• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANGKA LEMPENG TOTAL IKAN KAKAP MERAH (Lutjanus malabaricus) DIPENGARUHI OLEH KONSENTRASI ASAP CAIR DAN KADAR GARAM SELAMA PENYIMPANAN NASKAH PUBLIKASI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANGKA LEMPENG TOTAL IKAN KAKAP MERAH (Lutjanus malabaricus) DIPENGARUHI OLEH KONSENTRASI ASAP CAIR DAN KADAR GARAM SELAMA PENYIMPANAN NASKAH PUBLIKASI"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

ANGKA LEMPENG TOTAL IKAN KAKAP MERAH (Lutjanus malabaricus) DIPENGARUHI OLEH KONSENTRASI ASAP CAIR DAN KADAR

GARAM SELAMA PENYIMPANAN

NASKAH PUBLIKASI

Disusun Oleh: ANDHI PURWANTO

A 420100121

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

(2)

UNTVERSITAS

MUHAMMADTYAH SURAKARTA

FAKULTAS KEGURUA}{

DAN

ILMU

PENDIDIKAN

AYani Pos I- Palrelar, Kartasura Telp. (027I) 717{1 Fax:715l4i18 Surakarta 58102

Surat Persetuiuan

Artikel

Publikasi Ilmiah

Yang bertanda tangan ini pembimbing/ skripsii tugas akhir: : Nanik Suhartatik S.TP, M.P : 060101780

Telah membaca dan mencermati naskah artikel publikasi ilmiah, yang merupakan ringkasan skripsil tugas akhir dari mahasiswa:

Nama NIPfi\iIK Narna

NIM

Program Studi Judul Skripsi : Andhi Purwanto

:

A420 100 121 : Pendidikan Biologi

"ANGKA LEMPENG TOTAL

IKArr{

KAIAP

MERAH (Lutjanus malnburicus) DIPENGARUHI OLEH KONSENTRASI ASAP CAIR DAN KADAR GARAM SELAMA

PENYIMPANAN'

Naskah artikel tersebu! layak dan dapat disetujui untuk di publikasikan. Demikian persetujuan dibuat, semoga dapat dipergunalian seperlunya.

Stnakana, 27 F ebruai 2014

Pembimbing

(3)

ANGKA LEMPENG TOTAL IKAN KAKAP MERAH (Lutjanus malabaricus) DIPENGARUHI OLEH KONSENTRASI ASAP CAIR DAN KADAR

GARAM SELAMA PENYIMPANAN Andhi Purwanto

A 420 100 121 ABSTRAK

Ikan kakap merah (Lutjanus malabaricus) adalah jenis ikan laut yang memiliki nilai ekonomis tinggi, bergizi, dan banyak digemari masyarakat. Sifat dari ikan kakap merah yang mudah membusuk membutuhkan penanganan yang tepat untuk menjaga kualitas ikan yaitu menggunakan kombinasi asap cair dan garam. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh konsentrasi asap cair dan kadar garam terhadap total mikrobia dan sifat fisik ikan kakap merah selama penyimpanan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen dengan rancangan acak lengkap (RAL) yang terdiri dari 2 faktor perlakuan yaitu: Jenis perlakuan kombinasi asap cair (0, 1, 2%) garam (20%) dan lama penyimpanan (0 hari, 2hari, dan 4 hari). Analisis data diuji secara deskriptif kuantitatif dengan uji angka lempeng total dan deskriptif kualitatif dengan uji sifat sensori. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi asap cair dan kadar garam mempengaruhi total mikrobia ikan kakap merah selama penyimpanan. Total mikrobia terbanyak pada K2 (kontrol hari ke 2) yaitu 9,5 x 109 CFU/g, Total mikrobia terendah

pada P0 R0 (asap cair 0%; garam 20% yaitu 2,5 x 105. Konsentrasi asap cair dan kadar

garam terbaik terdapat pada perlakuan kombinasi asap cair 2%; garam 20%. Sifat sensorik perlakuan terbaik terdapat pada perlakuan asap cair 2%; garam 20%.

Kata kunci: Ikan kakap merah, asap cair, garam, angka lempeng total

ABTRACT

Red snapper (Lutjanus malabaricus) is a species of marine fish that have high economic value, nutritious, and favorite among community. Generally, fish are perishable foods and need a proper handling to maintain the freshness of red snapper, especially combination treatments of liquid smoke and salt. The purpose of study was to determinate the effect of liquid smoke consentration and salt to total microbial (Total Plate Count) and Physical characteristic of red snapper during storage. The method used in this study was an experimental method with a completely randomized design (CRD) consisting of 2 factors, namely: liquid smoke (0, 1, 2%) and salt combination (20%) and storage day (0, 2, and 4 days). Data analysis was tested by quantitative descriptive total plate count test and descriptive qualitative test sensory properties. The results showed that the concentration of liquid smoke and salt levels affect the total microbial of red snapper during storage. Highest total microbial in K2 (Controll day 2) namely 9,5 x 109 CFU / g, total microbial

lowest at P0R0 (liquid smoke 0%, salt 20%) namely 2,5 x 105. The concentration of liquid

smoke and salt levels are best in combination treatment of liquid smoke 2%, salt 20%. Sensory properties are the best treatment in the treatment of liquid smoke 2%, salt 20%.

(4)

PENDAHULUAN

Indonesia merupakan negara kepulauan yang sebagian besar wilayahnya terdiri atas perairan, dan mempunyai laut serta potensi perikanan yang sangat besar. Oleh karena itu sangat disayangkan bila perikanan tidak digali secara optimal. Salah satu ikan yang banyak dikonsumsi adalah ikan kakap merah. Ikan kakap merah (Lutjanus malabaricus) adalah jenis ikan laut yang memiliki nilai ekonomis tinggi dan banyak digemari, baik untuk dikonsumsi masyarakat atau untuk komoditas ekspor. Ikan kakap merah dengan porsi 250 gr mengandung 32mcg mineral selenium. Selenium adalah mineral untuk mencegah terjadinya oksidasi lemak. 250 gr porsi kakap merah mengandung 168 mg fosfor. Fosfor dalam ikan ini adalah nutrisi yang berkaitan dengan kesehatan tulang dan kepadatan tulang. 85% dari fosfor ditemukan pada tulang ikan tersebut. Kakap merah mengandung protein sekitar 33% dari nilai kebutuhan harian yang direkomendasikan. 250 gr porsi ikan kakap merah mengandung 17,4 mg protein. (Balekambang, 2013).

Sifat fisik umum dari ikan kakap merah adalah sangat mudah rusak dan membusuk. Kerusakan produk perikanan baik yang bersifat enzimatis maupun bakteriologis akan mengakibatkan terjadinya dekomposisi protein maupun lemak. Oleh sebab itu perlu adanya pengawetan untuk mengurangi kadar air dalam tubuh ikan. Pengawetan pada penelitian ini menggunakan kombinasi asap cair dan garam.

Asap cair merupakan salah satu hasil pirolisis tanaman atau kayu pada suhu sekitar 400 oC (Soldera, 2008). Penggunaan asap cair mempunyai banyak keuntungan dibandingkan metode pengasapan tradisional, yaitu lebih mudah diaplikasikan, proses lebih cepat, memberikan karakteristik yang khas pada produk akhir berupa aroma, warna, dan rasa, serta penggunaannya tidak mencemari lingkungan (Simko, 2002). Menurut penelitian yang dilakukan oleh (Setiadji, 2009) bahwa asap cair dengan konsentrasi 2,5% mampu memperpanjang umur simpan bakso ikan 16 jam lebih lama (berdasarkan nilai TPC pada SNI 01-3819-1995) daripada kontrol pada suhu kamar (27-28°C) dan 8 hari lebih lama

(5)

pada suhu refrigerasi ( 4±1 °C) masih layak untuk dikonsumsi. Ernawati (2012) dalam penelitiannya bahwa pengolahan sosis ikan dengan pengasapan memberikan antioksidan alami yaitu fenol yang terdapat pada komponen asap.

Penggaraman adalah suatu rangkaian proses pengawetan ikan dengan cara mencampurkan garam dengan ikan baik dalam bentuk kristal maupun larutan garam. Garam yang dicampurkan dengan ikan akan menyerap kandungan air dalam tubuh ikan sehingga kegiatan metabolisme bakteri di dalam tubuh ikan akan dapat dihambat atau dihentikan. Penelitian lain yang terkait dengan penggaraman adalah Rahmani (2007) bahwa ikan asin gabus dengan konsentrasi garam 20% dan lama perendaman 24 jam merupakan perlakuan terbaik.

Kualitas ikan kakap merah ditentukan oleh total mikrobia atau Angka lempeng total dan sifat fisiknya. Angka lempeng total merupakan salah satu cara untuk menghitung cemaran mikroba dalam suatu sampel, dimana cara ini merupakan bagian dari metode hitung cawan. Prinsip pada metode hitungan cawan adalah jika sel jasad renik yang masih hidup ditumbuhkan pada medium agar, maka sel jasad renik tersebut akan berkembang biak membentuk koloni yang dapat dilihat langsung dan dapat dihitung dengan menggunakan mata tanpa mikroskop.

Uraian di atas memberikan motivasi peneliti untuk mengetahui kombinasi pengawet alami asap cair dengan penggaraman. Berdasarkan hal tersebut maka peneliti melakukan penelitian dengan judul “Angka Lempeng

Total Ikan Kakap (Lutjanus malabaricus) Dipengaruhi oleh Konsentrasi Asap Cair dan Kadar Garam selama Penyimpanan”.

METODE PENELITIAN

Penelitian pengawetan ikan kakap merah dengan kombinasi asap cair dan kadar garam serta pengujian angka lempeng total ikan kakap merah dilaksanakan pada bulan Januari 2014 di Laboratorium Biologi Universitas Muhammadiyah Surakarta. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 2 faktor perlakuan yaitu: faktor I jenis perlakuan kombinasi asap cair dan garam, terdiri

(6)

dari tiga level yaitu: asap cair 0%; garam 20%(P0), 1%; garam 20% (P1), 2%; garam 20% (P2). Faktor II adalah lama penyimpanan, terdiri dari tiga level yaitu: 0 hari (R0), 2 hari (R1), dan 4 hari (R2).

Faktor I: Jenis perlakuan kombinasi (P) K0 : Kontrol

P0 : Dosis asap cair 0 % : garam 20% P1 : Dosis asap cair 1 % : garam 20% P2 : Dosis asap cair 2 % : garam 20%

Faktor II: Lama penyimpanan (R) dengan 3 taraf yaitu R0 : Lama penyimpanan 0 hari

R1 : Lama penyimpanan 2 hari R2 : Lama penyimpanan 4 hari

Tabel 1 Perlakuan kombinasi asap cair dan garam terhadap total mikrobia Ikan kakap merah (lutjanus malabaricus) selama penyimpanan.

P R R0 R1 R2  P0  P0 R0 P0R1 P0 R2  P1  P1R0 P1R1 P1 R2  P2  P2 R0 P2 R1 P2 R2 

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini dengan menguji angka lempeng total (ALT) pada ikan kakap merah dengan pengawetan asap cair dan penggaraman. Pengujian kualitas Ikan Kakap merah dengan uji sifat sensori seperti: Warna, kesegaran, bau, dan kenampakan secara umum ikan kakap merah.

Analisis data pada penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif yaitu dilakukan dengan cara menganalisis hasil pengujian angka lempeng total ikan kakap merah dan deskriptif kualitatif dengan menganalisis data yang diperoleh dari uji sifat sensori seperti: Warna, kesegaran, bau, dan kenampakan secara umum.

(7)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Uji angka Lempeng Total Ikan Kakap Merah

Tabel 2 Hasil uji angka lempeng total ikan kakap setelah penambahan kombinasi asap cair dan kadar garam (log CFU/g)

R P R0 R1 R2 P0 5,39** 8 9,01 P1 6,02 8,55 9,62 P2 5,50 8,04 8,86 Kontrol K0 K1 K2 6,89 7,50 9,97* Keterangan:

(*)Total populasi mikrobia tertinggi (**) Total populasi mikrobia terendah

Kandungan bakteri dalam suatu produk merupakan salah satu parameter mikrobiologis dalam menentukan layak tidaknya produk tersebut untuk dikonsumsi (Kristinsson et al., 2007). Hasil angka lempeng total ikan kakap merah selama penyimpanan pada suhu kamar dapat dilihat pada tabel 2. Tabel 2 menunjukkan bahwa pada hari ke-0 sampai hari ke-4 TPC semua perlakuan mengalami peningkatan selama penyimpanan. Nilai TPC penambahan kombinasi asap cair dan garam semua perlakuan cenderung lebih rendah daripada kontrol selama penyimpanan. Hal tersebut dikarenakan kandungan kadar fenol yang tinggi pada asap cair yang ditambahkan dapat menghambat pertumbuhan mikrobia (Himawati, 2010). Selain itu kandungan garam pada perlakuan menyerap air dari daging ikan sehingga aktivitas bakteri terhambat. Pada bakteri, garam menyebabkan plasmolisis sel sehingga ketersediaan air berkurang dan mematikan bakteri (Astawan, 2004). Hal ini menunjukkan bahwa asap cair dan garam berpengaruh terhadap sifat mikrobiologi ikan kakap merah.

Pada hari ke-4 perlakuan dengan konsentrasi tertinggi yaitu asap cair 2%; garam 20% mempunyai aktivitas terbaik untuk menghambat pertumbuhan bakteri karena kandungan fenol yang terserap dalam tubuh ikan tinggi . Hal tersebut didukung oleh penelitian Nuzirwan (2013)yang menunjukkan bahwa

(8)

fenol merupakan zat aktif yang dapat memberikan efek anti bakteri dan anti mikroba pada asap cair. Semakin tinggi konsentrasi asap cair maka peresapan komponen asap cair kedalam tubuh ikan akan lebih banyak terserap sehingga aktivitas anti bakterinya juga semakin tinggi. Sejalan dengan penelitian dengan penelitian Arizona dkk. (2011) yaitu kadar fenol daging semakin tinggi dengan meningkatnya konsentrasi asap cair.

Uji sifat sensori Warna

Tabel 3 Data Hasil Uji Sifat Sensori Warna Ikan Kakap Merah

R P

R0 R1 R2

P0 Terang dan jernih Agak terang Sangat suram

P1 Terang dan jernih Terang dan jernih suram

P2 Terang dan jernih Terang dan jernih Agak terang

 

Kontrol K0 K1 K2

Terang dan jernih Suram Sangat suram

Dari gambar 3 diketahui bahwa pada hari ke-0 sampai hari ke-4 perlakuan dan hari ke-0 sampai hari ke-2 kontrol analisis warna semua perlakuan mengalami penurunan. Parameter warna yang paling cepat mengalami penurunan yaitu pada ikan kontrol. Pada hari ke-2 parameter warna ikan kontrol berbeda nyata dengan ikan perlakuan. Ikan dengan perlakuan pada hari ke-2 berdasarkan sifat sensoris masih dapat diterima sedangkan ikan kontrol secara visual sudah tidak dapat diterima karena parameter warnanya sudah kuning, sangat suram dan tidak utuh sehingga sudah tidak memenuhi standar kualitas ikan asap.

Berdasarkan sifat sensoris warna semakin tinggi penambahan asap cair parameter warnanya semakin baik. Dapat disimpulkan bahwa ikan dengan kombinasi perlakuan asap cair 1%; garam 20% dan asap cair 2%; garam 20% mempunyai parameter warna yang lebih baik dari pada ikan dengan kombinasi perlakuan asap cair 0%; garam 20% dan kontrol.

(9)

Bau

Tabel 4 Data Hasil Uji Sifat Sensori Bau Ikan Kakap Merah

R P

R0 R1 R2

P0 Berbau segar Agak busuk Sangat busuk

P1 Berbau segar Berbau segar Busuk

P2 Berbau segar Berbau segar Agak busuk

 

Kontrol K0 K1 K2

Berbau segar Busuk Sangat busuk

Dari gambar 4 diketahui bahwa pada pada hari 0 sampai hari ke-4 perlakuan dan hari ke-0 sampai hari ke-2 kontrol parameter bau semua perlakuan mengalami penurunan. Parameter bau yang paling cepat mengalami penurunan yaitu pada ikan kontrol sedangkan penurunan yang paling lambat pada kombinasi perlakuan 2%; garam 20%. Hal tersebut disebabkan karena adanya senyawa fenol pada asap cair. Pada hari ke-2 parameter warna ikan kontrol berbeda nyata dengan ikan perlakuan. Ikan dengan perlakuan pada hari ke-2 berdasarkan sifat sensoris bau masih dapat diterima sedangkan ikan kontrol berdasarkan sifat sensoris bau sudah tidak dapat diterima karena parameter baunyanya sudah busuk sehingga sudah tidak memenuhi standar kualitas ikan asap.

Berdasarkan sifat sensoris bau semakin tinggi penambahan asap cair parameter baunya semakin baik. Dapat disimpulkan bahwa ikan dengan kombinasi perlakuan asap cair 1%; garam 20% dan asap cair 2%; garam 20% mempunyai parameter bau yang lebih baik dari pada ikan dengan kombinasi perlakuan asap cair 0%; garam 20% dan kontrol.

Kesegaran

Tabel 5 Data Hasil Uji Sifat Sensori Kesegaran Ikan Kakap Merah

R P

R0 R1 R2

P0 Segar Pucat Sangat pucat

P1 Segar Segar Pucat

P2 Segar Segar Agak pucat

Kontrol K0 K1 K2

Segar Pucat Sangat pucat

Dari tabel 5 diketahui bahwa pada pada hari ke-0 sampai hari ke-4 perlakuan dan hari ke-0 sampai hari ke-2 kontrol parameter kesegaran

(10)

semua perlakuan mengalami penurunan. Parameter kesegaran yang paling cepat mengalami penurunan yaitu pada ikan kontrol sedangkan penurunan yang paling lambat pada kombinasi perlakuan 2%; garam 20%. Hal tersebut disebabkan karena adanya senyawa fenol pada asap cair. Pada hari ke-2 parameter kesegaran ikan kontrol berbeda nyata dengan ikan perlakuan. Ikan dengan perlakuan pada hari ke-2 berdasarkan sifat sensoris kesegaran masih dapat diterima sedangkan ikan kontrol berdasarkan sifat sensoris kesegaran sudah tidak dapat diterima karena parameter kesegarannya sudah sangat pucat sehingga sudah tidak memenuhi standar kualitas ikan asap.

Pada hari ke-4 secara keseluruhan ikan perlakuan pada hari ke-4 sudah tidak dapat diterima. Berdasarkan sifat sensoris kesegaran semakin tinggi penambahan asap cair parameter kesegarannyanya semakin baik. Dapat disimpulkan bahwa ikan dengan kombinasi perlakuan asap cair 1%; garam 20% dan asap cair 2%; garam 20% mempunyai parameter kesegaran yang lebih baik dari pada ikan dengan kombinasi perlakuan asap cair 0%; garam 20% dan kontrol.

Kenampakan Secara Umum

Tabel 6 Data Hasil Uji Sifat Sensori Kenampakan Secara Umum Ikan Kakap Merah

R P

R0 R1 R2

P0 Baik Agak baik Sangat buruk

P1 Baik Baik Buruk

P2 Baik Baik Agak baik

Kontrol K0 K1 K2

Baik Buruk Sangat buruk

Dari gambar 6 diketahui bahwa pada pada hari ke-0 sampai hari ke-4 perlakuan dan hari ke-0 sampai hari ke-2 kontrol kenampakan secara umum semua perlakuan mengalami penurunan. Kenampakan secara umum yang paling cepat mengalami penurunan yaitu pada ikan kontrol sedangkan penurunan yang paling lambat pada kombinasi perlakuan 2%; garam 20%. Hal tersebut disebabkan karena adanya senyawa fenol pada asap cair. Pada hari ke-2 kenampakan secara umum ikan kontrol berbeda nyata dengan ikan perlakuan. Ikan dengan perlakuan pada hari ke-2 berdasarkan sifat sensoris

(11)

kenampakan secara umum masih dapat diterima sedangkan ikan kontrol berdasarkan sifat sensoris kenampakan secara umum sudah tidak dapat diterima karena kenampakan secara umumnya sudah sangat buruk sehingga sudah tidak memenuhi standar kualitas ikan asap.

Pada hari ke-4 secara keseluruhan ikan perlakuan pada hari ke-4 sudah tidak dapat diterima. Berdasarkan sifat sensoris kenampakan secara umum semakin tinggi penambahan asap cair kenampakan secara umum semakin baik. Dapat disimpulkan bahwa ikan dengan kombinasi perlakuan asap cair 1%; garam 20% dan asap cair 2%; garam 20% mempunyai kenampakan secara umum yang lebih baik dan memiliki umur simpan lebih lama dibandingkan ikan dengan kombinasi perlakuan asap cair 0%; garam 20% dan kontrol.

KESIMPULAN

Berdasarkan analisis data dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut: Konsentrasi asap cair dan kadar garam mempengaruhi total mikrobia ikan kakap merah (Lutjanus malabaricus) selama penyimpanan. Total mikrobia terbanyak pada K2 (9,5 x 109 CFU/g), Total mikrobia terendah pada P0 R0 (2,5 x 105), perlakuan penambahan asap cair dan garam yang menghasilkan total mikrobia terendah adalah asap cair 2%; garam 20% dan perlakuan yang memberikan kenampakan ikan paling baik setelah disimpan selama 4 hari adalah asap cair 2%; garam 20%.

SARAN

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan lama penyimpanan 0, 8, 16, dan 24 jam serta kombinasi asap cair dan garam selama penyimpanan suhu refrigerasi untuk mengetahui ketahanan mutu ikan kakap merah.

Daftar Pustaka

Arizona, R., E. Suryanto, dan Y. Erwanto. 2011. Pengaruh Konsentrasi Asap Cair

Tempurung Kenari dan Lama Penyimpanan Terhadap Kualitas Kimia dan Fisik Daging. Buletin Peternakan Vol. 35(1): 50-56.

(12)

Astawan, Made. 2004. Ikan yang Sedap dan Bergizi. Surakarta: Tiga Serangkai. Balekambang. 2013. “Manfaat Ikan Kakap Merah”.

http://restobalekambang.com/artikel/manfaat-ikan-kakap-merah. (

Diakses pada tanggal 30 Oktober 2013).

Ernawati. 2012. “Efek Antioksidan Asap Cair Terhadap Stabilitas Oksidasi Sosis

Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) Selama Penyimpanan”. Jurnal.

Jawa Timur: Jurusan Teknologi Hasil Ternak Universitas Brawijaya. Himawati, Endah. 2010. Pengaruh Penambahan Asap Cair Tempurung Kelapa

Destilasi dan Redestilasi Terhadap Sifat Kimia, Mikrobiologi, dan Sensoris Ikan Pindang Layang (Decapterus Spp) Selama Penyimpanan.

Skripsi. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.

Kristinsson HG, Danyali N, Ua-Angkoon S. 2007. Effect of filtered wood smoke

treatment on chemical and microbial changes in mahi mahi fillets. J Food Sci 72:16-24.

Nuzirwan. 2013. Kajian Penerimaan Konsumer Terhadap Ikan Asap Selais

(Cryptoperus Bicirchis) Yang Dibuat Mengunakan Asap Cair. Jurnal.

Riau: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau Pekan Baru.

Rahmani. 2007. “Pengaruh Metode Penggaraman Basah Terhadap Karakteristik

Produk Ikan Asin Gabus (Ophiocephalus striatus)”. Jurnal.

Banjarmasin: Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Universitas Brawijaya. Setiadji. 2009. “Aktivitas Antibakteri Asap Cair dan Daya Awetnya Terhadap

Bakso Ikan”. Jurnal. Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian Institut

Pertanian Bogor.

Simko, P. 2002. Determinat ion of polycyclic aromat ichydrocarbons in smoked

meat products and smoke flavouring food additives. J Chromatogr 770:

3-18.

Soldera, S., N. Sebastianut to and R. Bortolomeazzi. 2008. Composition of

phenolic compounds and antioxidant activity of commercial aqueous smoke flavorings. J Agric Food Chem 56: 2727–2734.

Gambar

Tabel 2 menunjukkan bahwa pada hari ke-0 sampai hari ke-4 TPC semua  perlakuan mengalami peningkatan selama penyimpanan
Tabel 5 Data Hasil Uji Sifat Sensori Kesegaran Ikan Kakap Merah                     R

Referensi

Dokumen terkait

Refilda, Fitria Fahri dan Indrawati (2007) Pengaruh Garam dan Asap Cair Tempurung Kelapa Terhadap Rasa dan Kualitas Ikan Bilih ( Mystacoleuseus padangensis )

Dari tabel 1.3 dapat diketahui bahwa pada semua hari pengamatan sampel dengan penambahan asap cair redestilasi dan destilasi (kecuali perlakuan asap cair destilasi 1%

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi mutu ikan lele asap yang diperdagangkan di Pasar Panorama Kota Bengkulu dilihat dari total mikroorganismeselama penyimpanan

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa asap cair sabut kelapa 20% v/v baik untuk dijadikan sebagai bahan koagulasi lateks dan dosis asap cair sabut kelapa 20% v/v

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh serta menentukan kombinasi perlakuan terbaik konsentrasi asap cair tempurung kelapa dan lama pengeringan terhadap

Efek antimikoba yang dihasilkan dari asap cair “waa sagu” selama proses pengasapan ikan tuna dimana selain pemanas dan pengeringan, ternyata yang paling utama yakni adanya

Efek antimikoba yang dihasilkan dari asap cair “waa sagu” selama proses pengasapan ikan tuna dimana selain pemanas dan pengeringan, ternyata yang paling utama

Nilai kenampakan ikan teri galer asin kering dalam Tabel 2 menunjukkan perlakuan dengan penambahan asap cair pada penyimpanan hari ke 14 ialah 7,00±1,39, sedangkan