• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Reggae adalah kombinasi dari iringan tradisional Afrika, Amerika dan blues

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Reggae adalah kombinasi dari iringan tradisional Afrika, Amerika dan blues"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Reggae adalah kombinasi dari iringan tradisional Afrika, Amerika dan blues

serta folk (lagu rakyat) Jamaika. Gaya sistesis ini jelas menunjukkan keaslian Jamaika dan memasukkan ketukan putus-putus tersendiri, strumming gitar ke arah atas, pola vocal yang ”berkotbah” dan lirik yang masih seputar tradisi religius Rastafari. Tema yang paling sering dijadikan lirik adalah Rastafari, protes sosial politik, dan pesan manusiawi.1

Musik reggae sendiri pada awalnya lahir dari jalanan Getho (perkampungan kaum Rastafaria) di Kingson ibu kota Jamaika. Inilah yang menyebabkan gaya rambut gimbal menghiasi para musisi reggae, awal dan lirik-lirik lagu Reggae sarat dengan muatan ajaran Rastafari yakni kebebasan, perdamaian, dan keindahan alam, serta gaya hidup bohemian. Masuknya reggae sebagai salah satu unsur musik dunia yang juga mempengaruhi banyak musisi dunia lainnya, otomatis mengakibatkan aliran musik Reggae pertama kali dikembangkan di Jamaika pada akhir tahun 1960. Akar musik ini adalah musik ska dan rockcteady, yang temponya lebih cepat dibandingkan Reggae. Meskipun kadang-kadang digunakan dalam pengertian yang lebih luas untuk merujuk kepada sebagian besar jenis musik Jamaika.

Kata “reggae” sebenarnya berasal dari logat Afrika dari kata “ragged” yaitu gerakan seperti menghentak badan saat orang menari dengan iringan musik ska atau

reggae. Reggae sendiri dipengaruhi oleh musik R&B, rock, alypso, rhumba serta

musik khas Jamaika yang disebut Mento yang cenderung memberi tekanan pada nada-nada lemah serta hentakan ritmik drum yang komplek.

(2)

satu ini menjadi barang konsumsi publik dunia. Maka, gaya rambut gimbal atau

Dreadlock serta lirik-lirik ‘Rasta’ dalam lagunya pun menjadi konsumsi publik. Dalam

kata lain, Dreadlock dan ajaran Rasta telah menjadi produksi pop, menjadi budaya pop, seiring berkembangnya musik reggae sebagai sebuah musik pop.

Di Indonesia, reggae mulai berkembang di tahun 1980-an hingga sekarang. Ada beberapa musisi yang eksis memainkan musik reggae di Indonesia. Di antaranya adalah Abreso, yang sudah bernyanyi reggae sejak tahun 1980-an, dan berkisar tahun 1984 mereka telah melakukan rekaman. Dan Abreso inilah yang tercatat sebagai memainkan musik reggae di Indonesia.2

Perkembangan musik reggae di kota Medan dapat dilihat berdasarkan munculnya beberapa band reggae, yaitu: Coconut Head, Castello, After Sunset, Campigna, Black Banana Trees, Wacacau serta Tobasta. Dan di kota Medan terdapat

Selain itu, dikenal pula nama Imanes, Toni Q Rastafarra, Steven and The Coconut Trees dan juga almarhum Mbah Surip. Tony Q Rastafara dengan group band Rastafara adalah orang yang pertama mempopulerkan music reggae di Indonesia dengan membawakan lagu-lagu ciptaan Bob Marley dan lagu-lagu ciptaannya sendiri dan hingga sekarang masih tetap berkarya. Begitu juga dengan Steven Cocounattreez yang hadir dengan warna musik yang sama di tahun 2000-an.

Di kota Medan juga tidak luput dari pengaruh musik reggae, hal ini dapat dilihat berdasarkan munculnya band reggae kota Medan yakni Coconud Head, Campina Reggae, dan lain-lain. Sekarang ini semakin banyak pecinta musik reggae di kota Medan dan ruang gerak mereka pun tidak sebatas musik, namun berbagai aktivitas yang diangggap sebagai apresiasi terhadap musik reggae.

(3)

suatu komunitas pecinta musik reggae, yaitu REMI (Reggae Medan Indonesia) yang terdiri dari beberapa kelompok band di dalamnya. Tercatat ada 9 kelompok yang tergabung dalam komunitas REMI, yaitu: Coconut Head, Castello, After Sunset, Campigna, Black Banana Trees, Wacacau serta Tobasta.

Penampilan para pecinta music reggae di kota Medan tidak jauh beda dengan penampilan para pecinta reggae di negara-negara lainnya. Dalam hal ini penampilan yang dimaksud penulis adalah cara tatanan rambut, assesoris tubuh, misalnya: ikat rambut, gelang, cincin, kalung, dan cara berpakaian yang berwarna merah, kuning, hijau. Selain itu pecinta musik reggae di kota Medan juga kerap menggunakan gambar daun Marijuana yang dipercaya sebagai hippies yang pernah popular di Amerika Serikat. Sama halnya dengan Coconud Head, group band reggae ini juga berpenampilan seperti penganut Rastafari.

Menurut vocalis Coconut Head yang kerap di sapa B.T (30 tahun), dikenalnya musik reggae di Kota Medan sebenarnya sudah sejak tahun 1980-an, namun munculnya band-band yang beraliran reggae ada sejak tahun 2000-an. Begitu juga yang telah diungkapkan oleh Chalid, vocalis Sunset (35 tahun) dan Bembeng, gitaris Sunset (36 tahun), dikenalnya musik reggae di kota Medan sudah sejak tahun 1980-an, yaitu dikenal lewat media televisi dan radio, serta jaringan internet. Namun group band yang beraliran reggae muncul pada tahun 2000-an.

Group band reggae di kota Medan yang masih eksis sampai sekarang ini adalah Coconut Head. Group Band yang berdiri pada tahun 2005 ini mampu mempopulerkan musik reggae di kota Medan melalui berbagai pentunjukan yang mereka tampilkan di kota Medan. Selain itu, Coconut Head juga telah dikenal diberbagai daerah di Indonesia secara khusus para pecinta reggae. Salah satu bukti dari ketenaran Coconut

(4)

Head di dunia musik reggae Indonesia adalah dengan di undangnya sebagai salah satu bintang tamu di Indonesia Reggae Fest 2011 pada tanggal 21 Mei 2011 yang dilaksanakan di Area Pekan Raya, Jakarta, Indonesia.

Berdasarkan uraian di atas, ada beberapa permasalahan yang menarik untuk dikaji dari topik penelitian ini; pertama, bagaimana sejarah dan keberadaan reggae dikota medan. Kedua, bagaimana perkembangan band musik reggae di Kota Medan. Ketiga, bagaimana ekspresi sosial dan aktivitas komunitas reggae di kota Medan. Keempat, bagaimana seni pertunjukan yang dilakukan oleh Coconut Head sehingga mereka dapat mempopulerkan musik reggae di kota medan. Sehingga penulis ingin menulis skripsi dengan judul ’ Deskripsi Seni Pertunjukan Komunitas Musik Reggae

di Kota Medan; Studi Kasus Ccocnut Head”.

1.2 Pokok Permasalahan

Dari latar belakang yang dikemukakan, ada beberapa permasalahan yang menarik untuk dikaji dari topik penelitian ini:

1. Bagaimana sejarah singkat musik reggae?

2. Bagaimana sejarah dan keberadaan musik reggae di kota Medan?

3. Bagaimana ekspresi sosial dan aktivitas komunitas reggae di kota Medan? 4. Bagaimana seni pertunjukan Coconut Head pada acara Indonesia Reggae Fest

1.3 Tujuan dan Manfaat 1.3.1 Tujuan

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah, maka tujuan utama dari penulisan dan penelitian ini adalah sebagai berikut:

(5)

1. Untuk mengetahui bagaimana sejarah musik reggae di dunia dan di Indonesia dan secara khusus di Kota Medan

2. Untuk mengetahui bagaimana keberadaan perkembangan musik reggae di dunia dan di Indonesia dan secara khusus di Kota Medan

3. Untuk mengetahui bagaimana seni pertunjukan Coconut Head di dalam mengapresiasikan kecintaannya terhadap musik reggae sehingga dapat mempopulerkan musik reggae di kota Medan.

1.3.2 Manfaat

Diharapkan melalui penelitian ini dapat diketahui kehidupan salah satu subkultur yang mengisi kemajemukan jenis musik di kota Medan yang menamakan dirinya sebagai komunitas reggae kota Medan atau Reggae Medan Indonesia (REMI). Selain itu, secara khusus, tulisan ini merupakan bentuk pengaplikasian ilmu yang diperoleh penulis selama studi di Departemen Etnomusikologi, Fakultas Sastra, Universitas Sumatera Utara. Adapun secara umum, tulisan ini dapat merupakan informasi bagi para pembaca tentang keberadaan musik reggae yang ada di kota Medan dan komunitasnya.

1.4 Konsep dan Teori 1.4.1 Konsep

Koentjaraningrat (1980:207) menyebutkan bahwa konsep adalah sistem pedoman hidup dan cita-cita yang akan dicapai oleh banyak individu dalam suatu

(6)

masyarakat, masing-masing suku bangsa mempunyai istilah dalam musik yang berbeda dengan suku lain.

Deskriptif, menurut kamus umum bahasa Indonesia adalah menggambarkan apa adanya. Kata ”deskriptif” berasal dari bahasa Inggris yaitu ”deskriptive” yang berarti bersifat menyatakan sesuatu dengan memberikan gambaran melalui kata-kata atau tulisan. Seeger (1958:184) menyebutkan, penyampaian suatu objek dengan menerangkannya terhadap pembaca secara tulisan maupun lisan dengan sedeteil-deteilnya. Berdasarkan kedua kutipan di atas, deskripstif yang dimaksud dalam penulisan ini adalah bersifat menyatakan dan menyampaikan sesuatu apa adanya dengan menggambarkannya secara jelas mengenai musik, kegiatan dan penampilan komunitas pecinta musik reggae di kota Medan.

Seni pertinjukan Indonesia memiliki ciri yang istimewa. Ia adalah sosok seni pertunjukan yang bersifat sangat lentur. Ia memiliki sifat yang demikian karena lingkungan masyarakatnya selalu berada pada suatu kurun waktu tertentu, mapan, dan mengembangkan suatu sosok yang tumbuh sebagai suatu tradisi (Umar Kayam, 2003;3).

Menurut Sal Murgiyanto (1996);156), pertunjukan adalah sebuah komunikasi yang dilakukan oleh satu orang atau lebih, pengirim pesan merasa tanggung jawab pada seseorang atau lebih penerima pesan, dan kepada sebuah tradisi seperti yang mereka pahami bersama melalui seperangkat tingkah laku yang khas. Komunikasi akan terjadi jika pengirim pesan (pelaku pertunjukan) benar-benar mempunyai maksud (intention) dan penonton memiliki perhatian (attention) untuk menerima pesan. Dengan kata lain, dalam sebuah pertunjukan harus ada pemain (performer) penonton (audience), pesan yang dikirim dan cara penyampaian yang khas. Melihat konsep di

(7)

atas, berbagai pertunjukan Coconut Head dapat dikategorikan sebagai seni pertunjukan dimana dalam pertunjukannya ada pemain, penonton, pesan yang dikirim, dan dengan penyampaian pesan yang khas.

Pada situs http//id.wikipedia/org.wiki/komunitas dituliskan ”komunitas berasal dari bahasa latin yaitu ”communitas” yang berarti ”kesamaan” kemudian dapat diturukan dari communis yang berarti ”sama, publik, dibagi oleh semua atau banyak”. : Komunitas adalah sebuah kelompok sosial dari beberapa organisme yang berbagi lingkungan, umumnya memiliki ketertarikan yang sama. Dalam komunitas manusia individu-individu di dalamnya dapat memiliki maksud, kepercayaan, sumber daya, preperensi, kebutuhan, resiko dan sejumlah kondisi lain yang serupa.

Musik adalah salah satu media ungkapan kesenian, musik mencerminkan kebudayaan masyarakat pendukungnya. Di dalam musik terkandung nilai dan norma-norma yang menjadi bagian dari proses enkulturasi budaya, baik dalam bentuk formal maupun informal. Musik itu sendiri memiliki bentuk yang khas, baik dari sudut struktual maupun jenisnya dalam kebudayaan.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1990: 602) musik adalah ilmu atau seni menyusun nada atau suara diutarakan, kombinasi dan hubungan temporal untuk menghasilkan komposisi (suara) yang mempunyai keseimbangan dan kesatuan, nada atau suara yang disusun sedemikian rupa sehingga mengandung irama, lagu dan keharmonisan (terutama yang dapat menghasilkan bunyi-bunyi itu).

Berdasarkan pendapat di atas maka penulis dapat menyimpulkan bahwasanya musik dapat juga disebut sebagai media seni, dimana pada umumnya orang mengungkapkan kreativitas dan ekspresi seninya melalui bunyi-bunyian atau suara.

(8)

Oleh karena itulah pengertian musik sangat Universal, tergantung bagaimana orang memainkannya serta menikmatinya.

Seni musik adalah cetusan ekspresi perasaan atau pikiran yang dikeluarkan secara teratur dalam bentuk bunyi. Bisa dikatakan, bunyi (suara) adalah elemen musik paling dasar. Suara musik yang baik adalah hasil interaksi dari tiga elemen, yaitu: irama, melodi, dan harmoni. Irama adalah pengaturan suara dalam suatu waktu, panjang, pendek dan temponya, dan ini memberikan karakter tersendiri pada setiap musik. Kombinasi beberapa tinggi nada dan irama akan menghasilkan melodi tertentu. Selanjutnya, kombinasi yang baik antara irama dan melodi melahirkan bunyi yang harmoni.

Kata ”reggae” sebenarnya berasal dari logat afrika dari kata “ragged” yaitu gerakan seperti menghentak badan saat orang menari dengan iringan musik ska atau

reggae. Pada tulisan ini, maksud dari pada reggae adalah merupakan suatu aliran

musik yang berasal dan berkembang di Jamaika dan aliran musik reggae tersebut juga berkembang pesat di berbagai negara.

1.4.2 Teori

Teori adalah sekumpulan pernyataan yang mempunyai kaitan logis, yang merupakan cermin dari kenyataan yang ada mengenai sifat-sifat suatu kelas, peristiwa atau suatu benda. Teori harus mengandung konsep, pernyataan, definisi, baik itu definisi teoritis maupun operasional dan hubungan logis yang bersifat teoritis dan logis antara konsep tersebut. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa dalam teori didalamnya harus terdapat konsep, defenisi dan proposisi, hubungan logis diantara

(9)

konsep-konsep, definisi-definisi dan proposisi-proposisi yang dapat digunakan untuk eksplorasi dan prediksi.

Berbagai teori dan metode keilmuan dan pendekatan etnomusikologis dengan didukung dengan pendekatan ilmu-ilmu lainnya sangatlah diperlukan untuk mengungkapkan permasalahan yang berkaitan dengan musik sebagai produksi dari tingkah laku manusia (the product of behaviour). Hal ini seperti yang dikatakan oleh Merriam (1964) di dalam bukunya The Antropology of Music mengatakan bahwa “ The

ultimate interest of man is man himself, and music part of what he does and part of what he studies about” ‘perhatian manusia yang utama adalah manusia itu sendiri, dan musik yang termasuk di dalamnya adalah merupakan bagian yang dikerjakan sebagai dirinya sendiri.’

Meriam ingin mengatakan bahwa dalam mempelajari manusia, salah satu aspek yang cukup penting untuk mengungkapkannya ialah melalui musik, dimana musik

reggae merupakan ungkapan perasaan untuk lebih merdeka dan bebas dalam berkarya

dan menunjukkan identitasnya. Sehingga dengan demikian manusia dan musik adalah dua hal yang saling bertautan, tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya. Dengan kata lain musik adalah merupakan produksi dari tata tingkah laku yang sekaligus menjadi gambaran jiwa dan ekspresi seni masyarakatnya.

Lebih lanjut Maran (2005) mengatakan, tidak ada kebudayaan yang bersifat statis, setiap individu dan setiap generasi melakukan penyesuaian-penyesuaian dengan semua desain kehidupan sesuai kepribadian mereka dan sesuai dengan tuntutan zaman.

Adapun dalam pembahasan terhadap pokok permasalahan dari penelitian ini antara lain dalam hal:

(10)

• Teori perkembangan musik populer

Untuk membahas bahwa musik reggae sebagai salah satu musik populer yang selalu berhubungan dengan pertunjukan, media massa dan industri rekaman, Nettl mengatakan dalam popular Music of The Non-Western World (Manuel, 1998:2) bahwa musik populer selalu dikaitkan dengan wilayah perkotaan yang diorientasikan kepada penonton, ditampilkan oleh para profesional yang menghargai hasil karya musiknya, mempunyai statistika sendiri tentang musik seni dari suatu budaya yang mulai pada abad ke-20, persebarannya meluas melalui media massa, radio dan industri rekaman. Jadi jelas bahwa konser-konser musik reggae dalam hal ini sebagai salah satu sub genre dari musik rock yang sering diadakan, kaset-kaset industri rekaman yang beredar dan media massa yang juga ikut berpartisipasi adalah hal-hal yang mempengaruhi perkembangan musik reggae.

Dalam mendeskripsikan musik reggae ini, penulis mengacu pada teori perkembangan musik populer dimana teori ini akan digunakan untuk melihat sejauh mana perkembangan musik reggae sebagai salah satu musik popular yang berkembang di kota Medan. Nettl dalam Eight Urban Musical Cultures: Traditional dan Change (1978:171) menawarkan dua pola proses kebudayaan, yaitu modernisasi dan

westernisasi. Modernisasi adalah suatu proses pengadaptasian yang menonjolkan

tampilan dari Barat dengan tujuan untuk memperluas, dengan tidak menggantikan elemen-elemen utamanya. Westernisasi adalah suatu proses pembaratan, dimana budaya barat telah menjadi budaya tempatan atau asli yang menggantikan elemen-elemen budaya tempatan atau asli tersebut. Berkaitan dengan perkembangan musik

reggae di Medan, kedua pola proses perubahan kebudayaan inilah yang diadopsi oleh

(11)

pola pikir mereka yang menyukai musik dan gaya hidup Rastafari yang secara nyata bukan berasal dari budaya Indonesia, pengaruh westernisasi tercermin dari perwujudan prilaku sosial dan musikal, serta gaya berpakaian yang mereka tiru.

Shin Nakagawa dalam bukunya Musik dan Kosmos: Sebuah Pengantar

Etnomusikologi (2000:19-20) mengemukakan tentang pluralisme musik yang hidup

berdampingan (pluralistic coexistence of music) dimana pluralisme kebudayaan biasanya terjadi pada masyarakat urban yang anggota masyarakatnya bi- (dua) atau multietnis. Dua kemungkinan bisa terjadi dalam musik tersebut, pertama, saling mencampur unsur-unsur musik yang ada menjadi sintesis baru dan kedua, masing-masing hidup secara berdampingan.

Untuk memperkuat teori bahwa musik reggae berkembang di kota-kota besar dan menjadi bagian dari kajian Ethnomusikologi, Nettl dalam Recent Directions in

Ethnomusicology (1992:380,384) mengemukakan tentang fenomena Ethnomusicology

Urban yang merupakan suatu studi terhadap budaya kaum minoritas dan musik para imigran. Dalam hal ini dapat dianalisis adalah bahwa gejala urbanisasi memunculkan istilah Ethnomusicology Urban dengan melihat bagaimana telah terjadi transformasi kota dalam konteks budaya individu yang melahirkan budaya sentramultikultural di pusat kota tersebut. Dikaitkan dengan sejarah awal musik Reggae yang berasal dari musik rock di Barat, hal inilah yang terjadi hingga akhirnya musik rock dan perkembangannya terus berkembang luas termasuk ke Medan sebagai salah satu kota besar di Sumatera Utara.

Selanjutnya untuk membahas masalah bahwa dalam bidang musik populer menganut prinsip “sistem bintang” begitu pula yang terjadi pada musik reggae, Manuel (1988:3) mengatakan bahwa “musik populer sering menjadi musik hiburan

(12)

sekuler/duniawi yang produksi dan penggunaannya tidak diasosiasikan secara intrinsik dengan fungsi-fungsi perputaran kehidupan tradisional yang khusus atau memiliki satu “sistem bintang”, dimana media mempromosikan pengaguman terhadap suatu kepribadian yang populer disekitar gaya hidup para musisi, fashion atau kehidupan pribadi”. Hal ini bertujuan agar antara musisi dan penggemar memiliki jarak dan batas, dimana nantinya akan mengakibatkan rasa ingin tahu yang berlebihan dari penggemar terhadap musisi idolanya itu. Akhirnya media massa pun akan sangat berperan untuk mendekatkan penggemar secara terus menerus tentang semua hal yang dirasa glamour dalam berita-berita terbaru dari “bintang” tersebut dan tentu akan membuat para penggemar akan selalu berfantasi akan kehidupan “bintang”nya itu.

Yang lebih relevan lagi, mengenai “sistem bintang” pada musik populer terhadap sejarah munculnya musik reggae adalah yang seperti dijelaskan oleh Mauly Purba dan Ben M. Pasaribu (2006:8) dalam buku “Musik Populer”, yaitu suatu cara untuk mencari kebaruan dengan adanya kebiasaan-kebiasaan dalam musik populer yang diabaikan seperti: ada lagu instrumental, tanpa vokal sama sekali; ada penyanyi atau pemain yang dengan sengaja memilih pakaian jelek atau aksesoris dan rambut yang aneh seolah mengancam; ada lagu yang diambil dari musik klasik atau sumber lain yang tidak “akrab” dengan kebanyakan pendengar musik populer; ada acord atau ritme yang aneh. Tetapi biasanya keanehan-keanehan ini hanya berfungsi sebagai variasi dan musiknya tetap jalan sebagaimana biasanya. Begitu pula halnya yang terjadi pada musik reggae, banyak hal-hal baru dalam musik dan penampilan atau

fashion para pemusik reggae yang menjadi faktor penarik bagi yang melihat atau

(13)

penting sebagai media penghubung adalah media massa yang mendekatkan penggemar dan “bintang”nya.

• Analisis terhadap penyajian pertunjukan

Teori yang digunakan untuk hal ini adalah yang diajukan oleh Alan P. Merriam dan Andrienne L. Keappler.

Merriam dalam bukunya The Anthropology of Music (1964) mengatakan bahwa dalam menganalisis suatu penyajian pertunjukan musikal penting diperhatikan mengenai elemen-elemen, bunyi musikal, konsep-konsep mengenai musik dan tingkah laku manusia berhubungan dengan bunyi musikal yang mempengaruhi terhadap konsep-konsep musik.

Di sisi lain, Keappler (1972) menekankan pada etnologi pertunjukan yang menggabungkan analisi emik dan analisis etik. Analisis emik adalah penggambaran suatu peristiwa pertunjukan menurut cara pandang masyarakat pendukung itu sendiri. Analisis etik adalah penggambaran pertunjukan dengan cara pandang teoritis dari penelitian peristiwa pertunjukan tersebut.

• Teori Difusi

Teori ini mengemukakan bahwa suatu kebudayaan dapat menyebar kekebudyaan lain melalui kontak budaya. Karena teori ini berpijak pada alasan adanya suatu sumber budaya, maka sering juga disebut dengan teori monogenesis (lahir dari suatu kebudayaan). Lawannya adalah teori poligenesis, yang menyatakan bahwa beberapa kebudayaan mungkin saja memilki persamaan ide, aktivitas, maupun benda. Tetapi persamaan kebudayaan itu bukan menjadi suatu alasan adanya satu sumber kebudayaan. Bisa saja persamaan itu secara kebetulan, karena adanya unsur universal dalam diri manusia.

(14)

Dalam zaman modern sekarang ini, difusi unsur-unsur kebudayaan yang timbul di salah satu tempat di muka bumi berlangsung dengan cepat sekali, bahkan seringkali tanpa kontak yang nyata antara individu-individu. Ini disebabkan karena adanya alat-alat penyiaran yang sangat efektif, seperti surat kabar, majalah, buku, radio, film dan televisi (Koentjaraningrat,2002: 246-247). Jadi tidak heran jika seandainya gaya bermusik dan gaya visual seorang pecinta musik reggae dalam waktu kurang dari sebulan atau bahkan seminggu telah ditiru oleh remaja di Indonesia karena adanya televisi, intenet, dan TV kabel.

1.5 Metode Penelitian

Metode di sini diartikan sebagai suatu cara atau teknis yang dilakukan dalam proses penelitian. Sedangkan penelitian diartikan sebagai upaya dalam bidang ilmu pengetahuan yang dijalankan untuk memperoleh fakta-fakta dan prinsip-prinsip dengan sabar dan hati-hati serta sistematis untuk mewujudkan kebenaran (Mardalis 2003:24).

Metode penelitian yang penulis gunakan adalah metode penelitian kualitatif. Menurut Nawawi dan Martini (1995:209) penelitian kualitatif adalah rangkaian atau proses menjaring data (informasi) yang bersifat sewajarnya mengenai suatu masalah dalam kondisi aspek atau bidang kehidupan tertentu pada objeknya. Selanjutnya Moleong juga menambahkan bahwa penelitian kualitatif dibagi dalam empat tahap, yaitu: tahap sebelum ke lapangan (pra lapangan), tahap kerja lapangan, analisis data dan penulisan laporan.

Dalam penelitian ini penulis juga menggunakan metode deskriptif yang bersifat kualitatif. Menurut Koentjaraningrat (1990:29) mengatakan bahwa penelitian yang

(15)

bersifat deskriptif adalah bertujuan untuk memaparkan secara tepat sifat-sifat suatu individu, keadaan, gejala atau kelompok tertentu untuk menentukan frekuensi atau penyebaran dari suatu gejala ke gejala lain dalam suatu masyarakat.

1.5.1 Studi Kepustakaan

Untuk mencari teori, konsep dan juga informasi yang berhubungan dengan tulisan ini, yang dapat dijadikan landasan dalam penelitian, maka penulis terlebih dahulu melakukan studi kepustakaan untuk menemukan literature atau sumber bacaan yang dibutuhkan dalam melakukan penelitian lapangan.

Sumber bacaan yang dilakukan dapat berasal dari peneliti luar maupun peneliti dari Indonesia sendiri. Selain bacaan yang dapat berupa majalah atau Koran, bulletin, buku ilmiah, jurnal, skripsi sarjana, tesis, berita dan lain-lain, penulis juga menggunakan buku-buku yang cukup relevan dengan topik permasalahan dalam penelitian ini, terutama yang menyangkut pada komunitas, gaya hidup dan musik dari komunitas reggae. Buku-buku tersebut antara lain ialah, The Anthropology of Music, tulisan Alan P. Merriam, 1964; Theory and Method in Ethnomusicology, karya Bruno Nettl, 1864; Pokok-pokok Antropologi Budaya, karya T.O. Ihromi, 1987; serta buku-buku pendukung lainnya yang dianggap relevan dengan topik penelitian ini.

1.5.2 Kerja Lapangan

Kerja lapangan merupakan salah satu metode pengumpulan data yang paling akurat karena peneliti langsung dapat mengamati langsung objek yang akan diteliti

(16)

sehingga data yang diperoleh lebih objektif. Dalam hal ini data yang dibutuhkan dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang paling utama menjadi kebutuhan peneliti dimana data-data yang diperoleh dengan melakukan observasi langsung ke lapangan penelitian. Dalam observasi tersebut dilakukan pula perekaman terhadap informasi utama, seperti perekaman terhadap kegiatan yang dilakukan oleh street punkers dan wawancara terhadap street punkers dan orang-orang awam yang di dalamnya banyak menggunakan istilah-istilah atau terminologi-terminologi setempat melalui teknik atau pendekatan elisitasi (bertanya langsung kepada informan). Sementara data sekunder yaitu data-data atau informasi yang diperoleh melalui studi kepustakaan dengan mengumpulkan informasi yang sebanyak-banyaknya dari berbagai bahan bacaan yang terkait dengan topik penelitian ini.

Selain itu dalam pelaksanan pengambilan data primer ada beberapa tahapan penting yang perlu dilakukan yaitu:

1.5.2.1 Observasi langsung

1.5.2.2 Wawancara

1.5.2.3 Metode Penelusuran Data Online

1.5.2.4 Perekaman

(17)

1.5.2.1 Observasi Langsung

Adapun observasi langsung ini dilakukan uantuk mendapatkan secara langsung data-data yang dibutuhkan selama berlangsungnya kegiatan yang diamati tersebut. Selain mengamati kegiatan dari observasi langsung ini penulis dapat langsung menentukan orang-orang yang dianggap mampu menjadi narasumber dalam pengumpulan data-data yang dibutuhkan penulis.

Pengamatan atau observasi dapat dilakukan dengan dua cara, yang kemudian digunakan untuk menyebut jenis observasi, yaitu :

a. Observasi non-sistematis, yang dilakukan oleh pengamat dengan tidak menggunakan instrumen pengamatan.

b. Observasi sistematis, yang dilakukan oleh pengamat dengan menggunakan pedoman sebagai instrumen pengamatan.

Dalam metode pengamatan setidaknya ada 3 (tiga) macam metode, yaitu :

1. Metode pengamatan bebas. Metode ini menggunakan teknik pengamatan yang mengharuskan si peneliti tidak boleh terlibat dalam hubungan-hubungan emosi pelaku yang menjadi sasaran penelitiannya. Si peneliti dalam hal ini tidak ada hubungan apapun dengan para pelaku yang diamatinya.

2. Metode pengamatan terkendali. Dalam pengamatan terkendali, si peneliti juga tidak terlibat hubungan emosi dan perasaan dengan yang ditelitinya, seperti halnya dengan pengamatan biasa. Yang membedakannya adalah pada pengamatan terkendali para pelaku yang akan diamati diseleksi dan

(18)

kondisi-kondisi yang ada dalam ruang atau tempat kegiatan pelaku itu diamati dan dikendalikan oleh si peneliti.

3. Metode pengamatan terlibat. Melalui metode pengamatan terlibat si peneliti mempunyai hubungan dengan para pelaku yang diamatinya dalam melakukan pengumpulan bahan-bahan yang diperlukan. Sasaran dalam metode pengamatan terlibat adalah orang atau pelaku. Macam-macam keterlibatan yang ada dalam pengamatan terlibat adalah sebagai berikut : (1) keterlibatan yang pasif yaitu peneliti tidak melakukan suatu interaksi sosial dengan para pelaku yang diamatinya. (2) keterlibatan

setengah-setengah yaitu peneliti selain menjadi wadah bagi kegiatan yang

diamatinya, peneliti juga menjadi struktur dimana ia sebagian dari pendukunya. (3) keterlibatan aktif yaitu si peneliti ikut mengerjakan apa yang dikerjakan oleh para pelaku dalam kehidupan sehari-harinya. (4)

keterlibatan penuh atau lengkap yaitu si peneliti kehadirannya dianggap

biasa pada kegiatan yang dilakukan.

Dalam melakukan penelitian ini, penulis menggunakan metode pengamatan terlibat. Disini penulis bertindak sebagai pengamat total yang dapat masuk ke suatu tempat dan melakukan pengamatan sebagai seorang peneliti. Melalui pengamatan ini peneliti dalam mengumpulkan bahan keterangan yang diperlukan tidak perlu bersembunyi tapi juga tidak mengakibatkan perubahan oleh kehadirannya pada kegiatan yang diamati. Dalam hal ini, peneliti harus berusaha memperoleh kepercayaan penuh dari orang-orang yang menjadi sasaran penelitiannya.

(19)

1.5.2.2 Wawancara

Wawancara adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengajukan pertanyaan secara langsung oleh pewawancara, jawaban responden akan dicatat atau direkam dengan alat perekam (tape recorder) (Suhartono, 1995:67). Teknik wawancara yang dilakukan oleh penulis adalah seperti yang dikemukakan oleh Koentjaraningrat (1985:138-140) mengatakan bahwa wawancara dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu:

1. Wawancara berfokus : pertanyaan tidak mempunyai struktur tertentu dan selalu berpusat kepada satu pokok permasalahan

2. Wawancara bebas : pertanyaan yang diajukan tidak hanya berpusat pada pokok permasalahan tetapi beraneka ragam selama masih berkaitan dengan objek penelitian.

3. Wawancara sambil lalu : pertanyaan dalam hal ini diajukan kepada nara sumber dalam situasi yang tidak terkonsep ataupun tanpa persiapan. Dengan kata lain informan dijumpai secara kebetulan.

Dalam hal ini wawancara penulis menggunakan wawancara berfokus dan wawancara bebas.

1.5.2.3 Metode Penelusuran Data Online

Perkembangan Internet yang sudah semakin maju pesat serta telah mampu menjawab berbagai kebutuhan masyarakat saat ini memungkinkan para akademisi mau ataupun tidak menjadikan media online seperti Internet sebagai salah satu medium atau

(20)

informasi teoritis maupun data-data primer ataupun sekunder yang diinginkan oleh peneliti untuk kebutuhan penelitian.

“Pada mulanya banyak kalangan akademisi meragukan validitas data

Online sehubungan apabila data atau informasi itu digunakan dalam

karya-karya ilmiah, seperti penelitian, karya tulis, skripsi, tesis maupun disertasi. Namun ketika media Internet berkembang begitu pesat dengan sangat akurat, maka keraguan itu menjadi sirna kecuali bagi kalangan akademisi konvensional –ortodoks yang kurang memahami perkembangan teknologi informasi sajalah yang masih mempersoalkan akurasi media online sebagai sumber data maupun sumber informasi teori. Hal ini disebabkan karena saat ini begitu banyak publikasi teoritis yang disimpan dalam bentuk online dan disebarkan melalui jaringan Internet. Begitu pula saat ini, berbagai institusi telah menyimpan data mereka pada server-server yang dapat dimanfaatkan secara Intranet maupun Internet. Dengan demikian polemic tentang keabsahan dan validitas data-informasi online menjadi sesuatu yang kuno, tergantung pada bagaimana peneliti dapat memilih sumber-sumber data online mana yang sangat kredibel dan dikenal banyak kalangan”.

Dengan demikian, Burhan Bungin menjelaskan bahwa metode penelusuran data online yang dimaksud adalah tata cara melakukan penelusuran data melalui media

online seperti Internet atau media jaringan lainnya yang menyediakan fasilitas online

(21)

berupa data maupun informasi teori, secepat atau semudah mungkin, dan dapat dipertanggungjawabkan secara akademis.

1.5.2.4 Perekaman

Ada dua jenis perekaman yang penulis lakukan yaitu perekaman audio dan perekaman video audio. Hal perekaman audio digunakan tape perekam merk Sony sensitif audio, handphone G.Von, laptop merk Toshiba Satellite L200, michrophone laptop merk Keenion Mic-309, dan menggunakan software Adobe Audition 1.5. Sedangkan untuk merekam video digunakan digunakan kamera video Sony Handycam Wide LCD DCR/DVD808 dengan menggunakan MiniDVD Maxel 60 Minute serta handphone G.Von.

1.5.2.5 Pemotretan

Untuk mendapatkan dokumentasi dalam bentuk gambar maka penulis menggunakan kamera digital merk Nikon Coolpix L4, kamera digital merk Samsung, kamera handphone G.Von, 5 Mega Pixels.

1.5.3 Kerja Laboratorium

Semua data yang di peroleh dilapangan diolah dalam kerja laboratorium dengan pendekatan etnomusikologi. Dalam mengolah data, penulis melakukan proses menyeleksi data dengan membuang data yang tidak perlu dan menambahkan data yang

(22)

kurang. Dalam tulisan ini, penulis melakukan pendekatan deskriptif guna pengolahan dan penganalisisan data.

1.5.4 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini adalah komunitas Reggae yang ada di kota. Untuk itu maka penulis akan melakukan penelitian ke beberapa tempat yang sering dikunjungi oleh Reggae Community termasuk ke base camp mereka. Penulis juga akan melakukan penelitian langsung ke beberapa pertunjukan musik Reggae dan akan melakukan wawancara dengan penonton dan pemusik.

Referensi

Dokumen terkait

PT. Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur. Tbk Cabang Nganjuk telah melakukan inspeksi on the spot oleh bagian analis kredit untuk dapat membuktikan bahwa kebenaran atas

Saran, Pelatih sepakbola dapat menggunakan circuit traning sebagai program latihan untuk meningkatkan kapasitas volume oksigen maksimal (VO2 Max) dan daya tahan

Dalam menjalankan tugas dan kewenangan jabatannya tersebut, adakalanya Notaris melakukan kesalahan, misalnya; kesalahan mengenai ketidakwenangan Notaris dalam membuat

Kontribusi yang diharapkan dari penelitian ini adalah : (1) memberikan kontribusi pada pengembangan teori, tertama yang berkaitan dengan auditing dan akuntansi, (2) memberikan

Hasil : Hasil penelitian berdasarkan hasil uji paired sample t pada kelompok perlakuan diperoleh nilai p = 0,000 < 0,05 yang berarti bahwa TENS, Mc.Kenzie Exercise

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat polarisasi dukungan politik yang diberikan kepada Ibu Indah Putri Indriani-Thahar Rum oleh Muslimat NU dan Fatayat NU

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh sales growth, firm size, firm age, tangibility asset dan business risk terhadap struktur modal pada perusahaan

Dalam mencari ilmu pengetahuan, hendaklah yang dapat memberikan manfaat bagi kebaikan di dunia dan di akhirat baik untuk diri kita sendiri maupun untuk