• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 3 Desain dan Implementasi Purwarupa Sistem Informasi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 3 Desain dan Implementasi Purwarupa Sistem Informasi"

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 3

Desain dan Implementasi Purwarupa Sistem Informasi

Pada bab ini akan diuraikan tahapan yang dilakukan dalam desain dan implementasi purwarupa aplikasi berupa identifikasi kebutuhan, desain basis data, pembuatan geoDBMS, implementasi tampilan antarmuka purwarupa aplikasi web, dan tahap uji dan implementasi purwarupa aplikasi web.

3.1 Identifikasi Kebutuhan

Identifikasi kebutuhan merupakan dasar dari keberhasilan implementasi aplikasi SIG, dimana identifikasi ini bertujuan untuk mengakomodir permintaan akan kebutuhan dari pihak pengguna. Dalam hal ini, pengguna dibagi menjadi beberapa bagian yaitu Biro Sarana Prasarana Sub Biro Rumah Tangga (BRT), PLN-ITB, dan Unit Pemakai berupa Program studi dan Unit kerja yang berada di dalam lingkungan kampus ITB.

3.1.1 Kebutuhan Pengguna

Untuk mendapatkan gambaran mengenai keadaan jaringan distribusi listrik kampus ITB serta kebutuhan yang diinginkan maka dilakukan satu tahapan wawancara serta kajian dari beberapa pihak yang terkait dalam kelistrikan kampus serta memiliki informasi yang mendukung dibangunnya sistem informasi jaringan listrik ini. Berikut beberapa pihak yang terkait ialah:

1. Biro Sarana Prasarana Sub Bagian Rumah Tangga (BRT) ITB sebagai unit yang mengelola fasilitas utilitas kampus terutama dalam kaitannya dengan

kegiatan kelistrikan kampus ITB.

2. PLN-ITB sebagai pihak yang berkompeten dalam hal operasional kelistrikan kampus ITB.

3. KK-INSIG dan KK-SURKAD prodi Teknik Geodesi dan Geomatika sebagai pihak yang memiliki data spasial kampus ITB dalam format digital.

(2)

Dari hasil wawancara dengan pihak terkait diatas, diperoleh beberapa harapan dengan dibentuknya sistem informasi jaringan listrik diantaranya yaitu :

1. Adanya suatu sistem informasi yang menggambarkan tentang distribusi jaringan listrik kampus.

2. Adanya sistem informasi untuk memonitor pemakaian daya listrik di kampus. 3. Merpermudah pengelola dalam hal operasional sistem kelistrikan, terutama apabila terjadi gangguan ataupun kerusakan dari jaringan listrik Kampus ITB.

4. Merpermudah dalam penggantian dan pembuatan jaringan baru yang lebih efektif sebagai tindak lanjut dibangunnya beberapa bangunan baru di lingkungan Kampus ITB.

Berikut ini data yang diperoleh, antara lain :

1. Peta utilitas jaringan listrik kampus yang berisi tentang informasi letak dan posisi dari masing masing elemen jaringan listrik, berupa peta hard copy. 2. Informasi data atribut fasilitas gardu listrik Kampus ITB didapat melalui

survey lapangan.

3. Diagram konfigurasi ring sistem TM 20 KV- ITB.

4. Peta digital kampus ITB dalam format CAD (*.dwg) edisi 2006 metode surveying dan format shapefile (shp) edisi 2004 metode foto udara dengan sistem proyeksi UTM dan datum referensi WGS 84.

3.1.2 Kebutuhan Transaksi

Transaksi utama yang diinginkan oleh pihak pengguna antara lain :

1. Menampilkan gambaran seluruh informasi utilitas khususnya distribusi jaringan listrik Kampus ITB.

2. Menampilkan seluruh data atribut fasilitas kelistrikan beserta unsur spasial dalam sebuah sistem informasi berupa peta digital.

3. Memasukkan data kwhmeter baru dalam bentuk spasial dan tekstual sebagai tindak lanjut apabila dibangunnya gedung baru di lingkungan kampus.

(3)

3.2 Perancangan Basis Data

Perancangan basis data merupakan komponen utama dari aktivitas pembuatan aplikasi SIG. Secara umum pengaruh data pada struktur sistem dan kompleksitas prosedur menyebabkan perancangan basis data memiliki pengaruh yang besar terhadap kualitas model SIG [Prahasta, 2001].

Pada kajian ini desain basis data dibagi dalam 3 tahapan sebagai berikut [Syafi’i, 2000 ]:

1. Desain konseptual : Membangun representasi konseptual dari basis data, dimana terdiri atas identifikasi entitas.

2. Desain logikal : Menterjemahkan representasi konseptual ke dalam struktur logikal dari basis data, dimana terdiri atas desain antar hubungan.

3. Desain fisikal : Menampilkan bagaimana struktur logikal menjadi implementasi secara fisik dalam bentuk tabel di sistem manajemen basis data.

Gambar 3.1 Tahapan Desain Basis data

Ada beberapa pertimbangan sebagai bahan kajian dalam merancang model basis data sistem distribusi jaringan listrik ini yaitu:

1. Model basis data yang akan dibangun menggambarkan model basis data jaringan distribusi kelistrikan yang ada di lingkungan kampus ITB.

2. Sistem distribusi yang digunakan pada pemodelan basis data ini ialah sistem tegangan menengah.

(4)

3.2.1 Desain Konseptual

Desain konseptual adalah suatu model yang menampilkan entitas dari elemen data yang mencakup berbagai keperluan pengguna beserta hubungannya satu sama lain. Tujuan dari desain konseptual adalah memperoleh pandangan dari sisi pengguna mengenai SIG yang hendak dibangun. Tahap ini sangat penting bagi pendesain basis data karena harus memahami benar aplikasi yang hendak dibangun.

Dalam tahapan ini dilakukan identifikasi terhadap entitas yang terkait dalam aplikasi SIG jaringan distribusi listrik di lingkungan kampus ITB. Setelah melakukan indentifikasi elemen-elemen dan metoda sistem distribusi jaringan listrik serta indentifikasi informasi topografi yang diperlukan dalam kaitannya dengan pembuatan sistem informasi distribusi jaringan listrik kampus ITB, maka ada beberapa entitas-entitas yang diperlukan dalam membangun model basis data untuk sistem informasi jaringan listrik ini.

Adapun entitas dalam kajian ini dibagi menjadi 2 bagian antara lain: A. Entitas Unsur Kelistrikan

1. Kabel Tanah

Kabel tanah ialah kabel listrik terletak dibawah permukaan tanah yang merupakan media penyaluran arus listrik hingga sampai ke pelanggan.

2. Trafo

Trafo ialah entitas terkait elemen kelistrikan yang berguna mengatur tegangan dari arus listrik.

3. Sub Distribusi Panel (SDP)

SDP ialah entitas terkait elemen kelistrikan yang merupakan rumah saklar bagi masing-masing pelanggan.

4. Kabel Udara

Kabel Udara ialah kabel listrik yang terletak diatas permukaan tanah. 5. Tiang

Tiang ialah entitas yang menopang keberadaan dari setiap kabel udara. 6. Lampu Penerangan (PJU)

(5)

7. Kwh meter

Kwh meter ialah entitas dari elemen kelistrikan yang mencatat jumlah pemakaian daya listrik dari masing-masing pelanggan.

8. Gardu

Gardu ialah entitas yang merupakan rumah atau tempat tersimpannya entitas kelistrikan trafo.

9. Monitoring

Monitoring ialah entitas khusus yang bertujuan menyimpan seluruh record data dari seluruh pemakaian daya listrik dari sebuah kwhmeter yang dimiliki oleh setiap pelanggan.

B. Entitas Spasial Pendukung 1. Zona

Zona ialah lokasi batas adminitrasi yang digunakan unutk memudahkan pembagian daerah administrasi dari masing-masing lokasi baik itu elemen kelistrikan maupun informasi topografi di lingkungan Kampus ITB.

2. Gedung

Gedung ialah entitas terkait dengan informasi topografi yang menggambarkan persil letak lokasi dari entitas pelanggan.

3. Jalan

Jalan ialah entitas spasial terkait informasi topografi yang menggambarkan posisi serta acuan letak dari elemen kelistrikan kabeltanah, Lampu PJU, serta kabeludara.

4. Bench Mark (BM)

Bench mark ialah entitas terkait informasi topografi yang bertujuan sebagai georeference berupa titik ikat baik itu elemen kelistrikan dan informasi topografi.

5. Pelanggan

Pelanggan ialah representasi dari pengguna yang digambarkan berupa unit satuan terkecil berupa unit kerja dan gedung labtek yang berada di didalam lingkungan kampus ITB.

(6)

3.2.2 Desain Logikal

Tahap desain logikal merupakan penerjemahan desain konseptual kepada model data berbasis relasi. Adapun tujuan dari desain logikal adalah menyediakan fokus bagi perancang basis data. Model penyimpanan basis data yang digunakan didalam sistem informasi ini adalah model relasional, dimana basis data dipilah kedalam beberapa tabel yang saling berhubungan (relationship). Hal ini penting untuk diketahui pengguna sebab ketika pengguna sedang melakukan transaksi atau updating data maka hal ini akan berpengaruh pada tabel-tabel yang berelasi dengan tabel aktif yang sedang di-update.

Dalam tahapan ini akan ditetapkan ketentuan hubungan antar tabel yang dibangun dari tiap-tiap entitas, seperti bagaimana hubungan dan aturan antar tiap entitas yang ada dalam sistem basis data yang akan dibangun.

Diagram Entity Relationship (ER)

1. Hubungan entitas trafo dengan kabel tanah Enterprise Rules

Setiap trafo terhubung pada kabel tanah, dan setiap kabel tanah dimiliki oleh trafo,sehingga hubungan kedua entitas ini adalah obligatory dengan obligatory. Sebuah trafo dapat memiliki lebih dari satu kabel tanah dan sebuah kabel tanah hanya berada pada sebuah trafo.

Diagram ER

2. Hubungan entitas gardu dengan trafo Enterprise Rules

Setiap gardu pasti memiliki trafo, dan setiap trafo pasti dimiliki oleh setiap gardu, sehingga hubungan kedua entitas ini adalah obligatory dengan obligatory.

(7)

Diagram ER

3. Hubungan entitas tiang dengan kabel udara Enterprise Rules

Setiap kabel udara pasti terhubung pada tiang, dan di setiap tiang pasti terdapat kabel udara, sehingga hubungan kedua entitas ini adalah obligatory dengan obligatory.

Sebuah kabel udara dapat memiliki lebih dari satu tiang dan sebuah tiang bisa terletak lebih dari satu kabel udara.

Diagram ER

Karena derajat hubungan kedua entitas tabel diatas adalah banyak ke banyak maka diperlukan sebuah tabel penghubung yaitu tabel Kabel_Tiang(#id_tiang,

#idkabel)

4. Hubungan entitas gedung dengan zona Enterprise Rules

Setiap gedung pasti memiliki zona, dan di setiap zona pasti dimiliki oleh gedung, sehingga hubungan kedua entitas ini adalah obligatory dengan obligatory.

Setiap zona dapat memiliki banyak gedung dan setiap gedung hanya terletak pada satu zona.

(8)

5. Hubungan entitas jalan dengan zona Enterprise Rules

Setiap jalan pasti memiliki zona, dan di setiap zona pasti dimiliki oleh jalan, sehingga hubungan kedua entitas ini adalah obligatory dengan obligatory.

Setiap zona dapat memiliki banyak jalan dan setiap jalan hanya terletak pada satu zona.

Diagram ER

6. Hubungan entitas benchmark dengan zona Enterprise Rules

Setiap benchmark pasti memiliki zona, dan di setiap zona bisa tidak memilki benchmark, sehingga hubungan kedua entitas ini adalah obligatory dengan non obligatory. Setiap zona dapat memiliki banyak benchmark dan setiap benchmark hanya terletak pada satu zona.

Diagram ER

7. Hubungan entitas gedung dengan pelanggan Enterprise Rules

Setiap pelanggan pasti memiliki gedung, dan di setiap gedung pasti terdapat pelanggan, sehingga hubungan kedua entitas ini adalah obligatory dengan obligatory. Sebuah gedung dapat memiliki lebih dari satu pelanggan dan pelanggan hanya terletak pada satu gedung.

(9)

8. Hubungan entitas gedung dengan SDP Enterprise Rules

Sebuah gedung pasti memiliki sdp dan tidak semua sdp berada pada sebuah gedung,sehingga hubungan kedua entitas ini adalah obligatory dengan non obligatory. Sebuah gedung dapat memiliki beberapa sdp, dan sebuah sdp bisa mensuplai lebih dari sebuah gedung.

Diagram ER

Karena derajat hubungan kedua entitas tabel diatas adalah banyak ke banyak maka diperlukan sebuah tabel penghubung yaitu tabel Gedung_Sdp(#id_gedung,

#id_sdp)

9. Hubungan entitas kabel tanah dengan sdp Enterprise Rules

Setiap kabel tanah pasti terhubung pada sdp, dan di setiap sdp pasti terdapat kabel tanah, sehingga hubungan kedua entitas ini adalah obligatory dengan obligatory. Sebuah sdp dapat memiliki lebih dari satu kabel tanah dan kabel tanah hanya terletak pada satu sdp.

Diagram ER

10. Hubungan entitas kabel tanah dengan lampu Enterprise Rules

Setiap lampu pasti terhubung pada kabel tanah, dan di setiap kabel tanah belum tentu terhubung pada lampu, sehingga hubungan kedua entitas ini adalah obligatory dengan non obligatory. Sebuah lampu dapat memiliki lebih dari satu kabel tanah dan kabel tanah hanya terletak pada satu lampu.

(10)

Diagram ER

11. Hubungan entitas kabel tanah dengan tiang Enterprise Rules

Setiap tiang pasti terhubung kabel tanah, dan di setiap kabel tanah belum tentu terhubung pada tiang, sehingga hubungan kedua entitas ini adalah obligatory dengan non obligatory. Sebuah tiang dapat memiliki lebih dari satu kabel tanah dan kabel tanah hanya terletak pada satu lampu.

Diagram ER

12. Hubungan entitas kabel tanah dengan jalan Enterprise Rules

Setiap kabel tanah pasti memiliki jalan, dan di setiap jalan belum tentu terdapat kabel tanah, sehingga hubungan kedua entitas ini adalah obligatory dengan non obligatory. Sebuah kabel dapat memiliki lebih dari satu jalan dan kabel tanah dapat terletak lebih dari satu jalan.

Diagram ER

Karena derajat hubungan kedua entitas tabel adalah banyak ke banyak maka diperlukan sebuah tabel penghubung yaitu tabel Jalan_Kabel (#id_kabel,#id_jalan).

(11)

13. Hubungan entitas kwhmeter dengan Sdp Enterprise Rules

Setiap sdp pasti memiliki kwhmeter, dan disetiap kwhmeter pasti memiliki sdp sehingga hubungan kedua entitas ini adalah obligatory dengan obligatory. Sebuah kwhmeter dapat memiliki lebih dari satu sdp dan sebuah sdp hanya terletak pada satu kwhmeter.

Diagram ER

14. Hubungan entitas kwhmeter dengan monitoring Enterprise Rules

Setiap kwhmeter pasti terdapat pada monitoring, dan didalam monitoring pasti terdapat kwhmeter, sehingga hubungan kedua entitas ini adalah obligatory dengan obligatory. Dalam monitoring bisa terdapat lebih dari satu kwhmeter dan kwhmeter hanya terletak pada monitoring.

Diagram ER

Keterangan :

Setelah masing-masing hubungan antar tabel entitas terdefinisi, maka akan diperoleh diagram ER yang lengkap dengan derajat hubungannya. Visualisasi diagram ER dapat dilihat pada gambar berikut :

(12)
(13)

Adapun hubungan antar entitas yang terbentuk pada diagram ER desain logikal dalam perancangan basis data ini, disesuaikan dengan informasi yang akan dihasilkan dari sistem informasi utilitas distribusi jaringan listrik kampus ITB. Berikut ini penjelasan dari masing-masing hubungan entitas yang terbentuk dalam diagram ER (Entity Relationship) pada tahap desain logikal :

1. Hubungan antara entitas zona dengan gedung, jalan, dan bm bertujuan untuk mempermudah dalam mengetahui batas administrasi dari lokasi informasi topografi diatas, sehingga keberadaan hubungan ini membantu juga informasi letak lokasi dari entitas-entitas elemen kelistrikan.

2. Hubungan antara entitas kabel tanah dengan trafo, tiang, SDP, dan lampu dikarenakan dalam kenyataannya seluruh entitas diatas selalu terhubung melalui kabel tanah.

3. Hubungan antara entitas tiang dan kabel udara dikarenakan dalam kenyataannya setiap entitas kabel udara selalu terdapat pada suatu tiang.

4. Hubungan antara entitas SDP dengan kwhmeter dikarenakan dalam kenyataannya kwhmeter terhubung langsung dengan SDP.

5. Hubungan antara entitas kwh meter dengan monitoring bertujuan untuk memonitor pemakaian daya listrik.

6. Hubungan antara entitas gardu dengan trafo dikarenakan dalam kenyataannya sebuah gardu pasti memiliki sebuah trafo yang berguna mengatur tegangan daya listrik.

7. Hubungan antara entitas gedung dengan pelanggan dan SDP bertujuan untuk mengetahui posisi dan lokasi dari tiap-tiap pelanggan.

(14)

3.2.3 Desain Fisikal

Desain Fisikal ini bertujuan menetapkan bagaimana model data yang direpresentasikan dalam desain logikal untuk disimpan didalam sistem manajemen basis data. Dari tahapan hubungan antar entitas yang telah ditentukan, maka dihasilkan tabel sebagai berikut :

Daftar Tabel (Tabel Skeleton)

1. Gedung (#id_gedung,nm_gedung,the_geom_gedung,id_zona) 2. Jalan (#id_jalan,nm_jalan,the_geom_jalan,id_zona) 3. Bm(#id_bm,the_geom_bm,id_zona) 4. Gardu(#id_gardu,nm_gardu,jenis_gardu,tgl_pt,tgl_operasi,kp_daya,merk_trafo, the_geom_gardu) 5. Kabeltanah(#id_kabeltanah,jns_kabel,diameter,jns_tegangan,the_geom_kabel,id _trafo,id_sdp) 6. Kabeludara(#id_kabeludara,jns_kabel,diameter,jns_tegangan,the_geom_kabel) 7. Sdp(#id_sdp,the_geom_sdp) 8. Tiang(#id_tiang,jenis_tiang,jenis_tegangan,tglpasang,tglpt,the_geom_tiang) 9. Trafo(#id_trafo,merk_trafo,kapasitas,berat,thn_buat,the_geom_trafo,id_gardu) 10. Lampu(#id_lampu,the_geom_lampu,id_kabel) 11. Zona(#id_zona,nama_zona,the_geom_zona) 12. Kwhmeter(#id_kwhmeter,no_kwh,the_geom_kwhmeter,id_sdp) 13. Pelanggan(#id_pelanggan,nm_pelanggan,id_gedung) 14. Monitoring(#id_monitoring,tanggal,ukuran_catat,op_catat, id_kwhmeter) 15. Kabel_Tiang(#id_kabel,#id_tiang) 16. Kabel_jalan(#id_kabel,#id_jalan) 17. Gedung_sdp(#id_gedung,#id_sdp)

Implementasi dari basis data desain fisikal ini ditampilkan dengan menggunakan SQL DDL (Structure Query Languange Data Definition Language), bentuk implementasinya dapat dilihat dihalaman lampiran A.

(15)

3.3 Pembuatan GeoDBMS

Hasil perancangan basis data spasial (geodatabase) yang telah disusun di atas, kemudian dibuat dalam sebuah sistem manajemen basis data dengan menggunakan perangkat lunak PostgreSQL/ PostGIS versi 8.1 for windows. Secara garis besar proses pembuatan basis data spasial dengan menggunakan PostgreSQL/PostGIS dapat diilustrasikan pada gambar dibawah ini.

Pengumpulan data spasial dan data atribut (*shp) (dibahas pada bab 3.3.1)

Melakukan konversi data ke format SQL (*sql) (dibahas pada bab 3.3.2)

Pembuatan tabel-tabel dan Hubungan relasional antar tabel basisdata

(dibahas pada bab 3.3.3) Input data spasial

(*.sql)

Input data atribut (*.sql)

Gambar 3.3 Tahap pembuatan geoDBMS PostgreSQL/ PostGIS

3.3.1 Pengumpulan data

Data awal yang digunakan berupa data tekstual dalam format hardcopy dan data digital peta kampus dalam format (*dwg / *shp). Data tersebut dipisahkan untuk lebih memudahkan dalam pembuatan basis data di PostgreSQL. Untuk proses transformasi data ke format SQL, pembagian data dipisahkan berdasarkan jenis datanya yaitu data spasial dan data atribut sehingga akan memudahkan dalam proses transformasi ke dalam format basis data PostgreSQL/ PostGIS(*sql).

(16)

Dalam pembuatan sistem informasi ini, data yang digunakan terdiri atas 2 jenis yaitu :

1. Data Digital

Data digital merupakan data dalam bentuk format CAD (dwg) dan Shapefile (shp), dimana data digital ini berisikan data gedung, jalan, zona, benchmark, beserta data pendukung lainnya. Adapun sistem referensi koordinatnya ialah World Geodetic System (WGS) 1984 dengan sistem proyeksi Universal Transverse Mercator (UTM).

2. Data Analog

Data analog merupakan data dalam bentuk hardcopy dan keterangan lainnya sebagai sumber pendukung dalam pembuatan purwarupa aplikasi ini yang didapat melalui sesi wawancara serta survei lapangan, yang berisikan peta jaringan listrik terdiri dari jalur kabel utama tegangan menengah dan tegangan rendah, fasilitas gardu, beserta data pengguna fasilitas kelistrikan.

Adapun Informasi lain yang didapat ketika melakukan survei lapangan yaitu antara lain : data panel distribusi, data kwhmeter, data trafo, data jaringan lampu penerangan jalan umum, beserta seluruh keterangan data atribut yang ditampilkan dalam sistem informasi utilitas jaringan listrik kampus ITB.

(17)

3.3.2 Transformasi ke dalam format SQL

Pada tahapan ini dilakukan penyimpanan data ke dalam format SQL. Secara skematik transformasi data ke dalam format SQL dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 3.4 Tahap konversi data ke dalam format SQL

Gambar 3.4 menguraikan setiap tahapan konversi data awal (*.dwg) sampai disimpan ke dalam format sql, dimana proses dari tahapan ini dilakukan mulai dari konversi file dwg ke dalam format shapefile (shp) dan tahapan konversi data spasial file shapefile ke dalam format sql.

(18)

Tahapan konversi file dwg ke dalam format shp : 1. Editing data drawing (*dwg)

Dalam proses ini dilakukan penggambaran objek yang terkait dalam jaringan listrik dalam bentuk layer yang bertujuan untuk pembuatan basis data. Tahapan yang dilakukan ialah dengan digitasi onscreen diatas peta dasar. Pada proses ini dilakukan juga clean up yang berfungsi untuk membersihkan seluruh objek dari keberpotongan garis sehingga data vektor spasial yang dihasilkan dari seluruh entitas objek telah bersih dan dapat di konversi ke dalam format shp.

Gambar 3.5 Editing data 2. Konversi data spasial

(19)

berubah format filenya ke dalam bentuk shapefile(shp), dengan menggunakan fasilitas eksport yang terdapat pada perangkat lunak Autocad 2004.

Gambar 3.6 Konversi ke dalam format shapefile Tahapan konversi file shp ke dalam format sql :

Setelah seluruh data peta berformat shapefile, langkah berikutnya adalah melakukan transformasi dari format shp ke format sql. Proses ini dilakukan dengan menggunakan aplikasi shp2pgsql yang ada dalam perangkat lunak PostgreSQL/PostGIS, dengan perintah :

shp2pgsql [lokasi file shp] [nama tabel] > [nama file].sql

(20)

3.3.3 Pembuatan Tabel Basis data

Langkah awal yang dilakukan adalah membuat sebuah sistem basis data dengan nama ”kampusitb” menggunakan perintah :

createdb –U [superuser] [nama_database]

Gambar 3.8 Tahap pembuatan tabel basis data 1

Kemudian menerapkan program PostGIS pada basis data tersebut dengan menggunakan perintah :

createlang –U [superuser] plpgsql [nama_database]

Gambar 3.9 Tahap pembuatan tabel basis data 2

Dari dua perintah ini menghasilkan sebuah basis data baru yang didalamnya terdapat fungsi PostGIS.

Untuk proses pembuatan tabel data peta kampus dan jaringan listrik yang telah dijadikan kedalam format sql dilakukan perintah sebagai berikut :

(21)

Gambar 3.10 Tahap pembuatan tabel basis data 3

Untuk entitas (non-spasial) lain berupa tabel yang telah ditetapkan pada proses sebelumnya, proses pembuatan tabel data dapat dilakukan secara langsung pada command prompt dengan menggunakan perintah SQL sebagai berikut :

CREATE TABLE [nama_tabel] [(primary key) INTEGER NOT NULL PRIMARY KEY,(atribut tabel 1),(atribut tabel n) (tipe data)];

INSERT INTO [nama_tabel] [(atribut_1),(atribut_n) VALUES ‘(data_atribut_1)’,’(data_atribut_n)’];

(22)

Setelah semua entitas spasial pendukung pembuatan sistem informasi telah berformat sql dan terdapat dalam basis data, hasil pembuatan seluruh tabelnya dapat dilihat sebagai berikut :

Gambar 3.12 Daftar tabel basis data

Sedangkan untuk pembuatan diagram alir hubungan tabel antar entitas dalam sistem basis data yang dibutuhkan dalam pembangunan sistem informasi pada kajian ini dibuat dengan menggunakan fasilitas perangkat lunak EMS SQL Manager 2005

(23)

3.4 Implementasi Interface Berbasis Web

Tahapan ini terdiri dari beberapa bagian mulai dari lingkungan implementasi, pembuatan desain tampilan, konektifitas setup mapserver sampai dengan tahap akhir implementasi tampilan sistem informasi.

3.4.1 Lingkungan Implementasi

Peralatan yang digunakan dalam pembuatan purwarupa aplikasi web ini berupa perangkat keras dan perangkat lunak dalam tiap tahap proses pembuatannya. Berikut beberapa perangkat keras yang digunakan dalam penelitian ini :

1. Processor : Intel pentium 4 3 GHz 2. Hardisk : 40 GB

3. Monitor : Advance 17" 4. RAM : 512 Mb 5. VGA Card : 128 Mb 6. Lan Card : 10/110

Spesifikasi perangkat keras diatas tergolong cukup untuk membangun purwarupa aplikasi web dan menjalankan semua aplikasi purwarupa untuk pengaksesan visualisasi, dan query model termasuk proses buffering untuk ekstraksi data yang diambil dari basis data pada komputer yang berbeda.

Adapun beberapa perangkat lunak yang digunakan dalam penelitian ini hampir semuanya bersifat free software yang didapatkan dengan men-download pada situs resmi dari pengembang perangkat lunak tersebut, yang antara lain adalah :

1. PostgreSQL/ PostGIS versi 8.1 sebagai database server 2. Paket MapServer UMN MS4W 2.2.3 yang terdiri dari :

a. Apache versi 2.0.58 sebagai web server

b. PHP versi 4.4.2 sebagai bahasa pemrograman web yang menghubungkan web server dan database server

c. Java TM 2 Platform standard edition versi 1.5.0 d. Map Server 4.10.1 CGI MapScript

3. Pmapper versi 2.0 sebagai map browser 4. Internet Explorer sebagai web browser

(24)

3.4.2 Pembuatan Desain Tampilan

Pada tahapan ini dilakukan proses desain tampilan untuk purwarupa antarmuka. Tampilan antarmuka memiliki peranan penting sebagai gerbang interaksi bagi pengguna purwarupa ini. Oleh karena itu konsep user friendly dalam pembuatan tampilan antarmuka ini mutlak diperlukan demi tercapainya tujuan dari isi informasi yang hendak disampaikan.

Tampilan Sistem Informasi ini dibagi menjadi beberapa halaman dimana terdiri dari halaman awal, halaman utilitas, halaman form data tekstual, halaman form monitoring serta halaman tampilan antarmuka. Setiap informasi yang disajikan dari setiap halaman didesain sedemikian rupa sehingga menghasilkan informasi yang saling berkesinambungan dalam menyajikan sistem informasi jaringan distribusi jaringan listrik kampus ITB.

Halaman awal merupakan tampilan awal (cover) dari sistem informasi ini, halaman utilitas berisi tentang pengertian utilitas secara umum, sistem distribusi jaringan listrik serta diagram sistem ring yang dimiliki oleh jaringan listrik kampus ITB. Halaman form data tekstual ialah halaman yang berisi tentang informasi mengenai pemasukan (input) dari data kwhmeter, dimana halaman ini dibuat untuk tujuan bila terdapat penambahan kwhmeter sebagai tindak lanjut dibangunnya beberapa bangunan baru di lingkungan kampus ITB dan halamanan form monitoring berisi informasi untuk memonitoring pemakaian daya listrik kampus ITB. Sedangkan halaman tampilan antarmuka merupakan visualisasi berbasis peta yang berisi seluruh layer entitas dalam sistem informasi beserta fasilitas query data atribut dari masing masing entitas yang ada.

Dalam upaya pencapaian tampilan aplikasi antarmuka informasi jaringan listrik kampus ITB ini penulis menggunakan perangkat lunak untuk desain web Macromedia Dreamweaver, dengan perangkat lunak ini memudahkan penulis dalam hal mengatur layer, form, bahkan pembuatan fungsi dalam bahasa PHP.

(25)

1. Desain Halaman Awal :

Gambar 3.13 Desain halaman awal Layer 1: Berisi judul halaman

Layer 2: Berisi link tiap halaman Layer 3: Berisi sub judul halaman

Layer 4: Berisi gambar gedung di lingkungan itb Layer 5: Berisi nama institusi ruang lingkup penelitian

2. Desain Halaman Antarmuka :

Gambar 3.14 Desain halaman tampilan antarmuka Layer 1 Layer 2 Layer 4 Layer 5 Layer 3 Layer 1 Layer 5 Layer 4 Layer 5 Layer 2

(26)

Layer 1 : Berisi judul halaman

Layer 2 : Berisi tampilan peta, skala tampilan peta, dan fungsi tombol Layer 3 : Berisi informasi entitas

Layer 4 : Berisi peta indeks (referensi)

Layer 5 : Berisi tombol query dan arah utara peta

3. Desain Halaman Form Transaksi Data Tekstual :

Gambar 3.15 Desain halaman form data tekstual

Layer 1 : Berisi tentang pengisian tabel untuk penambahan kwhmeter baru

4. Desain Halaman Form Transaksi Monitoring :

Gambar 3.16 Desain halaman tampilan antarmuka Layer 1 : Berisi tentang form pengisian tabel monitoring Layer 2 : Berisi tentang informasi dari tabel monitoring

Layer 1

Layer 2 Layer 1

(27)

Pada purwarupa aplikasi sistem informasi ini, terdapat beberapa fungsi tombol yang mendukung keberadaan dari visualisasi aplikasi. Adapun beberapa fungsi tombol itu seperti berikut ini:

1. Fungsi standar

Fungsi ini meliputi perbesar, perkecil, refresh, geser (halaman antamuka layer 2). 2. Fungsi analisis

Fungsi ini meliputi identifikasi, pemilihan, pengukuran jarak, mark point, dan pencarian (halaman antamuka layer 2).

3. Fungsi pendukung

Fungsi ini meliputi pengunduhan, dan pencetakan (halaman antamuka layer2). 4. Fungsi editing

Fungsi ini meliputi penambahan (update) khusus untuk entitas kwhmeter dan monitoring saja (halaman form data tekstual dan monitoring layer 1).

3.4.3 Konektifitas Setup MapServer

Penggunaan perangkat lunak MapServer adalah sebagai alat untuk menampilkan peta dalam visualisasi web dalam media internet. Mapserver menggunakan beberapa file dengan berbagai ekstensi sebagai dasar penyusun dalam pembuatan tampilan web. Salah satunya ialah mapfile, dimana ekstensi ini merupakan file konfigurasi untuk tampilan peta yang akan dihasilkan dalam Mapserver. Mapfile terdiri atas beberapa komponen tampilan peta seperti definisi layer, jenis konektifitas dengan DBMS,pengaturan skala dan lainnya.

(28)

Gambar 3.17 menguraikan proses konektifitas mapserver mulai dari sisi klien sebagai browser yang melakukan permintaan dan diterima oleh sisi server, kemudian data spasial dan atribut yang telah tersimpan dalam basis data PostgreSQL/PostGIS, kemudian ditampilkan ke dalam fasilitas yang telah disedikan oleh MapServer. Adapun pengaturan konektifitas ini diatur dalam mapfile (*map), dimana dalam mapfile sendiri terdapat pula berbagai jenis aturan konektifitas dalam menyimpan data yang nantinya akan ditampilkan kembali sebagai hasil permintaan dari sisi browser.

Berikut ini adalah penjelasan konektifitas dari sebuah mapfile: 1. NAME

Merupakan nama tabel yang terdapat pada geodatabase PostgreSQL/PostGIS. 2. TYPE

Merupakan spesifikasi khusus untuk data spasial (the_geom) yang akan ditampilkan oleh MapServer pada tampilan antarmuka web. TYPE ini dapat berupa POINT, LINE, atau POLYGON, tergantung dari data yang terdapat pada geodatabase.

3. DATA

Merupakan pemilihan data mana saja yang akan diproses dan ditampilkan oleh MapServer. Data spasial ini adalah data yang ditampilkan sebagai objek pada antarmuka web sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan pada baris TYPE. 4. CONNECTION

Merupakan sebuah data informasi untuk dapat mengakses basis data dalam PostgreSQL/PostGIS, informasi tersebut adalah:

a. User

Merupakan nama pengguna (user) yang sebelumnya telah terdaftar pada basis data PostgreSQL/PostGIS untuk dapat mengakses, melakukan editing

dan menampilkan data. b. Password

Merupakan kata kunci yang menyertai user dan sebelumnya juga telah terdaftar pada basis data PostgreSQL/PostGIS.

(29)

c. Dbname

Merupakan nama basis data yang akan diakases untuk mendapatkan data tampilan yang diperlukan oleh MapServer.

d. Host

Merupakan alamat komputer tempat basis data tersebut terinstal. Alamat ini diwakilkan oleh IP Address.

5. CONNECTION TYPE

Merupakan penjelasan secara lebih spesifik jenis konektifitas antara basis data dengan MapServer. Untuk pembangunan sistem informasi ini, jenis koneksi yang dilakukan oleh MapServer dengan basis data adalah POSTGIS, karena data spasial yang akan menjadi objek tampilan oleh MapServer berada pada basis data tersebut.

6. METADATA

Baris METADATA merupakan bentuk tampilan data dari basis data PostgreSQL/PostGIS yang akan diakses oleh MapServer dan ditampilkan pada web. Berfungsi menentukan data spesifik tertentu yang dibutuhkan dan disimpan dengan menggunakan parameter sebagai acuan.

Adapun script tampilan konektifitas map file dapat dilihat pada halaman lampiran C.

(30)

3.4.4 Implementasi Tampilan

Berikut adalah hasil implementasi tampilan dari aplikasi web :

(31)
(32)
(33)

Gambar 3.23 Keluaran tampilan halaman form data tekstual

(34)

3.5 Uji Coba Aplikasi Web

Proses pengujian purwarupa aplikasi web sistem informasi utilitas jaringan listrik Kampus ITB ini dilakukan untuk dapat mengetahui kekurangan ataupun kesalahan dari model yang telah dibuat. Untuk pengujian aplikasi dilakukan dengan dua macam cara. Cara pertama adalah dilakukan pengujian secara lokal yakni pengaksesan purwarupa aplikasi dijalankan pada komputer server aplikasi dengan alamat URL http://localhost/ujicoba.php. Sedangkan cara kedua adalah dilakukan pengujian secara non-lokal yakni pengaksesan purwarupa aplikasi pada komputer server dengan menggunakan komputer pengguna dimana terpisah dari komputer server dengan alamat URL http://167.205.98.102/ujicoba.php.

Proses uji coba jalannya program berkaitan dengan stabilitas dari server yang telah digunakan dalam aplikasi sistem ini dan valid tidaknya konektifitas dari perangkat lunak yang digunakan. Parameter berhasilnya pembangunan purwarupa aplikasi web ini dapat dilihat dari berjalannya seluruh purwarupa model sistem informasi spasial kampus dan juga stabilitas dari proses pemodelan dan penampilan atribut. Berikut alur diagram proses uji coba aplikasi

(35)

3.5.1 Aplikasi Fungsi Seleksi Data Atribut

1. Query Pencarian Gedung

Hasil dari Query diatas ialah sebagai berikut :

Gambar 3.26 Keluaran tampilan uji coba query gedung pada menu tampilan antarmuka Dalam bahasa SQL nya query diatas menggunakan perintah sebagai berikut :

SELECT Nama_Gedung

FROM Gedung

(36)

2. Query Pencarian Kabel Tanah

Hasil dari Query diatas ialah sebagai berikut :

Gambar 3.27 Keluaran tampilan uji coba query kabel tanah pada menu tampilan antarmuka Dalam bahasa SQL nya query diatas menggunakan perintah sebagai berikut :

SELECT Id_Kabel

FROM Kabel Tanah

(37)

3.5.2 Aplikasi Fungsi Seleksi Spasial

1. Pencarian Kabel Tanah Di Sebuah Zona SELECT public.kabeltanah.id_kabel, public.kabeltanah.jns_kabel, public.zona.nm_zona FROM public.kabeltanah, public.zona WHERE (contains(public.zona.the_geom, public.kabeltanah.the_geom)) AND

(upper(public.zona.nm_zona) LIKE upper('%Zona G%')) Tabel 3.1 menguraikan hasil dari pencarian seluruh kabel tanah berada di dalam zona G

(38)

2. Buffer Pencarian Kabel Tanah Yang Berada Di Dekat Sebuah Gedung SELECT id_kabel, jns_kabel FROM kabeltanah WHERE

(the_geom && buffer((select the_geom from gedung where nm_gedung = 'Aula Timur'), 10))

Tabel 3.2 menguraikan proses analisis spasial buffer pencarian seluruh kabel tanah yang berada di sekitar gedung aula timur dalam jarak radius 10 m.

Tabel 3.2 Hasil buffer pencarian kabel tanah di sekitar gedung aula timur

Kedua contoh uji pencarian spasial ke spasial diatas dilakukan dengan perintah SQL di dalam DBMS dengan fasilitas fungsi query builder. Dimana hasil dari record data dari kedua tabel diatas (tabel 3.1 dan 3.2), dapat dilihat hasilnya dengan melakukan pengecekan pada tampilan antarmuka sistem informasi.

(39)

3.5.3 Aplikasi Fungsi Transaksi

1. Transaksi Penambahan Kwhmeter

Transaksi dilakukan dengan memasukan data pada field yang tersedia pada Form penambahan data kwhmeter.

Gambar 3.28 Keluaran tampilan pengisian field data kwhmeter

Berikut ada hasil dari transaksi, dimana record data yang diisikan pada Form penambahan data kwhmeter berhasil disimpan.

(40)

2. Transaksi Monitoring Pemakaian Kwhmeter

Transaksi monitoring pemakaian dilakukan dengan mengisikan field yang tersedia pada form monitor pemakaian kwhmeter.

Gambar 3.30 Keluaran tampilan pengisian field monitoring pemakaian kwhmeter Berikut ada hasil dari transaksi, dimana record data yang diisikan pada Form monitoring pemakaian kwhmeter berhasil disimpan.

Gambar

Gambar 3.1 Tahapan Desain Basis data
Diagram Entity Relationship (ER)
Diagram ER
Gambar 3.3 Tahap pembuatan geoDBMS PostgreSQL/ PostGIS
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kerusakan di pinggir perkerasan adalah retak yang terjadi di sepanjang pertemuan antara permukaan perkerasan aspal dan bahu jalan, lebih-lebih bila bahu jalan tidak

Tanah merupakan titik pemasukan sebagian besar bahan ke dalam benda hidup. Pada suatu ekosistem tanah berbagai organisme bertahan hidup dan berkompetisi dalam

Bentuk ekspresi yang dapat dilihat mulai dari menyalahkan kaum reformis karena sebab gerakan merekalah kestabilan pemerintahan orde baru terganggu, menimbulkan ketidakpatian

Dilihat dari prespektif Birokrasi maka pajak Nanggroe tersebut merupakan bentuk perilaku menyimpang yang dilakukan secara massif di Aceh yang disebabkan oleh perilaku para

Rancangan input form Indeks Harga Umum Konsumen berfungsi menampilkan tampilan akses database form Indeks Harga Umum Konsumen yaitu tambah, simpan, cari, ubah

Perencanaan, 1) Menyusun Silabus Pembelajaran; 2) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran; 3) Menyiapkan Soal Tes Tulis; 4) Menyiapkan Lembar Observasi; 5) Membuat Pedoman

Berdasarkan survei yang dilaksanakan oleh peneliti di SMA Negeri 1 Imogiri kelas X IPS, ada beberapa siswa yang memiliki minat dalam pembelajaran matematika dan

Hasil pengamatan yang dilakukan selama 24 jam pada penelitian lanjutan, didapatkan hasil bahwa granul ekstrak buah belimbing wuluh konsentrasi 50 mg/ 100 ml rata-rata pada 4