• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sistem Kendali Roket RKX-200 LAPAN dengan Pengendali PID

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Sistem Kendali Roket RKX-200 LAPAN dengan Pengendali PID"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Abstrak— Roket Kendali Eksperimen 200 (RKX-200) LAPAN merupakan wahana terbang tidak berawak dan mempunyai cara untuk mengendalikan jalur lintasannya sendiri. Gerak roket kendali terdiri dari matra longitudinal dan matra

lateral-directional, kedua matra ini dikendalikan oleh sirip-sirip roket

kendali yaitu sirip kendali elevator, sirip kendali rudder dan sirip kendali aileron. Pada penelitian ini, digunakan pengendali PID untuk merancang sistem kendali RKX-200 LAPAN, dengan parameter-parameter pengendali diperoleh dengan menggunakan metode Particle Swarm Optimization (PSO), agar diperoleh performansi sistem yang baik dan memperoleh pengendali yang

robust. Hasil simulasi menunjukkan bahwa pengendali PID

memiliki kinerja yang handal (robust). Pengendali pada gerak

short period mampu menghilangkan overshoot dan steady state error, dan dapat mempercepat settling time menjadi 2.12 detik.

Pengendali PID pada gerak phugoid dapat mempercepat rise

time menjadi 0.4408 detik, settling time 3.9 detik dan dapat

menghilangkan steady state error. Pada gerak spiral, pengendali mampu menjadikan sistem tidak memiliki steady state error, rise

time 0.0157 detik dan settling time 0.98 detik. Pengendali pada

gerak roll dapat mempercepat rise time menjadi 0.0431 detik dan dapat menghilangkan steady state error. Pada gerak dutch roll, pengendali dapat menghilangkan steady state error dan mengurangi overshoot menjadi 0.1397%.

Kata Kunci— Matra Lateral-Directional, Matra Longitudinal, Particle Swarm Optimization (PSO), Pengendali PID.

I. PENDAHULUAN

OKET RKX-200 LAPAN merupakan wahana terbang yang dibuat oleh para peneliti Lembaga Penerbangan dan Antarikasa Nasional (LAPAN). Roket ini dirancang untuk dijadikan roket kendali (guided missile) yang dapat digunakan pada berbagai misi untuk kepentingan ilmiah dan pertahanan wilayah, yang mempunyai gaya dorong, sistem pengendalian, dan sistem penargetan.

Dalam proses terbangnya gerak roket RKX-200 LAPAN dapat dibedakan menjadi matra longitudinal dan matra lateral-directional. Kedua matra ini dikendalikan oleh sirip-sirip roket kendali yaitu sirip kendali elevator, sirip kendali rudder dan sirip kendali aileron. Matra longitudinal mempunyai vektor gerak pitch dan matra lateral-directional mempunyai vektor gerak yaw dan roll. Roket RKX-200 LAPAN sendiri memiliki enam derajat kebebasan dalam pergerakannnya (6 DOF), sehingga mengakibatkan jalur terbang dari roket tidak stabil. Tanpa pengendali, roket cenderung untuk terbang membelok, naik atau turun dan berputar tanpa dapat diprediksi.

II.TINJAUANPUSTAKA A. Roket RKX-200 LAPAN

Roket RKX-200 LAPAN merupakan sebuah roket kendali, dimana pergerakan roket ini ditentukan oleh sudut pergerakan sirip-sirip tersebut. Sirip-sirip ini dibagi kedalam 3 jenis yaitu sirip kendali elevator, sirip kendali rudder dan sirip kendali aileron. Pada matra longitudinal pengendalian dilakukan melalui sudut sirip kendali elevator (dua sirip horizontal). Sedangkan pada matra lateral-directional, pengendalian dilakukan sirip kendali rudder (dua sirip vertikal) dan sirip kendali aileron (kombinasi dua sirip horizontal dan dua sirip vertikal) [5].

B. Persamaan Gerak Roket

Persamaan gerak roket dalam tugas akhir ini menggunakan acuan sistem sumbu badan. Sistem sumbu badan merupakan sumbu yang mengacu pada badan wahana roket.

Sumbu X sepanjang sumbu longitudinal roket positif ke depan, sumbu Z pada bidang simetri tegak roket dan tegak lurus sumbu X dalam kedudukan terbang datar positif ke bawah, dan sumbu Y tegak lurus pada bidang simetri dan positif ke arah kanan.

Sistem Kendali Roket RKX-200 LAPAN

dengan Pengendali PID

Putra Setya Bagus J. N., Subchan, Ph.D

1)

, Idris E. P., M. Sc, AE

2)

Jurusan Matematika, Fakultas MIPA, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)

Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111

E-mail

: [email protected]

1)

dan [email protected]

2)

R

Gambar.1. Roket RKX-200 LAPAN [2]. Tabel1.

Karakteristik Roket RKX-200 LAPAN [11]

No Karakteristik Nilai 1 Massa roket 65.26 kg 2 Volume 0.02161714180 m3 3 Surface area 4.01498311 m2 4 Luas sayap (S) 0.04875 m2 5 Center of mass 1.061m 6 Busur rata-rata (c) 0.324949 m 7 Rentang sayap (b) 0.15 m 8 Ixx 0.47410945 kgm2 9 Iyy 84.43048817 kgm2 10 Izz 84.42881461 kgm2

(2)

Untuk memperoleh fungsi alih dari roket hal pertama yang sangat penting adalah dengan menurunkan persamaan gerak roket. Persamaan gerak roket ini diturunkan dari Hukum Newton ke-2. Pada persamaan gerak roket ini terdapat persamaan gaya dan persamaan momen.

Persamaan gaya

Pada roket terdiri dari gaya-gaya thrust (dorong), lift (angkat), drag (hambat) dan gravitasi. Resultan gaya secara keseluruhan diuraikan ke arah tiga sumbu X, Y, dan Z sebagai berikut [8]:

)

(

sin

m

u

qw

rw

mg

X

Θ

=

+

(1)

)

(

sin

cos

m

v

ru

pw

mg

Y

+

Θ

Φ

=

+

+

(2)

)

(

cos

cos

m

w

pv

qu

mg

Z

+

Θ

Φ

=

+

(3) Persamaan momen

Momen yang timbul akibat adanya gaya aerodinamik yang mempunyai titik pusat (CP) tidak satu tempat dengan titik berat (CG), maka persamaan momen dapat dituliskan sebagai berikut [10]:

)

(

)

(

I

I

I

r

pq

qr

p

I

L

=

xx

+

zz

yy

xz

+

(4)

)

(

)

(

I

I

I

p

2

r

2

rp

q

I

M

=

yy

+

xx

zz

+

xz

(5)

)

(

)

(

I

I

I

qr

p

pq

r

I

N

=

zz

+

yy

xx

+

zx

(6)

Persamaan gaya (1) s/d (3) dan persamaan momen (4) s/d (6) merupakan persamaan non linier. Persamaan-persamaan non linier tersebut dapat dilinierisasi dengan menggunakan small disturbance theory (teori gangguan kecil) [7].

Persamaan Matra Longitudinal

Matra longitudinal yaitu gerakan yang melibatkan besaran kecepatan linier arah ke depan, ke atas, kecepatan sudut dan sudut pitch. e e w u

u

X

w

g

X

X

u

=

+

cos

γ

0

θ

+

δ

δ

(7)

e e w u

u

Z

w

U

q

g

Z

Z

w

=

+

+

0

sin

γ

0

θ

+

δ

δ

(8)

θ

γ

δ

δ δ 0 0

sin

)

(

)

(

)

(

)

(

w e e w e w q w w w u w u

gM

Z

M

M

q

U

M

M

w

Z

M

M

u

Z

M

M

q

    

+

+

+

+

+

+

+

=

(9)

q

=

θ

(10)

Gerak Short Period

Gerak short period dipengaruhi oleh dua parameter yaitu pitch rate (q) dan kecepatan (w). Dengan mengambil variabel state w dan q maka persamaan gerak short period menjadi [4]:

e e Z w M e M e Z q w U w M q M U w Z w M w M w Z q w δ δ δ δ

+ + + + =      0 0

(11) • Gerak Phugoid

Gerak ini mempengaruhi dua parameter pada gerak roket yaitu sudut pitch (θ), dan juga kecepatan (u) [4].

e U e Z e X u g U u Z u X u δ δ δ θ γ θ

− + − − = 0 0 0 cos 0  

(12) Matra Lateral-Directional

Matra lateral-directional yaitu gerakan yang melibatkan besaran kecepatan linier arah samping, kecepatan sudut dan sudut yaw dan roll. Matra lateral-directional merupakan gerakan mendatar yang meliputi gerakan berputar dan berbelok [10]. r U r Y U g r U Y δ δ φ γ β β β 0 0 0 cos 0 + + − =  (13) r r a a r p

p

L

r

L

L

L

L

p

=

β

β

+

+

+

δ

δ

+

δ

δ

(14) r r a a r p

p

N

r

N

N

N

N

r

=

β

β

+

+

+

δ

δ

+

δ

δ

(15) 0

tan

γ

φ

=

p

+

r

Gerak Spiral

Gerak ini dipengaruhi oleh gerak yaw dan gerak roll dengan side slipe angle (β) relatif kecil. Gerak spiral terdiri dari gerakan berputar dan berbelok lambat. Roll rate (p) sangat kecil dibandingkan dengan yaw rate (r) [4].

a a r r

r

L

L

N

L

N

r

δ

δ

β β

+

=

(16) • Gerak Roll

Gerak roll merupakan gerakan berputar murni, sehingga semua persamaan dinamik dapat diabaikan kecuali roll rate (p), oleh sebab itu, selama bergerak roll, dapat diasumsikanβ=r=0 [4]. a a p

p

L

L

L

p

=

+

δ

δ

(17)

Gerak Dutch Roll

Gerak dutch roll dapat diasumsikan laju sudut putar (roll rate (p)) dan sudut yaw(yaw attitude (ψ )) bernilai nol, karena gerak roll diabaikan. Dengan mengambil parameter β dan r maka state space dari gerak dutch roll dapat diturunkan menjadi [4]: r r N U r Y r r N U r Y N U Y r δ δ δ β β β β

′ + ′ − − ′ = 0 0 1 0  

(18) Tabel2. Variabel Gerak Parameter Sistem Sumbu

Badan Sb. X Sb. Y Sb. Z Kecepatan sudut P q r Kecepatan linier U v w Gaya aerodinamik X Y Z Momen aerodinamik L M N Momen kelembaman Ixx Iyy Izz

(3)

C. Particle Swarm Optimization (PSO)

PSO adalah salah satu teknik optimasi dan termasuk jenis teknik komputasi evolusi, teknik optimasi ini merupakan adaptasi dari teori psikologi-sosial. Metode ini diinspirasi oleh dinamika gerak kawanan burung atau ikan dalam mencari makanan. Mereka bergerak secara bersamaan dalam suatu kelompok dan bukan tiap individu. Mereka menggunakan konsep kerjasama dimana tiap informasi di-sharing dalam kelompok.

Modifikasi kecepatan dan posisi tiap partikel dapat dihitung menggunakan kecepatan saat ini dan jarak dari pbesti,d ke

d

gbest seperti ditunjukkan persamaan berikut ini :

) ) ( , .( . 2 ) ) ( , , .( . 1 ) ( , . ) 1 ( , t m i x m gbest R c t m i x m i pbest R c t m i v w t m i v + = + − + −

(19) ) 1 ( , ) ( , ) 1 ( , + + = + t m i v t m i x t m i x

(20)

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Perancangan sistem kendali roket RKX-200 LAPAN dilakukan pada pada Mach 0.5 dengan sudut serang nol derajat.

A. Perhitungan Parameter Aerodinamika Roket RKX-200 LAPAN

Penentuan koefisien parameter aerodinamik roket RKX-200 LAPAN ini menggunakan perangkat lunak Missile Datcom. Pada penelitian ini, diberikan input data sudut serang roket yang bervariasi mulai -9.0 derajat sampai 10.0 derajat dengan kecepatan yang juga bervarisasi mulai 0.1 Mach sampai 2.0 Mach, ketinggian terbang 500 meter.

B. Pembentukan State Space pada Matra Longitudinal Persamaan pada matra longitudinal ini mempunyai input defleksi sirip-sirip elevator (δe) yang merupakan bidang

kendalinya dan sebagai output adalah laju sudut angguk (pitch rate (q)) serta posisi sudut angguk (pitch attitude (θ)).

e q w u q w u δ θ θ

− − + − − − − − − − = 0 6554 . 0 3035 . 1 0348 . 13 0 1 0 15 . 6 0 0 0752 . 0 0002 . 0 0 34 81 . 9 0 2224 . 0 3834 . 0 0383 . 0 6747 . 0    

(21)

Pendekatan Gerak Short Period e q w q w δ

















− − + − − − = 6554 . 0 3035 . 1 15 . 6 34 0752 . 0 2224 . 0  

(22)

Pendekatan Gerak Phugoid

e u u δ θ θ

















= − − + 0383 . 0 0348 . 13 0 81 . 9 0113 . 0 6747 . 0  

(23)

C. Pembentukan State Space pada Matra Lateral-Directional Persamaan pada matra lateral-directional ini mempunyai input defleksi sirip-sirip rudder (δr) dan aileron (δa) yang

merupakan bidang kendalinya dan sebagai output adalah laju

sudut putar (roll rate (p)), laju sudut belok (yaw rate (r))serta posisi sudut putar (roll attitude (ϕ)).

− − − + − − − − − = r a r p r p δ δ φ β φ β 0 0 1511 . 0 0 0 9131 . 26 0383 . 0 0 0 1 0 1334 . 3 0 0 0003 . 0 4758 . 15 0 0594 . 0 2885 . 0 9948 . 0 8681 . 4 6913 . 2 0 6267 . 3    

(24)

Pendekatan Gerak Spiral a r

r=−2.792 −26.9131δ

(25)

Pendekatan Gerak Roll a p

p =−4.927474 −26.9131δ

(26)

Pendekatan Gerak Dutch Roll

r r r δ β β





− − + − − − = 1511 . 0 0383 . 0 1334 . 3 9948 . 0 4758 . 15 6267 . 3  

(27)

D. Tuning Parameter PID dengan Metode Particle Swarm Optimization (PSO)

Pada penelitian ini, indeks performansi ISE (Integral Square-Error) digunakan untuk mengestimasi parameter-parameter PID:

= T dt t e t ISE 0 ) ( 2 ) (

(28)

Fungsi obyektif atau fitness function yang dioptimasi dinyatakan sebagai berikut:

| ) ( | . ) ( . ) (t ISE t Ot J =α +β

(29)

dimana,

β α, :faktor improvement O:Overshoot

J adalah fitness function dan setiap partikel dalam swarm yang berdimensi-3 yang menggambarkan parameter Kp, Ki dan Kd.

Dalam tugas akhir ini diberikan parameter PSO sebagai berikut, n : 50 d : 3 t : 100 w : 0.7298 c1dan c2 : 1,49618 Tabel3.

Parameter PID Tuning by PSO

Gerak Kp Ki Kd Short Period -110 -250 -0.1 Phugoid 65 7 28 Spiral -5.4667 -3.5 0 Roll -2.3 -3.7 0 Dutch Roll -13 0

(4)

E. Kriteria Perancangan Sistem Kendali Roket RKX-200 LAPAN

Kriteria yang digunakan dalam tugas akhir ini merujuk pada MIL-F-8785C “Military Specification Flying Qualities Of Piloted Airplanes”.

Roket RKX-200 LAPAN dapat dikategorikan sebagai: 1. Berdasarkan bobotnya dikategorikan kedalam benda terbang

kelas I, dimana bobotnya kurang dari 5000 kg.

2. Berdasarkan fase terbang dikelompokkan kedalam kategori B, yaitu fase terbang nonterminal yang biasa dilakukan dengan maneuver bertahap tanpa precision tracking.

3.Berdasarkan kemampuannya menyelesaikan misi dikategorikan kedalam level I yaitu kualitas terbang memungkinkan untuk dapat melakukan misi fase terbang (jelajah).

Adapun spesifikasi dari sistem yang dibutuhkan pada roket ini adalah [13]:

1. Waktu naik (rise time),Tr ≤ 2.5s

2. Waktu mencapai keadaan tunak (settling time), Ts ≤ 5s

3. Persentase overshoot, Os ≤ 5%

4. Kesalahan keadaan tunak (steady state error ), Ess ≤ 2%

F. Simulasi Sistem Kendali

Gerak Short Period

Fungsi alih sistem kendali gerak short period dengan parameter Kp=-110, Ki=-250, dan Kd=-0.1:

93 . 11 173 2 47 . 78 3 066 . 1 93 . 11 1 . 169 2 1 . 72 3 06554 . 0 ) ( + + + + + + = s s s s s s s sp G

(30) • Gerak Phugoid

Fungsi alih sistem kendali gerak phugoid dengan parameter Kp=65, Ki=7, dan Kd=28: 21 . 1 61 . 11 2 003 . 8 3 072 . 2 21 . 1 5 . 11 2 328 . 7 3 072 . 1 ) ( + + + + + + = s s s s s s s p G

(31) • Gerak Spiral

Fungsi alih sistem kendali gerak spiral dengan parameter Kp=-5.4667, Ki=-3.5, dan Kd=0: 2 . 94 9 . 149 2 2 . 94 1 . 147 ) ( + + + = s s s s s G

(32)

Gambar. 2. Flowchart tuning PID dengan metode PSO.

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 -0.2 0 0.2 0.4 0.6 0.8 1

1.2 Respon Sistem Gerak Short Period

Waktu (sec) Laj u S udut A ngguk ( q) ( deg/ s ec ) Kp=-110,Ki=-250,Kd=-0.1 Tanpa Pengendali

Gambar. 3. Respon Step Sistem Closed Loop Gerak Short Period.

0 5 10 15 20 25 30

0 0.5 1 1.5

Respon Sistem Gerak Phugoid

Waktu (sec) S udut A ngguk ( deg) Kp=65,Ki=7,Kd=28 Tanpa Pengendali

Gambar. 4. Respon Step Sistem Closed Loop Gerak Phugoid.

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 -10 -8 -6 -4 -2 0

2 Respon Sistem Gerak Spiral

Waktu (sec) Laj u S udut B el ok ( r) ( deg/ s ec ) Kp=-5.4667,Ki=-3.5,Kd=0 Tanpa Pengendali

(5)

Gerak Roll

Fungsi alih sistem kendali gerak roll dengan parameter Kp=-2.3, Ki= -3.7, dan Kd=0: 58 . 99 77 . 66 2 58 . 99 9 . 61 ) ( + + + = s s s s r G

(33)

Gerak Dutch Roll

Fungsi alih sistem kendali gerak dutch roll dengan parameter Kp= -13, Ki=-100.117, dan Kd=0 :

3 . 114 72 . 56 2 724 . 8 3 3 . 114 97 . 29 2 964 . 1 ) ( + + + + + = s s s s s s dr G

(34)

G. Uji Keandalan Pengendali

Pengujian keandalan pengendali digunakan untuk mengetahui kekuatan pengendali, sampai mana pengendali dapat mengatasi gangguan yang diterima oleh sistem. Pengujian ini dilakukan dengan memberikan gangguan yang muncul dari dalam (internal), simulasi gangguan ini dilakukan dengan p

erubahan nilai koefisien parameter aerodinamik

yang diperbesar dan diperkecil. Pengujian selanjutnya

adalah dengan memberikan

gangguan dari luar sistem (eksternal) berupa sinyal impulse dan square.

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 -6 -5 -4 -3 -2 -1 0

1 Respon Sistem Gerak Roll

Waktu (sec) Laj u S udut P ut ar ( p) ( deg/ s ec ) Kp=-2.3,Ki=-3.7,Kd=0 Tanpa Pengendali

Gambar. 6. Respon Step Sistem Closed Loop Gerak Roll.

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 -0.2 0 0.2 0.4 0.6 0.8 1

1.2 Respon Sistem Gerak Dutch Roll

Waktu (sec) Laj u S udut B el ok ( r ) ( deg/ s ec ) Kp=-13,Ki=-100.117,Kd=0 Tanpa Pengendali

Gambar. 7. Respon Step Sistem Closed Loop Gerak Dutch Roll.

0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5 0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2

1.4 Respon Sistem Gerak Short Period

Waktu (sec) Laj u S udut A ngguk ( q) ( deg/ s ec ) diperbesar 50% diperbesar 30% diperbesar 40.5% diperkecil 10% diperkecil 0.1% diperkecil 1% Impulse 15 Impulse 10 Square 10 Square 5

Gambar. 8. Respon Step Sistem Gerak Short Period.

0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5 0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2

1.4 Respon Sistem Gerak Spiral

Waktu (sec) Laj u S udut B el ok ( r) ( deg/ s ec ) diperbesar 70% diperbesar 50% diperbesar 61% diperbesar 60% diperkecil 800% diperkecil 500% diperkecil 775.5% Impulse 1 Impulse 0.3 Square 1 Square 0.25

Gambar.10. Respon Step Sistem Gerak Spiral.

0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1

1.1 Respon Sistem Gerak Phugoid

Waktu (sec) S udut A ngguk ( deg) diperbesar 50% diperbesar 30% diperbesar 40.5% diperkecil 10% diperkecil 0.1% diperkecil 1% Impulse 400 Impulse 200 Square 40 Square 10

Gambar.9. Respon Step Sistem Gerak Phugoid.

0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5 0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2

1.4 Respon Sistem Gerak Roll

Waktu (sec) Laj u S udut P ut ar ( p) ( deg/ s ec ) diperbesar 70% diperbesar 50% diperbesar 61% diperbesar 60% diperkecil 800% diperkecil 500% diperkecil 775.5% Impulse 1 Impulse 0.285 Square 1 Square 0.15

(6)

H. Uji Tracking Setpoint

Pada simulasi uji tracking terhadap setpoint ditunjukkan respon keluaran sistem terhadap input reference atau setpoint yang disimulasikan sebagai sinyal step. Untuk mengetahui respon keluaran sistem terhadap perubahan yang bervariasi, perubahan setpoint dilakukan lebih dari satu kali.

IV. KESIMPULAN/RINGKASAN A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan:

1.Pengendali PID dengan parameter-parameter yang diperoleh dengan menggunakan metode PSO merupakan pengendali yang robust.

2.Pengendalian yang dilakukan pada gerak short period dapat menghilangkan overshoot dan steady state error, dan mempercepat settling time menjadi 2.12 detik.

3.Pengendalian yang dilakukan pada gerak phugoid dapat mempercepat rise time menjadi 0.4408 detik, settling time hanya 3.9 detik dan menghilangkan steady state error. 4.Pada gerak spiral pengendali menghilangkan steady state

error, rise time 0.0157 detik dan settling time 0.98 detik. 5.Pengendali pada gerak roll menjadikan rise time 0.0431

detik dan menghilangkan steady state error.

6.Pada gerak dutch roll, pengendali dapat menghilangkan steady state error dan mengurangi overshoot menjadi 0.1397%.

7.Pengendali mampu mengatasi gangguan internal berupa perubahan koefisien parameter aerodinamik, pada matra longitudinal diperbesar sampai 40.5% dan diperkecil sampai dengan 1%, sementara pada matra lateral-directional diperbesar sampai 60% dan diperkecil sampai dengan 775.5%.

8.Pengendali pada gerak short period mampu mengatasi gangguan eksternal berupa sinyal impulse sampai dengan 10 N dan sinyal square sampai 5 N. Pada gerak phugoid mampu mengatasi sinyal impulse sampai dengan 200 N dan sinyal square sampai 10 N. Pada gerak spiral mampu mengatasi sinyal impulse sampai dengan 0.3 N dan sinyal square sampai 0.25 N. Pada gerak roll mampu mengatasi sinyal impulse sampai dengan 0.285 N dan sinyal square sampai 0.15 N. Pada gerak dutch roll mampu mengatasi sinyal impulse sampai dengan 17 N dan sinyal square sampai dengan 1 N.

9.Pada uji setpoint tracking respon sistem dapat menjajaki perubahan setpoint yang diberikan dengan hasil yang baik. B. Saran

Melalui penelitian yang telah dilakukan, dapat dikemukakan saran untuk pengembangan penelitian lebih lanjut sebagai berikut :

1.Pada model persamaan gerak roket perlu dipertimbangkan juga efek pergeseran titik pusat massa (Central of Gravity) roket, karena pada hakikatnya titik pusat massa roket selalu berubah terhadap waktu .

2.Membuat program simulasi yang lebih baik untuk melihat respon sistem kedali.

3.Memperluas kondisi terbang dengan kecepatan terbang yang bervariasi dan mengambil titik perancangan yang lebih banyak.

DAFTARPUSTAKA

[1] Alrijadjis dan Astrowulan, K. 2010. Optimasi Kontroler PID Berbasis Particle Swarm Optimization (PSO) untuk Sistem dengan Waktu Tunda. Surabaya:Jurusan Teknik Elektro ITS.

[2] Aulia, M., dkk. 2010. RKX 200 24092010. Bogor: Bidang Struktur LAPAN.

[3] Blake, W. 1998. Missile Datcom User’s Manual-1997 Fortran 90 Revision. Ohio:Air Force Research Laboratory Air Vehicles Directorate Wright-Patterson Air Force Base.

[4] Caughey, D. 2011. Introduction to Aircraft Stability and Control Course Notes for M&AE 5070. New York: Sibley School of Mechanical & Aerospace Engineering Cornell University Ithaca.

[5] Fitria, D. 2010. Desain dan Implementasi Pengontrol PI Optimal pada Gerak Longitudinal Roket RKX-200 LAPAN. Bandung:Departemen Teknik Fisika ITB.

[6] Kennedy, J. dkk. 2007. ParticleSwarm Optimization. UK:Springer. [7] McLean, D. 1990. Automatic Flight Control Systems. UK:Prentice Hall

International.

[8] Mukherji, T. 2004. Aircraft Autopilot Design. Bombay.

[9] Nataraj, P.S.V. 1990. Design of Flight controllers using Quantitative Feedback Theory. Bombay: Systems and Control Engg IIT.

[10] Nelson, R. 1990. Flight Stability and Automatic Control. Singapore:McGraHill Book Co.

[11] Pasadena, W. 2010. RKX Berat dan CG Saat di cog awal 17 nov 2010. Bogor: Bidang Struktur LAPAN.

[12] Reveles, D. N. 2000. Longitudinal Autopilot Design. Georgia.

[13] Siouris, G. 2004. Missile Guidance and Control Systems. New York:Springer-Verlag.

[14]MIL-F-8785C. 5 November 1980. Military Specification Flying Qualities Of Piloted Airplanes.

0 10 20 30 40 50 60 -15 -10 -5 0 5 10 15 Respon Setpoint Waktu (sec) A m pl it udo

Gerak Short Period Gerak Dutch Roll Gerak Phugoid Gerak Spiral Gerak Roll Setpoint

Gambar. 13. Respon Step Sistem Terhadap Setpoint.

0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5 0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2

1.4 Respon Sistem Gerak Dutch Roll

Waktu (sec) Laj u S udut B el ok ( r) ( deg/ s ec ) diperbesar 70% diperbesar 50% diperbesar 61% diperbesar 60% diperkecil 800% diperkecil 500% diperkecil 775.5% Impulse 30 Impulse 17 Square 10 Square 1

Referensi

Dokumen terkait

Menganalisa dari permintaan kayu yang senantiasa meningkat setiap tahunnya maka masyarakat di Desa Bahaur Tengah Kecamatan Kahayan Kuala melakukan hal baru untuk

b) Guru menyediakan alat seperti gunting, lem perekat, dan kertas asturo untuk dijadikan potongan-potongan mozaik oleh anak. c) Guru menjelaskan tata cara memegang

1) Untuk kedua orang yang berakad, menurut ulama Syafi’i dan Hanbali harus balig dan berakal. 2) Kedua belah pihak yang berakad menyatakan kerelaannya untuk melakukan akad

Spesies vibrio merupakan bagian dari autochthonous flora dari organisme laut dan merupakan salah satu kelompok yang penting dalam lingkungan laut, sekitar 80% populasi

Oleh sebab itu semasa hidup kita, harus meyucikan diri dan mengasihi Tuhan dan sesama, serta melakukan sakramen dan berdoa, sehingga kita menjadi manusia baru

Sedangkan objek dalam penelitian ini adalah Korelasi Hasil Belajar Kognitif Siswa dengan Keterampilan Melaksanakan Wudhu menurut Madzhab Syafi’i pada mata pelajaran

Dalam kehidupan sehari-hari jika ditemui gejala penyakit atau badan tidak sehat yang ringan dan waktunya singkat, cukup pergi ke apotek dan beli obat yang dianjurkan

UPT Perbekalan Farmasi merupakan instansi yang bergerak dalam bidang distribusi obat, di dalam melakukan pendistribusian dan pengentrian data masih menggunakan sistem