil dari kita dan ditransfer kepada Kristus. Pada saat yang sama, hidup-Nya ditransfer kepada kita supaya hidup-Nya itu dapat dibentuk di dalam kita. Ini adalah proses yang kita sebut sebagai ‘transfer persembahan’.

Ketika kita terus-menerus menerima firman Elohim yang disampaikan kepada kita melalui para utusan-Nya, kita juga akan terus menerima iman Elohim dan bertumbuh dari iman kepada iman. Marilah kita memperhatikan sebentar bagaimana hal ini bekerja. Dengan setiap firman yang disampaikan kepada kita oleh Elohim melalui para utusan-Nya, iman juga datang kepada kita bersama dengan firman itu. Kita perhatikan bahwa iman bukan hanya sekedar suatu ambisi atau mengharapkan sesuatu terjadi di masa yang akan datang. Iman secara terus-menerus datang melalui pendengaran. Dan mendengarkan adalah kapasitas yang diberikan kepada kita oleh Elohim ketika Dia memberikan kita telinga seorang murid.

Sementara kita bertumbuh dari iman kepada iman, kita menerima akses yang semakin meningkat kepada kasih karunia Elohim, yang di dalamnya kita berdiri. Kasih karunia kehidupan ini dinyatakan sebagai sifat dasar dari hidup-Nya sebagai anak. Ini dinyatakan melalui persembahan. Kita melihat bahwa iman memberikan kita kapasitas untuk bersatu dengan persembahan ini, supaya hidup yang dimultiplikasi melalui persembahan menjadi milik kita. Dia dinyatakan sebagai Firman dalam daging, penuh kasih karunia dan kebenaran. Ketika kita meresponi firman dari iman kepada iman, kita sedang diubahkan dari kemuliaan kepada kemuliaan, ke dalam gambar hidup Kristus sebagai anak.

Referensi

Rm 8:26-28 Yud 1:20 Rm 5:1-2 Yoh 1:14 2Kor 3:18 Rm 1:17

Pembelajaran Lebih Lanjut Roma 10

Amsal Harian Ams a l 4

(7)

5

Jumat | Minggu 1

Kasih yang semula

Mungkin tantangan terbesar yang dihadapi oleh gereja mula-mula adalah tantangan untuk terus bertekun dalam kasih yang semula. ‘Kasih yang semula’ merupakan istilah yang Yesus gunakan untuk berbicara kepada gereja Efesus. Dia juga menasihati setiap orang Kristen untuk mendengar berita yang sama ini. Pemikiran yang serius bagi setiap murid dalam setiap gereja saat ini adalah bahwa Yesus mengatakan, ‘Aku mencela engkau (terj. Bhs. Ing. ‘I have this against you’ artinya ‘Aku menentang engkau dalam hal ini’), karena engkau telah meninggalkan kasihmu yang semula’. Dia dengan kuat menunjukkan bahwa setiap orang perlu dipulihkan dan bertumbuh kepada kedewasaan dalam kasih yang semula.

Yesus melanjutkan untuk berbicara kepada gereja-gereja, demikian, ‘Sebab itu ingatlah

betapa dalamnya (terj. Bhs. Ing. ‘from where’ artinya ‘dari mana’) engkau [semua] telah

jatuh! Bertobatlah dan lakukanlah lagi apa yang semula engkau lakukan (terj. Bhs. Ing. ‘first works’ artinya ‘pekerjaan yang semula’).’ Dia menunjukkan bahwa kita telah jatuh, atau meninggalkan, suatu tempat atau suatu konteks. Yesus menyebut konteks ini ‘kasih yang semula’. Ketika Paulus menuliskan kepada orang-orang Kristen di Efesus, dia menyebut konteks kasih yang semula ini ‘tempat sorgawi’. Dia selanjutnya menjelaskan bahwa, ketika anak-anak Elohim diam bersama dalam Kristus, mereka dapat melakukan pekerjaan baik dari hidup sebagai anak yang Elohim telah namai untuk mereka. Tempat sorgawi merupakan konteks di mana kita memiliki persekutuan dengan Bapa, Anak dan Roh Kudus, dan dengan anak-anak Elohim yang lain.

Kita dapat mengamati titik puncak dari persekutuan kita ketika kita berkumpul bersama di meja perjamuan kudus. Di sana, kita dapat makan daging Kristus dan minum darah-Nya, menerima hidup yang kekal, dan bersukacita dalam janji akan kebangkitan. Yesus mengatakan, ‘Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia tinggal di dalam

Aku dan Aku di dalam dia’. Inilah konteks dari kasih semula, yang di dalamnya kita harus

hidup. Untuk memahami bagaimana ini bekerja, kita perlu melihat pada bagaimana kita berpartisipasi bersama sebagai jemaat orang-orang percaya di meja perjamuan kudus. Penting juga untuk melihat pada bagaimana kita mempersembahkan diri kita untuk persekutuan dalam keluarga kita, dan bagaimana kita melayani hidup Elohim sebagai anggota-anggota tubuh Kristus.

Referensi

Why 2:4,5,7 Ef 2:5-6, 10 Yoh 6:54-56 Mzm 139:16 2Tes 1:3

Pembelajaran Lebih Lanjut 1 Tesalonika 4

Amsal Harian Ams a l 5

(8)

6

1Ptr 4:10-11 1Kor 12:28

1.

Senin | Minggu 2

Panggilan kita sebagai anak-anak Elohim

Ketika kita memahami identitas orang lain, kita menghargai roh mereka, sebagaimana juga kemampuan-kemampuan alamiah yang mereka miliki sejak lahir. Setiap orang dilahirkan dengan identitas dan kemampuan; inilah manusia alamiah mereka. Ketika seseorang meresponi firman yang diproklamirkan kepada mereka, identitas mereka mulai diregenerasi dan dibaharui oleh Roh Kudus. Mereka mulai menjadi rohani. Roh mereka dilahirkan kembali oleh firman Bapa ketika mereka menerima nama mereka sebagai anak Elohim, dan Roh Anak sebagai hidup mereka. Kemudian, melalui baptisan, mereka disatukan kepada persekutuan persembahan Kristus. Setelah dilahirkan dari atas, seseorang menerima otoritas untuk mengekspresikan nama mereka sebagai anak Elohim. Yesus merujuk kepada otoritas ini sebagai ‘mina’. Kapasitas-kapasitas rohani juga ditambahkan kepada mereka supaya mereka dapat menyelesaikan pekerjaan yang Elohim telah persiapkan untuk mereka. Yesus merujuk kepada ini sebagai ‘talenta’.

Penting untuk memahami bahwa nama, mina dan talenta seseorang diberikan kepada mereka oleh Elohim sesuai dengan panggilan mereka. Firman ‘penentuan sejak semula’ menggambarkan tujuan Elohim bagi setiap kita – bahwa kita seharusnya menjadi anak-Nya. Ketika Elohim menyatakan tujuan-Nya bagi kita, kita dapat melihat panggilan kita.

Panggilan Elohim untuk setiap orang adalah apa yang Elohim secara berdaulat putuskan, atau pilih, untuk mereka jadi dan lakukan sebagai anak-Nya. Panggilan-Nya menyatakan kepada mereka sifat dasar dari pribadi rohani yang Dia maksudkan untuk mereka jadi. Panggilan Elohim tidak bergantung pada kapasitas-kapasitas alamiah yang berkaitan dengan identitas seseorang. Paulus menekankan bahwa unsur-unsur kompetensi alamiah yang dipercaya oleh manusia, bukanlah bagian dari pilihan atau putusan Elohim. Elohim telah memilih yang bodoh dan yang lemah untuk memalukan yang berhikmat dan yang kuat. Dia melakukan ini supaya kita akan bersukacita hanya dalam hidup-Nya, dan bukan dalam kekuatan daging kita.

Referensi Pembelajaran Lebih Lanjut Amsal Harian

Tit 3:4-5 1Kor 1:27 3. Matius 25:14-30 Ams a l 8

(9)

7

Selasa | Minggu 2

Memahami mina anda

Kita mengamati pengudusan seseorang ketika mereka mengekspresikan nama mereka sebagai anak Elohim. Masing-masing kita dilahirkan sebagai anak manusia, dan diberikan nama oleh orang tua kita. Akan tetapi, ini bukanlah nama kita sebagai anak Elohim. Sebelum penciptaan langit dan bumi, Bapa, Anak dan Roh Kudus mendiskusikan dan menamai setiap orang. Nama ini mendefinisikan siapa mereka seharusnya jadi dan pekerjaan yang mereka seharusnya lakukan. Ini semua tertulis dalam kitab kehidupan. Elohim dengan sangat hati-hati memikirkan setiap nama sehingga pemazmur menuliskan bahwa pikiran-pikiran-Nya untuk setiap orang adalah ‘lebih banyak daripada pasir’.

Seseorang menerima nama mereka oleh kasih karunia Bapa. Ini terjadi ketika mereka dilahirkan dari atas, dari benih yang tidak fana, menjadi anak-anak Bapa. Semua ini terjadi melalui iman dalam firman Elohim yang hidup dan yang kekal. Ketika nama mereka diberikan kepada mereka, nama ini menjadi milik kepunyaan pribadi mereka. Ini artinya mereka sekarang memiliki identitas mereka sendiri dan, yang penting, memiliki otoritas atau mandat, untuk mengekspresikan hidup mereka sebagai anak. Otoritas ini bukanlah nama mereka, tapi ini merupakan mandat untuk melakukan pekerjaan dari hidup mereka sebagai anak. Yesus menyamakan otoritas nama seseorang dengan mina yang telah diberikan kepada mereka untuk bermultiplikasi.

Dalam perumpamaan tentang mina, kita perhatikan bahwa masing-masing hamba menerima jumlah otoritas yang sama sebagai satu mina, yang melaluinya mereka mengekspresikan hidup mereka sebagai anak. Dalam hal ini, kita dapat melihat bahwa Elohim mengasihi dan menghormati masing-masing anak Elohim secara sama, meskipun pengudusan dari setiap anak adalah unik. Kita mulai mengerjakan otoritas dari nama kita ketika kita secara terus-menerus mempersembahkan diri kita untuk persekutuan. Dalam persekutuan, kita dapat membuktikan kehendak Elohim melalui persembahan dan bertumbuh dalam pengertian akan pengudusan dan pekerjaan kita.

Referensi Pembelajaran Lebih Lanjut Amsal Harian

Mzm 139:17-18 1Ptr 1:23 Lukas 19:11-27 Ams a l 9 Luk 10:19-20

Kis 28:3,5

4.

(10)

8

Rabu | Minggu 2

Memultiplikasi mina anda

Iman adalah kapasitas untuk mengerjakan otoritas dari nama seseorang dan, dengan demikian, memultiplikasi mina. Seperti yang Paulus jelaskan, ‘Tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Elohim. Sebab barangsiapa berpaling kepada Elohim, ia harus percaya bahwa Elohim ada, dan bahwa Elohim memberi upah kepada orang yang sungguh-sungguh mencari Dia.’ Seseorang menyenangkan/berkenan kepada Elohim dengan menjadi pribadi yang Dia namai untuk mereka jadi. Ini artinya mereka akan menerima upah mereka dalam langit yang baru dan bumi yang baru.

Ketika seseorang menerima nama mereka dari Bapa, mereka juga menerima ‘ukuran iman’ yang memampukan mereka untuk mengerjakan otoritas nama mereka. Kita melihat iman seseorang ketika mereka mempersembahkan diri mereka untuk melakukan pekerjaan yang berkaitan dengan nama mereka. Setiap kali mereka menerima firman dan menaatinya, iman terus datang kepada mereka, dari ‘iman kepada iman’. Seperti yang rasul Yakobus berikan kesaksian, ‘Aku akan menunjukkan kepadamu imanku dari perbuatan-perbuatanku (pekerjaanku)’. Pekerjaan ini disebut, ‘ketaatan iman’.

Ketika kita melakukan pekerjaan dari hidup kita sebagai anak dalam ketaatan iman, kita menunjukkan ‘kebenaran berdasarkan iman’. Ini dimulai dengan pengakuan iman. Sesungguhnya, pekerjaan pertama dari kebenaran berdasarkan iman adalah berkata-kata/berbicara. Mencari persekutuan, seseorang akan berbicara dalam otoritas nama mereka. Mereka tidak akan berelasi dengan orang lain untuk memperoleh peneguhan gambar yang mereka miliki untuk diri mereka sendiri. Melainkan, mereka akan mempercayakan diri mereka kepada Bapa, dan dapat mempercayai, dan secara terbuka bercakap-cakap dengan saudara-saudara dan saudari-saudari mereka dalam Kristus. Mereka dapat berbicara dalam kebenaran berdasarkan iman karena firman yang diberitakan kepada mereka sekarang ada di dalam mereka; ada dalam mulut mereka dan dalam hati mereka. Orang lain dapat memberi kesaksian terhadap iman mereka karena mereka mempersembahkan diri mereka untuk bersekutu sesuai dengan pengudusan mereka.

Referensi Pembelajaran Lebih Lanjut Amsal Harian

Ibr 11:56 Rm 12:3 Rm 1:5,17 Rm 10:6-8

(11)

9

Kamis | Minggu 2

Memahami talenta

Yesus mengajarkan bahwa kerajaan sorga ‘sama seperti seorang yang mau bepergian ke luar negeri, yang memanggil hamba-hambanya dan mempercayakan hartanya kepada mereka. Yang seorang diberikannya lima talenta, yang seorang lagi dua dan yang seorang lain lagi satu, masing-masing menurut kesanggupannya, lalu ia berangkat.’ Talenta adalah pemberian dari kasih karunia yang berasal dari Bapa, Anak dan Roh Kudus, dan diberikan oleh Kristus. Talenta merujuk kepada empat dimensi kasih karunia Elohim yang datang dari tangan Kristus. Keempat dimensi kasih karunia ini adalah firman, hidup, Roh dan kasih Elohim. Setiap anak Elohim menerima kasih karunia ini melalui pelayanan para utusan, yang ada dalam tangan Kristus sementara Dia berjalan di tengah-tengah gereja-gereja kaki dian-Nya. Kristus membagikan talenta kepada seseorang menurut kesanggupan mereka. Kesanggupan ini adalah ciri dari identitas seseorang, yang terus-menerus diregenerasi dan dibaharui oleh Roh Kudus. Sementara anak-anak bertumbuh, kesanggupan ini mulai terlihat, dan akan dikembangkan melalui pelatihan, dan diterapkannya disiplin. Akan tetapi, kesanggupan bukanlah talenta. Benar bahwa Kristus memberikan talenta kepada kita menurut kesanggupan. Tapi tidak setiap orang yang memiliki kesanggupan menerima beberapa talenta. Kegagalan untuk menyadari perbedaan antara kesanggupan dengan talenta telah menjadi sumber kebingungan dalam gereja. Kebingungan ini telah menimbulkan kelancangan dan korupsi di dalam jemaat-jemaat Kristen.

Seseorang menerima pemberian/karunia talenta dari Kristus setelah mereka dilahirkan dari Elohim, dan telah masuk ke dalam rumah Anak melalui baptisan. Yaitu, talenta diberikan kepada budak-budak kebenaran. Kehidupan mereka sebagai budak kepada Kristus menghasilkan pengudusan mereka sebagai anak Elohim. Ketika orang percaya berpartisipasi dalam persembahan Kristus sebagai anggota tubuh-Nya, mereka juga memultiplikasi kasih karunia kehidupan sebagai anak Elohim. Upah kekal atau kemuliaan mereka dalam langit yang baru dan bumi yang baru, bergantung pada sejauh mana talenta yang mereka terima pada masa ini dimultiplikasi.

Referensi Pembelajaran Lebih Lanjut Amsal Harian

Mat 25:14-15, 29 Why 1:20 Rm 6:19 2Tim 1:6

(12)

10

Jumat | Minggu 2

Penilaian yang sesuai iman

Prinsip penilaian yang sesuai iman terdapat dalam perkataan Paulus. ‘Janganlah kamu memikirkan hal-hal yang lebih tinggi dari pada yang patut kamu pikirkan, tetapi hendaklah kamu berpikir begitu rupa (terj. Bhs. Inggris ‘to have sound [or sober] judgement’ artinya ‘memiliki penilaian yang sesuai iman’), sehingga kamu menguasai diri menurut ukuran iman, yang dikaruniakan Elohim kepada kamu masing-masing.’ Seseorang yang telah menerima suatu ukuran iman, menunjukkan bahwa mereka hidup oleh iman ketika mereka mempersembahkan diri mereka untuk bersekutu, sesuai dengan pengudusan mereka. Ini adalah orang yang melihat diri mereka dan orang lain dengan penilaian yang sesuai iman. Mereka tidak berpikir lebih tinggi atau lebih rendah tentang diri mereka dari apa yang patut mereka pikirkan. Sebaliknya, oleh Roh, mereka mengusir imajinasi-imajinasi dan pemikiran-pemikiran yang tinggi yang mereka miliki tentang diri mereka sendiri. Daripada mengejar suatu gambar alternatif tentang diri mereka sendiri atau pelayanan mereka sendiri, mereka menawan setiap pikiran tentang siapa mereka dan bagaimana mereka berfungsi, kepada ketaatan Kristus. ‘Penawanan kepada ketaatan Kristus’ menggambarkan kehidupan kita sebagai budak di dalam rumah Anak. Kehidupan sebagai budak ini menghasilkan pengudusan kita sebagai anak-anak Elohim. Kita dapat memikirkan penilaian yang sesuai iman sebagai ‘mengakui tubuh Kristus dengan benar’ dan partisipasi kita di dalam tubuh-Nya. Ketika kita tidak mengakui tubuh Kristus dari dasar pengudusan, kita menjadi lemah dan sakit, dan bahkan mati sebelum waktu kita.

Sangat luar biasa untuk kita memperhatikan bahwa Tuhan telah memberikan kepada setiap kita segala yang berguna untuk hidup dan kesalehan. Ini artinya Dia telah melahirkan kita sebagai anak Elohim, dan memberikan kepada kita iman dan kasih karunia, yang diperlukan untuk memenuhi pekerjaan hidup sebagai anak yang Dia telah tentukan sejak semula untuk kita. Ini menimbulkan ucapan syukur dan keyakinan yang besar! Kesaksian kita dapat menjadi ekspresi dari anak Elohim yang bergembira dalam pencapaian hidup kita sebagai anak melalui setiap musim kehidupan. Ini karena kita sedang membuat panggilan dan pilihan kita pasti, dan karena kasih yang semula adalah konteks kehidupan kita.

Referensi

2Kor 10:4-5 1Kor 11:29 2Ptr 1:3 1Ptr 1:13 1Ptr 5:8 Tit 2:11-12

Pembelajaran Lebih Lanjut Roma 12

Amsal Harian Ams a l 12

(13)

11

Senin | Minggu 3

Elohim telah menamai setiap orang

Raja Daud kagum ketika dia memperhatikan pemikiran-pemikiran Yahweh terhadapnya. Pemikiran-pemikiran itu lebih banyak dari pasir di bumi. Bahkan, sebelum dunia diciptakan, Elohim Bapa, Elohim Anak dan Roh Kudus menuliskan pemikiran-pemikiran Mereka yang tak terhitung tentang setiap orang sebagai ‘nama’ dalam kitab kehidupan. Tentu saja, nama ini bukanlah sebutan yang diberikan kepada seorang bayi oleh orang tua mereka di bumi. Sebaliknya, nama Yahweh untuk setiap orang mendefinisikan kehendak sempurna-Nya untuk hidup mereka. Tuhan memanggil setiap orang dengan nama unik mereka, dan mengundang mereka untuk merangkul tujuan-Nya untuk kehidupan mereka dengan menjadi anak Elohim. Dia melakukan ini dengan memberitakan injil dan pekerjaan Roh Kudus. Titik mulai untuk memenuhi kehendak Elohim adalah memahami dan menerima nama yang telah ditentukan sejak semula yang Dia tetapkan untuk kita.

Alkitab menggunakan istilah ‘pengudusan’ untuk menggambarkan seorang Kristen yang memenuhi kehendak Elohim untuk hidup mereka, sesuai dengan nama mereka. Seorang Kristen mengekspresikan pengudusan mereka melalui ketaatan iman mereka, persembahan mereka, dan kasih mereka untuk tubuh Kristus. Hasilnya bagi orang-orang yang hidup dalam pengudusan adalah hidup yang kekal. Cerita Alkitab tentang Kain dan Habel menyoroti dua respon berlawanan terhadap panggilan Tuhan. Saudara yang satu, Habel, menerima nama dan pengudusan hidupnya dengan ketaatan kepada firman Elohim. Di sisi lain, Kain menolak namanya, meninggalkan persekutuan dengan Elohim, dan hidup menurut keinginan dagingnya. Pelajaran yang kita pelajari dari cerita tentang Kain dan Habel berlaku untuk setiap orang. Kita dapat memikirkan Kain dan Habel sebagai dua orang dewasa muda yang menegosiasikan tradisi-tradisi dan budaya keluarga mereka, memutuskan apakah mereka akan menghormati kebapaan Elohim terhadap mereka, dan memilih apakah akan menerima atau tidak menerima nama yang Dia tetapkan untuk mereka.

Referensi Pembelajaran Lebih Lanjut Amsal Harian

Why 13:8 1Ptr 1:12 Mazmur 139 Amsal 15

Yes 40:26 Yes 45:4

Yoh 1:12 Rm 6:22

(14)

12

Selasa | Minggu 3

Dua anak

Ketika Adam dan Hawa makan dari pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat, mereka mencari sumber hidup alternatif terhadap firman Elohim. Mereka ingin menjadi seperti Elohim, menghakimi/menilai yang baik dan yang jahat, dan mendefinisikan tujuan hidup mereka sendiri. Akan tetapi, pengetahuan yang dicuri itu menjadi hukum yang berlawanan di dalam mereka, hanya meyakinkan mereka bahwa keinginan-keinginan yang egois dari daging mereka adalah ‘baik’. Motivasi kedagingan ini memutuskan hubungan mereka dengan Elohim, yang adalah Roh, dan merusak kapasitas mereka untuk melihat diri mereka sendiri, satu sama lain, dan dunia di sekitar mereka, menurut terang firman Elohim.

Kita membaca dalam kitab Kejadian bahwa, setelah Adam dan Hawa diusir dari taman Eden, ‘mengandunglah perempuan itu, lalu melahirkan Kain; maka kata perempuan itu: "Aku telah mendapat seorang anak laki-laki dengan pertolongan Tuhan."’ Tidak lama kemudian, dia melahirkan adik Kain, Habel. Sebagai akibat dari kejatuhan, Kain dan Habel dilahirkan dengan hukum ‘lain’ bekerja dalam hati mereka, memotivasi mereka untuk mengejar keinginan daging mereka. Ini terjadi pada setiap orang yang lahir sejak kejatuhan.

Habel adalah seorang gembala kambing domba, tapi Kain, sama seperti ayahnya Adam, adalah seorang petani. Setelah beberapa waktu lamanya, Kain membawa persembahan dari hasil tanah itu kepada Tuhan. Habel, dalam bagiannya, juga membawa anak sulung dari kambing dombanya dan lemak-lemaknya. Persembahan adalah cara yang melaluinya seseorang bertemu Elohim, membuktikan kehendak-Nya, dan menerima instruksi mengenai nama mereka yang telah ditentukan sejak semula. Rasul Paulus mengatakan kepada jemaat Korintus bahwa pekerjaan masing-masing orang dinyatakan oleh persembahan. Ketika kita membuat persembahan, kita mengundang Tuhan untuk berbicara kepada kita. Firman-Nya mengundang kita masuk ke dalam persekutuan supaya kita dapat menjadi murid dan hidup sesuai dengan kehendak-Nya.

Referensi Pembelajaran Lebih Lanjut Amsal Harian

Rm 12:1 1Kor 3:13 Mal 3:10 Za 13:9 5. Kejadian 4 Ams a l 16 1Ptr 1:7

(15)

13

Rabu | Minggu 3

Mengapa wajahmu muram?

Tuhan menerima persembahan Habel karena persembahannya menunjukkan imannya dalam nama yang Elohim telah berikan kepadanya. Ketika Tuhan tidak mengindahkan persembahan Kain, dia menjadi marah dan mukanya muram. Persembahan Kain adalah buah/hasil pekerjaan yang dia telah pilih untuk dirinya sendiri. Menjadi petani adalah suatu proyeksi bagi Kain, karena ini adalah mandat Adam, bukan mandatnya. Suatu proyeksi adalah gambar kebenaran sendiri yang kita pegang untuk diri kita sendiri. Ini bukanlah siapa yang Elohim telah ciptakan untuk kita jadi.

Kain secara otomatis memilih tradisi keluarga dengan mengejar mandat ayahnya untuk berkuasa atas ciptaan. Dia menjadi marah karena dia ingin melayani penetapannya sendiri, dan bukan melayani Elohim. Dia menuntut supaya Elohim menerima persembahan dari dasar hukum lainnya sendiri, dan menerima gambar yang dia proyeksikan. Ketika muka atau ‘wajah’ Kain muram, ini menyoroti bahwa kapasitasnya untuk bertemu, dan ditemui orang lain, terhalang oleh karena gambar yang salah/palsu yang dia pegang untuk dirinya sendiri.

Meskipun demikian, Tuhan tetap mengusahakan hubungan dengan Kain dengan menyampaikan firman-Nya kepada Kain. Yahweh mengatakan, ‘Mengapa hatimu panas dan mukamu muram? Apakah mukamu tidak akan berseri, jika engkau berbuat baik? (terj. Bhs. Ing. ‘If you do well, shall you not be accepted?’ artinya ‘Jika engkau berbuat baik, bukankah engkau akan diterima?’)’ Ini seharusnya membawakan kelegaan besar bagi Kain. Tuhan meyakinkan dia bahwa jika dia menerima firman-Nya dan membawa persembahan sesuai dengan namanya, maka dia akan diterima oleh Elohim. Tuhan selanjutnya menolong Kain dengan menarik perhatiannya kepada adanya hukum lain yang bekerja dalam tubuhnya. Elohim mengatakan, ‘Tetapi jika engkau tidak berbuat baik, dosa sudah mengintip di depan pintu; ia sangat menggoda engkau, tetapi engkau harus berkuasa atasnya.’ Hukum lain yang beroperasi di dalam hati Kain, akan menjadi pintu masuk bagi dosa jika dia gagal sehubungan dengan pengudusan.

Referensi Pembelajaran Lebih Lanjut Amsal Harian

Ibr 11:4 Kej 1:28-30 Kej 4:5-7 Bil 3:12 Kej 2:15 Maleakhi 3 Ams a l 17

(16)

14

Kamis | Minggu 3

Di manakah saudaramu?

Setelah Elohim menasihati Kain untuk membuat persembahan yang berkenan, Kain mencari persekutuan dengan saudaranya. Habel memiliki karunia nubuatan dan dapat membantu Kain memahami firman Elohim, tapi Kain tidak dapat menerima saudaranya yang lebih muda. Kain memandang Habel sebagai sumber yang dapat menolong dia untuk membuat Elohim menerima keduniawiannya. Dengan kata lain, dia sama sekali tidak memperhatikan nasihat nubuatan Habel. Dia hanya bersedia untuk menerima Habel, jika Habel mendukung proyeksinya. ‘Ketika mereka ada di padang, tiba-tiba Kain memukul Habel, adiknya itu, lalu membunuh dia.’ Kain menolak untuk melepaskan penetapan dirinya sendiri, dan hukum lainnya membuat dia ‘membunuh utusan’.

Setelah pembunuhan Habel, Tuhan mengatakan kepada Kain, ‘Di mana Habel, adikmu itu?’ Dan Kain menjawab, ‘Aku tidak tahu! Apakah aku penjaga adikku?’ Tentu saja, Elohim tahu tentang kematian Habel. Bahkan setelah Kain melakukan pembunuhan pertama dalam sejarah, Tuhan memberikan kepadanya suatu kesempatan untuk membuat respon yang menunjukkan penyesalan dan takut akan Elohim. Sayangnya, jawaban Kain menyatakan tidak adanya kasih yang semula di dalam dirinya. Dia tidak dapat memahami bahwa memperhatikan Habel, apalagi menghargai kehidupan Habel, dapat lebih penting daripada nama palsu yang dia ingin proyeksikan.

Tuhan mengatakan, ‘Apakah yang telah kauperbuat ini? Darah adikmu itu berteriak kepada-Ku dari tanah. Maka sekarang, terkutuklah engkau, terbuang jauh dari tanah yang mengangakan mulutnya untuk menerima darah adikmu itu dari tanganmu. Apabila engkau mengusahakan tanah itu, maka tanah itu tidak akan memberikan hasil sepenuhnya lagi kepadamu; engkau menjadi seorang pelarian dan pengembara di bumi.’ Saat itulah Kain berseru kepada Tuhan, ‘Hukumanku itu lebih besar dari pada yang dapat kutanggung!’ Yang mengherankan, seruan Kain itu bukan karena terputusnya dia dari penentuan ilahi yang sejak semula, juga bukan karena hilangnya hidup Habel. Sebaliknya, Kain cemas karena penghakiman Elohim akan menghalangi kapasitasnya untuk memenuhi proyeksi palsu yang dia berhalakan.

Referensi Pembelajaran Lebih Lanjut Amsal Harian

Kej 4:8-9,13 Matius 22:1-14 Ams a l 18

Mzm 10:13-14 Ams 28:3 Yoh 8:44

(17)

15

Jumat | Minggu 3

Kebapaan dari Elohim

Surat Yudas meneguhkan bahwa ‘jalan yang ditempuh Kain’ memimpin kepada kebutaan rohani dan kebinasaan kekal. Keadaan buruk Kain dimulai ketika dia menolak nama dan pekerjaan yang Elohim telah tentukan sejak semula bagi dia. Ketika Kain pergi dari hadirat Tuhan dan tinggal di tanah Nod, dia meninggalkan kebapaan Elohim, dan melanggar batas-batas penentuannya sejak semula. Alkitab menginstruksikan orang-orang percaya untuk tidak ‘memindahkan batas tanah yang lama, dan memasuki ladang anak-anak yatim’. Kita belajar dari contoh Kain betapa pentingnya bagi semua orang percaya untuk memahami dan menerima kebapaan Elohim.

Cerita tentang Kain dan Habel menyatakan hati Elohim untuk bertemu dengan setiap orang. Dia ingin memiliki hubungan dengan setiap orang seperti bapa dengan anak. Tidak seperti Adam, yang memiliki satu Bapa, Kain memiliki baik bapa di bumi maupun Bapa sorgawi. Kain perlu membangun hubungan pribadi dengan Elohim melalui persembahan. Ini berlaku untuk anak-anak dari rumah tangga-rumah tangga perjanjian, rumah tangga-rumah tangga duniawi, dan rumah tangga-rumah tangga yang tidak percaya. Kita ingat firman dalam kitab Ibrani, ‘Dari ayah kita yang sebenarnya kita beroleh ganjaran (disiplin), dan mereka kita hormati; kalau demikian bukankah kita harus lebih taat kepada Bapa segala roh, supaya kita boleh hidup?’

Persembahan Kain merupakan tindakan dari ritual agama. Dia bukan mempersembahkan untuk membuktikan kehendak Elohim; dia mempersembahkan supaya Elohim mau menerima dan memberkati upaya kedagingannya. Dengan cara ini, Kain sama seperti banyak orang agamawi saat ini. Dia menyukai gagasan untuk diterima oleh Elohim, tapi tidak mau menyerahkan haknya untuk mendefinisikan diri sendiri. Kita membaca dalam kitab Ibrani, ‘Karena iman Habel telah mempersembahkan kepada Elohim korban yang lebih baik dari pada korban Kain. Dengan jalan itu ia memperoleh kesaksian kepadanya, bahwa ia benar’. Korban persembahan Habel menyatakan keinginannya yang tulus untuk mengenal Tuhan dan memenuhi kehendak-Nya; sedangkan, persembahan Kain adalah duniawi dan tanpa iman. Dia berpikir bahwa dia dapat menangkap hukum Elohim mengenai persembahan, sementara pada saat yang sama, hidup oleh motivasi-motivasinya yang berpusat pada diri sendiri.

Referensi Pembelajaran Lebih Lanjut Amsal Harian

Yud 1:10-11 Ibr 12:9 Kej 4:3-5 6. Ams 23:10 Ibr 11:4 7. 2 Petrus 2 Ams a l 1 9

(18)

16

Senin | Minggu 4

Persembahan duniawi/kedagingan

Kain sepertinya menganggap dirinya sangat berhasil ketika dia mempersembahkan hasil dari tanah. Dia telah menaklukkan tanah, yang dikutuk oleh karena Adam, dengan membawa tuaian yang berlimpah. Kita bisa membayangkan reaksinya ketika Elohim tidak mengindahkan persembahannya. Kata Ibrani yang diterjemahkan ‘mengindahkan’ artinya ‘menatap’. Elohim tidak begitu melihat persembahan Kain. Akibatnya, Kain tersandung dan menjadi marah karena penolakan Elohim untuk menerima persembahannya mengabaikan susah payah yang diperlukan untuk menghasilkannya, dan proyeksi yang dinyatakan oleh persembahan itu. Tuhan tidak tertarik dengan persembahan Kain karena itu bukan ekspresi dari nama dan penentuannya sejak semula. Dalam Injil Matius, Yesus menyoroti bahwa skenario ini akan menjadi umum bagi orang Kristen duniawi/kedagingan. Dia memperingatkan bahwa banyak orang akan beranggapan memanggil Dia, ‘Tuhan’, tapi menolak untuk melakukan kehendak Bapa. Mereka akan berbicara tentang segala sesuatu yang mereka telah lakukan dalam nama Yesus, tapi Tuhan tidak mengindahkan persembahan mereka dan, pada akhirnya, akan berkata kepada mereka, ‘Aku tidak pernah mengenal kamu!’ Ketika Kain menolak kebapaan Elohim, dia menolak namanya sendiri. Firman Elohim memiliki kapasitas untuk membereskan hukum ‘lain’ Kain dan meregenerasi identitas kejatuhannya. Yahweh menasihati Kain, demikian, ‘Tetapi jika engkau tidak berbuat baik, dosa sudah mengintip di depan pintu; ia sangat menggoda engkau, tetapi engkau harus berkuasa atasnya.’ Ketika Kain menolak untuk didisiplin oleh firman ini, hukum lainnya membawa dia ke dalam penawanan kepada dosa. Rasul Yohanes menulis tentang orang-orang percaya yang menerima dan menaati firman Elohim, demikian, ‘Kita tahu, bahwa kita berasal dari Elohim dan seluruh dunia berada di bawah kuasa si jahat.’ Yohanes mengatakan bahwa jika kita tidak hidup oleh iman dalam firman, kita duniawi dan berada di bawah kuasa si jahat.

Referensi Pembelajaran Lebih Lanjut Amsal Harian

Kej 3:17 1Yoh 5:19 2Kor 4:3-4 Ibr 12:6 1Yoh 3:12 Matius 7 Ams a l 22

(19)

17

Selasa | Minggu 4

Persembahan menghancurkan cara-cara yang turun-temurun

Kain adalah seorang dewasa muda ketika Tuhan mengusahakan untuk membangun hubungan pribadi dengan dia, terpisah dari orang tuanya. Kita ingat bahwa Yesus menggambarkan dampak injil atas suatu rumah tangga, sebagai firman yang memotong setiap anggota keluarga kepada pengudusan individu mereka. Dia juga berbicara tentang harga dari pemuridan, demikian, ‘Barangsiapa mengasihi bapa atau ibunya lebih dari pada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku.’ Hal ini merupakan krisis utama bagi Kain karena dia ingin terus melakukan pekerjaan ayahnya sebagai seorang petani, dan tidak menerima firman Elohim mengenai nama dan pekerjaannya sendiri. Kegagalan Kain sehubungan dengan pengudusannya terjadi karena dia menolak namanya dan kebapaan Elohim dan, sebaliknya secara otomatis memilih tradisi keluarga. Kita mengamati adanya komitmen yang tidak dapat dihindari dari seorang murid Kristen untuk menjawab dan membuktikan, melalui persembahan, panggilan Elohim atas hidup mereka, bukannya terus menjalankan tradisi keluarga mereka. Seorang Kristen harus ‘lebih taat kepada Bapa segala roh’, namun, juga menghormati orang tua mereka di bumi.

Ketika seseorang membuat persembahan oleh iman, mereka menunjukkan keinginan mereka untuk tunduk kepada Bapa sorgawi. Ketaatan yang terus-menerus membuat iman berdiam dalam hati orang percaya. Iman memotivasi anak Elohim untuk terus mempersembahkan diri mereka dengan melakukan pekerjaan hidup sebagai anak yang Elohim telah persiapkan untuk mereka. Seorang Kristen yang memiliki iman untuk berpartisipasi dalam proses persembahan akan memiliki pengakuan yang penuh sukacita, ‘Ya Abba, ya Bapa!’ Roh mereka akan memberi kesaksian dalam Roh Kudus bahwa mereka adalah anak Elohim, secara bertahap memperoleh berkat hidup sebagai anak.

Hasilnya bagi seorang Kristen yang mengesahkan nama mereka melalui persembahan, adalah pembaharuan pikiran mereka secara terus-menerus. Keyakinan mengenai siapa mereka sebagai anak dalam rumah Elohim menggantikan, atau memperbaharui, aspek-aspek dan mekanisme hidup mereka yang sesuai dengan budaya-budaya kejatuhan. Dengan cara ini, proses persembahan membebaskan seorang Kristen dari ikatan cara-cara yang turun-temurun dan tradisi-tradisi keluarga yang sebaliknya akan berperang melawan pengudusan individu mereka.

Referensi Pembelajaran Lebih Lanjut Amsal Harian

Mat 10:34-37 2Kor 4:13 Ibr 12:9 Rm 8:15 Lukas 21 Ams a l 23 Rm 12:1 9.

(20)

18

Rabu | Minggu 4

Persembahan yang berkenan

Kain benar-benar berpikir bahwa persembahannya ‘baik’. Tapi dasar pendapatnya adalah gambar yang diproyeksikan tentang dirinya sendiri yang dia telah ciptakan dengan menggunakan pengetahuan yang baik dan yang jahat. Persepsinya tentang yang ‘baik’ dirusak oleh hukum lain yang bekerja dalam hatinya. Alkitab meneguhkan bahwa ‘semua orang telah menyeleweng ... tidak ada yang berbuat baik.’ Ada perbedaan besar antara gagasan-gagasan ‘baik’ seseorang tentang persembahan, dengan persembahan yang berkenan/diterima. ‘Baik’ yang benar tidak ada di luar kehendak Elohim. Meskipun Kain percaya bahwa persembahannya, dan kerja keras yang diperlukan untuk menghasilkannya, adalah ‘baik’, persembahan itu tidak berkenan/diterima karena itu bukanlah hasil dari nama dan pekerjaannya yang telah ditentukan sejak semula.

Jika Tuhan tidak menerima persembahan kita, kita perlu bertanya, ‘Mengapa?’ bukannya menjadi tersandung. Ini memerlukan persekutuan dan iluminasi rohani. Secara praktis, ada banyak cara dimana poin ini dapat diaplikasikan dalam kehidupan kita. Sebagai contoh, seseorang mungkin bercita-cita untuk menulis nyanyian-nyanyian yang akan memberkati Tuhan dan jemaat lokal mereka. Mereka bahkan mungkin menghabiskan berjam-jam bergulat dengan lirik, melodi dan perpaduan nada-nada. Akan tetapi, jika menyusun musik bukanlah ekspresi yang asli dari nama seseorang, atau jika nyanyian-nyanyian itu tidak diinspirasikan oleh Tuhan, itu akan menjadi pekerjaan yang sia-sia/mati.

Lebih lanjut lagi, persembahan memiliki realitas lokasi juga. Area-area pelayanan dan persembahan di dalam jemaat perjamuan kudus dengan tiga ratus orang akan berbeda dengan area-area persembahan yang dibutuhkan dalam jemaat dengan tiga puluh orang. Contoh-contoh ini menyoroti bahwa persembahan bukanlah upacara agamawi, atau proses mekanistik. Persembahan yang berkenan/diterima harus dimotivasi oleh iman yang tulus dalam firman tentang hidup sebagai anak, dan menjadi hasil dari hubungan yang murni dari seorang percaya dengan Elohim. Persembahan juga harus merefleksikan iman dan penundukan mereka kepada konteks geografis dan relasi yang di dalamnya Elohim telah menanamkan mereka.

Referensi Pembelajaran Lebih Lanjut Amsal Harian

Rm 3:12 Rm 7:18-20 1Ptr 2:5 Mrk 10:18 Yes 64:6 Ef 5:8-10 10. Yakobus 1 Ams a l 24

(21)

19

Kamis | Minggu 4

Persembahan membutuhkan persekutuan

Tuhan berbicara kepada gereja-Nya saat ini melalui administrasi yang melayani firman, kasih karunia dan penyelarasan-Nya kepada setiap anak Elohim. Mempersembahkan dan berelasi di dalam gereja menghubungkan seorang percaya dengan administrasi Kristus, dan memampukan mereka untuk membuktikan kehendak Elohim yang baik, berkenan dan sempurna. Persembahan seseorang merefleksikan kondisi hati mereka, sikap-sikap mereka dan pengertian mereka tentang pengudusan mereka. Inilah mengapa proses persembahan, dan termasuk persekutuan, dapat membuat seseorang merasa disingkapkan. Gagasan-gagasan mereka tentang siapa mereka, cita-cita masa depan mereka, serta budaya-budaya dan tradisi-tradisi keluarga mereka dinyatakan oleh sifat dari persembahan mereka. Oleh karena itu, Alkitab mendorong setiap orang percaya untuk hidup oleh iman, dan menolak untuk mundur dalam rasa malu ketika terang persekutuan mengidentifikasi kebiasaan-kebiasaan dan proyeksi-proyeksi kejatuhan. Tuhan ‘tidak berkenan’ kepada orang yang mengundurkan diri dari Dia, karena seseorang mengundurkan diri ketika mereka tidak dapat menyerahkan kontrol hidup mereka, atau proyeksi-proyeksi mereka. Cita-cita pribadi, budaya turun-temurun, atau kewajiban relasi apapun yang membuat mereka malu, merahasiakan dan menarik diri dari persekutuan, bukanlah dari Elohim.

Penting untuk menyadari bahwa bekerjanya administrasi-administrasi Kristus mencakup hubungan-hubungan yang nyata dengan saudara-saudara dan saudari-saudari kita dalam Kristus. Ada bapa-bapa rohani dalam iman yang berkomitmen untuk memelihara kodrat ilahi Elohim dalam hati orang-orang percaya. Dan ada para penilik, para diaken serta saudara-saudara buah sulung yang menerima dan mengatur persembahan kita. Persekutuan praktis yang berkaitan dengan persembahanlah yang membuat ketersandungan Kain menjadi terlihat. Respon-respon duniawi/kedagingan seperti, ‘Saya ingin membuat persembahan, tapi tidak seorangpun akan mengatakan kepada saya bagaimana melakukannya’, atau ‘Persembahan saya adalah antara saya dengan Elohim’, telah membuat banyak orang percaya menempuh jalan Kain. Bukti bahwa seseorang sungguh-sungguh memiliki iman untuk membuat persembahan yang berkenan adalah mereka dengan

mudah dan tenang berpartisipasi dalam persekutuan.

Referensi

Rm 12:1-2 Ibr 10:25,38 Mzm 44:18 Ams 14:14 1Yoh 5:16

Pembelajaran Lebih Lanjut Imamat 1

Amsal Harian Ams a l 25

(22)

20

Jumat | Minggu 4

Daging atau roh

Ada dua cara meresponi panggilan kita – oleh Roh atau oleh daging. Ketika kita meresponi panggilan kita oleh Roh, kita hidup sebagai anak-anak Elohim yang rohani. Ketika kita meresponi panggilan kita oleh daging, kita hidup sebagai anak-anak duniawi/kedagingan. Alternatif terhadap menjadi siapa yang Elohim telah panggil untuk kita jadi adalah mencoba menjadi apapun yang kita ingin jadi. Dalam kitab Galatia, rasul Paulus menyoroti perbedaan antara hidup oleh Roh dengan hidup oleh daging. Untuk mengilustrasikan maksudnya, Paulus membandingkan sifat dasar dari kelahiran Ismael dengan Ishak. Ismael menggambarkan daging dan yang dilahirkan dari perempuan yang menjadi hambanya, sementara Ishak menggambarkan Roh dan yang dilahirkan dari perempuan yang merdeka.

Jelas, Ismael tidak memahami panggilan dan pengudusan. Pada usia tujuh belas tahun, dia mengolok-olok saudaranya yang berusia tiga tahun pada perjamuan besar untuk merayakan musim pertumbuhan dalam kehidupan Ishak. Karena Ismael tidak hidup dalam pengudusannya sendiri, dia tidak dapat menghormati pengudusan Ishak. Olok-olok Ismael adalah penganiayaan benih perjanjian yang dalamnya semua bangsa di bumi akan diberkati. Olok-olok Ismael menunjukkan bahwa dia telah menetapkan dirinya untuk menentang Roh.

Ismael tidak melihat dirinya atau orang lain, dengan penilaian yang sesuai iman. Bukannya mengizinkan Roh Kudus memberikan dia kapasitas untuk mengasihi, menghormati dan menghargai orang lain, pemusatan pada dirinya sendiri membuat dia membandingkan, berkompetisi, iri hati, konflik dan merasa terasing. Tanpa kapasitas untuk mengasihi, dan tidak ada jalan untuk berdamai dengan ‘perasaan’-nya, Ismael menentang Roh. Ketika kita hidup menurut daging, terikat oleh pemusatan pada diri sendiri, kita menyakiti orang lain. Jelas bahwa, ketika Ismael mengolok-olok Ishak, dia tidak berbicara dari roh iman. Perkataannya menunjukkan bahwa dia telah menyerahkan dirinya kepada emosi-emosi daging, dan bahwa dia berseteru dengan hal-hal yang dari Roh.

Referensi Pembelajaran Lebih Lanjut Amsal Harian

Kej 21:1-2,9 2Tes 2:10 Gal 6:8 Rm 12:3 Rm 8:5 Galatia 4 Ams a l 26

(23)

21

Senin | Minggu 5

Cara Ismael dibesarkan

Sebelum kelahiran Ismael, ibunya, Hagar, telah meninggalkan rumah Abraham karena dia diperlakukan dengan tidak baik oleh Sara. Akan tetapi, malaikat Tuhan menjumpai Hagar dan menginstruksikan dia untuk kembali ke rumah Abraham dan tunduk kepada otoritas Sara. Tuhan memberikan janji kepadanya, demikian, ‘Elohim telah mendengarmu’. Janji ini seharusnya diteruskan kepada Ismael, yang namanya berarti, ‘Elohim mendengar’. Hagar seharusnya kembali ke rumah Abraham dan tunduk kepada keibuan Sara demi Ismael.

Bukannya hidup dalam penundukan dan pengudusan, Hagar menjadi ibu dari budaya-budaya Mesir dalam kehidupan Ismael. Ini adalah budaya-budaya yang merendahkan umat Elohim. Bukannya membesarkan dia sebagai orang muda yang ‘Elohim dengar’, Hagar malah membesarkan Ismael sebagai keledai liar yang tangannya melawan tiap-tiap orang. Ismael merendahkan budaya ilahi dan mengolok-olok perjanjian, janji-janji, dan orang yang lahir dari Roh. Perkataan Ismael menunjukkan bahwa dia dalam perbudakan kepada rasa takut.

Ismael, yang disunat pada usia tiga belas tahun, pada hari yang sama dengan Abraham, tidak menunjukkan iman terhadap sunatnya. Akibatnya, tidak ada ‘menanggalkan kedagingan’ yang nyata dalam hidupnya. Paulus menyamakan kelahiran Ismael dan keibuan Hagar dengan gunung Sinai, di mana bangsa Israel mengatakan, ‘Semua yang Engkau katakan, akan kami lakukan’. Tapi mereka tidak memegang hukum itu, dan mereka juga tidak dapat menurutinya. Respon mereka duniawi/kedagingan. Bahkan, mereka merupakan seteru terhadap apa yang Elohim telah katakan, karena pikiran mereka tertuju pada hal-hal yang dari daging.

Baptisan menyatukan kita kepada sunat Kristus yang ‘dilakukan bukan oleh tangan manusia’ dan diaplikasikan kepada hati kita. Ketika tidak ada iman untuk berjalan/hidup dalam baptisan kita, hukum lain berkuasa dalam hidup kita. Sebagai akibatnya, kita ditawan oleh firman yang lain. Hal ini merampas kita dari kesederhanaan yang berasal dari kesetiaan yang sejati/murni kepada Kristus dan, sebaliknya, kita ditimpa oleh kerumitan, ketakutan dan rasa tidak aman.

Referensi Pembelajaran Lebih Lanjut Amsal Harian

Kol 2:8 Rm 2:29 Gal 4:29 Kol 2:11-12 Kel 19:8 Rm 8:7 Kejadian 16 Ams a l 29

(24)

22

Selasa | Minggu 5

Ismael tidak berdoa ataupun mempersembahkan

Nama Ismael artinya, ‘Elohim mendengar’. Ini adalah janji dari Elohim. Ismael seharusnya dapat membawa segala sesuatu kepada Elohim dalam doa; akan tetapi, jelas bahwa Ismael bukan seorang muda yang berdoa. Akibatnya, Ismael tidak dapat mengasihi saudaranya karena, di antara hal-hal lain, dia tidak mencari Tuhan di tempat rahasia. Lebih lanjut lagi, dia tidak membereskan kecenderungan-kecenderungan dagingnya dan, oleh karena itu, tidak menemukan tempat untuk pertobatan, ataupun iman untuk persembahan. Tidak seperti ayahnya, Abraham, Ismael tidak mau tunduk kepada penderitaan dalam rumah iman yang melambangkan persekutuan dalam persembahan.

Abraham menyampaikan firman iman kepada Ishak, ketika dia mengatakan, ‘Elohim yang akan menyediakan anak domba untuk korban bakaran bagi-Nya.’ Ketika kita bersatu dengan persekutuan iman sesuai dengan pengudusan kita, kita juga menerima iman Abraham dan Ishak, kita tahu bahwa Elohim telah menyediakan bagi kita Anak Domba – Yesus Kristus. Iman kita untuk persekutuan menyatukan kita kepada persembahan Yesus Kristus dan kepada persekutuan penderitaan-Nya.

Meskipun Elohim telah memerintahkan Abraham untuk mengorbankan Ishak, Ishak bukanlah korban. Namun, Ismael dan Hagar melihat diri mereka sebagai korban. Seseorang yang tidak membereskan masalah hukum lain, akan melihat dirinya sebagai korban ketika cara hidup pilihan mereka diperiksa oleh Tuhan. Penyelarasan hanya akan memperkuat persepsi mereka, membuat mereka membenarkan posisi mereka, bukan sebagai anak, tapi sebagai korban.

Setelah menerima perintah dari Elohim, Abraham melanjutkan dalam ketaatan iman, memanggil Ishak untuk melakukan perjalanan dengan dia. Ishak memiliki ‘iman yang sama seperti Abraham’, memampukan dia untuk berlanjut dalam ketaatan iman. Ketaatan iman dan kesederhanaan merupakan sifat dasar dari persekutuan mereka sementara keduanya berjalan dan menyembah bersama. Penyembahan kita adalah mempersembahkan diri kita kepada Elohim sebagai korban persembahan yang hidup, sesuai dengan pengudusan kita.

Referensi Pembelajaran Lebih Lanjut Amsal Harian

Flp 4:6-7 1Tes 4:3 Rm 12:1-2 2Kor 4:13 Kejadian 22 Ams a l 30 2Ptr 1:1 1.

(25)

23

Rabu | Minggu 5

Tidak ada panggilan yang lebih tinggi

Tidak ada panggilan yang lebih tinggi dalam kehidupan ini selain daripada panggilan untuk menjadi anak Elohim. Yohanes menyoroti ini, ketika dia mengatakan, ‘Lihatlah, betapa besarnya kasih yang dikaruniakan Bapa kepada kita, sehingga kita disebut anak-anak Elohim, dan memang kita adalah anak-anak-anak-anak Elohim.’ Meskipun kita semua dipanggil untuk menjadi anak-anak Elohim, hanya anda yang dapat menjadi anak yang Elohim tentukan sejak semula untuk anda jadi. Ada firman kebenaran yang merupakan bagian dari masing-masing pribadi. Firman itu adalah pengudusan mereka. Tanpa pengudusan, kita tidak bisa menjadi anak yang Elohim tentukan sejak semula untuk kita jadi. Satu-satunya alternatif adalah membuat ‘gambar’ untuk diri kita, dan memproyeksikan kepada orang lain siapa kita ingin jadi, atau siapa kita pikir tentang diri kita. Proyeksi seperti itu tidak sesuai dengan firman kebenaran Elohim untuk kita. Dengan demikian, kita menghidupi dusta yang dibapai oleh setan.

Rasul Petrus menasihati kita untuk ‘berusaha sungguh-sungguh (semakin rajin)’ supaya panggilan dan pilihan kita makin teguh/pasti. Kerajinan adalah ‘sebuah respon yang cepat, bersemangat, dan sungguh-sungguh’ kepada firman, memotivasi kita untuk maju dan menunjukkan adanya roh adopsi dalam seorang percaya. Roh adopsi juga digambarkan oleh Paulus sebagai ‘roh iman’. Oleh imanlah maka anak-anak Elohim mempersembahkan diri mereka untuk bersekutu dengan saudara-saudara mereka. Ketika firman Elohim datang kepada kita, firman itu memberikan kita iman untuk berdiri sebagai anak sesuai dengan kehendak Elohim. Ketika kita hidup dengan cara ini, berpegang teguh kepada firman kebenaran, kita berjalan/hidup dalam sikap yang berpadanan dengan panggilan kita. Penuh iman dan pasti dalam pengudusan kita, kita menyadari bahwa segala sesuatu bekerja bersama-sama untuk kebaikan kita. Tidak seperti Ismael, kita tidak harus bereaksi, tawar hati, atau ‘menendang’ ketika hidup menjadi sulit, atau terlihat tidak adil.

Referensi Pembelajaran Lebih Lanjut Amsal Harian

1Yoh 3:1 2Ptr 1:10 Flp 2:16 Yoh 8:44 2Kor 4:13 3Yoh 1:3-4 2. Roma 8 Ams a l 31

(26)

24

Kamis | Minggu 5

Perbuatan-perbuatan daging

Meskipun Ismael tidak menunjukkan iman kepada sunatnya, Ishak justru menunjukkan iman. Ishak disunat pada hari kedelapan, sebagai demonstrasi iman dari orang tuanya. Perjalanan persembahannya dengan Abraham ke atas gunung, adalah di mana dia menunjukkan imannya terhadap sunat itu. Kita menjalankan iman baptisan kita ketika kita, oleh Roh, menetapkan untuk menanggalkan perbuatan-perbuatan daging setiap hari. Ini artinya menjaga diri kita dalam hubungan setiap hari dengan kebenaran melalui doa dan persekutuan. Ketika kita berbalik kepada Tuhan dan menujukan pikiran kita pada Roh, kita menemukan kemerdekaan untuk hidup sebagai anak yang Elohim telah panggil untuk kita jadi.

Ketika kita tidak hidup oleh Roh, dan mematikan perbuatan-perbuatan daging, pola pikir kita menjadi seteru terhadap Elohim. Keadaan sulit kita adalah keinginan yang salah tempat bagi daging untuk hidup di hadapan Elohim. Orang yang hidup menurut daging, mengatakan, ‘Maksud saya untuk melayani Elohim adalah baik. Itu seharusnya cukup baik.’ Inilah dilema duniawi/kedagingan. Orang Kristen duniawi/kedagingan tidak memiliki kuasa untuk berjalan/hidup dalam ketaatan kepada firman Elohim. Mereka percaya bahwa berkat Elohim dapat diperoleh tanpa perlunya partisipasi yang terus-menerus dalam persekutuan persembahan Kristus sebagai anggota tubuh-Nya yang dikuduskan. Doa mereka kebanyakan seperti, ‘Ah, sekiranya dagingku diperkenankan hidup di hadapan-Mu, Tuhan!’

Jawaban Elohim adalah, ‘Tidak!’ Daging tidak dapat hidup di hadapan Elohim, dan kita harus berhenti meminta Elohim memberkati maksud-maksud terbaik kita. Sebaliknya, kita harus berseru dalam pertobatan dan iman untuk menerima pemotongan sunat yang daging kita perlukan, supaya kita dapat menjadi bebas dari hukum lain yang bekerja di dalam kita. Dalam persekutuan ini, kita dibebaskan dari keinginan untuk hidup oleh prinsip apapun selain dari Roh kehidupan yang ada dalam Kristus Yesus.

Referensi

Kej 21:4 1Ptr 3:21 Rm 2:15 Rm 8:5-7 1Kor 3:3 Rm 7:24-25

Pembelajaran Lebih Lanjut Kolose 2

Amsal Harian Ams a l 1

(27)

25

Jumat | Minggu 5

Membuat persembahan sesuai dengan pengudusan

Panggilan untuk hidup sebagai anak Elohim dijadikan pasti melalui persembahan. Seseorang yang berdiri dalam pengudusan mereka, oleh iman, akan mempersembahkan diri mereka dalam otoritas nama mereka untuk bersekutu dalam tubuh Kristus. Melalui persembahan, mereka memultiplikasi hidup Elohim. Inilah bagaimana kita mempersembahkan diri kita sebagai korban persembahan yang hidup, yang kudus dan berkenan kepada Elohim. Persembahan yang sesuai dengan pengudusan kita membuktikan apa kehendak Elohim. Pertama-tama, ini bukanlah apa yang kita lakukan, tapi siapa kita adanya, yang menyenangkan/berkenan kepada Elohim.

Ketika kita berlanjut untuk membuat persembahan, kita akan mengenal persekutuan yang di dalamnya Tuhan menempatkan tangan-Nya atas hidup kita. Oleh iman, kita membawa kayu ke mezbah, mengetahui perlunya memotong daging kita ketika Elohim berurusan dengan kita sebagai anak-Nya. Kita mungkin mengenal beban ini sebagai pembatasan dari Elohim. Kita melihat bahwa Elohim menggunakan area-area yang sangat praktis dalam hidup untuk menunjukkan bagaimana Dia ‘bekerja bersama-sama’ untuk kebaikan kita. Sebagai contoh, Dia dapat menggunakan salah satu dari banyak tekanan hidup untuk menjadi pembatasan, yang berdampak atas bagaimana kita membuat persembahan dan dalam perjalanan yang kita jalani untuk membuat persembahan itu. Dalam pembatasan-pembatasan, atau pendisiplinan ini, kita mendapati bahwa Elohim membantu kita dengan pengudusan kita. Persembahan yang membuktikan kehendak Elohim adalah persembahan yang dipersembahkan sesuai dengan pengudusan. Semua yang lain, terlepas dari maksud baik dan ketulusan kita, tidaklah menyenangkan/berkenan kepada Elohim.

Meskipun pembatasan-pembatasan ini mungkin sulit dan menyakitkan, kita akan tahu bahwa kita adalah anak Elohim yang sangat dikasihi, yang dibentuk oleh tangan Bapa yang penuh kasih. Bersatu dengan persekutuan persembahan Kristus merupakan krisis bagi setiap orang yang telah menerima panggilan untuk menjadi anak Elohim. Perjanjian hidup sebagai anak, diteguhkan dalam persekutuan persembahan. Kita harus memperhatikan bagaimana kita mengambil bagian dalam perjamuan kudus, karena pada perjamuan kuduslah kita menemukan partisipasi kita dalam persembahan Yesus Kristus.

Referensi Pembelajaran Lebih Lanjut Amsal Harian

Rm 12:1-2 2Tes 2:13 1Tes 5:23 1Tes 4:3-4 Rm 6:22 3. Titus 2 Ams a l 2

Referensi

Dokumen terkait

(3) Untuk Izin Pengelolaan Air Bawah Tanah klasifikasi B, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, penerbitan izin dikeluarkan oleh Kepala Dinas Pertambangan

Penggunaan model pembelajaran ini peneliti mengharapkan dapat meningkatan hasil belajar yang baik dan maksimal, dengan melihat kondisi siswa yang sedikit memudahkan

Hal ini sesuai dengan pendapat (Johnson & Fritz,1989 dalam Andarini, 2012) surfaktan adalah senyawa aktif permukaan yang dapat menurunkan tegangan permukaan yang

bahwa keberadaannya tidak berarti lagi. Memberikan suasana nyaman dan menyenangkan guna membantu menyehatkan tubuh. Mendapatkan sarana yang nyaman untuk mengunjungi

Pada sisi yang lain, metode baru ini memiliki kekurangan karena kurang dari m pixel yang sama dan berurutan pada rantai input menyebabkan encoder akan melakukan

real estate akan diperhitungkan investor. Investor mempunyai penilaian tersendiri terhadap pengambilan keputusan keuangan yang telah dilakukan oleh perusahaan. Dengan

Tesis yang berjudul Implementasi Program Bantuan Pendidikan Masyarakat Kota Surakarta ini disusun untuk memenuhi sebagian dari persyaratan guna memperoleh gelar

Komunikasi pemasaran (marketing communication) merupakan kegiatan pemasaran dengan menggunakan teknik-teknik komunikasi yang ditujukan untuk memberikan informasi kepada orang