• Tidak ada hasil yang ditemukan

2. Peneliti kualitatf tertarik pada makna-bagaimana orang membuat hidup, pengalaman, dan struktur kehidupannya masuk akal.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "2. Peneliti kualitatf tertarik pada makna-bagaimana orang membuat hidup, pengalaman, dan struktur kehidupannya masuk akal."

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Dalam Bab I telah dipaparkan latar belakang memilih studi mengenai dukacita pada suku Dani salam hal ini ritual Niki Paleg. Lalu dalam Bab II, telah dipaparkan kajain teoritis mengenai dukacita. Dalam bab berikut ini, penulis akan mendiskripsikan sebuah studi adat dalam pendekatan indigenus (indigenous study) dan metode kualitatif yang digunakan untuk dapat merealisasikan studi yang dimaksud. Bab ini juga memberikan informasi mengenai partisipan, instrumen dan metode pengumpulan data, teknik analisa serta keabasahan data.

A. METODE KUALITATIF

Metode kualitatif adalah prosedur dasar pada penelitian ini yang akan menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati (Bodgan & Taylor dalam Moleong, 2010). Dimana tujuannya ialah mengemukakan penafsiran yang benar secara ilmiah mengenai suatu permasalahan yang disoroti. Jenis penelitian ini dikenal penelitian indigenous, dimana peneliti fokus melakukan analisis ritus adat dalam kelompok masayarakat suku Dani, yaitu ritual niki paleg sebagai ritual kematian dalam pengalaman dukacita mereka. Merriam (dalam Pattilima, 2005) mengemukakan ada enam asumsi dalam pendekatan kualitatif yang perlu diperhatikan oleh peneliti:

1. Peneliti kualitatif lebih menekankan perhatian pada proses bukan pada produk.

2. Peneliti kualitatf tertarik pada makna-bagaimana orang membuat hidup, pengalaman, dan struktur kehidupannya masuk akal.

3. Peneliti kualitatif merupakan instrumen pokok untuk pengumpulan dan analisis data. Data yang didekati melalui instrumen manusia bukan melalui inventaris, daftar pertanyaan atau alat lain.

4. Peneliti kualitatif melibatkan kerja lapangan. Peneliti secara fisik berhubungan dengan orang, latar belakang, lokasi untuk mengamati mencatat perilaku dalam latar alamiahnya.

(2)

5. Peneliti kualitatif bersifat deskriptif, dalam arti peneliti tertarik pada proses, makna, dan pemahaman yang didapat melalui kata/ gambar.

6. Proses penelitian kualitatif bersifat induktif, peneliti membangun abstrak, konsep, proposisi, bahkan teori.

Metode penelitian yang digunakan dalam studi ini adalah pendekatan indigenous, yaitu sebuah pendekatan yang impresif di dalam psikologi, yang memperjelas batas-batas psikologi arus-utama dan mendasar pemahaman lain tentang manusia. Pendekatan indigenous psychology menawarkan berbagai ways of knowledge, tetapi bukan dalam pengertian mendeskripsikan semua fenomena psikologis di semua budaya, tetapi dalam pengertian strangifikasi.

Sama seperti yang dikatakan Adair (1992), “an indigenous psychology is described as one in which the theories, concepts, methods and measures emanate from and reflect back open the culture in which the behaviour is studied” (h.171), maka penelitian ini diukur dari proses budaya itu sendiri, yang dalam hal ini proses budaya itu direpresentasikan dalam perilaku potong jari sebagai pengalaman duka suku Dani sehingga tidak terikat pada teori yang telah berkembang. Sementara itu, menurut kamus Oxford (2002) “Indigenous as native flore and fauna or something belongimg naturally to soil”. Mengenai hal yang sama Kim dan Huang mengemukakan:

“To address this concern, we must point out that a method that is indigenous to one culture is not necessarily unique to this culture, but definitely approproate and thus relevant to it” (h. 128). Ratner ( 2008) menambahkan pula: “culture psychology, cros culture psychology, and indigenous psychology are the major approches studying the relationship between culture and psychology (h.1)”. Oleh sebab itu penulis menganggap bahwa studi ini sesuai sangat baik untuk dianalisis menurut pendekatan indigenous psychology.

Para ahli penelitian psikologi indegenous menggambarkan enam asumsi fundamental strategi penelitian yang sama dalam pendekatan ini dan mendeskripsikan dan mereformulasikannya dalam kaitannya dengan realisme konstruktif, yaitu antara lain: 1. Pendekatan indegenous psychology menekankan pemahaman yang berakar pada

konteks-konteks ekologis, kultural, politis, dan historis. Pendekatan ini berusaha mendokumentasikan, mengorganisasikan, dan menginterpretasikan pemahaman

(3)

yang dipunyai orang tentang diri mereka sendiri dan dunianya. Ia menekankan penggunaan taksonomi-taksonomi alam sebagai unit analisis. Ia menelaah bagaimana individu-individu dan kelompok-kelompok berinteraksi dalam konteks mereka. Informasi ini kemudian digunakan sebagai alat untuk menemukan invarian-invarian psikologis. Selanjutnya melibatkan penyebab di balik invarian-invarian yang terobsesi di balik invarian-invarian yang terobservasi. Lalu membandingkan hasil-hasil diberbagai konteks yang berbeda untuk disempurnakan dan diperluas (Kim & Berry, 1993).

2. Indigenous psychology bukan studi tentang eksotis di tempat-tempat terpencil. Studi indigenous tentang orang pribumi memang perlu, namun pemahaman indegenous juga dibutuhkan bagi negara-negara maju.

3. Sebagai konsekuensi dari poin dua, perlu untuk dipertimbangkan bahwa dalam masyarakat tertentu ada banyak perspektif yang tidak sama-sama dimiliki oleh semua kelompok.

4. Indigenous psychology tidak menerapkan salah satu metode tertentu, mereka menggunakan berbagai macam metode, dengan alasan bahawa hasil-hasil dari berbagai metode dapat diintegrasikan untuk memberikan pemahaman yang lebih komprehensif dan robust tentang fenomena-fenomena psikologis.

5. Sebuah perspektif tertentu tidak dapat diasumsikan ‘dari sananya’ memang lebih unggul dibanding yang lainnya. Namun demikian para ahli juga menyatakan asumsi bahwa seseorang harus dilahirkan dan dibesarkan di dalam budaya tertentu untuk dapat memahamimya tidak selalu valid.

6. Pendekatan indigenous psychology dimaksudkan untuk menemukan fakta-fakta, prinsip-prinsip, dan hukum-hukum universal. Maksudnya ialah pendekatan ini tidak mengasumsikan secara a priori eksistensi psychological universals. Kalaupun mereka ada, mereka perlu diverifikasi teoritik dan empirik. Akan tetapi, proses penemuan itu berbeda secara kualitatif dengan psikologi umum. Dalam pendekatan ini, variasi-variasi individual, sosial, kultural, dan temporal diikoperasikan ke dalam desain penelitian, dan bukan dieliminasi atau dikontrol. Seperti pada umumnya metode pengumpulan data secara kualitatif yang dugunakan ialah observasi partisipasi pasif dan wawancara mendalam. Sama halnya pada penelitian

(4)

indigenous psychology ini. Metode observasi pasif ini dilakukan dengan tidak menyaksikan secara langsung prosesi upacara kematian, dikarenakan adanya nilai privasi yang dijunjung tinggi orang Dani dalam kebudayaan mereka. Sehingga peneliti hanya diperkenankan melakukan wawancara secara terbuka dengan mereka yang telah melakukan ritual ini dan beberapa tokoh masyarakat adat yang dianggap kompeten sebagai sumber data dalam studi ini. Observasi atau pengamatan artinya melihat atau memperhatikan, diarahkan pada kegiatan memperhatikan secara akurat, mencatat fenomena yang muncul, dan mempertimbangkan hubungan antar aspek dalam fenomena tersebut, sedangkan wawancara adalah percakapan dan tanya jawab yang diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu (Poerwandari, 2009).

Kim dan Huang menambahkan lagi bahwa “the indigenous research model gives importance to establishing a relationship between researcher and participants at a level of rapport and model trust, a minimum level for obtaining authentic data (h.130)”. Sehingga dalam setiap wawancara, peneliti membina rapport sebagai tahap awal dalam melakuan pendekatan untuk menjalin hubungan yang terpercaya antara peneliti dan para partisipan. Hal ini dilakukan sebagai langkah awal dalam proses pengumpulan data selama dilapangan.

Studi ini berawal dari fenomena yang terjadi dalam suku Dani, dimana Huang, dkk, telah memaparkan pemahaman dari indigenous psikologi, Poerwandari (2009) pun mengemukakan bahwa studi fenomena didefinisikan sebagai ‘kasus:

Yang didefinisikan sebagai kasus adalah fenomena khusus yang hadir dalam suatu konteks yang terbatasi (bounded context), meski batas-batas antara fenomena dan konteks tidak sepenuhya jelas. Kasus itu dapat berupa individu, peran, kelompok kecil, organisasi, komunitas, … Beberapa tipe unit yang dapat diteliti dalam bentuk studi kasus: individu-individu, karakteristik atau atribut individu-individu-individu, aksi dan interaksi, peninggalan atau artefak perilaku, setting serta peristiwa atau insiden tertentu (h.124).

Sementara itu Yuniardi & Dayakisni (2008) menyatakan bahwa model pendekatan dalam psikologi indigenous disebut unique subject, dimana “penelitian lebih fokus pada isu khusus atau variabel tunggal yang diteliti dalam satu budaya” (h.21).

(5)

B. PARTISIPAN

1. Karakteristik Partisipan

Partisipan ditetapkan oleh peneliti dan disesuaikan dengan jenis partisipan itu sendiri yang berjumlah tujuh (7) orang. Karakteristik dari ketujuh partisipan tersebut adalah:

1. Orang yang melakukan ritual potong jari dari suku Dani 2. Orang yang mengetahui dan memahami adat ritual niki paleg 2. Bersedia menjadi subjek penelitian.

Alasan dipilihnya partisipan ini adalah karena sesuai dengan tujuan dari penelitian ini yaitu untuk menganalisa pengalaman dukacita yang ditunjukkan oleh mereka yang melakukan ’niki paleg’ pada suku Dani ini, dengan menggali makna ritual, proses internal dukacita orang Dani, serta pengaruhnya dilihat berdasarkan teori psikologi yang ada. Seperti yang telah dikatakan dia wal bahwa jumlah partisipan dalam penelitian ini berjumlah tujuh partisipan, enam orang partisipan sebagai pelaku ritual niki paleg dan satu orang partisipan pelengkap seorang kepala suku Welesi. Pembagian kedua partisipan ini berlasan karena penelitian ini tidak untuk digeneralisasi, namun lebih untuk mendapatkan variasi jawaban dari partisipan. Selain itu juga karena pertimbangan bahwa jumlah tersebut dianggap sudah mencukupi dalam pencarian informasi. Oleh sebab itulah peneliti menganggap penting membagi kedua jenis partisipan dalam studi ini.

C. LOKASI PENELITIAN

Peneliti melakukan penelitian ini pada masyarakat suku Dani sendiri yang hidup dan tinggal di pusat kota Wamena, Sinakma, Ibele, Honailama, dan Welesi. Peneliti memutuskan mengambil lokasi penelitian ini karena alasan suku Dani pada beberapa lokasi ini sudah sangat ramah dan terbiasa dengan kedatangan peneliti-peneliti dari seluruh dunia. Dan juga pada daerah ini terdapat banyak orang dari suku Dani ini yang masih terus melakukan ritual niki paleg ini sehingga mempermudah peneliti dalam proses pengambilan data. Sementara itu, waktu penelitian berlangsung selama sebulan penuh dimulai pada bulan Februari tahun 2011.

(6)

D. INSTRUMEN DAN METODE PENGUMPULAN DATA

Alat atau instrumen pengumpulan data yang dipakai dalam penelitian ini adalah peneliti seperti yang dikatakan Poerwandari (2009) bahwa dalam penelitan kualitatif, peneliti adalah instrumen kunci yang berperan besar dalam seluruh proses penelitian, mulai dari memilih dan mendekati topik, mengumpulkan data hingga menganalisis dan melakukan interpretasi. Dalam penelitian ini penulis sendiri adalah pengumpul data utama.

Diawal bab tiga ini telah dikatakan bahwa metode pengumpulan data yang dipilih adalah observasi, wawancara dengan partisipan dan studi dokumentasi. Sesuai pendekatan indigenous psychology bahwa metodenya dilakukan dalam bentuk observasi partisipan, wawancara, focus group disscussion bahkan juga dapat melakukan testing psikologi (Enriques,1994). Enriques menambahkan “Dari minimum membangun dan mempertahankan empati melalui ‘pagdalaw-dalaw’ atau ‘kunjungan informal’ atau ‘singgah’ atau ‘mampir’ atau interaksi yang lebih langsung dalam habitat alamiah pembawa budaya” (h.58). Hal ini sejalan dengan yang dikatakan Poerwandari (2009) dimana observasi atau pengamatan artinya melihat atau memperhatikan, diarahkan pada kegiatan memperhatikan secara akurat, mencatat fenomena yang muncul, dan mempertimbangkan hubungan dalam fenomena tersebut, sedangkan wawancara adalah percakapan dan tanya jawab yang diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu.

Penulis melakukan observasi ke daerah dimana suku ini tinggal dan melakukan ritual ini selama bulan Februari 2011 dengan waktu yang berbeda-beda. Dalam wawancara, penulis melakukan wawancara indegenous secara terbuka walau pada awalnya penulis telah menyusun berdasarkan rumusan masalah dalam desain penelitian tetapi tidak dibuat dalam struktur yang ‘kaku’. Empat karakterisitik utam dalam wawancara indigenous interview antara lain:

1. Bersifat partisipatorik, dan partisipan mempunyai input pada stuktur interaksinya dalam arti menentukan arahnya dan manajemen waktunya.

2. Peneliti dan partisipan memiliki status sejajar; kedua belah pihak boleh mengajukan pertanyaan dengan panjang waktu yang lebih kurang sama.

3. Cocok dan adaptif dengan kondisi kelompok partisipan dalam arti bahwa ia cocok dengan norma-norma kelompok yang sudah da.

4. Diintegrasikan dengan metode-metode penelitian indigenous lain.

Dalam wawancara pada keenam partisipan utama (pelaku ritual ‘niki paleg’), dimana keenam partisipan ini adalah orang Dani yang melakukan ritual ini atas kematian keluarga dekat mereka. Sementara itu, partisipan ketujuh sebagai partisipan pelengkap,

(7)

partisipan pelengkap ini dikategorikan dalam range dekat, yaitu sebagai kepala suku, yaitu orang yang memahami adat secara utuh dan benar (trusted). Dalam range jauh, yaitu bukan pelaku utama ritual niki paleg yang sesungguhnya, hanya sebagai pengambil keputusan tertinggi dalam sukunya dan selalu bertemu, melihat masyarakatnya sebagai pelaku ritual ini dalam konteks menjunjung tinggi nilai-nilai yang terkandung dalam ritual ini. Dalam seluruh wawancara peneliti hanya dapat melakukan satu kali wawancara. Dan dalam setiap wawancara peneliti memperhatikan spesifisitas, range, dan kedalaman pertanyaan-pertanyaan sampai mencapai saturation. Demi mendapatkan data yang holistik dalam pengamatan dan wawancara. peneliti pun memberi perhatian pada bahasa non verbal dan dialek suku khususnya pada penekanan yang ditujukan terhadap pernyataan duka atau ungkapan emosi atas dukacita yang dialami partisipan.

Dalam pendekatan indigenous psychology ini peneliti memerlukan adanya guiding principle menurut Pe-pua (2003) sebagai prinsip-prinsip dasar dalam melakukan kerja lapangan, yaitu antara lain:

1. Tingkat interaksi atau hubungan yang ada diantara peneliti dan partisipan secara signifikan menentukan kualitas data yang diperoleh. Menjadi one-of-us atau outsider. Interaksi berkisar mulai dari transaksi atau sopan santung dengan, bergabung atau berpartisipasi, sampai pada hidup bersama.

2. Peneliti seharusnya memperlakukan para pasrtisipan penelitiannya setara dengannya atau lebih tinggi sebagai sesama manusia dan tidak semata-mata seperti tikus yang berfungsi memberi data.

3. Kita seharusnya lebih mementingkan kesejahteraan partisipan daripada mendapatkan data dari mereka. Tujuan penelitian ini adalah memahami, bukandengan mengorbankan orang yang menjadi sumber pemahaman itu. Tanggung jawab etik utama peneliti seharusnya adalah orang dan bukan institusi atau lembaga dananya.

4. Metode penelitian seharusnya dipilih berdasarkan kesesuaian dengan populasinya dan dibuat untuk diadaptasikan dengan norma-norma kultural yang sudah ada.

5. Bahasa orang seharusnya menjadi bahasa penelitian. Jika hal ini tidak mungkin dilakukan, peneliti lokal seharusnya dimintai bantuannya. Hanya dengan bahasa ibu merekalah seseorang bisa benar-benar mengekspresikan sentimen, ide, persepsi, dan sikap terdalamnya.

(8)

E. TEKNIK ANALISA DATA DAN KEABSAHAN DATA

Menurut Moleong, (2010) secara umum proses analisi data kualitatif mencakup: 1. Reduksi data

a. Identifikasi satuan (unit). Pada mulanya diidentifikasikan masanya satuan yaitu bagian terkecil yang ditemukan dalam data yang dimiliki makna bila dikaitkan dengan fokus dan masalah penelitian.

b. Sesudah satuan diperoleh, langkah berikutnya adalah membuat koding. Membuat koding berarti memberikan nomor pada setiap satuan, agar supaya tetap kuat dapat ditelusuri data/ satuannya dari sumber mana.

2. Kategorisasi

a. Menyusun kategori. kategorisasi adalah upaya memilah-milah setiap satuan ke dalam bagian-bagian yang memiliki kesamaan.

b. Setiap kategori diberi nama yang disebut ‘label’. 3. Pemeriksaan keabsahan data

Dalam penelitian kualitatif, ada kriteria kredibilitas atas derajat kepercayan. Teknik pemeriksaan dari kriteria kredibilitas adalah dengan triangulasi. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar untuk keperluan pengecekan atau pembanding terhadap data tersebut (Moleong, 2010). 4. Penafsiran data

Tujuan yang ingin dicapai dalam penafsiran data ini adalah deskripsi analitik yang merupakan rancangan organisasional dan dikembangkan dalam kategori-kategori yang ditemukan dan hubungan yang muncul dari data (Schaltzman & Strauss dalam Moleong, 2010).

5. Kesimpulan

Setelah peneliti memperoleh pemahaman mendalam tentang keseluruhan data yang diolah, maka peneliti dapat menarik kesimpulan atas permasalahan dalam penelitian.

(9)

Untuk keabsahan data, kredibilitas dan keterhandalan data, penulis mengusahan kerlibatan yang cukup kompeten dalam pengamatan dan obeservasi yang kuat dan solid, serta triangulasi untuk mengoleksi data, memperkaya dan memperkuat data yang telah dikumpulkan. Dalam hal ini peneliti menggunakan triangu;asi dengan sumber lain yang cukup kompeten untuk dijadikan pembanding pada data dari yang didapatkan.

Selanjutnya, agar dapat memastikan kesesuaian data yang diperoleh dengan data yang diberikan sumber informasi maka peneliti melakukan teknik perpanjangan keikusertaan. Dimana, seperti yang sudah dipaparkan sebelumnya bahwa peneliti sekali lagi menggunakan sumber lain sebagai penterjemah bahasa daerah ke dalam bahasa Indonesia yang dalam hal ini peneliti melakukan pengecekan kebenaran data yang peneliti peroleh dari penafsiran penterjemah dilapangan.

Referensi

Dokumen terkait

Karang keras (Scleractinia) ditemukan di Pulau Panjang, Jawa Tengah mulai dari dataran terumbu karang yang dangkal hingga kedalaman 7 m baik pada sisi bawah

[r]

Penelitian ini bermaksud memberikan penyelesaian yang bisa membantu pihak sekolah dalam pelaksanaan simulasi ujian nasional dengan merancang dan membangun sebuah

Sesuai dengan IEC 60601-1 / ANSI/AAMI ES 60601-1, turbine handpiece / penggabung Roto Quick tidak cocok untuk digunakan pada udara yang berpotensi meledak atau digunakan

krena „u perlu rasanya untuk meningkatkan keberadaan kerajinan tersebut <* Kabupaten Magetan dengan menyediakan satu tempa, husu tuk.. promosi dan

1) Humas berperan dalam Pencitraan Universitas Sam Ratulangi Manado dimana hasil penelitian menunjukkan bahwa Humas dengan informasinya mampu memberi pengetahuan

DrBA(PLM) Ir(ITS) MSc(Harv) MBA(Leic) MA/MSi(LSPR) MPhil(MSM) SCPM(Stanf) AITPM(GWU) CIWM(AAFM) CWM(WMA) WIPM(WhS).. CEH(ECC) CHFI(ECC) CNA(ECC)

(1)Komite audit independent dengan keahlian keuangan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap manajemen laba (2)Ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap