• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

7

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Energi

Energi yang bersifat abstrak yang sukar dibuktikan, tetapi dapat dirasakan adanya. Energi atau yang sering disebut tenaga, adalah suatu pengertian yang sering sekali digunakan orang. Menurut Caffal (1995) energi tidak dapat diciptakan dan tidak dapat dimusnahkan, dapat dikonversikan atau berubah dari bentuk energi yang satu ke bentuk energi yang lain, misalnya pada kompor di dapur, energi yang tersimpan dalam minyak tanah diubah menjadi api. Jadi energi adalah kemampuan dari suatu sistem untuk melakukan kerja pada sistem yang lain.

Energi adalah suatu besaran yang secara konseptual dihubungkan dengan transformasi, proses atau perubahan yang terjadi. Besaran ini seringkali dikaitkan dengan perpindahan sebuah gaya atau perubahan temperatur, sehingga memungkinkan penentuan satuan Joule (energi yang dibutuhkan untuk menaikkan temperatur sebesar 1 derajat per satuan massa material). Dalam keperluan praktis, energi sering kali dikaitkan dengan jumlah bahan bakar atau konsumsi jumlah listrik.

(2)

Dunia industri memerlukan energi dalam jumlah yang besar. Energi tersebut di antaranya digunakan untuk keperluan menjalankan mesin-mesin industri. Sumber energi yang digunakan di bidang industri biasanya berasal dari listrik dan bahan bakar fosil seperti solar, bensin, dan gas. Seperti telah disebutkan di atas bahwa salah satu sumber energi yang digunakan di bidang industri adalah energi listrik. Sumber energi ini dirasakan sangat penting peranannya dalam perkembangan industri yang semakin modern. Pertumbuhan kebutuhan energi listrik di Indonesia diprediksi akan mencapai 7,1% per tahun hingga akhir tahun 2012. Energi listrik di industri diperlukan untuk menggerakkan motor-motor listrik sebagai tenaga penggerak utama pada mesin proses, pemanas komponen tertentu pada alat, pendinginan, penerangan, dll. Dari semua keperluan tersebut, konsumsi energi terbesar adalah menggerakkan motor-motor listrik.

Salah satu faktor yang perlu mendapat perhatian penting dalam penggunaan energi primer di Indonesia adalah ketergantungan pada minyak bumi. Berdasarkan data tahun 2010, didapatkan bahwa minyak bumi masih menjadi dominan penggunaan energi yaitu sekitar 46,8% disusul gas 24,3% dan kemudian batubara 23,9%. Jadi saat ini penggunaan energi tak terbarukan masih sekitar 95%. Pertumbuhan penggunaan energi primer 2001-2010 dapat dilihat pada Gambar 2.1.

(3)

Gambar 2.1. Pertumbuhan Penggunaan Energi Primer 2001-2010

Berdasarkan prediksi pertumbuhan penduduk Indonesia rata-rata 1,1% pertahun, dan pertumbuhan ekonomi rata-rata 6,1%, maka diprediksi pertumbuhan kebutuhan energi rata-rata pada tahunyang akan datang adalah 7,1% pertahun, yaitu menjadi 1.316 juta SBM tahun 2019. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 2.2 dibawah ini.

Gambar 2.2. Prediksi Pertumbuhan dan Kebutuhan Energi (Sumber dari Presentasi EBTKE-ESDM 17 September 2014)

(4)

Semakin meningkatnya pertumbuhan pemakaian energi, tentunya akan menambah subsidi pemerintah. Gambaran tentang subsidi pemerintah terhadap listrik dan BBM diperlihatkan pada Gambar 2.3. dibawah.

Gambar 2.3. Grafik Subsidi Pemerintah terhadap Energi (Sumber EBTKE-ESDM)

Berdasarkan data tahun 2010 didapatkan bahwa sektor industri mendominasi penggunaan energi nasional yaitu 475.828.415 SBM (setara Bahan Bakar Minyak) atau 44%, kemudian disusul sektor transportasi yaitu 389.638.586 SBM (36%) yang dijabarkan pada Gambar 2.4. Penggunaan energi di sektor industri yang cukup besar, maka tidaklah berlebihan bila fokus penghematan dan konservasi energi perlu dilakukan pada sektor tersebut.

(5)

475,828,415 44.0% 124,472,388 11.5% 47,690,984 4.4% 389,638,586 36.0% 43,797,843 4.1% Industri Rumah tangga Komersial Transportasi lain-lain Total : 1.081.428.215 SBM tahun 2010

Gambar 2.4. Pie Diagram Penggunaan Energi Tahun 2010 berdasarkan Sektor Pengguna

Gambaran Pelaksanaan Konservasi Energi dalam PPNo. 70 / 2009 dapat dilihat pada Gambar 2.5 sebagai berikut.

Gambar 2.5. Pelaksanaan PP No/ 70 / 2009 tentang Konservasi Energi (Sumber dari Presentasi EBTK-ESDM 17 September 2014)

(6)

Peraturan ini dikeluarkan dengan mempertimbangkan potensi ancaman krisis energi listrik karena pasokan listrik yang tersedia, yaitu kapasitas terpasang, tidak mampu mengimbangi pertumbuhan permintaan konsumsi listrik nasional dengan pertumbuhan rata-rata 7% pertahun. Kebutuhan energi listrik dari dua sektor utama yaitu rumah tangga dan industri, bahkan mengalami peningkatan dengan laju kenaikan rata-rata 10% sampai dengan 15% pertahun. Sementara pada saat bersamaan kemampuan penyediaan listrik oleh Negara melalui PT. PLN (Persero) masih terbatas, bahkan terdapat indikasi bahwa kemampuan tersebut mulai menurun. Salah satu penyebab penurunan kemampuan pemasokan tersebut adalah karena sebagian besar pembangkit tenaga listrik yang dimiliki oleh PT. PLN (Persero) menggunakan bahan bakar fosil, yaitu minyak atau batubara, sebagai sumber energi penggeraknya, sementara ketersediaan bahan bakar fosil semakin menipis. Berdasarkan hasil survey yang telah dilakukan, diperoleh indikasi yang menunjukkan peluang penghematan energi di sektor industri cukup besar, yaitu mencapai 10% sampai dengan 30% dan dapat dilihat pada Gambar 2.7 sebagai berikut.

Gambar 2.7. Potensi Konservasi Energi diberbagai Sektor(Sumber dari Presentasi EBTKE-ESDM 17 September 2014)

(7)

Salah satu hasil penelitian yang dilakukan, menunjukkan bahwa Indonesia tergolong Negara pengguna energi yang boros. Parameter yang digunakan untuk mengukur pemborosan energi adalah elastisitas dan intensitas energi. Elastisitas energi adalah perbandingan antara pertumbuhan konsumsi energi dan pertumbuhan ekonomi. Elastisias energi Indonesia berada pada kisaran 1,04 – 1,35 dalam kurun waktu 1985 – 2000, sementara Negara-negara maju berada pada kisaran 0,55-0,65 pada kurun waktu yang sama. Sedangkan yang dimaksud dengan intensitas energi adalah perbandingan antara jumlah konsumsi energi per Pendapatan Domestik Bruto (PDB). Semakin efisien suatu Negara dalam pola konsumsi energi, intensitas energinya akan semakin kecil. Intensitas energi Indonesia mencapai angka 400, empat kali lipat dibanding Jepang yang berada pada angka 100, sementara Negara-negara Amerika Utara berada pada angka 300, Negara-negara Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) pada 200 dan Thailand pada 350. Selain itu pola penggunaan energi di industri Indonesia pun cenderung lebih boros dibandingkan. Negara-negara maju dikawasan seperti yang ditunjukkan pada tabel dibawah ini. Hal ini bisa dilihat dari tingginya angka intensitas energi yaitu banyaknya energi yang dibutuhkan untuk menghasilkan suatu satuan produk tertentu. Komparasi intensitas energi di sektor industri dapat dilihat pada Tabel 2.1 berikut ini.

(8)

Tabel 2.1. Komparasi Intensitas Energi di Sektor Industri

Disamping itu pengusaha bertanggung jawab : melaksanakan konservasi energi dalam setiap tahap pelaksanaan usaha; dan menggunakan teknologi yang efisien energi; dan/atau menghasilkan produk dan/atau jasa yang hemat energi. Pengguna sumber energi dan pengguna energi yang menggunakan sumber energi dan/atau energi lebih besar atau sama dengan 6.000 (enam ribu) setara ton minyak (TOE) per tahun wajib melakukan konservasi energi. Pada tanggal 29 Mei 2012 Menteri Energi Sumber Daya Mineral mengeluarkan Peraturan Menteri No. 14/2012 tentang Manajemen Energi. Dalam peraturan mengungkapkan bahwa manajemen energi adalah kegiatan terpadu untuk mengendalikan konsumsi energi agar tercapai pemanfaatan energi yang efektif dan terstruktur dan ekonomis untuk meminimalisasi permintaan energi termasuk energi

Negara Intensitas Energi Unit

Besi dan baja

Indonesia India Jepang 650 600 350 KWh/Ton KWh/Ton KWh/Ton Semen Indonesia Jepang 800 773 Kcal/kg clinker Kcal/kg clinker Keramik Indonesia Jepang 16.6 12.9 GJ/Ton GJ/Ton Gelas Indonesia Jepang 12 10 MJ/Ton MJ/Ton

(9)

untuk proses produksi dan meminimalisasi konsumsi bahan bakar dan bahan pendukung.

Dalam rangka melaksanakan penghematan energi dan perbaikan lingkungan, pemerintah menggunakan strategi pengendalian konsumsi energy melalui perubahan paradigma dari fokus kebijakan sisi Suplai energi ke sisi pengguna atau demand side seperti Gambar 2.9 dibawah ini :

Gambar 2.9. Strategi Pengendalian Konsumsi Energi (Sumber dari Presentasi EBTKE-ESDM 17 September 2014)

2.2 Intensitas Energi

Intensitas energi adalah energi yang dibutuhkan untuk meningkatkan Gross Domestic Product (GDP) atau produk domestic bruto. Semakin efisien suatu Negara, maka intensitasnya akan semakin kecil.

Intensitas Energi Indonesia sebesar 482 TOE (Ton-Oil-Equivalen) per sejuta dollar AS. Artinya untuk menghasilkan nilai tambah (GDP) 1 juta dollar AS, Indonesia

(10)

membutuhkan energi 482 TOE. Sebagai perbandingan, intensitas energi Malaysia 439 TOE/juta dollar AS dan intensitas energi rata-rata negara yang tergabung dalam OECD (Organisasi Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan) hanya 164 TOE/juta dollar AS. Angka elastisitas dan intensitas energi yang relative tinggi ini menunjukkan bahwa pemakaian energi di Indonesia termasuk tidak efisien atau boros. Hal ini juga mengindikasikan rendahnya daya saing industri di Indonesia karena terjadi inefisiensi energi yang berdampak pada tingginya biaya produksi. Dalam formuasi yang berbeda, Energi di Indonesia masih banyak digunakan untuk kegiatan yang tidak atau kurang menghasilkan.

Konsep penggunaan sumber daya energi Indonesia selama ini adalah sumber energi digunakan langsung untuk memperoleh pendapatan Negara tanpa memperhatikan prinsip sustainability. Ini berakibat pada penggunaan sumber daya energi belum sepenuhnya ditujukan untuk memperoleh nilai tambah ekonomi yang tinggi. Selain itu juga ada beberapa permasalahan dalam pengelolaan sumber daya energi diantaranya :

1. Sebagian besar sumberdaya energy (SDE) diekspor 2. Laju kegiatan eksploitasi SDE cukup tinggi

3. Sebagian besar terikat kontrak jangka panjang

4. Kebijakan investasi hanya berorientasi untuk kegiatan eksploitasi 5. Ketergantungan pada jenis sumber energi tertentu

6. Lambatnya program diversifikasi energi

Intensitas energi adalah perbandingan antara jumlah konsumsi energy per PDB (Pendapatan Domestik Bruto). Semakin efisien suatu Negara, maka intensitasnya akan

(11)

semakin kecil. Intensitas energi Indonesia sekitar empat kali intensitas energi Jepang (Index Jepang = 100, Indonesia =400). Angka tersebut juga di atas intensitas energi Negara-negara Amerika Utara (sekitar 300, Negara-negara OECD (sekitar 200), bahkan Thailand (sekitar 350). Intensitas energi tinggi artinya harga energi relatif murah dibandingkan dengan jumlah GDP.

2.2.1 Perhitungan Intensitas Energi

Berikut ini adalah persamaan dalam mengitung nilai intensitas energi :

Intensitas Energi =

Dalam persamaan tersebut satuan dapat disesuaikan dengan satuan yang digunakan oleh masing-masing perusahaan missal konsumsi energi (KWh, Rp, dll) dan produksi (ton, kg, yard, Rp, dll), namun periode yang biasa digunakan adalah per tahun.

2.3 Audit Energi

Audit energi adalah teknik yang dipakai untuk menghitung besarnya konsumsi energi dan mengenali cara-cara pengematannya.

2.3.1 Konsep Audit Energi

Audit energi adalah proses evaluasi pemanfaatan energi dan identifikasi peluang penghematan energi serta rekomendasi peningkatan efisiensi pada pengguna sumber

(12)

energi dan pengguna energi dalam rangka konservasi energi. Audit energi dilaksanakan sekurang-kurangnya pada poses dan pengguna energi terutama secara berkala paling sedikit satu kali dalam tiga tahun.

Proses audit dapat dilakukan oleh auditor internal maupun eksternal, namun auditor-auditor tersebut wajib memiliki sertifikat kompetensi sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Standar kompetensi auditor energi di bidang industri dan gedung sedang dalam proses penetapan oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (MESDM).

Rekomendasi audit energi yang bersifat no maupun low cost wajib diterapkan dalam jangka waktu kurang dari satu tahun, selain itu rekomendasi yang memerlukan perubahan proses atau yang memerlukan investasi dan memenuhi kriteria teknis dan ekonomis wajib diterapkan dalam jangka menengah atau kurang dari 5 tahun.

Tetapi rekomendasi audit energi tidak dapat dilaksanakan karena sesuatu hal, maka pengguna energi dan pengguna sumber energi harus memberikan penjelasan baik secara teknis maupun ekonomis.

2.3.2 Klasifikasi Audit Energi

Jangkauan audit energi dimulai dari survey data sederhana hingga pengujian data yang sudah ada secara rinci, digabungkan dengan uji coba pabrik secara khusus, yang dirancang untuk menghasilkan data baru. Lamanya pelaksanaan suatu audit bergantung pada besar dan jenis fasilitas proses pabrik dan tujuan audit itu sendiri.

Survei awal atau Audit Energi Awal (AEA) dapat dilaksanakan dalam waktu satu atau dua hari untuk instalasi pabrik yang sederhana, namun untuk instalasi pabrik

(13)

yang lebih komplek diperlukan waktu yang lebih lama. AEA terdiri dari dua bagian, yaitu :

1. Survey Manajemen Energi

Surveyor (auditor energi) mencoba untuk memahami kegiatan manajemen yang sedang berlangsung dan kriteria putusan investasi yang mempengaruhi proyek konservasi.

2. Survey Energi Teknis

Bagian teknis dari AEA secara singkat mengulas kondisi dan operasi peralatan dari pemakai energi yang penting (misalnya boiler dan sistem uap) serta instrumentasi yang berkaitan dengan efisiensi energi. AEA akan dilakukan dengan menggunakan sesedikit mungkin instrumentasi portable. Auditor energi akan bertumpu pada pengalamannya dan mengumpulkan data yang relevan dan mengadakan observasi yang tepat, sehingga memberikan diagnosa situasi energi pabrik secara cepat.

AEA sangat berguna untuk mengenali sumber-sumber pemborosan energi dan tindakan-tindakan sederhana yang dapat diambil untuk mengingkatkan efisiensi energi dalam jangka pendek. Contoh tindakan yang dapat diidentifikasi dengan mudah ialah hilang atau cacatnya instalasi, kebocoran uap dan udara tekan, peralatan yang tidak dapat digunakan, kurangnya control yang tepat terhadap perbandingan udara dan bahan bakar di dalam peralatan pembakar.

(14)

AEA seharusnya juga mengungkapkan kurang sempurnanya pengumpulan dan penyimpanan analisa data, dan area dimana pengawasan manajemen perlu diperketat. Hasil yang khas dari AEA ialah seperangkat rekomendasi tentang tindakan berbiaya rendah yang segera dapat dilaksanakan dan rekomendasi audit yang lebih ekstensif untuk menguji dengan lebih teliti area pabrik yang terpilih.

Audit Energi Terinci (AET) biasanya dilakukan sesudah AEA, dan akan membutuhkan beberapa minggu bergantung pada sifat dan kompleksitas pabrik. Selain mengumpulkan data pabrik dari catatan yang ada, instrumentasi portable digunakan untuk mengukur parameter operasi yang penting yang dapat membantu team mengaudit energi dalam neraca material dan panas pada peralatan proses. Uji sebenarnya yang dijalankan serta instrument yang diperlukan bergantung pada jenis fasilitas yang sedang dipelajari, serta tujuan, luas dan tingkat pembiayaan program manajemen energi.

Jenis uji yang dijalankan selama audit energi terinci mencakup uji efisiensi pembakaran, pengukuran suhu dan aliran udara pada peralatan utama yang menggunakan bahan bakar, penentuan penurunan faktor daya yang disebabkan oleh berbagai peralatan listrik, dan uji sistem proses untuk operasi yang masih di dalam spesifikasi.

Setelah mendapatkan hasil uji, auditor eneriy menganalisa hasil tersebut melalui suatu kalkulasi dengan menggunakan materi pendukung yang ada (misalnya table, bagan). Kemudian hasil uji tersebut digunakan untuk menyusun neraca energi, dimulai dari setiap peralatan yang diuji dan selanjutnya instalasi pabrik seluruhnya. Dari neraca energi, dapat ditentukan efisiensi peralatan dan ada tidaknya peluang penghematan

(15)

biaya energi. Setelah itu, dilakukan pengujian lebih rinci terhadap setiap peluang, perkiraan biayanya dan manfaat dari pilihan-pilihan yang telah ditentukan.

Dalam beberapa hal, auditor energi tidak dapat memberikan rekomendasi mengenai suatu investasi khusus, mengingat resikonya atau karena total investasinya terlalu besar. Dalam hal ini, auditor energi akan memberikan suatu rekomendasi mengenai studi kelayakan. Hasil akhir AET akan berupa laporan terinci yang memuat rekomendasi dengan manfaat dan biaya terkait serta program pelaksanaannya.

Secara umum cukup sulit untuk menyimpulkan besarnya penghematan yang dapat diidentifikasi melalui audit energi. Namun begitu penghematan biasanya mendekati jumlah yang cukup berarti, sekalipun melalui audit energi yang paling sederhana. Sebagai petunjuk kasar, audit energi awal diharapkan dapat mengidentifikasi penghematan sebesar 10 persen yang umumnya dapat dicapai melalui house keeping instalasi pabrik.

2.4 Manajemen Energi

Pengertian energi berdasarkan PERMEN ESDM No. 14 Tahun 2012 adalah kegiatan terpadu untuk mengendalikan konsumsi energi agar tercapai pemanfaatan energi yang efektif dan efisien untuk menghasilkan keluaran yang maksimal melalui tindakan teknis secara terstruktur dan ekonomis untuk meminimalisasi pemanfaatan energi termasuk energi untuk proses produksi dan meminimalisasi konsumsi bahan baku dan bahan pendukung.

(16)

Manajemen energi berdasarkan Wikipedia Indonesia adalah program terpadu yang direncanakan dan dilaksanakan secara sistematis untuk memanfaatkan sumberdaya energi dan energi secara efektif dan efisien dengan melakukan perencanaan, pencatatan, pengawasan dan evaluasi secara kontinu tanpa mengurangi kualitas produksi/pelayanan. Tujuan manajemen energi yaitu konservasi sumber daya, perlindungan iklim, dan penghematan biaya. Bagi konsumen, manajemen energi menjadikan mereka mendapatkan akses terhadap energi sesuai dengan yang mereka butuhkan. Manajemen energi sangat terkait dengan manajemen lingkungan, manajemen produksi, logistik, dan fungsi terkait bisnis lainnya.

Verein Deutscher Ingenieure memberikan definisi manajemen energi sebagai

“kegiatan yang proaktif, pengadaan barang yang terorganisasi dan sistematik, konversi, distribusi, dan penggunaan energi yang memenuhi kebutuhan, dengan memperhitungkan tujuan lingkungan dan ekonomi.”[Sumber Wikipedia]

Tujuan manajemen energi di dalam industri yaitu :

 Optimalisasi pemanfaatan sumber daya energi dan energi

 Meningkatkan efisiensi penggunaan sumber daya energi dan energi

 Pemanfaatan peluang untuk meningkatkan daya saing perusahaan

Berikut prinsip-prinsip dasar manajemen energi :

1. Perencanaan (Planning)

Perencanaan adalah suatu kegiatan membuat tujuan dalam system manajemen energi. Perencanaan diikuti dengan berbagai kegiatan sebagai upaya untuk mewujudkan tujuan yang telah direncanakan. Dalam hal manajemen energi

(17)

perencanaan sangat penting karena merupakan hal dasar untuk pengolahan energi. Dalam sistem manajemen energi perencanaan menyangkut berbagai bidang mulai dari pengolahan energi primer, pemanfaatan energi, hingga pengelolaan energi tersebut. Sehingga energi dapat digunakan secara maksimal yanpa merugikan pihak-pihak yang bersangkutan.

2. Pengorganisasian (Organizing)

Pengorganisasian adalah suatu kegiatan pengaturan dalam system manajemen energi. Dalam upaya pengaturan energi bertujuan untuk menghemat energi, karena dengan adanya pengaturan maka dapat diketahui energi yang dibutuhkan dan energi yang tidak dibutuhkan sehingga tidak terbuang sia-sia.

3. Pengarahan (Directing)

Pengarahan adalah suatu kegiatan menata atau mengelola untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi energi. Dengan adanya pengarahan maka energi dapat dikelola dengan baik sehingga enegi bermanfaat dengan sempurna.

4. Pengendalian (Controlling)

Pengendalian adalah suatu kegiatan untuk mengatur pemakaian energi yang ada. Dengan adanya pengendalian maka suatu dapat termonitoring dalam pemakaiannya. Bentuk pengendalian energi seperti pembatasan penggunaan energi tertentu, konversi energi, dll. Sehingga energi yang ada akan selalu terjaga kelestariannya.

(18)

Kebanyakan Efisiensi Energi di industri dicapai melalui perubahan dalam “BAGAIMANA ENERGI DI MANAGE” dalam sebuah fasilitas industri, daripada melalui instalasi teknologi baru. Mengelola Energi secara aktif memerlukan perubahan organisasi pada budaya (culture).

2.5 Sistem Kelistrikan

Listrik merupakan pergerakan electron di dalam penghantar atau konduktor. Berdasarkan teori atom terdiri dari inti atom bermuatan positif (proton) dan partikel tidak bermuatan (neutron), dan dikelilingi oleh electron yang berada di orbit yang mengelilingi inti. Proton dan electron mempunyai suatu hal yang mirip dengan muatan listrik. Muatan listrik pada proton diberi tanda positif (+) dan elektron ditandai dengan muatan negative (-). Apabila jumlah muatan electron dan proton sama dalam suatu atom, maka atom dikatakan dalam posisi netral. Akan tetapi apabila muatan proton lebih banyak dari muatan electron,maka kondisi ini disebut dengan positive charge. Sebaliknya apabila jumlah muatan electron lebih banyak dari jumlah proton maka kondisi disebut negative charge .(http://www.scribd.com)

2.6 Sistem Utilitas

Sistem utilitas merupakan unit-unit yang dapat menunjang pelaksanaan suatu proses dalam industri mulai dari penyediaan air, energi listrik, pemanas untuk boiler, pendinginan dan kompresor udara dan lain lain. (http://whymashen.wordpress.com/2011/08/09/sistem-utilitas-part-1)

(19)

Menurut studi dan pengalaman, mengetahui secara real time konsumsi energi listrik, sebagai contoh penggunaan meteran listrik prabayar bisa mengurangi konsumsi energi listrik rumah tangga dibandingkan pasca bayar, atau contoh yang serupa pada penggunaan telepon pulsa pra bayar yang lebih hemat dibandingkan penggunaan telepon pasca bayar.

Implementasikan sistem monitoring energi untuk semua unit di plant untuk mencatat dan memonitor konsumsi energi. Dengan memonitor konsumsi energi untuk masing-masing unit, peralatan yang sedang beroperasi, tanpa beban (idle) dapat diidentifikasikan. Selain itu, konsumsi energi spesifik dapat dihitung untuk setiap shift untuk mengurangi konsumsi energi.

Keuntungan dari penggunaan EMIS diantaranya :

 Riwayat konsumsi energi berguna untuk bahan perbandingan bagi pengoperasian peralatan untuk setiap waktu yang berbeda. Perbandingan ini bisa dianalisauntuk mengurangi konsumsi energi.

 Pembacaan seluruh meter energi dapat diambil pada basis jam, basis shift, harian atau bulanan tanpa mengikutsertakankesalahan manusia. Pembacaan ini bisa dijadikan bench marking dan untuk perbandingan bagi tindakan perbaikan.  Switching on/off pada setiap beban bisa dilakukan secara online, sehingga

mengurangi tenaga kerja manusia dibidang pemeliharaan kelistrikan.  Pengoperasian peralatan tanpa beban (idle) dapat dikurangi.

Ilustasi penghematan energi yang dihasilkan dari EMIS dapat dilihat dari Gambar 2.11 sebagai berikut.

(20)

Gambar 2.11 Penghematan Energi dengan EMIS

2.8 Kelayakan Peluang Penghematan Energi

Konsep dasar yang menjadi pendekatan harus menjadi perhatian dalam melakukan evaluasi kelayakan yaitu bahwa kegiatan (proyek) biasanya dilakukan dalam waktu relatif lama sehingga dimensi waktu harus dimasukkan dalam analisa melalui penggunaan diskonto. Diskonto merupakan suatu teknik untuk memerankan manfaat yang diperoleh pada masa yang akan datangdan azas biaya menjadi nilai biaya pada masa sekarang atau sebaliknya. Sehingga harus memperkirakan biaya dan benefit pada waktu sekarang dan yang akan datang.

2.8.1 Net Present Worth (NPW)

(Brealey Myers Marcus, 2009) Analisa ini digunakan untuk melihat bagaimana keadaan dari aliran keuangan perusahaan dalam keadaan sekarang dengan melihat keadaan aliran keuangan yang telah berjalan. Dengan kata lain bahwa analisa ini membandingkan antara penerimaan-penerimaan bersih di masa yang akan dating yang

(21)

nilai uangnya disamakan ke masa sekarang dengan biaya-biaya yang keluar dalam nilai sekarang juga.

Suatu proyek tunggal dianggap menguntungkan jika memiliki nilai NPV>0. Jika terdapat beberapa alternative proyek investasi, hasil terbaik akan diperoleh perusahaan untuk investasi pada alternative dengan nilai NPV tertinggi.

NPW dari suatu proyek merupakan nilai harga sekarang (present worth) dari selisih antara benefit (manfaat) dengan cost (biaya) pada discount rate tertentu. NPW menunjukkan kelebihan benefit (manfaat) dibandingkan dengan cost (biaya). Jika NPW

benefit lebih besar dari present worth biaya berarti proyek tersebut layak dengan kata lain NPW lebih besar dari pada nol (NPW > 0)

NPW = -CFO + B.DF > 0

dimana :

NPW = harga/nilai sekarang

CFO = cash flow pada awal/dimaksudkan adalah nilai investasi

B = Benefit (besarnya nilai efisiensi yang didapat)

DF = discount factor, DF =

i = tingkat biaya.

(22)

Apabila hasil NPW ≥ 0, maka proyek atau penggantian mesin (investasi) yang dilakukan layak.

2.8.2. Benefit Cost Ratio (BCR)

Dalam audit energi harus memanfaatkan rumus sebagai berikut :

BCR =

dimana =

N = Periode Proyek

Bk = benefit pada bunga dan faktor diskonto tertentu

Ck = cost pada tahun 0 = CFO

2.8.3 Pay Back Period (PBP)

(Husnan : 2001) Analisa ini digunakan untuk mengetahui berapa lama yang dibutuhkan oleh proyek tersebut untuk menutup kembali pengeluaran investasi dengan menggunakan aliran kas. Dengan semakin cpatnya investasi tersebut dapat kembali, maka akan menjadikan proyek tersebut semakin menarik untuk dijalankan. Analisa metode ini mempunyai beberapa hal untuk diperhatikan antara lain:

a. Diabaikannya nilai uang terhadap waktu.

(23)

c. Analisa ini merupakan pendekatan yang digunakan dalam analisa ekonomi. Karena hanya merupakan pendekatan, maka hasil analisa dengan menggunakan metode ini tidak harus diperhitungkan dalam pengambilan keputusan.

Masa pengendalian investasi yang ditanamkan apabila pay back period lebih rendah dari life time period proyek (N). Jadi Y < N, maka proyek sudah dapat dilaksanakan atau proyek jadi illegal.

Rumus sample pay back period adalah =

2.9 Aktif Harmonisa Filter

Harmonisa arus merupakan gelombang distorsi yang merusak bentuk gelombang fundamental (sinusoidal) arus, sehingga bentuk gelombang arus menjadi buruk (tidak sinusoidal) murni. Penyebab utama timbulnya harmonik adalah adanya peralatan listrik yang bersifat non linier, seperti komputer, inverter, UPS, DC drive dan battery chargers.Adanya harmonisa arus ini dapat menyebabkan beberapa kerugian pada peralatan diantaranya overheating, penurunan life time peralatan dan rugi-rugi energi.

Aktif Harmonisa filter ditujukan untuk mengkompensasi harmonisa arus. kompensasi dilakukan dengan menginjeksikan arus harmonik yang indentik dengan arus harmonik. Aktif filter ideal diaplikasikan untuk variasi beban yang sangat luas, spektrum harmonik yang lebar, dan beban non linear yang banyak didistribusikan pada jaringan beban yang kecil. Aplikasinya pada

(24)

 Jaringan komputer

 Jaringan dengan variasi beban (komputer, penerangan dan speed variators)

Gambar 2.12 Flow Chart solusi Harmonisa

Lokasi pemasangan Filter Harmonic :

a. Pada terminal dimana harmonisa dibangkitkan, ini merupakan pilihan terbaik. misalnya LCL Filter.

b. Pada Secondary Panel, misalnya sekumpulan komputer dan lampu yang dilayani oleh satu panel.

c. Pada panel Low Voltage.

(25)

Tabel 2.2. Jenis-jenis Filter

2.10 Tipe Penggerak Mesin – Motor System

Sistem penggerak pada mesin Moulding, Printing, dan Press adalah motor sistem. Current Torsi Limit berfungsi sebagai mini generator yang dapat mensuplai energy listrik sebesar minimum 15% dari kebutuhan daya yang dipakai oleh peralatan. Dengan demikian tanpa mengurangi konsumsi beban peralatan, CTL memperbaiki karakteristik listrik dengan cara membacanya dan meresponnya secara proporsional. CTL secara parallel dipasang pada instalasi listrik yang menggunakan suplai 3 fasa dari 23 KVA sampai dengan 30.000 KVA bahkan lebih. Komponen didalam CTL mempunyai fungsi sebagai berikut :

- PLC (Programmed Logic Control) - PLA (Programmed Logic Analog)

(26)

- PLOC (Programmed Logic Osciloscope Control) - PLGC (Programmed Graphic Control)

Sebagai hasil kerja beberapa fungsi control tersebut dapat menurunkan energy yang diperlukan beban pada waktu start (SP) dan beban stabil (RW) karena alat ini mengontrol aliran energi sesuai dengan kebutuhan saja. Disamping itu juga memperbaiki voltase, frekuensi dari sisa beban. THD juga distabilkan sehingga setiap gangguan pada jaringan listrik difilterkan oleh alat ini.

Gambar

Gambar 2.2. Prediksi Pertumbuhan dan Kebutuhan Energi (Sumber dari Presentasi  EBTKE-ESDM 17 September 2014)
Gambar 2.3. Grafik Subsidi Pemerintah terhadap Energi (Sumber EBTKE-ESDM)
Gambar 2.5. Pelaksanaan PP No/ 70 / 2009 tentang Konservasi Energi  (Sumber dari Presentasi EBTK-ESDM 17 September 2014)
Gambar 2.7. Potensi Konservasi Energi diberbagai Sektor(Sumber dari Presentasi  EBTKE-ESDM 17 September 2014)
+6

Referensi

Dokumen terkait

Apakah gagasan dan cita-cita para pendiri Pondok Modern Gontor sehingga mempunyai tekad yang begitu besar? Cita-cita utamanya adalah rasa.. 117 tanggung jawab memajukan

Wahidahwati, SE., M.Si., Ak selaku Ketua Program Studi MSA STIESIA dan selaku Dosen Pembimbing I saya yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran beliau

Syaugi, S.Sos, MM Marsekal Muda TNI Jakarta, 14 November 2014 Direktur Jenderal Perencanaan

VIII Halaman Tanah Bapak Jana, Lingkungan wargamulia IX Depan Rumah Bapak Hendra, Lingkungan Wargamulia.. X Depan Rumah Ibu Holil, Lingkungan Siluman XI Depan Rumah Bapak

INTEGRASI SOSIAL. Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta, Juli 2017. Tujuan penelitin ini adalah: 1) Mengetahui

Pada penelitian ini, tidak terdapatnya hubungan antara hipertensi dengan beban kerja terjadi karena beberapa faktor diantaranya sedikitnya jumlah karyawan penderita

Biasanya yang kita &lt;a#ami dulu adala# minat% Kita punya ke3enderungan atau rasa suka kepada bidang apa, tentang apa dan melakukanya bagaimana% !etela# diketa#ui di3oba dan

Hasil tersebut menunjukan bahwa pemberian layanan konseling perorangan kurang efektif untuk meningkatkan minat siswa (persentase nilai angket minat siswa yang