• Tidak ada hasil yang ditemukan

P U T U S A N Nomor 154/Pdt/2016/PT.Bdg

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "P U T U S A N Nomor 154/Pdt/2016/PT.Bdg"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

P U T U S A N

Nomor 154/Pdt/2016/PT.Bdg

DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Tinggi Jawa Barat di Bandung yang memeriksa dan mengadili perkara-perkara perdata dalam tingkat banding telah menjatuhkan putusan sebagai berikut dalam perkara antara :

KWAN JIMMY, Beralamat di Kembang Agung VI, Blok F 6, No.6 Rt.003 Rw.005, Kelurahan Kembangan Selatan, Kecamatan Kembangan, Jakarta Barat, untuk selanjutnya disebut Pembanding, semula Penggugat;

L A W A N :

PT. MEKAR AGUNG SEJAHTERA (MASGROUP), Berkedudukan di Kota Tangerang, Alamat Kantor : Graha Adhiyara, Jalan Kisamaun, Nomor 1 Kota Tangerang, untuk selanjutnya disebut

Terbanding semula Tergugat;

Pengadilan Tinggi tersebut;

Membaca,Penetapan Ketua Pengadilan Tinggi Bandung tanggal 4 April 2016, Nomor.154/PEN/PDT/2016/PT.BDG tentang Penunjukan Majelis Hakim yang memeriksa dan mengadili perkara ini;

Telah membaca berkas perkara dan surat-surat yang berhubungan dengan perkara ini ;

TENTANG DUDUK PERKARANYA

Membaca,gugatan Pembanding semula Penggugat tertanggal 8 April 2015 yang diterima dan didaftarkan di Kepaniteraan Pengadilan Negeri Cibinong pada tanggal 8 April 2015 dibawah Register perkara Nomor. 78/Pdt.G/2015/ PN.Cbi, telah mengajukan gugatan sebagai berikut

(2)

1. Bahwa Tergugat (PT. Mekar Agung Sejahtera) yang sering disebut juga sebagai Mas Group adalah sebuah perusahaan pengembang yang berkedudukan di Kota Tangerang, dan beralamat Kantor di Graha Adhiyara, Jalan Kisamaun Nomor 1 Kota Tangerang.

2. Bahwa Tergugat adalah pihak pengembang yang membangun kawasan perumahan yang berlokasi di Provinsi Jawa Barat, Kabupaten Bogor, Kecamatan Gunung Sindur, Kelurahan Rawa Kalong yang dikenal sebagai Perumahan ”BALI RESORT”.

3. Bahwa Penggugat (Kwan Jimmy) adalah sebagai konsumen yang telah dirugikan oleh perusahaan pengembang yaitu Tergugat.

4. Bahwa Penggugat pada awalnya membeli 12 (dua belas) unit rumah dari Tergugat (PT. Mekar Agung Sejahtera (Masgroup) sebagai pengembang, yang mana rumah yang dibeli oleh Penggugat tersebut adalah Perumahan ”BALI RESORT” yang berlokasi di Provinsi Jawa Barat, Kabupaten Bogor, Kecamatan Gunung Sindur, Kelurahan Rawa Kalong.

5. Bahwa Penggugat membeli 12 (dua belas) unit rumah/ruko berikut hak atas tanahnya dari Tergugat di Perumahan “BALI RESORT” secara bersamaan yang mana pembayarannya dilakukan secara mencicil/mengangsur.

6. Bahwa 12 (dua belas) unit rumah/ruko yang Penggugat beli dari Tergugat, yaitu : a. Blok B 7, No. 03 b. Blok B 7, No. 05 c. Blok B 7, No. 06 d. Blok B 7, No. 09 e. Blok B 7, No. 11 f. Blok B 7, No. 15 g. Blok B 7, No.17 h. Blok B 7, No. 18 i. Blok C 7, No. 03 j. Blok C 7, No. 05, k. Blok C 7, No. 06 l. Blok C 7, No. 07

(3)

7. Bahwa pada tanggal 07 April 2014 Penggugat dan Tergugat telah melakukan “Perjanjian Pengikatan Jual Beli ” (PPJB) terhadap 12 unit rumah/ruko tersebut di atas, antara lain:

a. Nomor: 163/PPJB/MASGROUP/2014 tanggal 07 April 2014. b. Nomor: 168/PPJB/MASGROUP/2014 tanggal 07 April 2014. c. Nomor: 169/PPJB/MASGROUP/2014 tanggal 07 April 2014. d. Nomor: 166/PPJB/MASGROUP/2014 tanggal 07 April 2014. e. Nomor: 171/PPJB/MASGROUP/2014 tanggal 07 April 2014. f. Nomor: 165/PPJB/MASGROUP/2014 tanggal 07 April 2014. g. Nomor: 162/PPJB/MASGROUP/2014 tanggal 07 April 2014. h. Nomor: 164/PPJB/MASGROUP/2014 tanggal 07 April 2014. i. Nomor: 172/PPJB/MASGROUP/2014 tanggal 07 April 2014. j. Nomor: 167/PPJB/MASGROUP/2014 tanggal 07 April 2014. k. Nomor: 170/PPJB/MASGROUP/2014 tanggal 07 April 2014. l. Nomor: 173/PPJB/MASGROUP/2014 tanggal 07 April 2014.

8. Bahwa Penggugat untuk 1 (satu) unit rumah/ruko sudah membayar uang ”Tanda Jadi sebesar Rp. 10.000.000,. (sepuluh juta rupiah);” sesuai dengan ketentuan Pasal 3 ayat (1) a “Perjanjian Pengikatan Jual Beli ” (PPJB) antara Penggugat dan Tergugat. Oleh karena itu Penggugat sudah membayar Tanda Jadi sebesar Rp. 120.000.000,. (seratus dua puluh juta rupiah) untuk 12 (dua belas) unit rumah/ruko. 9. Bahwa Penggugat juga sudah membayar Uang Muka/Down Payment

(DP) kepada Tergugat untuk pembayaran ke-1 sampai dengan ke-6 untuk 12 (dua belas) unit rumah/ruko yang besarnya setiap kali pembayaran sudah ditentukan besarnya/nilainya dalam Pasal 3 ayat (1) b “Perjanjian Pengikatan Jual Beli ” (PPJB), yang mana setelah dihitung oleh Penggugat besar seluruhnya berjumlah Rp. 289.913.274,- (dua ratus delapan puluh sembilan juta sembilan ratus tiga belas ribu dua ratus tujuh puluh empat rupiah), dengan rincian uang angsuran/cicilan sebagai berikut :

a. Blok B 7, No. 03 : Rp 4.101.069 x 6 = Rp 24.606.414 b. Blok B 7, No. 05 : Rp 4.101.069 x 6 = Rp 24.606.414

Dengan PPJB Nomor: 169/PPJB/MASGROUP/2014 tanggal 07 April 2014. (Catatan Blok ini sudah dialihkan oleh Penggugat sendiri kepada pihak lain dengan sepengetahuan pihak Tergugat)

(4)

c. Blok B 7, No. 06 : Rp 4.063.823 x 6 = Rp 24.382.938 d. Blok B 7, No. 09 : Rp 4.026.567 x 6 = Rp 24.159.402 e. Blok B 7, No. 11 : Rp 4.026.567 x 6 = Rp 24.159.402 f. Blok B 7, No. 15 : RP 4.026.567 x 6 = Rp 24.159.402 g. Blok B 7, No. 17 : Rp 3.989.330 x 6 = RP 23.935.980 h. Blok B 7, No. 18 : Rp 4.026.567 x 6 = Rp 24.159.402 i. Blok C 7, No. 03 : Rp 3.989.330 x 6 = Rp 23.935.980 j. Blok C 7, No. 05 : Rp 3.989.330 x 6 = RP 23.935.980 k. Blok C 7, No. 06 : Rp 3.989.330 x 6 = RP 23.935.980 l. Blok C 7, No. 07 : Rp 3.989.330 x 6 = RP 23.935.980

10. Bahwa untuk 12 (dua belas) unit rumah tersebut, Penggugat sudah membayar kepada Tergugat uang sebesar Rp. 409.913.274,- (empat ratus sembilan juta sembilan ratus tiga belas ribu dua ratus tujuh puluh empat rupiah) yang terdiri dari jumlah uang “Tanda Jadi” sebesar Rp. 120.000.000,- dan “Uang Muka/Down Paymen (DP) sebesar Rp. 289.913.274.

11. Bahwa untuk pembayaran uang Tanda Jadi dan angsuran Uang Muka/Down Payment (DP) ke - 1 sampai dengan ke - 6 terhadap 12 (dua belas) unit rumah/ruko tersebut Penggugat masih melakukan pembayaran secara rutin, akan tetapi Pengggugat menghentikan pembayaran dikarenakan sampai dengan pembayaran DP Ke-6, Tergugat melakukan pembangunan rumah tidak sesuai dengan progress pembangunan perumahan tersebut. Dan memang ditambah lagi ada kendala keuangan dikarenakan KPR Penggugat ditolak oleh Bank rekanan Tergugat.

12. Bahwa disamping itu Penggugat mengetahui bahwa semua Bank Penjamin Kredit yang ditunjuk untuk bekerjasama dengan Tergugat menolak memberikan kredit kepada Penggugat, adapun bank-bank yang menolak untuk memberikan kredit tersebut, yaitu BTN, Bank Victoria, dan Bank Muamalat, tetapi hanya Bank Muamalat yang mau memberikan bukti penolakan sedangkan Bank Victoria dan Bank BTN tidak mau memberikan bukti penolakan kepada Penggugat.

13. Bahwa setelah Penggugat mengetahui pengajuan KPR yang diajukan oleh Penggugat ditolak oleh Bank yang bekerjasama dengan Tergugat, maka Penggugat menghubungi Tergugat, dan pada saat itu diberikan

(5)

solusi kepada Penggugat, agar Penggugat menjual sendiri rumah yang sudah dipesan oleh Penggugat tersebut, sehingga uang tanda jadi maupun uang muka yang sudah dibayarkan oleh Penggugat dapat dikembalikan melalui pembeli yang baru. Akan tetapi hal tersebut tidak berlangsung lama, karena pada saat Penggugat ikut serta di pameran yang diadakan oleh Tergugat, dan Penggugat berusaha menawarkan sendiri rumah tersebut, tiba-tiba pihak dari Tergugat melarang Penggugat untuk melakukan penjualan terhadap rumah yang sebelumnya sudah dibeli oleh Penggugat dengan cara mengangsur dan pembayarannya juga akan mempergunakan pembiayaan oleh bank. 14. Bahwa terhadap salah satu unit rumah/ruko yang dibeli oleh Penggugat

yaitu Blok B-7 No. 05 dari Tergugat, sebenarnya Tergugat setuju dialihkan kepada pihak lain dan pengalihan tersebut dilakukan oleh Penggugat sendiri dan pihak Tergugat sebagai pihak yang mengetahui, akan tetapi yang membingungkan bagi Penggugat adalah mengapa kepada 11 unit rumah/ruko yang lain Penggugat tidak diperkenankan lagi mengalihkannya kepada pihak lain, apalagi mengingat KPR yang diajukan atas nama Penggugat sudah ditolak oleh Bank yang bekerjasama dengan Tergugat.

15. Bahwa dari awalpun sebenarnya Tergugat mengetahui dan bahkan sepakat dengan Penggugat dalam rangka pembelian 12 unit rumah/ruko tersebut oleh Penggugat, pembiayaannya sebagian dilakukan melalui akad KPR dengan bank yang bekerjasama dengan Tergugat, sebagaimana dituangkan dalam Pasal 3 Perjanjian Pengikatan Jual Beli (PPJB) artinya tidak mungkinlah Penggugat akan melakukan pembayaran sampai lunas uang muka, sedangkan KPR nya sudah ditolak oleh Bank yang bekerjasama dengan Tergugat. Harusnya dengan dibuatnya PPJB tersebut, Pihak Tergugat harus bertanggung jawab terhadap Penggugat sebagai konsumen, bahwa bank yang bekerjasama dengan Tergugat tidak akan menolak KPR yang diajukan oleh Penggugat. Karena jelas-jelas hal ini disepakati melalui PPJB, sebagaimana tersirat dalam ketentuan Pasal 3 PPJB.

16. Bahwa terhadap 11 unit rumah yang masih tersisa dimana satu unit sudah dialihkan oleh Penggugat sendiri, oleh Tergugat 11 (sebelas) unit rumah tersebut sudah ditawarkan dan dijual kepada pihak lain, hal tersebut diketahui Penggugat pada waktu Tergugat menyelenggarakan

(6)

pameran, dan bahkan 11 (sebelas) unit rumah/ruko tersebut telah diangsur oleh orang lain. Dan tentu perbuatan dari Tergugat tersebut adalah perbuatan melawan hukum sebagaimana diatur dalam Pasal 1365 KUHPerdata dan sangat merugikan Penggugat dan tindakan Tergugat tersebut diduga merupakan tindak pidana penggelapan sebagaimana diatur dalam Pasal 372 KUHP, dan mengenai hal ini juga Penggugat akan menempuh jalur hukum pidana.

17. Bahwa Tergugat sebagai perusahaan pengembang secara sepihak telah membatalkan terhadap “Perjanjian Pengikatan Jual Beli ” (PPJB) yang telah dibuat antara Penggugat dan Tergugat terhadap 11 (sebelas) unit rumah/ruko yang tersisa milik Penggugat di Perumahan Bali Resort yang telah dibayar uang Tanda Jadi dan angsuran Uang Muka/Down Payment (DP) nya oleh Penggugat sebesar Rp. 409.913.274,- (empat ratus sembilan juta sembilan ratus tiga belas ribu dua ratus tujuh puluh empat rupiah) dikurangi dengan yang sudah dialihkan oleh Penggugat sendiri, akan tetapi Tergugatmenolak untuk mengembalikan uang yang telah dibayarkan oleh Penggugat kepada Tergugat. Jelas-jelas tindakan yang dilakukan oleh Tergugat ini diduga melakukan tindak pidana penipuan dan penggelapan sebagaimana diatur dalam Pasal 378 dan 372 KUHP, dan terhadap permasalahan ini, Penggugat juga akan menempuh jalur hukum pidana.

18. Bahwa meskipun terhadap 11 (sebelas) unit rumah tersebut sudah diangsur oleh orang lain, tetapi Tergugat sebagai perusahaan pengembang sama sekali tidak mau mengembalikan uang Penggugat yang sudah Penggugat bayarkan/angsurkan dengan jumlah relatif besar yaitu sebesar Rp. 409.913.274,- (empat ratus sembilan juta sembilan ratus tiga belas ribu dua ratus tujuh puluh empat rupiah) dikurangi dengan yang sudah dialihkan oleh Penggugat yaitu terhadap rumah di Blok B-7 No. 5 dan hal ini jelas sangat merugikan Penggugat sebagai konsumen, dan hal ini bertentangan dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.

19. Bahwa disamping perbuatan Tergugat diduga melakukan penipuan dan penggelapan, Tergugat juga dalam perjanjiannya mengandung klasula baku yang sangat merugikan konsumen, sebagaimana dalam perjanjian tersebut khususnya Pasal 7 ayat (2) 2.1 “Perjanjian Pengikatan Jual Beli ” (PPJB) yaitu :

(7)

“2.1. Tanah dan bangunan yang tersebut pada Pasal 1 perjanjian ini tetap merupakan milik Pihak Pertama sepenuhnya, dan oleh karenanya Pihak Kedua berkewajiban untuk menyerahkan dalam keadaan kosong kepada Pihak Pertama selambat-lambatnya dalam waktu 14 (empat belas) hari terhitung sejak tanggal Perjanjian Pengikatan Jual Beli ini menjadi batal dan uang yang telah dibayarkan menjadi hangus. ”

Jelas-jelas pasal ini bertentangan dengan Pasal 18 ayat (1) huruf c Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen khususnya mengenai Larangan Klausula Baku, yang menyatakan:

“Pelaku usaha dalam menawarkan barang dan/atau jasa yang ditujukan untuk diperdagangkan dilarang membuat atau mencantumkan klausula baku ada setiap dokumen dan/atau perjanjian apabila:

a. ... b. ...

c. Menyatakan bahwa pelaku usaha berhak menolak penyerahan kembali uang yang dibayarkan atas barang dan/atau jasa yang dibeli oleh konsumen....”

20. Bahwa berdasarkan Pasal 18 ayat (1) huruf c Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tersebut jelas, dikarenakan perjanjian yang dibuat oleh Tergugat mengandung klausula baku, maka perjanjian tersebut batal demi hukum dan Tergugat dalam hal ini sebagai Pelaku Usaha yang melanggar ketentuan Pasal 18 tersebut dapat dikenakan sanksi sebagaimana diatur dalam Pasal 62 ayat (1) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlidungan Konsumen yang menyatakan:

“Pelaku usaha yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8, Pasal 9, Pasal 10, Pasal 13 ayat (2), Pasal 15, Pasal 17 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf c, huruf e, ayat (2) dan Pasal 18 dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun atau pidana denda paling banyak Rp 2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah).”

21. Bahwa dikarenakan perjanjian yang dibuat oleh Tergugat tersebut mengandung klausula baku, dan akibatnya perjanjian batal demi hukum, maka Tergugat dalam hal ini pelaku usaha harus mengembalikan uang

(8)

yang sudah dibayarkan oleh Penggugat kepada Tergugat sejumlah Rp. 409.913.274,- (empat ratus sembilan juta sembilan ratus tiga belas ribu dua ratus tujuh puluh empat rupiah), mengingat unit rumah yang sebelumnya sudah dibeli oleh Penggugat tersebut telah dijual kembali oleh Tergugat kepada pihak lain dengan harga yang lebih tinggi dari harga yang sebelumnya dibayar oleh Penggugat, artinya dalam hal ini Tergugat menerima pembayaran secara double, yaitu memperoleh Penggugat dan juga dari pihak yang lain terhadap obyek yang sama. Jelas-jelas tindakan Tergugat ini adalah perbuatan melawan hukum dan tentu sangat merugikan Penggugat.

22. Bahwa karena dalam Perjanjian Pengikatan Jual Beli (PPJB) ini terdapat Pasal yang mengadung Klasula Baku yang melanggar Undang-Undang Perlindungan Konsumen Republik Indonesia yang sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999, oleh karena itu sudah seharusnya Perjanjian Pengikatan Jual Beli (PPJB) tersebut batal demi hukum.

23. Bahwa oleh karena, Perjanjian Pengikatan Jual Beli (PPJB) antara Penggugat dan Tergugat tersebut batal demi hukum, maka sudah sepatutnya Tergugat mengganti kerugian materil Penggugat sebesar Rp. 409.913.274,- (empat ratus sembilan juta sembilan ratus tiga belas ribu dua ratus tujuh puluh empat rupiah) sesuai dengan jumlah uang yang sudah disetorkan Penggugat kepada Tergugat.

Bahwa berdasarkan dalil-dalil yang diuraikan tersebut di atas, Penggugat mohon agar Ketua Pengadilan Negeri Cibinong cq Majelis Hakim yang memeriksa dan memutus perkara ini untuk:

1. Mengabulkan gugatan Penggugat untuk seluruhnya.

2. Menyatakan Tergugat melakukan perbuatan melawan hukum.

3. Menyatakan Perjanjian Pengikatan Jual Beli (PPJB) antara Penggugat dan Tergugat Nomor:

a. Nomor: 163/PPJB/MASGROUP/2014 tanggal 07 April 2014. b. Nomor: 168/PPJB/MASGROUP/2014 tanggal 07 April 2014. c. Nomor: 166/PPJB/MASGROUP/2014 tanggal 07 April 2014. d. Nomor: 171/PPJB/MASGROUP/2014 tanggal 07 April 2014. e. Nomor: 165/PPJB/MASGROUP/2014 tanggal 07 April 2014. f. Nomor: 162/PPJB/MASGROUP/2014 tanggal 07 April 2014.

(9)

g. Nomor: 164/PPJB/MASGROUP/2014 tanggal 07 April 2014. h. Nomor: 172/PPJB/MASGROUP/2014 tanggal 07 April 2014. i. Nomor: 167/PPJB/MASGROUP/2014 tanggal 07 April 2014. j. Nomor: 170/PPJB/MASGROUP/2014 tanggal 07 April 2014. k. Nomor: 173/PPJB/MASGROUP/2014 tanggal 07 April 2014.

Bertentangan dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.

4. Menyatakan bahwa seluruh Perjanjian Pengikatan Jual Beli (PPJB) antara Penggugat dan Tergugat tersebut batal demi hukum.

5. Menghukum Tergugat (PT. MEKAR AGUNG SEJAHTERA (MASGROUP) untuk mengembalikan seluruh uang Penggugat (KWAN JIMMY) yang telah Penggugat bayarkan dan atau angsurkan ke Tergugat sebesar Rp. 409.913.274,- (empat ratus sembilan juta sembilan ratus tiga belas ribu dua ratus tujuh puluh empat rupiah);

6. Menghukum Tergugat untuk membayar seluruh biaya perkara yang timbul karena perkara ini di Pengadilan Negeri Cibinong.

SUBSIDAIR :

Dalam sistem peradilan yang baik, apabila Yang Terhormat Majelis Hakim Pengadilan Negeri Cibinong yang memeriksa perkara ini berpendapat lain maka mohon diberikan putusan yang seadil-adilnya (ex aequo et bono). Membaca,Jawaban Terbanding semula Tergugat tertanggal 27 Juli 2015 pada pokoknya sebagai berikut

DALAM EKSEPSI

1. GUGATAN PENGGUGAT SANGAT KABUR DAN TIDAK JELAS, dengan alasan sebagai berikut:

a. Bahwa hubungan hukum antara PENGGUGAT dengan TERGUGAT secara keseluruhan diatur dalam Perjanjian Pengikatan Jual Beli (PPJB) No.163/PPJB/MASGROUP/IV/2014 jo.No.168/PPJB/MASGROUP/IV/2014 jo.No.166/PPJB MASGROUP/IV/2014 jo. No.171/PPJB/MASGROUP/IV/2014 jo. No.165/PPJB/MASGROUP/IV/2014 jo. No.162/PPJB/ MASGROUP/IV/2014 jo. No.164/PPJB/ MASGROUP/IV/2014 jo. No.172/PPJB/MASGROUP/IV/2014jo. No.167/PPJB/MASGROUP /IV/2014 jo. No.170/PPJB/MASGROUP/IV/2014 jo.

(10)

No.173/PPJB/MASGROUP/IV/2014 tanggal 7 April 2014 (selanjutnya disebut PERJANJIAN).

b. Bahwa sesuai dengan dalil posita angka 11 dan 17 gugatan PENGGUGAT berkeberatan terhadap perbuatan TERGUGAT yang menurutnya tidak sesuai dengan PERJANJIAN. Selain itu PENGGUGAT juga mengikuti pilihan hukum pada PERJANJIAN dalam pengajuan gugatannya dalam perkara ini. Atas dasar hal ini semestinya gugatan yang PENGGUGAT ajukan adalah gugatan wanprestasi, bukan gugatan perbuatan melawan hukum sebagaimana tertuang dalam petitum gugatan. Sebaliknya apabila gugatan PENGGUGAT adalah Gugatan Perbuatan Melawan Hukum, maka seharusnya PENGGUGAT tidak mempersoalkan pelaksanaan kewajiban para pihak sesuai perjanjian dalam posita gugatannya, dan secara hukum pengajuan Gugatan Perbuatan Melawan hukum ditujukan pada pengadilan sesuai domisili tempat tinggal TERGUGAT, bukan mengacu pada pilihan hukum para pihak dalam PERJANJIAN.

2. KERUGIAN MATERIIL YANG DIAJUKAN PENGGUGAT TIDAK JELAS

a. Bahwa sesuai dengan posita angka 10 gugatan PENGGUGAT menyatakan telah membayar Rp. 409.913.274,- (empat ratus sembilan juta sembilan ratus tiga belas ribu dua ratus tujuh puluh empat rupiah) pada TERGUGAT untuk 12 (dua belas) unit rumah yang akan dibelinya dari TERGUGAT.

b. Bahwa sesuai dengan posita angka 14 gugatan PENGGUGAT menyatakan 1 (satu) unit dari 12 (dua belas) unit yang akan dibelinya dialihkan sendiri oleh PENGGUGAT pada pihak lain dengan sepengetahuan TERGUGAT.

c. Bahwa dengan adanya pengalihan yang dilakukan PENGGUGAT sendiri sebagaimana posita angka 14 gugatan, maka semestinya kerugian materiil PENGGUGAT harus dikurangi hasil penjualan 1 (satu) unit yang dialihkan PENGGUGAT sendiri tersebut, akan tetapi didalam posita angka 23 dan petitum gugatan PENGGUGAT tetap meminta agar TERGUGAT mengembalikan uang pembayaran tanda jadi dan uang muka sebesar Rp. 409.913.274,- (empat ratus sembilan juta sembilan ratus tiga belas ribu dua ratus

(11)

tujuh puluh empat rupiah), atau senilai Tanda Jadi dan Uang Muka

12 (dua belas) unit yang akan dibelinya dari TERGUGAT. Oleh karena itu sangat jelas uraian kerugian materiil PENGGUGAT

adalah tidak benar, sangat kabur dan tidak jelas, serta tidak berdasarkan hukum.

Bahwa dari alasan-alasan diatas sangat jelas gugatan PENGGUGAT sama sekali tidak sesuai dengan tata cara hukum acara perdata yang berlaku, hingga karenanya secara hukum harus dinyatakan TIDAK DAPAT DITERIMA (niet onvankelijk veklaard).

DALAM POKOK PERKARA

1. Bahwa hal-hal yang telah dikemukakan pada bagian eksepsi, sepanjang relevan menjadi bagian dalam Pokok Perkara.

2. Bahwa TERGUGAT menolak secara tegas seluruh dalil-dalil gugatan PENGGUGAT, terkecuali yang secara tegas diakui oleh TERGUGAT. 3. Bahwa sesuai dengan PERJANJIAN diketahui TERGUGAT adalah

pihak pengembang yang membangun kawasan perumahan “BALI RESORT” yang berlokasi di Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat, sedangkan pihak PENGGUGAT adalah pihak yang bermaksud hendak membeli unit rumah yang akan dibangun oleh TERGUGAT.

4. Bahwa semula masing-masing unit rumah yang akan dibeli PENGGUGAT pada TERGUGAT adalah sebagai berikut:

a. Blok B7 No.03 b. Blok B7 No.05 c. Blok B7 No.06 d. Blok B7 No.09 e. Blok B7 No.11 f. Blok B7 No.15 g. Blok B7 No.17 h. Blok B7 No.18 i. Blok C7 No.03 j. Blok C7 No.05 k. Blok C7 No.06 l. Blok C7 No.07

(12)

5. Bahwa pada tanggal ... terhadap satu unit yang terletak di Blok B7 No.05 oleh PENGGUGAT telah dialihkan pada Pihak Ketiga (incasu calon pembeli baru) dengan sepengetahuan TERGUGAT, hingga unit yang disepakati akan dibeli oleh PENGGUGAT dari TERGUGAT sisa 11 (sebelas) unit, yaitu:

a. Blok B7 No.03 sesuai dengan Perjanjian Pengikatan Jual Beli No.163/PPJB/MASGROUP/IV/2014 tanggal 7 April 2014 dengan harga Rp. 592.128.296,- (Lima ratus sembilan puluh dua juta seratus dua puluh delapan ribu dua ratus sembilan puluh enam rupiah).

b. Blok B7 No.06 sesuai dengan Perjanjian Pengikatan Jual Beli No.168/PPJB/MASGROUP/IV/2014 tanggal 7 April 2014 dengan harga Rp. 587.658.723,- (Lima ratus delapan puluh tujuh juta enam ratus lima puluh delapan ribu tujuh ratus dua puluh tiga rupiah).

c. Blok B7 No.09 sesuai dengan Perjanjian Pengikatan Jual Beli No.166/PPJB/MASGROUP/IV/2014 tanggal 7 April 2014 dengan harga Rp.583.188.042.- (Lima ratus delapan puluh tiga juta seratus delapan puluh delapan ribu empat puluh dua rupiah).

d. Blok B7 No.11 sesuai dengan Perjanjian Pengikatan Jual Beli No.171/PPJB/MASGROUP/IV/2014 tanggal 7 April 2014 dengan harga Rp.583.188.042.- (Lima ratus delapan puluh tiga juta seratus delapan puluh delapan ribu empat puluh dua rupiah).

e. Blok B7 No.15 sesuai dengan Perjanjian Pengikatan Jual Beli No.165/PPJB/MASGROUP/IV/2014 tanggal 7 April 2014 dengan harga Rp.583.188.042.- (Lima ratus delapan puluh tiga juta seratus delapan puluh delapan ribu empat puluh dua rupiah).

f. Blok B7 No.17 sesuai dengan Perjanjian Pengikatan Jual Beli No.162/PPJB/MASGROUP/IV/2014 tanggal 7 April 2014 dengan harga Rp.578.719.578,- (Lima ratus tujuh puluh delapan juta tujuh ratus sembilan belas ribu lima ratus tujuh puluh delapan rupiah).

(13)

g. Blok B7 No.18 sesuai dengan Perjanjian Pengikatan Jual Beli No.164/PPJB/MASGROUP/IV/2014 tanggal 7 April 2014 dengan harga Rp. 583.188.042.- (Lima ratus delapan puluh tiga juta seratus delapan puluh delapan ribu empat puluh dua rupiah).

h. Blok C7 No.03 sesuai dengan Perjanjian Pengikatan Jual Beli No.172/PPJB/MASGROUP/IV/2014 tanggal 7 April 2014 dengan harga Rp. 578.719.578,- (Lima ratus tujuh puluh delapan juta tujuh ratus sembilan belas ribu lima ratus tujuh puluh delapan rupiah).

i. Blok C7 No.05 sesuai dengan Perjanjian Pengikatan Jual Beli No.167/PPJB/MASGROUP/IV/2014 tanggal 7 April 2014 dengan harga Rp. 578.719.578,- (Lima ratus tujuh puluh delapan juta tujuh ratus sembilan belas ribu lima ratus tujuh puluh delapan rupiah).

j. Blok C7 No.06 sesuai dengan Perjanjian Pengikatan Jual Beli No.170/PPJB/MASGROUP/IV/2014 tanggal 7 April 2014 dengan harga Rp. 578.719.578,- (Lima ratus tujuh puluh delapan juta tujuh ratus sembilan belas ribu lima ratus tujuh puluh delapan rupiah).

k. Blok C7 No.07 sesuai dengan Perjanjian Pengikatan Jual Beli No.173/PPJB/MASGROUP/IV/2014 tanggal 7 April 2014 dengan harga Rp. 578.719.578,- (Lima ratus tujuh puluh delapan juta tujuh ratus sembilan belas ribu lima ratus tujuh puluh delapan rupiah).

6. Bahwa sesuai dengan pasal 4 PERJANJIAN menyatakan pihak TERGUGAT berkewajiban menyelesaikan unit rumah yang akan dibeli oleh PENGGUGAT selambat-lambatnya 18 (delapan belas) bulan terhitung sejak tanggal penandatanganan PERJANJIAN. Sedangkan pihak PENGGUGAT sesuai dengan pasal 3 ayat (1) PERJANJIAN berkewajiban untuk melakukan pembayaran, dengan tahapan sebagai berikut :

a. Tanda Jadi sebesar Rp. 10.000.000,- untuk masing-masing unit rumah

(14)

- Blok B7 No.03 angsuran sebesar Rp.4.100.069,- setiap bulannya.

- Blok B7 No.06 angsuran sebesar Rp. 4.063.823,- setiap bulannya.

- Blok B7 No.09 angsuran sebesar Rp. 4.026.567,- setiap bulannya.

- Blok B7 No.11 angsuran sebesar Rp. 4.026.567,- setiap bulannya.

- Blok B7 No.15 angsuran sebesar Rp. 4.026.567,- setiap bulannya.

- Blok B7 No.17 angsuran sebesar Rp. 3.989.330,- setiap bulannya.

- Blok B7 No.18 angsuran sebesar Rp. 4.026.567,- setiap bulannya.

- Blok C7 No.03 angsuran sebesar Rp. 3.989.330,- setiap bulannya.

- Blok C7 No.05 angsuran sebesar Rp. 3.989.330,- setiap bulannya.

- Blok C7 No.06 angsuran sebesar Rp. 3.989.330,- setiap bulannya.

- Blok C7 No.07 angsuran sebesar Rp. 3.989.330,- setiap bulannya.

c. Uang muka ke-13 sampai 14, untuk masing-masing unit, yaitu: - Blok B7 No.03 angsuran sebesar Rp.59.212.830,- setiap

bulannya.

- Blok B7 No.06 angsuran sebesar Rp. 58.765.872,- setiap bulannya.

- Blok B7 No.09 angsuran sebesar Rp. 58.318.804,- setiap bulannya.

- Blok B7 No.11 angsuran sebesar Rp. 58.318.804,- setiap bulannya.

- Blok B7 No.15 angsuran sebesar Rp. 58.318.804,- setiap bulannya.

- Blok B7 No.17 angsuran sebesar Rp. 57.871.958,- setiap bulannya.

(15)

- Blok B7 No.18 angsuran sebesar Rp. 58.318.804,- setiap bulannya.

- Blok C7 No.03 angsuran sebesar Rp. 57.871.958,- setiap bulannya.

- Blok C7 No.05 angsuran sebesar Rp. 57.871.958,- setiap bulannya.

- Blok C7 No.06 angsuran sebesar Rp. 57.871.958,- setiap bulannya.

- Blok C7 No.07 angsuran sebesar Rp. 57.871.958,- setiap bulannya.

d. Pelunasan melalui akad KPR, yaitu :

- Blok B7 No.03 pelunasan melalui KPR sebesar Rp.414.489.807,-

- Blok B7 No.06 pelunasan melalui KPR sebesar Rp. 411.361.106,-

- Blok B7 No.09 pelunasan melalui KPR sebesar Rp. 408.231.629,-

- Blok B7 No.11 pelunasan melalui KPR sebesar Rp. 408.231.629,-

- Blok B7 No.15 pelunasan melalui KPR sebesar Rp. 408.231.629,-

- Blok B7 No.17 pelunasan melalui KPR sebesar Rp. 405.103.704,-

- Blok B7 No.18 pelunasan melalui KPR sebesar Rp. 408.231.629,-

- Blok C7 No.03 pelunasan melalui KPR sebesar Rp. 405.103.704,-

- Blok C7 No.05 pelunasan melalui KPR sebesar Rp. 405.103.704,-

- Blok C7 No.06 pelunasan melalui KPR sebesar Rp. 405.103.704,-

- Blok C7 No.07 pelunasan melalui KPR sebesar Rp. 405.103.704,-

7. Bahwa akan tetapi sayangnya Pengikatan Jual Beli antara PENGGUGAT dengan TERGUGAT tidak dapat diteruskan hingga pelunasan melalui KPR sebagaimana pasal 3 ayat (1) huruf d dan

(16)

PERJANJIAN sudah tidak dapat dilaksanakan para pihak, karena PENGGUGAT ternyata tidak mampu melakukan pembayaran uang muka sebagaimana ditentukan pasal 3 ayat (1) huruf b jo. Pasal 3 ayat (1) huruf c PERJANJIAN. Pembayaran yang dilakukan PENGGUGAT untuk memenuhi prestasinya sesuai PERJANJIAN hanya dilakukan sebatas membayar Tanda Jadi dan Uang Muka hanya untuk 6x (enam kali) angsuran, sedangkan seharusnya PENGGUGAT berkewajiban untuk membayar uang muka sebanyak 14x (empat belas kali) angsuran pada TERGUGAT agar para pihak dapat merealisasikan tahapan selanjutnya untuk pelunasan melalui akad KPR sebagaimana ditentukan pasal 3 ayat (1) PERJANJIAN.

8. Bahwa TERGUGAT berupaya memberikan peringatan pada PENGGUGAT atas keterlambatannya, akan tetapi hingga tanggal jatuh tempo pembayaran angsuran ke-7 dan bahkan setelah melewati tanggal jatuh tempo pembayaran angsuran ke-9 PENGGUGAT tetap tidak melakukan kewajiban pembayaran pada TERGUGAT sesuai PERJANJIAN.

9. Bahwa mengingat didalam PERJANJIAN para pihak telah menetapkan sanksi atas keterlambatan yang dilakukan oleh para pihak sebagaimana ditentukan pasal 6 PERJANJIAN yang selengkapnya berbunyi:

“1. Apabila kemudian ternyata Pihak Kedua tidak dapat memenuhi kewajibannya seperti yang tersebut pada pasal 2 dan pasal 3 perjanjian ini, dengan keterlambatan waktu saja sudah cukup terbukti bahwa pihak kedua telah lalai dan karenanya Pihak Kedua dikenakan denda 1 0/000 (satu permil) perhari dari kewajiban pembayaran, yang harus dibayarkan bersama-sama dengan pembayaran yang bersangkutan.

2. Apabila Pihak Kedua tidak dapat memenuhi kewajiban seperti yang tersebut pada pasal 2 dan pasal 3 perjanjian ini dalam waktu 30 (tiga puluh) hari atau sampai dengan pembayaran selanjutnya, maka dengan keterlambatan waktu saja sudah cukup terbukti bahwa Pihak Kedua lalai dan perjanjian ini batal demi hukum tanpa memerlukan lagi perantara keputusan hakim, oleh karenanya Pihak Pertama diberi hak untuk menjual tanah dan bangunan tersebut kepada pihak lain

(17)

3. Apabila Pihak Pertama tidak dapat menyelesaikan Bangunan tepat pada waktunya seperti yang dimaksud dalam pasal 4, maka Pihak Pertama dikenakan denda sebesar 1 (satu) permil perhari dari nilai sisa bangunan yang belum dibangun.”

Oleh karena itu mengingat ketentuan pasal 6 ayat (2) diatas, maka pada dasarnya PERJANJIAN yang disepakati para pihak telah batal demi hukum akibat PENGGUGAT ternyata tidak mampu melakukan kewajibannya sesuai PERJANJIAN.

4. Bahwa PENGGUGAT atas kelalaiannya melaksanakan PERJANJIAN melalui Surat Permohonan Penangguhan Pembayaran tanggal 8 Nopember 2014 menyatakan “mengajukan untuk pembayaran cicilan pembelian rumah di Bali Resort ditangguhkan sampai dengan tanggal 8 Februari 2014. Pada saat jatuh tempo, saya akan melunasi cicilan saya beserta denda keterlambatannya. Dan jika saya tidak membayar maka saya bersedia unit saya dibatalkan.”

5. Bahwa dengan adanya Surat PENGGUGAT 8 Nopember 2014 yang meminta penundaan pembayaran tersebut, maka sebagai itikad baik TERGUGAT memberikan kesempatan pada PENGGUGAT untuk melaksanakan kewajiban angsuran ke-7, ke-8 dan ke-9 hingga tanggal 8 Februari 2014, akan tetapi hingga tanggal yang ditentukan PENGGUGAT sendiri ternyata PENGGUGAT juga tidak dapat merealisasikan janjinya membayar kewajibannya pada TERGUGAT, hingga karenanya berdasarkan pasal 6 ayat (2) PERJANJIAN dan dengan adanya persetujuan PENGGUGAT sendiri sebagaimana tertuang pada Surat PENGGUGAT tanggal 8 Nopember 2014, maka PERJANJIAN yang ditandatangani para pihak pada tanggal 07 April 2014 telah batal demi hukum.

6. Bahwa sebagai konsekuensi batalnya PERJANJIAN akibat kelalaian PENGGUGAT melaksanakan kewajibannya sesuai PERJANJIAN, maka sesuai dengan pasal 7 ayat (2) angka 2.1 PERJANJIAN berlaku ketentuan sebagai berikut:

“2.1. – Tanah dan bangunan yang tersebut pada pasal 1 perjanjian ini tetap merupakan milik Pihak Pertama sepenuhnya, dan oleh

(18)

karenanya Pihak Kedua berkewajiban untuk menyerahkannya dalam keadaan kosong kepada Pihak Pertama selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari terhitung sejak tanggal Perjanjian Pengikatan Jual Beli ini menjadi batal dan uang yang telah dibayarkan menjadi hangus.”

7. Bahwa dari uraian diatas sangat jelas hubungan hukum para pihak sepenuhnya telah diatur dalam PERJANJIAN yang telah disepakati dan ditandatangani oleh PENGGUGAT dan TERGUGAT, dimana seharusnya PENGGUGAT menerima seluruh konsekuensi yang telah disepakati para pihak dalam PERJANJIAN, bukan sebaliknya mengajukan gugatan perkara aquo.

8. Bahwa adalah tidak benar dalil posita angka 11 gugatan yang menyatakan PENGGUGAT menghentikan pembayaran dikarenakan TERGUGAT sampai dengan DP ke-6 tidak melakukan pembangunan sesuai dengan progress pembangunan perumahan, karena terkait dengan kewajiban TERGUGAT dalam pembangunan unit rumah sesuai dengan ketentuan pasal 4 PERJANJIAN selambat-lambatnya 18 (delapan belas) bulan terhitung sejak tanggal penandatanganan PERJANJIAN. Jadi jelas dalam hal ini alasan PENGGUGAT tersebut sangatlah mengada-ada mengingat jatuh tempo kewajiban TERGUGAT dalam pembangunan unit rumah sesuai kesepakatan para pihak belum terlampaui.

9. Bahwa adalah keliru dalil PENGGUGAT yang menyatakan TERGUGAT memberikan solusi agar PENGGUGAT mengalihkan sendiri unit yang akan dibelinya pada pihak ketiga (incasu pembeli baru) dengan menghubungkan persetujuan TERGUGAT pada saat pengalihan 1 (satu) unit rumah di Blok B7 No.05, karena pada saat pengalihan 1 (satu) unit rumah tersebut kapasitas TERGUGAT hanyalah mengetahui dan menyetujui adanya pengalihan unit dari PENGGUGAT pada Pembeli Baru, mengingat jatuh tempo kewajiban pembayaran yang dijanjikan PENGGUGAT pada TERGUGAT sebagaimana tertuang pada Surat Permohonan Penangguhan Pembayaran tanggal 8 Nopember 2014 masih belum terlampaui. Sedangkan setelah tenggang waktu kelonggaran yang diberikan TERGUGAT pada PENGGUGAT

(19)

untuk melaksanakan kewajibannya telah terlampaui, maka tentunya TERGUGAT tidak dapat lagi memberikan persetujuan pada PENGGUGAT untuk melakukan penjualan atas unit yang menjadi obyek PERJANJIAN, mengingat PERJANJIAN telah batal demi hukum akibat PENGGUGAT lalai melaksanakan kewajibannya dan sesuai dengan pasal 7 ayat (2) 2.1 PERJANJIAN secara hukum PENGGUGAT sudah tidak lagi memiliki hak atas unit yang diperjanjikan para pihak.

10. Bahwa oleh karena itu adalah tidak benar dalil PENGGUGAT yang menyatakan TERGUGAT telah melakukan perbuatan melawan hukum atas penjualan unit yang semula akan dijual TERGUGAT pada PENGGUGAT, karena pada faktanya Perjanjian Pengikatan Akan Jual Beli antara PENGGUGAT dengan TERGUGAT telah berakhir akibat PENGGUGAT telah terbukti lalai memenuhi kewajibannya sesuai dengan PERJANJIAN, dimana sesuai dengan kesepakatan para pihak dalam PERJANJIAN obyek unit sepenuhnya tetap menjadi hak TERGUGAT yang secara hukum dapat diperjualbelikan TERGUGAT pada pihak sebagaimana diatur pada pasal 6 ayat (2) PERJANJIAN.

11. Bahwa selanjutnya sangatlah tidak beralasan hukum dalil PENGGUGAT yang menyatakan TERGUGAT harus bertanggungjawab atas penolakan KPR yang diajukan PENGGUGAT pada Bank rekanan TERGUGAT. Hal ini jelas mutlak kesalahan PENGGUGAT sendiri, karena PENGGUGAT mengajukan permohonan KPR pada pihak Bank sebelum memenuhi seluruh kewajibannya membayar uang muka unit sebagaimana ditentukan ditentukan pasal 3 ayat (1) huruf b jo. Pasal 3 ayat (1) huruf c PERJANJIAN. Sehingga adalah hal yang wajar apabila pihak Bank menyatakan “belum dapat menyetujui” permohonan KPR yang diajukan PENGGUGAT. Pengajuan KPR oleh PENGGUGAT jelas merupakan itikad buruk PENGGUGAT semata, mengingat para pihak sesuai dengan pasal 3 ayat (1) huruf d PERJANJIAN telah sepakat fasilitas KPR peruntukannya hanya untuk tahap PELUNASAN dan bukan terhadap UANG MUKA yang sepenuhnya mutlak menjadi kewajiban PENGGUGAT. Oleh karena itu permohonan KPR PENGGUGAT hanyalah

(20)

perbuatan akal-akalan PENGGUGAT saja agar dapat melakukan klaim terhadap TERGUGAT atas pengembalian 75% uang muka yang telah dibayarnya pada TERGUGAT sebagaimana dinyatakannya dalam Surat Somasi PENGGUGAT tanggal 04 Februari 2015, dimana terhadap permintaan pengembalian 75% uang muka tersebut telah TERGUGAT tolak mengingat pengajuan KPR oleh PENGGUGAT bukan untuk pelunasan sesuai kesepakatan para pihak yang tertuang pada pasal 3 ayat (1) huruf d PERJANJIAN.

12. Bahwa kemudian melalui gugatan ini PENGGUGAT kembali meminta pengembalian uang Tanda Jadi dan Uang Muka yang telah dibayarkannya pada TERGUGAT. Hal ini jelas tidak benar dan tidak beralasan hukum, karena sejak awal para pihak telah sepakat dalam PERJANJIAN apabila perjanjian batal demi hukum akibat PENGGUGAT lalai melaksanakan kewajibannya membayar uang muka atas unit yang akan dibelinya, maka uang yang dibayarkan PENGGUGAT akan hangus.

13. Bahwa adapun alasan PENGGUGAT meminta pengembalian uang tanda jadi dan uang muka dengan alasan perjanjian batal demi hukum karena bertentangan dengan klausula baku yang diatur pasal 18 ayat (1) huruf c UU No.8 tahun 1999 yang menyatakan “pelaku usaha usaha berhak menolak penyerahan kembali uang yang dibayarkan atas barang dan/atau jasa yang dibeli oleh konsumen”. Hal ini jelas keliru mengingat ketentuan pasal 18 ayat (1) huruf c UU No.8 tahun 1999 sama sekali tidak dapat diterapkan dalam perkara ini, karena jelas kapasitas PENGGUGAT sebenarnya bukanlah konsumen. Konsumen sebagaimana dimaksud pasal 1 angka 2 UU No.8 tahun 1999 adalah setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain maupun mahluk hidup lainnya dan tidak untuk diperdagangkan. Sedangkan PENGGUGAT sesuai dengan fakta yang ada, dimana PENGGUGAT membeli sekaligus 12 (dua belas) unit tanah dan bangunan, yang selanjutnya kemudian belum juga dilunasi oleh PENGGUGAT salah satu unit telah dialihkan oleh PENGGUGAT. Demikian pula terhadap sisa 11 (sebelas) unit

(21)

lainnya sebagaimana tertuang pada posita angka 14 gugatannya telah diakui PENGGUGAT terhadap unit tersebut juga akan dialihkan PENGGUGAT pada pihak lain, apabila tidak dihalangi oleh TERGUGAT. Jadi jelas kapasitas PENGGUGAT pada dasarnya adalah “pelaku usaha’, dan BUKAN KONSUMEN sebagaimana dimaksud pasal 1 angka 2 UU No.8 tahun 1999. 14. Bahwa disamping itu pasal 18 ayat (1) huruf c UU No.8 tahun 1999

yang melarang klausula “pelaku usaha usaha berhak menolak penyerahan kembali uang yang dibayarkan atas barang dan/atau jasa yang dibeli oleh konsumen” dalam perjanjian sama sekali tidak relevan dalam perkara ini, karena sangat jelas larangan tersebut ditujukan terhadap JUAL BELI YANG SIFATNYA TELAH FINAL, sedangkan PERJANJIAN yang ditandatangani para pihak pada tanggal 7 April 2014 hanyalah pengikatan akan jual beli yang harus ditindaklanjuti dengan “Akta Jual Beli Tanah dan Bangunan”. Sehingga karenanya adalah hal yang wajar untuk menjaga keterikatan masing-masing pihak pada Perjanjian (sebelum di tindaklanjuti dengan Akta Jual Beli), turut diatur sanksi atas kelalaian pemenuhan prestasi yang disepakati bersama oleh para pihak dalam perjanjian. Terkait dengan sanksi hangusnya uang PENGGUGAT sekitar Rp. 35.ooo.000,- (tiga puluh lima juta rupiah) untuk 1 (satu) unit rumah adalah hal yang lumrah mengingat harga unit rumah yang akan dibeli diatas Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah). Adapun kumulasi hangusnya uang PENGGUGAT mencapai Rp.... untuk 11 (sebelas) unit rumah hal ini mutlak kesalahan PENGGUGAT sendiri yang tidak mampu mengukur kemampuannya sendiri hingga mengambil unit rumah terlalu banyak yang jauh diluar kemampuannya. Disamping itu sebagaimana dinyatakan pada pasal 7 ayat (1) PERJANJIAN telah sangat jelas penerapan sanksi tersebut bukanlah suatu keputusan yang dibuat secara sepihak oleh TERGUGAT, tetapi merupakan kesepakatan bersama antara PENGGUGAT dengan TERGUGAT. 15. Bahwa dari uraian diatas sangat jelas dalam hubungan hukum

keperdataan para pihak, TERGUGAT sama sekali tidak merugikan hak keperdataan PENGGUGAT mengingat perbuatan yang TERGUGAT lakukan telah sesuai dengan ketentuan yang telah

(22)

disepakati para pihak dalam perjanjian, hingga karenanya gugatan Perbuatan Melawan Hukum dan permintaan ganti kerugian yang diajukan PENGGUGAT sama sekali tidak beralasan hukum hingga telah sepatutnya ditolak.

Berdasarkan dalil dan alasan diatas, maka kami mohon pada Ketua Pengadilan Negeri Cibinong cq. Majelis Hakim yang memeriksa dan mengadili perkara aquo kiranya berkenan memutuskan:

DALAM EKSEPSI

1. Menerima Eksepsi TERGUGAT seluruhnya.

2. Menyatakan gugatan PENGGUGAT tidak dapat diterima DALAM POKOK PERKARA

1. Menolak gugatan PENGGUGAT untuk seluruhnya

2. Menghukum PENGGUGAT untuk membayar biaya perkara

Mengutip serta memperhatikan uraian-uraian tentang hal yang tercantum dalam turunan resmi Putusan Pengadilan Negeri Cibinong tanggal 17 November 2015 Nomor 78/Pdt.G/2015/PN Cbi yang amar selengkapnya berbunyi sebagai berikut:

Dalam Eksepsi

- Menolak eksepsi Tergugat untuk seluruhnya Dalam Pokok Perkara

- Menolak gugatan Penggugat seluruhnya;

- Menghukum Penggugat untuk membayar biaya perkara yang sampai hari ini ditetapkan sejumlah Rp.1.376.000 (Satu Juta Tiga Ratus Tujuh Puluh Enam Ribu Rupiah);

Menimbang bahwa sesuai Akta pernyataan permohonan banding yang dibuat oleh Panitera Pengadilan Negeri Cibinong yang menyatakan bahwa pada tanggal 30 Nopember 2015, Pembanding semula Penggugat telah mengajukan permohonan banding terhadap putusan Pengadilan Negeri Cibinong tanggal 17 November 2015 Nomor 78/Pdt.G/2015/PN Cbi untuk diperiksa dan diputus dalam peradilan tingkat banding ;

Menimbang bahwa berdasarkan risalah pemberitahuan pernyataan banding yang dibuat oleh Jurusita Pengganti pada Pengadilan Negeri

(23)

Cibinong yang menyatakan bahwa pada tanggal 30 November 2015 permohonan banding tersebut telah diberitahukan kepada Terbanding, semula Tergugat pada tanggal 20 Januari 2016 permohonan mana telah diberitahukan/ disampaikan secara sah dan seksama;

Menimbang, bahwa Pembanding, semula Penggugathingga perkara ini diputus tidak mengajukan memori banding

Menimbang bahwa berdasarkan risalah pemberitahuan pemeriksaan berkas perkara (Inzage) Nomor 78/Pdt.G/2015/PN. Cbi yang dibuat oleh Jurusita Pengadilan Negeri Cibinong telah memberi kesempatan kepada Pembanding semula Penggugat pada tanggal 29 Februari 2016 dan 1 Maret 2016 diberitahukan kepada Terbanding, semula Tergugat melalui Pengadilan Negeri Tangerang ;

TENTANG PERTIMBANGAN HUKUMNYA

Menimbang, bahwa permohonan banding yang diajukan oleh Pembanding semula Penggugat telah diajukan dalam tenggang waktu dan menurut tata cara serta memenuhi persyaratan yang ditentukan oleh Undang-undang, oleh karena itu permohonan banding tersebut secara formal dapat diterima;

Menimbang, bahwa Majelis Hakim tingkat banding setelah memeriksa dan meneliti serta mencermati dengan seksama berkas perkara beserta turunan putusan Pengadilan Negeri Cibinong tanggal 17 November 2015 Nomor 78/Pdt.G/2015/PN Cbi, ternyata tidak diperoleh hal-hal yang dapat membatalkan atau memperbaiki putusan Majelis Hakim tingkat pertama tersebut, pada prinsipnya telah dipertimbangkan dengan benar, sehingga oleh Majelis Hakim tingkat banding berpendapat bahwa putusan perkara Aquo sudah tepat dan benar serta beralasan hukum sehingga oleh Majelis Hakim tingkat banding disetujui dan diambil alih sebagai pertimbangan sendiri dalam memutus perkara ini, serta menjadi bagian dari dan telah termasuk dalam perkara ini;

Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut diatas, maka putusan Pengadilan Negeri Cibinong tanggal 17 November 2015 Nomor 78/Pdt.G/2015/PN Cbi yang dimohonkan pemeriksaan dalam tingkat banding tersebut haruslah dikuatkan;

(24)

Menimbang, bahwa oleh karena Pembanding, semula Penggugat tetap berada dipihak yang kalah, maka harus dihukum untuk membayar biaya perkara dalam kedua tingkat Pengadilan;

Memperhatikan Undang-Undang Nomor 20 tahun 1947 tentang peradilan banding dan ketentuan-ketentuan lain yang berhubungan;

M E N G A D I L I

­ Menerima permohonan banding dari Pembanding, semula Penggugat

- Menguatkan Putusan Pengadilan Negeri Cibinong tanggal 17 November 2015 Nomor 78/Pdt.G/2015/PN Cbi, yang dimohonkan banding tersebut;

­ Menghukum Pembanding semula Penggugat untuk membayar biaya perkara pada kedua tingkat Pengadilan yang dalam tingkat banding ditetapkan sebesar Rp.150.000,00 (seratus lima puluh ribu rupiah);

Demikianlah diputuskan pada hari Senin,, tanggal 30 Mei 2016, dalam rapat Permusyawaratan Majelis Hakim Pengadilan Tinggi Bandung dengan susunan H. Neris, S.H., M.H. Hakim Tinggi pada Pengadilan Tinggi Bandung sebagai Hakim Ketua, dengan Abid Saleh Mendrofa, S.H, dan Marihot Lumban Batu, S.H., M.H., dan masing-masing sebagai Hakim Anggota, berdasarkan Surat Penetapan Ketua Pengadilan Tinggi Bandung tanggal 4 April 2016, Nomor 154/Pen/Pdt/2016/ PT.Bdg, putusan mana pada hari Selasa 31 Juni 2016 telah diucapkan dalam persidangan yang terbuka untuk umum oleh Hakim Ketua dengan dihadiri oleh para Hakim Anggota tersebut diatas, dengan dibantu oleh : Ny. Deni Setiani, SH. Panitera

(25)

Panitera Pengganti pada Pengadilan Tinggi tersebut akan tetapi tanpa dihadiri kedua belah pihak dalam perkara ini.

HAKIM ANGGOTA. HAKIM KETUA

Ttd Ttd

Abid Saleh Mendrofa, S.H, H. Neris, S.H., M.H. Ttd

Marihot Lumban Batu, S.H., M.H.

PANITERA PENGGANTI

Ttd Ny.Deni Setiani.S.H,

Perincian Biaya Perkara

- Materai Putusan Rp. 6.000,00 - Redaksi /putusan Rp. 5.000,00

- Pemberkasan Rp. 139.000,00

==========================================================+ Jumlah ……….. Rp.150.000,00

Referensi

Dokumen terkait

Berbagai kebijakan yang di buat oleh pemerintah di antaranya ada peraturan mengenai KUHP, KUHAP, UU Nomer 21 Tahun 2007 tentang pemberantasan tindak pidana orang

Merupakan kegiatan operasional yang mempergunakan peralatan produksi yang disusun dan diatus sedemikian rupa, yang dapat dimanfaatkan untuk secara fleksible untuk

Anak laki-laki usia 5 tahun datang ke puskesmas bersama ibunya karena keluhan bersin-bersin dan gatal pada hidung yang sudah dirasakan sejak 2 tahun yang lalu.. Ibunya juga

Dengan begitu dapat diperoleh arang murni yang permukaannya pun bersih sehingga adsorbat dapat mudah untuk terserap pada permukaannya pun bersih sehingga adsorbat dapat mudah

60 kg/ha menunjukkan pertambahan tinggi yang tidak berbanding lurus dengan pertambahan tinggi, diduga unsur hara yang dibutuhkan tanaman lebih dari cukup akibat

Lampiran diperlukan bila terdapat informasi yang diperlukan baik bersifat melengkapi maupun menjelaskan tetapi tidak perlu dimasukkan dalam bagian isi tugas akhir, seperti :

Yang terjadi bukanlah sebuah kebetulan semata, sebagaimana yang akan terlihat, karena (berdasarkan penelitian) puncak yang runcing pada barisan EKG berhubungan

Pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa, pemberian GA 3 meningkatkan persen bunga jadi polong, yaitu perlakuan A berbeda nyata dengan perlakuan C,D,E,F tapi tidak