ANALISIS DAMPAK PERUBAHAN TATA GUNA
LAHAN DI SUB DAS CIKAPUNDUNG
TERHADAP BANJIR
SKRIPSI
diajukan sebagai salah satu prasyarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik Program Studi Teknik Sipil
Oleh
Andini Nitia Pratami
NIM 1005212
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
DEPARTEMEN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Analisis Dampak Perubahan Tata Guna Lahan Di Sub DAS Cikapundung Terhadap Banjir” ini sepenuhnya hasil karya sendiri. Tidak ada didalamnya berupa plagiat dari karya orang lain dan saya
tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai
dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Sesuai
pernyataan ini, saya siap menanggung resiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada
saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan
dalam karya saya ini atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya
ini.
Bandung, Agustus 2015
Yang membuat pernyataan
Andini Nitia Pratami
LEMBAR PENGESAHAN
ANDINI NITIA PRATAMI
ANALISIS DAMPAK PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN DI SUB DAS CIKAPUNDUNG TERHADAP BANJIR
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING :
Pembimbing I
Drs. Sukadi, M.Pd., MT. NIP: 19640910 199101 1 002
Pembimbing II
Mardiani, S.Pd., M.Eng. NIP: 19811002 201212 2 002
Mengetahui,
Ketua Departemen Ketua Program Studi
Pendidikan Teknik Sipil Teknik Sipil
ANALISIS DAMPAK PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN
DI SUB DAS CIKAPUNDUNG TERHADAP BANJIR
Oleh
Andini Nitia Pratami
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana Teknik pada Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan
© Andini Nitia Pratami
Universitas Pendidikan Indonesia
Agustus 2015
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian,
Andini nitia pratami, 2015
Analisis dampsk perubahan tata guna lahan di sub das cikapundung terhadap banjir Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ABSTRAK
Analisis Dampak Perubahan Tata Guna Lahan di Sub DAS Cikapundung Terhadap Banjir
Andini Nitia Pratami 1005212
Perubahan tata guna lahan di daerah aliran sungai adalah salah satu penyebab terjadinya banjir hilir sungai. Sub DAS Cikapundung memiliki lahan konservasi sumber daya air sebesar 4671.54 ha. Dalam kurun waktu 20 tahun lahan konservasi sumber daya air berkurang menjadi 2724.11 ha. Hal ini dikarenakan terjadinya alih fungsi lahan sebesar 1947.05 ha dari lahan konservasi menjadi lahan pendayagunaan sumber daya air. Berkurangnya lahan konservasi ini berdampak kepada debit aliran yang ada di Sungai Cikapundung. Terjadi fluktuasi debit yang cukup tinggi di Sungai Cikapundung akibatnya debit air akan sangat kecil pada musim kemarau dan debit akan tinggi ketika musim penghujan. Dampak dari perubahan tata guna lahan di Sub DAS Cikapundung adalah banjir di hilir sungai Cikapundung, yaitu Kec. Dayeuhkolot Kab.Bandung. Analisis perubahan tata guna lahan ini dikaitkan dengan banjir yang terjadi di hilir Sungai Cikapundung. Karakteristik daerah penelitian diantaranya morfologi sungai yang berkelok, terdapat sedimentasi di dasar sungai, terdapat titik pertemuan antara Sungai Cikapundung dan Sungai Cikapundung Kolot, terdapat beberapa pertemuan antara Sungai Cikapundung dan saluran drainase, dan pertemuan antara Sungai Cikapundung dengan Sungai Citarum. Dilakukan kalibrasi data antara data AWLR Sungai Cikapundung-Gandok dengan analisis hidrologi menggunakan data curah hujan dan pendekatan debit andalan menggunakan metode F.J Mock. Kemudian dilakukan perhitungan debit rencana menggunakan HSS Snyder’s, HSS Nakayasu, HSS Gama. Dari hasil perhitungan, debit banjir rencana tidak dapat di tampung dan dialirkan secara sempurna hingga ke sungai Citarum sehingga terjadi luapan di daerah penelitian. Luapan tersebut akan menggenang, meluas dan tinggi apabila muka air di sungai Citarum sedang tinggi. Sehingga dilakukan analisis perhitungan profil muka air dengan metode standard
step. Dapat disimpulkan bahwa perubahan tata guna lahan berdampak kepada
ketidak seimbangan sumber daya air di Sub DAS Cikapundung diantaranya adalah fluktuasi debit sungai yang tinggi, memperbesar debit banjir dan terjadi banjir di hilir Sungai Cikapundung.
Andini nitia pratami, 2015
Analisis dampsk perubahan tata guna lahan di sub das cikapundung terhadap banjir Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ABSTRACT
Analysis of The Effect of Changes in Land Use at Cikapundung Watershed Subzone Against The Flood
Andini Nitia Pratami
1005212
Changes in land use in the watershed is one of the reasons of flooding at downstream. Cikapundung watershed subzone has 4671.54 ha conservation area of water resources. In a period of 20 years the conservation area of water resources is reduced to 2742.11 ha. This is because 1947.05 ha of conservation area are changed to non consevtion area. The reducing of the area impacts the water flow in the Cikapundung river. The discharge fluctuations are quite high in consequence as Cikapundung River water flow will be very small in the dry season and the discharge will be high when the rainy season. The impact of land use changes in Cikapundung watershed is flooding at the downstream, for the example Kec. Dayeuhkolot Kab.Bandung. The analysis of the changes is associated with a flood in the river downstream Cikapundung. Morphological characteristics of the study area including winding river, there is sedimentation in the bottom of the river, there is a meeting point between the Cikapundung river and the Cikapundung kolot river, there were several meetings between
Cikapundung river and drainage channels, and a meeting between the Cikapundung River with the Citarum river. Calibration data between the data
AWLR Cikapundung River-Gandok with hydrological analysis using rainfall data and debit mainstay approach FJ Mock method. Then calculate the discharge planed using Snyder's HSS, HSS Nakayasu, HSS Gama. From the calculation, the flood discharge planed can not be at capacity and flowed unperfectly up to the
Citarum river, causing a overflow in the study area. This overflow will be puddle,
expanded, and higher when the water level in the river is high Citarum. So that analysis with the calculation of water surface profile by standard step method. It can be concluded that changes in land use affect the imbalance of water resources in the Cikapundung watershed subzone include high river discharge fluctuations, increase flooding and flood discharge in river downstream Cikapundung.
Andini nitia pratami, 2015
Analisis dampsk perubahan tata guna lahan di sub das cikapundung terhadap banjir Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Andini nitia pratami, 2015
Analisis dampsk perubahan tata guna lahan di sub das cikapundung terhadap banjir Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Andini nitia pratami, 2015
Analisis dampsk perubahan tata guna lahan di sub das cikapundung terhadap banjir Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Andini nitia pratami, 2015
Analisis dampsk perubahan tata guna lahan di sub das cikapundung terhadap banjir Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR TABEL
Tabel 2.10 Monthly day time coefficient... 37
Tabel 2.11 Koefisien kekasaran Manning, n... 37
Tabel 4.12 Parameter statistik untuk menentukan jenis distribusi... 66
Tabel 4.13 Hasil uji kesesuaian distribusi frekuensi... 67
Tabel 4.14 Debit maksimum berbagai kala ulang... 72
Tabel 4.15 Debit maksimum yang pernah terjadi tiap tahun... 72
Tabel 4.16 Analisa frekuensi data... 72
Andini nitia pratami, 2015
Analisis dampsk perubahan tata guna lahan di sub das cikapundung terhadap banjir Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tabel 4.18 Uji kesesuaian distribusi frekuensi (AWLR)... 73
Tabel 4.19 Debit di outlet pos duga air gandok... 73
Tabel 4.20 Rerata hujan outlet hilir sungai Cikapundung, metode Thiesse... 72
Tabel 4.21 Luasan tangkapan hujan outlet hilir... 73
Tabel 4.22 Distribusi hujan... 75
Tabel 4.23 Parameter statistik untuk menentukan jenis distribusi... 76
Tabel 4.24 Hasil uji kesesuaian distribusi frekuensi... 76
Tabel 4.25 Kapasitas maksimum tampungan saluran... 79
Tabel 4.26 Hasil Redesain saluran... 79
Tabel 4.27 Debit aliran bulanan... 81
Tabel 4.28 Analisis Koef. Limpasan pad Land Use tahun 1994... 83
Tabel 4.29 Analisis Koef. Limpasan pad Land Use tahun 1997... 83
Tabel 4.30 Analisis Koef. Limpasan pad Land Use tahun 2005... 83
Tabel 4.31 Analisis Koef. Limpasan pad Land Use tahun 2010... 84
Tabel 4.32 Analisis Koef. Limpasan pad Land Use tahun 2014... 84
Tabel 4.33 Resume Koef. Limpasan ... 84
Tabel 4.34 Debit Maksimum AWLR Cikapundung-Gandok... 85
Tabel 4.35 Perkiraan rata-rata debit tahun 1994... 85
Tabel 4.36 Perkiraan rata-rata debit tahun 1997... 86
Tabel 4.37 Perkiraan rata-rata debit tahun 2010... 86
Andini nitia pratami, 2015
Analisis dampsk perubahan tata guna lahan di sub das cikapundung terhadap banjir Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Peningkatan debit puncak akibat perubahan tata guna
lahan (Raudkivi, 1979; Subarkah, 1980; Schwab dkk.,
1981; Loebis, 1984 yang dimodifikasi dan dielaborasi oleh
Kodoatie & Sjarief, 2007 & 2010)... 15
Gambar 3.1 Peta lokasi penelitian Sub DAS Cikapundung (dalam foto citra satelit)... 42
Gambar 3.2 Diagram pola pikir... 44
Gambar 3.3 Diagram alur penelitian... 47
Gambar 4.1 Penggunaan lahan hutan di kawasan Maribaya-Lembang... 50
Gambar 4.2 Penggunaan lahan ladang/tegalan di kawasan Maribaya-Lembang... 51
Gambar 4.3 Penggunaan lahan sawah Desa Sukapura, Kec.Dayeuhkolot.. 51
Gambar 4.4 Penggunaan lahan semak di sempadan sungai Cikapundung, Kec.Dayeuhkolot... 52
Gambar 4.5 Sungai Cikapundung di bagian hulu (Lembang-Maribaya).... 53
Gambar 4.6 Sungai Cikapundung di bagian hulu (Unpar-Siliwangi)... 53
Gambar 4.7 Sungai Cikapundung di bagian tengah (Pajajaran)... 54
Gambar 4.8 Muara Sungai Cikapundung, Kab. Bandung... 54
Gambar 4.9 Penggunaan lahan pemukiman di Kec. Coblong... 55
Gambar 4.10 Penggunaan lahan pemukiman di Kec. Dayeuhkolot... 55
Gambar 4.11 Peta landuse Sub DAS Cikapundung tahun 2014... 56
Gambar 4.12 Peta landuse Sub DAS Cikapundung tahun 1994... 56
Gambar 4.13 Peta landuse Sub DAS Cikapundung tahun 1997... 57
Andini nitia pratami, 2015
Analisis dampsk perubahan tata guna lahan di sub das cikapundung terhadap banjir Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Gambar 4.15 Peta landuse Sub DAS Cikapundung tahun 2010... 58
Gambar 4.17 Trend linier perubahan landuse di Sub DAS Cikapundung.... 59
Gambar 4.18 Pembagian wilayah tangkapan air ... 64
Gambar 4.19 Hidrograf banjir HSS Snyder’s berbagai periode... 68
Gambar 4.20 Hidrograf banjir HSS Nakayasu berbagai periode... 70
Gambar 4.21 Hidrograf banjir HSS Gama I berbagai periode... 71
Gambar 4.22 Trendline debit banjir di outlet Gandok... 74
Gambar 4.23 Pembagian wilayah tangkapan air, outlet hilir... 75
Gambar 4.24 Hidrograf banjir rencana HSS Gama I... 77
Gambar 4.25 Elevasi pada titik P10-BM2... 79
Gambar 4.26 Fluktuasi debit (AWLR Gandok)... 80
Gambar 4.27 Debit andalan... 81
Gambar 4.28 Hilir Sungai Cikapundung... 87
Gambar 4.29 Zona banjir di hilir Sungai Cikapundung... 87
Gambar 4.30 Keadaan sungai Cikapundung ketika debit sungai kecil, Unpar-Gandok... 90
Gambar 4.31 stasiun AWLR S.Cikapundung-Gandok... 90
Gambar 4.32 Keadaan sungai Cikapundung ketika debit sungai kecil, Unpar-Gandok... 91
Andini nitia pratami, 2015
Analisis dampsk perubahan tata guna lahan di sub das cikapundung terhadap banjir Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB I
pemanfaatan lahan yang terjadi di wilayah Sub DAS Cikapundung menyebabkan
kurang seimbangnya antara upaya pemanfaatan Sub DAS Cikapundung dengan
upaya pelestarian Sub DAS Cikapundung sehingga menimbulkan permasalahan
lingkungan. Permasalahan yang terjadi di Sub DAS Cikapundung pada dasarnya
diakibakan oleh pertumbuhan penduduk yang tidak terkendali yang berakibat
pada peningkatan eksploitasi ruang dan sumber daya air. Terlihat di sepanjang
bantaran Sungai Cikapundung, banyak sekali pemukiman padat penduduk hal ini
sudah terlihat sejak 20 tahun ke belakang.
Selain itu permasalahan di wilayah Sub DAS Cikapundung disebabkan oleh
berkurangnya fungsi kawasan lindung (hutan dan non hutan), berkembangnya
pemukiman tanpa perencanaan yang baik dan budidaya pertanian yang tidak
sesuai dengan kaidah konservasi. Pembangunan infrastruktur dikawasan hulu
Sungai Cikapundung menyebabkan kawasan lindung (hutan dan non hutan)
menjadi berkurang. Dengan adanya aktivitas pembangunan ini peruntukan
kawasan yang semula daerah terbuka dengan fungsi sebagai area resapan
kemudian berubah menjadi area yang impermeable (tidak tembus air) selain itu
pemanfaatan air tanah di daerah hulu semakin meningkat. Aktifitas ini berdampak
terhadap peningkatan limpasan permukaan dan penurunan tinggi muka air tanah
sehingga berpengaruh terhadap debit aliran yang ada di sungai. Kemudian
budidaya pertanian yang tidak sesuai dengan kaidah konservasi dapat
menyebabkan banyaknya lahan kritis, kadar erosi yang semakin tinggi sehingga
mengakibatkan sedimentasi di palung sungai, waduk, jaringan drainase dan
prasarana keairan lainnya.
Sub DAS Cikapundung yang memiliki luas area sebesar 43.439,04 Ha
2
Cikapundung sendiri sebesar 529,5 juta m3/thn dengan tumpukan sedimentasi
mencapai 1.023.347 ton/thn (sumber : BPLHD Jabar 2010). Sungai Cikapundung
merupkan anak sungai dari Sungai Citarum mempunyai panjang total ± 38 km
melewati Kab. Bandung Barat pada bagian hulu, Kota Bandung pada bagian
tengah sungai, dan Kab. Bandung pada bagian hilir sungai. Sungai Cikapundung
pada kawasan tengah hingga hilir melintas daerah pemukiman padat. Pada daerah
sempadan sungai dipenuhi oleh ± 1.058 bangunan dengan jumlah penduduk
71.875 jiwa/data tahun 2004 (sumber : Dinas PSDA Jabar, 2004). Dampak yang
terlihat hingga sekarang adalah tercemarnya sungai akibat limbah pemukiman,
industri ataupun rumah tangga yang menjadikan sungai sebagai tempat
pembuangan air limbah akibat pengelolaan limbah belum tertata dengan baik.
Ditambah dengan banyaknya rumah industri, pabrik, dan pemukiman di
wilayah hilir Sungai Cikapundung menyebabkan tingkat pengambilan air tanah
yang di luar kendali dimana sebagian besar pengambilan air tanah tersebut tidak
terintegrasi. Hal tersebut mengakibatkan penurunan muka tanah dan kerusakan
struktur pada bangunan gedung serta memperbesar potensi daerah rawan banjir.
Berdasarkan pada kondisi tersebut diketahui bahwa telah terjadi perubahan
tata guna lahan yang berpotensi krisis sumber daya air dan menyebabkan
permasalahan baru seperti banjir di hilir sungai, berkurangnya tinggi muka air
tanah, sedimentasi, erosi, krisis air bersih,perubahan debit sungai secara drastis,
dan permasalahan sosial di masyarakat. Oleh karena itu perlu diketahui seberapa
besar perubahan tata guna lahan di Sub DAS Cikapundung dan dampak apa saja
yang kemungkinan akan timbul akibat perubahan tata guna lahan di Sub DAS
Cikapundung.
1.2 Identifikasi Masalah
Sub DAS Cikapundung merupakan salah satu Sub DAS yang berada di hulu
Sungai Ciatrum. Dengan sungai Cikapundung sebagai sungai utama di Sub DAS
Cikapundung mengalirkan air dari hulu Sungai Cikapundung menuju Sungai
Citarum sebagai muaranya. Pada saat ini Sub DAS Cikapundung telah mengalami
perubahan tata guna lahan yang cukup memprihatinkan. Beralihnya fungsi lahan
3
industri, peternakan dan perkebunan menyebabkan berbagai macam permasalahan
lingkungan. Pembangunan pemukiman di kawasan hulu Sungai Cikapundung
menyebabkan berkurangnya lahan terbuka yang berfungsi sebagai area resapan
air, kondisi ini berdampak kepada meningkatnya limpasan permukaan sehingga
berpengaruh terhadap debit aliran yang masuk ke sungai.
Permasalahan yang terjadi di Sub DAS Cikapundung pada dasarnya
diakibatkan oleh pertumbuhan penduduk yang tidak terkendali sehingga berakibat
pada peningkatan eksploitasi ruang dan sumber daya air. Perubahan hutan di hulu
Sungai Cikapundung menjadi ladang, pemukiman, dan perkebunan tanpa adanya
pengendalian dalam pemanfaatannya dapat menyebabkan banyaknya lahan kritis,
erosi yang semakin tinggi, sehingga mengakibatkan sedimentasi di sungai, waduk,
jaringan drainase dan prasarana keairan lainnya.
Pemukiman padat di bantaran Sungai Cikapundung mulai dari tengah
hingga ke hilir sungai memberikan dampak yang kurang baik terhadap Sungai
Cikapundung. Terjadi pencemaran sungai oleh limbah pemukiman, limbah
industri maupun limbah rumah tangga menyebabkan volume aliran yang masuk
ke sungai dan sedimentasi akan bertambah akibat sampah-sampah yang dibuang
langsung ke sungai. Ditambah dengan banyaknya rumah industri, pabrik, dan
pemukiman di wilayah hulu dan hilir Sungai Cikapundung yang mengambil air
tanah tanpa kendali sehingga mengakibatkan penurunan muka tanah, kerusakan
struktur pada bangunan, infrastruktur kesipilan, dan memperbesar potensi daerah
rawan banjir.
1.3 Rumusan Masalah
Akibat adanya alih fungsi lahan di Sub DAS Cikapundung dari kawasan
konservasi (hutan dan non hutan) menjadi kawasan terbangun terutama pada
kawasan hulu dan hilir Sungai Cikapundung mengakibatkan berkurangnya
infiltrasi serta meningkatnya limpasan permukaan yang masuk ke sungai,
sehingga permasalahan dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Berapa besar persentase perubahan tata guna lahan di Sub DAS
Cikapundung ?
4
3. Apa penyebab terjadinya banjir di hilir sungai Cikapundung ?
1.4 Batasan Masalah
Peneliti membatasi masalah yang akan di bahas dalam penelitian ini,
diantaranya sebagai berikut :
1. Perubahan lahan yang di analisis tahun 1994, 1997, 2005, 2010 dan 2014.
2. Data curah hujan yang digunakan dari tahun 2004-2013 (10 tahun) dari
stasiun hujan yang berada di Sub-DAS Cikapundung dan stasiun hujan
yang berda di dekat Sub DAS Cikapundung yaitu Stasiun Hujan Kayu
Ambon, Stasiun Hujan Margahayu I, Stasiun Hujan Lembang, Stasiun
Hujan Dago Pakar, Stasiun Hujan Cemara, dan Stasiun Cibiru.
3. Analisis hidrologi yang dilakukan adalah kalibrasi data curah hujan
dengan data AWLR S.Cikapundung-Gandok. Kemudian dilakukan
perhitungan debit di outlet (hilir sungai Cikapundung).
4. Analisis perhitungan debit banjir menggunakan Hidrograf Satuan Sintetik
Snyder’s, Hidrograf Satuan Sintetik Nakayasu dan Hidrograf Satuan
Sintetik Gama-I.
5. Perhitungan kapasitas sungai di hilir sungai Cikapundung pada kawasan
Kp. Sukabirus Kec. Dayeuhkolot, Kab. Bandung.
6. Analisis backwater dengan melakukan perhitungan profil muka air dengan
metode standard step.
7. Analisis fluktuasi debit banjir dengan data AWLR
S.Cikapundung-Gandok. Perhitungan debit andalan menggunakan metode F.J Mock.
1.5 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah
1. Mengetahui persentase perubahan tata guna lahan di Sub DAS
Cikapundung.
2. Mengetahui dampak dari perubahan tata guna lahan di Sub DAS
Cikapundung.
5
1.6 Manfaat Penelitian
Setiap penelitian sudah semestinya memiliki manfaat, baik bagi peneliti
maupun bagi pihak-pihak lain yang terkait dengan permasalahan yang dikaji
dalam penelitian. Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Sebagai pengetahuan mahasiswa tentang dampak perubahan tata guna
lahan di Sub DAS Cikapundung terhadap banjir.
2. Sebagai bahan analisis, pemabahan wawasan dan pengetahuan bagi
peneliti sendiri akan mengetahui banjir akibat adanya alih fungsi lahan di
Sub DAS Cikapundung.
3. Menjadi rekomendasi bagi mahasiswa yang akan melakukan penelitian
pada objek yang berkaitan
1.7 Sistematika Penulisan
Agar skripsi ini mudah dipahami oleh berbagai pihak, maka dalam skripsi
ini dibuat sistematika penulisan dengan memberikan penggambaran kandungan
yang ada di setiap bagian atau bab. Skripsi ini direncanakan terdiri dari 5 (lima)
bagian atau bab, yang mana uraian dari masing- masing bab adalah :
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini terbagi atas latar belakang, identifikasi masalah, rumusan masalah,
batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistemtika penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini mencakup segala hal yang menjadi dasar yang berhubungan dengan
tema penelitian, penentuan langkah dan metode penganalisaan yang diambil dari
beberapa pustaka untuk melihat perbandingan tujuan, metode dan hasil analisa
yang ada.
BAB III METODE PENELITIAN
Berisikan tentang lokasi penelitian, teknik pengumpulan data kerangka
6
BAB VI ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Mengandung uraian tentang data-data hasil analisis dan temuan di lokasi
penelitian. Selanjutnya dibahas secara rinci untuk memudahkan penarikan
kesimpulan dan hasil penelitian.
BAB V PENUTUP
Berisikan tentang kesimpulan dari hasil analisis yang telah dilakukan.
Andini nitia pratami, 2015
Analisis dampsk perubahan tata guna lahan di sub das cikapundung terhadap banjir Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di Sub DAS Cikapundung yang merupakan salah satu
Sub DAS yang berada di DAS Citarum Hulu. Wilayah Sub DAS ini meliputi
sebagian Kabupaten Bandung Barat, sebagian Kota Bandung dan sebagian
Kabupaten Bandung, dimana pada kawasan tersebut sering terjadi banjir di bagian
hilirnya.
Sumber: Google Earth Pro, Tahun Pencitraan 2015
Gambar 3.1 Peta lokasi penelitian Sub DAS Cikapundung
3.2 Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan data sekunder yang berasal dari beberapa
instansi anatara lain :
1. Peta tata guna lahan (landuse) Sub DAS Cikapundung tahun 1994,
1997,2002, 2005, 2010 dan 2014 dari BPLHD Jawa Barat.
43
2. Peta penggunaan lahan di Sub DAS Cikapundung Tahun 1994, 1997,
2005, dan 2010 diperoleh dari Bappeda Jabar
3. Peta dan data penggunaan lahan di Sub DAS Cikapundung Tahun 2002
dan 2014 diperoleh dari BPLHD Jawa Barat.
4. Data curah hujan di Sub DAS Cikapundung dari PUSAIR Jawa Barat dan
PSDA Jawa Barat.
5. Peta stasiun hujan dan stasiun pos duga air di wilayah DAS Citarum dari
PSDA Jawa Barat.
6. Data debit Sungai Cikapundung dari PUSAIR Jawa Barat.
7. Profil melintang dan memanjang sungai (bagian hilir Sungai
Cikapundung) diperoleh dari BBWS Citarum.
8. Data keadaan umum wilayah penelitian, kondisi sosial ekonomi dan
lain-lain yang diperoleh dari buku, artikel, laporan-laporan penelitian, jurnal
dari instansi/badan lain yang relevan.
3.3 Kerangka Pikir
DAS Citarum termasuk didalamnya Sub DAS Cikapundung merupakan
DAS yang kritis, karenanya banyak program/proyek yang dilaksanakan dalam
DAS tersebut sebagai upaya perbaikan DAS. Pertumbuhan penduduk yang cepat
dan tuntutan pemenuhan kebutuhan manusia yang sangat beragam memungkinkan
terjadinya perubahan tata guna lahan yang berfungsi konservasi ke penggunaan
lain seperti untuk kepentingan pertanian dan pemukiman.
Fungsi DAS merupakan fungsi gabungan yang dilakukan oleh seluruh
komponen yang ada pada DAS tersebut. Apabila salah satu komponen tersebut
mengalami perubahan misalnya terjadi perubahan penggunaan lahan maka ia akan
mempengaruhi komponen yang lainnya. Perubahan komponen tersebut pada
akhirnya dapat mempengaruhi keseluruhan sistem ekologi di DAS tersebut
termasuk keadaan hidrologi DAS. Karena DAS merupakan suatu ekosistem, maka
setiap masukan (iklim/ hujan) ke dalam ekosistem tersebut dapat dievaluasi dari
keluarnya (air larian, debit banjir, sedimentasi).
Air hujan yang jatuh diatas tanah selain menguap (evaporasi), dalam
44
permukaan tanah (surface runoff) menuju ke tempat yang lebih rendah secara
gravitasi. Hal ini dipengaruhi oleh kondisi geologi, tutupan lahan (land use),
kemiringan lahan, serta besarnya hujan. Besar laju resapan (infiltrasi) dan laju
limpasan di suatu wilayah akan selalu berbanding terbalik, artinya semakin besar
laju resapan, maka laju limpasan air akan semakin berkurang dan sebaliknya,
dimana keduanya akan mempengaruhi tinggi elevasi muka air tanah serta
limpasan permukaan.
Gambar 3.2 Diagram pola pikir
3.4 Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan studi kasus terhadap suatu fenomena banjir dan
genangan yang terjadi di hilir Sungai Cikapundung, yang salah satunya
disebabkan oleh perubahan tata guna lahan di Sub DAS Cikapundung. Adapun
metode penelitian ini adalah metode kuantitatif dan secara garis besar dibagi
menjadi 4 (empat) tahapan pelaksanaan sebagai berikut :
45
Data-data sekunder diperoleh melalui studi pustaka dan pengumpulan data atau informasi data sekunder dari berbagai sumber dan instansi
terkait, misalnya seperti : peta rupa bumi, peta landuse Sub DAS
Cikapundung, data hidrologi, serta laporan-laporan penelitian terdahulu. Data-data primer diperoleh melalui wawancara ke masyarakat maupun
instansi terkait dan observasi langsung di wilayah penelitian dengan
mendata kondisi tata guna lahan, jenis vegetasi/ tanaman penutup lahan,
kondisi saluran drainase dan irigasi (sungai alam), bangunan-bangunan
perumahan, kondisi fisik sarana dan prasarana lingkungan, serta kejadian
banjir yang terjadi di hilir Sungai Cikapundung.
Data hidrologi diambil dari data-data curah hujan yaitu data curah pos hujan
Kayu Ambon, pos hujan Lembang, pos hujan Margahayu I, pos hujan Dago Pakar
dan pos hujan Cibiru didapat dari PUSAIR dan Dinas PSDA Jawa Barat, data
curah hujan Stasiun Cemara dari BMKG TK. I Kota Bandung, Peta Rupa Bumi
didapat dari perpustakaan Museum Geologi Bandung, dan peta Landuse Sub DAS
Cikapundung didapat dari BPLHD Jawa Barat dan Bappeda Jawa Barat.
2. Analisa data meliputi :
Analisa data tata guna lahan dan peta landuse Sub DAS Cikapundung dilakukan untuk menentukan perubahan tata guna lahan, penentuan batas
Sub DAS Cikapundung
Analisa tata guna lahan di daerah penelitian untuk mengetahui perubahan fungsi lahan dari kawasan lindung (hutan dan non hutan) menjadi
kawasan lain pada tahun 1994,1997,2002,2005,2010,dan 2014 sehingga
dapat dianalisis perubahan luasan tutupan lahan akibat adanya alih fungsi
lahan.
Analisa batas Sub DAS untuk menghitung luasan Sub DAS (A) dan panjang aliran Sub DAS (L) daerah penelitian.
Analisa hidrologi, yaitu analisa data curah hujan dengan metode Sebaran Normal, Sebaran Log Normal, Sebaran Gumbel tipe I, dan Sebaran Log
Pearson tipe III, untuk menanalisa frekuensi hujan. Kemudian dilakukan
46
dengan menggunakan rerata thiessen pada outlet (pos duga air sungai
Cikapundung-Gandok).
Menghitung debit banjir dengan berbagai kala ulang menggunakan Analisis perhitungan debit banjir hidrograf satuan sintetik metode Snyder’s, hidrograf satuan sintetik Nakayasu dan hidrograf satuan sintetik metode Gama I.
Menghitung kapasitas tampungan sungai dan analisis backwater di bagian hilir lokasi Ds. Sukabirus Kec. Dayeuhkolot
Analisa fluktuasi debit di sungai Cikapundung dengan menggunakan data AWLR pos duga air S.Cikapundung-Gandok yang dibandingkan dengan
hasil simulasi metode F.J. Mock. Perubahan lahan yang terjadi thn
1994, 1997, 2002, 2005, 2010 dan
2014 di Sub DAS Cikapundung Uji Kesesuaian distribusi :
Uji Chi Kuadrat Uji Smirnov-Kolmogrov
Dilakukan kalibrasi antara data curah hujan dan data AWLR S. Cikapundung, hingga didapatkan debit rencana yang mendekati nilai debit AWLR. Kemudian dilakukan perhitungan debit dengan menggunakan metode yang paling mendekati nilai AWLR.
Perhitungan kapasitas tampungan sungai Cikapundung di Hilir (profil melintang dan memanjang) dan perhitungan profil muka air
menggunakan metode standard step
47
Gambar 3.3 Diagram alur penelitian
3.5 Teknik Analisis Data
3.5.1 Analisis Peta dan Data Lahan
Klasifikasi pemanfaatan lahan di daerah penelitian yang didasarkan pada
peta tata guna lahan (landuse) Sub DAS Cikapundung tahun 1994, 1997, 2002,
2005, 2010 dan 2014 yang didapat dari Bappeda Jawa Barat dan BPLHD Jawa
Barat, menunjukkan bahwa klasifikasi tata guna lahan di daerah penelitian
dibagi menjadi hutan, kebun/perkebunan, ladang/tegalan, sawah, semak belukar,
sungai/danau/waduk/situ, dan terbangun.
Dalam penelitian ini, analisis tata guna lahan dilakukan dengan bantuan
program Auto cad 2011, Arcmap 10.2, dan Ms. Excel, disamping data-data
survey lapangan di daerah penelitian juga dibutuhkan data-data dari peta baik
dari peta digital maupun non digital. Sehingga luasan lahan peta tata guna lahan
tahun 1994, 1997, 2002, 2005, 2010 dan 2014 dapat dibandingkan sesuai dengan
urutan tahunnya.
3.5.2 Analisis Data Hidrologi
Analisis data hidrologi ini bertujuan untuk mengetahui atau
memperkirakan jumlah debit banjir berdasarkan curah hujan maksimum dalam
kurun waktu tertentu di suatu daerah aliran sungai. Terdapat beberpa metode
untuk memperkirakan debit banjir antara lain metode Rasional, Metode
Hidrograf, Metode Hidrograf Satuan dan Metode Hidrograf Satuan Sintetis.
Dalam penelitian ini, perhitungan menggunakan Hidrograf Satuan Sintetis
dengan Metode Snyder’s, Nakayasu dan Gama I.
Dengan menghitung luas DAS yang ada, kemudian menganalisis
koefisisen aliran (C) akibat adanya perubahan tata guna lahan, serta memilih
intensitas hujan berdasarkan asumsi nilai besaran hujan kawasan yang Kesimpulan dan rekomendasi
48
menyebabkan terjadinya banjir dan genangan di kawasan hilir Sub DAS
Cikapundung, maka akan diperkirakan penyebab kejadian banjir.
3.5.3 Analisis Kapasitas Tampungan Sungai
Analisis kapasitas tampungan ini bertujuan untuk mengetahui apakah
penampang yang ada (eksisting) dapat berfungsi sebagaimana mastinya yaitu
dengan mengairkan debit aliran ke hilir atau terjadi overflow. Data yang
digunakan adalah penampang memanjang dan melintang sungai di bagian hilir.
3.5.4 Analisis Fluktuasi Debit Sungai
Analisis fluktuasi debit dilakukan dengan menggunakan data debit dari
stasiun AWLR (Gandok). Analisa ini dilakukan untuk mengetahui perubahan
debit yang terjadi di sungai Cikapundung dan mengetahui tinggi fluktuasi debit
di sungai Cikapundung. Kemudian dilakukan simulasi debit andalan dengan
Andini nitia pratami, 2015
Analisis dampsk perubahan tata guna lahan di sub das cikapundung terhadap banjir Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dapat ditarik beberapa
kesimpulan diantaranya :
1. Hasil analisis terhadap peta penggunaan lahan di Sub DAS Cikapundung
dalam kurun waktu 20 tahun (1994-2014) menunjukkan penambahan lahan
terbangun 1547.18 ha (10.84%), penambahan lahan ladang/tegalana 1160.09
ha (8.13%), pengurangan lahan hutan 1541.40 ha (10.27%), pengurangan
lahan kebun/perkebunan 199.55 ha (1.40%), pengurangan lahan sawah
480.35 ha (3.36%), dan pengurangan lahan semak belukar 560.67 ha (3.93%).
Dari perubahan lahan tersebut menyebabkan perubahan koefisien limpasan
yang semula (tahun 1994) 0.44 menjadi 0.50 pada tahun 2014.
2. Dampak dari perubahan tata guna lahan diantaranya adalah perubahan tinggi
muka air di sungai Cikapundung (AWLR, pos duga air
S.Cikapundung-Gandok) yang sangat drastis ketika curah hujan tinggi dan curah hujan
rendah. Ketika curah hujan tinggi maka tinggi muka air sungai Cikapundung
menjadi tinggi dan sebaliknya ketika curah hujan rendah maka tinggi muka
air di sungai Cikapundung rendah hingga mendekati nol. Hal ini dapat
dibuktikan pada data AWLR pos duga air S.Cikapundung-Gandok, setiap
tahunnya terjadi perubahan fluktuasi yang drastis. fluktuasi debit paling tinggi
pada bulan Januari 2012 dengan debit maksimum 20.6 m3/det dan minimum
0.19 m3/det pada bulan Desember 2006.
3. Terdapat beberapa penyebab banjir di hilir Sungai Cikapundung diantaranya
Curah hujan, perubahan tata guna lahan di hulu sungai Cikapundung,
sedimentasi, adanya efek backwater dari Sungai Citarum, kapasitas
tampungan yang semakin berkurang, morfologi sungai yang berkelok-kelok,
adanya akumulasi debit dari Sungai Cikapundung Kolot, dan sampah yang di
buang ke sungai. Faktualnya, curah hujan di Kota Bandung maupun di Kec.
90
menggenangi wilayah hilir sungai Cikapundung ditambah dengan perubahan
tataguna lahan di Sub DAS Cikapundung yang terus berubah setiap tahunnya
yang memnyebabkan aliran permukaan semakin tinggi dan terbawanya
material sedimen dari hulu sehingga terjadi sedimentasi di bagian hilir sungai
akibat perubahan kemiringan dasar sungai. Kondisi eksisting saluran di hilir
sungai Cikapundung dengan lokasi kp. Sukabirus Kec. Dayeuhkolot
Kabupaten Bandung pada beberapa titik tinjauan kondisi saluran adalah over
capacity. Saluran yang tidak bisa mengalirkan air hingga ke hilir
menyebabkan terjadinya genangan dan luapan ke kanan kiri sungai. Ditambah
dengan efek backwater yang dapat terjadi apabila tinggi muka air di sungai
Citarum lebih tinggi dari muka air sungai Cikapundung (pada lokasi
penelitian).
5.2 Saran
1. Perlu adanya penelitian lanjutan tentang masalah banjir yang diakibatkan oleh
tata guna lahan di Sub DAS Cikapundung secara menyeluruh dengan
mempertimbangkan beberapa kondisi diataranya kondisi geografis,
topografis, geometrik sungai, adanya pembendungan, pembangunan saluran
drainase dan bangunan air lainnya, serta kondisi sosial masyarakat
(kependudukan).
2. Dapat dilakukan penelitian lebih lanjut tentang analisis air balik (backwater)
yang terjadi di hilir sungai Cikapundung akibat tinggi muka air di Sungai
Citarum lebih besar daripada muka air di Sungai Cikapundung dengan
menggunakan software HEC-HMS untuk perencanaan debit dan software
Andini nitia pratami, 2015
Analisis dampsk perubahan tata guna lahan di sub das cikapundung terhadap banjir Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR PUSTAKA
(_______). DAS Citarum [Online] Available at
:http://ppejawa.com/ekoregion/das-citarum/ (Feb, 2015)
Andrew, jeffier. 2014. Analisis Debit Banjir Sungai Ranoyapo Menggunakan
Metode HSS Gama-I dan HSS Limantara, Jurnal Sipil Statik. Fakultas
teknik, jurusan teknik sipil suniversitas sam ratulangi Manado
Apriani, Tia. 2014. Analisis Penyebab dan Penanggulangan Bajir di Kecamatan
Dayeuhkolot. Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.
Dharma, Sila I.G.B., Mawiti Infantri Yekti., Gede Indra Permana. 2007. Pengaruh
Perubahan Tata Guna Lahan Terhadap Debit Banjir. Teknik Sipil Fakultas
Teknik Universitas Udayana, Bali.
Hadisusanto, N. 2010. Aplikasi hidrologi. Jogja mediautama. Malang
Kamiana, I Made. 2011. Teknik Perhitungan Debit Rencana Bangunan Air. Graha
Ilmu. Yogyakarta
Kodoatie, Robert. 2013. Rekayasa dan Manajemen banjir Kota. Penerbit Andi,
Yogyakarta.
Negoro, Agung Noto and Pramawan, Heri (2008). Perencanaan Teknis Embung
Silandak Sebagai Pengendali Banjir Kali Silandak Semarang (Engineering
Design Of Silandak Small Dam As A Flood Control Of Semarang Silandak
River ). Undergraduate thesis, F. Teknik UNDIP.
Prahananto, Ardhian dan Sugiyanto. Perencanaan Drainase Kawasan puri
Anjasmoro Kota Semarang. Tugas Akhir. Fakultas Teknik Universitas
Dipenogoro.
Pramudiharto, Aji dan Hidayat Noval. 2008, Evaluasi Penanggulangan Banjir
Bandara internasional Ahmad Yani Semarang, Undergraduate thesis. F
Teknik Undip
Sudarto. 2009. Analisis Pengaruh Perubahan Tata Guna Lahan Terhadap
Peningkatan Jumlah Aliran Permukaan (Studi Kasus pada DAS Kali Gatak
di Surakarta, Jawa Tengah). Tesis, Magister Program Studi Ilmu
Lingkungan. Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
92
Suripin. 2003. Sistem Drainase Perkotaan yang Berkelanjutan. Penerbit Andi.
Semarang.
Siswoyo, Hari. Jurnal Teknik Sipil, Pengembangan Model Hidrograf Satuan
Sintetis Snyder untuk Daerah Aliran Sungai Di Jawa Timur. Jurusan
Pengairan, Fakultas Teknik Universitas Brawijaya.
Suroso, Hery Awan Susanto. 2006. Jurnal Teknik Sipil, Pengaruh Perubahan Tata
Guna Lahan Terhadap Debit Banjir Daerah Aliran Sungai Banjaran. Jurusan
Teknik Sipil, Universitas Jendral Soedirman, Purwokerto.
Susilawati, 2014, analisis perubahan penggunaan lahan terhadap karakteristik
hidrologi di sub DAS cirasea, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.
Suryatman, Kristanto, Nensi, 1985. Open Channel Hydraulics terjemahan.
Erlangga. Jakarta
Wicaksono, Albert dan Dodi Yudianto. 2103. Evaluasi Kapasitas Tampungan dan
Saluran Pasca Keruntuhan Tanggul Kolam Tampungan di Kawasan
Perumahan. Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat.
Universitas Katolik Parahyangan. Bandung
Widyaningsih, Iin Widiatni. 2008. Pengaruh Perubahan Tata Guna Lahan Di Sub
DAS Keduang Ditinjau dari Aspek Hidrologi. Tesis, Magister Program
Studi Ilmu Lingkungan. Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret,
Surakarta.
Zulfiandri, Rismalinda dan Anton Ariyanto. Jurnal Teknik Sipil, Analisa
Kelayakan Kapasitas Saluran Drainase (Studi Kasus Drainase Kelurahan