REFERAT
ULTRASONOGRAFI PADA KELENJAR TIROID
DISUSUN OLEH: ANISA PUTRI
1102010024
PEMBIMBING: Dr. H. Usep Saeful Sp.Rad
DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN SMF/ BAGIAN RADIOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI
RSUD DR. SLAMET GARUT
Kata Pengantar
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Segala puji bagi Allah SWT yang senantiasa memberikan kekuatan dan kemampuan kepada penyusun sehingga penyusunan Referat yang berjudul “ULTRASONOGRAFI PADA KELENJAR TIROID” ini dapat diselesaikan.
Referat ini disusun untuk memenuhi sebagian syarat dalam mengikuti dan menyelesaikan kepaniteraan klinik SMF Radiologi di RSUD Dr.Slamet Garut. Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Dr. H. Usep, Sp.Rad, selaku dokter pembimbing.
2. Para Perawat dan Pegawai di Bagian SMF Radiologi RSUD Dr.Slamet Garut. 3. Teman-teman sejawat dokter muda di lingkungan RSUD Dr.Slamet Garut.
Segala daya upaya telah di optimalkan untuk menghasilkan referat yang baik dan bermanfaat, dan terbatas sepenuhnya pada kemampuan dan wawasan berpikir penulis. Pada akhirnya penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca agar dapat menghasilkan tulisan yang lebih baik di kemudian hari.
Akhir kata penulis mengharapkan referat ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca, khususnya bagi para dokter muda yang memerlukan panduan dalam menjalani aplikasi ilmu.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Garut, Maret 2015
Latar Belakang
Kelenjar tiroid berperan dalam mempertahankan tingkat metabolisme di berbagai jaringan agar optimal sehingga mereka berfungsi normal. Hormon tiroid merangsang penggunaan oksigen pada sebagian besar sel tubuh, membantu mengatur metabolisme lemak dan
karbohidrat, dan penting untuk tumbuh kembang1,2.
Kelenjar tiroid tidak esensial bagi kehidupan, tetapi ketiadaannya menyebabkan keterlambatan perkembangan fisik dan mental, berkurangnya daya tahan terhadap dingin, serta pada anak-anak timbul retardasi mental dan kecebolan (dwarfisme). Sebaliknya, sekresi tiroid yang berlebihan menyebabkan badan menjadi kurus, gelisah, takikardi, tremor dan
kelebihan pembentukan panas.1,2
Pada mammalia, kelenjar tiroid juga mensekresi kalsitonin, yaitu suatu hormon yang
berfungsi menurunkan kadar kalsium dalam darah.1
Ultrasonografi adalah cara yang paling umum dan paling berguna untuk mencitrakan kelenjar tiroid dan patologinya, seperti diakui dalam pedoman untuk mengelola kelainan tiroid yang diterbitkan oleh American Thyroid Association. Selain memfasilitasi diagnosis nodul yang tampak secara klinis, meluasnya penggunaan ultrasonografi telah berhasil mengungkap banyak nodul tiroid yang tidak tampak secara klinis (mayoritas jinak).1
Meluasnya penggunaan USG dalam teknik diagnostik patologi kelenjar tiroid juga didukung oleh beberapa kelebihannya, antara lain pemeriksaan yang non-invasif, tidak menggunakan sinar pengion, sehingga dapat digunakan berulang-ulang, tidak menimbulkan rasa sakit pada penderita, pemeriksaannya relatif cepat dan mudah, serta sensitivitas tinggi untuk nodul. Selain itu, penggunaan USG saat ini, tidak hanya untuk diagnosis, tetapi juga sebagai alat bantu pemeriksaan penunjang lainnya (fine-needle aspiration biopsy) dan dalam tindak lanjut pengobatan baik farmakologis dan bedah tiroid.2
Meskipun USG dapat menyediakan petunjuk penting mengenai sifat lesi tiroid, tetapi tetap mengalami kesulitan dalam membedakan lesi jinak dan ganas (spesifisitas USG yang buruk untuk pemeriksaan kanker), sehingga diperlukan pemeriksaan penunjang lainnya untuk membandingkan hasil pemeriksaan USG. Metode pencitraan lain tersebut antara lain computerized tomography (CT) dan magnetic resonance imaging (MRI), yang lebih mahal dan tidak efisien dalam mendeteksi lesi kecil daripada USG. Sehingga penggunaan yang efektif dari metode pencitraan ini adalah saat USG tidak memadai untuk menjelaskan suatu masalah klinis.2
TINJAUAN PUSTAKA Anatomi Kelenjar Tiroid
Tiroid merupakan kelenjar kecil, dengan diameter sekitar 5 cm dan terletak di leher. Kedua bagian tiroid dihubungkan oleh ismus sehingga bentuknya menyerupai huruf H atau dasi kupu-kupu. Dalam keadaan normal, kelenjar tiroid tidak terlihat dan hampir tidak teraba, tetapi bila membesar, dokter dapat merabanya dengan mudah dan benjolan bisa tampak dibawah.3
Gambar anatomi kelenjar tiroid
Tiroid adalah suatu kelenjar endokrin yang berwarna merah kecoklatan dengan konsistensi yang lunak. Kelenjar tiroid terdiri dari dua buah lobus yang simetris. Berbentuk konus dengan ujung kranial yang kecil dan ujung kaudal yang besar. Antara kedua lobus dihubungkan oleh istmus, dan dari tepi superiornya terdapat lobus piramidalis yang bertumbuh ke kranial, dapat mencapai os hyoideum. Pada umumnya lobus piramidalis berada di sebelah kiri linea mediana.4, 5, 6
Setiap lobus kelenjar tiroid mempunyai ukuran kira-kira 5 cm, dibungkus oleh fascia
propria yang disebut true capsule, dan di sebelah superfisialnya terdapat fascia pretrachealis
yang membentuk false kapsul.7, 8
Kelenjar tiroid berada di bagian anterior leher, di sebelah ventral bagian kaudal laring dan bagian kranial trakea, terletak berhadapan dengan vertebra servikal 5-7 dan vertebra thorakal 1. Kedua lobus bersama-sama dengan istmus memberi bentuk huruf “U”. Ditutupi oleh otot sternohyoideus dan otot sternothyroideus. Ujung kranial lobus mencapai linea
obliqua cartilaginis thyreoideae, ujung inferior meluas sampai cincin trakea 5-6. Istmus
difiksasi pada cincin trakea 2,3 dan 4. Kelenjar tiroid juga difiksasi pada trakea dan pada tepi kranial kartilago krikodea oleh penebalan fascia pretrachealis yang dinamakan ligament of
Berry. Fiksasi-fiksasi tersebut menyebabkan kelenjar tiroid ikut bergerak pada saat proses
menelan berlangsung.7
Kelenjar tiroid memperoleh darah dari arteri tiroidea superior, arteri tiroidea inferior dan kadang-kadang arteri tiroidea ima (kira-kira 3 %). Pembuluh darah tersebut terletak antara kapsula fibrosa dan fascia pretrachealis.8
Arteri tiroidea superior merupakan cabang pertama arteri karotikus eksterna, melintas turun ke kutub atas masing-masing lobus kelenjar tiroid, menembus fascia pretrachealis dan
membentuk ramus glandularis anterior dan ramus glandularis posterior.8
Arteri tiroidea inferior merupakan cabang truncus tirocervicalis, melintas ke superomedial di belakang karotid sheath dan mencapai aspek posterior kelenjar tiroid.
Truncus tirocervicalis merupakan salah satu percabangan dari arteri subklavia. Arteri tiroidea
inferior terpecah menjadi cabang-cabang yang menembus fascia pretrachealis dan memasuk darah ke kutub bawah kelenjar tiroid.8
Arteri tiroidea ima biasanya dipercabangkan oleh truncus brachiocephalicus atau langsung dipercabangkan dari arcusa ortae.Tiga pasang vena tiroidea menyalurkan darah dari pleksus vena pada permukaan anterior kelenjar tiroid dan trakea. Vena tiroidea superior menyalurkan darah dari kutub atas, vena tiroidea media menyalurkan darah dari bagian tengah kedua lobus dan vena tiroidea inferior menyalurkan darah dari kutub bawah. Vena tiroidea superior dan vena tiroidea media bermuara ke dalam vena jugularis interna, dan vena
tiroidea inferior bermuara ke dalam vena brachiocephalica.8
Fungsi
Fungsi utama hormon tiroid T3 dan T4 adalah mengendalikan aktivitas metabolik seluler. Kedua hormon ini bekerja sebagai alat pacu umum dengan mempercepat proses metabolisme. Efeknya pada kecepatan metabolisme sering ditimbulkan oleh peningkatan kadar enzim-enzim spesifik yang turut berperan dalam konsumsi oksigen, dan oleh perubahan sifat responsif jaringan terhadap
hormon yang lain. Hormon tiroid mempengaruhi replikasi sel dan sangat penting bagi perkembangan otak. Adanya hormon tiroid dalam jumlah yang adekuat juga diperlukan untuk pertumbuhan normal. Melalui efeknya yang luas terhadap metabolisme seluler, hormon tiroid mempengaruhi setiap sistem organ yang penting.6 Kelenjar tiroid berfungsi untuk mempertahankan tingkat metabolisme di berbagai jaringan agar optimal sehingga mereka berfungsi normal. Hormon tiroid merangsang konsumsi O2 pada sebagian besar sel di tubuh,
membantu mengatur metabolisme lemak dan karbohidrat, dan penting untuk pertumbuhan dan pematangan normal.8
Hormon-hormon tiroid memiliki efek pada pertumbuhan sel, perkembangan dan metabolisme energi. Efek-efek ini bersifat genomic, melalui pengaturan ekspresi gen, dan yang tidak bersifat genomic, melalui efek langsung pada sitosol sel, membran sel, dan mitokondria. Hormon tiroid juga merangsang pertumbuhan somatis dan berperan dalam perkembangan normal sistem saraf pusat.7 Hormon ini tidak esensial bagi kehidupan, tetapi ketiadaannya menyebabkan perlambatan perkembangan mental dan fisik, berkurangnya daya tahan tubuh terhadap dingin, serta pada anak-anak timbul retardasi mental dan kecebolan (dwarfisme). Sebaliknya, sekresi tiroid yang berlebihan menyebabkan badan menjadi kurus, gelisah, takikardia, tremor, dan kelebihan pembentukan panas.8
Sistem Hormon
Dua jenis hormon berbeda yang dihasilkan oleh kelenjar tiroid membentuk hormon tiroid yaitu tiroksin dan triiodotironin. Kedua hormon ini merupakan asam amino dengan sifat unik yang mengandung molekul iodium yang terikat pada struktur asam amino.6,8
Tiroksin (T4)
Hormon tiroksin (T4) mengandung empat atom iodium dalam setiap molekulnya.6,7 Hormon ini disintesis dan disimpan dalam keadaan terikat dengan protein di dalam sel-sel kelenjar tiriod; pelepasannya ke dalam aliran darah terjadi ketika diperlukan. Kurang lebih 75% hormon tiroid terikat dengan globulin pengikat-protein (TBG; thyroid-binding globulin). Hormon tiroid yang lain berada dalam keadaan terikat dengan albumin dan prealbumin pengikat tiroid.6 Bentuk T4 yang terdapat secara alami dan turunannya dengan atom karbon asimetrik adalah isomer L. D-Tiroksin hanya memiliki sedikit aktivitas bentuk L.8
Hormon tiroid yang bersirkulasi dalam plasma terikat pada protein plasma, diantaranya :7 (1) globulin pengikat tiroksin (TBG).
(2) prealbumin pengikat tiroksin (TBPA). (3) albumin pengikat tiroksin (TBA).
Dari ketiga protein pengikat tiroksin, TBG mengikat tiroksin yang paling spesifik. Selain itu, tiroksin mempunyai afinitas yang lebih besar terhadap protein pengikat ini di bandingkan
dengan triiodotironin.7 Secara normal 99,98% T4 dalam plasma terikat atau sekitar 8 μg/dL (103 nmol/L); kadar T4 bebas hanya sekitar 2 ng/dL (Gambar 2). Hanya terdapat sedikit T4 dalam urin. Waktu paruh biologiknya panjang (6-7 hari), dan volume distribusinya lebih kecil jka dibandingkan dengan cairan ekstra seluler (CES) sebesar 10L, atau sekitar 15% berat tubuh.8
Triiodotironin (T3)
Hormon yang merupakan asam amino dengan sifat unik yang mengandung molekul iodium yang terikat pada asam amino ini hanya mengandung tiga atom iodium saja dalam setiap molekulnya.6,7 Hormon tiroksin juga di bentuk di jaringan perifer melalui deiodinasi T4. Hormon triiodotironin (T3) lebih aktif daripada hormon tiroksin (T4). T4 dan T3 disintesis di dalam koloid melalui iodinasi dan kondensasi molekul-molekul tirosin yang terikat pada linkage peptida dalam triglobulin. Kedua hormon ini tetap terikat pada triglobulin sampai disekresikan. Sewaktu disekresi, koloid diambil oleh sel-sel tiroid, ikatan peptida mengalami hidrolisis, dan T3 serta T4 bebas dilepaskan ke dalam kapiler.8
Triiodotironin mempunyai afinitas yang lebih kecil terhadap protein pengikat TBG dibandingkan dengan tiroksin, menyebabkan triiodotironin lebih mudah berpindah ke
jaringan sasaran. Faktor ini yang merupakan alasan mengapa aktivitas metabolik triiodotironin lebih besar.7
T3 mugkin dibentuk melalui kondensasi monoidotirosin (MIT) dengan diidotirosin (DIT). Dalam tiroid manusia normal, distribusi rata-rata senyawa beriodium untuk T3 adalah 7%. Kelenjar tiroid manusia mensekresi sekitar 4 μg (7 nmol) T3. Kadar T3 plasma adalah sekitar 0,15 μg/dL (2,3 nmol/L), dari 0,15 μg/dL yang secara normal terdapat dalam plasma, 0,2% (0,3 ng/dL) berada dalam keadaan bebas. Sisa 99,8% terikat pada protein, 46% pada TBG dan sebagian besar sisanya pada albumin, dengan pengikatan transtiretin sangat sedikit (Tabel 1).8
Pemeriksaan Ultrasonografi.
Pemeriksaan dengan menggunakan USG merupakan pemeriksaan noninvasif dan ideal. Khususnya dengan menggunakan ''high frequency real-time'' (generasi baru USG). Dengan alat ini akan diperoleh gambaran anatomik secara detail dari nodul tiroid, baik volume (isi), perdarahan intra-noduler, serta membedakan nodul solid/kistik/campuran solid-kistik. Gambaran yang mengarah keganasan seperti massa solid yang hiperkoik, irregularitas, sementara gambaran neovaskularisasi dapat dijumpai pada pemeriksaan dengan USG. Dari satu penelitian USG nodul tiroid didapatkan 69% solid, 12% campuran dan 19% kista. Dari kista tersebut hanya 7% yang ganas, sedangkan dari nodul yang solid atau campuran berkisar 20%.
Penatalaksanaan Ultrasonografi (USG)
a. Persiapan pasien
Sebelum pasien menjalani pemeriksaan USG, pasien harus memperoleh informasi
yang cukup mengenai pemeriksaan USG yang akan dijalaninya. Informasi penting yang harus diketahui pasien adalah harapan dari hasil pemeriksaan, cara pemeriksaan (termasuk posisi pasien) dan berapa biaya pemeriksaan.
Sebelum melakukan pemeriksaan USG, pastikan bahwa pasien benar-benar telah mengerti dan memberikan persetujuan untuk dilakukan pemeriksaan USG atas dirinya.
b. Persiapan pemeriksa
Pemeriksa diharapkan memeriksa dengan teliti surat pengajuan pemeriksaan USG,
apa indikasinya dan apakah perlu didahulukan karena bersifat darurat gawat, misalnya pasien dengan kecurigaan kehamilan ektopik.
Hal yang perlu dipersiapkan antara lain mencocokkan identitas pasien, keluhan klinis
dan pemeriksaan fisik yang ada; kemudian berikan penjelasan dan ajukan persetujuan lisan terhadap tindak medik yang akan dilakukan.
Dimasa mendatang tampaknya pemeriksaan USG memerlukan persetujuan tertulis
dari pasien. Salah satu tujuan utamanya adalah untuk mencegah penularan penyakit berbahaya seperti HIV/AIDS dan penyakit menular seksual akibat semakin banyaknya seks bebas dan pemakaian narkoba.
Pemeriksa diharapkan juga agar selalu meningkatkan pengetahuan dan
keterampilannya. Kemampuan diagnostik seorang sonologist sangat ditentukan oleh pengetahuan, pengalaman dan latihan yang dilakukannya.
c. Persiapan alat dan bahan
Perawatan peralatan yang baik akan membuat hasil pemeriksaan juga tetap baik. Hidupkan peralatan USG sesuai dengan tatacara yang dianjurkan. Panduan pengoperasian peralatan USG sebaiknya diletakkan di dekat mesin USG, hal ini sangat penting untuk mencegah kerusakan alat akibat ketidaktahuan operator USG.
Perhatikan tegangan listrik pada kamar USG, karena tegangan yang terlalu naik-turun akan membuat peralatan elektronik mudah rusak.
Setiap kali selesai melakukan pemeriksaan USG, bersihkan semua peralatan dengan
hati-hati, terutama pada transduser (penjejak) yang mudah rusak. Bersihkan transduser dengan memakai kain yang lembut dan cuci dengan larutan anti kuman yang tidak merusak transduser.
Selanjutnya taruh kembali transduser pada tempatnya, rapikan dan bersihkan
kabel-kabelnya, jangan sampai terinjak atau terjepit.
Prinsip interpretasi Ultrasonografi
Prinsip interpretasi gambar dalam ultrasonografi berdasarkan kepada kekuatan atau intensitas gelombang yang dipantulkan kembali oleh jaringan ke transduser.
Berdasarkan kekuatan intensitas tersebut, penggambaran ultrasonografi dibedakan menjadi:
Hyperechoic
Hypoechoic
Anechoic
1. Hyperechoic
Echo yang dihasilkan terang à terlihat warna putih pada hasil scan.
Untuk menunjukkan highly-reflective interfaces, seperti collagen, lemak, udara, benda
keras dan tulang
Pada tulang dan udara à menghambat laju gelombang suara à menghasilkan
hyperechoic
Pada interface antara jaringan lunak-udara à sekitar 99% gelombang suara
direfleksikan,
Pada interface antara jaringan lunak-tulang à sekitar 30% gelombang suara direfleksikan sisanya akan diserap oleh tulang.
Oleh karena itu pada kedua jenis interface tersebut, echo yang dihasilkan oleh permukaan sangat kuat tetapi struktur yang berada di bawah interface tersebut tidak akan tampak.
2. Hypoechoic
Penggambaran ultrasonografi hypoechoic untuk menunjukkan intermediate reflection/ transmission, seperti pada kebanyakan jaringan lunak.
3. Anechoic
Tidak ada echo yang dihasilkan à terlihat warna hitam pada hasil scan
Hal ini menunjukkan complete transmission dari suara contohnya pada cairan
Sedangkan kehadiran suatu partikulat di dalam cairan akan menyebabkan
terbentuknya echo.
Ultrasonografi Tiroid
Sonografi merupakan salah satu pencitraan diagnostik untuk pemeriksaan alat-alat tubuh, di mana kita dapat mempelajari bentuk, ukuran, anatomis, gerakan, serta hubungan dengan jaringan sekitarnya. Pemeriksaan ini bersifat tidak invasif, tidak menimbulkan rasa sakit pada penderita, dapat dilakukan dengan cepat, aman dan data yang diperoleh mempunyai nilai diagnostik yang tinggi. Akhir-akhir ini pemeriksaan sonografi tiroid menjadi semakin popular dan berkembang terutama dengan dipergunakannya alat sonografi yang dilengkapi atau mempunyai daya resolusi tinggi.14,16
Kelainan yang biasa didiagnosis dengan menggunakan sonografi antara lain, agenesis tiroid, hemiagenesis tiroid, disgenesis tiroid, Hashimotos Thyroiditis, hyperthyroidism, multinodular goiter, massa leher superfisial-lipoma, nodul tiroid malignan, nodul tiroid benigna, adenoma paratiroid dan kista pada kelenjar tiroid. Kelainan yang paling biasa ditemui adalah nodul kelenjar tiroid. Oleh karena sensitivitas sonografi yang sangat tinggi, nodul kelenjar tiroid yang sangat kecil dan tidak teraba dapat ditemui dengan mudah sewaktu pemeriksaan.1 Terdapat tujuh peranan sonografi yang penting pada pemeriksaan tonjolan
tiroid:16
1. Dengan cepat dapat menentukan apakah tonjolan tersebut di dalam atau di luar tiroid. 2. Dengan cepat dan akurat dapat membedakan lesi kistik dari lesi solid.
3. Dengan lebih mudah dapat dikenali apakah tonjolan tersebut tunggal atau lebih dari satu.
4. Dapat membantu penilaian respon pengobatan pada terapi supresif.
5. Dapat membantu mencari keganasan tiroid pada metastasis yang tidak diketahui tumor primernya.
6. Sebagai pemeriksaan penyaring terhadap golongan resiko tinggi untuk menemukan keganasan tiroid.
7. Sebagai pengarah pada biopsi aspirasi tiroid.
Sonografi tiroid dilakukan dengan teknik yang mudah dengan alat yang disediakan. Persediaan pasien adalah dengan memakai pakaian yang nyaman. Pasien baring dalam posisi terlentang dan kepala diekstensi maksimal dengan diganjal bantal. Sebelum pemeriksaan,
jelly dipakai pada alatnya supaya kontak dengan kulit dan transduser baik. Pemeriksaan
dilakukan dengan posisi transduser yaitu transversal mulai dari pole bawah digeser ke pole atas dan kemudian dilakukan dengan posisi transduser longitudinal yaitu dimulai dari lateral ke medial.15,18
Gambar menunjukkan gambaran longitudinal dan transversal kelenjar tiroid
Pada gambaran normal sonografi, tiroid kelihatan terdiri dari dua lobus yaiutu kanan dan kiri yang dihubungkan dengan isthmus. Kelenjar tiroid dipisahkan dari kulit yang hiperekogenik hanya oleh lapisan otot tipis yang hipoekoik (sternohyoid, sternotiroid), yang menyusun dinding anterior tiroid. Kelenjar tiroid nampak sedikit lebih padat daripada struktur di sampingnya karena kandungan yodium dari tiroid itu sendiri. Ia memiliki gambaran homogen dengan penampilan seperti kaca yang mengkilap. Setiap lobus memiliki kontur bulat berbentuk halus dan tidak lebih dari 3 - 4 cm tingginya, 1 - 1,5 cm lebar, dan kedalaman 1 cm. 18
Isthmus diidentifikasi dengan sangat baik, terletak di anterior trakea sebagai struktur
yang homogen yang kira-kira 0,5 cm dan 2 - 3 mm kedalamannya. Lobus piramidal tidak terlihat, kecuali diperbesar secara signifikan. Otot-otot sekitarnya ekogenisitasnya lebih rendah daripada jaringan tiroid. Trakea berisi udara tidak mengirimkan sinyal sonografi dan hanya bagian anterior dari cincin tulang rawan memiliki gambaran yang jelas. Arteri karotis dan pembuluh darah lainnya memiliki gambaran echo-free kecuali jika terjadi kalsifikasi.17,18
Gamabar menunjukkan gambaran sonografi normal kelenjar tiroid
Volume lobus tiroid (dalam cm3) pada pemeriksaan sonografi dapat dihitung dengan
menggunakan rumus. Dimana a = lebar, yaitu jarak antara dinding lateral dan medial lobus dalam sentimeter (cm), b = kedalaman, yaitu jarak antara dinding anterior dan posterior lobus dalam sentimeter (cm), dan c = panjang, yaitu jarak antara ujung teratas dan terbawah lobus pada potongan transversal (cm).18
Gambar menunjukkan bagian-bagian tiroid normal pada USG
Nodul tiroid dapat diidentifikasi dengan sonografi karena mereka dapat mengubah bentuk seragam atau pola echo kelenjar tiroid. Nodul tiroid mungkin besar atau kecil. Mereka mungkin mendistorsi/mengubah arsitektur tiroid di sekitarnya atau mungkin tinggal di dalam lobus dan akan mengganggu bentuk sebenarnya. Karaszewski, et al telah melaporkan bahawa prevalensi nodul tiroid yang dideteksi dari pemeriksaan sonografi adalah 14,8%. Teknik Doppler dapat menunjukkan vaskularisasi meningkat dalam nodul atau halo. Nodul bukan penyakit tunggal tetapi merupakan manifestasi penyakit yang berbeda termasuk adenoma, karsinoma, radang, kista, daerah fibrosis, daerah pembuluh darah, dan akumulasi koloid.14,17
Sonografi dengan lebih mudah dapat membedakan lesi tiroid tunggal dan lesi yang lebih dari satu. Hal ini sangat penting karena biasanya suatu keganasan itu terdiri dari lesi yang tunggal. Menurut beberapa penulis, jika secara pemeriksaan klinis teraba satu tonjolan di tiroid, maka sebanyak 40% akan ditemui lesi multiple pada pemeriksaan sonografi, demikian juga secara skintigrafi ditemui lesi tunggal, maka untuk 25-30% akan ditemui lesi multipel pada pemeriksaan sonografi16.
Gambar menunjukkan nodul tiroid yang malignan
Hashimato’s thyroiditis merupakan salah satu penyebab umum goiter dan hypothyroidism. Meskipun sonografi secara luas digunakan untuk evaluasi nodul tiroid,
penggunaanya dalam penyakit tiroid difus masih tetap terbatas. Suatu abnormalitas ditandai dengan rendahnya ekogenitas difus telah dilaporkan dalam diagnosis penyakit autoimun tiroid baru-baru ini. Menurut studi, hipoekogenitas tiroid sangat sugestif dalam diagnosis
Hashimoto’s thyroiditis. Pertemuan lain yang turut mendukung diagnosis ialah, adanya area
kecil ekopenik multipel yang tidak regular, area linear ekogenik dan ketidakteraturan perbatasan tiroid.19
Dengan menggunakan transduser berfrekuensi 10MHz, resolusi yang optimum serta kualitas foto yang baik, nodul dan kista yang berukuran 3mm dapat dideteksi oleh sonografi tersebut. Selain sebagai alat mendeteksi nodul, sonografi juga dapat digunakan sebagai alat bagi memonitor perkembangan ukuran nodul, mengarah biopsi FNAB, serta membantu dalam melakukan aspirasi lesi kistik. Sonografi juga dapat membantu dalam mengevaluasi adanya rekuren dari kanker tiroid, termasuk derajat metastase sel-sel ganas melalui kelenjar getah bening di servikal. Pada pasien ini telah dilakukan pemeriksaan sonografi tiroid didapatkan struma difusa hipervaskular tiroid bilateral sesuai gambaran Grave`s Disease dan kalsifikasi pole bawah dekstra.18
Gambar Hashimato Thyroiditis
.
Akurasi Ultrasonografi Tiroid
Ultrasonografi sebagai pengarah pada biopsi aspirasi jarum halus, secara signifikan meningkatkan sensitivitas dan spesifitas daripada Si-BAJAH. Terutama pada nodul tiroid yang sulit di palpasi oleh karena ukurannya yang sangat kecil, letaknya yang lebih dalam dan pada kasus-kasus adanya perubahan kistik yang luas atau adanya fibrosis; dengan panduan USG maka jarum halus dapat diarahkan ke bagian yang solid untuk mendapatkan spesimen yang akurat. Angka sensitivitas, spesifitas, akurasi, nilai prediksi positif dan negatif untuk BAJAH dipandu USG. masing-masing sebesar 100%, 73%, 85%, 57.1% dan 100%.
Ultrasonografi dapat menentukan jika membesar atau tidaknya limfa noddi akibat menyebarnya kanker. Beberapa spesialis merekomendasikan ultrasonografi untuk semua pasien dengan nodul tiroid yang besar pada palpasi.
1. Thyroid Scanning
a. Radio Iodine Scan b. Radio Iodine Uptake c. Techneticum 99 d. Rectilinear Scanning e. Fluorescent Scanning
KESIMPULAN
Pengembangan metode penerapan gelombang ultrasound (ultrasonografi/USG) telah pasti belum mencapai jalan buntu lagi, karena semakin banyak teknik berbasis pada teknologi USG masih sedang dimasukkan ke dalam praktik dunia kedokteran. Bahkan evaluasi USG tiroid terus memiliki dampak yang besar pada diagnosis dan keputusan terapi. Namun, kecakapan USG tidak pernah dapat menggantikan pendekatan holistik, atau tanpa mengambil sejarah pasien dan data klinis dalam pertimbangan. Selain itu, dalam metode USG diperlukan peralatan yang memadai untuk pemeriksaan, serta pengalaman dan pelatihan sonogram diperlukan sebagai penentu kehandalan metode pencitraan tersebut.1 Oleh sebab itu, diperlukan perbandingan hasil pemeriksaan USG dengan hasil anamnesis dan pemeriksaan klinis/laboratorium dalam mendiagnosis kelainan, khususnya kelainan pada kelenjar tiroid. Bahkan terkadang kesimpulan akhir suatu hasil pencitraan USG harus dibandingkan dengan menggunakan metode pencitraan lainnya, seperti CT-scan dan MRI.