• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Antara Orientasi Masa Depan Dengan Kesiapan Kerja Siswa SMK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Hubungan Antara Orientasi Masa Depan Dengan Kesiapan Kerja Siswa SMK"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

1

HUBUNGAN ANTARA ORIENTASI MASA DEPAN DENGAN KESIAPAN KERJA SISWA SMK

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Psikologi

Oleh:

SAUSAN AFRA NAFISAH F 100 130 081

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2017

(2)

i

HALAMAN PERSETUJUAN

HUBUNGAN ANTARA ORIENTASI MASA DEPAN DENGAN KESIAPAN KERJA SISWA SMK

PUBLIKASI ILMIAH

Diajukan oleh:

SAUSAN AFRA NAFISAH F 100 1230 081

Telah disetujui untuk dipertahankan Didepan dewan penguji

Oleh :

Telah disetujui oleh : Pembimbing

(3)

ii

HALAMAN PENGESAHAN

HUBUNGAN ANTARA ORIENTASI MASA DEPAN DENGAN

KESIAPAN KERJA SISWA SMK

Disusun oleh:

SAUSAN AFRA NAFISAH

F 100 130 081

Telah Disetujui untuk Dipertahankan di depan Dewan Penguji Pada Tanggal 26 Mei 2017

Dan dinyatakan telah memenuhi syarat Penguji Utama

Susatyo Yuwono S.Psi, M.Si, Psi ________________________

Penguji Pendamping I

Usmi Karyani S.Psi, M.Si, Psius. Mohammavv ________________________

Penguji Pendamping II

Dr.Wiwien Dinar Pratisti, M.Si, Psi ________________________

Surakarta,26 Mei 2017

Universitas Muhammadiyah Surakarta Fakultas Psikologi

Dekan,

HALAMAN PENGESAHAN

(4)

iii

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Sausan Afra Nafisah NIM : F 100 130 081 Fakultas : Psikologi

Judul : HUBUNGAN ANTARA ORIENTASI MASA DEPAN DENGAN KESIAPAN KERJA SISWA SMK

Saya juga menyatakan bahwa hasil karya ini adalah benar-benar karya saya pribadi, sama sekali tidak melakukan plagiat ataupun meminta jasa pembuatan skripsi dari pihak lain.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan segala kesungguhan apabila dilain waktu ditemukan hal-hal yang bertentangan dengan pernyataan saya, maka saya bersedia menerima konsekuensinya. Surat pernyataan ini merupakan tanggung jawab moral saya sebagai penulis/ peneliti kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Surakarta,26 Mei 2017 Yang menyatakan,

SAUSAN AFRA NAFISAH F 100 130 081

(5)

1

HUBUNGAN ANTARA ORIENTASI MASA DEPAN DENGAN KESIAPAN KERJA SISWA SMK

ABSTRAK

Tingkat pengangguran terbuka penduduk di dominasi oleh lulusan SMK dengan hasil prosentase 12,65%. Hal tersebut terjadi karena adanya kesenjangan antara kebutuhan dunia kerja dengan penyediaan tenaga kerja dari lembaga pendidikan kejuruan. Berdasarkan data tersebut menunjukkan masih rendahnya keterserapan lulusan SMK di dunia kerja. Salah satu penyebabnya adalah kurangnya kesiapan kerja siswa SMK di dunia usaha dan industri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara orientasi masa depan dengan kesiapan kerja siswa SMK. Subjek dalam penelitian ini berjumlah 154 siswa yang terdiri dari laki-laki 144 siswa dan perempuan 10 siswa, yang merupakan siswa kelas XII SMK Muhamadiyah 6 Tirtomoyo. Teknik pengambilan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah studi populasi. Metode pengumpulan data menggunakan pendekatan kuantitatif dengan alat ukur skala orientasi masa depan dan skala kesiapan kerja. Analisis data dilakukan dengan analisis korelasi product moment menggunakan program bantu SPSS for 16 windows. Berdasarkan hasil analisis data diperoleh koefisien korelasi sebesar 0,657; signifikansi (p) sebesar 0,000 (p < 0,01) yang artinya terdapat hubungan positif yang sangat signifikan antara orientasi masa depan dengan kesiapan kerja siswa SMK. Sumbangan efektif atau peranan orientasi masa depan terhadap kesiapan kerja sebesar 43,2 %, sisanya 56,8 % dipengaruhi oleh faktor lain. Variabel kesiapan kerja memiliki rerata empirik (RE) sebesar 116,79 sehingga memiliki kategori yang tergolong sedang, sedangkan variabel orientasi masa depan memiliki rerata empirik (RE) sebesar 102,38 yang memiliki kategori yang tergolong tinggi.

Kata kunci : Kesiapan kerja, Orientasi masa depan, siswa SMK

ABSTRACT

The open unemployment rate of the population is dominated by SMK graduates with a percentage of 12.65%. This happens because of the gap between the needs of the world of work with the provision of labor from vocational education institutions. Based on these data shows the low absorption of SMK graduates in the world of work. One reason is the lack of readiness of vocational students in business and industry. This study aims to determine the correlation between future orientation with the job readiness of vocational high school students. Hypothesis proposed that there is a positive correlation between future orientation with the job readiness of vocational high school students. Subjects in this study amounted to 154, which is the seventh grade students of SMK Muhamadiyah 6 Tirtomoyo. The sampling technique conducted in this study is population study. Methods of data collection using a quantitative approach with a measure of future orientation scale and job readiness scale. While data analysis is done by product moment correlation analysis using SPSS for 16 windows help program. Based on the results of data analysis obtained correlation coefficient of

(6)

2

0.657; Significance (p) of 0.000 (p <0.01) which means to a very significant positive correlation between the future orientation with the job readiness of vocational high school students. Effective contribution or the role of future orientation to job readiness of 43.2%, the remaining 56.8% influenced by other factors. Work preparedness variable has empirical mean (RE) equal to 116,79 so that have category which is classified, meanwhile future orientation variable has empirik mean (RE) equal to 102,38 which have high category.

Keyword : Future orientation, Job readiness, Vocational high school students

1. PENDAHULUAN

Sekolah Menengah Kejuruan adalah suatu lembaga pendidikan yang memiliki tujuan untuk memberikan bekal keterampilan dan keahlian khusus pada siswa agar memiliki kesiapan untuk memasuki dunia kerja. Para siswa SMK merupakan orang-orang yang diharapkan untuk menjadi tenaga siap pakai pada dunia industri serta menjadi orang yang professional. Kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan lebih menitikberatkan pada keterampilan yang bersifat praktis dan fungsional yang berisi aspek teori, mengarahkan pada pemberian bekal kecakapan atau ketrampilan khusus, mengutamakan kemampuan yang mempersiapkan untuk langsung memasuki dunia kerja (Utami & Hudaniah, 2013).

Namun pada kenyataannya tingkat pengangguran didominasi penduduk yang berpendidikan Sekolah Menengah Kejuruan. Suhariyanto, Deputi Neraca dan Analisis Statistik BPS mengungkapkan bahwa lulusan universitas memiliki total pengangguran sebesar 6,4 %, dan untuk lulusan diploma sebesar 7,54%. Hasil prosentase tersebut meningkat dari periode tahun sebelumnya. Namun angka pengangguran tertinggi berasal dari lulusan SMK dengan hasil sebesar 12,65%. Lalu untuk pendidikan Sekolah Dasar tercatat sebesar 2,74%, Sekolah Menengah Pertama (SMP) sebesar 6,22%, dan Sekolah Menengah Atas (SMA) sebesar 10,32% (Herianto, 2015)

Untuk tingkat pengangguran terbuka yang berasal dari lulusan SMK dari tahun 2013-2015 setiap bulan Februari dan Agustus menunjukkan hasil yang fluktuatif menurut catatan Badan Pusat Statistik. Pada bulan Februari 2013 sebanyak 864 ribu orang, yang meningkat pada bulan Agustus 2013 menjadi

(7)

3

1,2 juta orang. Kemudian pada bulan Februari 2014 tercatat sebanyak 847 ribu orang, meningkat bulan Agustus 2014 menjadi 1,3 juta orang. Terakhir pada Februari 2015 tercatat sebanyak 1,1 juta meningkat menjadi 1,5 juta pada bulan Agustus 2015. Sehingga dapat dikatakan bahwa pengangguran lulusan SMK setiap tahun meningkat.

Winarsih (2016) menyampaikan, tingkat pengangguran pada jenjang SMK meningkat karena lulusan SMK didorong untuk menjadi seorang wirausaha. Namun pada kenyataannya, banyak alumni sekolah kejuruan yang belum siap mengimplementasikan ilmunya sebagai entrepreneur dan memilih untuk bekerja di perusahaan. Sedangkan dari sisi lapangan usaha atau perusahaan, perusahaan kian selektif untuk merekrut atau menerima karyawan baru. Perusahaan mempunyai kriteria tertentu, dan cenderung memilih pekerja yang mempunyai kompetensi atau keahlian dan pengalaman. Berdasarkan hasil penelitian dari Sarkar, M., dkk (2016) memberikan bukti untuk lebih fokus pada pengembangan keterampilan umum sebagai bagian dari persiapan yang lebih baik bagi siswa untuk bekerja.

SMK (2014) juga menggambarkan bahwa ada kesenjangan antara kebutuhan di dunia kerja dengan penyediaan tenaga kerja dari lembaga pendidikan kejuruan. Gejala kesenjangan ini disebabkan oleh berbagai hal, antara lain pendidikan kejuruan yang sepenuhnya diselenggarakan oleh sekolah kurang mampu menyesuaikan diri dengan perubahan dan perkembangan dunia kerja, sehingga kesiapan kerja peserta didik menjadi kurang.

Permasalahaan ini juga terjadi di SMK Muhammadiyah 6 Tirtomoyo, yang merupakan Sekolah Menengah Kejuruan yang cukup diminati oleh masyarakat Tirtomoyo. Terbukti setiap tahun siswa yang diterima di sekolah tersebut mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Dari data yang telah didapat oleh peneliti diketahui bahwa dari tahun 2012 sampai dengan tahun 2016 siswa yang telah lulus, diantaraanya yang sudah bekerja sekitar 65%, 5% kuliah dan yang lain belum mendapatkan pekerjaan. Dari hasil survey data alumni SMK Muhammadiyah 6 Tirtomoyo yang diterima kerja pun, dapat

(8)

4

diketahui bahwa beberapa ada yang bekerja tidak sesuai dengan jurusan yang diambil, selain itu juga ada yang berwirausaha. Jika dilihat dari wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada 30 siswa juga diketahui bahwa sebagian siswa tersebut mengatakan cita-cita yang kurang sesuai dengan jurusan yang diambil. Hal ini membuktikan bahwa kesiapan kerja siswa SMK belum optimal, karena sebagian besar siswa maupun alumni memilih pekerjaan yang tidak sesuai dengan bidangnya.

SMK Muhammadiyah 6 Tirtomoyo setiap tahun mengadakan PKL (Praktek Kerja Lapangan) yang dilaksanakan pada saat kelas XI yang berguna untuk memberikan bekal keterampilan bagi siswa-siswi nya sebagai bekal ketika lulus nanti. Mata pelajaran tersebut merupakan mata pelajaran wajib yang harus diikuti semua siswa-siswi kelas XI. Data observasi yang dilakukan peneliti selama dua minggu yang dilaksanakan pada tanggal 20 Maret 2017 sampai dengan 3 April 2017 pada pukul 10.00 WIB – 15.00 WIB di Bengkel Teknik Motor, Tirtomoyo menunjukkan pada saat PKL terlihat jelas bahwa kemampuan siswa-siswi antara satu dengan yang lainnya berbeda-beda. Masalah yang terjadi yaitu sebagian besar siswa saat melakukan PKL di suatu bengkel tertentu menunjukkan kurangnya tanggungjawab terbukti siswa hanya sekedar hadir untuk mengisi absensi dan tidak sedikit pula yang datang terlambat, kurang berfokus terhadap pekerjaan yang mana siswa hanya bermain HP dan bercanda dengan teman-temannya, kurang memperhatikan alat-alat yang digunakan.

Rendahnya fleksibilitas terbukti bahwa siswa tidak dapat menyesuaikan dengan perubahan tuntutan di tempat magang seperti ketika terdapat perubahan waktu. Kurangnya keterampilan terbukti saat sebagian besar siswa kurang bisa menerapkan teori di sekolah pada saat praktek seperti pada saat menangani motor yang rusak sebagian siswa masih bingung untuk memperbaikinya secara mandiri. Kurangnya komunikasi terbukti sebagian besar siswa tidak berinteraksi secara aktif dengan pengawai di tempat magang, para siswa tidak banyak yang bertanya jika terdapat kesulitan dalam memperbaiki motor pelanggan dan kurangnya kerjasama antar pegawai.

(9)

5

Kurangnya pemahaman diri terbukti sebagian besar siswa kurang yakin dan percaya diri untuk menyelesaikan pekerjaan yang berada di tempat magang, mereka masih merasa kurang yakin untuk mengerjakan suatu pekerjaan seperti ketika ada pelanggan yang datang untuk memperbaiki motor siswa melimpahkannya pada pegawai tetapnya. Kemudian kurangnya kebersihan dan keselamatan yaitu siswa kurang memperhatikan tugas yang sesuai dengan tempat kerja terbukti dari sebagian besar siswa yang tidak menggunakan seragam yang telah disediakan, selain itu para siswa kurang mempraktikkan kesehatan dan keselamatan seperti tidak sedikit pula yang merokok di bengkel.

Fenomena terkait tanggungjawab, fleksibilitas, keterampilan, komunikasi, pandangan diri, kesehatan dan keselamatan menunjukkan adanya permasalahan. Permasalahan tersebut diungkap menggunakan teori Brady (2010) yang sesuai dengan indikator-indikator dari kesiapan kerja. Sehingga dari uraian di atas membuktikan bahwa siswa-siswi SMK Muhammadiyah 6 Tirtomoyo memiliki masalah rendahnya kesiapan kerja.

Uraian di atas menunjukkan bahwa pengangguran yang berlatar belakang pendidikan SMK belum memiliki kesiapan kerja yang memadai. Sehingga cukup banyak siswa SMK yang menganggur dan bekerja tidak sesuai dengan jurusannya di sekolah. Untuk menanggulangi masalah tersebut siswa perlu mempunyai perencanaan dan orientasi masa depan yang jelas dalam hal pekerjaan. Dengan memikirkan gambaran masa depan dengan membuat pilihan pekerjaan ini adalah wujud antisipasi atas ketidakpatian dunia orang dewasa serta bagaimana persiapan untuk memasukinya. Serta perencanaan terhadap jenis pekerjaan yang akan ditekuni oleh remaja menjadi sesuatu yang penting, agar pekerjaan yang akan ditekuni sesuai dengan minat, kemampuan, dan peluang yang mereka miliki. Sehingga masa depan mereka dalam bidang pekerjaan lebih terarah (Afifah, 2011).

Parwanti (2014) yang mengacu pada laporan penelitian dari Sugihartono menyatakan bahwa kesiapan kerja adalah kondisi yang menunjukkan adanya keserasian antara kematangan fisik, mental serta pengalaman sehingga

(10)

6

individu mempunyai kemampuan untuk melaksanakan suatu kegiatan tertentu dalam hubungannya dengan pekerjaannya. Menurut Coetzee & Schreuder (2011), kesiapan kerja dianggap menggambarkan individu yang berhasil meyakinkan dirinya tentang kemungkinan mereka mendapatkan pekerjaan dan mempertahankan pekerjaan. Menurut Bandaranaike, S., & Willison, J. W (2015) kesiapan kerja ini bukan hanya tentang mendapatkan pekerjaan tetapi mengembangkan atribut, teknik atau pengalaman seumur hidup. Potgieter & Coetzee (2013) kesiapan kerja adalah susunan psikososial yang mewakili atribut yang berhubungan dengan karir yang mendukung aspek kognisi adaptif, perilaku dan pengaruhnya, serta meningkatkan kesesuaian seseorang untuk kesempatan kerja yang tepat dan berkelanjutan.

Adapun aspek-aspek dari kesiapan kerja menurut Brady (2010) meliputi tanggungjawab, fleksibilitas, keterampilan, komunikasi, pandangan diri, kebersihan diri dan keselamatan. Menurut Kartono (1991) yaitu terdiri dari faktor dari dalam diri sendiri (intern) dan faktor dari luar diri (ekstern). Faktor-faktor dalam diri sendiri meliputi kecerdasan, keterampilan dan kecakapan, bakat, kemampuan dan minat, motivasi, kesehatan, kebutuhan psikologis, kepribadian, cita-cita dan tujuan dalam bekerja. Sedangkan faktor dari luar diri (ekstern) meliputi lingkungan rumah, lingkungan dunia kerja, rasa aman dalam pekerjaan, kesempatan mendapatkan kemajuan, rekan kerja, hubungan dengan pemimpin dan gaji. Faktor yang mempengaruhi kesiapan kerja salah satunya adalah cita-cita dan tujuan dalam bekerja. Apabila seseorang sudah memiliki cita-cita dan tujuan dalam bekerja maka ia sudah memiliki pandangan tentang masa depannya dan ia akan bekerja dengan sungguh-sungguh tanpa disertai dengan perasaan tertekan yang sangat berguna bagi kesuksesan kerjanya

Menurut Agustian (2001) orientasi masa depan merupakan cara seseorang merumuskan dan menyusun visi ke depan dengan membagi orientasi jangka pendek, menengah, dan jangka panjang. Orientasi masa depan menurut Triana (2013) yang mengacu pada teori Nurmi menyatakan bahwa orientasi masa depan ini sangat erat kaitannya dengan harapan-harapan,

(11)

7

tujuan, standar serta rencana dan strategi yang dilakukan untuk mencapai sebuah tujuan, mimpi-mimpi dan cita-cita. Menurut Mazibuko, M. E., & Tlale, D. N (2014) yang mengacu pada teori Nurmi menyatakan bahwa bagaimana remaja melihat masa depan mereka memainkan peranan penting dalam pembentukan identitas mereka, yang sering didefinisikan dalam eksplorasi tujuan dan komitmen untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut. Sedangkan menurut Oppenheimer (dalam Syahrina & Sari, 2015), mengartikan orientasi masa depan sebagai cara pandang seseorang terhadap masa depannya. Agar orientasi berkembang dengan baik, maka penting adanya pengetahuan bagi individu mengenai konteks masa depan tersebut.

Adapun aspek-aspek dari orientasi masa depan menurut Nurmi (2004) meliputi motivasi, perencanaan dan evaluasi. Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi orientasi masa depan menurut menurut Nurmi (1898) yaitu terdiri dari faktor internal dan faktor konteks sosial. Faktor internal individu meliputi konsep diri, perkembangan kognitif. Kemudian faktor konteks sosial meliputi jenis kelamin, usia, status sosial ekonomi, teman sebaya dan hubungan dengan orang lain.

Berdasarkan uraian di atas dapat dirumuskan masalah yang akan diteliti yaitu hubungan antara orientasi masa depan dengan kesiapan kerja siswa SMK. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui hubungan antara orientasi masa depan dengan kesiapan kerja siswa SMK. Hipotesis dari penelitian ini yaitu ada hubungan positif antara orientasi masa depan dengan kesiapan kerja siswa SMK. Semakin tinggi orientasi masa depan maka semakin tinggi pula kesiapan kerja siswa SMK, begitu sebaliknya.

2. METODE PENELITIAN 2.1 Karakteristik sampel

Subjek dalam penelitian ini merupakan siswa siswi SMK Muhammadiyah 6 Tirtomoyo yang berjumlah sebanyak 154 subjek. 2.2 Metode dan alat pengumpul data

Pengampilan data dalam penelitian ini dengan menggunakan studi populasi, yaitu semua populasi dijadikan sampel penelitian. Metode

(12)

8

pengumpulan data dalam penelitian ini dengan menggunakan skala. Skala ini terdiri dari skala kesiapan kerja dan skala orientasi masa depan. Skala kesiapan kerja terdiri dari 43 aitem berdasarkan aspek-aspek yang

dikemukakan oleh Brady (2009) dan skala orientasi masa depan yang terdiri dari 36 aitem berdasarkan aspek-aspek dari Nurmi (2004). Sistem penilaian skala menggunakan penegukuran yang terdiri dari empat altenatif jawaban yaitu: Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS), dan Sangat Tidak Sesuai (STS). Pada aitem favorable skor jawaban bergerak dari skor 4 untuk jawaban Sangat Sesuai, skor 3 untuk jawaban Sesuai, skor 2 untuk jawaban Tidak Sesuai, dan skor 1 untuk jawaban Sangat Tidak Sesuai. Untuk aitem yang bersifat unfavorable skor 4 untuk jawaban Sangat Tidak Sesuai, skor 3 untuk jawaban Tidak Sesuai, skor 2 untuk jawaban Sesuai, skor 1 untuk jawaban Sangat Sesuai.

2.3 Analisis Data

2.3.1 Uji normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data terdistribusi dengan normal atau tidak. Metode pengambilan keputusan uji normalitas yaitu p > 0,05 maka data terdistribusi normal dan jika p < 0,05 maka data tidak terdistribusi normal (Priyanto, 2010).

2.3.2 Uji linearitas

Uji linearitas bertujuan untuk mengetahui apakah dua variabel yang akan dikenai prosedur analisis statistik korelasional menunjukkan hubungan yang linier atau tidak. Hubungan anatara dua variabel dinyatakan linier apabila p< 0,05 (Priyanto, 2010). 2.3.3 Uji hipotesis

Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan antara orientasi masa depan dengana kesiapan kerja siswa SMK. Oleh karena itu, teknik analisis data yang digunakan adalah korelasi Product Moment dari Pearson. Uji hipotesis dilakukan dengan menggunakan prograam SPSS Windows Versi 16.

(13)

9 3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil analisis Product Moment dari Carl Pearson dengan bantuan SPSS 16 for windows dapat diketahui bahwa nilai koefisien korelasi (r) sebesar 0,657; signifikansi (p) sebesar 0,000 (p < 0,001) yang berarti terdapat hubungan positif yang sangat signifikan antara orientasi masa depan dengan kesiapan kerja. Hasil penelitian ini sesuai dengan hipotesis yang diajukan oleh peneliti bahwa ada hubungan positif yang signifikan antara orientasi masa depan dengan kesiapan kerja. Semakin tinggi orientasi masa depan maka akan semakin tinggi pula tingkat kesiapan kerja, begitu pula sebaliknya semakin rendah orientasi masa depan maka akan semakin rendah pula tingkat kesiapan kerja. Hal ini dapat diartikan bahwa orientasi masa depan mempengaruhi kesiapan kerja siswa SMK. Tingkat orientasi masa depan siswa dalam penelitian ini tergolong tinggi, dan tingkat kesiapan kerja siswa SMK tergolong sedang.

Siswa yang memiliki orientasi masa depan yang tinggi menjadikan siswa tersebut memiliki keinginan dan tujuan di masa depan mengenai pekerjaan yang diinginkannya, memiliki pengetahuan dan perencanaan untuk masa depan tentang minat pekerjaan yang diinginkan dan mencari informasi untuk membuka wawasan mengenai pekerjaan. Hal ini serupa dengan pendapat Nurmi (2004) yang mengungkapkan bahwa pembentukan orientasi masa depan memerlukan motivasi pada diri individu yang bertujuan untuk mengarahkan individu tersebut dalam menentukan tujuan yang ingin dicapai pada masa yang akan datang.

Sedangkan siswa yang memiliki kesiapan kerja yang tergolong sedang, mereka sudah memahami tentang dunia kerja dengan kemampuan sesuai bidangnya dan memiliki pengetahuan yang cukup terkait dengan pekerjaan. Namun, siswa masih kurang memiliki percaya diri untuk menghadapi dunia kerja karena kurangnya pengalaman dan keterampilan. Keadaan tersebut menunjukkan bahwa tidak semua siswa kelas XII memiliki kesiapan kerja yang tinggi. Oleh karena itu perlu adanya upaya-upaya tertentu untuk meningkatkan kesiapan kerja siswa kelas XII. Hal ini sesuai dengan pendapat

(14)

10

Santrock (2003) yang menyatakan bahwa pentingnya memiliki kesiapan kerja bagi mahasiswa untuk menghadapi dunia kerja yang akan dijalaninya nanti. Kesiapan kerja yang sedang dapat ditingkatkan dengan memiliki pandangan tentang masa depan dan memiliki kemampuan yang baik. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Kendawati dan Jatnika (2010) bahwa untuk meningkatkan kesiapan kerja pada siswa agar mampu bersaing dalam dunia kerja harus memiliki orientasi masa depan, kemampuan yang baik, dan kepercayaan diri yang tinggi.

Siswa yang memiliki orientasi masa depan yang tinggi dengan kesiapan kerja yang sedang mengartikan bahwa seorang siswa memiliki pandangan terhadap masa depan, memiliki perencanaan dan motivasi untuk menggapai masa depannya serta cukup siap untuk memasuki dunia kerja. Namun, siswa terkadang masih kurang memiliki percaya diri untuk memasuki dunia kerja karena kurangnya pengalaman dan pengetahuan sehingga siswa berusaha untuk menambah pengetahuan dan pengalamannya dengan mengikuti prakerin yang termasuk sebagai mata pelajaran praktek. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang pernah dilakukan oleh Noviyanti dan Freyani (2001) bahwa semakin seseorang memikirkan tentang masa depannya, maka semakin mereka berusaha untuk mempertimbangkan pengetahuan dan pengalamannya, untuk mempersiapkan karir agar memperoleh pekerjaan yang diinginkan.

Sumbangan efektif (SE) antara variabel orientasi masa depan dengan variabel kesiapan kerja sebesar 43,2 % ditunjuukan oleh koefisien determinan (r²)= 0,432. Hal tersebut menunjukkan bahwa masih terdapat 56,8 % variabel lain yang mempengaruhi kesiapan kerja di luar variabel orientasi masa depan. Variabel lain yang mempengaruhi kesiapan kerja menurut Kartono (1991) yaitu terdiri dari faktor dari dalam diri sendiri (intern) dan faktor dari luar diri (ekstern). Faktor-faktor dalam diri sendiri meliputi kecerdasan, keterampilan dan kecakapan, bakat, kemampuan dan minat, motivasi, kesehatan, kebutuhan psikologis, kepribadian, cita-cita dan tujuan dalam bekerja. Sedangkan faktor dari luar diri (ekstern) meliputi lingkungan rumah, lingkungan dunia kerja,

(15)

11

rasa aman dalam pekerjaan, kesempatan mendapatkan kemajuan, rekan kerja, hubungan dengan pemimpin dan gaji. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa orientasi masa depan dengan segala aspek yang terkandung didalamnya cukup memberikan kontribusi terhadap kesiapan kerja siswa SMK.

Hasil analisis variabel orientasi masa depan diketahui bahwa rerata empirik (RE) sebesar 102,38 dan rerata hipotetik (RH) sebesar 90 yang berarti variabel orientasi masa depan tergolong tinggi. Berdasarkan kategorisasi skala orientasi masa depan diketahui bahwa 42,21 % (65 orang) termasuk kategori sedang, 54,54 % (85 orang) termasuk kategori tinggi, dan 3,25 % (5 orang) termasuk dalam kategori sangat tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa prosentase dengan jumlah terbanyak berada pada posisi tinggi. Hal tersebut dapat diartikan bahwa siswa kelas SMK XII sudah memenuhi aspek-aspek orientasi masa depan seperti yang dikemukakan oleh Nurmi (2004) yaitu motivasi, perencanaan dan evaluasi.

Variabel kesiapan kerja memiliki rerata empirik (RE) sebesar 116,79 dan rerata hipotetik (RH) sebesar 107,5 yang berarti variabel kesiapan kerja tergolong kategori sedang. Berdasarkan kategorisasi skala kesiapan kerja diketahui bahwa terdapat 0,65 % (1 orang) termasuk kategori rendah, 62,34 % (96 orang) termasuk kategori sedang, dan 37,01 % (57 orang) termasuk kategori tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa prosentase dengan jumlah terbanyak berada pada kategori sedang. Hal tersebut dapat diartikan bahwa siswa SMK kelas XII cukup memenuhi aspek-aspek kesiapan kerja yang dikemukakan oleh Brady (2009) yaitu tanggung jawab, fleksibilitas, keterampilan, komunikasi, pandangan diri, juga kebersihan dan keselamatan. 4. PENUTUP

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan positif yang sangat signifikan antara orientasi masa depan dengan kesiapan kerja siswa SMK. Subjek penelitian memiliki orientasi masa depan yang tergolong tinggi dan memiliki kesiapan kerja yang tergolong sedang. Sumbangan efektif antara variabel orientasi masa depan dengan kesiapan kerja sebesar 43,2 %, hal tersebut berarti masih terdapat 56,8 %

(16)

12

variabel lain yang mempengaruhi kesiapan kerja di luar variabel orientasi masa depan.

Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan dan kesimpulan yang diperoleh penulis selama melakukan penelitian, maka penulis memberikan saran yang diharapkan dapat bermanfaat, yaitu: 1) Bagi subjek disarankan agar lebih meningkatkan kesiapan kerjanya terutama pada aspek keterampilan. Salah satu cara siswa yang harus dilakukan yaitu siswa harus lebih membekali diri untuk meningkatkan keterampilan-keterampilan tersebut dengan selalu mengikuti mata pelajaran yang berbasis praktek guna mendukung kesiapan kerja. 2) Bagi sekolah disarankan hendaknya pihak sekolah menciptakan pembelajaran yang lebih berbasis pada soft skill dan menambah muatan-muatan yang bersifat praktis, agar siswa memiliki semangat dan percaya diri untuk siap mengahadapi dunia kerja demi kelangsungan masa depan yang baik, memberikan pelatihan-pelatihan di sekolah agar siswa memiliki keterampilan untuk bekal masa yang akan datang. 3) Bagi peneliti selanjutnya disarankan untuk mengembangkan penelitian dengan melakukan penelitian terkait kesiapan kerja dengan faktor-faktor lain yang belum diungkap dalam penelitian ini. Sehingga dapat memberikan wawasan dan pengetahuan baru mengenai kesiapan kerja siswa SMK. Selain itu, peneliti selanjutnya disarankan untuk melakukan penelitian dengan menggunakan metode pengumpulan data seperti skala dan wawancara agar data yang diperoleh lebih mendalam. Kemudian peneliti selanjutnya disarankan untuk melakukan random pada saat pemilihan subjek penelitian agar hasilnya dapat digeneralisasikan pada populasi lain.

DAFTAR PUSTAKA

Afifah. (2011). Pengaruh Dukungan Orang Tua terhadap Orientasi Masa Depan dalam Area Pekerjaan pada Remaja. Skripsi (Tidak Diterbitkan). Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta

Agustian, A. G. (2001). ESQ : Emotional Spiritual Quotient Berdadsarkan Rukun Iman dan 5 Rukun Islam. Jakarta: Arga Wijaya Persada.

(17)

13

Badan Pusat Statistik. (2016). Pengangguran Terbuka Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan. Retrieved Oktober 07, 2016, from http://www.bps.go.id/website

Bandaranaike, S., & Willison, J. W. (2015). Building Capacity For Work-Readiness: Bridging The Cognitive and Affective Domains. Journal of Cooperative Education, 16(3):223-233

Brady, R.P. (2010). Work Readiness Inventory, an Administrator’s Guide. Published by JIST Works, an imprint of JIST Publishing. Diakses 10:35:11, From jist.com/wp-content/uploads/.../work-readiness-inventory-administrators-guide.pdf

Coetzee, M., & Schreuder, D. (2011). The Relation Between Career Anchors, Emotional Intelligence and Employability Satisfaction Among Workers In The Service Industry. Southern African Business Review, 15(3): 76–97 Herianto. (2015, November 06). Lulusan SMK Paling Banyak Menganggur,

Kenapa? Retrieved Oktober 7, 2016, from

http://news.detik.com/berita/3063722/lulusan-smk-paling-banyak-menganggur-kenapa

Kartono, K. (1991). Menyiapkan dan Memandu Karier. Jakarta: Rajawali Pers. Kendhawati dan Jatnika, R. (2010). Model Pembinaan Remaja Dalam Rangka

Mempersiapkan Diri Memasuki Dunia Kerja. Journal Psychology. Vol 6(3): 201-210

Mazi u M. E. & Tlal D. N. ( 4). Fac s ha Shap h Ad l sc n ’s Future Orientation: Analysing Qualitative Data. Mediterranean Journal of Social Sciences, 5(2), 237-246

Noviyanti, S dan Freyani, L. 2001. Orientasi Masa Depan Dalam Bidang Pendidikan Dan Karir Pada Mahasiswa Pada Siswa SMA Program Akselerasi. Journal Gifted Universitas Indonesia. 22(53): 369-381

Nurmi, E. (2004). “Age, Sex, Social Class, and Quality of Family Interaction AS Determinants of Adolescent’s Future Orientation : A Developmental Task Interpretation. Adolescence”. Vol XXII No. 88. San Diego, California: Libra Publishers.Inc

Nurmi, J. (1989). Development of Orientation To The Future During Early Adolescence: A Four-Year Longitudinal Study And Two Cross Sectional Comparisons. International Journal of Psychology, 24(2): 195-214.

Parwanti. (2014). Pengaruh Pengalaman Praktik Kerja Industri dan Motivasi Memasuki Dunia Kerja Terhadap Kesiapan Kerja Siswa Kelas XII Kompetensi Keahlian Administrasi Perkantoran SMK PGRI 1 Sentolo.

(18)

14

Skripsi (Tidak Diterbitkan). Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta.

Potgieter, I.L., & Coetzee, M. (2013). Employability Attributes and Personality Preference Of Postgraduate Business Management Students. SA Journal of Industrial Psychology, 39(1): 01-10

Priyatno, D. (2010). Teknik Mudah dan Cepat Melakukan Analisis Data Penelitian dengan SPSS dan Tanya Jawab Ujian Pendadaran.Yogyakarta: Gava Media.

Sarkar, M., Overton, T., Thompson, C., & Rayner, G. (2016). Graduate Employability: Views of Recent Science Graduates and Employers.International. Journal of Innovation in Science and Mathematics Education (formerly CAL-laborate International), 24(3): 31-48

SMK “Siswa M n al K ja”. ( 4 Agus us ). J gl s ma . R i v d

September 29, 2016, from

http://dok.joglosemar.com/baca/2014/08/22/smk-sekolah-mental-kerja.html

Syahrina, I. A., & Sari, W. M. (2015). Orientasi Masa Depan Bidang Pekerjaan dengan Motivasi Berprestasi Remaja Atlet Sepakbola. Jurnal RAP UNP, 6(2): 157-168.

Triana, K.A. (2013). Hubungan Antara Orientasi Masa Depan Dengan Prokrastinasi Dalam Menyusun Skripsi Pada Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik (Fisipol) Universitas Mulawarman Samarinda. eJournal Psikologi. 1 (3): 280-291

Utami, Y.G.D., & Hudaniah. (2013). Self Efficacy dengan Kesiapan Kerja Siswa Sekolah Menengah Kejuruan. Jurnal Ilmiah Psikologi Terapan, 01(1): 41-52

Winarsih, W. (2016, Mei 04). Penganggur Lulusan SMK dan Universitas Naik, Ini Penyebabnya. Retrieved Oktober 7, 2016, from http://bisnis.liputan6.com

Referensi

Dokumen terkait

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah air sampel yang diambil dari kolam PMK budidaya patin intensif dengan umur berbeda yang digunakan untuk memproduksi

Model pembelajaran the power of two adalah pembelajaran yang dipergunakan guru dalam mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan. The power of two sebagaimana

Pemungutan pajak harus efisien (syarat finansial), sesuai fungsi budgeir, biaya pemungutan pajak harus dapat ditekan sehingga lebih rendah dari hasil

Usaha pembelaan dengan cara memindahkan sasaran dari arah serangan lawan dengan cara mengadakan kontak langsung dengan sasaran adalah.... Serangan lengan atau tangan

bimbingan kepada penulis untuk menjadi pribadi yang lebih baik.. Terimakasih telah mengajarkan penulis untuk menjadi seorang

Escanciano (2001) berpendapat bahwa Total Quality Management (TQM/Manajemen Mutu) merupakan sistem terstruktur dengan serangkaian alat, teknik, dan filosofi yang

Penularan sangat mungkin terjadi jika batuk atau bersin yang mengeluarkan percikan dahak dari pasien terjadi di suatu ruangan, jika ruangan berventilasi, kemungkinan tertular

Tabel 4 menunjukkan bahwa nilai korelasi konstruk pada variabel kesehatan dengan item pengukuran memiliki nilai korelasi lebih besar daripada konstruk lainnya, maka hal