• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN PIRANTI-LUNAK EVALUASI BERBASIS CONCORDANCE ANALYSIS METHOD ABSTRAK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGEMBANGAN PIRANTI-LUNAK EVALUASI BERBASIS CONCORDANCE ANALYSIS METHOD ABSTRAK"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN PIRANTI-LUNAK EVALUASI BERBASIS CONCORDANCE ANALYSIS METHOD

Suwardo, ST.

Staf Pengajar Program DIII Teknik Sipil JTS FT UGM, dan

Peserta Magister Teknik Sipil (Bid. Rekayasa Transportasi), Jur. Teknik Sipil ITB

Jl. Ganesha 10, Bandung 40132 Telp/Fax: (022) 2502350 (hunting) E-mail: suwardo@yahoo.com

Dr. Ir. Rudy Hermawan K., M.Sc. Staf Pengajar

Sub Jur. Rekayasa Transportasi, Jur. Teknik Sipil ITB

Jl. Ganesha 10, Bandung 40132 Telp/Fax: (022) 2502350 (hunting) E-mail: rudy@trans.si.itb.ac.id

Ir. Sri Hendarto, M.Sc. Staf Pengajar

Sub Jur. Rekasaya Transportasi, Jur. Teknik Sipil ITB

Jl. Ganesha 10, Bandung 40132 Telp/Fax: (022) 2502350 (hunting) E-mail:

hendarto@trans.si.itb.ac.id

ABSTRAK

Berbagai pihak terkait, dengan kepentingan dan ragam kriterianya secara multidimensi biasa dilibatkan dalam proyek transportasi. Metode evaluasi konvensional, benefit-cost analysis, tidak dapat mengakomodasi aspek-aspek kualitatif (intangible aspects) yang komplek dan sulit dikonversi ke satuan moneter. Dalam dunia yang komplek metode evaluasi multikriteria lebih baik dan sesuai karena lebih sistematis dan komprehensif.

Makalah ini difokuskan pada pengembangan program komputer Concordance Analysis Method (CAM) sebagai alat bantu proses pengambilan keputusan dalam mengevaluasi proyek berbasis multikriteria (misalnya transportasi), serta penerapannya pada studi kasus rencana Jalan Tol Dalam Kota Bandung (JTDKB). Dengan melibatkan berbagai pihak terkait dan beragam kriteria evaluasi yang diusulkan kemudian dilakukan analisis untuk menentukan prioritas pentahapan dan alternatif konstruksi paling optimum. Hasil analisis dua skenario evaluasi sangat dipengaruhi oleh lima kriteria pada empat urutan teratas, yaitu penghematan BOK dan waktu, kesepadanan dengan RUTR, kesepadanan dengan hirarki jalan, hasil analisis biaya-manfaat (NPV), dan biaya investasi total. Prioritas tahapan konstruksi JTDKB skenario 1, berturut-turut yaitu : segmen 1, segmen 3, segmen 4, dan segmen 2, sedangkan pada skenario 2, berturut-turut yaitu : segmen 1, segmen 3, segmen 2, dan segmen 4. Urutan ke-3 dan ke-4 hasilnya berbeda pada kedua skenario itu. Proyek paling optimum kedua skenario adalah segmen 1, meskipun pola dominasi antar proyek berbeda. Dari analisis sensitivitas kedua skenario diperoleh hasil (pola dominasi proyek) yang stabil pada interval bobot kritis tertentu, bobot di luar interval itu akan menyebabkan hasil/polanya berubah. Kesimpulannya, CAM menghasilkan keputusan tentang prioritas alternatif proyek yang obyektif dan dapat dipertanggungjawabkan, sesuai dengan kriteria evaluasinya. Kata-kata kunci: evaluasi proyek, pihak-pihak terlibat, multigrup, multikriteria, concordance analysis method, prioritas, dan analisis sensitivitas.

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Dalam proyek transportasi sering terlibat pihak-pihak (stakeholders), seperti owner, operator, users, dan non-users, yang kepentingannya berbeda-beda. Proyek transportasi terkait masalah multisektor yang komplek, seperti ekonomi, sosial-budaya, kelembagaan, lingkungan, estetika dan sebagainya. Akibatnya timbul masalah perencanaan yang semrawut, biaya investasi sarana dan prasarana besar, kurangnya pengendalian dampak negatif, sulitnya regulasi dan perijinan, adanya konflik kepentingan dalam operasional, manajemen dan pengambilan keputusan. dan sebagainya. Sementara itu metode evaluasi multikriteria lebih komprehensif dibanding analisis ekonomi konvensional (benefit-cost analysis). Evaluasi multikriteria dapat mengakomodasi intangible atau non-monetary aspek yang sulit dikonversi ke satuan moneter. Metode yang ada yaitu Goal Achievment Matrix, Planning Balancing Sheet, Analytical Hierarchy Process, Concordance Analysis, Promethee, dan sebagainya.

(2)

1.2 Tujuan Studi

Studi ini bertujuan untuk mengembangkan program komputer Concordance Analysis Method (CAM) dan menerapkannya dalam evaluasi alternatif proyek peningkatan sistem transportasi dalam kota Bandung, yaitu rencana Jalan Tol Dalam Kota Bandung (JTDKB).

2. PENGEMBANGAN METODE ANALISIS MULTIKRITERIA 2.1 Analisis Multikriteria

Menurut Nijkamp (1976) analisis multikriteria digunakan sebagai instrumen dalam proses pengambilan keputusan dalam bidang perencanaan kota dan wilayah oleh Boyce et al (1970), Hill (1973) dan Lichfield (1975). Dalam era globalisasi yang komplek analisis multikriteria dapat membantu proses pengambilan keputusan dalam mengevaluasi rencana proyek pemerintah/publik secara sistematis dan komprehensif. Kriteria evaluasi yang beragam dimensinya tidak perlu ditransformasikan secara sebarang ke satuan moneter, sehingga dampak intangible dapat diperhitungkan dengan baik. Dengan kata lain analisis multikriteria dilakukan secara multidimensi. Keuntungan lainnya, opini/pandangan publik dapat dilibatkan secara formal dan sitematis sehingga mudah diidentifikasi pada tahap mana opini publik dapat dilibatkan. Kesulitannya adalah bagaimana mengukur prioritas relatif pengambil keputusan, karena kepentingan dari kelompok yang berbeda sulit ditetapkan. Oleh karena itu perlu pendekatan multigrup agar diperoleh solusi yang optimum (compromise solution). Masalah ketidakpastian baik bobot kriteria maupun hasil analisisnya diatasi dengan uji sensitivitas.

Umumnya prosedur evaluasi dengan analisis multikriteria meliputi langkah-langkah : 1) Penetapan pengambil keputusan atau pihak yang terlibat,

2) Spesifikasi seluruh alternatif proyek yang mungkin, 3) Penentuan kriteria pemilihan yang akan digunakan,

4) Penentuan nilai utilitas dari setiap alternatif terhadap setiap kriteria, 5) Penentuan bobot setiap kriteria,

6) Seleksi alternatif yang optimum/terbaik (atau urutannya), 7) Analisis sensitivitas untuk pengujian hasil.

2.2 Analisis Konkorden (Concordance Analysis)

Menurut Pearman (1978) concordance analysis dikembangkan pertama kali oleh B. Roy (1960), yaitu suatu prosedur evaluasi berdasarkan perbandingan alternatif proyek secara berpasangan untuk menentukan pola dominasi antar alternatif proyek yang dinyatakan dengan indeks konkorden dan indeks diskorden dengan menggunakan bobot atau preferensi kriteria. Metode ini sangat sistematis dan komprehensif sehingga diperoleh solusi yang optimum karena informasi publik dapat dilibatkan, khususnya dalam penentuan bobot kriteria. Nijkamp and Van Delft (1977) menerapkannya dalam keputusan pengembangan wilayah regional.

Concordance analysis diawali dengan penentuan alternatif proyek dan kriteria evaluasi yang sesuai. Kriteria adalah tolok ukur evaluasi berupa aspek, faktor atau dampak proyek. Kriteria evaluasi harus efektif, terpisah, unik, tidak ada interdependensi (koefisien korelasi minimum), dan tidak redundant. Kriteria bersifat kualitatif ataupun kuantitatif. Pengukuran nilai alternatif sesuai kriterianya menghasilkan matriks dampak proyek yang multidimensi. Isi matriks berupa rangking, nilai, indeks, jumlah, rasio, skala atau interval. Normalisasi diperlukan agar nilai multidimensional itu memenuhi syarat untuk analisis. Kemudian dibentuk matriks konkorden dan diskorden yang masing-masing berisi indeks konkorden dan indeks diskorden, kemudian diikuti prosedur pemilihan alternatif yang

(3)

diminati. Proyek yang diminati dicari dengan cara memaksimumkan indeks konkorden dan meminimumkan indeks diskorden, sehingga diperoleh pola dominasi antar alternatif proyek. Pilihan alternatif yang paling optimum dihasilkan pada kondisi indeks konkorden maksimum dan indeks diskorden minimum. Keputusan prioritas alternatif pada concordance analysis didasarkan atas pola dominasi antar alternatif proyek.

Algoritma Concordance Analysis Method meliputi tujuh tahap pokok, yaitu : Tahap 1 : Penentuan data masukan, yaitu : matriks dampak proyek dan bobot kriteria Tahap 2 : Identifikasi himpunan konkorden dan diskorden dari tiap pasangan proyek Tahap 3 : Konstruksi matriks konkorden, berisi indeks konkorden

Tahap 4 : Konstruksi matriks diskorden, berisi indeks diskorden Tahap 5 : Identifikasi pola dominasi antar proyek

Tahap 6 : Pemilihan alternatif proyek terbaik (optimum) Tahap 7 : Analisis sensitivitas

2.3 Pengukuran Utilitas Sasaran

Pengukuran sasaran adalah cara untuk memberi nilai setiap alternatif proyek sesuai kriterianya. Ada dua cara pengukuran sasaran sesuai kriterianya, yaitu:

1) cara estimasi tidak langsung, yaitu cara perbandingan berpasangan (pairwise comparison). Alternatif dinilai sesuai kriteria kualitatif dan atau kriteria negatif dengan matriks perbandingan berpasangan sehingga diperoleh vektor eigen (Saaty, 1994). Nilai kriteria negatif (nilai kecil lebih disukai daripada nilai besar, seperti biaya, dampak negatif) dimodifikasi dengan cara perbandingan berpasangan, diperoleh vektor eigen.

2) cara langsung, yaitu cara menilai setiap alternatif sesuai kriteria kuantitatif dan atau kriteria positif

2.4 Pembobotan Kriteria Evaluasi

Pembobotan kriteria adalah cara yang efektif untuk melibatkan opini publik dalam evaluasi, sehingga menghasilkan solusi yang obyektif. Dalam pembobotan digunakan cara pairwise comparison karena dapat diperoleh vektor eigen yang identik dengan bobot, rangking atau rating komprehensif seluruh kriteria. Metode ini memungkinkan partisipasi banyak kepentingan dari banyak grup/pihak. Bobot global diturunkan dari bobot grup untuk seluruh bobot individu. Vektor bobot kriteria mempunyai nilai dari 0 sampai 1.

2.5 Analisis Sensitivitas

Analisis sensitivitas bertujuan untuk menguji pengaruh perubahan parameter bobot kriteria terhadap hasil analisis dan berfungsi untuk mengatasi tingkat ketidakpastian hasil analisis dan bobot kriteria. Prinsipnya adalah menentukan critical value atau interval bobot kritis dimana perubahan bobot tidak akan mempengaruhi hasil analisis akhir. Asumsinya ialah nilai ambang (threshold value) matrik konkorden dan diskorden tidak berubah.

3. PROGRAM KOMPUTER CAM

Program dibuat dengan Ms. Visual Basic 5.0. Struktur program CAM terdiri dari bagian-bagian utama sebagai berikut : Buka Program, Menu Utama, Matriks Dampak Proyek, Konkorden – Dsikorden, Stabilitas Alternatif Proyek Optimum, dan Grafik Interval Bobot Kritis. Program komputer CAM membutuhkan perangkat lunak pendukung, seperti Sistem Operasi Ms. Windows 98, Ms. Visual Basic 5.0 versi 32 bit, Ms. PaintBrush, dan Ms. Access 97. Perangkat keras pendukung, berupa : komputer IBM PC (compatible) dengan konfigurasi minimum sebagai berikut : processor Pentium atau yang lebih tinggi, RAM minimum 32 MB,

(4)

monitor VGA atau XVGA atau resolusi yang lebih tinggi dengan VGA Card Display Adapter (normal memori 2 MB), hardisk mimimum 3,2 GB, keyboard, mouse, dan printer.

4. STUDI KASUS JALAN TOL DALAM KOTA BANDUNG

4.1 Penentuan Pihak Terlibat, Kriteria Evaluasi, dan Alternatif Konstruksi

Evaluasi dilakukan dengan dua skenario. Skenario 1 terdiri dari 5 pihak/grup yang terlibat. Lima grup pertama dari data sekunder (Trisna, 1999) yaitu : PT. Jasa Marga, Bappenas, Bappeda II, Bina Marga, dan Perencana/Ahli. Skenario 2 terdiri dari lima pihak itu ditambah tiga pihak lagi dari survei tambahan, yaitu investor, users, dan non-users. Tiap pihak mempunyai nilai pengaruh relatif yang berbeda-beda. Untuk kriteria evaluasi terdiri dari 13 kriteria yang setingkat yang terbagi dalam 5 kategori kriteria (Lihat Tabel 3.1). Bobot kriteria tidak secara otomatis seragam besarnya karena adanya perbedaan kepentingan (conflict of interests) antar pihak yang terlibat. Analisis pembobotan kriteria dilakukan dengan metode pairwise comparison. Alternatif proyek ditentukan seperti hasil rekomendasi pentahapan konstruksi JTDKB oleh PT. Seecon dan PCI (1996). Diskripsi alternatif proyek itu tampak seperti pada Tabel 3.2 dan Gambar 3.1. Dalam studi ini istilah tahap kontruksi akan diganti dengan istilah segmen, dengan maksud untuk membedakan dalam analisis.

Tabel 3.1 Kriteria dan Pengukuran Utilitasnya

Kategori Kriteria Pengukuran Utilitas

A. Jaringan 1. Kesepadanan dengan hirarki pembangunan jalan Preferensi

2. Kesepadanan dengan RUTR Preferensi

3. Keterkaitan antar pusat pelayanan Jumlah titik tehubungkan

B. Lalulintas 4. Penghematan BOK dan waktu Rp atau Rp/Km

5. Gangguan selama konstruksi Rp atau Rp/Km untuk manajemen

lalulintas C. Lingkungan 6. Gangguan terhadap pemukiman/komersial dan industri

dengan konflik pemisahan lahan Jumlah area terpisahkan 7. Jumlah lahan terakuisisi (pemukiman dan fasilitas umum) m2

dari pemukiman /komersial terakuisisi 8. Jumlah tempat historis kota terganggu Jumlah tempat terganggu

D. Aspek Finansial

dan Bisnis 9. Biaya investasi total Rp

10. Hasil analisis biaya-manfaat, yaitu NPV Rp E. Aspek manajerial

dan konstruksi 11. Ketersediaan lahan %

12. Kemudahan pelaksanaan Preferensi

13. Jangka waktu konstruksi Tahun atau bulan

Sumber : Trisna (1999)

Tabel 3.2 Rekomendasi Tahapan Konstruksi JTDKB Alternatif Koridor Simpang

susun

Ram (R) / Barrier Gate (BG)

Segmen 1 ƒ Koridor 1 (Barat-Timur sebelah Utara) ƒ Koridor 4 (Kiara Condong) 1) Cikutra 2) Cibiru 2

1) Pasteur (R dan BG) 2) Pasir Kaliki (R dan BG) 3) Dago (R) 4) Cikutra (R) 5) Cicaheum (R) 6) Ujung Berung (R) 7) Cibiru 1 (R) 8) Cibiru 2 (R) 9) Jakarta (R) 10) Gatot Subroto (R) 11) Batununggal (R) 12) Kujangsari (BG)

Segmen 2 ƒ Koridor 3 (Pasir Kaliki-Kopo) 1) Kopo (R)

2) Cibolerang (R) 3) Sayati (BG) Segmen 3 ƒ Koridor 2a (Barat-Timur sebelah

Selatan sampai simpang susun Samsat)

1) Kopo 2) Samsat

1) Pasirkoja (BG)

2) Leuwi Panjang (R) 3) Sriwijaya (R) ƒ Koridor 5 (Rumah Sakit Gede Bage) 1) Ujung

Berung

1) Rumah Sakit (R)

2) Ciwastra 1 (R) 3) Ciwastra 2 (BG) Segmen 5

ƒ Koridor 2b (Barat-Timur sebelah Selatan sampai simpang susun Cibiru)

1) Gede Bage

2) Cibiru 1) Gede Bage (R) Sumber : PT.Seecons dan PCI (1996)

(5)

Gambar 3.1. Koridor-koridor JTDKB 4.2 Pembobotan Kriteria dan Nilai Sasaran Alternatif

Pembobotan kriteria menggunakan cara perbandingan berpasangan melalui survei kuisioner secara individual dari tiap pihak terlibat. Bobot grup dihitung dengan pendekatan proporsional dari individu dalam satu pihak. Selanjutnya bobot global diturunkan dari bobot grup berdasarkan pengaruh relatif pihak terlibat. Pengaruh relatif pihak-pihak terlibat ditentukan dengan cara pairwise comparison dengan subyek respondennya dipilih kelompok perencana atau ahli. Bobot global kriteria-kriteria evaluasi disebut vektor bobot dan diasumsikan tetap besarnya bagi seluruh alternatif proyek yang ada. Bobot kategori kriteria maupun kriteria dapat dilihat pada Tabel 3.3 sampai 3.6. Dari bobot-bobot itu dapat diketahui rangkingnya sekaligus. Pada Tabel 3.7 tampak nilai-nilai sasaran alternatif konstruksi sesuai kriterianya, yang disebut matriks dampak proyek. Matriks dampak proyek ini merupakan data masukan untuk analisis dengan program komputer CAM.

Tabel 3.3 Bobot Kategori Kriteria Tiap Pihak dan Rangkingnya secara Grup

Kategori Jasa Marga Bappenas Bappeda Tk

II Bina Marga Ahli Investor Users Non-Users

A 0.329 (1) 0.586 (1) 0.285 (2) 0.542 (1) 0.323 (1) 0.073 (4) 0.361 (1) 0.243 (1) B 0.253 (3) 0.058 (5) 0.330 (1) 0.256 (2) 0.232 (2) 0.339 (1) 0.199 (2) 0.202 (4) C 0.098 (4) 0.083 (4) 0.273 (3) 0.119 (3) 0.194 (3) 0.054 (5) 0.124 (5) 0.220 (2) D 0.274 (2) 0.141 (2) 0.076 (4) 0.039 (5) 0.147 (4) 0.330 (2) 0.130 (4) 0.206 (3) E 0.046 (5) 0.132 (3) 0.036 (5) 0.044 (4) 0.104 (5) 0.204 (3) 0.187 (3) 0.130 (5) Jumlah 1 1 1 1 1 1 1 1

Keterangan : (…) = rangking / urutan

Sumber : Trisna (1999) dan Analisis data primer

Tabel 3.4 Bobot Kategori Kriteria dan Rangkingnya secara Global

Skenario 1 (5 pihak) Skenario 2 (8 pihak)

Kriteria

Bobot Rangking Bobot Rangking Keterangan

A 0.480 1 0.353 1 sama B 0.177 2 0.233 2 sama C 0.133 3 0.159 3 sama D 0.120 4 0.148 4 sama E 0.090 5 0.108 5 sama Jumlah 1 1

(6)

Tabel 3.5 Bobot Kriteria Tiap Pihak dan Rangkingnya secara Grup

Kriteria Jasa Marga Bappenas Bappeda Tk

II Bina Marga Ahli Investor Users Non-Users

1 0.203 (3) 0.110 (2) 0.069 (5) 0.402 (1) 0.122 (2) 0.030 (7) 0.132 (3) 0.078 (6) 2 0.028 (9) 0.428 (1) 0.161 (2) 0.110 (3) 0.122 (3) 0.016 (11) 0.161 (1) 0.092 (4) 3 0.098 (4) 0.047 (7) 0.055 (6) 0.030 (7) 0.079 (5) 0.027 (8) 0.068 (5) 0.073 (9) 4 0.221 (1) 0.050 (6) 0.289 (1) 0.218 (2) 0.190 (1) 0.163 (3) 0.146 (2) 0.152 (1) 5 0.032 (8) 0.007 (12) 0.041 (8) 0.038 (5) 0.042 (11) 0.177 (2) 0.053 (8) 0.050 (12) 6 0.013 (11) 0.013 (10) 0.043 (7) 0.009 (11) 0.065 (7) 0.016 (12) 0.046 (10) 0.076 (8) 7 0.057 (6) 0.057 (5) 0.153 (3) 0.020 (9) 0.065 (8) 0.021 (9) 0.031 (13) 0.063 (10) 8 0.028 (10) 0.012 (11) 0.076 (4) 0.089 (4) 0.065 (9) 0.017 (10) 0.047 (9) 0.081 (5) 9 0.205 (2) 0.094 (4) 0.038 (9) 0.013 (10) 0.081 (4) 0.062 (5) 0.063 (7) 0.106 (2) 10 0.068 (5) 0.047 (8) 0.038 (10) 0.026 (8) 0.065 (6) 0.268 (1) 0.067 (6) 0.100 (3) 11 0.032 (7) 0.104 (3) 0.027 (11) 0.036 (6) 0.050 (10) 0.150 (4) 0.117 (4) 0.077 (7) 12 0.003 (13) 0.006 (13) 0.005 (12) 0.004 (12) 0.025 (13) 0.013 (13) 0.033 (12) 0.021 (13) 13 0.011 (12) 0.022 (9) 0.004 (13) 0.004 (13) 0.029 (12) 0.041 (6) 0.036 (11) 0.032 (12) Jumlah 1 1 1 1 1 1 1 1

Keterangan : (…) = rangking / urutan

Sumber : Trisna (1999) dan Analisis data primer

Tabel 3.6 Bobot Kriteria dan Rangkingnya secara Global

Skenario 1 (5 pihak) Skenario 2 (8 pihak) Kriteria

Bobot Rangking Bobot Rangking Keterangan

1 0.183 2 0.147 2 sama 2 0.235 1 0.133 3 berbeda 3 0.062 7 0.072 5 berbeda 4 0.153 3 0.185 1 berbeda 5 0.025 10 0.049 10 sama 6 0.022 11 0.039 11 sama 7 0.065 6 0.057 9 berbeda 8 0.046 9 0.062 8 berbeda 9 0.067 4 0.072 6 berbeda 10 0.053 8 0.075 5 berbeda 11 0.066 5 0.072 7 berbeda 12 0.009 13 0.015 13 sama 13 0.015 12 0.021 12 sama Jumlah 1 1

Sumber : Trisna (1999) dan Analisis data primer

Tabel 3.7 Data Masukan Berupa Matriks Dampak Proyek

Bobot Alternatif Kriteria Satuan Skenario 1

(5 pihak)

Skenario 2

(8 pihak) Segmen 1 Segmen 2 Segmen 3 Segmen 4 1 Preferensi 0.183 0.140 0.429 0.061 0.255 0.255 2 Preferensi 0.235 0.127 0.429 0.061 0.255 0.255 3 Jml Titik 0.062 0.075 17 5 5 9 4 Juta Rph 0.153 0.189 102,473.47 20,515.11 29,631.83 43,166.89 5 Juta Rp 0.025 0.048 0.093 0.359 0.371 0.177 6 Jml. Area 0.022 0.038 0.061 0.168 0.674 0.096 7 (m2) 0.065 0.063 0.105 0.590 0.186 0.120 8 Jml. Tempat 0.046 0.054 0.100 0.300 0.300 0.300 9 Juta Rp 0.067 0.083 0.093 0.306 0.326 0.275 10 Juta Rp 0.053 0.079 745,813.05 27,148.92 234,655.41 241,648.15 11 % 0.066 0.066 44.82 61.31 100.00 62.68 12 Preferensi 0.009 0.015 0.055 0.564 0.263 0.118 13 Bulan 0.015 0.022 0.177 0.354 0.310 0.160

(7)

4.3 Visualisasi Hasil Program CAM

Data masukan program komputer CAM seperti terlihat pada Tabel 3.7. Sebagian dari bentuk visual dan kinerja program CAM tampak pada Gambar 3.2 sampai 3.3. Matriks konkorden, matriks diskorden, matriks konkorden diferensiasi dan matriks diskorden diferensiasi pada skenario 1 (5 pihak) dalam program komputer tampak seperti pada Gambar 3.2. Pola dominasi antar proyek dan proyek yang paling optimum pada skenario 1 (5 pihak) dapat dilihat pada Gambar 3.3. Dari analisis pada kedua skenario diperoleh hasil pola dominasi proyek dan proyek yang paling optimum seperti pada Tabel 3.8.

Gambar 3.2 Matriks Konkorden, Matriks Diskorden, Matriks Konkorden Diferensiasi dan Matriks Diskorden Diferensiasi

(8)

Tabel 3.8 Pola Dominasi Proyek dan Proyek Paling Optimum Skenario 1 dan 2 Skenario 1 (5 pihak) Skenario 2 (8 pihak) Hasil

Dominator Dominated Dominator Dominated

A Æ C, D A Æ D B Æ -- B Æ -- C Æ D C Æ D Pola Dominasi Proyek D Æ C D Æ -- A Æ B, C, D A Æ B, C, D B Æ -- B Æ -- C Æ D C Æ -- Proyek Yang Paling Optimum D Æ -- D Æ --

Keterangan : A = segmen 1 B = segmen 2 C = segmen 3 D = segmen 4 4.4 Hasil Analisis Sensitivitas

Analisis sensitivitas (stabilitas konkorden dan diskorden) diperoleh hasil berupa batas kritis bobot kriteria evaluasi seperti pada Gambar 3.4 (untuk skenario 1). Batas kritis ini merupakan batas penurunan/kenaikan bobot yang mana pola dominasi proyek (hasil analisis) tidak berubah/stabil. Bobot di luar interval itu akan menyebabkan hasil analisis berubah. Hasil analisis sensitivitas pada kedua skenario ( 5 dan 8 pihak) dapat dilihat pada Tabel 3.9.

Gambar 3.4 Grafik Interval Bobot Kritis Skenario 1 (5 pihak) Tabel 3.9 Interval Bobot Kritis Skenario 1 dan 2

Skenario 1 (5 Pihak) Skenario 2 (8 Pihak)

Kriteria

Bobot Batas kritis bawah Batas kritis atas Bobot Batas kritis bawah Batas kritis atas

1 0.183 0.0683 0.18483 0.147 0.054899 0.14847 2 0.235 0.0877 0.23735 0.133 0.054438 0.13433 3 0.062 0.0231 0.06262 0.072 0.029470 0.07272 4 0.153 0.0571 0.15453 0.185 0.075722 0.18685 5 0.025 0.0093 0.02525 0.049 0.020056 0.04949 6 0.022 0.0082 0.02222 0.039 0.015963 0.03939 7 0.065 0.0242 0.06565 0.057 0.023330 0.05757 8 0.046 0.0171 0.04040 0.062 0.025377 0.06262 9 0.067 0.0250 0.06767 0.072 0.029470 0.07272 10 0.053 0.0198 0.05353 0.075 0.030698 0.07575 11 0.066 0.0246 0.06666 0.072 0.029470 0.07272 12 0.009 0.0034 0.00909 0.015 0.006139 0.01515 13 0.015 0.0056 0.01515 0.021 0.008595 0.02121

(9)

4.5 Hasil Prioritas Pentahapan Konstruksi JTDKB

Berdasarkan Tabel 3.8 dapat diperoleh prioritas / urutan konstruksi untuk JTDKB seperti pada Tabel 3.10 di bawah ini. Proyek yang paling optimum (superior dan non-dominated) adalah alternatif A (segmen 1). Hal ini terbukti dari pola dominasinya bahwa alternatif A selalu mendominasi paling sering terhadap proyek yang lain, sebaliknya tidak pernah didominasi oleh satupun proyek yang lain. Disamping itu pada analisis skenario 1 dan skenario 2 keduanya menghasilkan kesimpulan tentang prioritas kontruksi yang hampir sama, yaitu prioritas ke-1 (alternatif A) dan prioritas ke-2 (alternatif C), meskipun pola dominasi yang dihasilkan berbeda. Pada prioritas ke-3 dan ke-4 ditempati oleh alternatif B atau D yang berbeda untuk kedua skenario. Perbedaan ini disebabkan oleh distribusi bobot kriteria yang berbeda, karena jumlah maupun nilai preferensi pihak yang terlibat juga berbeda.

Tabel 3.10 Rekomendasi Prioritas Pentahapan Konstruksi JTDKB Skenario 1 (5 pihak) Skenario 2 (8 pihak) Prioritas ke-1 : A (segmen 1)

Prioritas ke-2 : C (segmen 3) Prioritas ke-3 : D (segmen 4) Prioritas ke-4 : B (segmen 2)

Prioritas ke-1 : A (segmen 1) Prioritas ke-2 : C (segmen 3) Prioritas ke-3 : B (segmen 2) Prioritas ke-4 : D (segmen 4)

5. KESIMPULAN DAN SARAN

Dari penelitian ini dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut : 1. Pada skenario 1 (5 pihak) :

a) Urutan kategori kriteria sebagai berikut : jaringan (48,0%), lalulintas (17,7%), lingkungan (13,3%), aspek finansial dan bisnis (12,0%), dan aspek manajerial dan konstruksi (9,0%).

b) Urutan kriterianya sebagai berikut : kesepadanan dengan RUTR (23,5%), kesepadanan dengan hirarki jalan (18,3%), penghematan BOK dan waktu (15,3%), biaya investasi total (6,7%), ketersediaan lahan (6,6%), lahan terakuisisi (6,5%), keterkaitan antar pusat pelayanan (6,2%), hasil analisis benefit-cost (5,3%), dan lainnya di bawah 5% (jumlah tempat historis kota terganggu, gangguan selama konstruksi, gangguan pada pemukiman, lama waktu konstruksi, dan kemudahan pelaksanaan).

2. Pada skenario 2 (8 pihak) :

a) Urutan kategori kriteria sebagai berikut : jaringan (35,3%), lalulintas (23,3%), lingkungan (15,9%), aspek finansial dan bisnis (14,8%), dan aspek manajerial dan konstruksi (10,8%).

b) Urutan kriterianya sebagai berikut : penghematan BOK dan waktu (18,5%), kesepadanan dengan hirarki jalan (14,7%), kesepadanan dengan RUTR (13,3%), hasil analisis benefit-cost (7,5%), keterkaitan antar pusat pelayanan (7,2%), biaya investasi total (7,2%), ketersediaan lahan (7,2%), jumlah tempat historis kota terganggu (6,2%), lahan terakuisisi (5,7%), dan lainnya di bawah 5% (gangguan selama konstruksi, gangguan pada pemukiman, lama waktu konstruksi, dan kemudahan pelaksanaan). 3. Dari kedua skenario tampak bahwa hasil analisisnya sangat dipengaruhi oleh lima kriteria

yang berada pada empat urutan teratas, yaitu penghematan BOK dan waktu (kriteria 4), kesepadanan dengan RUTR (kriteria 2), kesepadanan dengan hirarki jalan (kriteria 1), hasil analisis biaya-manfaat / NPV (kriteria 10) dan biaya investasi total (kriteria 9). 4. Prioritas konstruksi JTDKB pada skenario 1 sebagai berikut : segmen 1 (urutan ke-1),

(10)

pada skenario 2 urutannya sebagai berikut : segmen 1 (urutan 1), segmen 3 (urutan 2), segmen 2 (urutan 3), dan segmen 4 (urutan 4). Dalam hal ini urutan 3 dan ke-4 hasilnya berbeda dibandingkan dengan skenario 1.

5. Pilihan proyek paling optimum pada kedua skenario itu sama, yaitu alternatif A (segmen 1), meskipun kedua skenario tersebut menghasilkan pola dominasi proyek yang berbeda. 6. Dari analisis sensitivitas untuk kedua skenario ditunjukkan bahwa pola dominasi hasil

analisis itu akan stabil hanya pada bobot di dalam interval bobot tersebut, bobot di luar interval itu akan menyebabkan polanya berubah.

7. Program CAM yang dijalankan di bawah sistem operasi windows ini dapat membantu menentukan prioritas / urutan dari sejumlah alternatif proyek yang dievaluasi berdasarkan hasil pola dominasi antar alternatif proyeknya.

Saran-saran yang dapat dikemukakan antara lain :

1. Untuk meningkatkan manfaat dan kemudahan (user friendly) bagi pengguna program CAM perlu dikembangkan lebih lanjut dengan menu dan fasilitas-fasilitas dimana pengguna bisa melakukan akses dan intervensi secara fleksibel sehingga memudahkan simulasi analisis (penyisipan, penambahan dan pengurangan data serta pilihan-pilihan lainnya) terhadap pihak terlibat, kriteria maupun alternatif yang ada.

2. Data masukan matriks dampak proyek terbatas pada tipe kardinal serta harus dikonversi/dimodifikasi lebih dulu sesuai dengan tujuan memaksimumkan dampak/kriteria positif dan meminimumkan kriteria negatif, sehingga disarankan pengembangan lebih lanjut tentang algoritma CAM untuk data ordinal.

UCAPAN TERIMA KASIH

Sebagai penutup disampaikan terima kasih kepada Dr. Ir. Rudy Hermawan Karsaman, M.Sc. dan Ir. Sri Hendarto, M.Sc. atas segala kerjasama dan dukungannya dalam membimbing pelaksanaan penelitian dan penyusunan makalah ini. Tidak lupa juga diucapkan terima kasih kepada Agung W. atas diskusinya dalam pemrograman serta seluruh pihak yang telah membantu dalam survei pengambilan data, diskusi dan dukungan yang lainnya sehingga makalah ini dapat disusun dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA

1. Anonim, 1999, Pemrograman Visual Basic 5.0, Cetakan ke-2, Wahana Komputer Semarang dan Penerbit Andi Offset Yogyakarta.

2. Nijkamp, P. and A. van Delft, 1977, Multicriteria Analysis and Regional Decision Making, Martinus Nijhoff, Leiden.

3. Nijkamp, P., 1976, A Multicriteria Analysis for Project Evaluation : Economic-Ecological Evaluation of a Land Reclamation, Free, University, Amsterdam.

4. Pearman, A.D., 1978, An Assessment of Multiple Criteria Decision Making Methods and Their Potensial Use in Comparability Studies Between Trunk Road and Rail Investment, A Report Prepared for the British Rail Board, School of Economic Studies, Leeds University, U.K., June.

5. Saaty, T.L., 1994, Decision Making for Leaders : The Analytical Hierarchi Process for Decision in Complex World, 1st, ed., RWS Publications, Pittsburgh.

6. Trisna, D., 1999 , Penerapan Proses Hirarki Analisis Pada Pembuatan Keputusan Investasi Jalan Tol Dalam Kota Bandung, Tesis Program STJR ITB, Bandung.

Gambar

Tabel 3.1  Kriteria dan Pengukuran Utilitasnya
Gambar 3.1.  Koridor-koridor JTDKB  4.2 Pembobotan Kriteria dan Nilai Sasaran Alternatif
Tabel 3.5  Bobot Kriteria Tiap Pihak dan Rangkingnya secara Grup
Gambar 3.2  Matriks Konkorden, Matriks Diskorden, Matriks Konkorden Diferensiasi dan  Matriks Diskorden Diferensiasi
+2

Referensi

Dokumen terkait

Pada ketiga gambar di atas, garis lurus menunjukkan hubungan antara parameter atmosfer dengan temperatur permukaan untuk kasus

dibutuhkan dalam proses pelaksanaan konseling itu sendiri. Dengan adanya kesepahaman ini, diharapkan proses penyelesaian permasalahan konseli cepat di selesaikan. Untuk

Jumlah kendaraan bermotor yang semakin meningkat di Kota Semarang tentunya akan mendukung meningkatnya polusi udara akibat emisi gas buang kendaraan di ruas-ruas

Pada era pandemi covid-19 sekarang, proses pembelajaran tidak lagi dilakukan di dalam ruang kelas seperti saat era normal, di era sekarang proses pembelajaran

Peta Prakiraan Tingkat Ketersediaan Air Tanah Bulan Juni 2019 Provinsi Maluku Prakiraan tingkat ketersedian air tanah Juni 2019 Provinsi Maluku (lihat gambar 21) berada pada kategori

Juni Juli Agust us Sept ember Okt ober Nopember Desember.

Jika suku bunga JIBOR menjadi 47 basis poin lebih tinggi atau lebih rendah daripada suku bunga pasar untuk periode tiga bulan yang berakhir pada tanggal 31 Maret 2013, dengan