• Tidak ada hasil yang ditemukan

SEBARAN NILAI LAHAN TAHUN DI KECAMATAN KATAPANG KABUPATEN BANDUNG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SEBARAN NILAI LAHAN TAHUN DI KECAMATAN KATAPANG KABUPATEN BANDUNG"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

Antologi Pendidikan Geografi, Volume 4, Nomor 2, Agustus 2016 | 1

http://antologi.upi.edu/index.php/main/antologi/B035

SEBARAN NILAI LAHAN TAHUN 2009 - 2014

DI KECAMATAN KATAPANG KABUPATEN BANDUNG

Oleh :

N. Anggraini, Darsiharjo*), Jupri*)

Departemen Pendidikan Geografi, Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Pendidikan Indonesia

novita.anggraini77@gmail.com , darsiharjo@upi.edu , jupri@upi.edu

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor dominan yang menyebabkan kenaikan harga lahan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini metode survei dimana pengambilan sampel menggunakan sampel jenuh yaitu semua kelurahan dijadikan sampel dengan teknik pengumpulan data observasi, wawancara, studi literatur. Dalam pengambilan sampel menggunakan teknik non-probabilitas dengan quota random sampling. Variabel penelitian meliputi variabel bebas diantaranya yaitu faktor fisik, faktor ekonomi, faktor sosial, faktor pemerintah, aksesibilitas, ketersediaan fasilitas dan variabel terikat yaitu sebaran nilai lahan tahun 2009-2014 dan faktor dominan yang mempengaruhi nilai lahan. Teknik analisa data digunakan analisis data persentase kemudian untuk mengetahui faktor dominan apa saja yang menyebabkan kenaikan harga lahan dibuat 5 klasifikasi dari interval selisih harga lahan minimum dan maksimum.Hasil penelitian menunjukan bahwa daerah yang mengalami kenaikan persentase harga lahan yang paling tinggi yaitu Kelurahan Katapang hal ini disebabkan karena kelurahan Katapang memiliki jumlah kepadatan penduduk yang masih sedikit, aksesibilitas yang mudah dan terjangkau, serta ketersediaan fasilitas yang lebih memadai. Sedangkan untuk daerah yang mengalami kenaikan harga lahan yang rendah yaitu daerah Kelurahan Pangauban, hal ini dikarenakan daerah tersebut memiliki jumlah penduduk yang cukup padat, lebar jalan yang sempit dan ketersediaan fasilitas yang kurang memadai berdampak kepada kenaikan harga lahan yang tidak terlalu signifikan.

Kata Kunci : Sebaran,Nilai Lahan, Faktor Dominan ABSTRACT

This Research aims was to understand the dominant factor of the increasing land value in Katapang District of Kabupaten Bandung. This research was carried out by survey method, samples of villages collected by census sampling method and data collection technique used observation technique, intreview technique and literature study. Non-probability technique with quota random sampling was used to collect data from responder. This research applied physical factor, economical factor, social factor, govermental factor, accesibility factor, and availability facilities factor as independent variables, and distribution of 2009 – 2014 land values as dependent variables. Percentage data analysis was used to analysis the data. Determination of the dominant factor of increasing land value used 5 (five) classification of maximum and minumum land value difference interval. The result showed that the highest percentage increasing land value occure in Katapang Village, its caused by lowest population density, easy and affordable acessibility, and adequate avaibility of facilities. Meanwhile the lowset percentage increasing land value occure in Pangauban Village, its cauesd by highest population density, narrow road (limited accessibility) and inadequate avaibility of facilities which made the increasing land value not signifcant.

Keywords: Distribution, Land Value, Dominant Factor

PENDAHULUAN

Tingginya laju pertumbuhan penduduk yang dialami oleh suatu daerah khususnya daerah perkotaan seperti Kota Bandung

menyebabkan kebutuhan tempat tinggal menjadi semakin meningkat. Besarnya jumlah peningkatan penduduk di Kota Bandung yang terus terjadi tidak

(2)

Antologi Pendidikan Geografi, Volume 4, Nomor 2, Agustus 2016 | 3

http://antologi.upi.edu/index.php/main/antologi/B035 berbanding lurus dengan ketersediaan lahan

khususnya untuk tempat tinggal.

Karena lahan yang ada di Kota Bandung lebih banyak difungsikan untuk kegiatan di kegiatan perekonomian,sektor pendidikan dan pemerintahan sehingga banyak lahan kosong yang dibangun mejadi apartemen,hotel,mall,kantor,pusat

Pemerintahan.

Lahan yang tidak bisa menampung jumlah penduduk yang banyak,ditambah keadaan perekonomi masyarakat yang kurang baik mengakibatkan munculnya pemukiman-pemukiman kumuh dan lingkungan yang buruk. Karakteristik Pemukiman kumuh menurut Bianpoen dalam Komarudin (2000,hlm.92) :

“Lingkungan pemukiman yang kondisi tempat tinggal atau tempat huniannya berdesakan, luas rumah tidak sebanding dengan jumlah penghuni,rumah berfungsi sekedar tempat istirahat dan melindungi dari panas, dingin dan hujan,lingkungan tidak teratur,bangunan sementara, acak-acakan tanpa perencanaan, prasarana kurang,fasilitas sosial kurang,tanah bukan milik penghuni, pendidikan rendah, rawan kebakan banjir dan rawan terhadap timbulnya penyakit“.

Disamping ketersediaan lahan yang minim untuk pemukiman di daerah Kota Bandung, harga lahan untuk tempat tinggal ikut terpengaruhi, seperti yang telah dikemukakan oleh Reksohadiprojo dan Karseno (1985,hlm.46) bahwa bila rumah itu dekat kota harga rumah tinggi maka ongkos ke kota murah, bila rumah jauh dari

kota maka harga rumah murah akan tetapi ongkos ke kota mahal. Akibat dari tingginya harga lahan di pusat kota dan lingkungan yang kurang baik akhirnya banyak penduduk memilih tinggal di sekitar atau diluar pusat kota sekitarnya dan menjadikan dirinya sebagai commuter, munculnya pemukiman-pemukiman baru di daerah luat pusat kota mendorong gerakan atau perpindahan penduduk yang dikenal istilah gerakan sentrifugal, Adapun beberapa faktor yang mendorong gerakan sentrifugal yang dikemukakan oleh Daljoeni (1998,hlm.204) yaitu :

1) Adanya gangguan yang berulang seperti macetnya lalu lintas, polusi, dan gangguan bunyi menjadikan penduduk kota merasa tak enak bertempat tinggal di kota.

2) Sewa tanah yang jauh lebih murah jika dibandingkan dengan di tengah kota. 3) Gedung-gedung bertingkat di tengah

kota tak mungkin lagi diperluas. 4) Perumahan didalam kota pada

umumnya serba sempit, kuno dan tak sehat, sebaliknya rumah-rumah yang dapat dibangun di luar kota dapat diusahakan luas, sehat dan bermodel mutakhir.

Dampak dari banyaknya kebutuhan pemukiman penduduk dan minimnya lahan di perkotaan menyebabkan konversi lahan di daerah pinggiran kota sekarang. Kemudian. Menurut (Yunus,2008,hlm.65) ada beberapa macam kekuatan penarik gerakan sentrifugal yaitu : (1) rendahnya kepadatan penduduk, (2)rendahnya kepadatan pemukiman, (3)rendahnya polusi udara, (4)rendahnya polusi air,

(3)

4 | Anggraini, dkk.

Sebaran Nilai Lahan Tahun 2009 – 2014 di Kecamatan Katapang Kabupaten Bandung

http://antologi.upi.edu/index.php/main/antologi/B035 (5)rendahnya kepadatan lalu lintas,

(6)banyaknya udara, (7)rendahnya harga lahan.

Dalam Jurnal Ilmiah Pendidikan Geografi IKIP Veteran Semarang Vol 2 No. 1 Oktober 2014 menjelaskan keterbatasan lahan di perkotaan menyebabkan kota berkembang ke arah pinggiran kota.Terkait dengan penggunaan lahannya, daerah pinggiran kota merupakan wilayah yang banyak mengalami perubahan penggunaan lahan terutama perubahan penggunaan lahan pertanian menjadi non pertanian yang disebabkan adanya pengaruh perkembangan kota di dekatnya dan wilayah pinggiran kota masih memiliki lahan yang masih luas.

Hal ini terjadi di Kecamatan Katapang Kabupaten Bandung, alih fungsi lahan sawah ke penggunaan lahan untuk pemukiman tidak terhindarkan. Arah perubahan ini secara langsung atau tidak langusng akan berdampak terhadap pergeseran kondisi ekonomi tata ruang pertanian,prioritas-prioritas pembangunan sektor pertanian dalam wilayah lokal dan nasional. Kenaikan jumlah penduduk pada Tahun 2009-2014 mengakibatkan alih fungsi lahan dari pertanian ke pemukiman, hal ini tidak dapat dicegah karena masyarakat membutuhkan tempat tinggal semakin tingginya pemintaan lahan maka harganya pun akan semakin tinggi.

Nilai lahan menurut Chapin dalam Jayadinata (1986,hlm28) menggolongkan kedalam tiga kelompok, yaitu nilai yang mempunyai :

1. Nilai keuntungan, yang dihubungkan dengan tujuan ekonomi dan yang dapat dicapai dengan jual-beli tanah di pasaran bebas.

2. Nilai kepentingan umum, yang berhubungan dengan pengaturan untuk masyarakat umum dalam perbaikan kehidupan masyarakat.

3. Nilai sosial, yang merupakan hal yang mendasar bagi kehidupandan yang dinyatakan oleh penduduk dengan perilaku yang berhubungan dengan pelestrian,tradisi,kepercayaan,dan sebagainya.

METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei. Metode penelitian survei berarti metode pemeriksaan dan pengukuran metode penelitian yang dilakukan untuk mengadakan pemeriksaan dan pengukuran-pengukuran terhadap gejala empirik yang berlangsung dilapangan atau dilokasi penelitian (Fathoni,2005,hlm.100)

Menggunakan metode survey dapat menjelaskan pendapat dari masyarakat sekitar mengenai perkembangan nilai lahan di Kecamatan Katapang Kabupaten Bandung. Pengambilan sampel yang dilakukan dilakukan secara menyeluruh tersebar di setiap desa di Kecamatan

(4)

Antologi Pendidikan Geografi, Volume 4, Nomor 2, Agustus 2016 | 5

http://antologi.upi.edu/index.php/main/antologi/B035 Katapang meskipun dengan keterwakilan.

Metode ini dilakukan dengan beberapa tahapan yakni antara lain: 1)Pra survei, dilakukan dengan cara mengumpulkan data-data sekunder khususnya data jumlah penduduk pada tahun 2009-2014 yang ada di Kecamatan Katapang Kabupaten Bandung hal ini dilakukan untuk pengambilan sampel sampel wilayah dan penduduk, 2) setelah mendapatkan data sekunder penduduk di Kecamatan Katapang Kabupaten Bandung dilakukan pembagian responden setiap kelurahan dengan menggunakan rumus Dixon dan B.leach untuk mengetahui jumlah sampel yang akan dijadikan sebagai responden agar pembagian responden tersebar secara merata karena jumlah penduduk di setiap kelurahan berbeda. Adapun sampel penduduk untuk penelitian ini dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1 Jumlah Sampel Penduduk

No Nama Desa JumlahSample (Responden) 1 Gandasari 10 2 Katapang 9 3 Cilampeni 14 4 Pangauban 9 5 Banyusari 5 6 Sungkanhurip 16 7 Sukamukti 8 Jumlah Sampel 71

Sumber : Hasil Penelitian 2016

Tahapan selanjutnya yaitu tahap teknik analisa data, untuk mengetahui rumusan masalah pertama menggunakan analisa

persentase agar dapat diketahui kenaikan harga lahan selama 5 tahun terakhir dan untuk mengetahui rumusan masalah kedua yaitu faktor dominan dengan hubungan variabel dengan membagi 5 katagori perkembangan nilai lahan yaitu lambat, agak lambat, sedang, agak cepat dan cepat, hasil katagori tersebut didapat dari interval selisih nilai yang paling tinggi dengan selisih nilai yang paling rendah di Kecamatan Katapang,

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Daerah Penelitian

Kecamatan Katapang secara geografis terletak di Kabupaten Bandung provinsi Jawa Barat Republik Indonesia, kecamatan yang memliki 119 RW ini memiliki luas daerah 1.519,60 ha atau 15,20 m2, kecamatan katapang merupakan daratan rendah yang tidak berbukit dengan ketinggian rata-rata antara 650 sampai 700 dari permukaan laut, dengan memiliki curah hujan antara 200-240C.(Kecamatan Katapang Dalam Angka 2014). Kecamatan katapang juga dilalui oleh sungai terpanjang di Jawa Barat yaitu sungai Citarum, dengan adanya sungai Citarum sangat menguntungkan terhadap tingkat perindustrian warga setempat. Berikut merupakan batasan wilayah di Kecamatan Katapang:

(5)

6 | Anggraini, dkk.

Sebaran Nilai Lahan Tahun 2009 – 2014 di Kecamatan Katapang Kabupaten Bandung

http://antologi.upi.edu/index.php/main/antologi/B035 a. Sebelah Utara berbatasan dengan

kecamatan Margahayu dan Margaasih Kabupaten Bandung b. Sebelah Selatan berbatasan dengan

Kecamatan Pameungpeuk dan Kecamatan Cangkuang Kabupaten Bandung

c. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Kutawaringin dan Soreang Kabupaten Bandung d. Sebelah Timur berbatasan dengan

Kecamatan Pameungpeuk dan Kecamatan Baleendah Kabupaten Bandung.

Kelurahan yang memiliki jumlah penduduk yang sangat banyak adalah Kelurahan Cilampeni, Kelurahan cilampeni termasuk kedalam daerah industri oleh sebab itu mata pencaharian yang dimiliki oleh masyarakat sekitarnya yaitu buruh pabrik, banyaknya buruh pabrik yang ada mengakibatkan lahan-lahan kosong ataupun pertanian yang masih di sekitar pabrik dialihfungsikan untuk daerah pemukiman sehingga mulai banyak bermunculan pemukiman-pemukiman di daerah industri tersebut. Pada tabel 2 dijelaskan jumlah penduduk dan luas wilayah per kelurahan

Tabel 2 Jumlah penduduk dan Luas Wilayah Kelurahan

Sumber:Monografi Kecamatan Katapang 2014

Kecamatan Katapang termasuk kedalam daerah pinggiran Kota Bandung, hal ini berdampak kepada perubahan lahan. yang sering dilakukan oleh masyarakat akhirnya mengubah lahan tersebut, karena penggunaan lahan bersifat dinamis dan perubahannya cenderung mengarah ke penggunaan lahan yang akan memberikan keuntungan yang lebih tinggi maka banyak lahan pertanian dialih fungsikan menjadi lahan pemukiman.

Banyaknya permintaan mengakibatkan kenaikan harga lahan di setiap tahunnya dan hal ini pun terjadi di Kelurahan lain. Adapun rincian kenaikan harga lahan minimum dapat dilihat pada gambar 1 dan gambar 2. No Kelurahan Jumlah penduduk 2014 (jiwa) Luas wilayah (ha) 1 Gandasari 17.318 160,4 2 Katapang 15.532 216,9 3 Cilampeni 23.072 207,9 4 Pangauban 16.393 155,2 5 Banyusari 7.970 169,2 6 Sungkanhurip 27.939 307 7 Sukamukti 14.748 303 Jumlah Total 122.973 1.519,60

(6)
(7)

7 |

Nama Jurnal/Volume/Nomor Edisi/Bulan/Tahun

Gambar 1 Peta harga lahan minimum tahun 2009-2014

(8)
(9)

Antologi Pendidikan Geografi, Volume 4, Nomor 2, Agustus 2016 | 7

http://antologi.upi.edu/index.php/main/antologi/B035 Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada

tabel 3 yang menjelaskan harga minimum dan maksimum pada tahun 2009-2014 per kelurahan diketahui bahwa harga paling minimum pada tahun 2009 ditempati oleh Kelurahan Katapang dan pada tahun 2009-2014 ditempati oleh Kelurahan Katapang dan harga maksimum pada tahun 2009 dan

2014 berada di Kelurahan Banyusari, hal ini dikarenakan Kelurahan Banyusari masih memiliki luas lahan yang kosong yang masih banyak dibandingkan dengan daerah lainnya sehingga banyaknya peminat beralih ke daerah Kelurahan Banyusari.

Tabel 3.Harga Minimum dan Maksimum di Kecamatan Katapang

No Kelurahan Harga Minimum Harga Maksimum

2009 2014 2009 2014 1 Gandasari 200.000 520.000 214.300 571.450 2 Cilampeni 142.800 345.600 285.700 535.700 3 Pangauban 170.800 375.500 250.000 500.000 4 Sangkanhurip 110.000 380.000 178.000 500.000 5 Sukamukti 115.000 330.700 142.900 464.600 6 Katapang 120.500 340.400 142.900 464.600 7 Banyusari 122.700 340.400 137.900 428.600

Sumber: Hasil Penelitian 2016

Pada tabel 4 dan gambar 3 merupakan hasil dari kenaikan harga lahan di setiap kelurahan yang ada di Kecamatan Katapang Kabupaten Bandung, hasil ini didapat dari jumlah rata-rata kenaikan minimum dan

jumlah rata-rata maksimum di setiap kelurahan kemudian akan didapat hasil seperti tabel 4 dan gambar 3 menjelaskan kenaikan harga lahan berdasarkan klasifikasi kelas. .

Tabel 4 . Kenaikan Harga Lahan Berdasarkan Persentase

No Kelurahan Kenaikan (%) 1 Katapang 223% 2 Gandasari 218% 3 Sukamukti 216% 4 Banyusari 198% 5 Sangkanhurip 197% 6 Cilampeni 99,50% 7 Pangauban 97,50% Sumber:HasilPenelitian2016

(10)

8 |

Nama Jurnal/Volume/Nomor Edisi/Bulan/Tahun

Gambar 3 Peta Kenaikan Harga Lahan Berdasarkan Klasifiaksi

Hubungan Variabel Dengan Kenaikan Nilai Lahan

Untuk mengetahui pengaruh perubahan nilai lahan dengan kondisi faktor-faktor yang mempengaruhi kenaikan harga lahan maka penulis membagi menjadi lima katagori yaitu: Lambat, Agak Lambat, Sedang, Agak Cepat dan Cepat. Kategori ini didapat berdasarkan hasil perhitungan selisih harga lahan yang paling rendah dengan yang paling tinggi. Didapat bahwa selisih harga lahan terendah di Kecamatan Katapang senilai Rp. 201.300 dan selisih

harga lahan tertinggi yaitu senilai Rp.357.150,maka untuk mengetahui intervalnya menggunakan rumus :

Interval = (357.150 – 201.300) /5 = 155.850 / 5

= 31.170

Dapat dilihat pada tabel 5 klasifikasi kelas dengan harga lahan yang telah dihitung dan dibagi sesuai dengan rumus interval.

Tabel 5 Klasifikasi Kelas Harga Lahan

Sumber: Hasil Penelitian 2016

No Harga Lahan Klasifikasi kelas

1 Rp.201.300 - Rp.232.470 Lambat

2 Rp. 232.471 – Rp. 263.641 Agak Lambat

3 Rp. 263.642 – Rp 294.812 Sedang

4 Rp. 294.813 – Rp. 325.983 Agak Cepat

(11)

Antologi Pendidikan Geografi, Volume 4, Nomor 2, Agustus 2016 | 9

http://antologi.upi.edu/index.php/main/antologi/B035 Dari semua kelurahan yang ada di

Kecamatan Katapang kenaikan harga lahan yang paling tinggi yaitu Kelurahan Katapang ini disebakan karena lokasi Katapang sendiri berada di dekat dengan kantor Kecamatan sehingga aksesibilitas dan fasilitas pun lebih lengkap dibandingkan daerah yang jauh dengan Kecamatan disamping itu lokasi yang dekat dengan jarak ke tempat kerja sehingga banyak para pekerja yang mencari tempat tinggal didaerah kelurahan tersebut meskipun kondisi jalan di Kelurahan Katapang tidak terlalu baik tetapi hal ini tidak mempengaruhi penurunan harga lahan. Posisi kedua ditempati oleh Kelurahan Gandasari yang berlokasi berdekatan dengan Pusat Kabupaten Bandung, banyaknya lahan yang kosong serta pertanian dialih fungsikan menjadi perumahan karena dari segi ekonomi lebih menguntungkan sehingga munculnya perumahan-perumahan baru kebutuhan akan lahan yang terus meningkat menyebabkan harga lahan mengalami peningkatan setiap tahunnya.

Kelurahan Sukamukti berada di posisi ketiga hal ini dikarenakan karena masih banyaknya lahan yang kosong dan harga yang masih murah dibandingkan dengan daerah lainnya akhirnya banyak yang memilih untuk tinggal di daerah Sukamukti, faktor yang menyebabkan

kenaikan harga lahan di daerah ini yaitu lokasi yang bebas banjir, lebar jalan, jaringan air bersih menyebabkan kenaikan harga lahan yang terjadi. Kenaikan harga lahan yang ada di posisi keempat yaitu Kelurahan Banyusari tidak jauh berbeda dengan daerah lainnya, masih adanya lahan kosong menyebabkan banyaknya para peminat tetapi faktor yang mempengaruhi di daerah ini yaitu jaringan air bersih, sarana kebersihan.

Kelurahan Sangkanhurip, Cilampeni, Pangauban termasuk kedalam katagori yang mengalami kenaikan harga lahan yang lambat hal ini dikarenakan lahan untuk pemukiman sudah sangat minim, ketiga daerah ini merupakan daerah yang digunakan sebagai kegiatan industri, banyak pabrik-pabrik didirikan di daerah ini, sehingga lahan pun lebih banyak diperuntukan untuk kegiatan industri. Sesuai dengan Jurnal SMARTEK no 8 Nopember 2010 yang menjelaskan bahwa faktor kenaikan harga lahan dapat dipengaruhi oleh Faktor Fisik (suhu, kemiringan tanah,desain bangunan,bebas banjir,Faktor Ekonomi (jumlah penduduk, kepadatan penduduk, tingkat pendidikan, tingkat keamanan), Aksesibilitas (ketersediaan transportasi, kondisi jalan, lebar jalan, jarak ke pusat kota, jarak ke tempat kerja,jarak ke tempat perbelanjaan),

(12)

10 | Anggraini, dkk.

Sebaran Nilai Lahan Tahun 2009 – 2014 di Kecamatan Katapang Kabupaten Bandung

http://antologi.upi.edu/index.php/main/antologi/B035 Ketersediaan Fasilitas (jaringan air bersih,

jaringan listrik, jaringan telepon). Dari semua variabel yang telah dianalisis maka faktor dominan kenaikan harga lahan yang terjadi di daerah Kecamatan Katapang Kabupaten Bandung sesuai dengan Jurnal SMARTEK no 8 Nopember 2010 yaitu tingkat keamanan, jarak tempat kerja,

tempat pembelanjaan, jumlah kepadatan penduduk.

Pada Tabel 6 menjelaskan hubungan antar klasifikasi yang telah dibagi menjadi 5 bagian dengan variabel penelitian yang diambil dari Jurnal SMARTEK no 8 Nopember 2010.

Tabel 6 Hubungan Antara Klasifikasi dan Variabel

No Klasifikasi Variabel 1 Lambat 2 Agak Lambat Kontur Kondisi Ekonomi Sarana Pendidikan 3 Sedang Suhu Letak Lahan Pelayanan Kesehatan 4 Agak cepat Bebas banjir Bangunan permanen Transportasi Jarak ke kabupaten Lebar jalan

Jaringan air bersih Jaringan komunikasi 

Sarana kebersihan

5 Cepat

Tingkat Keamanan Jarak ke tempat kerja Tempat pembelanjaan Jumlah kepadatan penduduk

(13)

Antologi Pendidikan Geografi, Volume 4, Nomor 2, Agustus 2016 | 11

http://antologi.upi.edu/index.php/main/antologi/B035 Sumber : Hasil Penelitian 2016

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dapat dikemukakan kesimpulan bahwa sebaran kenaikan harga lahan di Kecamatan Katapang rata-rata mengalami kenaikan. Kenaikan yang paling tinggi terjadi di daerah Kelurahan Katapang, hal ini dikarenakan posisi daerah Katapang dekat kawasan industri. Banyaknya masyarakat yang mayoritas bermata pencaharian sebagai buruh pabrik mengakibatkan para pekerja mencari tempat tinggal di daerah sekitaran kawasan industri, daerah Kelurahan Katapang sendiri masih memiliki lahan yang masih kosong sehingga banyaknya permintaan sebagai lahan pemukiman,permintaan yang terus meningkat berdampak kepada harga lahan yang ikut naik di sekitar daerah tersebut.

Disamping itu dengan munculnya pabrik akan diiringi dengan perkembangan di daerah sekitarnya seperti adanya pasar, tempat perbelanjaan yang muncul sehingga fasilitas pun lebih lengkap dibandingkan

dengan wilayah lain. Sedangkan daerah yang mengalami kenaikan secara rendah yaitu Kelurahan Panguban, hal ini disebabkan karena daerah Pangauban memiliki jumlah penduduk yang cukup padat,banyaknya lahan yang telah dialihfungsikan dari pertanian ke pemukiman padat sehingga lebar jalan pun menjadi sempit.

Fasilitas yang kurang memadai seperti aksesibilitas yang cukup jauh ke Kabupaten Bandung menjadikan Kelurahan Pangauban tidak mengalami kenaikan yang signifikan setiap tahunnya dibandingkan dengan daerah lainnya seperti Katapang, Cilampeni, Gandasari. Ketersediaan fasilitas di Kecamatan Katapang khusunya untuk kesehatan seperti puskesmas sangatlah minim, dari satu kecamatan hanya ada 5 puskesmas hal ini menyebabkan masyarakat harus pergi ke desa lain untuk menuju puskesmas.

DAFTAR PUSTAKA

Daldjoeni .(1996). Geografi Kota dan Desa. Alumni: Bandung

Fathoni Abdurrahmat. (2006). Metode Penelitian dan Teknik Penyusunan Skripsi. Rineka Cipta: Jakarta

Jayadinata,Johara T .(1999). Tata Guna Tanah dalam Perencanaaan pedesaan, perkotaan, dan wilayah.ITB: Bandung

Jurnal Ilmiah Pendidikan Geografi IKIP Veteran Semarang Vol 2 No. 1 Oktober 2014

(14)

12 |

Nama Jurnal/Volume/Nomor Edisi/Bulan/Tahun

http://antologi.upi.edu/index.php/main/antologi/B035 Monografi Kecamatan Katapang 2014

Kecamatan Katapang Dalam Angka 2014

Komarudin.(2000).Menelusuri pembangunan perumahan dan permukiman, PT Rakasindo: Jakarta

Reksohadiprodjo,Sukanto & Karseno,a.r .(1985).Ekonomi perkotaan . BPFE: Yogyakarta

Yunus,Hadi Sabari.(2008).Dinamika wilayah peri-urban determinan masa depan kota,Pustaka pelajar: Yogyakarta

(15)
(16)
(17)

Gambar

Gambar 1 Peta harga lahan minimum tahun 2009-2014
Tabel 4 . Kenaikan Harga Lahan Berdasarkan Persentase
Tabel 5 Klasifikasi Kelas Harga Lahan

Referensi

Dokumen terkait

Faktor-faktor dominan yang meempengaruhi perubahan penggunaan lahan sawah di Kecamatan Delanggu adalah lokasi Kecamatan Delanggu yang dilewati jalan arteri

(Petunjuk Teknis Direktorat Survei dan Potensi Tanah, Deputi Survei, Pengukuran dan Pemetaan BPN RI, 2007). Nilai lahan dan harga lahan mempunyai hubungan yang fungsional,

Faktor kelas nilai lahan tinggi dominan penggunaan lahan, fasilitas umum, dan aksesibilitas positif, dan tidak ada aksesibilitas negatif, kelas nilai lahan sedang memiliki 2

1) Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi harga lahan di Kecamatan Tembelang, Kabupaten Jombang. Teknik analisis yang digunakan untuk mengidentifikasi faktor

1) Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi harga lahan di Kecamatan Tembelang, Kabupaten Jombang. Teknik analisis yang digunakan untuk mengidentifikasi faktor spasial

Teknik analisis yang digunakan untuk mengetahui perubahan daya dukung lahan pertanian tahun 2007 - 2013 dan pengaruh perubahan luasan lahan sawah padi terhadap

Sistem klasifikasi yang diperkenalkan oleh USGS seperti yang tertera pada tabel sistem klasifikasi penggunaan lahan dan penutupan lahan untuk digunakan dengan data

Pada uraian diatas dapat dijelaskan bahwa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya perubahan panggunaan lahan antara lain adalah penduduk, baik akibat urbanisasi