• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN A. Permasalahan 1. Latar Belakang Masalah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN A. Permasalahan 1. Latar Belakang Masalah"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Permasalahan

1. Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan suatu negara yang memiliki kekayaan hutan tropis yang luas. Kekayaan hutan tropis yang luas tersebut membuat Indonesia menjadi salah satu negara yang berfungsi sebagai paru-paru dunia. Dalam perkembangannya, pada tahun 2007 banyak terjadi penebangan hutan yang merusak hutan di Indonesia. Kerusakan hutan akan mengakibatkan terjadinya bencana alam seperti tanah longsong, banjir, atau hilangnya spesies langka. Permasalahan lingkungan tidak hanya terbatas pada hutan, namun juga permasalahan tentang pencemaran terhadap lingkungan. Misalnya, meluapnya lumpur panas di Sidoarjo yang mempunyai kandungan asam dan gas karena penggalian di dalam tanah yang dilakukan oleh PT. Lapindo Brantas. Selain itu penggunaan pestisida, pupuk buatan, pencemaran air dan udara, emisi berbagai jenis gas, dan terjadinya pemanasan global yang dapat menyebabkan kerusakan lingkungan.

Kerusakan lingkungan hidup seringkali disebabkan cara pandang yang salah terhadap lingkungan. Lingkungan seringkali hanya dipandang sebagai obyek untuk dieksploitasi guna pemenuhan kebutuhan dan pemenuhan keuntungan bagi manusia tanpa memperhatikan dampak yang akan terjadi. Selain itu, tidak adanya upaya untuk merehabilitasi lingkungan yang telah diekploitasi tersebut. Hal tersebut merupakan bentuk ketidakpedulian manusia terhadap lingkungan yang juga menjadi bagian dalam kehidupannya. Ketidakpedulian terhadap lingkungan dapat menyebabkan bencana alam atau tercemarnya lingkungan yang dihuni manusia sehingga mempengaruhi kesehatan dan kesejahteraan manusia sendiri. Misalnya, pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh limbah industri, pencemaran udara, pencemaran tanah dan air karena bahan-bahan kimia. Semua itu mengancam kesehatan dan kesejahteraan manusia, namun dari permasalahan tersebut kaum miskinlah yang pertama kali menjadi korban. Hal ini seperti diungkapkan oleh J.B Banawiratma, kalau lingkungan hidup rusak, maka rakyat miskinlah yang pertama-tama menjadi korban, karena mereka tidak mempunyai alternatif lain untuk hidup.1

1

(2)

2 Keberadaan kaum miskin di tengah-tengah krisis lingkungan hidup terancam, karena kaum miskin tidak memiliki kekuatan untuk melindungi diri dari bencana alam yang ada. Keadaan seperti ini berhubungan dengan pemahaman tentang lingkungan hidup itu sendiri, bahwa lingkungan hidup seringkali hanya dipandang sebagai komoditi untuk diekploitasi tanpa memperhitungkan dampaknya. Saat terjadi dampak dari eksploitasi tersebut maka kaum miskin yang lemah dan tidak berdaya akan mengalami kerugian.

Lingkungan merupakan bagian yang integral dari keberadaan manusia yang hidup di dalamnya. Manusia dan lingkungan mempunyai keterkaitan seperti halnya jaringan yang saling berkaitan satu dengan yang lain. Bagian yang integral ini seringkali dilupakan oleh manusia sehingga muncul ketidakpedulian terhadap lingkungan. Hal senada juga diungkapkan oleh Pdt. Aristarchus Sukarto demikian :2

“Krisis disebabkan oleh kenyataan bahwa manusia memandang dirinya bukan sebagai bagian yang integral dari lingkungan yang sesungguhnya memberi hidup kepadanya. Ia berfikir sebagai ciptaan yang prima yang berada di atas realitas yang lain, yang memperlakukan lingkungan maupun alam sekitarnya bukan sebagai penopang kehidupan tetapi sebagai obyek untuk memenuhi kepentingannya.”

Lingkungan merupakan rumah yang di dalamnya terdapat manusia dan makluk lainnya. Oleh karena itu, dalam satu-kesatuan dengan lingkungan, manusia merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam usaha pelestarian lingkungan. Dengan kenyataan seperti itu maka seluruh pihak diajak ikut ambil bagian dalam usaha peduli terhadap lingkungan, termasuk gereja. Gereja sebagai wujud persekutuan orang-orang yang dipanggil untuk keluar (bersaksi) juga merupakan bagian dari lingkungan di mana Gereja yang di dalamnya terdapat umat hidup dan menjadi bagian dari lingkungan.

Tradisi Gereja Katolik yang memperhatikan lingkungan hidup sebagai satu kesatuan yang integral dalam penghayatan iman umat merupakan hal yang menarik. Hal ini dapat diketahui dalam penghayatan iman umat Katolik terhadap Santo Fransiskus dari Asisi yang dihayati sebagai model orang kudus ekologi.3 Oleh karena itu, penulis memfokuskan tulisannya kepada

2

Aristarchus Sukarto, “Krisis Ekologi, Tantangan menuju : Misi Teologia dan Etika yang Ekologis,” dalam Krisi Ekologi : Tantangan, Keprihatinan dan Harapan, (ed. oleh Octhavianus Harefan dan Tumpal L. Tobing, Yogyakarta: GMKI, 1996) p.86

3

Santo Fransiskus dihayati sebagai model orang kudus ekologi karena dia telah memberikan penghargaan dan kepedulian terhadap lingkungan dimana manusia hidup. Fransiskus memulihkan kesadaran tentang hubungan spiritual antara manusia dengan dunia ciptaan, suatu penghayatan bahwa semua wujud ciptaan merefleksikan kebabaikan Allah. Lih. Paul Rout, Fransiskus dan Bonaventura (ed. oleh Peter Vardy, Yogyakarta : Kanisius, 2001)

(3)

3 Gereja Katolik yang telah mempunyai tradisi dalam memperhatikan lingkungan4 sebagai bagian dalam penghayatan iman. Penulis mengambil obyek penelitian di Gereja Katolik Sumber-Muntilan yang terletak di lereng Gunung Merapi karena pernah terjadi eksploitasi pasir di Sungai Senowo, namun Gereja Katolik berusaha menjaga kelestarian lingkungan melalui pendampingan terhadap umat di Stasi Gubug Selo Merapi sehingga muncul kesadaran.

Gereja Katolik Sumber berada di wilayah Muntilan. Gereja Katolik Sumber berada di lereng Gunung Merapi yang sebagian besar umat Katolik bermata pencaharian sebagai petani. Hal ini tidak hanya umat Katolik, namun juga warga sekitar di Dusun Sumber. Hubungan erat antara lingkungan dengan umat mempunyai sisi menarik untuk ditinjau lebih dalam berhubungan dengan pelestarian lingkungan. Gereja Katolik Sumber yang terletak di daerah pedesaan memberikan warna tertentu dalam hubungan bermasyarakat baik dalam bekerjasama ataupun membentuk cara pandang masyarakat tentang lingkungan. Gereja Katolik Sumber dengan keberadaannya di tengah-tengah masyarakat petani tentu memiki pergumulan tersendiri dengan lingkungan. Pergumulan dan persoalan yang dihadapi tentu saja tidak terbatas dengan masalah pertanian. Oleh karena itu, Gereja Katolik Sumber mempunyai peran yang komprehensif dalam memberikan pendampingan umat dan masyarakat sekitar dalam mewujudkan masyarakat yang peduli terhadap lingkungan. Kepeduliaan terhadap lingkungan ini, tentunya Gereja Katolik sedikit banyak mempunyai peran di dalamnya. Romo Kirjito, Pr sebagai salah satu Romo Paroki yang peduli terhadap lingkungan mempunyai peran dalam mendampingi umat dan masyarakat untuk peduli terhadap lingkungan.

Gereja Katolik yang hidup dan menjadi bagian masyarakat agraris tentunya mempunyai misi yang tidak bisa lepas dengan kebutuhan umat dan masyarakat sehingga gereja menjawab kebutuhan tersebut secara kontekstual. Oleh karena itu, perhatian penulis terhadap fenomena yang terjadi dengan Gereja Katolik Sumber yaitu bagaimana peran gereja dalam usaha pelestarian lingkungan dalam kerangka pendampingan pastoral untuk mewujudkan kesadaran umat akan pentingnya pelestarian lingkungan ? Selain itu, perlu adanya tinjauan yang dalam tentang bagaimana pendampingan atau perhatian Gereja (Romo Paroki) dalam memberikan pemahaman dan wujud nyata dalam usaha pelestarian lingkungan yang dapat dilakukan secara p. 30, selain itu Santo Frasiskus juga menciptakan suatu syair berjudul “Gita Sang Surya” yang menunjukkan penghargaannya terhadap lingkungan. Lih. syairnya di lembar lampiran.

4

Kata lingkungan dalam skripsi ini merujuk pada lingkungan hidup dalam kerangka pelestarain lingkungan atau alam. Pelestarian lingkungan dalam konteks umat Katolik Sumber merujuk pada perilaku terhadap lingkungan sekitar yang berkaitan dengan pertanian.

(4)

4 bersama-sama. Beberapa hal tersebut yang oleh penulis akan digali untuk mendapatkan suatu refleksi teologis dalam kerangka pendampingan eko-pastoral yang dapat memperkaya pemahaman terhadap lingkungan. Selain itu, kiranya dengan tulisan ini dapat memberikan sedikit kesadaran tentang pentingnya lingkungan sebagai bagian yang integral dengan kehidupan manusia.

2. Permasalahan

Secara lebih konkret dalam studi penelitian ini penulis akan berusaha menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut :

(a) Apa yang menjadi pemahaman umat Katolik Sumber yang sebagian besar petani terhadap pelestarian lingkungan di dusun Sumber ?

(b) Apa usaha Gereja Katolik Sumber dalam pendampingan pastoral yang berwawasan ekologis ?

(c) Penghayatan iman seperti apa yang melandasi pemahaman umat Katolik Sumber dalam melakukan pelestarian lingkungan hidup ?

B. Tujuan Penulisan

1. Secara teoritis studi penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tentang pemahaman teologis umat Katolik Sumber tentang pelestarian lingkungan, khususnya lingkungan yang ada disekitar kehidupan mereka dan upaya pendampingan pastoral yang relevan atau kontekstual.

2. Secara praktis studi penelitian ini bertujuan untuk memberikan contoh kepada banyak gereja baik yang memiliki tradisi yang sama atau tradisi yang berbeda tentang kepedulian terhadap lingkungan hidup sebagai bagian dari penghayatan iman dan sebagai bentuk pendampingan gereja terhadap umat yang berwawasan ekologis.

C. Metode Penelitian

Metode Penelitian yang digunakan yaitu penelitian lapangan dengan metode penelitian kualitatif melalui observasi dan wawancara. Penulis juga menggunakan sumber literatur dari John Mansford Prior, “Meneliti Jemaat-Pedoman Riset Partisipatoris.” Penulis akan terlebih dulu mendeskripsikan pemahaman ekologis berdasatkan teori-teori yang ada. Selanjutnya penulis memaparkan pemahaman umat Katolik Sumber tentang pelestarian lingkungan hidup yang selama ini ada. Deskripsi ini juga termasuk dengan mendeskripsikan keberadaan umat Katolik Sumber yang sebagaian besar mempunyai mata pencaharian sebagai petani. Hal ini berhubungan

(5)

5 dengan suatu wawasan ekologis yang dipahami selama ini. Hasil penelitian akan dianalisa dan berdasarkan hasil analisa ini penulis akan merefleksikan pendampingan gereja yang berwawasan ekologis dalam kerangka eko-pastoral.

D. Sistematika Penulisan Bab I Pendahuluan

Pada bagian pertama ini, penulis memaparkan latar belakang masalah dan permasalahan yang digunakan sebagai bahan kajian. Penulis juga menuliskan tujuan dituliskannya skripsi ini. Penulis juga memberikan keterangan tentang metode penulisan yang digunakan, serta sistematika penulisan.

Bab II Pendampingan Pastoral yang Berwawasan Ekologis

Pada bab ini, penulis mencoba memaparkan tentang wawasan ekologis itu sendiri berdasarkan teori-teori ekologi yang ada. Selain itu, penulis juga memaparkan pemahaman tentang pendampingan eko-pastoral berwawasan ekologis.

Bab III Pendampingan Eko-Pastoral Gereja Katolik Sumber

Pada bab ini, penulis akan memaparkan dan menganalisa hasil penelitian yang telah dilakukan di lapangan (Gereja Katolik Sumber – Muntilan) yaitu tentang praktik dan pandangan Gereja Katolik yang berwawasan ekologis.

Bab IV Tinjauan Teologis

Pada bab ini, penulis akan memaparkan suatu tinjauan teologis yang berkaitan dengan pendampingan pastoral yang berwawasan ekologis yang dilakukan oleh Paroki Sumber.

Bab V Penutup : Kesimpulan dan Saran

Pada bagian penutup ini, penulis akan memaparkan suatu kesimpulan yang telah didapat dari penelitian yang telah dilakukan dalam rangka untuk menjawab seluruh pertanyaan yang terdapat dalam permasalahan. Selain itu, penulis coba memberikan saran bagi Greja Kristen Jawi Wetan (GKJW) sebagai gereja asal penulis. Kiranya saran tersebut dapat menjadi masukan dan kebaikan bersama.

Referensi

Dokumen terkait

Ditinjau dari perbaikan sifat fisika dan kimia tanah serta hasil biji kering kedelai, aplikasi formula pembenah tanah alternatif Biochar SP50 Submikron dan

Speaking English pada mahasiswa semester II-E TBI STAIN Pamekasan, dapat disimpulkan bahwa dari data yang telah dianalisis diperoleh hasil tentang pengelolaan

Perubahan sosial yang tidak dikehendaki atau yang tidak direncanakan, merupakan perubahan-perubahan yang terjadi tanpa dikehendaki, berlangsung diluar jangkauan

5) Penelitian dan Pengembangan (Litbang) Dalam rangka menunjang perbaikan regulasi pengusahaan UCG diperlukan litbang UCG di Indonesia. Hal ini perlu dilakukan mengingat

Emisi surat utang korporasi di pasar domestik selama Januari 2018 mencapai Rp7,67 triliun atau naik 2,84 kali dibandingkan dengan Januari 2018, berdasarkan data oleh

Dalam pelaksanaan Program Induksi, pembimbing ditunjuk oleh kepala sekolah/madrasah dengan kriteria memiliki kompetensi sebagai guru profesional; pengalaman mengajar

Banyak pendekatan yang dapat digunakan, salah satunya adalah model konseling spiritual teistik, berfokus pada nilai-nilai religius Islam untuk mengem- bangkan fitrah,

Diisi dengan bidang ilmu yang ditekuni dosen yang bersangkutan pada