• Tidak ada hasil yang ditemukan

Patra Yani 1 Ahmad Nurhuda 2 Meldawati 3

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Patra Yani 1 Ahmad Nurhuda 2 Meldawati 3"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

1

DARI PEMERINTAHAN DESA KEMBALI KE PEMERINTAHAN NAGARI: STUDI KASUS NAGARI AUA KUNIANG KECAMATAN PASAMAN

KABUPATEN PASAMAN BARAT TAHUN 1983-2012

Patra Yani1 Ahmad Nurhuda2

Meldawati3

Program Studi Pendidikan Sejarah STKIP PGRI Sumatera Barat ABSTRACT

The main issue in this study is the change in system administration Nagari Aua Kuniang since validity UU No. 5 of 1979 in Sumatera Barat and outlines the proces of the system of government Chang to government Nagari village in 2001 with the No. 22 of 1999 on Regional Autonomy . But in this Paper discussed until in 2012 because this year Nagari Aua Kuniang has managed to become a good Nagari and each device Nagari has been carrying out its obligations in accordance with their respective duties . The purpose of this study is to describe the structure of the form, function of the lowest government system, to see the shape of the system changes back to the system administration Nagari, as well as to look after the implementation of the government back to the Nagari.

The study used the historical method which includes four stages include Heuristic, Critic, interpretation, and Historiography. First, heuristic are searching for and collecting data through primary and secondary sources were found through written sources and interviews. Second, the source of critic is to do research on data collected through internal and external critic is whether the data is the correct data and in accordance with the needs of research. Third, the data interpretation is activity undertaken to interpret the facts. Fourth, Historiography is stringing research results in the form of scientific papers (Thesis).

The results showed that , with the change of government system to Nagari village has brought changes to the lives of village Aua Kuniang. Such changes can be seen both in government agencies, indigenous organizations, and social institutions. The implementation of village government system so that the underlying desire to return to the system of government in 2001 in Kenagarian Aua Kuniang constituted with the issuance of UU No.22 of 1999 on regional autonomy, the law has provided an opportunity for the region to progress the region. Implementation of the government after returning to Nagari in Aua Kuniang begins with the establishment of institutions that support the government Nagari, including the executive (Wali Nagari), legislative (DPN), and judicative (KAN).

Keywords: Nagari, Village, Governrment, Aua Kuniang, Change, Pasaman Barat.

1

Mahasiswa Prodi Pendidikan Sejarah STKIP PGRI Sumatera Barat

2

Pembimbing I, Staf Pengajar Prodi Pendidikan Sejarah STKIP PGRI Sumatera Barat

3

(2)

2 PENDAHULUAN

Aua Kuniang adalah sebuah Nagari yang merupakan bagian dari Kabupaten Daerah Tingkat II Pasaman. Sebelum adanya pemisahan antara Kabupaten Pasaman Barat dengan Pasaman Timur. Simpang Empat masuk kedalam wilayah Kabupaten Pasaman Barat dengan Ibukotanya Lubuk Sikaping. Pusat Pemerintahan Kabupaten terletak di Simpang Empat. Sebelum pemekaran Kabupaten Pasaman Barat yaitu pada tanggal 7 Januari 2004 Nagari Aua Kuniang termasuk salah satu dari enam Nagari di Kabupaten Pasaman yaitu Nagari Aia Gadang, Aua Kuniang, Lingkungan Aua, Sasak, Kapar dan Nagari Koto Baru. Tetapi setelah pemekaran Nagari Aua Kuniang merupakan satu Nagari dari 19 Nagari di Kabupaten Pasaman Barat.1

Sebagai Nagari, Aua Kuniang terdiri dari enam Jorong, yaitu Jorong Pinaga, Padang Tujuh, Sukamenanti, Lubuak Landua, Lembah Binuang dan Bukit Nilam. Kemudian berdasarkan UU No. 5 tahun 1979 tentang pemerintahan Desa maka Nagari Aua Kuniang berubah menjadi Desa,. Pemerintahan Desa yang di amanatkan dalam UU No. 5 tahun 1979 menggantikan Nagari dan berfungsi sebagai

1

Badan Pusat Statistik,Pasaman Barat Dalam Angka Tahun 2005( Padang: BPS, 1999),

hlm 39

perpanjangan tangan dari pemerintahan pusat, Provinsi dan Kabupaten.2

Di Sumatera Barat dengan adanya semangat reformasi, berkembang aspirasi ingin memfungsikan kembali unit pemerintahan Nagari yang selama ini telah hilang. Gencarnya semangat kembali ke Nagari mempunyai makna tersendiri bagi masyarakat Minangkabau. Hal ini sesuai dengan dikeluarkannya Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Barat No. 9 tahun 2000 tentang ketentuan pokok pemerintahan yang memuat ketentuan-ketentuan yang mengatur tentang pemerintahan Nagari. Dengan beralihnya ke sistem pemerintahan Nagari, khususnya Nagari Aua Kuniang mengakibatkan adanya dampak yang terjadi misalnya mempengaruhi peran Tungku Tigo Sajarangan dan juga masyarakat tidak lagi mengadu dan membawa persoalan dalam kaum atau ke Tungku Tigo Sajarangan, masyarakat langsung berhubungan dengan polisi dan pengadilan – pengadilan lainnya. Dampak yang lain juga terjadi adanya konflik antara perangkat Desa yang mana ia tidak setuju karena dengan beralihnya ke sistem pemerintahan Nagari ia tidak dilibatkan dalam perangkat Nagari.

Untuk membatasi ruang lingkup permasalahan perlu kiranya dirumuskan

2

Dr.Asmawi,Nagari,Desadan Nagari,(Padang:Suka Bina,2009),hlm 3

(3)

3 beberapa pertanyaan yang relevan dan dapat memperjelaskan tujuan yang diinginkan dalam pengkajian ini antara lain:

1. Bagaimana bentuk-bentuk perubahan pemerintahan yang terjadi setelah Nagari menjadi Desa pada tahun 1983 di Aua Kuniang? 2. Bagaimana pemberlakuan sistem

pemerintahan Desa sehingga mendasari keinginan untuk kembali ke sistem pemerintahan Nagari pada Tahun 2001 di Kenagarian Aua Kuniang?

3. Bagaimana pelaksanaan pemerintahan setelah kembali ke Nagari di Aua Kuniang?

Sesuai dengan permasalahan yang ingin dibahas maka tujuan hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mendeskripsikan bentuk-bentuk perubahan pemerintahan yang terjadi setelah Nagari menjadi Desa pada tahun 1983 di Aua Kuniang. 2. Menjelaskan pemberlakuan sistem

pemerintahan Desa sehingga mendasari keinginan untuk kembali ke sistem pemerintahan Nagari pada Tahun 2001 di Kenagarian Aua Kuniang.

3. Mendeskripsikan pelaksanaan pemerintahan setelah kembali ke Nagari di Aua Kuniang.

Tulisan terdahulu diantaranya yaitu Welhendri dalam tulisannya yang berjudul” Perubahan corak pemerintahan Nagari ke Desa melalui UU No. 5 tahun 1979: Kasus Koto Tinggi Kabupaten Agam

(1974-1992)”, dalam skripsi tersebut Welhendri

membahas perubahan atau dampak yang ditimbulkan oleh pelaksanaan UU No. 5 tahun 1979. Dengan menekankan pada proses politik berupa penerapan UU No. 5 tahun 1979 di kenagarian Koto Tinggi.3.

Selain itu ada skripsi Yuli Zarni, dengan judul “Kembali Ke Sistem Pemerintahan Nagari : Studi Kasus Pemerintahan Nagari Di Nagari Tapan

Tahun 1999-2009“. Berdasarkan hasil

temuannya menceritakan bahwa, dengan diterapkannya sistem pemerintahan Nagari di Tapan telah menimbulkan dampak terhadap seluruh komponen yang ada didaerah tersebut.4

3

Welhendri,”Perubahan Corak Pemerintahan Nagari ke Desa Melalui UU No. 5 Tahun 1979: Kasus Koto Tinggi Kabupaten Agam (1974-1992)”Skripsi (Padang: Pustaka UNAND,2011), hlm 5

4

Yuli Zarni,”Kembali ke Sistem Pemerintahan Nagari: Studi Kasus Pemerintahan Nagari di Nagari Tapan Tahun 1999-2009”

Skripsi(Padang: Pustaka STKIP PGRI Sumbar,2011), hlm 68

(4)

4 METODE

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode ilmu sejarah. Metode sejarah adalah proses menguji dan menganalisa secara kritis rekaman dan peninggalan masa lalu manusia guna memperoleh konstruksi aktivitas manusia pada masa lampau.5 Metode sejarah disebut juga metode kritik sumber atau metode penelitian dokumenter.

Untuk mendapatkan data yang relevan dengan permasalahan penelitian, digunakan teknik penulisan yang sesuai dengan kaidah-kaidah penulisan sejarah, dengan empat langkah sebagai berikut:

1. Heuristik, heuristik adalah kegiatan mengumpulkan sumber-sumber yang relevan, baik primer maupun sekunder. Sumber primer berupa arsip, laporan, dokumen tentang Pemerintahan Nagari Aua Kuniang maupun wawancara dengan tokoh-tokoh masyarakat setempat seperti Wali Nagari, Ninik Mamak, Alim Ulama dan Cerdik Pandai. Sedangkan sumber sekunder berasal dari data yang menunjang penelitian ini, data ini diperoleh dari riset perpustakaan (fakultas FIS UNP,

5

Taufik Abdullah,Abdurrahman Surjomirharjo,Ilmu Sejarah dan Historiografi,Arah dan Perspektif,(Jakarta:PT.Gramedia,1985), hlm 154

Unand, STKIP PGRI Sumatera Barat dan Arsip Daerah).

2. kritik, sumber data yang telah didapat baik itu dari lapangan maupun data perpustakaan seleksi sehingga diketahui apakah data itu dapat digunakan atau tidak sebagai data penulisan.

3. Interpretasi, kegiatan yang dilakukan untuk menafsirkan fakta dengan cara menghubungkan fakta satu dengan fakta yang lainnya sesuai dengan konteks peristiwa yang meliputi waktu, tempat dan peristiwa.

4. Historiografi, suatu tahap akhir yang dilakukan dengan menyajikan hasil penelitian dalam sebuah tulisan dalam bentuk skripsi.

PEMBAHASAN

Sejak tanggal 1 Agustus 1983 secara resmi pemerintahan Nagari di Sumatera Barat sudah dihapuskan dengan diberlakukannya UU No. 5 Tahun 1979 tentang pemerintahan Desa beserta pelaksanaannya. SK Gubernur Sumatera Barat No. 155/GSB/1974 dengan demikian tidak berlaku lagi. Pemberlakuan UU No. 5 Tahun 1979 menyebabkan hapusnya Nagari sebagai pemerintahan dan juga dihapuskannya Kerapatan Nagari.

Menurut UU No. 5 Tahun 1979 pemerintahan Desa terdiri dari Kepala Desa dan Lembaga Masyarakat Desa sebagai

(5)

5 lembaga penampungan aspirasi masyarakat Desa yang langsung diketuai oleh Kepala Desa. Selanjutnya dalam menjalankan pemerintahannya Kepala Desa dibantu oleh sekretaris Desa dan beberapa orang kepala Dusun.

Dengan adanya perubahan sistem, dari pemerintahan Nagari menjadi Desa (UU No. 5/1979) terdapat perubahan yang terjadi baik dari segi Politik, Sosial, maupun Budaya. Segi Politik yaitu kepemimpinan Wali Nagari digantikan dengan kepala Desa, dari segi Sosial dan Budaya masyarakat Nagari terkotak-kotak kedalam bentuk lembaga Desa, peran mamak berkurang, juga tokoh-tokoh informal dalam masyarakat menjadi hilang fungsi dan keberadaannya sehingga lemahnya kontrol Sosial, rawan dengan konflik sosial yang terjadi didalam masyarakat.6

Dampak dari penerapan pemerintahan Desa di Nagari Aua Kuniang memang telah mempengaruhi kepemimpinan elit tradisional seperti Penghulu dan KAN Aua Kuniang. Salah satu dampaknya adalah hilangnya wewenang kalangan penghulu dalam mengurusi urusan pemerintahan di Desa ataupun di Nagarinya. Hal itu disebabkan

6

Wawancara dengan Sofian, Kepala Desa Lubuk Landur tanggal 3 yang terjadi dalam masyarakat Desa.6Desember 2013

dalam kepemimpinan Desa untuk mengurus masyarakat Desa dan urusan Pemerintah, Kepala Desa langsung menjalankan instruksi yang diberikan oleh atasannya (Camat). Akan tetapi kehadiran KAN di Nagari Aua Kuniang telah menyelamatkan budaya Nagari yang masih melekat seperti dalam upacara pengangkatan penghulu serta berbagai persoalan Adat yang terjadi dalam lingkup kerja KAN Aua Kuniang, dan satu-satunya lembaga yang masih menyatukan antar Desa-desa yang ada di Aua Kuniang.7

Pemerintahan Sumatera Barat ingin mengembalikan sistem pemerintahan Nagari sebagai basis kebudayaan Minangkabau salah satu pemerintah yaitu dengan mengeluarkan Peraturan Daerah Privinsi Sumatera Barat No. 9 Tahun 2000 tentang ketentuan pokok pemerintahan Nagari. Pranata-pranata tradisional seperti Ninik Mamak, Alim Ulama, Cadiak Pandai, dan Bundo Kanduang dengan adanya otonomi daerah ingin dikembalikan fungsinya, walaupun perlu inovasi dan kreativitas sesuai tuntutan zaman. Sebagai basis Budaya dan pemerintahan, Nagari adalah pilar utama dan menjadi model untuk tingkat Kabupaten, karena Kabupaten adalah federasi dari Nagari, dan Provinsi adalah federasi dari Kabupaten.

7

Wawancara dengan Sofian, Kepala Desa Lubuk Landur tanggal 3 Desember 2013

(6)

6 Hal ini mengingatkan bahwa Kabupaten juga beradat seperti layaknya Nagari, dan Provinsi juga beradat seperti beradatnya Kabupaten, konsep inilah yang dikatakan

mambasuik dari bumi.

Setelah keluarnya Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Barat No. 9 Tahun 2000, yang hanya mengatur tentang pokok-pokok Pemerintahan Nagari, maka pemerintah Kabupaten langsung menanggapi dengan mengeluarkan Peraturan Daerah tingkat Kabupaten yang lebih rinci mengenai peraturan sistem pemerintahan Nagari. Pemerintah Kabupaten Pasaman mengeluarkan Peraturan Daerah No. 17 Tahun 2001 tentang Pemerintahan Nagari beserta proses pembentukan Nagari, salah satunya termasuk pada Nagari Aua Kuniang.

KESIMPULAN

Berdasarkan pokok persoalan dan tujuan penelitian yang telah dirumuskan, dan data yang diperoleh telah dibahas dalam bab pembahasan, maka dapat di tarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Implementasi UU No. 5 Tahun 1979 baru terealisasi di Sumatera Barat, pada tahun 1983 dengan dikeluarnya Peraturan Daerah Sumatera Barat No. 13 Tahun 1983 yang menyatakan Nagari sebagai kesatuan masyarakat Hukum Adat.

Pelaksanaan UU No. 5 Tahun 1979 tentang sistem pemerintahan Desa ini membuat pecahnya Nagari sebagai kesatuan adat dengan menepatkan wilayah pemerintahan Desa setingkat wilayah jorong yang merupakan bagian dari wilayah Nagari sebelumnya

2. Sejalan dengan paradigma baru pemerintahan dan runtuhnya rezim orde baru serta keluarnya UU No. 22 Tahun 1999 tentang pemerintahan daerah yang memberikan kesempatan kepada daerah untuk menyesuaikan sistem pemerintahan terendah berdasarkan asal usul dan kondisi sosial budaya dan masyarakat setempat. Dengan adanya otonomi daerah, pemerintah Sumatera Barat ingin mengembalikan sistem pemerintahan Nagari sebagai basis kebudayaan Minangkabau termasuk pada Nagari Aua Kuniang.

3. Setelah keluarnya Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Barat No. 9 Tahun 2000, disusul dengan keluarnya perda Kabupaten Pasaman No. 17 Tahun 2001 tentang pemerintahan Nagari, Aua Kuniang merupakan salah satu Nagari di Kabupaten Pasaman untuk kembali ke sistem pemerintahan Nagari. Proses

(7)

7 pembentukan pemerintahan Nagari yang didasarkan pada perda ini di awali dengan pembentukan lembaga-lembaga yang mendukung pemerintahan Nagari. Diantaranya adalah lembaga eksekutif yaitu Wali Nagari, lembaga legislatif yaitu DPN dan lembaga yudikatif yaitu KAN.

DAFTAR PUSTAKA A. ARSIP

Daftar Hadir Musyawarah Perangkat Desa dan Nagari di Aua Kuniang Tahun 2001.

Kumpulan Peraturan Daerah Kabupaten Pasaman Barat Tentang Pemerintahan Nagari.

Pasaman Dalam Angka 1983-2012, Padang: BPS.

B. BUKU

A.A Navis, 1984, Alam Terkambang jadi

Guru Adat dan Kebudayaan

Minangkabau. Jakarta: PT Pustaka

Grafitipers.

Dr. Asmawi, 2009, Nagari, Desa dan

Nagari. Padang: Sukabina Press.

Hasrifendi, 2003, Utopia Nagari

Minangkabau. Padang: IAIN-IB

Press.

Imran Manan, 1995, Birokrasi Moderen

dan Otoritas Tradisional di

Minangkabau (Nagari dan Desa di

Minangkabau). Padang Sumatra

Barat. Yayasan Pengkajian Kebudayaan Minangkabau Padang. Mas’oed Abidin, 2004, Implementasi Adat

Basandi Syarak, Syarak Basandi

Kitabullah, Padang: PPIM Sumatera

Barat.

Mestika Zed, 1999, Metodologi Sejarah, Padang: Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Padang.

Taufik Abdullah, 1985, Abdurrahman Surjomirharjo, Ilmu Sejarah dan Historiografi,Arah dan Perspektif, Jakarta: PT.Gramedia.

Zenwen Pador, 2002, Kembali ke Nagari:

Batuka Baruak jo Cigak?. Jakarta:

Sinar Repro. C. KARYA ILMIAH

Welhendri, 2011 ”Perubahan Corak Pemerintahan Nagari ke Desa Melalui UU No. 5 tahun 1979: Kasus Koto Tinggi Kabupaten

Agam (1974-1992)”, Skripsi,

Padang: UNAND.

Yuli Zarni, 2011 “Kembali Ke Sistem Pemerintahan Nagari : Studi Kasus Pemerintahan Nagari Di Nagari

Tapan Tahun 1999-2009”, Skripsi,

Padang: Pustaka STKIP PGRI Sumatra Barat.

Referensi

Dokumen terkait

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara (2012-sekarang).. Riwayat Pelatihan :

Permasalahan dalam penelitian ini adalah bahwa makna suatu pengalaman remaja dalam melakukan aktivitas “OOTD” di Instagram menghantarkan pada identitas remaja yang berbeda-beda

+DVLO LQL MXJD PHPSHUNXDW WHRUL %X\WHQGLMN \DQJ PHQJDWDNDQ EDKZD VHRUDQJ SHPLPSLQKDUXVPHODQGDVLNLQHUMDQ\DGHQJDQ GLPHQVL RSHUDVLRQDO DU WLQ\D

4.230.000,- yaitu merupakan kawasan pemukiman (Bangunan/Pekarangan) yang mempunyai fasilitas umum seperti sekolahan, pasar dan komplek perumahan, sehingga kenaikan

Hasilnya berupa daftar (list) posko dengan alamatnya. Hal ini sangat kurang efisien, jika yang bertanya adalah para relawan yang berasal dari luar daerah tersebut, karena

Bahan baku yang digunakan pada proses produksi finishing action adalah kulit sapi crust dyed dengan kualitas C dan R dengan ketebalan shaving 1,2–1,4 mm bewarna black

 hukum Mad Lazim Harfi Mukhaffaf hanya dikhususkan untuk huruf ‘Ain tanpa harakat ( ع ).. Dari pengelompokan Makharijul Huruf ini perlu diperhatikan bahwa terdapat beberapa huruf

Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui adanya senyawa anorganik melalui pengendapan musin yang terdapat pada empedu dan menambahkan perak nitrat, hasilnya ialah terbentuk