• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. setiap negara untuk meningkatkan devisa di negaranya. Salah satunya adalah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. setiap negara untuk meningkatkan devisa di negaranya. Salah satunya adalah"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

1 1.1 Latar Belakang

Pariwisata merupakan suatu industri jasa yang menjadi salah satu andalan setiap negara untuk meningkatkan devisa di negaranya. Salah satunya adalah Indonesia. Indonesia memiliki destinasi wisata favorit baik oleh wisatawan domestik maupun wisatawan mancanegara seperti Bali, Yogyakarta,Nusa Tenggara Barat, Medan, hingga Papua. Jenis wisata yang ditawarkan semakin beragam mulai dari jenis wisata alam, wisata budaya, hingga wisata buatan. Dewasa ini sedang marak wisata alam yang memanfaatkan keindahan alam Indonesia. Wisata alam dapat dinikmati oleh seluruh kalangan wisatawan mulai wisatawan mancanegara dan wisatawan domestik. Salah satu destinasi wisata alam di Indonesia ialah Taman Nasional Wakatobi, Sulawesi Tenggara yang terletak di segitiga karang dunia.

Taman Nasionaladalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi (Pasal 1 butir 14 UU No. 5 Tahun 1990). Taman Nasional Wakatobi (selanjutnya disebut TNW) memiliki keragaman sumber daya alam karena terletak di segitiga karang dunia. TNW juga memiliki 25 gugusan karang yang indah dan lebih dari 112 jenis karang dari 13 famili1

1

Sumber:

.

(2)

Wakatobi merupakan kawasan kepulauan yang terdiri dari empat pulau utama yaitu Wangi-Wangi, Kaledupa, Tomia, dan Binongko. Letak geografis

Kepulauan Wakatobi merupakan gugusan pulau-pulau karang yang sebagian besar memiliki topografi landai, terutama dibagian selatan Pulau Wangi-Wangi, bagian utara dan selatan Pulau Kaledupa, bagian barat dan timur Pulau Tomia, serta wilayah bagian selatan Pulau Binongko dengan ketinggian tempat berkisar antara 3 – 20 meter di atas permukaan laut

Kabupaten Wakatobi berada dalam gugusan pulau-pulau di jazirah Tenggara Kepulauan Sulawesi Tenggara tepatnya di sebelah Tenggara Pulau Buton.

2

Kementerian Pariwisata Indonesia sedang melakukan promosi besar-besaran terhadap pariwisata Indonesia. Begitu juga Indonesia bagian timur yang menjadi salah satu andalan pariwisata Indonesia karena memiliki berbagai macam pulau yang masih alami dan indah. Hal tersebut terbukti dengan promosi yang dilakukan lebih nyata dan aktual seperti pembuatan iklan di televisi nasional yang memuat tentang gambaran destinasi pariwisata Indonesia. Selain itu kegiatan promosi yang lain berupa bekerjasama dengan tayangan televisi seperti acara “My

. Adapun bentuk topografi perbukitan berada di tengah-tengah pulau dengan ketinggian berkisar antara 20-350 m dpl. Kepulauan Wakatobi dahulu dinamakan Kepulauan Tukang Besi karena banyak penduduk asli yang menjadi pandai besi atau tukang besi namun, saat ini masyarakat sudah mulai bergeser ke pekerjaan lain dan hanya di Pulau Binongko yang masih eksis mempertahankan pekerjaan tukang besi tersebut

2

(3)

Trip My Adventure” yang ditayangkan oleh TRANS TV3

3

Sumber: Tayangan My Trip My Adventure, TRANS TV. Diakses pada 07 November 2015. . Destinasi yang dipromosikan cukup merata.

Pada masa sekarang wisata alam sedang banyak diminati terutama wisatawan usia remaja. Bagi mereka berwisata sudah menjadi suatu gaya hidup.Mereka senang berwisata ke pantai yang baru, mendaki gunung, memancing di laut lepas, snorkeling, bahkan diving. Wisatawan kemudian mengunggah foto hasil kegiatan perjalanan mereka ke sosial media yang mereka miliki. Secara tidak langsung mereka juga ikut membantu kegiatan promosi pariwisata. Saat ini berwisata juga menjadi suatu prestis atau gengsi tersendiri bagi beberapa kalangan masyarakat Indonesia.

Ir. Hugua yang merupakan Bupati Wakatobi memanfaatkan kesempatan untuk turut mempromosikan Wakatobi dalam kancah dunia.Beliau memanfaatkan promosi pada event besar salah satunya adalah Sail Indonesia.Sail Indonesia

adalah eventtahunan yang bertujuan untuk mempromosikan pariwisata Indonesia yang diselenggarakan oleh Kementerian Pariwisata Indonesia. Pada bulan Agustus 2015 Sail Indonesia bertemakan Sail Tomini,Bupati Wakatobi memanfaatkan acara yang besar tersebut dengan menyusun agenda untuk menunjukkan budaya dan wisata yang Wakatobi miliki. Para peserta Sail Indonesia yang berasal dari berbagai benua tersebut diajak untuk mengelilingi pulau-pulau di Wakatobi, tidak terkecuali salah satu pulau kecil di dekat dengan Pulau Wangi-Wangi ialah Pulau Kapota.

(4)

No Tahun Wisman Wisnus Total 1 2010 1.910 4.883 6.793 2 2011 2.274 5.424 7.698 3 2012 2.312 3.534 5.846 4 2013 3.315 9.055 12.370 5 2014 4.520 9.750 14.270

Sumber: Dinas Pariwisata Wakatobi, 2014

Secara keseluruhan kunjungan ke Wakatobi dari tahun ke tahun mengalami kenaikan. Akan tetapi data jumlah kunjungan wisatawan di Pulau Kapota tidak dapat ditampilkan karena belum terdapat data fisik yang menunjukkan jumlah tersebut.Kenaikan kunjungan yang ada juga didukung promosi yang dilakukan oleh dinas pariwisata setempat. Perbaikan dari segala aspek sudah mulai dilaksanakan setiap tahunnya untuk mendukung kegiatan pariwisata di Wakatobi. Sebagai contoh ialah pembangunan halte jonson di Pulau Kapota yang sekaligus menjadi pusat informasi yang dapat digunakan wisatawan untuk mendapatkan informasi di Pulau Kapota.

Pulau Kapota merupakan pulau kecil yang berada di sebelah selatan Pulau Wangi-Wangi. Pulau Kapota memiliki sumber daya alam yang masih alami jika dibandingkan dengan pulau gugusan Wakatobi lainnya. Cara untuk menuju Pulau Kapota dapat ditempuh dengan menggunakan kapal bermotor berkapasitas 20 orang yang disebut jonson. Dinas Pariwisata Wakatobi sedang melakukan perencanaan pengembangan Pulau Kapota untuk tahun 2016 sebagai Kampung Pesona Wisata. Pulau Kapota juga telah menjadi pulau binaan oleh Taman

(5)

Nasional Wakatobi (TNW) yang memfokuskan pada pengembangan desa ekowisata.

Pulau Kapota memiliki potensi wisata yang sangat menarik dan disebut sebagai the small hidden paradise4. Pulau Kapota dikelilingi pantai-pantai yang indah yang memiliki daya tarik wisata dan memiliki ikon sebagai wilayah yang menyuguhkan pemandangan lumba-lumba. Banyaknya potensi wisata di Pulau Kapota tidak sebanding kemajuan sektor pariwisata di pulau tersebut jika dibandingkan dengan kemajuan sektor pariwisata di pulau lain.Hal tersebut telah menjadikan Pulau Kapota sebagai kawasan prioritas perencanaan pengembangan wisata. Kawasan prioritas pariwisata yang dimaksud meliputi pantai-pantai dan danau Kapota5

1.2 Ruang Lingkup Penelitian .

Perencanaan yang tepat akan dapat memaksimalkan keberadaan sumber daya alam yang ada di Pulau Kapota. Perencanaan yang bersifat sustainable development dan community based tourismdapat menjadi salah satu alternatif pengembangan yang tepat untuk Pulau Kapota. Dalam mendapatkan strategi perencanaan yang tepat maka terlebih dahulu dilakukananalisis komponen daya tarik potensi wisata di Pulau Kapota. Pulau Kapota kaya dengan potensi wisata akan mendatangkan keuntungan bagi masyarakat lokal. Pengetahuan pariwisata yang diberikan secara berkelanjutan dan eksplorasi yang tepat guna akan memberikan dampak positif, salah satunya ialah sektor pariwisata Pulau Kapota semakin berkembang.

4

Sumber:psp3.ipb.ac.id/web/?p= 1581. Diakses pada 13/04/2016 , pukul 15:32. 5

(6)

1.2.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Pulau Kapota, Kecamatan Wangi-Wangi Selatan, Kabupaten Wakatobi, Taman Nasional Wakatobi, Sulawesi Tenggara. Penelitian dilakukan pada bulan Juni-Juli 2015.

1.2.2 Batasan Masalah

Penelitian difokuskan untuk menganalisis komponen daya tarik wisata yang berada di Pulau Kapota yang memiliki potensi wisata lebih banyak jika dibandingkan pulau lain yang berada di Kabupaten Wakatobi. Analisis komponen daya tarik wisata yang didapat digunakan untuk megetahui bagaimana penilaian wisatawan terhadap komponen daya tarik wisata Pulau Kapota. Hal tersebut akan menjadikan Pulau Kapota semakin dikenal oleh masyarakat luas baik nasional maupun internasional sehingga pariwisata di pulau ini dapat berjalan dan meningkatkan taraf hidup masyarakat lokal.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan ruang lingkup yang telah diuraikan maka didapat rumusan masalah adalah sebagai berikut.

1.3.1 Apa saja potensi wisata yang dimiliki Pulau Kapota?

1.3.2 Bagaimana penilaian wisatawan terhadap komponen daya tarik wisata di Pulau Kapota?

(7)

Dalam penulisan penelitian ini terdapat tujuan yang ingin dicapai adalah sebagai berikut.

1.4.1 Mengetahui produk wisata yang berada di Pulau Kapota sehingga layak dikunjungi oleh wisatawan dan mampu bersaing dengan pulau-pulau di kawasan Kabupaten Wakatobi.

1.4.2 Mengetahui komponen daya tarik wisata pada masing-masing produk wisata yang ada di Pulau Kapota sebagai destinasi wisata yang sedang dalam tahap pemekaran.

1.5 Manfaat

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi semua pihak baik secara teoritis maupun praktis adalah sebagai berikut.

1.5.1 Manfaat Teoretis

Manfaat teoretis dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran danmenambah kajian ilmu untuk tempat wisata yang sejenis dalam menganalisis guna mengetahui komponen daya tarik wisata.

1.5.2 Manfaat Praktis

Penelitian ini memiliki manfaat praktis yang diperoleh ialah sebagai berikut.

a. Dengan diketahui komponen daya tarik wisata Pulau Kapota dapat direkomendasikan kepada Dinas Pariwisata Wakatobi dan masyarakat Pulau Kapota.

b. Rekomendasi yang sama, yaitu untuk memberdayakan pulau kecil di wilayah Indonesia sebagai daya tarik wisata.

(8)

1.6 Tinjauan Pustaka

Dalam penelitian ini penulis menggunakan tinjauan pustaka dari buku yang terkait sesui dengan pembahasan tema yang dikemukakan. Peninjauan ini diperlukan sebagai dasar atau konsep penelitian yang besar untuk mengetahui apakah penelitian yang sama sudah pernah dilakukan sebelumnya.

Menurut Ni Made Ernawati (2010)dalam penelitiannya mengenai tingkat kesiapan Desa Tihingan-Klungkung, Bali sebagai tempat wisata berbasis masyarakat. Dalam penelitian inimenyimpulkan bahwa dari segi atraksi, keterbukaan masyarakat dan jasa yang dibutuhkan oleh wisatawan yang mana hal ini disuplai oleh masyarakat Desa Tihingan-Klungkung, Bali secara perseorangan sudah menunjukan tingkat kesiapan yang baik. Namun kondisi infrastruktur memiliki tingkat kesiapan yang rendah, infrastruktur memerlukan investasi yang tinggi dan adalah merupakan tugas dan tanggung jawab pemerintah di berbagai tingkat baik provinsi, kabupaten, maupun desa untuk menyiapkannya.

Dalam penelitian mengenai wisata bahari berbasis masyarakat di Taman Konservasi Desa Olele Provinsi Gorontalo oleh Baiquni dan Hartono (2013) menjelaskan bahwa wisata bahari merupakan industri yang menjanjikan. Dalam penelitian tersebut dijelaskan juga mengenai pengembangan kawasan wisata bahari yang memiliki ciri-ciri seperti: 1) pantai yang unik, bersih dan indah, 2) keunikan terumbu karang, 3) keunikan flora fauna.

Penelitian berikutnya adalah skripsi yang ditulis oleh Fajriansyah (2015)mengenai analisis dampak aktivitas pariwisata terhadap daya dukung

(9)

lingkungan fisik di Pulau Hoga.Penelitian ini menemukan bahwa pengembangan wisata pesisir atau wisata bahari menggunakan pengembangan berkelanjutan dan berbasis pada masyarakat agar dapat terjadi suatu keseimbangan antara aktivitas pariwisata dan partisipasi masyarakat lokal. Penelitian tersebut juga menyimpulkan bahwa daya dukung lingkungan fisik di salah satu pulau di Kabupaten Wakatobi ialah Pulau Hoga adalah masih dalam kondisi baik.

Sedangkan menurut Saputri (2014)dalam skripsimengenai analisis komponen daya tarik produk wisata Pulau Beras Basah Kota Bontang, Kalimantan Timur, suatu produk wisata harus memiliki aksesibilitas yang memadahi. Karena hal tersebut merupakan tampak fisik yang langsung dirasakan oleh wisatawan. Selanjutnya fasilitas yang cukup untuk memenuhi kebutuhan wisatawan juga harus dipersiapkan agar produk wisata yang dimiliki dapat semakin diminati.

Rafika (2011) pada skripsi mengenai perencanaan jalur interpretasi alam di Pulau Kapota, Taman Nasional Wakatobi memaparkan bahwa Pulau Kapota memiliki banyak potensi wisata yang belum diketahui oleh publik. Objek wisata yang dimaksudkan diantaranya Pantai Aowolio, Goa Kelelawar, Saru-Saru’a, Banakawa, Hutan Sara, dan juga potensi wisata budaya seperti tenun asli khas Buton. Dalam penelitian tersebut peneliti juga menjelaskan betapa pentingnya sebuah perencanaan jalur intepretasi dan membuat perencanaan jalur wisata di potensi-potensi tersebut.

Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah diuraikan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa belum ada penelitian mengenai analisis komponen daya tarik

(10)

wisata di Pulau Kapota. Oleh karena itu, tinjauan pustaka tersebut dapat digunakan penulis sebagai acuan dalam penulisan penelitian ini. Skripsi penelitian yang berjudul Analisis Komponen Daya Tarik Pulau Kapota, Kabupaten Wakatobi, Taman Nasional Wakatobi, Sulawesi Tenggara merupakan karya yang belum pernah ditulis oleh orang lain.

1.7 Landasan Teori

Objek dan daya tarik wisata adalah sesuatu yang menjadi pusat daya tarik wisatawan dan dapat memberikan kepuasan kepada wisatawan (Wardiyanta, 2006:52). Objek dan daya tarik wisata dapat berupa keindahan alam, budaya, maupun kegiatan masyarakat sehari-hari. Selain daya tarik wisata, suatu destinasi wisata memiliki produk wisata. Produk wisata adalah suatu bentukan yang nyata dan tidak nyata, dalam suatu kesatuan rangkaian perjalanan yang hanya dapat dinikmati apabila seluruh rangkaian perjalanan tersebut dapat memberikan pengalaman yang baik bagi yang melakukan perjalanan tersebut (Muljadi, 2010:46).

Menurut Undang-Undang Republik IndonesiaNo. 10 tahun 2009 tentang Kepariwisataan Bab I Pasal 5, daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan.

Lebih detail, Marpaung (2002:80) mengklasifikasikan daya tarik wisata ke dalam tiga jenis daya tarik. Pertama ialah daya tarik alam yang meliputi iklim,

(11)

keindahan alam, pantai, flora dan fauna, karakter khas lingkungan, taman dan kawasan konservasi serta wisata kesehatan. Kedua ialah daya tarik budaya yang meliputi tinggalan arkeologi, kesejarahan dan kebudayaan, pola-pola kebudayaan, kegiatan ekonomi, hingga keramah-tamahan masyarakat penghuni. Ketiga ialah daya tarik buatan yang bukan berasal dari alam atau bersifat alami seperti taman buatan bertema atau theme park.

Menurut Medlik, 1980 (dalamUtama, 2015:115), terdapat empat aspek (4A) yang harus diperhatikan dalam penawaran pariwisata sehingga kebutuhan dan pelayanan di daerah tujuan wisata dapat dipenuhi dengan baik. Aspek-apek tersebut adalah sebagai berikut.

a) Attraction (daya tarik), merupakan daerah tujuan wisata

(selanjutnya disebut DTW) untuk menarik wisatawan pasti memiliki daya tarik, baik daya tarik berupa alam maupun masyarakat dan budayanya.

b) Accesibility (aksesibilitas), yang dimaksudkan agar wisatawan domestik dan mancanegara dapat dengan mudah dalam pencapaian tujuan ke tempat wisata.

c) Amenities (fasilitas), fasilitas memang menjadi salah satu syarat daerah tujuan wisata agar wisatawan dapat dengan kerasan tinggal lebih lama di DTW.

d) Ancillary (kelembagaan), adanya lembaga pariwisata wisatawan akan semakin sering mengunjungi dan mencari DTW apabila di daerah wisatawan dapat merasakan keamanan dan terlindungi.

(12)

Ancillary services juga dapat dimaksudkan sebagai fasilitas tambahan yang ada di DTW.

Analisis komponen daya tarik wisata merupakan metode yang menganalisis dan menjelaskan secara rinci segala sesuatu yang terkandung dalam objek daya tarik wisata. Penjelasan tersebut dapat dituangkan dalam tabel sehingga dapat lebih mudah dipahami apakah komponen tersebut memiliki daya tarik, tidak memiliki, atau bersifat netral dalam objek wisata (Marsono, 2011:16). Analisis6

1.8.1 Jenis Data

merupakan metode menguraiakan sebuah unsur atas bagian-bagiann yang lebih kecil. Agar semakin menunjukkan data yang signifikan maka penulis akan menguraikan satu per satu komponen daya tarik wisata Pulau Kapota berdasarkan analisis penulis pada penelitian yang telah dilakukan.

1.8 Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan ini adalah penelitian kualitatif karena data yang diambil merupakan data kualitatif yang didapatkan dari pengamatan langsung di lokasi penelitian dan didukung dengan penyebaran angket dan wawancara guna memperkuat data yang telah ada. Adapun tahap-tahap dalam mengumpulkan data dan memperoleh data adalah sebagai berikut.

a. Data Primer

6

(13)

Data primer7

b. Data Sekunder

yang digunakan dalam penelitian ini berupa foto hasil observasi dokumentasi di lapangan, data yang diperoleh melalui hasil wawancara dengan stakeholder, dan angket.

Pada penelitian ini data sekunder8

1.8.2 Pengumpulan Data

yang digunakan adalah data kearsipan dari stakeholderdi Wakatobi terutama Dinas Pariwisata Wakatobi dan Taman Nasional Wakatobi.Adapun berbagai jenis buku yang tersedia yang berhubungan dengan dunia pariwisata, melalui internet, mencatat, dan mempelajari sumber-sumber tersebut.

Pengumpulan data pada penelitian ini akan dilakukan melalui beberapa tahap. Adapun tahap yang dimaksud adalah sebagai berikut.

a) Observasi

Observasi atau pengamatan langsung dilakukan oleh peneliti pada bulan Juli hingga Agustus 2015 di Pulau Kapota. Observasi yang dilakukan meliputi identifikasi objek daerah tujuan wisata dan keanekaragaman hayati yang ada.

b) Wawancara

7

Data primer adalah data yang diperoleh dari pengamatan dilapangan secara langsung atau berasal dari sumber aslinya (Wardiyanta, 2006:28).

8

Data sekunder adalah data yang diperoleh tidak secara langsung dari responden melainkan dari pihak ketiga (Wardiyanta, 2006:28).

(14)

Wawancara dilakukan dengan pemangku adat,Kepala Dinas Pariwisata Wakatobi, dan wisatawan yang pernah berkunjung ke Pulau Kapota agar mendapatkan informasi yang lebih akurat. Wawancara telah dilakukan selama penelitian pada bulan Juli-Agustus 2015.

c) Angket

Penyebaran angket kepada wisatawan dilakukan guna mendapatkan data yang diperlukan. Angket atau kuesioner merupakan daftar pertanyaan tertulis mengenai suatu permasalahan yang berkaitan dnegan penelitian (Wardiyanta, 2006:36). Angket dapat dibedakan menjadi dua ialah angket terbuka dan tertutup.

Namun, pada penelitian ini peneliti menggunakan angket tertutup yang jawabannya sudah ditentukan oleh peneliti. Penyebaran dilakukan kepada wisatawan terpilih karena wisatawan di Pulau Kapota belum banyak sehingga penulis mengalami kesulitan apabila pengambilan sampel acak.Lebih detail menurut Roscoe (dalam Sugiyono, 2015:74) ukuran sampelyang layak dalam penelitian adalah antara 30 sampai 500 responden. Berdasarkan uraian tersebut maka angket dibagikan kepada 30 responden terpilih yang pernah mengunjungi Pulau Kapota.

d) Studi pustaka

Peneliti mendapatkan data-data yang diinginkan dari berbagai jenis judul buku yang relevan dengan masalah yang diangkat dalam penelitian ini. Pemanfaatan dokumen pemerintahan setempat juga digunakan untuk mendapatkan data.

(15)

1.8.3 Analisis Data

Penelitian ini menggunakan metode analisis statistik deskriptif. Statistik deskripstif adalah statistik yang berfungsi untuk mendeskripsikan atau memberi gambaran terhadap objek yang diteliti melalui data sampel dan populasi (Sugiyono, 2015:29). Analisis yang dilakukan mengacu pada yang diungkapkan oleh Utama (2015:115) empat aspek utama atau dikenal dengan istilah “4A”, yaitu: a) atraksi (attraction), b) fasilitas (amenities), c) aksesibilitas (acces), dan d) pelayananan tambahan (ancillary services) yang selanjutnya akan diuraikan menjadi komponen untuk mengetahui daya tarik pada setiap komponen di daerah tujuan wisata tersebut.

Analisis yang dilakukan berdasarkan hasil penyebaran angket yang dibagikan kepada responden yang pernah mengunjungi Pulau Kapota. Hasil komponen tersebut akan dibagi menjadi 3 bagian yaitu bernilai plus (+) untuk yang memiliki daya tarik, netral (+/-) dan minus (-) bagi yang tidak memiliki daya tarik berdasarkan angket yang telah disebarkan (Marsono, 2011:16).

Adapun untuk menghitung nilai keseluruhan setiap aspek akan menggunakan perhitungan persentase. Penggunaan persentase yang digunakan akan menghasilkan suatu kesimpulan apakah setiap aspek di objek wisata Pulau Kapota memiliki daya tarik atau tidak sehingga dapat disimpulkan secara keseluruhan mengenai daya tarik wisata di Pulau Kapota. Cara menghitung persentase adalah nilai frekuensi yang dihasilkan dibagi dengan total nilai frekuensi yang di dapatkan kemudian dikalikan dengan seratus persen (Rangkuti, 2005:6).

(16)

Hasil dari penyebaran angket kemudian ditarik kesimpulan dengan menggunakan metode perhitungan modus. Modus adalah nilai pengamatan yang frekuensi kemunculannya terbanyak. Modus digunakan untuk menaksir tendensi sentral suatu distribusi frekuensi (Wardiyanta, 2006:43). Metode modus digunakan pada setiap komponen pertanyaan sehingga dapat menghasilkan kesimpulan apakah komponen tersebut memiliki daya tarik atau tidak.

1.9 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan bertujuan untuk memudahkan dalam menjelaskan dan memahami isi dari skripsi. Penulisan ditulisakan secara urut dan saling berkaitan. Penulisan penelitian dibagi dalam 4 bab dan beberapa sub bab ialah sebagai berikut.

Bab I, berisi tentang latar belakang,rumusan masalah, ruang lingkup, tujuan penulisan, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian, dan sistematika penelitian.

Bab II, Gambaran Umum Pulau Kapota, berisi mengenai Taman Nasional Wakatobi, sejarah Pulau Kapota, deskripsi umum Pulau Kapota, kondisi geografis, dan kondisi kepariwisataan Pulau Kapota.

Bab III, Hasil dan Pembahasan Analisis Komponen Produk Daya Tarik Wisata Pulau Kapota, menjelaskan mengenai hasil penelitian yang telah dilakukan penulis dan berisi mengenai analisis potensi objek daerah tujuan wisata Pulau Kapota dan analisiskomponen daya tarik wisata pada masing-masing produk wisata di Pulau Kapota.

(17)

Bab IV, Kesimpulan dan Saran, berisi mengenai uraian simpulan hasil penelitian dan saran untuk penelitian sehingga segala yang telah dianalisis dapat diaktualisasikan ke dalam regulasi yang sebenarnya.

Referensi

Dokumen terkait

HUBUNGAN DERAJAT ASMA PERSISTEN DAN KUALITAS HIDUP PASIEN ASMA DINILAI DENGAN ASTHMA QUALITY OF LIFE QUESTIONNAIRE (AQLQ) DI POLI PARU RSUD DOKTER SOEDARSOM. PONTIANAK

Untuk ekstraksi fitur tekstur akan didapatkan nilai dari histogram fitur yang dihasilkan dan akan dilakukan pengujian dengan kuantisasi panjang histogram, sedangkan

Kesepakatan bersama yang dibuat antara PT Pelindo II Cabang Cirebon dengan perusahaan Bongkar Muat batu Bara atau pelaku usaha lainnya akan penulis dalami dari

Surat paksa merupakan surat yang dikeluarkan oleh pihak fiskus dalam melakukan tagihan pajak kepada wajib pajak yang yang tidak melunasi utang pajaknya dan telah

Berdasarkan hasil analisis beban kerja perawat di ruang rawat inap RSI Ibnu Sina Bukittinggi lebih dari standar waktu optimum produktif (80%). Beban kerja yang berlebih

Berdasarkan 5 kali uji coba yang telah dilakukan dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa dalam segmentasi untuk identifikasi pola menggunakan analisis tekstur

Sesuai dengan rumusan masalah, tujuan penelitian dan hasil penelitian tentang media pembelajaran VCD terhadap pukulan forehand dan backhand pada permainan tenis

Pada Gambar 3 dapat dilihat bahwa masih terdapat dokter hewan yang menjawab kurang tepat pertanyaan pengetahuan mengenai biosekuriti yang terdapat dalam