TREES OF THE CITY
Profil Tanaman Hutan
Untuk Perkotaan
PENYUSUN
PENYUNTING
Yulianti Bramasto
M. Zanzibar
Endang Pujiastuti
Safrudin Mokodompit
Nurhasybi
Dede Jajat Sudrajat
Danu
Dida Syamsuwida
W i l a y a h
J a w a
B a r a t ,
B a n t e n
d a n
D K I
J a k a r t a
Balai Penelitian Teknologi Perbenihan Tanaman Hutan
Jl. Pakuan Ciheuleut Bogor PO BOX 105 Bogor Telepon/Fax. (0251) 8327768 Email : [email protected]
Trees of The City
Balai Penelitian Teknologi Perbenihan
Tanaman Hutan
2015
TREES OF THE CITY
Profil Tanaman Hutan untuk Perkotaan Wilayah Jawa Barat, Banten dan DKI Jakarta
Penyusun:
Yulianti Bramasto
Nurhasybi
Danu
Dida Syamsuwida
M. Zanzibar
Endang Pujiastuti
Safrudin Mokodompit
Penyunting:
Dede Jajat Sudrajat
Desain Sampul dan Tata Letak:
Endang Pujiastuti
Publikasi khusus diterbitkan oleh :
Balai Penelitian Teknologi Perbenihan Tanaman Hutan
Jl. Pakuan Ciheuleut Po Box 105 Bogor 16001
Telp./Fax. : (0251) 8327768
Website : bptpbogor.litbang.dephut.go.id
E-mail : [email protected]
Cetakan pertama : Desember 2006
Cetakan kedua : Desember 2011
Cetakan ketiga : Desember 2015
ISBN : 979-3339-10-0
Kondisi ruang terbuka hijau di perkotaan semakin berkurang sejalan dengan pertambahan jumlah penduduk yang terus meningkat. Keadaan ini akan menimbulkan penurunan kualitas lingkungan di perkotaan, sehingga dalam jangka panjang akan menurunkan pula kualitas sumber daya manusia. Untuk mengatasi permasalahan ini diperlukan beberapa pendekatan yaitu antara lain membuat suatu perencanaan tata ruang perkotaan yang mengalokasikan luasan untuk dijadikan ruang terbuka hijau. Salah satu bentuk ruang terbuka hijau adalah hutan kota.
Dalam buku ini penyusun mencoba untuk menginventarisasi jenis-jenis tanaman hutan yang dapat digunakan dalam program penanaman hutan kota. Adapun informasi jenis-jenis yang umum digunakan di perkotaan khususnya di daerah Jawa Barat, Banten dan DKI Jakarta dikumpulkan berdasarkan informasi yang diberikan oleh beberapa kota dan kabupaten yang berada di wilayah tersebut. Hasil informasi ini diperdalam dengan penambahan informasi hasil-hasil penelitian serta literatur. Titik berat uraian tentang buku "Trees of The City” adalah tentang kesesuaian tempat tumbuh, budidaya serta manfaat bagi lingkungan di perkotaan. Hal ini diharapkan dapat menjadi masukan dalam pemilihan jenis tanaman bagi daerah-daerah yang ingin membangun suatu hutan kota.
Semoga Buku ini bermanfaat.
Bogor, Desember 2011 Kepala Balai,
Ir. Kusmintarjo, M.Agr
i
Kata Pengantar
Dalam rangka penyebarluasan hasil penelitian dalam bentuk yang lebih praktis Balai Penelitian Teknologi Perbenihan Tanaman Hutan (BPTPTH) telah menerbitkan buku “Trees of The City” yang dimaksudkan untuk memberikan arah dalam pemilihan jenis-jenis tanaman hutan yang dapat digunakan dalam membangun hutan kota dengan memperhitungkan segi estetika, arsitektural, fungsi lingkungan dan kemanfaatan. Buku “Trees of The City” dilengkapi dengan informasi kesesuaian lahan untuk tumbuh, keterangan botani dan kegunaannya.
Buku “Trees of The City” memperoleh respon yang positif dari berbagai kalangan di antaranya instansi pemerintah, swasta, maupun masyarakat umum. Berkaitan dengan hal tersebut mengakibatkan banyaknya permintaan terhadap buku “Trees of The City” ini. BPTPTH secara bertahap melakukan pencetakan ulang buku “Trees of The City”, yang di dalam buku cetakan ketiga tersebut telah dilakukan penyempurnaan antara lain nama Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, menambah penyunting buku, dan perbaikan redaksional lainnya.
Ucapan terimakasih disampaikan kepada semua pihak yang telah berperan dalam penyusunan Buku “Trees of The City” cetakan ketiga. Secara khusus ucapan terima kasih disampaikan kepada para Peneliti BPTPTH, Tim Penyusun dan Penyunting, berkat kontribusinya Buku “Trees of The City” cetakan ketiga ini dapat disusun dan dicetak ulang kembali.
Semoga Buku ini bermanfaat.
Bogor, Desember 2015 Kepala Balai,
Kata Pengantar
Daftar Isi
KATA PENGANTAR CETAKAN KEDUA ... KATA PENGANTAR CETAKAN KETIGA ... DAFTAR ISI ...
I. PENDAHULUAN ... A. Latar Belakang ... B. Maksud dan Tujuan ... C. Metode Pengumpulan Data ... II. PERMASALAHAN LINGKUNGAN DI PERKOTAAN ... A. Penurunan Kualitas Lingkungan Kota ... B. Penurunan Kualitas Daerah Penyangga ... C. Penurunan Kualitas Lingkungan Perkotaan di Jawa Barat,
Banten dan DKI Jakarta ... 1. Identifikasi Permasalahan ... 2. Implikasi Terhadap Kualitas Lingkungan ...
III. KONSEP HUTAN KOTA DAN TAMAN KOTA ... A. Kota ... B. Hutan Kota ... C. Peranan Hutan Kota ... D. Tipe dan Bentuk Hutan Kota ...
-IV. JENIS JENIS TANAMAN HUTAN UNTUTK PERKOTAAN ... V. REKOMENDASI ... DAFTAR PUSTAKA ... i ii iii 1 1 2 3 5 6 7 7 7 9 11 11 12 12 14 17 20 27
iii
LAMPIRAN :
DESKRPSI JENIS TANAMAN HUTAN KOTA
1. Agathis/Damar (Agathis lorantifolia Salisb.) . ... 2. Akasia (Acacia mangium Willd)... 3. Angsana (Pterocarpus indicus Willd)... 4. Asam jawa (Tamarindus indicus L) . ... 5. Bisbul (Diospyros blancoi A.D.C.). ... 6. Bungur (Lagerstoemia speciosaPers.) ... 7. Buni (Antidesma bunius L. Sprengel) ... 8. Cempaka kuning (Michelia champaca L.) . ... 9. Cemara laut (Casuarina equisetifolia L.) . ... 10. Delima (Punica granatum L.) . ... 11. Ekaliptus /Ampupu (Eucalyptus urophyllaST Blake) ... 12. Flamboyan (Delonix regia G) . ... 13. Gandaria (Bouea macrophyllaGriff ) ... 14. Gmelina (Gmelina arborea Roxb) . ... 15. Jamblang (Eugenia cuminii L. Druce) ... 16. Jambu Dipa (Diospyros diepenhorstii Miq.) ... 17. Jamuju (Podocarpus imbricatusBl.) ... 18. Jati (Tectona grandis Lihh.F.) ... 19. Johar (Cassia siameaLamk.) ... 20. Kayu afrika (Maesopsis eminii Engl) ... 21. Kecapi (Sandoricum koetjape(burm.f.) MERR) . ... 22. Kemang (Mangifera caesiaJack ex Wall) . ... 23. Kenari (Canarium indicum L.) . ... 24. Kersen (Muntingia calabura L.) . ...
25. Kesemek (Diospyros Khaki L.f.) ... 26. Ketapang (Terminalia cetappa L.) . ... 27. Kluwek(Pangium edule Reinw) . ... 28. Kopo (Syzygium suringarianum Koord. & Valeton) ... 29. Kupa (Syzygium polycephalum(Miq.) MERR & perry ... 30. Pulai (Alstonia sp.) . ... 31. Lobi-lobi (Flacortia inermis Roxb.Var. inermis) ... 32. Mahoni (Swietenia macrophyllaKing) ... 33. Maja (Aegle marmelos (L.) Corea) ... 34. Mangga (Mangifera indica L.)... 35. Manggis (Garcinia mangostana L.) . ... 36. Manglid (Magnolia blumei P.) . ... 37. Markisa (Passiflora edulis Sims.) ... 38. Mindi (Melia azedarach Linn.) ... 39. Nona (Annona reticulata L) . ...
40. Perca (Palaquium gutta (Hook.f.) Baill.) ...
41. Pinang (Areca catechu Linn) . ... 42. Pinus (Pinus merkusii Jungh et de Vries) ... 43. Puspa (Schima wallichii Korth.) ... 44. Rasamala (Altingia exelsa N.) . ... 45. Rengas (Gluta renghas L.) . ... 46. Rotan (Calamus sp.) ... 47. Saninten (Castanopsis javanica (Bl) A.DC.) ... 48. Sarikaya (Annona squamosaLinn.) ... 49. Sawo duren (Chrysopyllum cainitoLINN) ... 50. Sawo Kecik (Manilkara kauki (L) Dubard) ... 51. Suren (Toona sinensis Roem) ... 52. Tanjung (Mimusops elengi L.) . ...
31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82
1
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Kota identik dengan pemukiman penduduk dalam jumlah besar pada suatu kawasan dengan sarana pendukung seperti perkantoran, kawasan industri, sekolah, rumah ibadah, pusat-pusat perbelanjaan, gelanggang olah raga, tempat rekreasi dan kawasan hijau. Perkembangan perkotaan di Indonesia berjalan sangat cepat setelah tahun 1900, ditandai dengan meningkatnya jumlah penduduk akibat arus urbanisasi, membengkaknya jumlah perumahan baru yang dibangun di sekeliling kota, munculnya pusat-pusat industri, pusat belanja, perkantoran, hotel, dan sekolah. Tetapi perkembangan ini berbanding terbalik dengan semakin menurunnya luas lahan yang digunakan untuk kawasan hijau seperti hutan kota yang disebabkan mahalnya harga lahan dan kebijakan penggunaan lahan. Menurunnya kualitas lingkungan seperti polusi udara akibat buangan bahan bakar kendaraan bermotor dan industri, seharusnya membutuhkan hutan kota dengan alokasi lahan yang cukup luas.
Pembangunan kota cenderung meminimalkan ruang terbuka hijau. Areal yang ditumbuhi pepohonan beralih fungsi menjadi kawasan perdagangan, pemukiman, industri, jaringan transportasi serta sarana dan prasarana kota lainnya. Lingkungan perkotaan berkembang secara ekonomi namun menurun secara ekologi sehingga keseimbangan ekosistem perkotaan terganggu, yang ditandai antara lain oleh naiknya suhu dan polusi udara, menurunnya permukaan tanah dan meningkatnya bahaya banjir. Dalam jangka waktu yang lama,
2
B. Maksud dan Tujuan
Pembangunan hutan kota merupakan suatu keharusan ditengah semakin menurunnya kualitas lingkungan hidup di perkotaan dan daerah pinggiran. Hutan kota dapat berbentuk barisan pepohonan di sepanjang jalan, bangunan terbuka, lahan-lahan yang terbuka, kawasan luar kota, kawasan perdagangan dan kawasan industri, kelompok vegetasi di taman-taman, danau, empang, jalur hijau sepanjang sungai, padang penggembalaan, yang dapat menyambung ke kawasan hutan di luar kota. Luas hutan kota minimum 0,4 hektar, jika berbentuk jalur minimum lebarnya 30 meter (Dahlan, 2004).
Daerah perkotaan di sebagian besar daerah Jakarta, Jawa Barat dan Banten, telah tumbuh sangat pesat dibandingkan dengan kota-kota lain di Indonesia. Menurut data statistik 60 % industri terletak di Jawa Barat dan Banten. Polusi di daerah industri Jawa Barat dan Banten serta Jakarta sudah pada tahap mengkhawatirkan. Kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung serta kota-kota lainnya dengan jumlah penduduk banyak, jumlah kendaraan bermotor sangat tinggi dan sarana jalan yang terbatas menimbulkan terjadinya penumpukan dan kemacetan yang meningkatkan polusi udara melalui pembakaran BBM di jalan-jalan. Lahan yang sempit dengan jumlah penduduk yang banyak memerlukan sarana rekreasi dan tempat bermain bagi anak-anak seperti lapangan sepak bola, basket, sarana atletik dan lain-lain, yang dapat dikombinasikan hutan kota dengan vegetasinya yang berfungsi sebagai penyedia oksigen, penyerap polutan, pelindung terhadap matahari, pelindung tanah terhadap erosi, koleksi tanaman dan beragam fungsi lainnya.
Penyusunan buku Trees of The City: Profil Tanaman Hutan untuk Perkotaan Wilayah Jawa Barat, Banten dan Daerah Khusus Ibukota Jakarta ini dimaksudkan untuk memberikan bekal pengetahuan mengenai jenis-jenis tanaman hutan yang dapat digunakan dalam membangun hutan kota dengan memperhitungkan segi estetis, arsitektural, fungsi lingkungan dan kemanfaatan. Tujuan penulisan ini adalah untuk memberikan arah dalam pemilihan jenis-jenis tanaman hutan dalam pembangunan hutan kota yang dilengkapi dengan informasi kesesuaian lahan untuk tumbuh, keterangan botani, dan manfaat/ kegunaannya.
C. Metode Pengumpulan Data
Untuk memperoleh informasi tentang jenis-jenis tanaman hutan yang umum ditanam sebagai hutan kota di setiap kota di Jawa Barat, Banten dan DKI Jakarta, maka dilakukan pengumpulan informasi melalui penyebaran kuisioner ke beberapa kabupaten/kota di propinsi tersebut. Adapun isi kuisioner meliputi bentuk, luas, fungsi dan kondisi hutan kota yang terdapat pada masing-masing wilayah. Informasi utama adalah jenis-jenis yang ditanam serta bagaimana pengadaan benih serta bibit dari setiap jenis tersebut.
Pengiriman kuisoner dilakukan ke 25 kabupaten/kota di Jawa Barat, Banten dan DKI Jakarta. Berdasarkan hasil informasi tersebut diperoleh data 52 jenis tanaman yang umumnya ditemui di berbagai wilayah tersebut. Masing-masing jenis mempunyai fungsi yang berkaitan dengan upaya perbaikan lingkungan perkotaan.
2
Permasalahan Lingkungan
di Perkotaan
Permasalahan lingkungan hidup di Indonesia telah menjadi perhatian besar sejak tahun 1970-an yaitu ketika diselenggarakannya seminar Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Pembangunan Nasional di Bandung pada tahun 1972. Saat itu yang menjadi topik adalah masalah pencemaran karena informasi berasal dari negara Barat. Permasalahan lingkungan tidak hanya berasal dari kemajuan teknologi tetapi juga berasal dari perubahan alam.
Faktor yang sangat penting dalam permasalahan lingkungan adalah besarnya populasi manusia. Dengan cepatnya pertumbuhan populasi akan mengakibatkan perubahan yang besar dalam lingkungan hidup.
Jadi inti permasalahan lingkungan hidup adalah hubungan makhluk hidup khususnya manusia dengan lingkungan hidupnya. Mutu lingkungan hidup yang dapat memenuhi kebutuhan manusia adalah kondisi lingkungan dalam hubungannya dengan mutu hidup. Dengan demikian makin tinggi derajat mutu hidup dalam suatu lingkungan tertentu, makin tinggi pula derajat mutu lingkungan tersebut dan sebaliknya.
Mengaitkan mutu lingkungan dengan derajat pemenuhan kebutuhan dasar, berarti lingkungan itu merupakan sumber daya. Sumber daya misalnya lahan atau sepetak hutan, udara, air sungai, laut dan ikan laut yang dimiliki oleh publik, perorangan ataupun badan usaha harus dikelola secara bijaksana sehingga mendukung program pembangunan lestari dan berkelanjutan.
6
A. Penurunan Kualitas Lingkungan Kota
Urbanisasi adalah salah satu bentuk migrasi yang banyak terjadi di Indonesia yaitu perpindahan penduduk dari desa ke kota. Terjadinya urbanisasi karena ada dua kekuatan besar yaitu dorongan dari desa dan tarikan dari kota. Dorongan dari desa adalah kepadatan penduduk yang melampaui daya dukung lingkungan sehingga lapangan kerja di sektor pertanian berkurang sehingga tidak mencukupi dan lingkungan mengalami kerusakan. Selain itu kepadatan penduduk dapat juga karena buruknya keamanan dan bencana alam, sehingga menimbulkan keinginan untuk berpindah ke tempat lain yaitu kota. Tarikan dari kota adalah berita tentang adanya kesempatan kerja di kota, pelayanan kesehatan dan pendidikan yang lebih baik dan citra tentang kedudukan sosial orang kota yang lebih tinggi.
Urbanisasi menimbulkan banyak masalah, diantaranya adalah menurunnya sanitasi, kualitas pemukiman yang buruk dan banjir di perkotaan. Banjir di perkotaan terjadi karena makin berkurangnya kawasan resapan air seperti jalur hijau dan taman. Hal ini terjadi karena adanya kenaikan jumlah penduduk yang memerlukan penambahan rumah dan kenaikan kebutuhan perumahan yang tidak disertai dengan peraturan serta kesadaran lingkungan yang baik. Banyak rumah yang dibangun di atas bantaran sungai bahkan di atas sungai dengan tiang rumah di alur sungai yang menyebabkan terhambatnya penyaluran air.
Sementara itu di bagian hulu sungai banyak hutan mengalami kerusakan. Akibatnya waktu hujan, debit air di sungai meningkat dan menimbulkan banjir di bagian hilir (kota). Untuk kota di pantai misalnya Jakarta, risiko banjir diperbesar oleh topografi yang landai dan oleh adanya air pasang yang mempersulit pembuangan air ke laut.
Kerusakan lingkungan yang disebabkan kemajuan teknologi seperti banyak daerah industri atau pabrik-pabrik di perkotaan menimbulkan pencemaran udara yang berasal dari buangan asap industri pabrik. Buangan yang berupa cairan juga dapat menyebabkan kerusakan lingkungan pada air sungai atau air tanah, sehingga sering menimbulkan berbagai penyakit kulit.
Kerusakan lingkungan dapat juga bersifat sosial budaya seperti timbulnya perasaan kesal dan dongkol akibat kepadatan lalu lintas, gangguan kesehatan, kenyamanan dan bau busuk yang disebabkan tumpukan sampah di setiap sudut kota dan timbulnya kejahatan, prostitusi karena pekerjaan di kota yang didambakan tidak diperoleh.
B. Penurunan Kualitas Lingkungan
C. Penurunan Kualitas Lingkungan Perkotaan
Daerah Penyangga
di Jawa Barat, Banten dan DKI Jakarta
1. Identifikasi Permasalahan
Reaksi terhadap kenaikan jumlah penduduk adalah dengan upaya menaikkan lahan yang digunakan untuk pertanian. Reaksi itu merupakan kekuatan yang disebut tekanan penduduk. Tekanan penduduk yang bertambah besar menyebabkan, lahan pertanian digunakan untuk keperluan lain misalnya pemukiman, jalan dan pabrik. Pertanian yang subur akhirnya makin habis.
Perluasan mulanya dilakukan pada lahan yang sesuai untuk pertanian yaitu lahan yang datar atau berlereng landai dan subur. Namun lama kelamaan terambil juga lahan yang kurang sesuai, tidak subur dan lerengnya curam. Perubahan peruntukan atau alih fungsi lahan terjadi jika adanya kebutuhan yang tidak dapat dihindari, baik itu untuk kepentingan pribadi/swasta maupun kepentingan publik. Misalnya, alih fungsi lahan yang terjadi di kawasan strategis di kawasan Puncak Cisarua dan sekitarnya, dimana kativitas pariwisatanya sangat meningkat pesat di wilayah ini. Kawasan pariwisata ini menjamur dikarenakan pesona alam yaitu persawahan yang dikelilingi pegunungan dan aliran sungai yang jernih. Ditambah lagi dengan ketersediaan infrastruktur yang dinilai cukup memadai untuk memfasilitasi pertumbuhan kawasan pariwisata. Oleh karena itu, harus diambil langkah pengendalian dan penertiban pembangunan khususnya di daerah kritis dengan lebih selektif di dalam memberikan izin untuk membangun.
Apabila hutan hilang, fungsi perlindungan hutan terhadap tanah jug hilang, maka terjadi erosi. Erosi makin besar dengan makin curamnya dan panjangnya lereng serta makin tingginya hujan. Akibatnya terjadi penurunan kesuburan tanah dan turunnya produksi yang akan mengurangi pendapatan petani.
Efek erosi tidak hanya lokal, tapi menyebar jauh ke hilir. Tanah yang tererosi terbawa air dan ketika arus air berkurang maka terjadi pengendapan lumpur. Akibatnya pendangkalan sungai, waduk, pelabuhan dan saluran pengairan terjadi dan pada waktu musim penghujan, air sungai yang melewati kota akan meluap lebih besar. Akhimya banjir menjadi hal yang rutin di kota.
Dengan demikian, kerusakan lingkungan di daerah penyangga akan berdampak besar ke lingkungan kota, seperti yang telah diuraikan sebelumnya dimana urbanisasi dapat terjadi akibat adanya tekanan dari desa yang berupa kerusakan lingkungan atau bencana alam.
Beberapa hal dapat diidentifikasi menjadi penyebab terjadinya penurunan kualitas lingkungan di daerah perkotaan Jawa Barat, Banten dan DKI Jakarta, yaitu antara lain :
8
a. Jumlah Penduduk
Penyebab kualitas lingkungan di perkotaan sangat identik dengan peningkatan jumlah penduduk yang sangat tajam. Hal ini tidak sepenuhnya benar, karena urbanisasi yaitu perpindahan penduduk dari desa ke kota sebagai salah satu faktor meningkatnya kepadatan penduduk di perkotaan tidak akan terjadi kalau sistem sentralisasi dalam pemusatan kegiatan hanya ada di beberapa lokasi saja. Terjadinya urbanisasi dapat terjadi antara lain karena lapangan mata pencaharian di pedesaan semakin berkurang dan terjadinya perubahan dalam pola pandang atau pola hidup masyarakat.
Tekanan penduduk di daerah DKI Jakarta adalah yang terbesar, karena jumlah penduduk dan lahan yang tersedia tidak seimbang, sehingga kepadatan penduduk sangat tinggi. Demikian pula untuk beberapa kota di Jawa Barat dan Banten, terutama di kota yang berdiri industri, pusat pemerintahan dan pariwisata. Kepadatan yang tidak seimbang antara jumlah penduduk dan lahan yang tersedia menyebabkan tidak perdulinya orang terhadap sanitasi, kebersihan, nilai-nilai estetika lingkungan serta ruang terbuka hijau.
b. Pembangunan Berbagai Industri
Menurut data statistik, 60 % industri terletak di Jawa Barat dan Banten. Hal ini terjadi karena pusat pemerintahan atau kekuasaan terdapat di Jakarta, sehingga Jawa Barat dan Banten merupakan daerah terdekat dengan Jakarta menjadi pilihan utama para investor untuk menanamkan modalnya. Dengan semakin dekatnya lokasi dimana investor menanamkan modalnya dengan pusat kekuasaan, maka biaya operasional yang harus dikeluarkan akan lebih sedikit, namun akibatnya kepadatan industri semakin tinggi di Jawa Barat dan Banten. Pembangunan industri yang tidak dikendalikan dan diawasi dengan ketat akan mengakibatkan industri yang dibangun tidak mengikuti pola industri yang berbasis ramah lingkungan atau hanya mengejar keuntungan finansial. Buangan industri menjadi penyumbang cukup besar dalam peningkatan polusi di perkotaan, baik buangan dalam bentuk gas, partikel debu, ataupun dalam bentuk limbah cair, sehingga analisa dampak lingkungan dari suatu industri yang akan dibangun merupakan suatu parameter dari industri tersebut dalam menyumbangkan penurunan kualitas lingkungan di sekitarnya.
c. Perubahan Budaya Agraris Menjadi Industri
Seiring dengan kemajuan zaman, pola budaya suatu kelompok masyarakat atau bangsa akan mengalami penubahan. Budaya agraris atau pertanian merupakan budaya pertama yang dikenal oleh masyarakat, yaitu pola bercocok tanam dalam rangka memenuhi kebutuhan pangan. Namun sesuai dengan sifat manusia yang tidak pernah puas dan rasa ingin tahu yang besar, maka terjadi perubahan perilaku dari budaya primitif, sederhana hingga teknologi tinggi. Apabila perubahan terjadi secara evolusi, dampak yang ditimbulkan akan minimal, lain halnya apabila perubahan terjadi secara revolusi,
Perubahan dari masyarakat agraris menjadi masyarakat industri, bagi sebagian masyarakat mungkin sudah siap, namun sebagian besar tidak siap. Akibatnya alam atau lingkungan yang menjadi korban dan tidak secara disadari merugikan pula terhadap masyarakat itu sendiri.
Dampak utama dari terjadinya perubahan pola budaya agraris menjadi pola industri adalah menyusutnya lahan untuk pertanian, karena kegiatan ini sudah ditinggalkan dan lahan pertanian menjadi daerah pengembangan industri, perkantoran dan pusat pusat perbelanjaan.
2. Implikasi Terhadap Kualitas Lingkungan
Uraian di atas menyatakan beberapa hal yang diidentifikasi menjadi penyebab terjadinya penurunan kualitas lingkungan secara umum di perkotaan Jawa Barat, Banten dan DKI Jakarta. Uraian berikut adalah menjelaskan implikasi dari faktor-faktor yang telah dibahas tersebut. Dampak yang ditimbulkan antara lain :
a. Polusi
Dampak utama dari padatnya penduduk serta pembangunan industri adalah terjadinya polusi. Polusi dapat ditimbulkan dari limbah rumah tangga, limbah industri serta kendaraan bermotor. Tingkat polusi di daerah Jakarta sudah cukup mengkhawatirkan, terutama yang disebabkan oleh kendaraan bermotor. Limbah rumah tangga yang tidak ditangani dengan baik menyebabkan terganggunya sistem pembuangan atau aliran saluran air yang ada, sehingga dapat menimbulkan banjir.
b. Terganggunya Sistem Sanitasi
Sistem sanitasi meliputi sistem pembuangan, ruang terbuka untuk pertukaran udara serta tata ruang di perkotaan. Peningkatan jumlah penduduk mengakibatkan lahan untuk tempat tinggal semakin sempit, sehingga tidak memperhatikan lagi sistem tata ruang yang ada. Akibatnya mutu lingkungan menurun dan berpengaruh terhadap mutu sumber daya.
c. Berkurangnya Ruang Terbuka Hijau
Ruang terbuka hijau atau dikenal juga sebagai hutan kota yang berfungsi sebagai paru-paru kota akan terkalahkan keberadaannya oleh pembangunan fisik lainnya karena manfaat ekonomi dari hutan kota tidak dapat dirasakan langsung dibandingkan dengan pembangunan fisik lainnya.
d. Hilangnya Sumber Plasma Nutfah
Perkembangan kota yang pesat menyebabkan lahan-lahan di sekitar perkotaan berubah fungsi. Lahan-lahan tersebut pada awalnya merupakan habitat dan populasi suatu jenis tanaman atau binatang yang spesifik untuk daerah tersebut. Namun dengan adanya tekanan, maka lahan berubah fungsi dan hilangnya sebagian jenis-jenis tanaman atau binatang yang spesifik dari daerah tersebut, yang juga merupakan sumber plasma nutfah bagi kehidupan manusia.
3
Konsep Hutan Kota
dan Taman Kota
A. Kota
1. Pengertian Kota (Dahlan, 2004) :
a. Suatu areal dimana terdapat atau terjadi pemusatan penduduk dengan kegiatannya dan merupakan tempat konsentrasi penduduk dan pusat aktifitas perekonomian (seperti industri, perdagangan dan jasa).
b. Kota merupakan sebuah sistem, baik secara fisik maupun sosial ekonomi, bersifat tidak statis yang sewaktu-waktu dapat menjadi tidak beraturan dan susah untuk dikontrol.
c. Mempunyai pengaruh terhadap lingkungan fisik seperti iklim dan sejauh mana pengaruh itu sangat tergantung kepada perencanaannya.
2. Klasifikasi Kota Menurut Bank Dunia :
a. Urban adalah kota yang memiliki penduduk lebih dari 20.000 jiwa b. Cities adalah kota yang memiliki penduduk lebih dari 100.000 jiwa c. Big Cities adalah kota yang memiliki penduduk lebih dari 5. 000.000 jiwa.
12
B. Hutan Kota
C. Peranan Hutan Kota
1. Pengertian Hutan Kota
Dalam membangun hutan kota dapat dilakukan dua pendekatan (Dahlan, 1992):
a. Hutan kota merupakan bagian dari suatu kota. Pada pendekatan ini luas hutan kota dapat berdasarkan (a) prosentase dari luasan kota, (b) kepadatan dan jumlah penduduk kota, (c) isu utama suatu kota.
b. Hutan kota adalah seluruh areal suatu kota, yakni mencakup pemukiman, perkantoran, dan kawasan industri.
2. Definisi Hutan Kota adalah :
a. Hutan kota merupakan tumbuhan atau vegetasi berkayu di wilayah perkotaan yang memberikan manfaat lingkungan yang sebesar-besarnya dalam proteksi, estetika, rekreasi dan kegunaan khusus lainnya (Fakuara, 1987).
b. Hutan kota sebagai suatu lahan yang bertumbuhan pohon-pohonan di dalam wilayah perkotaan di dalam tanah negara maupun tanah milik yang berfungsi sebagai penyangga lingkungan dalah hal pengaturan tata air, udara, habitat flora dan fauna yang memiliki nilai estetika dalam luasan yang solid yang merupakan ruang terbuka hijau pohon-pohonan, serta areal tersebut ditetapkan oleh pejabat berwenang sebagai hutan kota (Direktorat Jenderal Reboisasi dan Rehabilitasi Lahan,1991).
c. Menurut Instruksi Menteri Dalam Negeri No. 14 Tahun 1988 tentang ruang terbuka hijau, hutan kota merupakan bagian dari program ruang terbuka hijau sebagai ruang-ruang dalam kota atau wilayah yang lebih luas, baik dalam bentuk membulat maupun dalam bentuk memanjang/jalur yang dalam penggunaannya lebih bersifat terbuka yang pada dasarnya tanpa bangunan.
1. Identitas Kota
Jenis tanaman dan hewan yang dikoleksi dalam areal hutan kota merupakan simbol atau lambang suatu kota.
2. Pelestarian plasma nutfah
Hutan kota dapat dijadikan sebagai tempat koleksi plasma nutfah dan areal pelestarian keanekaragaman hayati flora dan fauna di luar kawasan konservasi secara eksitu terutama kelompok burung.
3. Penahan dan penyaring gas dan partikel padat dari udara serta penghasil oksigen
Dengan adanya hutan kota partikel padat (asap kendaraan, debu, H SO , HNO , karbon monoksida,2 4 3
karbon dioksida) yang tersuspensi pada lapisan biosfer bumi dapat dibersihkan oleh tajuk pohon melalui proses jerapan (menempel) dan serapan, sehingga udara kota menjadi lebih bersih dan sehat.
4. Peredam kebisingan dan cahaya silau
Pohon dapat meredam suara dan cahaya dengan cara mengabsorpsi gelombang suara atau oleh daun, cabang dan ranting.
5. Penahan angin
Hutan kota dapat mengurangi angin kencang mencapai 75% - 80 % (Dahlan, 1992).
6. Penyerap dan penapis bau
Tanaman dapat menyerap bau secara langsung atau menahan gerakan angin yang berbau (Dahlan, 1992).
7. Pelestarian air tanah, mencegah intruksi air laut dan abrasi pantai
Tanaman yang memiliki sistem perakaran yang lebat, serasah yang banyak tetapi daya transpirasinya rendah mampu menyimpan air yang lebih banyak sehingga dapat mencegah intrusi air laut. Disamping itu tanaman yang memiliki sistim perakaran kuat dapat mencegah abrasi pantai terutama hutan mangrove.
8. Mengatasi genangan
Tanaman yang memiliki daya transpirasi yang tinggi mampu menyerap air yang banyak. Jenis tanaman yang memenuhi kriteria ini adalah tanaman yang mempunyai jumlah daun dan stomata yang banyak.
9. Ameliorasi iklim
Hutan kota dapat meningkatkan kenyamanan penghuninya, karena dengan adanya hutan kota dapat menurunkan suhu di siang hari dan menghangatkan suhu di malam hari.
10. Produksi terbatas
Tanaman hutan kota dapat juga bermanfaat sebagai penghasil kayu dan buah-buahan secara terbatas.
11. Meningkatkan industri pariwisata
Hutan kota dapat mendatangkan pengunjung baik dari lokal maupun mancanegara jika hutan kota
yang dimiliki mempunyai keunikan, indah dan menawan.
14
a. Tipe Pemukiman
Hutan kota di daerah pemukiman dapat berupa taman dengan komposisi tanaman pepohonan yang tinggi dikombinasikan dengan semak dan rerumputan. Umumnya dipergunakan untuk sarana olah raga, bersantai, bermain dan sebagainya.
b. Tipe Kawasan Industri
Kawasan hutan kota yang didominasi dengan pepohonan yang dapat bertahan terhadap polusi dan daya serap yang tinggi terhadap karbon, serta dapat menghasilkan oksigen yang tinggi.
c. Tipe Rekreasi dan Keindahan
Kawasan hutan kota dapat berupa taman yang didominasi pepohonan dan tanaman bunga sehingga berfungsi untuk tempat rekreasi dan keindahan.
d. Tipe Pelestarian Plasma Nutfah
Hutan kota yang berfungsi sebagai hutan konservasi dengan tujuan untuk mencegah kerusakan, perlindungan dan pelestarian terhadap sumber daya alam. Khususnya untuk konservasi plasma nutfah secara ex-situ dan perlindungan terhadap kehidupan burung-burung.
e. Tipe Perlindungan
Hutan kota yang berfungsi perlindungan terhadap abrasi pantai, persediaan air tanah, mencegah intrusi air laut.
f. Tipe Pengamanan
Hutan kota berupa jalur hijau di sepanjang jalan yang didominasi tanaman yang tidak enak rasanya seperti: perdu yang liar, tanaman pisang hutan, dan tanaman yang merambat sehingga berfungsi untuk mengurangi kecelakaan di jalan.
D. Tipe dan Bentuk Hutan Kota
2. Bentuk Hutan Kota
a. Jalur Hijau
Hutan atau taman berbentuk jalur sepanjang jalan raya, jalan bebas hambatan, di bawah jalur
listrik tegangan tinggi, tepi jalan kereta api, tepi sungai, kawasan reparian (delta sungai, kanal, saluran
irigasi, tepian danau, tepian pantai).b. Taman Kota
Taman kota adalah tanaman yang ditanam dan ditata sedemikian rupa, baik yang alami maupun buatan untuk menciptakan keindahan kota.
c. Kebun dan Halaman
Jenis pohon yang ditanam di kebun dan halaman terdiri atas jenis pohon yang dapat menghasilkan buah.
d. Kebun Raya, Hutan Raya, dan Kebun Binatang
Kebun raya, hutan raya dan kebun binatang dapat dimasukkan ke dalam salah satu bentuk hutan kota.
e. Hutan Lindung, daerah di dalam maupun di tepi kota dengan lereng yang curam harus dijadikan kawasan hutan kota untuk mencegah longsor. Demikian pula dengan daerah pantai yang rawan akan abrasi laut.
4
Jenis-Jenis Tanaman Hutan
untuk Perkotaan
Berdasarkan hasil pengumpulan informasi dari berbagai Kabupaten/Kotamadya di Jawa Barat, Banten dan DKI Jakarta diperoleh masukan jenis jenis tanaman hutan yang umum ditanam dalam ruang terbuka hijau. Adapun jenis-jenis tersebut sebagian merupakan jenis andalan atau asli setempat, namun banyak pula merupakan jenis introduksi yang telah beradaptasi dan beraklimatisasi dengan daerah tersebut sehingga dapat tumbuh dan berkembang biak dengan baik. Berdasarkan masukan tersebut berhasil diidentifikasi 52 jenis tanaman yang umum ditanam pada hutan kota atau taman kota di masing-masing wilayah mereka. Selain itu diperoleh informasi pula tentang kondisi hutan kota dan taman kota di masing-masing wilayah perkotaan.
Umumnya hutan kota berupa jalur hijau yang berfungsi sebagai peneduh jalan, namun hutan kota yang sifatnya berupa hutan raya yang berfungsi sebagai areal konservasi belum semua kota memilikinya. Hasil identifikasi dari 52 jenis tanaman tersebut, terbagi dalam berbagai fungsi antara lain sebagai :
1. Penahan angin dan penyaring gas dan partikel padat dari udara serta penghasil oksigen. 2. Peredam kebisingan dan cahaya silau
3. Penahan angin
4. Penyerap dan penapis bau 5. Konservasi tanah dan air
18
Berdasarkan hasil pengumpulan informasi dari berbagai kabupaten/kota di Jawa Barat, Banten dan DKI Jakarta diperoleh masukan jenis-jenis tanaman hutan yang umum ditanam dalam ruang terbuka hijau. Adapun jenis-jenis tersebut sebagian merupakan jenis andalan atau asli setempat, namun banyak pula merupakan jenis introduksi yang telah beradaptasi dan beraklimatisasi dengan daerah tersebut sehingga dapat tumbuh dan berkembang biak dengan baik. Berdasarkan masukan tersebut berhasil diidentifikasi 52 jenis tanaman yang umum ditanam pada hutan kota atau taman kota di masing-masing wilayah mereka. Selain itu diperoleh informasi pula tentang kondisi hutan kota dan taman kota di masing-masing wilayah perkotaan.
Umumnya hutan kota berupa jalur hijau yang berfungsi sebagai peneduh jalan, namun hutan kota yang sifatnya berupa hutan raya yang berfungsi sebagai areal konservasi belum semua kota memilikinya. Hasil identifikasi dari 52 jenis tanaman tersebut, terbagi dalam berbagai fungsi antara lain sebagai :
1. Penahan angin dan penyaring gas dan partikel padat dari udara serta penghasil oksigen 2. Peredam kebisingan dan cahaya silau
3. Penahan angin
4. Penyerap dan penapis bau 5. Konservasi tanah dan air
6. Mencegah intrusi air laut dan abrasi pantai 7. Mengatasi genangan
8. Ameriolasi iklim
9. Pelestarian plasma nutfah 10. Produksi terbatas
11. Estetika
12. Sebagai habitat satwa
Adapun jenis jenis tanaman tersebut adalah sebagai berikut : 1. Agathis/Damar (Agathis loranthifolia)
2. Akasia (Acacia mangium Willd) 3. Angsana (Pterocarpus indicus Willd) 4. Asam jawa (Tamaricus indicus L) 5. Bisbul (Diospyros blancoi A.D.C.) 6. Bungur (Lagerstoemia speciosa Pers.) 7. Buni (Antidesma bunius L. Sprengel) 8. Cempaka kuning (Michelia champaca L.) 9. Cemara laut (Casuarina equisetifolia L.) 10. Delima (Punica granatum L.)
11. Ekaliptus /Ampupu (Eucalyptus urophylla S.T. Blake) 12. Flamboyan (Delonix regia G)
14. Gmelina (Gmelina arborea Roxb) 15. Jamblang (Eugenia cuminii L. Druce) 16. Jambu Dipa (Diospyros diepenhorstii Miq.) 17. Jamuju (Podocarpus imbricatus Bl.) 18. Jati (Tectona grandis Linn.F.) 19. Johar (Cassia siamea Lamk.)
20. Kayu afrika (Maesopsis eminii Engl.)
21. Kecapi (Sandoricum koetjape (burm.f.) MERR) 22. Kemang (Mangifera caesia Jack ex Wall) 23. Kenari (Canarium indicum L.)
24. Kersen (Muntingia calabura L.) 25. Kesemek (Diospyros khaki L.f.) 26. Ketapang (Terminalia cetappa L.) 27. Kluwek (Pangium edule Reinw)
28. Kopo (Syzigium suringarianum Koord & Valeton) 29. Kupa (Syzigium polycephalum (Miq. MERR & Perry) 30. Lame (Alstonia sp.)
31. Lobi-lobi (Flacourtia inermis Roxb. Var. inermis) 32. Mahoni (Swietenia macrophylla King)
33. Maja (Aegle marmelos (L.) Corea) 34. Mangga (Mangifera indica L.) 35. Manggis (Garcinia magostana L.) 36. Manglid (Magnolia blumei P.) 37. Markisa (Passiflora edulis Sims.) 38. Mindi (Melia azedarach Linn.) 39. Nona (Annona reticulata L.)
40. Perca (Palaquium gutta (Hook.f.) Baill.) 41. Pinang (Areca catechu Linn)
42. Pinus (Pinus merkusii Jungh ed de Vries) 43. Puspa (Schima wallichii Korth.)
44. Rasamala (Altingia exelsa N.) 45. Renghas (Gluta renghas L.) 46. Rotan (Calamus sp.)
47. Saninten (Castanopsis javanica (BL) A.DC.) 48. Sarikaya (Annona squamosa Linn.)
49. Sawo duren (Chrysophyllum cainito LINN) 50. Sawo kecik (Manilkara kauki (L) Dubard) 51. Suren (Toona sinensis Roem)
5
Rekomendasi
Kota merupakan suatu wilayah yang mempunyai permasalahan yang sangat kompleks. Salah satu masalah utama yang saat ini menjadi isu seluruh dunia adalah masalah penurunan kualitas lingkungan, yang juga terjadi di wiiayah perkotaan. Banyak hal yang dapat menjadi pemicu turunnya kualitas suatu lingkungan, namun isu utama yang berkaitan dengan masalah lingkungan adalah semakin berkurangnya hutan yang berfungsi sebagai paru-paru dunia.
Hutan tidak hanya berada di suatu wilayah yang terpisah dari kehidupan masyarakat, namun di dalam suatu wilayah perkotaan juga dapat ditemui suatu kumpulan tanaman/pohon yang menyerupai hutan dan berfungsi sebagai hutan. Karena letaknya yang berada di wilayah perkotaan maka dikenal dengan nama hutan kota. Hutan kota merupakan tumbuhan atau vegetasi berkayu di wilayah perkotaan yang memberikan manfaat lingkungan yang sebesar-besarnya dalam proteksi, estetika, rekreasi dan kegunaan khusus lainnya.
Pembangunan suatu hutan kota sangat dipengaruhi oleh komposisi tegakan atau jenis tanaman yang akan ditanam serta fungsi dari setiap jenis tanaman tersebut terhadap lingkungan di sekitarnya. Untuk dapat membuat suatu rekomendasi dalam pemilihan jenis, maka perlu diketahui terlebih dahulu faktor-faktor yang dapat menimbulkan permasalahan secara umum di daerah perkotaan, serta permasalahan yang spesifik untuk setiap kota. Rekomendasi yang akan diuraikan di bawah ini, merupakan bekal pengetahuan mengenai jenis-jenis tanaman hutan yang dapat dipergunakan dalam membangun hutan kota khususnya perkotaan di Jawa Barat, Banten dan DKI Jakarta.
Tabel 1. Jenis-Jenis Tanaan Hutan untuk Perkotaan di Jawa Barat, Banten dan DKI
Jakarta
No Fungsi Tanaman Jenis Tanaman Status
Tanaman Tempat Tumbuh
– Bisbol (Diosp yros blancoi) Langka Bogor, Jawa Barat – Buni (Antidesma bunius) Langka Bogor, Jawa Barat – Gandaria
(Bouea macrophylla) Langka Bogor, Jawa Barat
– Kemang
(Mangifera caesia ) Langka Bogor, Jawa Barat
– Kenari
(Canarium commune) Tidak langka Bogo r, Jawa Barat
– Asam
(Tamarindus indicus) Tidak langka Daerah kering
– Johar (Cassia siamea) Tidak langka Daerah kering – Agathis/damar
(Agathis lorantifolia) Tidak langka Daerah sejuk -tinggi
– Jamblang/duwet
(Eugenia cuminii ) Langka Jakarta
– Akasia (Acacia mangium) Tidak langka Semua kota – Angsana
(Pteroc arpus indicus) Tidak langka Semua kota
Bungur
(Lagerstomia speciosa) Tidak langka Semua kota
– Mahoni
(Swietenia macrophyla) Tidak langka Semua kota
– Glodogan tiang
(Polyathea longifolia) Tidak langka Semua kota
1 Penahan dan penyaring gas dan partikel padat dari udara
serta peng hasil oksigen Kriteria Tanaman :
– Permukaan daun berbulu halus atau berlilin – Stomata pada daun
cukup lebar
– Tanjung (Mimusops elengi) Tidak langka Semua kota – Bisbol (Diospyros blancoi) Langka Bogor, Jawa Barat – Buni (Antidesma bunius) Langka Bogor, Jawa Barat – Kenari
(Canarium commune)
Tidak langka Bogor, Jawa Barat – Jati (Tectona grandis) Tidak langka Daerah kering – Sawo kecik
(Manilkara kauki )
Langka Daerah kering – Manggis
(Garci nia mangostana ) Mulai langka Daerah sejuk tinggi – Kesemek (Diospyros khaki) Mulai Garut, Jawa garat – Jamblang/duwet
(Eugenia cuminii )
Langka Jakarta – Kecapi
(Sandaricum koetjape) Mulai langka Jawa Barat
– Cemara laut
(Casuarina equisetifolia) Tidak langka Pinggir pantai
– Rasamala
(Altingia excelsa ) Tidak langka Peg. Jawa Barat
– Asam
(Tamarindus indicus )
Tidak langka Semua kota – Puspa ( Schima wallichii ) Tidak langka Semua kota 2 Penahan ang in
Kriteria tanaman : – Batang dan percabangan
kuat, kokoh dan tidak kaku
– Daun dan percabang an yang lentur
– Sawo Duren
(ChrysopyIlum cainito) Tidak langka Semua kota
No Fungsi Tanaman Jenis Tanaman Status
Tanaman Tempat Tumbuh
– Cempaka
(Michelia champaca ) Mulai langka Daerah sejuk-tinggi
3 Penyerap dan Penapis bau Kriteria tanaman : Berbunga harum
– Tanjung (Mimusops elengi) Tidak langka Semua kota – Jati (Tectona grandis ) Tidak langka Daerah kering 4 Mengatasi penggenangan
Kriteria tanaman .
Akar mampu bertahan pada
daerah tergenang air – Mahoni (Swietenia macrophylla ) Tidak Iangka Semua kota – Kenari
(Canarium commune ) Tidak langka Bogor, Jawa barat
– Johar (Cassia siamea ) Tidak langka Daerah kering – Agathis /damar
(Agathis lorantifolia) Tidak langka Daerah sejuk-tinggi
– Pinus/tusam
(Pinus merkusii) Tidak Iangka Daerah sejuk-tinggi
– Akasia (Acacia mangium) Tidak langka Semua kota – Angsana
(Pterocarpus indicus) Tidak langka Semua kota
– Bungur
(Lagerstomia speciosa) Tidak langka Semua kota
– Flamboyan (Delonix regia) Tidak langka Semua kota – Mahoni
(Swietenia macrophyIla) Tidak langka Semua kota
– Tanjung (Mimusops elengi ) Tidak langka Semua kota 5 Ameliorasi iklim/peneduh
jalan dan peredam kebisingan Kriteria tanaman : - Bertajuk rimbun dan
rindang
- Mempunyai arsitektur pohon yang indah - Daunnya tebal
– Ketapang
(Terminalia cettapa) Tidak langka Tepi pantai
– Manggis
(Garcinia mangostana) Mulai langka Daerah sejuk-tinggi
– Cemara laut
(Casuarina equisetifolia) Tidak langka Pantai
6 Konservasi Air Tanah Kriteria tanaman : Perakaran dalam dengan akar serabut banyak
– Bungur
Lagerstomia speciosa Tidak langka Semua kota
– Cemara laut
(Casuarina equisetifolia) Tidak langka Pantai
– Ketapang
(Terminalia cettapa) Tidak langka Pantai
7 Mengamankan pantai terhadap abrasi Kriteria tanaman : – Akar mampu tergenang
dalam air laut/asin – Perakaran dalam dan
akar serabut lebat – Angsana (Pterocarpus indicus) Tidak langka Semua kota – Bisbol (Diospyros blancoi) Langka Bogor, Jawa Barat – Buni (Antidesma bunius) Langka Bogor, Jawa Barat – Gandaria
(Bouea macrophyIla) Langka Bogor, Jawa Barat
– Kemang
(Man gifera caesia)
Langka
Bogor, Jawa Barat – Cempaka kuning
(Michelia champaca) Mulai langka Daerah sejuk-tinggi
– Markisa (Passiflora edulis) Tidak Iangka Daerah sejuk-tinggi – Ketapang
(Terminalia cettapa) Tidak Iangka Pantai
– Bungur 8 Untuk estetika/keindahan
Kriteria Tanaman : – Arsitektur pohon indah – Berbunga indah – Berbunga harum – Bentuk dan warna daun
yang indah
– Bentuk dan warna buah yang indah
No Tanaman Jenis Tanaman Status
Tanaman Tempat Tumbuh
– Flamboyan (Delonix regia) Tidak langka Semua kota – Glodogan tiang
(Polyatthea longifolia) Tidak langka Semua kota
– Sawo duren
(Crisophyllum cainito) Tidak langka Semua kota
– Tanjung (Mimusops elengi) Tidak langka Semua kota – Bisbol (Diospyros blancoi) Langka Bogor, Jawa Barat – Buni ( Antides ma bunius) Langka Bogor, Jawa Barat – Gandaria
(Bouea macrophylla) Langka Bogor, Jawa Barat
– Kemang
(Man gifera caesia) Langka Bogor, Jawa Barat
– Kupa
(Syzygium polyceohalum) Langka Bogor, Jawa Barat
– Lobi-lobi
(Flacourtia inermis) Langka Bogo r, Majalengka
– Sawo kecik
(Manilkara kauki ) Mulai langka Daerah kering
– Cempaka kuning
(Michelia champaca) Mulai langka Daerah sejuk -tinggi
– Manggis
(Garcinia mangostana) Mulai langka Daerah sejuk -tinggi
– Rasamala (Altingia exelsa) Mulai langka Daerah sejuk -tingg – Saninten
(Castanopsis javanica) Langka Daerah sejuk -tinggi
– Kesemek (Diospyros kaki) Mulai langka Garut, Jawa Barat – Kecapi
(Sandaricum koetjape) Mulai langka Jawa Barat
– Jamblang/duwet
(Eugenia cuminii) Langka Jakarta, Soreang
– Manglid
(Magnolia blumei) Mulai langka
Majalengka, Sumedang 9 Pelestarian plasma nutfah /
konservasi in -situ dan ek - situ
Kriteria Tanaman : - Jenis yang sudah mulai
langka
- Mempunyai potensi yang tinggi
– Kluwek (Pangium edule ) Mulai langka Majalengka, J abar – Sawo kecik
(Manilkara kauki ) Mulai langka Daerah kering – Manggis
(Garcinia mangostana) Mulai lang ka Daerah sejuk -tinggi
– Markisa (Passiflora edulis ) Tidak langka Daerah sejuk -tinggi – Duwet/Jamblang
(Eugenia cuminii) Langka Jakarta
– Nona (Annona reticulata) Mulai langka Majalengka, Bandung – Delima (Punica granatum) Mulai Iangka Semua kota – Mangga
(Mangifera indica) Tidak langka Semua kota
10 Tanaman kebun dan halaman
Kriteria Tanaman : - Tajuk rindang
- Buahnya dapat dimakan - Berbunga indah
- Kayunya bern ilai ekonomis
– Sarikaya (Annona squamosa) Mulai langka Soreang, Bandung – Jati (Tectona grandis) Tidak langka Daerah kermg – Pinus (Pinus merkusii) Tidak langka Daerah sejuk tinggi – Suren (Toona sureni) Mulai langka Daerah sejuk -tinggi – Mindi (Melia azedarach) Tidak langka Daerah sejuk -tinggi – Rasamala
(Altingia excelsa) Mulai langka Daerah sejuk -tinggi
11 Produksi terbatas Kriteria tanaman : - Kayunya mempunyai
nilai ekonomis - Banyak dikenal dan
dimanfaatkan oleh
masyarakat – Akasia (Acacia mangium) Tidak langka Semua kota
No Fungsi Tanaman Jenis Tanaman Status
Tanaman Tempat Tumbuh
– Mahoni (Swietenia
macrophylla) Tidak langka Semua kota
– Gmelina (Gmelina
arborea) Tidak langka Semua kota
– Puspa (Scima walichii) Tidak langka Semua kota – Aren (Arenga pinnata) Tidak langka Semua kota – Bambu (Bambusa spp.) Tidak langka Semua kota – Beringin (Ficus
benyamina) Tidak langka Semua kota
– Dadap (Erythrina
variegata) Tidak langka Semua kota
12 Habitat satwa Kriteria Tanaman – Buahnya tidak beracun – Bunga berwarna menarik
– Dangdeur (Gossampinus
Daftar Pustaka
Dahlan, E.N. 2004. Membangun Kota Kebun (Garden City) Bemuansa Hutan Kota. IPB Press bekerjasama dengan Sekolah Pasca Sarjana IPB. Bogor.
Dahlan, E.N. 1992. Hutan Kota : Untuk Pengelolaan dan Peningkatan Kualitas Lingkungan Hidup. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Danu. 2000. Gmelina (Gmelina arborea Linn.). Atlas Benin Tanaman Hutan Indonesia Jilid I. Balai Teknologi Perbenihan. Badan Litbang Kehutanan dan Perkebunan. Bogor.
Danu. 2000. Mindi (Melia azedarach Linn.). Atlas Benin Tanaman Hutan Indonesia Jilid I Balai Teknologi Perbenihan. Badan Litbang Kehutanan dan Perkebunan. Bogor.
Danu. 2000. Tusam (Pines merkusii Jungh et de Vriese.j Atlas Benin Tanaman Hutan Indonesia Jilid I. Balai Teknologi Perbenihan. Badan Litbang Kehutanan dan Perkebunan. Bogor.
Departemen Kehutanan, 1987. Penyusunan Konsepsi Pengembangan Hutan Kota. Kerjasama antara Sekretariat Jenderal Departemen Kehutanan (1) dengan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Jakarta.
Dewi, A.R. 2003. Kumpulan Tanaman Langka Indonesia. Pusat Dokumentasi dan Informasi Kehutanan. Manggala Wanabakti. Jakarta.
Direktorat Jenderal Reboisasi dan Rehabilitasi Lahan Departemen Kehutanan. 1991. Pedoman Umum Pembangunan Hutan Kota. Jakarta.
Djaman, D.F. 2001. Cempaka Kuning (Michelia campaka L.). Atlas Benin Tanaman Hutan Indonesia Jilid II. Balm Litbang Teknologi Perbenihan. Badan Litbang Kehutanan. Bogor.
Djaman, D.F dan Kartiana, E.R. 2001. Suren (Toona sureni Merr.). Atlas Benih Tanaman Hutan Indonesia Jilid II. Balai Litbang Teknologi Perbenihan. Badan Litbang Kehutanan. Bogor.
Fakuara, Y, E.N. Dahlan, Y A. Husin, Ekarelawan, LA.S. Danur, H. Pringgodigdo dan Sigit. 1990. Studi Toleransi Tanaman terhadap Pencemar Udara dan Kemampuannya dalam Menyerap Timbal dari Kendaraan Bermotor. Makalah Seminar Hasil Penelitian di Universitas Trisakti Tanggal 30 November 1990. Jakarta. 52p.
Fakuara, Y. 1987. Hutan Kota Ditinjau dariAspek Nasional. Seminar Hutan Kota DKI Jakarta. Jakarta. Kartiko, H.D.P. dan Kartiana, EX 2002. Kecapi (Sandaricum koetjape Merr.). Atlas Benih Tanaman
Hutan Indonesia Jilid III. Balai Litbang Teknologi Perbenihan. Badan Litbang Kehutanan. Bogor. Nazaruddin. 1996. Penghijauan Kota. Penebar Swadaya. Jakarta.
Nurhasybi. 2000. Damar (Agathis lorantifolia S). Atlas Benih Tanaman Hutan Indonesia Jilid I Balai Teknologi Perbenihan. Badan Litbang Kehutanan. Bogor.
Nurhasybi. 2000. Jati (Tectona grandis. L.). Atlas Benih Tanaman Hutan Indonesia Jilid I. Balai Teknologi Perbenihan. Badan Litbang Kehutanan. Bogor.
Nurhasybi. 2000. Mahoni (Swietenia macropylla. King.). Atlas Benih Tanaman Hutan Indonesia Jilid I. Balai Teknologi Perbenihan. Badan Litbang Kehutanan. Bogor.
Nurhasybi. 2000. Mangium (Acacia mangium Willd.). Atlas Benih Tanaman Hutan Indonesia Jilid I. Balai Teknologi Perbenihan. Badan Litbang Kehutanan. Bogor.
Nurhasybi. 2002. Kayu Afrika (Maesopsis eminii E.). Atlas Benih Tanaman Hutan Jilid II. Balai Lit-bang Perbenihan Kehutanan. Badan LitLit-bang Kehutanan.
Nurhasybi. 2002. Tanjung (Mimusops elengi L.). Atlas Benih Tanaman Hutan Indonesia Jilid III. Balai Litbang Teknologi Perbenihan. Badan Litbangkehutanan. Bogor.
Putri, K.P. dan E. Suita. 2001. Sonokembang (Pterocarpus indicus Willd.). Atlas Benih Tanaman Hutan Indonesia Jilid II. Balai Litbang Teknologi Perbenihan. Badan Litbang Kehutanan. Bogor.
Samsoedin, I. 2009. Rencana penelitian integrative (RPI) tahun anggaran 2010-2014; Pengembangan hutan kota/ lansekap perkotaan. Bogor: Pusat Penelitian Sosial Ekonomi dan Kebijakan (tidak diterbitkan).
31
Agathis/Damar
Agathis loranthifolia
Salisb
Famili : Araucariaceae Nama Daerah : Damar
Status Tanaman :
Hingga saat ini agathis atau damar masih belum termasuk jenis langka, karena budidaya tanaman ini sudah cukup banyak, dan ditanam pada daerah perkotaan sebagai peneduh jalan atau tanaman tepi. Sedangkan pada lahan hutan ditanam sebagai tanaman produksi kayu terutama pada daerah pegunungan atau dataran agak tinggi.
Ekologi danTempatTumbuh :
Agathis merupakan tumbuhan asli Indonesia, jenis ini tumbuh menyebar di Sumatera Utara dan Sumatera Barat, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan, Sulawesi, Maluku dan Irian. Tumbuh pada daerah-daerah dengan kondisi tanah berbukit-bukit dengan ketinggian 100 - 1.500 m dpl, curah hujan 2.400 - 4.800 mm/tahun. Damar tumbuh pada hutan primer, yang adakalanya membentuk tegakan hampir murni. Tumbuh pada tanah berdrainase baik, toleran terhadap tanah padat dan asam.
Deskripsi Tanaman :
Tinggi tanaman dapat mencapai 45 m, dengan diameter batang dapat mencapai + 200 cm, umumnya tinggi bebas cabang cukup panjang. Batang lurus bulat, tidak melilit/terpuntir, biasanya tidak bercabang, tidak ada akar papan. Tajuk berbentuk kerucut dan sempit, ketebalan kulit batang mencapai 1-1,5 cm, mengandung banyak getah, dikenal dengan getah damar. Warna daun hijau tua, daunnya lebar dan berbentuk bundar, panjang sampai jorong, pipih dan bertangkai pendek.
Pembungaan dan Pembuahan:
Umumnya agathis berbunga dan berbuah sepanjang tahun, bervariasi menurut tempat. Namun buah masak dapat ditemui pada Bulan Agustus - Oktober. Buah masak dicirikan dengan warna kulit kerucut, hijau tua atau bagian ujung kerucut berwarna kecoklatan dengan sisik berwarna coklat.
Buah dan Benih :
Buah berbentuk kerucut, eliptis sampai bulat, dengan diameter 20 - 26 cm, dalam satu
cone/buah berisi 90 - 96 benih, jumlah benih per kg + 4.950 butir.
Perbanyakan Tanaman :
Perbanyakan umumnya menggunakan biji, dengan media semai campuran tanah + pasir+ kompos (7 : 2:1). Bibit siap tanam setelah berumur 1 tahun.
Manfaat dan Kegunaan :
1. Karena bentuk arsitektur pohon yang bagus, yaitu bentuk tajuk simetris dan menyempit, maka agathis banyak ditanam di daerah perkotaan sebagai tanaman tepi atau peneduh, selain itu tajuknya selalu terlihat hijau.
2. Kayunya cukup baik untuk kayu pertukangan, sehingga mempunyai nilai ekonomi tinggi.
3. Menghasilkan getah damar yang benilai niaga tinggi dan merupakan bahan ekspor yang penting.
Akasia
Acacia mangium Willd
Famili : LeguminoceaeNama Daerah : Mangium
Status Tanaman :
Di Jawa Barat, Banten dan DKI jenis ini merupakan jenis introduksi, namun banyak ditanam karena sifatnya yang cepat tumbuh serta mempunyai adaptibilitas yang tinggi. Saat ini populasi tanaman akasia cukup mudah ditemui di daerah Jawa Barat, Banten dan DKI.
Ekologi dan Tempat Tumbuh :
Sebaran alami terdapat di Irian dan Maluku, namun sudah diintroduksi di Jawa. Tumbuh pada ketinggian 500 - 1.200 m dpl, dengan curah hujan diatas 1.920 mm/tahun. Tumbuh pada tanah subur berpasir, toleran terhadap tanah asam, miskin hara dan drainase jelek.
Deskripsi Tanaman :
Termasuk tanaman cepat tumbuh, tinggi tanaman dapat mencapai 20 - 25 m, dengan diameter lebih dari 100 cm. Batang lurus silindris, namun jika kurang, pemeliharaan maka akan terbentuk percabangan yang dimulai dari bawah (fork). Tajuk umumnya lebat, bunga berbentuk malai, berwarna kuning, sedangkan buahnya berbentuk polong.
Pembungaan dan Pembuahan:
Pembungaan umumnya terjadi pada awal musim kemarau yaitu Maret - April dan buah masak pada bulan Juli - Agustus.
Buah dan Benih :
Buah berbentuk polong. Polong yang masak berwarna coklat, jumlah benih per kg adalah 98.000 butir. Benih berbentuk oval berwarna hitam, ukuran benih relatif kecil. Benih dikeluarkan dari polong, dengan cara polong dijemur selama 1 hari, kemudian dimasukkan ke dalam karung dan dipukul-pukul dengan memakai kayu hingga polongnya hancur. Benih dipisahkan dari kotorannya dengan ditampi. Benih dapat disimpan pada kondisi kadar air rendah.
Perbanyakan Tanaman :
Perbanyakan dapat melalui cara generatif maupun vegetatif. Perbanyakan melalui generatif adalah menggunakan benih. Benih sebelum disemai terlebih dahulu direndam dalam air panas yang selanjutnya dibiarkan dingin selama 24 jam. Benih ditabur pada media campuran tanah pasir (1:1). Benih mulai berkecambah pada hari ke-6 setelah disemai. Sedangkan perbanyakan secara vegetatif dapat dilakukan melalui cangkok atau stek.
Manfaat dan Kegunaan :
1. Akasia termasuk jenis cepat tumbuh sehingga banyak ditanam sebagai tanaman peneduh pada areal baru di perkotaan.
2. Tajuk dan daun akasia mampu menyerap karbon yang cukup tinggi sehingga sesuai untuk tanaman di daerah industri atau jalan-jalan dengan kepadatan kendaraan yang cukup tinggi. Dapat digunakan sebagai tanaman untuk menyerap polusi.
3. Kayunya cukup baik dan banyak digunakan sebagai kayu subtistusi untuk kayu pertukangan.
33
Angsana
Pterocarpus indicus
Willd
Famili : Papilionaceae
Nama Daerah : Sonokembang, angsana, kayu merah, nala, nara, sendana,
candana, Iiguan
Status Tanaman :
Sudah banyak dibudidayakan, masih mudah didapat, di perkotaan digunakan sebagai tanaman peneduh.
Ekologi dan Tempat Tumbuh :
Tumbuh tersebar secara alami di sekitar pantai dan di hutan alam campuran, namun sudah banyak dibudidayakan. Dapat tumbuh pada semua kondisi lahan, namun akan tumbuh baik sampai ketinggian 500 m dpl, pada tanah liat berpasir, dalam dan gembur atau tanah berbatu-batu. Di Jawa Barat, Banten dan DKI tumbuh baik pada ketinggian kurang dari 600 m dpl.
Deskripsi Tanaman :
Pohon angsana dapat mencapai tinggi 45 m dengan diameter 200 cm, percabangan berat, kebanyakan bengkok dan bercabang rendah. Akar papan kecil dengan alur-alur dangkal, kulit batang gelap dan kasar, pepagannya bergetah dan berwarna merah. Tajuk lebat, hijau tua, daun bentuk bulat telur, merupakan daun majemuk berseling. Pada waktu berbunga tajuk berwarna kuning menarik.
Pembungaan dan Pembuahan:
Pohon angsana berbunga pada Bulan Maret April dan buah masak pada Bulan Mei -Juni.
Buah dan Benih :
Buah (polong) yang masak berwarna coklat atau minimal sayapnya telah berwarna coklat. Buah berbentuk polong bundar dengan pinggiran tipis berbentuk sayap polong, ukurannya 4- 6 cm, dalam satu buah terdapat 1- 3 biji yang berbentuk pipih berukuran 0,5 - 1 cm, dan berwarna coklat kemerah-merahan. Jumlah benih 21.736 -19.762 butir per kg. Benih angsana dapat disimpan dalam kantong plastik atau wadah kedap udara lainnya dan diletakkan di lemari pendingin pada suhu 4° C.
Perbanyakan Tanaman :
Tanaman angsana dapat diperbanyak baik melalui bagian-bagian vegetatif maupun generatif. Umumnya untuk perbanyakan vegetatif digunakan metode stek, sedangkan untuk perbanyakan generatif melalui biji atau stump, ukuran stump dianjurkan berukuran panjang batang 10 - 20 cm, diameter batang 1,5 - 2 cm. Pertumbuhannya cepat sekali pada waktu muda, tetapi setelah dewasa tumbuhnya lambat.
Manfaat dan Kegunaan :
1. Pohon angsana bertajuk lebat dan berbunga indah, maka banyak digunakan sebagai tanaman penghias di perkotaan, terutama sebagai tanaman peneduh, penyerap kebisingan dan penyerap polusi.
2. Kayunya berwarna coklat keemasan atau kuning sampai merah, berbau mawar dengan pola yang indah pada permukaannya selain itu cukup kuat dan awet. Sehingga kayu ini termasuk dalam kayu mewah, dengan harga yang cukup tinggi 3. Pepagannya dapat direbus untuk dijadikan obat.
Asam Jawa
Tamarindus indicus L
Famili : LeguminoceaeNama Daerah : Asam, asam jawa, tambaring Status Tanaman :
Tanaman asam jawa sudah banyak dibudidayakan karena manfaat yang cukup banyak. Di Jawa Barat, Banten dan DKI banyak ditanam di lahan masyarakat ataupun sebagai tanaman peneduh di taman kota. Status tanaman ini masih mudah ditemukan.
Ekologi dan Tempat Tumbuh
Tempat tumbuh asalnya diperkirakan di daerah Afrika Tropis tetapi telah lama dibudidayakan di Asia, termasuk di Indonesia terutama menyebar di Jawa. Dapat tumbuh pada kondisi yang beragam, baik tanah maupun iklim, selain itu dapat tumbuh di dataran rendah hingga tinggi (dapat hidup pada ketinggian diatas 1.000 m dp1). Nanun pada daerah dengan curah hujan tinggi yaitu > 4.000 mm/tahun tanaman tidak dapat berbunga dan berbuah. Sistem perakarannya menyebar luas dan dalam, sehingga mampu tumbuh pada daerah kering (tahan kekeringan) serta tahan terhadap serangan angin.
Deskripsi Tanaman :
Pohon bertajuk hijau, tinggi dapat mencapai 30 m, dengan tinggi bebas cabang 1- 2 m, diameter batang dapat mencapai 2 m, kulit batang kasar, berwarna abu-abu kecoklatan, daun majemuk, berselang-seling, daun berukuran 13 cm x 5 cm dan terdiri dari 8-16 pasang daun. Bunga berbentuk malai, panjangnya mencapai lebih dari 13 cm. Berwarna coklat hingga coklat muda.
Pembungaan dan Pembuahan :
Masa pembungaan pada tanaman asam ini cukup panjang, yang mulai terjadinya bunga hingga buah masak memakan waktu ± 8 bulan. Buah masak umumnya pada bulan Juni hingga September. Penyerbukan dibantu oleh serangga.
Buah dan Benih :
Buah termasuk buah polong, berbentuk silindris, lurus atau melengkung, ukuran 14 cm x 4 cm , dalam 1 polong terdapat 10 biji. Biji bentuknya tidak beraturan, biasanya pipih, dengan panjang 18 mm, sangat keras dan berwarna coklat. Dalam satu kilogram terdapat 1.800 - 2.600 benih. Watak benih ortodoks dan harus disimpan pada kadar air rendah. Jika disimpan pada suhu 5-10 °C benih dapat dipertahankan viabilitasnya beberapa tahun.
Perbanyakan Tanaman :
Asam jawa umumnya diperbanyak melalui biji. Biji mulai berkecambah setelah 2 minggu disemai. Namun sebelum disemai benih sebaiknya diberi perlakuan terlebih dahulu yaitu dengan cara.perendaman di air mendidih kemudian dibiarkan hingga dingin atau dengan menggunakan pemecah benih. Perbanyakan vegetatif dapat dilakukan melalui stek, sambungan celah dan okulasi. Untuk perbanyakan melalui sambungan dan okulasi sebaiknya dilakukan pada bulan Nopember- Januari dan ditanam pada bulan Mei - Juni
Manfaat dan Kegunaan :
1. Buah asam, mempunyai nilai ekonomi yang cukup tinggi sudah banyak digunakan sebagai salah satu bahan baku industri makanan dan jamu.
2. Bentuk perakarannya yang menyebar dan dalam serta tajuk yang lebat, maka Pohon asam banyak ditanam di perkotaan sebagai tanaman penahan angin, peneduh serta untuk penahan erosi.
35
Bisbul
Diospyros blancoi A.D.C
Sinonim : Diospyros discolor Willd Famili : Ebenaceae
Nama Daerah : Mambela, misbul, kisbui (Indonesia); bisbol, bisbul (Sunda);
sambolo (Jawa).
Status Tanaman :
Sudah mulai langka ditemui, menjadi khas di daerah Majalengka, khususnya di daerah Jatiwangi
Ekologi dan TempatTumbuh :
Pohon bisbul tumbuh baik di daerah iklim monsoon, sampai dengan ketinggian 800 m dpl, serta menyukai tanah yang basah dan berdrainase baik. Bisbul merupakan tanaman yang terkenal dari Philipina dan tersebar secara luas di daerah hutan dataran rendah dan sedang, banyak dibudidayakan sebagai tanaman untuk halaman rumah atau kebun. Jenis ini telah pula dikembangkan di negara-negara tropis lainnya.
Deskripsi Tanaman :
Tinggi pohon antara 7- 15 m, namun ada yang mencapai 32 m, dengan diameter batang antara 50 - 80 cm. Bertajuk rimbun yang bentuknya bulat, kadang-kadang menyerupai kerucut. Terdapat bunga jantan dan betina, berwarna putih kekuningan serta berbau harum. Berdaun tunggal, daun tersusun secara berseling, helaian daun berbentuk bulat memanjang, tepi rata dengan ukuran daun 8- 30 cm x 2,5 -12 cm.
Pembungaan dan Pembuahan:
Tanaman bisbul mulai berbunga pada bulan Maret - Mei dan buah masak pada bulan September - Oktober.
Buah dan Benih :
Buahnya berbentuk bulat, agak pipih, berukuran 5-12 cm x 8-10 cm. Kulit buah berwarna merah muda atau jingga kekuningan, dengan bulu halus yang berwama kemerahan dan berbau seperti mentega. Daging buahnya dapat dimakan setelah kulitnya yang berbulu dihilangkan. Dalam satu buah terdapat 10 biji atau lebib, namun adapula buah yang tidak berbiji. Biji berukuran 4 x 2,5 x 1,5 cm dan berwarna coklat.
Perbanyakan Tanaman :
Perbanyakan tanaman dapat melalui generatif dan vegetatif yaitu melalui biji atau dapat pula melalui cangkok dan sambungan (grafting). Perbanyakan melaiui biji dilakukan dengan menyemaikan terlebih dahulu benih pada media tabur, setelah berkecambah dan keluar daun pertama semai disapih ke dalam kantong plastik dan selanjutnya dirawat di bedeng sapih hingga bibit siap tanam.
Manfaat danKegunaan :
1. Karena bentuk arsitektur tajuknya yang rimbun, serta buahnya yang berwarna, maka tanaman ini banyak digunakan sebagai tanaman pelindung jalan atau taman kota.
2. Kayunya dapat digunakan untuk membuat alat-alat rumah tangga atau bahan kerajinan.
3. Buahnya dapat dimakan, adapun kandungan dan buah mi adalah 83,0 - 84,3 gr air, 2,8 gr protein; 0,2 gr lemak; 11,8 gr karbohidrat; 1,8 gr serat; 46 mg kalsium; 18 mg phospor, 0,6 mg zat besi; 35 IU Vitamin A; 0,02 mg thiamin serta 18 mg Vitamin C. Rata-rata nilai energinya adalah 332 KJ/100gr.
Bungur
Lagerstoemia speciosa
Pers
Famili : Lythraceae
Nama Daerah : Bungur, wungur, ketangi, laban Status Tanaman :
Umumnya tanaman liar, namun banyak dibudidayakan untuk tanaman di perkotaan, karena bunganya yang indah. Masih mudah untuk ditemukan:
Ekotogi dan TempatTumbuh :
Tempat tumbuh cukup beragam, dapat tumbuh baik di dataran rendah sampai dataran tinggi, hingga ketinggian 800 m dpl. Dapat tumbuh pada tanah marjinal.
Deskripsi Tanaman :
Tinggi pohon bungur dapat mencapai 10 - 45 m, daun berbentuk oval, elips dan berwarna hijau tua, bunga berbentuk malai dan berwarna putih, merah muda dan ungu.
Pembungaan dan Pembuahan :
Tanaman bungur berbunga dan berbuah hampir sepanjang tahun namun puncak dari pembungaan hingga terbentuknya buah pada Bulan Juli hingga Oktober
Buah dan Benih :
Buah bungur berbentuk bola sampai bulat memanjang, sedangkan bijinya bersayap.
Perbanyakan Tanaman :
Tanaman bungur mudah dikembangbiakan baik melalui biji maupun stek. Adapun stek yang digunakan adalah stek batang.
Manfaat dan Kegunaan :
1. Tanaman bungur terutama banyak dimanfaatkan sebagai tanaman Was di kota, karena tanaman ini mempunyai bunga yang menarik, tajuk yang rimbun dan mudah untuk ditanam.
2. Bagian-bagian tanaman antara lain daun dapat digunakan untuk penyakit kulit, bubur daunnya untuk obat malaria, rebusan daun tua dan buah masak untuk obat diabetes, sedangkan kulit batang untuk obat diare.