• Tidak ada hasil yang ditemukan

CARA HEMAT PENGGUNAAN BBM PADA KENDARAAN BERMOTOR. Reza Sukaraharja, Dimitri Rulianto, Cahyo Setyo Wibowo, Hery Widhiarto

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "CARA HEMAT PENGGUNAAN BBM PADA KENDARAAN BERMOTOR. Reza Sukaraharja, Dimitri Rulianto, Cahyo Setyo Wibowo, Hery Widhiarto"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

Topik Utama

Topik Utama

Topik Utama

Topik Utama

Topik Utama

CARA HEMAT PENGGUNAAN BBM PADA

KENDARAAN BERMOTOR

Reza Sukaraharja, Dimitri Rulianto,

Cahyo Setyo Wibowo, Hery Widhiarto

Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Minyak dan Gas Bumi "LEMIGAS"

rezas@lemigas.esdm.go.id

1. KONSUMSI BBM DAN KENDARAAN BERMOTOR

Meningkatnya aktivitas perekonomian, berdampak pada naiknya aktivitas pemakaian energi. Pertambahan penduduk yang cukup tinggi juga membuat pemakaian energi bertambah. Variabel ekonomi mikro, seperti harga, ikut mempengaruhi permintaan energi khususnya BBM. Peningkatan pemakaian BBM ini jadi sesuatu yang ramai dibahas sehubungan dengan adanya kenaikan harga dan masih

S A R I

Pertumbuhan sektor transportasi di Indonesia mengalami peningkatan yang cukup tinggi sejalan dengan pertumbuhan yang terjadi di sektor lainnya, yaitu berkembangnya industri dan pertambahan populasi penduduk yang cukup besar. Sektor transportasi merupakan sektor yang tingkat kebutuhan bahan bakar minyak (BBM) cukup tinggi dibandingkan dengan Industri, rumah tangga dan komersial. Pemerintah pun otomatis harus terus menopang keberadaan dan ketersediaan akan BBM pada sektor transportasi. Untuk penghematan pemakaian BBM atau tingkat efisiensi penggunaan BBM pada kendaraan bermotor/mobil perlu mendapatkan perhatian, karena sangat dipengaruhi oleh kinerja kendaraan yang prima dan perilaku berkendaraan.

Tulisan berikut ini merupakan hasil penelitian kendaraan berbasis kinerja yang menghasilkan luaran dan memberikan gambaran efektifitas kendaraan dalam mengkonsumsi bahan bakar. Dari beberapa pengujian diperoleh hasil bahwa perlakuan terhadap mesin kendaraan dan pada saat mengendarai serta perawatan yang rutin dapat menghasilkan efisiensi konsumsi bahan bakar sebesar 12,8%. Adapun hal lainnya yang dimungkinkan bisa mengefisiensikan kinerja mesin dalam berkendaraan antara lain spare part yang baru seperti saringan bahan bakar, saringan pelumas, saringan udara, demikian juga pelumas, air radiator, knalpot bahkan ban kendaraan selalu dalam kondisi baru dan standar.

Kata kunci : hemat BBM, uji konsumsi BBM

terdapatnya komponen subsidi. Sebagai contoh pada tahun 2011 target subsidi BBM sebesar Rp 129,7 triliun, kenyataannya realisasi mencapai Rp 165,2 triliun atau 127,4 persen, informasi ini disampaikan oleh Dirjen Perhubungan Darat, dalam acara Focus Group Discussion (FGD) Tenov Institute tanggal 4 April 2012. Distribusi realisasi subsidi BBM tersebut adalah angkutan umum hanya mengkonsumsi 3%, sedangkan mobil barang 4%, konsumsi terbesar adalah sepeda motor 40% dan mobil pribadi 53% (esdm, 2012).

(2)

Topik Utama

Topik Utama

Topik Utama

Topik Utama

Topik Utama

Pemakaian BBM di Indonesia sangat dominan,

pertumbuhan permintaan BBM dari tahun 2005 - 2010 sekitar 4,8% per tahun (Gambar 1). Sektor transportasi merupakan pengguna energi terbesar, dan dalam 5 tahun terakhir jumlah kendaraan meningkat lebih kurang dua kali lipat (Gambar 2). Banyak cara yang dapat digunakan untuk mengurangi konsumsi BBM di sektor transportasi, antara lain membatasi jumlah kendaraan yang berada di jalan, mengganti BBM dengan Bahan Bakar Gas (BBG), dan meningkatkan efisiensi mesin kendaraan (Ditjen Hubdar, 2005).

Efisiensi mesin kendaraan sangat terkait dengan kinerja mesin yang ditunjukkan dalam spesifikasi masing-masing kendaraan dalam ukuran daya maksimum (HP/PS/kW)-putaran mesin (rpm) dan torsi maksimum (kg-m)-putaran mesin (rpm). Namun secara teknis, kinerja mesin disajikan dalam diagram daya (power)-putaran mesin, torsi (torque)-putaran mesin, dan konsumsi bahan bakar spesifik (specific fuel consumption/SFC). Untuk mendapatkan

Komersial Rumah Tangga Industri Transportasi 5 10 15 20 25 30 35 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Bahan Ba kar (J uta ki lo li ter) Tahun 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Komersial 1.030.515 904.590 879.290 840.880 803.850 965.770 Rumah Tangga 6.635.040 5.849.130 5.776.335 4.611.040 2.789.325 2.313.915 Industri 7.387.485 6.578.345 6.028.070 5.618.440 5.744.480 7.412.670 Transportasi 20.513.240 20.554.140 20.589.025 21.974.545 24.947.525 34.269.655

Gambar 1. Peningkatan kebutuhan bahan bakar pada sektor komersial, rumah tangga, industri, dan transportasi

pemakaian bahan bakar yang terendah harus diusahakan agar mesin selalu beroperasi pada SFC yang terendah.

SFC adalah jumlah bahan bakar yang dikonsumsi dibagi dengan daya (power) yang dihasilkan, biasanya disajikan dalam gram per kilowatt jam atau disingkat g/kWh. Cara termudah untuk mengerti adalah melihat grafik kinerja mesin. Gambar 3 adalah salah satu contoh grafik kinerja mesin, garis merah menunjukkan daya hingga sekitar 220 kW. Garis hijau menunjukkan torsi (yang diekspresikan sebagai Tekanan Efektif Rata-rata Pengereman/ bmep), dan garis ungu yang menunjukkan SFC. Kurva-kurva pada Gambar 3 dimulai pada putaran idle. Pada saat idle, SFC berada pada sekitar 280 g/kWh, kemudian ketika putaran meningkat, harganya turun dan memiliki harga paling rendah di sekitar 2500 rpm pada SFC 270 g/kWh. Saat putaran bertambah, harga SFC juga bertambah besar (Departemen Perhubungan, 2009).

(3)

Topik Utama

Topik Utama

Topik Utama

Topik Utama

Topik Utama

0 10 20 30 40 50 60 2005 2006 2007 2008 2009 2010 5 7 9 10 10 11 29 33 42 48 52 54 Ju ml ah (juta) Tahun Sepeda Motor Mobil Pribadi

Gambar 2. Pertumbuhan mobil pribadi dan sepeda motor

(4)

Topik Utama

Topik Utama

Topik Utama

Topik Utama

Topik Utama

Penggunaan bahan bakar alternatif memerlukan

biaya yang besar, sehingga tidak dapat dilakukan dalam waktu dekat. Begitu juga peningkatan efisiensi mesin kendaraan, karena memerlukan teknologi berbiaya tinggi. Dengan mempertimbangkan hal-hal tersebut, maka diperlukan metoda yang mudah dilaksanakan dan tidak memerlukan biaya tinggi, yaitu dengan mengubah perilaku berkendaraan para pengemudi kendaraan menjadi perilaku yang lebih hemat bahan bakar, mengingat perilaku berkendaraan mempengaruhi konsumsi bahan bakar kendaraan. Untuk itu diperlukan strategi mengubah perilaku berkendaraan agar dicapai konsumsi bahan bakar paling sedikit.

Untuk mengetahui tingkat pemakaian bahan bakar sebagai Upaya Penghematan Penggunaan BBM pada kendaraan bermotor, berikut ini adalah pengujian konsumsi BBM

Tabel 1. Hasil pengukuran konsumsi bahan bakar pada chassis dynamometer

kendaraan bermotor yang telah dilakukan oleh Puslitbang Teknologi Minyak dan Gas Bumi "LEMIGAS" dengan dua pendekatan, yang pertama uji kendaraan pada chassis dynamo-meter dan uji jalan di jalan raya. Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui konsumsi bahan bakar minyak (BBM) pada kendaraan bermotor dan pengaruh perilaku pengemudi.

2. PENGUJIAN KONSUMSI BBM a. Uji Statis (chassis dynamometer) Uji chassis dynamometer terdiri dari 2 tahapan pengujian, pertama dilakukan pada awal uji jalan (0 km) dan yang kedua di akhir uji jalan (20.000 km). Hasil-hasil pengukuran konsumsi bahan bakar pada Chassis Dynamometer disajikan pada Tabel 1.

Posisi Gigi Speed Konsumsi Solar (km/L)

Transmisi (N) 0 km 20.000 km Rata-Rata IDLE 0 0.71 (liter/jam) 0.72 (liter/jam) 0.715 (liter/jam)

1 10 8.08 7.97 8.02 15 7.70 7.57 7.63 20 6.67 6.50 6.59 2 20 10.26 10.09 10.17 30 9.31 9.14 9.23 40 8.16 8.05 8.11 3 40 14.37 14.03 14.20 50 13.40 13.12 13.26 60 12.87 12.54 12.71 4 60 17.55 17.22 17.39 70 15.41 15.02 15.21 80 13.33 12.88 13.10 5 80 15.21 14.76 14.98 90 13.96 13.46 13.71 100 12.30 11.75 12.03 Konsumsi Rata-Rata 11.90 11.61 11.76

(5)

Topik Utama

Topik Utama

Topik Utama

Topik Utama

Topik Utama

Tabel 1 menunjukkan bahwa :

1) Pada kondisi idle, konsumsi rata-rata bahan bakar kendaraan di awal pengujian (0 km) dan di akhir pengujian (20.000 km) dengan menggunakan bahan bakar solar murni adalah sebesar 0,715 liter/jam.

2) Konsumsi bahan bakar rata-rata solar murni pada awal pengujian (0 km) adalah sebesar 11,90 km/L dan diakhir pengujian (20.000 km) adalah 11,61 km/L, sehingga didapatkan konsumsi solar rata-rata adalah 11,76 km/L.

b. Uji Jalan di Jalan Raya

Tujuan uji jalan adalah untuk mengetahui daya tahan dan tingkat konsumsi bahan bakar yang dibutuhkan oleh kendaraan dalam menempuh jarak tertentu pada kondisi jalan raya. Kinerja mesin di jalan raya berbeda dengan kinerja uji chassis dynamometer karena kondisi yang lebih bervariasi, sehingga pada uji jalan ini terjadi akselerasi dan de-akselerasi yang lebih sering. Pada uji jalan juga sangat dipengaruhi oleh perilaku pengemudi. Dalam uji jalan ini, rute diambil pada jalan raya yang mewakili kondisi jalan dalam kota, luar kota, dan jalan bebas hambatan (tol). Berdasarkan metode ASTM D-5500, pembagian jarak tempuh uji jalan adalah 70% kondisi jalan bebas hambatan, 20% luar kota, dan 10% dalam kota.

Uji jalan dilakukan dengan menempuh jarak sampai dengan 20.000 km setiap menempuh jarak 5.000 km dilakukan pergantian oli pelumas dan setiap jarak 10.000 km dilakukan pergantian saringan oli. Pada pelaksanakan uji jalan pengemudi harus mengikuti prosedur uji jalan sebagai berikut:

Memeriksa kondisi kendaraan seperti level oli pelumas, air radiator, kondisi ban, dan lain-lain.

Melakukan pemanasan awal selama 5 menit atau temperatur air pendingin telah menunjukkan temperatur normal operasi.

Melakukan pencatatan tanggal, odometer

awal, waktu pada saat akan melakukan uji jalan.

Melakukan pencatatan kondisi jalan (macet, hujan, dan lain-lain) dan kondisi mesin (bila terjadi masalah teknis) selama melakukan uji jalan.

Melakukan pencatatan odometer akhir dan waktu pada saat telah selesai/berhenti.

Melakukan pencatatan jumlah pengisian/

pemakaian bahan bakar.

Pengemudi juga harus mematuhi teknik mengendarai kendaraan secara efisien, dengan acuan/pedoman sebagai berikut:

1) Penginjakan pedal gas seperlunya dan penggunaan rem secukupnya agar energi kinetik/momentum saat meluncur tetap terjaga. Hindari penginjakan rem secara mendadak, karena bahan bakar akan terbuang sia-sia.

2) Saat berakselerasi memindahkan gigi dari gigi rendah ke gigi yang lebih tinggi, secepat mungkin untuk menghindari putaran mesin terlampau tinggi. Perpindahan gigi transmisi dilakukan pada saat torsi mesin mencapai 70-80%, untuk kendaraan Diesel MPV/SUV pergantian gigi transmisi dapat dilakukan pada putaran mesin 1500 - 1800 rpm, Untuk mesin bensin, normal aspirated pergantian gigi transmisi dapat dilakukan pada putaran mesin 2.100-2.400 rpm. Selain itu, perpindahan gigi transmisi juga dilakukan sesuai dengan beban yang diangkat serta kontur jalanan yang dilalui.

3) Mengantisipasi kondisi lalu lintas, seperti telah mempersiapkan jalur yang akan dilintasi dengan memperhatikan pola kemacetan di wilayah tertentu, mulai dari jalur alternatif hingga jam-jam puncak kemacetan.

4) Menghindari kondisi idle berkepanjangan, seperti halnya:

a) Pemanasan mesin terlalu lama.

b) Menunggu di dalam mobil untuk waktu yang lama dengan kondisi AC dan mesin tetap hidup.

5) Berakselerasi dengan halus, membuat beban kerja mesin lebih ringan.

(6)

Topik Utama

Topik Utama

Topik Utama

Topik Utama

Topik Utama

6) Menggunakan AC secukupnya.

7) Menjaga tekanan ban dan kondisi mesin Hasil uji jalan kendaraan berbahan bakar solar murni (solar 48) dengan jarak tempuh keseluruhan sejauh 20.188 km dengan perincian: 2.128 km (10,54%) untuk kondisi jalan dalam kota, 4.316 km (21,38%) untuk kondisi jalan luar kota, dan 13.744 km (68,08%) untuk kondisi jalan bebas hambatan seperti ditunjukkan pada Tabel 2.

Dari hasil pengamatan selama uji jalan, pada kondisi jalan dalam kota (macet) dengan kecepatan rata-rata 20,15 km/jam, kendaraan yang berbahan bakar solar 48, rasio jarak tempuh kendaraan terhadap jumlah konsumsi bahan bakar sebesar 0,164 liter per km atau dengan bahasa umum yang dipakai konsumsi bahan bakar solar 48 ini adalah 1 banding 6,10. Untuk kondisi jalan luar kota dengan kecepatan rata-rata 36,98 km/jam dan pada kondisi jalan bebas hambatan dengan kecepatan rata-rata 63,46 km/ jam konsumsi bahan bakar solar 48 sebesar

Kondisi Jarak Tempuh Kecepatan Kendaraan

(km/Jam)

Km %

Dalam Kota 2.128 10,54 20,15

Luar Kota 4.316 21,38 36,98

TOL 13.744 68,08 63,46

Keterangan Total Total Rata-rata

20.188 100,00 46,00

Kondisi Jarak Tempuh Konsumsi

km % L km/L L/km

Dalam Kota 2.128 10,54 348,91 6,10 0,163962

Luar Kota 4.316 21,38 385,65 11,19 0,089353

TOL 13.744 68,08 715,67 19,20 0,052071

20.188 100,00 1.450,23 13,40 0,074621

Keterangan Total % Total Vol. Total Rata-rata

Tabel 3. Konsumsi rata-rata bahan bakar kendaraan berbahan bakar solar 48 Tabel 2. Jarak tempuh kendaraan hasil uji jalan BBM solar

0,052 liter/km atau 19,20 km per satu liter bahan bakar. Jumlah total konsumsi bahan bakar untuk jarak tempuh 20.188 km sebesar 1.450,23 liter (Tabel 3).

3. EVALUASI DAN ANALISA

a. Perbandingan Hasil Uji Statis dan Uji Jalan

Bila dibandingkan hasil konsumsi bahan bakar pengujian pada chassis dynamometer dengan hasil uji jalan di jalan raya, maka bila kecepatan kendaraan antara 0 - 20 km/jam (kondisi jalan macet), antara uji chassis dynamometer dan uji jalan di jalan raya, konsumsi bahan bakar kendaraan uji adalah 1 liter bahan bakar dapat menempuh jarak sekitar 6 km. Bila kecepatan kendaraan antara 20 - 50 km/jam (kondisi jalan padat) antara uji chassis dynamometer dan uji jalan di jalan raya, konsumsi bahan bakar kendaraan uji untuk 1 liter bahan bakar dapat menempuh jarak sekitar 8 - 14 km. Tetapi bila

(7)

Topik Utama

Topik Utama

Topik Utama

Topik Utama

Topik Utama

kecepatan kendaraan antara 50 - 70 km/jam

(kondisi jalan lancar dan pengemudi tidak memacu kendaraan terlalu cepat) antara uji chassis dynamometer dan uji jalan di jalan raya, konsumsi bahan bakar kendaraan uji untuk 1 li-ter bahan bakar dapat menempuh jarak sekitar 15 - 19 km. Dari kondisi tersebut terlihat pada rentang kecepatan antara 20 - 50 km/jam dan 50-70 km/jam, gaya berkendaraan yang diterapkan oleh pengemudi sangat mempengaruhi konsumsi bahan bakar. Jika gaya berkendaraan yang diterapkan oleh pengemudi bersifat agresif atau ugal-ugalan, maka penggunaan bahan bakar kendaraan akan menjadi boros (tidak efisien). Tetapi bila gaya berkendaraan yang digunakan oleh pengemudi sesuai dengan acuan yang telah ditentukan di atas, maka penggunaan bahan bakar kendaraan akan menjadi hemat (efisien).

Hasil konsumsi bahan bakar pengujian di jalan raya bisa lebih hemat dibandingkan konsumsi bahan bakar pengujian di chassis dynamo-meter dikarenakan walaupun pada pengujian di jalan raya dipengaruhi berbagai faktor, di antaranya kondisi jalan yang bervariasi, faktor perilaku pengemudi (gaya berkendaraan) selain dari kondisi kinerja kendaraan, namun dalam pengoperasian (berkendaraan) diupayakan sebaik mungkin. Berdasarkan penelitian ini diharapkan pengemudi dapat memperoleh pengetahuan mengenai dampak gaya berkendaraan dan perhatian terhadap kondisi kendaraan dengan penanganan yang baik terhadap penggunaan BBM, sehingga efisiensi penggunaan bahan bakar dari sisi pengguna pada kendaraan bermotor dapat direalisasikan demi menunjang program pemerintah dalam rangka penghematan BBM.

Tingkat konsumsi bahan bakar pada uji chasis dynamometer rata-rata sebesar 0,085 l/km sedangkan pada uji jalan raya sebesar 0,074 l/ km, dengan demikian efisiensi yang diperoleh sebesar 12,8%. Apabila konsumsi bahan bakar di Indonesia sebesar 34.269.855 liter (data Migas tahun 2010), dan disikapi dengan cara mengemudi kendaraan yang efisien, maka akan diperoleh penghematan BBM sebesar 4.386.541 liter.

b. Kondisi Standar Kendaraan

Pengujian kinerja kendaraan baik pada chasis dynamometer maupun di jalan, selalu menggunakan spare part, pelumas, ban kendaraan dan air radiator yang standar dan baru serta kondisi yang baik. Adapun yang mempengaruhi dari peralatan dan bahan dan perlu mendapatkan perhatian adalah:

1) Pacu Kendaraan

Kendaraan dipacu dengan kecepatan tidak melebihi standar kecepatan transmisi, penekanan pedal gas dengan cara halus. Pada mesin yang menggunakan RPM meter, usahakan RPM tidak melewat 50 persen. Kalau tanda merah pada RPM 6.000, usahakan dalam perjalanan hanya menggunakan RPM 3.000 (tidak lebih). Atau, pertahankan kecepatan tinggi mobil lebih sering pada 80 km per jam. Pada kecepatan di atas 90 km per jam, pindahkan ke gigi over drive bagi mobil yang dilengkapi dengan transmisi over drive (gigi 5). Sesuaikan gigi percepatan dengan kecepatan kendaraan, gunakan gigi rendah untuk menjalankan kendaraan pertama kali.

Berikut ini adalah contoh standar penggunaan Gigi disesuaikan dengan kecepatan kendaraan. Gigi 1 dengan kecepatan 0-20 km/jam, Gigi 2 pada kecepatan 20-40 km/jam, Gigi 3 dengan kecepatan 40-60 km/jam, Gigi 4 pada kecepatan 60-90 km/jam, Gigi 5 dengan kecepatan 90 ~ km/jam.

2) Penggantian Rutin dan Perawatan Oli/Pelumas

Penggantian oli/pelumas secara berkala harus dilakukan sesuai dengan jarak tempuh dan jadual penggantian (Tabel 4) dalam kartu kendaraan, hal tersebut untuk menjaga kondisi mesin tetap prima, dengan takaran yang telah ditetapkan (Gambar 4). Apabila pengisian oli berlebihan, akan mengakibatkan putaran poros engkol/ crank-shaft akan menyentuh genangan oli yang ada di bak karter, sehingga membuat oli

(8)

Topik Utama

Topik Utama

Topik Utama

Topik Utama

Topik Utama

Gambar 4. Pengisian oli dengan takaran yang sesuai Agenda Perawatan 5000 km 10.000 km 15.000 km 20.000 km 25.000 km 30.000 km 35.000 km 40.000 km 45.000 km 50.000 km Oli Mesin Ganti Ganti Ganti Ganti Ganti Ganti Ganti Ganti Ganti Ganti

Oli Transmisi Periksa/ tambah Periksa/ tambah Periksa/ tambah Ganti (Manual) Periksa/ tambah Periksa/ tambah Periksa/ tambah Ganti (Manual) Periksa/ tambah Ganti (matik)

Oli Garden Periksa/ tambah Periksa/ tambah Periksa/ tambah Ganti (Manual) Periksa/ tambah Periksa/ tambah Periksa/ tambah Ganti (Manual) Periksa/ tambah Ganti (matik) Oli/Minyak Rem Periksa/ tambah Periksa/ tambah Periksa/ tambah Periksa/ tambah Ganti/ kuras Periksa/ tambah Periksa/ tambah Periksa/ tambah Periksa/ tambah Ganti/ kuras Oli/Minyak Power Seering Periksa/ tambah Periksa/ tambah Periksa/ tambah Periksa/ tambah Ganti/ kuras Periksa/ tambah Periksa/ tambah Periksa/ tambah Periksa/ tambah Ganti/ kuras

Tabel 4. Tabel 4. Jadwal penggantian oli/pelumas kendaraan

menjadi berbusa yang berisi udara/gas. Hal ini dapat menimbulkan oli menjadi lebih cepat panas/overheat, beroksidasi dan kehilangan tekanan oli (loss of oil pressure). Oli yang berbusa sukar untuk dipompa oleh pompa oli sehingga komponen mesin yang seharusnya mendapatkan pelumasan menjadi kering, dan akan rusak/macet. Selain itu, oli yang berbusa akan membuat tekanan gas yang berlebihan di dalam ruang mesin, sehingga melalui jalur sirkulasi (PCV) akan terdorong (blow by gas) ke filter udara. Biasanya filter udara menjadi basah oleh oli. Saringan Udara

Perhatikan filter udara pada kendaraan (Gambar 5), apabila warna filter udara sudah berwarna hitam pekat sebaiknya diganti dengan yang baru, namun bila warna filter

udara masih tidak terlalu hitam bisa lakukan penyemprotan angin bertekanan dari kompresor, lakukan penyemprotan dari arah dalam filter agar kotoran yang terjebak pada filter tersebut bisa terlepas.

Perawatan saringan udara disesuaikan dengan jenis bahannya, untuk yang terbuat dari karton, usianya maksimal sekitar 2.500 km-5.000 km. Pada usia pakai tertentu, permukaan karton menjadi 'berbulu' yang jika bercampur dengan debu bisa masuk ke ruang pembakaran. Adapun filter saringan udara yang terbuat dari spons, umumnya mampu bertahan hingga 15.000 km. Perawatan saringan jenis ini cukup dicelupkan ke dalam air, lalu cuci memakai deterjen.

(9)

Topik Utama

Topik Utama

Topik Utama

Topik Utama

Topik Utama

Part Penggantian pada ribu kilo meter.

5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 75 80 85 90 95 100

Saringan Oli          

Saringan Bahan Bakar 

Saringan Udara   Busi      Minyak Rem   Oli Mesin                     Minyak Transmisi      Minyak Gardan 

Tabel 5. Jadwal penggantian peralatan/bahan (part) kendaraan Saringan Bahan Bakar

Penggantian secara rutin maksimal 80.000 km (standar perawatan kendaraan), namun lebih baik bila dilakukan penggantian 20.000 km lebih awal, hal tersebut untuk mengantisipasi/mengurangi resiko adanya endapan yang terjadi ketika pengisian bahan bakar yang kurang baik sehingga banyak kotoran terakumulasi pada saringan bahan bakar.

Saringan Oli

Penggantian secara rutin maksimal 10.000 km (standar perawatan kendaraan). Untuk Lebih lengkapnya jadwal penggantian peralatan/bahan (part) kendaraan secara berkala dapat di lihat pada Tabel 5.

3) Kondisi Ban

Gunakan jenis ban yang sesuai, Pada kendaraan jenis sedan, ikuti petunjuk pada

Gambar 5. Filter udara

kendaraan untuk kondisi ban yang digunakan.

Tekanan angin ban

Jika tekanan gas/udara di dalam ban lebih rendah dari yang disarankan, maka bidang yang menapak dan mencengkram jalan tidak merata sehingga bidang tapaknya menjadi lebih sedikit yaitu hanya pada daerah pinggir ban saja (Gambar 6).

Indeks ban

Indeks ban terdapat pada setiap ban kendaraan (Gambar 7), index tersebut merupakan persyaratan yang di ijinkan dalam memacu laju kendaraan dan muatan kendaraan. Tabel 6 dan 7 berturut-turut menunjukkan Indeks Beban dengan Simbol dan Beban Maksimum dalam Kg dan Simbol Kecepatan yang merupakan simbol dan kecepatan maksimum dalam km/jam.

(10)

Topik Utama

Topik Utama

Topik Utama

Topik Utama

Topik Utama

Tekanan Sesuai Tekanan Kurang Tekanan Berlebih

Gambar 6. Daya cengkram ban dan persyaratan kondisi ban

4) Knalpot

Gambar 8 menunjukkan tipikal energi pada kendaraan bermotor yang terkait Thermal Efficiency (TE). TE adalah hubungan antara energi panas yang disimpan dalam bahan bakar dengan indikasi tenaga kuda yang dihasilkan mesin. Hal ini menggambarkan jumlah potensial energi yang terkandung dalam bahan bakar sesungguhnya terpakai oleh mesin untuk memproduksi tenaga dan besarnya jumlah energi yang hilang karena panas. Sejumlah besar energi dari bahan bakar hilang akibat peningkatan suhu dan tidak terpakai dalam pembakaran. Panas berlebihan ini akan mengakibatkan overheating pada mesin dan cenderung

92 = Beban maksimum yang disarankan 630kg

V = Kecepatan maksimum yang disarankan 240km/jam

Gambar 7. Kemampuan ban kendaraan

meninmbulkan pembakaran dini ( pre-iginition). Dengan demikian gunakan perangkat pendingin mesin. Exhaust system (sistem pembuangan) yang baik mampu mereduksi panas yang berlebihan dari mesin dan membuangnya ke udara. Dengan minimnya backpresure maka sistem pembuangan free flow sangat membantu pendinginan mesin, itu sebabnya penggantian knalpot akan menambah tenaga mesin, karena peningkatan efisiensi thermal mesin.

5) Penggunaan Listrik Pada Kendaraan Penggunaan listrik pada kendaraan bermotor diupayakan seoptimal mungkin, agar tidak

(11)

Topik Utama

Topik Utama

Topik Utama

Topik Utama

Topik Utama

Gambar 8. Tipikal energi pada kendaraan

Simbol Kecepatan (simbol and kecepatan maksimum dalam km/jam)

J K L M N P Q R S T H V W Y

KmH 100 110 120 130 140 150 160 170 180 190 210 240 270 300 Tabel 7. Simbol kecepatan

Tabel 6. Index beban

Indeks Beban (Simbol dan Beban Maksimum dalam Kg)

LI Kgs LI Kgs LI Kg LI Kg LI Kg LI Kg 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 325 335 345 355 365 375 387 400 412 425 437 450 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 462 485 487 500 515 530 545 560 582 600 615 630 93 94 95 96 97 98 99 100 101 102 103 104 650 670 690 710 730 750 775 800 825 850 875 900 93 94 95 96 97 98 99 100 101 102 103 104 650 670 690 710 730 750 775 800 825 850 875 900 105 106 107 108 109 110 111 112 113 114 115 116 925 950 975 1000 1030 1060 1090 1120 1150 1180 1215 1250 117 118 119 120 121 122 123 124 125 126 127 128 1285 1320 1360 1400 1450 1500 1550 1600 1650 1700 1750 1800

terjadi pemborosan. Boros listrik pada kendaraan bisa disebabkan adanya penambahan audio system yang berlebihan, atau dapat juga diartikan dengan mendengarkan lagu di tingkat volume maksimal, atau juga menyalakan layar pada head unit yang mempunyai LCD tanpa ditonton. Untuk itu gunakan peralatan audio visual kendaraan seperlunya saja.

6) Penggunaan Air Conditioner

Penggunaan Air Conditioner (A/C) pada tingkat lebih tinggi akan membuat pemborosan konsumsi bahan bakar, karena jika pada saat A/C di tingkat lebih tinggi akan membuat kompresor A/C hidup lebih lama dibandingkan di tingkat normal. Jika kompresor hidup lebih lama, otomatis mesin bekerja lebih berat. Untuk itu

(12)

pema-Topik Utama

Topik Utama

Topik Utama

Topik Utama

Topik Utama

kaian A/C diupayakan sebijak mungkin

disesuaikan dengan temperatur udara diluar kendaraan.

4. KESIMPULAN

Kinerja kendaraan dan kondisi jalan raya sangat mempengaruhi konsumsi bahan bakar. Hasil yang diperoleh pada penelitian ini yaitu tingkat konsumsi bahan bakar pada uji chasis dynamometer rata-rata sebesar 0,085 l/km sedangkan pada uji jalan raya sebesar 0,074 l/ km, dari kedua data tersebut diperoleh efisiensi sebesar 12,8%. Apabila efisiensi tersebut dapat dicapai, secara sederhana dapat dihitung untuk konsumsi bahan bakar di Indonesia sebesar 40 juta liter, maka akan diperoleh penghematan BBM sebesar 5,1 juta liter.

Untuk mendapatkan kondisi "ideal" tingkat efisiensi dalam penggunaan bahan bakar tersebut dapat dilakukan dengan cara antara lain tidak memacu kendaraan secara berlebihan, menggunakan sistem kelistrikan kendaraan (A/ C, Audio system) secara optimal, untuk mendapatkan kinerja kendaraan yang prima harus mempersiapkan kendaraan dan perawatan kendaraan dijadikan prioritas, serta perubahan paradigma berkendaraan bagi pemilik/ pengemudi dan tidak membawa muatan berlebihan, apabila hal ini dapat dilakukan maka penggunaan BBM dapat dihemat.

5. DAFTAR PUSTAKA

ACEA, EMA,JAMA, 2006, "Worlwide Fuel Charter", Desember 2006.

Bartok. W, Sarofin Adel. F, "Fossil Fuel Combustion", 1991, A Wiley-interscience Publication, John Wiley & Son Inc, Canada. Departemen Perhubungan, 2005, Beberapa Kebijakan Sektor Transportasi Darat, Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, Jakarta, Juli 2005

Departemen Perhubungan, 2009, Smart Driving Handbook, Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, tahun anggaran 2009.

Ditjen Migas, 2006, "Spesifikasi Bahan Bakar Minyak Jenis Minyak Solar 48" .

Ditjen Migas, 2006, " Spesifikasi Bahan Bakar Biodiesel Metil Alkil (B100)".

ESDM, 2012, Mobil Pribadi Habiskan Subsidi BBM Rp 77,9 Triliun, http://esdm.go.id/berita/ migas/40-migas/5629-mobil-pribadi-habiskan-subsidi-bbm-rp-779-triliun.html. Permsuwan, A., Picken, D.J., Seare, K.D.R.,and

Fox, M.F., 1996, "Engine development and test for vegetable oil lubricant", Int. J. Ambient Energy, 17, 157-161.

PT. Pertamina (Persero)-PPPTMGB "LEMIGAS", 2010, Pengujian Karakteristik Dan Kinerja Bahan Bakar Solar (B0) & BioSolar (B10) Melalui Uji Chassis Dynamometer Dan Uji Jalan (Road Test) Serta Kinerja Pelumasnya, Tahun 2010.

Referensi

Dokumen terkait

Lembar kegiatan peserta ddik yang akan dikembangkan ialah LKPD berbasis kontekstual yang mengaitkan contoh-contoh soal dari materi pajak pertambahan nilai yang

Proses adalah sebagai tahap kunci utama untuk mencapai tujuan atau kesuksesan. Proses di sini berjalan melalui kegiatan-kegiatan keagamaan yang akan menumbuhkan sifat

Dengan menggunakan rumus di atas kita bisa menghitung tegangan yang dihasilkan oleh thermistor.Pada percobaan yang saya lakukan resistor yang saya gunakan adalah

mencakup penggabungan dari media tradisional dengan media digital berbasis teknlogi informasi. Penggunaan media baru menggunakan internet dan memiliki potensi

untuk tutorial menyeleksi pada photoshop bisa lihat di Cara Menyeleksi Menggunakan Pen Tool dan Cara Menyeleksi Menggunakan Quick Mask.. Setelah terseleksi copy bagian yang

1) Pemberi Pelayanan di Klinik Umum Judul Pemberi Pelayanan di Klinik Umum Dimensi Mutu Akses dan

Materi Pembe%a$aran :  Nama

Peralatan yang digunakan untuk karakterisasi terdiri dari spektrofotometer UV-Vis (PG Intruments Ltd. T70) untuk mengukur sifat absorpsi bahan, spektrofotometer