• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN WORD SQUARE BERBANTUAN MEDIA VIDEO TERHADAP HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS V

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN WORD SQUARE BERBANTUAN MEDIA VIDEO TERHADAP HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS V"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

1

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN

WORD SQUARE

BERBANTUAN MEDIA VIDEO TERHADAP HASIL

BELAJAR IPS SISWA KELAS V

I Md. Adhi Budiarta

1

, Nym. Kusmariyatni

2

, Md. Sumantri

3 123

Jurusan PGSD, FIP

Universitas Pendidikan Ganesha

Singaraja, Indonesia

e-mail: adhibudiarta74@yahoo.co.id

1

, nym_

kusmariyatni@yahoo.co.id

2

,

madesumantri_pgsd@yahoo.co.id

3

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk (1) mendeskripsikan hasil belajar IPS siswa kelompok eksperimen yang dibelajarkan dengan model pembelajaran word square berbantuan media video, (2) mendeskripsikan hasil belajar IPS siswa kelompok kontrol yang dibelajarkan dengan bukan model pembelajaran word square berbantuan media video, dan (3) mengetahui perbedaan hasil belajar IPS antara siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran word square berbantuan media video dan siswa yang belajar dengan bukan menggunakan model pembelajaran word square

berbantuan media video pada siswa kelas V di SD Gugus VI Kecamatan Tegallalang, Kabupaten Gianyar tahun pelajaran 2016/2017. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V di gugus VI Kecamatan Tegallalang tahun pelajaran 2016/2017 yang berjumlah 87 orang. Sampel penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri 2 Keliki yang berjumlah 35 orang dan siswa kelas V SD Negeri 2 Tegallalang yang berjumlah 31 orang. Data hasil belajar IPS siswa dikumpulkan dengan instrumen tes berbentuk pilihan ganda. Data yang dikumpulkan dianalisis menggunakan analisis statistik deskriptif dan statistik inferensial (uji-t).Berdasarkan hasil analisis data, diperoleh bahwa thit(6,1) > ttab(2,04), sehingga dapat diinterpretasikan bahwa

terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPS antara siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran word square berbantuan media video dan siswa yang belajar dengan tidak menggunakan model pembelajaran word square berbantuan media video. Dari rata-rata hitung, diketahui bahwa rata-rata hitung eksperimen(33,23) > rata-rata hitung kontrol(27,71), sehingga dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran word square berbantuan media video berpengaruh terhadap hasil belajar IPS siswa kelas V di Gugus VI Kecamatan Tegallalang.

Kata kunci: model pembelajaran word square, media video, hasil belajar IPS

Abstract

The aims of this research is to (1) describe the learn outcomes of social science of experimental group students who are taught by used word square learning model supported by videos media, (2) to describe the learning result of social science of control group that is learned by non-instructional word square learning model supported by videos media, and (3) To know the difference of learn result of social science between students who are learning with word-learning model supported by videos media and students who learn by not use instructional model word square learning model supported by videos media in Five Grade students at Primary Schools Cluster Six Tegallalang District, Gianyar Regency Academic Year 2016/2017. This type of research is a quasi-experimental research. The population

(2)

2

of this studied is all students of class Five in Cluster Six Tegallalang District Academic Year 2016/2017 which amounted to 87 people. The sample of this research is the students of class five primary school of 2 Keliki which amounted to 35 people and students of class five primary school of 2 Tegallalang which amounted to 31 people. Student learned outcomes data were collected with multiple choice test instruments. The data collected were analyzed use by descriptive and inferential statistical analysis (t-test). Based on the result of data analysis, it is found that tcount (6,1)> ttab (2.04), so it can be interpreted that there are significant difference

of learning result of Social Science between student which is taught by word square learning model supported by videos media and student studying with using learn by non-instructional word square learning model supported by videos media. From the average count, it is known that average count experiments(33.23) > average count control(27,71), so it can be concluded that the application of learning by word square learning model supported by videos media influence on learning result of social science student of Five class in Cluster Six Tegallalang District.

Keywords: word square learning model, videos media, learn outcomes

PENDAHULUAN

IPS merupakan salah satu mata pelajaran yang memanfaatkan proses kehidupan dalam masyarakat sebagai sumber belajar. Dalam pembelajaran IPS seorang guru dituntut untuk memberi konsep-konsep yang benar sehingga materi IPS yang diberikan sama dengan fakta-fakta yang terjadi dalam masyarakat. Proses pembelajaran akan berlangsung secara optimal jika didukung oleh suasana kelas yang kondusif.

Undang-undang No.20 tentang Sisdiknas, pasal 40 (dalam Indrawati & Setiawan, 2009: 9) yang salah satu ayatnya menyatakan bahwa seorang guru dan tenaga kependidikan berkewajiban untuk menciptakan suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis dan dialogis. Dari tuntutan perundangan tersebut dengan jelas bahwa esensi pendidikan atau pembelajaran harus memperhatikan kebermaknaan bagi peserta didik yang dilakukan secara dialogis atau interaktif, yang pada intinya pembelajaran berpusat pada siswa sebagai pebelajar dan pendidik sebagai fasilitator yang memfasilitasi agar terjadi belajar pada peserta didik.

Penerapan suatu model dalam proses pembelajaran akan berpengaruh pada kemampuan siswa dalam memahami konsep-konsep pelajaran. Pemilihan dan penggunaan model yang kurang tepat dapat menghambat pembentukan konsep dalam diri siswa.

Siswa yang belajar dengan hanya mendengar dan mencatat, akan menghasilkan konsep yang bersifat hafalan. Sedangkan siswa yang belajar dengan konsep pembelajaran yang menarik, akan menghasilkan pemahaman konsep yang lebih baik dan lama diingat.

Pembelajaran di sekolah dasar khususnya pada mata pelajaran IPS masih belum optimal. Hal ini berdampak pada rendahnya kualitas produk pengajaran IPS di Sekolah Dasar. Berdasarkah hasil observasi yang penulis laksanakan pada tanggal 6 Januari 2017 di SD gugus VI Kecamatan Tegallalang, dengan mengamati proses pembelajaran di kelas ditemukan bahwa siswa kurang tertarik dengan pembelajaran IPS terbukti dengan beberapa siswa terlihat mengantuk atau tidak bersemangat dalam proses pembelajaran di kelas. Berdasarkan hasil pencatatan dokumen diketahui nilai rata-rata empat sekolah dasar gugus VI Kecamatan Tegallalang. Rendahnya kualitas yang dihasilkan pada produk pengajaran IPS dilihat dari nilai rata-rata ulangan umum siswa yang berada dibawah standar KKM.

Dari hasil wawancara dengan guru mata pelajaran IPS di sekolah dasar, didapat informasi bahwa salah satu penyebab belum optimalnya hasil belajar IPS adalah kurangnya pemahaman siswa terhadap konsep-konsep IPS. Kurangnya pemahaman siswa terhadap konsep-konsep IPS diakibatkan oleh guru yang

(3)

3 jarang melibatkan siswa dalam kegiatan pembelajaran IPS.

Susanto (2013: 137) menyatakan IPS adalah ilmu pengetahuan yang mengkaji berbagai disiplin ilmu sosial dan humaniora serta kegiatan dasar manusia yang dikemas secara ilmiah dalam rangka memberi wawasan dan pemahaman yang mendalam kepada siswa, khususnya di tingkat dasar dan menengah. Pada tingkat sekolah dasar, IPS diajarkan sejak berlakunya kurikulum 1975. IPS tidak hanya memberikan ilmu pengetahuan semata tetapi harus berorientasi pada pengembangan keterampilan berfikir kritis, sikap, dan kecakapan-kecakapan dasar siswa yang berpijak pada kenyataan kehidupan sosial kemasyarakatan sehari-hari dan memenuhi kebutuhan bagi kehidupan sosial siswa di masyarakat (Susanto, 2013: 138).

Karena aktivitas siswa dibatasi, maka siswa menjadi bosan dan kurang memperhatikan penjelasan guru. Ini mengakibatkan materi yang disampaikan guru tidak mencapai sasaran. Kurangnya pemahaman akan konsep materi yang dipelajari, khususnya IPS tentunya akan berpengaruh pada perolehan hasil belajar. Inovasi dalam pembelajaran dapat dilakukan dengan menggunakan suatu model pembelajaran yang inovatif sehingga permasalahan tersebut dapat diselesaikan. Sagala (dalam Indrawati dan Setiawan, 2009: 27) menyatakan bahwa model pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar peserta didik untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang pembelajaran dan guru dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar.

Salah satu model pembelajaran yang dapat menyelesaikan masalah diatas adalah model pembelajaran word square berbantuan media video. Model pembelajaran word square yakni salah satu pembelajaran yang memadukan kemampuan menjawab pertanyaan dengan kejelian dan ketelitian dalam mencocokkan jawaban pada kotak-kotak

jawaban, sehingga disini dituntut kejelian siswa dalam menjawab soal yang diberikan (Kurniasih & Sani, 2015: 97). Widodo (dalam Lestari, 2013) menyatakan bahwa pada model pembelajaran word square ini, para siswa dipandang sebagai objek dan subjek pendidikan yang mempunyai potensi untuk berkembang sesuai dengan bakat dan kemampuan yang dimiliki. Penggunaan media video pada model pembelajaran word square ini menjadi nilai tambah dalam pembelajaran. (Daryanto, 2013: 87) menyatakan “video merupakan bahan ajar non cetak yang kaya informasi dan tuntas karena dapat sampai kehadapan siswa secara langsung”. Disamping itu, video menambah suatu dimensi baru terhadap pembelajaran, hal ini karena karakteristik media video yang dapat menyajikan gambar bergerak pada siswa, disamping suara yang menyertainya. Sehingga siswa merasa seperti berada disuatu tempat yang sama dengan program yang ditayangkan video.

Pemakaian video untuk tujuan kognitif dapat digunakan untuk hal-hal yang menyangkut kemampuan mengenal kembali dan kemampuan memberikan rangsangan berupa gerak yang serasi. Umpamanya, pengamatan terhadap kecepatan relatif suatu objek atau benda yang bergerak, penyimpangan dalam gerak interaksi antara objek dan benda. Mengajarkan pengenalan makna sebuah konsep, seperti konsep jujur, sabar, demokrasi, dan lain-lain. (Anderson dalam Munadi, 2013: 127-128).

Agar media video dapat semakin maksimal membantu siswa dalam memahami suatu proses pembelajaran, maka pemilihan video hendaknya berkaitan dengan kehidupan sehari hari siswa dalam masyarakat. Dengan menggunakan media video kehidupan masyarakat, siswa tidak hanya akan menjadi peserta yang pasif yang hanya menerima materi dari video, tetapi lebih dalam membantu siswa dalam menyerap pelajaran sehingga proses pembelajaran menjadi lebih kontekstual. Video kehidupan masyarakat juga bermanfaat dalam proses pembelajaran karena siswa

(4)

4 dihadapkan pada video tentang kehidupannya sehari hari dalam masyarakat, sehingga pembelajran siswa lebih terasa nyata.

Berdasarkan uraian diatas, dipandang perlu melaksanakan penelitian mengenaideskripsi hasil belajar IPS pada siswa kelas V tahun pelajaran 2016/2017 di SD gugus VI Kecamatan Tegallalang, Kabupaten Gianyar yang belajar menggunakan model pembelajaran word square berbantuan media video, deskripsi hasil belajar IPS pada siswa kelas V tahun pelajaran 2016/2017 di SD gugus VI Kecamatan Tegallalang, Kabupaten Gianyar yang belajar dengan tidak menggunakan model pembelajaran word square berbantuan media video, serta adakah perbedaan terhadap hasil belajar IPS yang signifikan antara siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran

word square berbantuan media video dan siswa yang belajar dengan tidak menggunakan model pembelajaran word square berbantuan media video pada siswa kelas V di SD Gugus VI Kecamatan Tegallalang, Kabupaten Gianyar tahun pelajaran 2016/2017?.

Tujuan penelitian ini adalah Untuk mengetahui deskripsi hasil belajar IPS pada siswa kelas V tahun pelajaran 2016/2017 di SD gugus VI Kecamatan Tegallalang, Kabupaten Gianyar yang belajar menggunakan model pembelajaran word square berbantuan media video, deskripsi hasil belajar IPS pada siswa kelas V tahun pelajaran 2016/2017 di SD gugus VI Kecamatan Tegallalang, Kabupaten Gianyar yang belajar dengan bukan menggunakan model pembelajaran word square

berbantuan media video, serta mengetahui perbedaan terhadap hasil belajar IPS yang signifikan antara siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran word square berbantuan media video dan siswa yang belajar dengan tidak menggunakan model pembelajaran word square berbantuan media video pada siswa kelas V di SD Gugus VI Kecamatan Tegallalang, Kabupaten Gianyar tahun pelajaran 2016/2017.

METODE

Tempat pelaksanaan penelitian ini adalah di Gugus VI Kecamatan Tegallalang.Kegiatan penelitian ini dilaksanakan pada semester II, tahun pelajaran 2016/2017.Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimen. Penelitian eksperimen merupakan penelitian yang bertujuan untuk menguji keefektifan suatu teori/konsep/model dengan cara menerapkan (treatment) pada satu kelompok subjek penelitian dengan menggunakan kelompok pembanding yang biasa disebut kelompok kontrol (Agung, 2011). Dalam penelitian ini unit eksperimennya berupa kelas, sehingga penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen semu (Quasi Eksperiment). Dalam penelitian ini subyek penelitian diberikan perlakuan dengan di terapkannya pembelajaran dengan model pembelajaran word square

berbantuan media video dan pembelajaran dengan bukan model pembelajaran word square berbantuan media video terhadap hasil belajar IPS.

Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

post-test only control group design.Rancangan penelitiannya dapat digambarkan sebagai berikut:

KE X O1

KK – O2

Gambar 1. post-test only control group design

(Dimodifikasi dari Dantes, 2012) Keterangan:

KE = Kelas Eksperimen KK = Kelas Kontrol

X = Treatment terhadap kelompok eksperimen (model

pembelajaran word square

berbantuan media video) – = Treatment terhadap kelompok

kontrol (bukan model pembelajaran square

berbantuan media video) O1 = post-test terhadap kelompok

eksperimen

O2 = post-test terhadap kelompok kontrol

(5)

5 Populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin, hasil menghitung maupun pengukuran, kuantitatif maupun kualitatif daripada karakteristik tertentu mengenai sekumpulan objek yang lengkap dan jelas Sudjana (dalam Agung, 2005). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V di Gugus VI Kecamatan Tegallalang Kabupaten Gianyar pada tahun pelajaran 2016/2017. Gugus ini terdiri dari empat sekolah, sehingga terdapat empat kelas dengan jumlah seluruh siswanya sebanyak 87 orang.

Dalam pemilihan sampel untuk kelompok kontrol dan kelompok eksperimen, digunakan teknik Random Sampling. Agung (2011:48) menyatakan “teknik random sampling adalah teknik pengambilan sampel dimana semua individu dalam populasi baik secara sendiri-sendiri atau bersama-sama diberi kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi anggota sampel. Sampel yang dirandom dalam penelitian ini adalah kelas. Tehnik random ini dilakukan dengan cara undian. Keempat SD yang ada di Gugus V Kecamatan Tegallang yang telah dinyatakan setara diundi untuk diambil dua kelas yang akan dijadikan sampel penelitian.

Kedua SD tersebut diundi kembali untuk menentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol. Hasil dari pengundian tersebut yaitu SD Negeri 2 Keliki sebagai kelas eksperimen dan SD Negeri 2 Tegallalang sebagai kelas kontrol. Kelas eksperimen diberikan perlakuan pembelajaran dengan model pembelajaran word square berbantuan media video dan kelas kontrol diberikan perlakuan pembelajaran dengan bukan model pembelajaran word square

berbantuan media video.

Penelitian eksperimen memiliki dua jenis validitas yakni validitas internal dan validitas eksternal.Validitas internal merupakan validitas yang menunjukkan apabila variabel terikat/tergantung benar-benar merupakan akibat atau efek dari variabel bebas yang dimanipulasikan (Sanjaya, 2014:96). Menurut Setyosari (2015: 203) menyatakan bahwa “segala

sesuatu yang mempengaruhi kontrol atau kendali desain ini menjadi persoalan validitas internal”.

Menurut Setyosari (2015), cara yang tepat untuk menentukan validitas internal adalah dengan cara mengidentifikasi dan mengesampingkan sebanyak mungkin perlakuan terhadap validitas internal. Adapun faktor-faktor yang termasuk ke dalam validitas internal diantaranya faktor sejarah, faktor bias seleksi, faktor kematangan atau maturasi, pengujian sebelumnya/pre-testing, faktor instrumentasi, regresi statistik, faktor mortalitas, faktor stabilitas, faktor harapan, dan faktor seleksi yang berbeda.

Faktor yang menjadi ancaman dalam penelitian ini adalah faktor mortalitas. Dalam proses penelitian eksperimen terdapat siswa yang tidak dapat mengikuti penelitian di tengah jalan karena berbagai kendala. Diantaranya adalah pengurangan anggota dalam kelompok eksperimen, kontrol, atau keduanya saat eksperimen berlangsung. Bila komposisi kelompok menjadi sulit, karena mereka yang keluar dari eksperimen mungkin mengacaukan hasil.

Menurut Sanjaya (2015), beberapa ancaman yang berkaitan dengan validitas eksternal ini meliputi: efek seleksi dengan sampel, kontaminasi, efek pelaksanaan

pre-test, interpensi terhadap perlakuan, efek prosedur eksperimen. Adapun faktor yang menjadi ancaman dalam penelitian ini adalah efek seleksi terhadap sampel dan efek prosedur eksperimen.

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data hasil belajar IPS siswa kelas V di kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dengan menggunakan tes. Metode tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah cara memperoleh data berbentuk suatu tugas yang dilakukan atau dikerjakan oleh seseorang atau kelompok yang dites (testee) dan menghasilkan suatu data berupa skor (interval). Tes dilakukan pada akhir pembelajaran yang bertujuan untuk mengukur kemampuan siswa.

Tes yang digunakan untuk mengumpulkan data tentang hasil belajar adalah tes pilihan ganda.Tes adalah

(6)

6 “suatu pengukuran yang bersifat objektif mengenai tingkah laku seseorang, sehingga tingkah laku tersebut dapat digambarkan dengan bantuan angka, skala atau dengan sistem kategori” (Yusuf 2015:93). Sedangkan menurut Suharsimi (2015:67) Tes adalah “alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan”. Dalam penelitian ini digunkan tes pilihan ganda berjumlah 40 butir soal. Soal-soal tersebut terlebih dahulu akan diujicobakan. Hal ini dimaksudkan untuk memperoleh gambaran mengenai kelayakan tes tersebut dipergunakan sebagai instrumen penelitian. Hasil uji coba dianalisis untuk mengetahui tingkat validitas, reliabilitas tes, tingkat kesukaran dan daya beda tes. Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan statistik deskriptif dan statistik inferensial.Teknik analisis deskriptif yang digunakan adalah rata-rata (M), median (Md), modus (Mo), standar deviasi (SD) dan varians (s2).Uji

prasyarat juga sangat penting untuk mengetahui apakah analisis data untuk pengujian hipotesis dapat dilanjutkan atau tidak. Uji prasyarat analisis meliputi uji normalitas sebaran data dan uji homogenitas varians. Karena n1= n2 dan hasil perhitungan varians menyatakan homogen, maka dalam pengujian hipotesis digunakan rumus separated varians, dengan db = (n1 + n2) – 2 dan kriteria tolak H0 jika thit> ttab dan terima H0 jika thit> ttab.

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

Analisis deskriptif dilakukan untuk mengetahui tinggi rendahnya kualitas dari hasil belajar siswa, baik yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran word square berbantuan media video maupun yang dibelajarkan dengan bukan model pembelajaran word square berbantuan media video. Rekapitulasi perhitungan skor hasil belajar IPS siswa tersedia pada Tabel 1.

Tabel 1. Rekapitulasi Perhitungan Skor Hasil Belajar IPS Siswa Data

Statistik

Hasil Belajar IPS

Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol

Mean 32,26 27,71 Median 32,27 27,15 Modus 33,13 26,78 Varians 12,47 18,21 Standar Deviasi 3,53 4,26 Skor minimum 22 20 Skor maksimum 38 35 Rentangan 16 15

Bedasarkan tabel di atas dapat dideskripsikan mean (M), median (Md),

modus (Mo), varians, dan standar deviasi (s) dari data hasil belajar IPS kelompok eksperimen, yaitu: mean (M) = 32,26,

median (Md) = 32,27, modus (Mo) = 33,13, varians (s2) = 12,47, dan standar deviasi (s) = 3,53. Pada kelompok eksperimen diketahui bahwa modus lebih besar dari median dan median lebih besar dari mean (Mo > Md > M), sehingga kurva yang terbentuk adalah adalah kurva

juling negatif yang artinya skor

cenderung tinggi. Kecenderungan skor ini dapat dibuktikan dengan melihat frekuensi relatif. Rata-rata hasil belajar IPS kelompok eksperimen berada pada interval 31 – 33 dengan frekuensi absolut 11. Hal ini menunjukkan bahwa sebanyak 31,43% siswa memperoleh skor di sekitar rata-rata, sebanyak 42,86% siswa memperoleh skor di atas rata-rata, dan sebanyak 25,71% siswa memperoleh skor di bawah rata-rata. Grafik data hasil belajar eksperimen dapat dilihat pada Gambar 2.

(7)

7 Gambar 2. Grafik Data Hasil Belajar

Kelompok Eksperimen

Sedangkan pada kelompok kontrol dapat dideskripsikan mean (M), median

(Md), modus (Mo), varians (s2), dan standar deviasi (s) dari data hasil belajar IPS kelompok kontrol, yaitu: mean (M) = 21,16, median (Md) = 20,75 modus (Mo) = 19,64, varians (s2) = 15,94, dan standar deviasi (s) = 4,0. Data hasil belajar kelompok kontrol dapat disajikan ke dalam grafik data hasil belajar kelompok kontrol

Gambar 3. Grafik Data Hasil Belajar Kelompok Kontrol

Berdasarkan grafik polygon di atas, maka dapat diketahui modus lebih kecil dari median dan median lebih kecil dari mean (Mo < Md < M), sehingga kurva di atas adalah kurva juling negatif yang artinya skor cenderung tinggi. Kecenderungan skor ini dapat dibuktikan dengan melihat frekuensi relatif. Rata-rata hasil belajar IPS kelompok kontrol berada pada interval 26 - 28 dengan frekuensi absolut 9. Hal ini menunjukkan bahwa sebanyak 29,03% siswa memperoleh skor

di sekitar rata-rata, sebanyak 38,71% siswa memperoleh skor di atas rata-rata, dan sebanyak 32,26% siswa memperoleh skor di bawah rata-rata.

Dengan kata lain, model pembelajaran word square berbantuan media video memiliki rata-rata hasil belajar yang lebih tinggi dibandingkan yang dibelajarkan dengan bukan model pembelajaran word square berbantuan media video Sebelum melakukan uji hipotesis maka harus dilakukan beberapa uji prasyarat, uji prasyarat analisis meliputi uji normalitas dan uji homogentias varians.

Uji normalitas sebaran data dilakuan terhadap data hasil belajar kelompok eksperimen dan kontrol. Normalitas sebaran data diuji dengan menggunakan rumus Chi-Square (

χ

2 ) dengan kriteria pengujian data berdistribusi normal jika

χ

2hitung<

χ

2

tabel pada taraf signifikansi 5% dan derajat kekebasan dk=(jumlah kelas - parameter - 1). Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan rumus chi-kuadrat, diperoleh

χ

2hitung hasil belajar kelompok

eksperimen adalah 3,81 dan

χ

2tabel



7,815. Hal ini berarti,

χ

2hitung hasil belajar

kelompok eksperimen lebih kecil dari

χ

2

tabel

(

χ

2hitung



χ

2

tabel

), sehingga data hasil belajar kelompok eksperimen berdistribusi normal. Sedangkan,

hitung hasil belajar kelompok kontrol adalah 1,87 dan

χ

2tabel adalah 7,815. Hal ini berarti,

χ

2

hitung hasil belajar kelompok kontrol lebih

kecil dari

χ

2tabel (

χ

2hitung



χ

2

tabel

), sehingga data hasil belajar kelompok kontrol berdistribusi normal.

Setelah melakukan uji normalitas, maka dilanjutkan dengan uji homogenitas. Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah data dari kedua kelompok homogen atau tidak. Uji homogenitas dihitung dengan cara membagi varians terbesar dengan varians terkecil. Data dinyatakan homogen apabila Fhitung < Ftabel dengan taraf

signifikansi 5%. Berdasarkan hasil uji F diperoleh Fhitung sebesar 1,4 sedangkan

(8)

8 34, pada taraf signifikansi 5% adalah 1,79. Hal ini berarti Fhitung lebih kecil dari Ftabel

(1,4<1,79) sehingga dapat dinyatakan bahwa varians data hasil post-test

kelompok eksperimen dan kontrol adalah

homogen.

Setelah melakukan analisis deskripsi dan uji prasyarat, maka dilanjutkan dengan melakukan uji hipotesis. Hipotesis penelitian yang diuji adalah Terdapat perbedaan hasil belajar IPS yang signifikan antara siswa yang belajar dengan menggunakan model pembelajaran word square berbantuan media video dengan siswa yang belajar

dengan bukan model pembelajaran word square berbantuan media video pada siswa kelas V SD di Gugus VI Kecamatan Tegallang Kabupaten Gianyar semester genap tahun pelajaran 2016/2017.

Karena n1 ≠ n2 dan hasil perhitungan varians menyatakan homogen, maka dalam pengujian digunakan rumus polled varians, dengan db = (n1 + n2)- 2 dan kriteria tolak H0 jika thit> ttab dan terima H0 jika thit< ttab. Rangkuman hasil perhitungan uji-t antar kelompok eksperimen dan kontrol Dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Rangkuman Hasil Perhitungan Uji-t

Data Kelompok N X s2 thit ttab (t.s. 5%)

Hasil Belajar

Eksperimen 35 32,29 12,47

4,73 1,997 Kontrol 31 27,71 18,21

Berdasarkan tabel hasil perhitungan uji-t di atas, diperoleh thit sebesar 4,73 sedangkan, ttab dengan db = (35+31) - 2 dan taraf signifikansi 5% adalah 1,997. Hal ini berarti, thit lebih besar dari ttab (thit > ttab), sehingga H0 ditolak dan H1 diterima. Dengan demikian, dapat diinterpretasikan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran word square berbantuan media video dengan siswa yang belajar dengan bukan model pembelajaran word square berbantuan media video di Gugus VI Kecamatan Tegallalang, Kabupaten Gianyar.

Pembahasan

Berdasarkan deskripsi data hasil penelitian, kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran word square berbantuan media video memiliki hasil belajar yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan bukan model pembelajaran word square. Tinjauan ini didasarkan pada rata-rata skor hasil belajar siswa. Rata-rata skor hasil belajar siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran word square

berbantuan media video adalah 32,26 dan rata-rata skor hasil belajar siswa yang mengikuti pembelajaran dengan bukan model pembelajaran word square adalah 27,71.

Berdasarkan analisis data menggunakan uji-t, diketahui thit = 4,73 dan ttab (db=(35+31)-2 dan taraf signifikansi 5%) adalah 1,997. Hasil perhitungan tersebut menunjukkan bahwa thit lebih besar dari ttab (thit> ttab), sehingga hasil penelitian adalah signifikan. Hal ini berarti, terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPS antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran word square

berbantuan media video dan siswa yang mengikuti pembelajaran dengan bukan model pembelajaran word square

berbantuan media video.

Perbedaan yang signifikan antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran word square

berbantuan media video dan siswa yang mengikuti pembelajaran dengan bukan model pembelajaran word square

berbantuan media video disebabkan karena perbedaan perlakuan pada langkah-langkah pembelajaran dan proses penyampaian materi. merupakan kombinasi antara belajar secara kooperatif dengan belajar secara individu. Siswa

(9)

9 tetap dikelompokkan, tetapi siswa belajar sesuai dengan kemampuan dan kecepatan masing-masing dengan mengerti dan memahami semua materi yang diberikan serta melatih sikap teliti dan ketepatan siswa dalam menjawab soal. Masing-masing anggota kelompok saling membantu dan mengecek, sehingga kesulitan yang dialami siswa dapat dipecahkan bersama dengan anggota kelompok serta bimbingan guru.

Langkah pertama pada model pembelajaran word square yaitu membuat kotak-kotak word square sesuai dengan keperluan. Pada langkah ini guru menyiapkan jawaban-jawaban dari pertanyaan yang dibuat berdasarkan video yang disimak. Pada langkah ini siswa menjadi lebih teliti dan kritis dalam memecahkan masalah yang diberikan oleh guru.Temuan ini sejalan dengan kurniasih (2015) yang menyatakan bahwa model pembelajaran word square dapat melatih siswa untuk bersikap teliti dan kritis dalam mencari kata yang tersedia pada kotak.

Langkah kedua menyampaikan materi menggunakan media video. Pada saat penyampaian materi, guru lebih mengarahkan siswa untuk menyimak sendiri materi yang diberikan dengan demikian pembelajaran menjadi lebih efisien dan siswa lebih antusias dalam belajar. Langkah ketiga adalah membagikan lembar kegiatan sesuai dengan contoh. Lembar kegiatan yang dibagikan bertujuan untuk mengarahkan siswa agar lebih mengerti dan aktif terhadap kegiatan pembelajaran. hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh kurniasari (2012) menyatakan Proses pembelajaran dengan menggunakan model word square dapat mendorong pemahaman siswa terhadap materi pelajaran, menciptakan suasana yang menyenangkan karena pembelajaran berupa permainan.

Langkah keempat adalah siswa diminta untuk menjawab soal dan mengarsir huruf dalam kotak sesuai jawaban. Pada langkah ini siswa diarahkan untuk berdiskusi dengan teman kelompoknya dan mencari jawaban dari

setiap pertanyaan yang diberikan.Dengan demikian dapat melatih kerjasama dan kejelian siswa dalam memecahkan masalah secara bersama-sama.

Langkah kelima adalah memberikan poin pada setiap jawaban dalam kotak. Pada langkah ini siswa lebih termotivasi lagi untuk mendapatkan hasil yang jauh lebih baik lagi, sehingga dengan menerapkan model pembelajaran word square jauh termotivasi dalam mengikuti kegiatan pembelajaran di kelas.

Kelima tahapan pembelajaran

word square tersebut mampu membantu siswa dalam memecahkan masalah yang ada dengan cermat, teliti dan mengefisienkan waktu yang ada. Hal ini menjadikan siswa lebih teliti dan tepat dalam menjawab setiap permasalahan yang mereka teliti, sehingga memberikan pengaruh positif terhadap hasil belajar IPS.

Pada pembelajaran IPS yang dilakukan dalam kelas, dapat diamati pada pembelajaran word square

berbantuan media video seluruh rangkaian kegiatan pembelajaran yang berlangsung secara efektif. Penerapan pembelajaran word square berbantuan media video, dapat mengurangi dominasi guru, tetapi tidak sepenuhnya membatasi peran guru sebagai fasilitator. Dalam pembelajaran ini, siswa bersikap teliti dalam segala kegiatan kegiatan yang telah mereka lakukan sehingga berpengaruh positif terhadap peningkatan hasil belajar IPS. Peranan penggunaan media video pada proses pembelajaran juga berpengaruh terhadap proses pembelajaran siswa. Kemampuan video dalam memvisualisasikan materi terutama efektif untuk membantu menyampaikan materi yang bersifat dinamis. Materi yang memerlukan visualisasi yang mendemonstrasikan hal-hal seperti gerakan motorik tertentu, ekspresi wajah, maupun suasana lingkungan tertentu adalah paling baik disajikan melalui pemanfaatan media video. Misalnya tentang ilustrasi perlawanan bangsa indonesia terhadap penjajah pada masa penjajahan. Penggunaan media video dalam pembelajaran didukung oleh

(10)

10 pendapat Anderson (dalam Munadi, 2013: 127-128) yang menyatakan bahwa Pemakaian video untuk tujuan kognitif dapat digunakan untuk hal-hal yang menyangkut kemampuan mengenal kembali dan kemampuan memberikan rangsangan berupa gerak yang serasi.

Hal inilah yang menjadi keunggulan dari model pembelajaran

word square berbantuan media video dibandingkan dengan pembelajaran yang diterapkan oleh guru sehari-hari. Dapat dilihat dari pengamatan penulis pada saat penelitian di kelas. Pembelajaran yang diterapkan lebih berpusat pada guru (teacher centered). Dengan kata lain, guru adalah penentu jalannya proses pembelajaran. Hal ini membuat siswa lebih banyak belajar IPS secara prosedural. Siswa berperan sebagai pendengar yang pasif dan mengerjakan apa yang disuruh guru serta melakukannya sesuai dengan yang dicontohkan. Guru dalam menyampaikan materi pelajaran lebih banyak menggunakan metode ceramah sehingga menyebabkan pembelajaran menjadi bersifat teoritis dan abstrak. Selain metode ceramah, guru juga menerapkan metode tanya jawab dan penugasan yang berlangsung terus menerus. Penerapan metode tanya jawab yang dilakukan oleh guru tidak banyak memberikan kesempatan kepada siswa untuk melaksanakan tanya jawab multi arah (guru-siswa, siswa-siswa, dan siswa-guru) sehingga siswa tidak mengembangkan kemampuannya dalam mengemukakkan pendapat.

Perbedaan cara pembelajaran antara pembelajaran dengan model pembelajaran word square berbantuan media video dan pembelajaran dengan bukan model pembelajaran word squareberbantuan media video tentunya akan memberikan dampak yang berbeda pula terhadap hasil belajar siswa.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil dari beberapa penelitian tentang penerapan model pembelajaran word square. Swapranata (2016) melakukan penelitian tindakan kelas mengenai penerapan model pembelajaran word

squarepada siswa kelas V D di SD Negeri 1 Tista. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran

word square dalam pembelajaran IPA mampu meningkatkan hasil belajar siswa. Kurniasari (2012) melakukan penelitian tentang pengaruh model pembelajaran

word square pada siswa kelas IV SD semester genap di Gugus IV Kecamatan Tegallalang tahun ajaran 2012/2013. Dalam penelitiannya diperoleh bahwa model pembelajaran word square telah memberikan kontribusi yang signifikan terhadap hasil belajar IPS siswa.

Dengan demikian, hasil belajar IPS siswa yang diajar dengan model pembelajaran word square berbantuan media video akan lebih baik dibandingkan dengan siswa yang diajar dengan bukan model pembelajaran word square

berbantuan media video.

PENUTUP

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis dan analisis hipotesis serta pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar IPS yang signifikan antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran word square berbantuan media video dan siswa yang mengikuti pembelajaran dengan bukan model pembelajaran word square berbantuan media video

Dari rata-rata (

X

) hitung, diketahui X kelompok eksperimen adalah 33,23 dan X kelompok kontrol adalah 27,71. Hal ini berarti, X eksperimen >X kontrol. Berdasarkan hasil temuan tersebut, dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran word square berbantuan media video berpengaruh terhadap hasil belajar IPS siswa kelas V di Gugus VI Kecamatan Tegallalang, Kabupaten Gianyar

Saran yang dapat disampaikan berdasarkan penelitian yang telah dilakukan antara lain: 1) Siswa di sekolah dasar agar lebih aktif dalam mengikuti pembelajaran dan terus mengembangkan pemahamannya dengan membangun sendiri pengetahuan tersebut melalui

(11)

11 pengamatan secara langsung, 2) Guru di sekolah dasar agar lebih berinovasi dalam pembelajaran dengan menerapkan suatu model pembelajaran yang inovatif dan didukung media pembelajaran yang relevan, 3) Sekolah yang mengalami permasalahan rendahnya hasil belajar IPS, disarankan untuk mengimplementasikan model pembelajaran word square berbantuan media video dalam pembelajaran di sekolah tersebut, dan 4) Peneliti yang berminat untuk mengadakan penelitian lebih lanjut tentang model pembelajaran

word square berbantuan media video dalam bidang ilmu IPS maupun bidang ilmu lainnya yang sesuai agar memperhatikan kendala-kendala yang dialami dalam penelitian ini sebagai bahan pertimbangan untuk perbaikan dan penyempurnaan penelitian yang akan dilaksanakan.

DAFTAR RUJUKAN

Agung, A.A Gede.

2011

Penelitian

Konvensional

(Ex

Post

Facto/Survei dan Eksperimental

.).

Makalah disajikan dalam Seminar

dan Pelatihan tentang Penelitian

Ex

Post Facto

dan Eksperimental.

Jurusan Pendidikan Guru Sekolah

Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan,

Universitas Pendidikan Ganesha.

Singaraja 14 April 2011.

Arikunto, Suharsimi. 2015.

Dasar-dasar

Evaluasi

Pendidikan

. Jakarta: Bumi

Aksara.

Dantes, Nyoman. 2012. Metode Penelitian. Yogyakarta: Andi Offset.

Daryanto. 2013. Media Pembelejaran Peranannya Sangat Penting dalam Mencapai Tujuan Pembelajaran. Yogyakarta: Gava Media.

Indrawati, dan Wanwan Setiawan. 2009.

Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan untuk Guru SD. Jakarta: Pusat

Pengembangan dan

Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Ilmu Pengetahuan Alam.

Kurniasari, Ni Pd Diah. 2013. Pengaruh Model Pembelajaran Word Square Berbantuan Media Gambar terhadap Hasil Belajar IPS Siswa Kelas IV SD Gugus V Kecamatan Tegallalang. e-Journal (tidak diterbitkan). Sinagaraja: Universitas Pendidikan Ganesha. Kurniasih, Imas & Berlin Sani. 2015.

Ragam Pengembangan Model Pembelajaran Untuk Meningkatkan Profesionalitas Guru. Jakarta: Kata Pena.

Munadi, Yudhi. 2013. Media Pembelajaran Sebuah Pendekatan Baru. Jakarta: GP Press Group

Lestari, Kd. Tia. 2013.

Pengaruh Model

Pembelajaran

Word

Square

terhadap Hasil Belajar IPS Kelas

III

SD.

e-Journal

(

tidak

diterbitkan).

Sinagaraja:

Universitas Pendidikan Ganesha.

Sanjaya, Wina. 2014. Penelitian Pendidikan. Jakarta:Prenada Media Group

Setyosari, Punaji. 2015. Metode Penelitian & Pendidikan Pengembangannya. Jakarta: Prenadamedia

Susanto, Ahmad. 2013.

Teori Belajar dan

&

Pembelajaran

di Sekolaah

Dasar.

Jakarta: Kencana Prenada

Media Group.

Swapranata, AA Ngurah Agung. 2016.

Penerapan Model Pembelajaran Word Square untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V Semester Genap. e-Journal

(diterbitkan). Sinagaraja: Universitas Pendidikan Ganesha.

(12)

12 Yusuf, Muri. 2015. Asesmen dan Evaluasi

Pendidikan. Jakarta:

Gambar

Tabel 1. Rekapitulasi Perhitungan Skor Hasil Belajar IPS Siswa  Data
Gambar  3.  Grafik  Data  Hasil  Belajar  Kelompok Kontrol

Referensi

Dokumen terkait

Karena berdasarkan dalam kehidupan nyata Pocari Sweat lebih banyak digemari dan difavoritkan sebagai minuman pengganti cairan tubuh daripada minuman isotonik

Untuk membedakan penelitian yang berjudul Teknik Persuasi dan Gaya Bahasa Berdasarkan Struktur Kalimat pada Slogan Iklan dalam Aplikasi Belanja di Google Play

Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa:(1) Pola Interaksi pada Orang Tua Beda Agama di Dusun Trenceng, Desa Mrican, Jenangan, Ponorogo dapat disimpulkan

ada lima puluh ruangan, sepuluh ruangan dalam kondisi baik. dan empat puluh ruangan lain dalam

[r]

Kapal ikan ini akan mengolah hasil tangkapan ikan kurisi yang diperoleh dari para nelayan di atas kapal dengan hasil akhir tepung ikan yang dikemas pada

Instrumensoal penguasaan konsep yang telah di- judgement oleh dosen ahli kemudian direvisi dan dilakukan uji coba pada kelas lain yang bukan kelas penelitian,

Sebagai content provider, pada tanggal 30 Agustus 2011 Kompas TV melakukan siaran percobaan dengan kerjasama dengan stasiun TV lokal Ktv atau PT Komando Media Televisi