• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tabel 2 Luas Hulu Sub DAS Cikapundung berdasarkan administrasi pemerintah.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Tabel 2 Luas Hulu Sub DAS Cikapundung berdasarkan administrasi pemerintah."

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

I11 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 3.1 Letak dan Luas Hulu Sub DAS Cikapundung

Hulu Sub DAS Cikapundung berada di wilayah Bandung Utara, terletak pada ketinggian 800-2000 meter di atas permukaan laut. Daerah ini mengalirkan air ke sungai Citarum. Secara adrninistrasi pemerintahan, daerah Hulu Sub DAS Cikapundung meliputi Kota Bandung bagian Utara (Cidadap dan Coblong) dan Kabupaten Bandung (Lembang, Cilengkrang dan Cimenyan). Secara astronomis daerah Hulu Sub DAS Cikapundung terletak antara 107'45' 8,42"

-

107' 36' 22,21" Bujur Timur dan antara 6' 52' 12" - 6' 56' 46,45" Lintang Selatan, berada

antara lereng gunung Tangkuban Perahu sebelah Tenggara dan gunung Bukit Tunggul sebelah Barat daya (Jantop, 1984 dalam Darsiharjo, 2004). Daerah ini luasnya mencapai 9.401 hektar, rinciannya berdasarkan adrninistrasi pemerintahan ditarnpilkan pada Tabel 2.

Tabel 2 Luas Hulu Sub DAS Cikapundung berdasarkan administrasi pemerintah.

No Kabupatenl Kecamatan Desa Luas

Kota Ha % Kec % Kab % DAS

1 2 3 4 5 6 7 8

I Kabupaten Lembang Jayagiri 598 8,04 6,61 6,36

Cikole Cikidang Wangunharja Suntenjaya Cibodas Langensari Mekanvangi Pangeiwmgi Cibogo Kaw Ambon ~ e t k b a n ~ 65 0,87 0,72 Jumlah 7.438 100,OO 82,20 Cirnenyan Ciburial 208 60,64 2,30 Cimenyan 135 39,36 1,49 1 ,a Jumlah 343 100,00 3,78 3,65

Cilengkang Cipanjalu 1.269 - 14,Ol 13,50

Jumlah I 9.048 - 100,OO 96,25

Cimenyan 135 39,36 1,49 1 ,a

Jumlah 343 100,00 3,78 3,65

Cilengkang Cipanjalu 1.269 - 14,Ol 13,50 Jun

I1 Kota Coblong Dago 24 6,80 0,25

Bandung Cidadap Ciumbuleut 329 - 93,20 3,50

J~mlah I1 353

-

100,OO 3,75

Total ( I + I1 ) 9.401 100,OO

Sumber: Diolah dari data sekunder (peta administrasi wilayah Hulu Sub DAS Cikapundung) Tabel 2 menunjukkan bahwa daerah hulu sungai Cikapundung yang terluas berada di Kabupaten Bandung yaitu 9.048 hektar atau 96,25 % dari luas seluruhnya, di Kota Bandung luasnya hanya sekitar 353 ha atau 3,75 % dari luas

(2)

(pasir) vulkan, solurn tanahnya cukup dalam, tekstur sedang (debu sampai lempung berpasir halus), struktur tanah granuler halus, konsistensi lunak (dalam keadaan kering), umumnya benvarna coklat tua (5YR 4/6), pH 5,1, permeabilitas sedang dan kandungan bahan organik 4,65 %.

3.3 Topografi.

Daerah hulu sungai Cikapundung terletak pada ketinggian sekitar 800-2.000 meter di atas permukaan laut tergolong daerah dataran tinggi. Topografi Hulu Sub DAS Cikapundung sangat variatif dari datar sampai berbukit, curam bahkan sangat curam yang ditandai dengan kontur yang rapat. Kondisi topografi Hulu Sub DAS Cikapundung ditampilkan pada Gambar 2.

7BBOOO 795000 ml000

SUB DAS CIKAPUNWNG

BANWNG UTARA

Gambar 2 Penyebaran kelas lereng daerah Hulu Sub DAS Cikapundung

Dari Gambar 2 nampak jelas bahwa daerah hulu sungai Cikapundung di dominasi lahan kering berlereng 15- 45 %.

3.4 Penggunan Lahan

Berdasarkan peta rupa bumi digital Indonesia lembar 1209-3 14 Lembang dan lembar 1.209-313 Cimahi skala 1 : 25.000 edisi 1 tahun 2001 serta peta

(3)

Kabupaten Bandung tahun 2001 diketahui penggunaan lahan di Hulu Sub DAS Cikapundung sebagaimana ditarnpilkan pada Gambar 3.

.- - .- -- - -- --

7890(10 7 m 78500 maDW v@'= -- - - .

-I

i HULU SUB PETA PENGGUNMN WDAS CMAPUNWG AN

BANWNG UTARA

LEGENDA

. - . . . . - Batas Dew

Penggunaan Lahan Perkebunan

Gambar 3 Peta penggunaan lahan daerah Hulu Sub DAS Cikapundung

Dari Gambar 3 nampak bahwa di Bagian Utara dan Selatan Hulu Sub DAS Cikapundung terbentang kawasan hutan dari arah Barat ke Timur Laut. Di bagian

Utara nampak hutan cukup luas dibmdingkan Bagian Selatan Hal ini di duga karena akses ke Bagian Selatan Hulu Sub DAS Cikapundung dari Kota Bandung relatif dekat dan pada saat itu b e h adanya regulasi konservasi yang ketat

sehingga eksploitasi dan konversi kawasan hutan ke penggunaan lain di Bagian selatan dapat dilakukan dengan mudah dan hanya menyisakan lahan hutan yang berlereng sangat curam. Luas penggunaan lahan di Hulu Sub DAS Cikapundung berdasarkan lereng tertera pada Tabel 5.

Tabel 5 Luas penggunaan lahan daerah hulu sungai Cikapundung berdasarkan kelerengan

Kemiringan Penggunaan lahan (hektar)

Lereng (%) Hutan Tegalan Perkebunan Pemukiman Sawah Rumput Total

0 - 1 5 0 906,22 0 563,21 253,49 63,09 1786,O 1

15 - 3 0 1239,47 1235,14 473,13 175,O 0 0 3 122,74

30 -45 1277,37 994,88 325,99 0 0 0 2598,23

> 45 1619,31 274,69 0 0 0 0 1894,OO

Jumlah 4136,15 3410,93 799,12 738,21 253,49 63,09 9401 ,OO

(4)

Dari Tabel 5 diketahui luas penggunaan lahan di daerah Hulu Sub DAS Cikapundung adalah sebagai berikut: penggunaan lahan untuk kawasan hutan seluas 4.136,15 hektar, penggunaan untuk tegalan seluas 3.410,93 hektar, luas lahan perkebunan kina 799,12 hektar, penggunaan untuk pemukiman, padang rumput dan sawah luasnya berturut-turut sekitar 738,21 hektar, 63,09 hektar dan 253,49 hektar.

Lahan hutan di lokasi penelitian terdiri atas hutan alam dan hutan pinus tersebar pada lereng > 15 %, luasnya 4.136,15 hektar. Di lahan hutan dam terdapat berbagai jenis pepohonan yang tumbuh secara alami dan dikelola dengan cara membiarkan. Perum Perhutani mengembangkan tanaman pinus membentuk hutan pinus yang permukaan tanahnya tertutup serasah, rumput dan semak yang ketinggiannya 1-2 meter sehingga permukaan tanah terlindung dari tetesan hujan dan sinar matahari. Petani dapat memanfaatkan lahan hutan pinus yang dikelola Perum Perhutani secara terbatas misalnya: 1. hanya diperbolehkan menggarap lahan di antara tanaman pinus tua (tidak produktif), bekas tanaman pinus atau di lahan peremajaan pinus. 2. membantu mengawasi tanaman pinus muda, bila tanaman pinus muda telah berumur 5 tahun tidak diperbolekan lagi beraktifitas di lahan tersebut. 3. hanya diperbolehkan menanam rumput gajah dan mengikuti petunjuk teknik konservasi.

Lahan perkebunan tersebar pada lereng >15-45 %, di desa Cipanjalu dan sedikit di desa Suntenjaya. Tanaman kina ditanam dengan jarak tanam sekitar 2 meter sehingga tidak ada ruang tanam yang memadai untuk tanaman semusim.

Penggunaan lahan kering untuk pemukiman dalam ha1 ini rumah tinggal, hotel, vila, dan atau sarana 1 prasarana m u m lainnya. Umumnya terdapat pada daerah relatif datar, bahkan saat ini, pemukiman di Hulu Sub DAS Cikapundung telah mencapai lahan berlereng 15-30 % seluas 175 hektar. Kondisi ini mengisyaratkan adanya ancaman yang besar terhadap lahan tegalan berlereng 5

15 % termasuk lahan sawah dan padang rumput serta tidak menutup kemunglunan lahan tegalan berlereng 15-30 % dan lahan hutan akan menjadi ancaman berikutnya, karena saat itu masyarakat "lapar lahan" sehingga terpaksa harus memanfaatkan lahan yang ada disekitarnya walaupun itu lahan hutan yang berlereng curam. Ancaman terhadap lahan hutan semakin terbuka peluangnya bila

(5)

lahan tegalan berlereng > 15 produktifitasnya makin merosot akibat erosi. Salah satunya upaya yang perlu dilakukan adalah mempertahankan atau jika munglun meningkatkan produktifitas lahan dan meminimalisir erosi dengan memanfaatkan sumberdaya alarn dan surnberdaya petani secara optimal agar dapat meminimalisir erosi yang terjadi serta pendapatan yang diperoleh maksimal, paling tidak dapat memenuhi kebutuhan hidup minimum.

Tegalan merupakan lahan kering yang ditanami berbagai jenis tanaman pertanian terutama tanarnan pangan seperti padi, palawija sayuran d m buah- buahan yang dusahakan tidak membutuhkan air yang banyak. Kebutuhan air hanya bersumber dari air hujan atau bila sangat diperlukan dialiri dari sungai. Luas tegalan di daerah hulu sungai Cikapundung sekitar 3.410,93 hektar dan tersebar di hampir semua kelas lereng. Luas dan penyebaran tegalan berdasarkan kelas lereng tertera pada Tabel 6.

Tabel 6 Luas dan penyebaran tegalan menurut kelas lereng di Hulu Sub DAS Cikapundung.

Kabu~aten Kecamm. Besa Kelerengan Lahan Tegalan (YO) I Luas (ha) Luas 1 Kota < 15 15-30 30-45 > 45 Jumlah DeSa

Jayagiri 0 55,50 35,64 8,86 100 598 Cikole 97,72 84,93 48,34 20,28 251,28 966 Kabupaten Bandung Cikidang Wangunharja Suntenjaya Cibodas 1. hmbang Lmgensarai Pagerwangi Cibogo Kayuambon Lembane u Jumlah 1 864,81 1.018,34 844,74 261,60 2.989,49 7.436 2. Cimenyan Ciburial 0 0 0 0 0 206 Cimenyan 0 21,14 17,63 0 38,76 135 Jumlah 2 0 21.14 17.63 0 38,76 343 3.Clengkrang e i ~ a n j d u 0 25,47 2334 5,02 53,83 1.269 Jumlah I 864.81 1.064.95 885.70 266.62 3.082.08 9.048 I1 Kota 4 C~dadap Ciumbuleuit

1

41,41 170,19 109,18 8,07 328,86 329

Badung 5 Coblong Dago 0 0 0 0 0 24

Jumlah I1 41,41 170,19 1W,18 8,07 328,86 353

Total I + I1 90622 1 235,14 994,88 274,159 3 41 0,93 9 401

Sumber : Diolah dari peta Administrasi, peta lereng dan peta pengggunaan lahan tegalan daerah huiu sungai Cikapundung.

Dari Tabel 6 nampak penggunaan lahan untuk tegalan di daerah Hulu Sub DAS Cikapundung telah mencapai lereng > 45 % yaitu sekitar 274,69 hektar dan tersebar di hampir semua desa di Hulu Sub DAS Cikapundung. Pada hal, lahan

(6)

dengan kondisi lereng seperti itu harusnya dihutankan. Untuk menghutankan kembali lahan tersebut diperlukan intervensi pemerintah yang arif dan bijaksana karena terkait aspek kepemilikan lahan dan sosial ekonomi petani.

3.5 Jenis Tanaman dan Tipe Penggunaan Lahan (LUT) Kering Berlereng

Usahatani lahan kering (tegalan) di Hulu Sub DAS Cikapundung luasnya 3.410,93 hektar. Berbagai jenis tanaman dibudidayakan di lahan kering tersebut yang dikelompokkan atas hortikultura semusim, palawija, hortikultura tahunan, tanaman perkebunan dan pepohonan penghasil kayu lainnya. Jenis tanaman yang dijumpai di lokasi penelitian tertera pada Tabel 7.

Tabel 7. Jenis tanaman yang dibudidayakan petani di lokasi penelitian

No Jenis tanaman No Jenis Tanaman

1 Blumkol (Brassica oleracea var. Britrytis L 15 Taias (Colocasia esculenta SCHOTT) 2 Brukoli (B. o subvar Symosa Lamm) - 16 Singkong (Manihot utilisima L)

3 Kubis (Brassica oleracea 17 Rumput gajah (Pennisetum purpureunrSC

4 Cabe (Capsicum annuum) HUM)

5 Buncis (Phareolus vulgaris) 18 Mangga (Mangifera indica L)

6 Wortel (Daucus carota) 19 Rambutan (Nephelium lappaceurn LINN) 7 Petsai (Brassica purpureum SCHUM) 20 Pisang (Musa acuminata COLLA) 8 Ceisin (Brgsica melicwrn L) 2 1 Jeruk (Citrus sp.)

9 Tomat (Solanum licopersicum esc MILL) 22 Alpokat (Persea americanaj 10 Bawang (Allium oscolonicum) 23 Nangka (Artocarpus integra MERR) I1 Terong (Solanum melongena LINN) 24 Suren (Toona sureni)

12 Kacang panjang (Yigna sinensis ENDL) 25 Cengkeh (Eugenia aromatics L)

13 Kentang (Solanurn tuberosum L) 26 Kopi (Coffea arabica) 14 Jagung (Zea mays L) 27 Bambu (Bambusa Sp)

Sumkr; Dio!& dari dab primer

Hortikultura semusim dibudidayakan petani di semua kelas lereng di daerah Hulu Sub DAS Cikapundung antara lain: blumkol, cabe rawit, saledri, brukoli, kol, bawang daun, labu, terong, kacang panjang, tomat, cabe besar, cabe kriting, salada, buncis. Tanaman palawija yang dapat turnbuh dan berkernbang cukup baik seperti : ketela pohon, kentang, jagung, ubi jalar, talas. Hortikultura tahunan yang dijumpai di lokasi penelitian seperti : alpokat, nangka, jeruk, pisang, mangga, rambutan dan tanaman perkebunan dan kehutanan seperti cengkeh, kopi, bambu dan suren. Secara hamparan nampak berbentuk agroforestri sederhana, tidak terdapat sistem agroforestri kompleks di lokasi penelitian.

Umumnya lahan tegalan telah dibuat teras sederhana (teras tidak sempurnal agak miring ke arah lereng, tanpa tanaman penguat teras, bedengan dibuat tidak searah garis kontur melainkan searah lereng. Di atas bedengan ditanam tanaman

(7)

Rp 3.500,- / karung (20-30 kg). Pupuk kandang diberikan satu kali saat persiapan lahan (bagi yang menggunakan mulsa plastik) untuk 2 sampai 3 kali musim tanam secara berurutan namun jurnlahnya 2 kali lebih banyak dari yang biasa diberikan pada lahan usaha tanpa rnulsa plastik.

Tiang penyangga digunakan untuk menyangga tomat, cabe dan buncis, tiang penyangga dapat digunakan untuk 2 x MT. Harga tiang penyangga Rp. 50,- sampai Rp. 100,- per potong. Bagi petani yang cukup modal, bedengan diberi mulsa plastik untuk budidaya blurnkol, brukoli, cabe, tomat, saledri dan kubis (kol). Penggunaan mulsa plastik tujuanya untuk menekan gulma, kepadatan tanah

dan

mengatur kelembaban tanah serta mengwangi resiko hilangnya unsur hara

akibat aliran permukaan dan pencucian serta dapat menghemat tenaga kerja. Tanaman sayuran dapat ditanam sekitar 1.000 - 2.000 pohon / 500 meter mulsa

plastik, tergantung jenis tanaman, jarak tanam dan kondisi lereng. Penggunaan mulsa plastik oleh petani pada lahan garapannya yang terletak di atas lereng lahan garapan petani lain, menyebabkan banjir dan rusaknya teras di lahan petani yang berada di bagian bawahnya.

Harga komoditi sayuran sangat fluktuatif, misalnya tomat dihargai ditingkat petani Rp 400,- hingga Rp 4.000,- / kg, cabe rawit Rp 600,- hingga Rp. 12.000,- / kg, blumkol Rp 1.000,- hingga Rp 4.000,- 1 kg, buncis Rp 1.500,- hingga Rp 3.000,- / kg, cabe kriting / cabe besar Rp 2.000,- hingga Rp 15.000,- / kg. Harga yang diterima petani tergantung kondisi iklim, produksi dan kebutuhan. Harga tertinggi biasanya terjadi pada saat kondisi iklirn yang ekstrim seperti: curah hujan di Jawa Barat dengan intensitas yang tinggi dan berlangsung lebih dari 2 bulan berturut-turut dapat pula disebabkan oleh kemarau yang berkepanjangan hingga menyebabkan kekeringan. Kondisi iklim yang ekstrim tersebut berpengaruh pada produksi. Produksi rendah dan kebutuhan tetap harga menjadi tinggi. Selain itu harga yang diterima dapat meningkat pada saat-saat kebutuhan sayuran meningkat seperti saat bulan puasa, lebaran, natalan dan tahun baru.

Harga produk tanaman hortikultura tahunan (buah-buahan) relatif stabil bahkan cenderung meningkat. Buah alpokat dihargai pembeli Rp 2.000,- hingga

(8)

Rp 2.500,- / kg, buah nangka dapat dijual Rp 1.000,-

-

Rp 1.500 / kg, atau sekitar Rp 5.000,-

- Rp 7.500,- dan jeruk dihargai pembeli Rp 1.500

,-

-Rp 2.500,- / kg.

Secara umum tingkat pengelolaan tanaman semusim masih tergolong sedang sementara untuk tanaman hortikultura tahunan dan pepohonan lainnya dikelola dengan tingkat pengelolaan rendah kecuali jeruk umumnya tingkat kelola sedang.

3.6 Kependudukan

Faktor yang sangat penting dalam unsur kependudukan adalah jurnlah dan kepadatan penduduk. Kepadatan penduduk suatu wilayah didekati dari 2 (dua) cara yaitu kepadatan geografis atau population density (orang per krn2) dan kepadatan agraris atau man land ratio (orang per ha). Kepadatan geografis menggambarkan jumlah penduduk untuk setiap satuan luas wilayah sementara kepadatan agraris menggambarkan beban lahan pertanian untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup manusia yang menghuninya. Perkiraan jumlah dan kepadatan penduduk beberapa desa berdasarkan angka pertumbuhan penduduk beberapa desa di daerah Hulu Sub DAS Cikapundung tertera pada Tabel 8, dengan asumsi pertumbuhan penduduk tiap desa tahun 2002 hingga 2005 adalah konstan (tetap).

Tabel 8. Perkiraan jurnlah dan kepadatan penduduk beberapa desa berdasarkan

angka pertumbuhan penduduk di daerah hulu sungai Cikapundung Desa 1 Luas Th F, Penduduk Kepadatan geo- Kepadatan agraris Pertumbuhan kelurahan (km2) 2002* 2005 grafis (jiwaikm2) (jiwaha) penduduk

*

Jayagiri - - 6,Q8 9.896 10.814 1.808 18 0,03 Cikole Cikidang Wangunharja S-Witeiij aya Cibodas Langensari M e h a n g i Pagmangi Cibogo Kayuambon Lembang

Sumber:

*

Darsiharjo (2004) diolah

Berdasarkan Tabel 8 diketahui bahwa desa yang terpadat penduduknya adalah Desa Lembang yaitu 3.701 jiwa / krn2 atau 37 jiwa / ha dengan tingkat pertumbuhan penduduk negatif (- 0,00351) sebaliknya tingkat pertumbuhan penduduk di Cikole relatif lebih tinggi dibandingkan tingkat pertumbuhan penduduk di 11 desa lainnya (tingkat pertumbuhan penduduk di Desa Jayagiri

(9)

0,04). Diperkirakan tahun 2005 jumlah penduduk di Desa Jayagiri sebanyak 8.323

jiwa atau meningkat sebesar 924 jiwa dari 7.399 jiwa pada tahun 2002, dengan tingkat kepadatan 860 jiwa / km2 atau 9 jiwa / ha. Desa yang memiliki kepadatan penduduk terendah adalah Desa Suntejaya yaitu 412 jiwa I km2 atau 4 jiwa

I

ha.

Perkiraan jumlah penduduk tahun 2005 berdasarkan angka pertumbuhan penduduk berbeda dengan yang didapat dari profil desa. Jumlah penduduk dan petani dari 3 desa contoh serta jumlah petani yang berusahatani di lahan berlereng yang didapat dari hasil wawancara pada survei pendahuluan tertera pada Tabel 9.

Tabel 9 Jurnlah penduduk dan Petani yang berusahatani pada 3 desa contoh.

- -

Penduduk

*

1

Petani

*

Petani di iahan beriereng

* *

(KK)

Desa

Orang KK (KK) 15-30 % 30-45 % Jumlah

Suntenjaya 6.783 1.728 867 234 219 453

cikidang - 6.592 1.874 975 227 275 502

Jumlah 19.491 5.419 2.642 753 693 1.436

*

) Profil desa Suntenjaya, Wangunharja dan Cikidang tahun 2003

**) Data primer tahun 2005

Dari Tabel 8 dan Tabel 4 nampak bahwa angka pertumbuhan penduduk Cikidang sebesar 0,012, tahun 2003 seharusnya jumlah penduduk 5.204 jiwa, ternyata pada tahun yang sama penduduk Desa Cikidang menjadi 6.592 jiwa. Hal ini berarti dalam waktu satu tahun saja telah terjadi penambahan penduduk sebesar 1.324 jiwa, padahal jumlah sesuai angka pertumbuhan, seharusnya hanya bertambah 63 jiwa. Sementara Desa Wangunharja dan Desa Suntenjaya berdasarkan angka pertumbuhan harusnya pada tahun 2003 jumlah penduduk Desa Wangunharja sebanyak 6.042 jiwa dan Desa Suntenjaya sebanyak 6.711 jiwa. Namun sesuai profil desa, pada tahun 2003 jumlah penduduk Desa Wangunharja sebanyak 6.1 16 jiwa dan Desa Suntenjaya sebanyak 6.783 jiwa, ha1 ini berarti telah terjadi penambahan penduduk di luar angka pertumbuhan yaitu untuk Desa Suntenjaya sebanyak 72 jiwa, Desa Wangunharja sebanyak 74 jiwa dan Desa Cikidang sebanyak 1.261 jiwa. Kondisi seperti

ini

menunjukkan bahwa pertumbuhan penduduk sangat tidak merata tergantung kondisi ketersediaan sumberdaya dam dan kesempatan kerja, oleh karenanya angka pertumbuhan penduduk harusnya direvisi setiap tahun.

Gambar

Gambar  2  Penyebaran kelas lereng daerah  Hulu  Sub DAS Cikapundung
Tabel  5  Luas penggunaan lahan daerah hulu sungai Cikapundung  berdasarkan kelerengan

Referensi

Dokumen terkait

05&#34; Kerusakan Hulu Daerah Aliran Sungai Citanduy dan Akibatnya di Hilir (Studi Penilaian Ekonomi di Sub DAS Citanduy Hulu Jawa baratdan Sub DAS Segara Anakan Jawa Tengah).

Dengan terbentuknya kelembagaan partisipatoris maka upaya penyelamatan hulu DAS Citarum (Sub DAS Cikapundung) menjadi lebih cepat karena seluruh pihak baik pemerintah,

Penelitian ini pada dasarnya bertujuan untuk mengetahui besarnya limpasan ( runoff ) pada daerah Sub DAS Lematang Hulu. Kondisi topografi, penggunaan lahan, dan

Tujuan dari studi ini adalah yaitu untuk menentukan kinerja kelestarian pengelolaan DAS di Sub DAS Konto hulu, dan untuk mengetahui hasil klasifikasi Parameter yang dikaji

Sekitar 48,3% luas wilayah Sub-DAS Progo Hulu merupakan daerah datar sampai berombak, secara umum berada pada bagian tengah DAS (mulai bagian tengah sampai hilir DAS)

Dengan demikian diperlukan penelitian dengan variabel input pada daerah Sub DAS Siak Hulu, yang dapat mencerminkan kondisi daerah Siak Hulu khususnya dan DAS Siak

Dengan demikian diperlukan penelitian dengan variabel input pada daerah Sub DAS Siak Hulu, yang dapat mencerminkan kondisi daerah Siak Hulu khususnya dan DAS Siak umumnya,

Pengelolaan Hulu Sub-DAS Logawa Dalam Perda Penataan Ruang Kabupaten