• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

http://digilib.unimus.ac.id

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kadar Kolinesterase 1. Pengertian Kolinesterase

Kolinesterase adalah suatu enzim yang terdapat pada cairan seluller, yang fungsinya menghentikan aksi AchE dengan jalan terhidrolisis menjadi cholin dan asam asetat. asetilkolin adalah suatu neuro hormon yang terdapat antara ujung-ujung syaraf dan otot, sebagai media kimia yang fungsinya meneruskan rangsangan syaraf atau impuls ke reseptor sel-sel otot dan kelenjar. Apabila rangsangan ini berlangsung terus-menerus akan menyebabkan gangguan pada tubuh. Untuk itu perlu dihentikan rangsangan yang ditimbulkan oleh asetilkolin dengan jalan hidrolisis menjadi cholin dan asam asetat. Kolinesterase dalam darah akan mengikat pestisida golongan organofosfat tersebut.6

Reaksi antara organofosfat dan kolinesterase disebut fosforilase.

Fosforilase menghasilkan senyawa “Phosphorylated Cholinesterase”,

pengikatan antara organofosfat dan kolinesterase yang hampir irreversible. Hal ini merupakan penyebab organofosfat sangat berbahaya, karena phosphorylated tidak mampu lagi menghidrolisir AchE, yang mengakibatkan AchE tertimbun pada tempat-tempat reseptor. Hasil pengukuran AchE dalam darah memberikan interpretasi tentang derajat keracunan sebagai berikut.11

Tabel 2.2 Batas Normal Kadar Kolinesterase

No % Aktifitas AchE darah

terhadap normal Interpretasi

1. 75 – 100 Tidak ada keracunan

2. 50 – 75 Keracunan ringan

3. 25 – 50 Keracunan sedang

4. 0 – 25 Keracunan berat

(2)

http://digilib.unimus.ac.id

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas Kolinesterase

a. Faktor dari dalam tubuh : 1) Umur

Semakin bertambah umur seseorang semakin banyak pemaparan yang dialaminya. Bertambahnya umur seseorang menyebabkan fungsi metabolisme akan menurun dan ini juga akan berakibat menurunnya aktifitas kholinesterase darahnya sehingga akan mempermudah terjadinya keracunan pestisida. Usia juga berkaitan dengan kekebalan tubuh dalam mengatasi tingkat toksisitas suatu zat, semakin tua umur seseorang maka efektifitas sistem kekebalan di dalam tubuh akan semakin berkurang.12

2) Status gizi

Semakin buruk status gizi seseorang akan semakin mudah terjadi keracunan, dengan kata lain petani yang mempunyai status gizi yang baik cenderung memiliki aktifitas kholinesterase yang lebih baik. Buruknya keadaan gizi seseorang juga akan berakibat menurunnya daya tahan tubuh dan meningkatnya kepekaan terhadap infeksi. Kondisi gizi yang buruk menyebabkan protein yang ada dalam tubuh sangat terbatas sehingga mengganggu pembentukan enzim cholinesterase.13

3) Status kesehatan

Beberapa jenis pestisida yang sering digunakan menekan aktifitas kolinesterase dalam plasma yang dapat berguna dalam menetapkan over exposure terhadap pestisida tersebut. Pada orang-orang yang selalu terpapar pestisida terjadi kenaikan tekanan darah dan kolesterol.14

4) Tingkat pendidikan

Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka akan semakin kecil peluang terjadinya keracunan pada dirinya karena pengetahuannya mengenai racun termasuk cara penggunaan dan

(3)

http://digilib.unimus.ac.id

penanganan racun secara aman dan tepat sasaran akan semakin tinggi sehingga kejadian keracunan pun akan dapat dihindari.15

b. Faktor dari luar tubuh, diantaranya : 1) Dosis

Dosis pestisida berpengaruh langsung terhadap bahaya keracunan pestisida, karena itu dalam melakukan pencampuran pestisida untuk penyemprotan petani hendaknya memperhatikan takaran atau dosis yang tertera pada label. Dosis atau takaran yang melebihi aturan akan membahayakan penyemprot itu sendiri. Setiap zat kimia pada dasarnya bersifat racun dan terjadinya keracunan ditentukan oleh dosis dan cara pemberian.12

Paracelsus pada tahun 1564 telah meletakkan dasar penilaian toksikoligis dengan mengatakan “dosis sola facit venenum”, (dosis menentukan suatu zat kimia adalah racun). Untuk setiap zat kimia, termasuk air, dapat ditentukan dosis kecil yang tidak berefek sama sekali, atau dosis besar sekali yang dapat menimbulkan keracunan atau kematian.23

2) Masa kerja

Merupakan masa waktu berapa lama petani mulai bekerja sebagai petani. Semakin lama petani bekerja maka smakin banyak pula kemungkinan terjadi kontak langsung dengan pestisida.2 Hasil penelitian di Desa sumberejo Kecamatan Ngablak, menunjukkan masa kerja menjadi petani lebih dari 10 tahun sebanyak 51 orang, dengan angka kejadian keracunan sebanyak 37 orang (72,5%) dan yang tidak mengalami keracunan sebanyak 14 orang (27,5%). Sedangkan yang mempunyai masa kerja kurang dari 10 tahun sebanyak 17 orang dengan angka kejadian keracunan sebanyak 15 orang (88%) dan yang tidak mengalami keracunan sebanyak 2 orang (12%).5

(4)

http://digilib.unimus.ac.id

3) Jumlah pestisida yang digunakan

Jumlah pestisida yang digunakan dalam waktu penyemprotan akan menimbulkan efek keracunan yang lebih besar dibandingkan dengan penggunaan satu jenis pestisida karena daya racun atau konsentrasi pestisida akan semakin kuat sehingga memberikan efek samping yang semakin besar. Pada umumnya anak-anak dan bayi lebih mudah terpengaruh oleh efek racun dibandingkan dengan orang dewasa. Seseorang dengan bertambah usia maka kadar rata-rata kolinesterase dalam darah akan semakin rendah sehingga keracunan akibat pestisida akan semakin cepat terjadi.11

Hasil penelitian di Kecamatan Kersana, menunjukkan jumlah jenis pestisida yang digunakan dalam waktu yang sama menimbulkan efek sinergistik akan mempunyai risiko 3 kali lebih besar untuk terjadinya keracunan bila dibandingkan dengan 1 jenis pestisida yang digunakan karena daya racun dan dosis pestisida akan semakin kuat sehingga memberikan efek samping yang semakin besar pula.9

4) Lama kerja per hari

Dalam melakukan penyemprotan tidak diperbolehkan lebih dari 2 jam. Semakin lama melakukan penyemprotan per hari maka akan semakin tinggi intensitas pemaparan yang terjadi.3 Hasil penelitian di Desa Tejosari Kecamatan Ngablak, menunjukkan responden mempunyai lama penyemprotan baik mengalami keracunan akibat pestisida sebanyak 59 orang (96,7%) dan yang tidak mengalami keracunan sebanyak 2 orang (3,3%). Sedangkan responden yang mempunyai lama penyemprotan buruk sebanyak 17 orang dan yang mengalami keracunan sebanyak 16 orang (94,1%) serta tidak keracunan sebanyak 1 orang (5,9%).16

(5)

http://digilib.unimus.ac.id

5) Frekuensi menyemprot

Semakin sering petani melakukan penyemprotan dengan petugas akan lebih besar risiko keracunan.25 Hasil penelitian di Kabupaten Seruyan Kalimantan Tengah, menunjukan bahwa perilaku responden terhadap praktek penyemprotan pestisida menunjukkan adanya hubungan yang bermakna dengan arah angin, kecenderungan responden sebagai tenaga penyemprot gulma yang melakukan penyemprotan dengan tidak tentu/berlawanan arah angin berisiko 0,516 kali lebih besar untuk terjadinya keracunan pestisida dibandingkan responden yang melakukan penyemprotan searah dengan arah angin.17

B. Kadar Hemoglobin 1. Pengertian Hemoglobin

Hemoglobin merupakan senyawa pembawa oksigen pada sel darah merah. Hemoglobin dapat diukur secara kimia dan sejumlah zat pewarna yang terdapat dalam bentuk larutan dalam sel darah merah. Hemoglobin merupakan protein utama manusia yang berfungsi mengangkut oksigen. Hemoglobin adalah bagian dari eritrosit (sel darah merah yang dibentuk dalam sumsum tulang ).18

Hemoglobin adalah molekul yang mengandung 4 sub unit yang berinteraksi sehingga menimbulkan efek kooperatif, yaitu bila sebuah molekul hemoglobin mengambil satu molekul oksigen, ia cenderung memperoleh 4 molekul oksigen.19

Tabel 2.1 Batas Normal Kadar Hemoglobin

Kelompok Umur Hemoglobin

(g/100 ml)

Anak 6 bulan s/d 6 tahun

6 tahun s/d 14 tahun 11 12 Dewasa Laki-laki Wanita Wanita hamil 13 12 11 Sumber :19

(6)

http://digilib.unimus.ac.id 2. Anemia

Anemia adalah suatu keadaan kadar hemoglobin (protein pembawa oksigen) dalam sel darah merah berada di bawah normal. Sel darah merah mengandung hemoglobin yang memungkinkan mereka mengangkut oksigen dari paru-paru, dan mengantarkannya ke seluruh bagian tubuh. Penyebab anemia yang paling sering adalah perdarahan yang berlebihan, rusaknya sel darah merah secara berlebihan hemolisis atau kekurangan pembentukan sel darah merah ( hematopoiesis yang tidak efektif). Seseorang dikatakan anemia bila konsentrasi hemoglobinnya kurang dari 13,5 g/dL atau hematokrit kurang dari 41% pada laki-laki, dan konsentrasi hemoglobin kurang dari 11,5 g/dL atau Hct kurang dari 36% pada perempuan.20

3. Struktur Hemoglobin

Satu satuan hemoglobin mempunyai bobot molekul sekitar 65.000 yang mengandung 4 molekul protein yang disebut globin. Sembilan puluh lima persen dari molekul protein ini adalah globin dan sisanya berupa heme.13 4. Fungsi hemoglobin

Mengangkut oksigen ke jaringan dan mengembalikan karbondioksida dari jaringan ke paru-paru. Untuk berlangsungnya proses tersebut sel darah merah mengandung Hb sebagai protein khusus. Selain itu Hb juga berfungsi untuk mempertahankan derajad keasaman cairan darah dan cairan tubuh (sebagai penyangga atau buffer).27

5. Faktor-faktor yang mempengaruhi kadar Hemoglobin a. Asupan gizi

Suatu proses penyerapan makanan secara normal melalui proses absorbsi, penyimpanan metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan, dan fungsi normal dari organ-organ yang menghasilkan energi. Status gizi juga merupakan keadaan dari keseimbangan konsumsi dan penyerapan zat gizi.21

(7)

http://digilib.unimus.ac.id

Sintesis hemoglobin membutuhkan makronutrien dan mikronutrien yang diperoleh dari asupan rutin dan cadangan dalam tubuh. Sehingga apabila asupan gizinya baik maka akan berpengaruh terhadap kenaikan kadar hemoglobin. Sama halnya dengan glukosa, kadar glukosa dalam darah dipengaruhi oleh asupan rutin dan cadangan dalam tubuh. Setelah jumlah glukosa dalam darah turun, maka tubuh memecah cadangan glukosa maupun non-glukosa menjadi glukosa. Keseimbangan antara asupan dengan pemakaian zat makanan menentukan status gizi seseorang.20

b. Perdarahan

Perdarahan adalah keluarnya darah dari sirkulasi kardiovaskuler dan biasanya terdapat kerusakan atau ruptura pada susunan kardiovaskuler (jantung, arteri, vena, dan kapiler). Kadang perdarahan terjadi tanpa kerusakan dinding pembuluh darah atau tidak dapat dilihat kerusakanannya secara mikroskopis, keadaan ini disebut hemorrhagi per diapedesis yang mempengaruhi kadar hemoglobin rendah. Anemia yang terjadi sesudah kehilangan darah merangsang sum-sum tulang untuk bekerja lebih giat membentuk sel yang lebih banyak. Selama masa regenerasi pembentukan eritrosit melebihi banyaknya persediaan hemoglobin (Hb) sehingga sel darah merah kekurangan Hb dan terjadi hypochrome.19,22

c. Pajanan pestisida

Pestisida adalah substansi yang digunakan untuk mencegah atau membunuh hama (pest). Hama yaitu organisme yang bersaing untuk mendapatkan makanan, mengganggu kenyamanan, atau berbahaya bagi kesehatan manusia. Penggunaan pestisida sudah sangat meluas, berkaitan dengan dampak positifnya yaitu meningkatnya produksi pertanian dan menurunnya penyakit-penyakit yang penularannya melalui perantaraan makanan (food-borne diseases) atau punvektor (vector-borne diseases). Idealnya, pestisida mempunyai efek toksikhanya pada organisme targetnya, yaitu hama. Namun, pada

(8)

http://digilib.unimus.ac.id

kenyataannya, sebagian besar bahan aktif yang digunakan sebagai pestisida tidak cukup spesifik toksisitasnya, sehingga berdampak negatif terhadap kesehatan manusia.23

Reaksi kimia terjadinya pembentukan methemoglobin di dalam sel darah merah diakibatkan oleh keberadaan pestisida dietilditiokarbamat. Selain itu disebabkan karena terjadi ikatan nitrit dengan Hb sehingga membentuk methemoglobin yang menyebabkan Hb tidak mampu mengikat oksigen. Methemoglobin terbentuk ketika zat besi di dalam Hb teroksidasi dari ferro menjadi ferri. Sulfhemoglobin dan methemoglobin di dalam sel darah merah tidak dapat diubah kembali menjadi hemoglobin normal.11

C. Pestisida

1. Pengertian Pestisida

Secara harfiah, pestisida berarti pembunuh hama (pest: hama dan cide: membunuh). Dalam bidang pertanian banyak digunakan senyawa kimia, antara lain sebagai pupuk tanaman dan pestisida.2 Berdasarkan SK Menteri Pertanian RI No. 434.1/Kpts/TP.270/7/2001, tentang Syarat dan Tata Cara Pendaftaran Pestisida, yang dimaksud dengan pestisida adalah semua zat kimia atau bahan lain serta jasad renik dan virus yang digunakan untuk beberapa tujuan berikut :24

a. Memberantas atau mencegah hama dan penyakit yang merusak tanaman,bagian tanaman, atau hasil-hasil pertanian.

b. Memberantas rerumputan.

c. Mematikan daun dan mencegah pertumbuhan yang tidak diinginkan. d. Mengatur atau merangsang pertumbuhan tanaman atau bagian-bagian

(9)

http://digilib.unimus.ac.id

2. Dampak penggunaan Pestisida

Pestisida merupakan bahan kimia, campuran bahan kimia, atau bahan-bahan lain yang bersifat bioaktif. Pada dasarnya, pestisida itu bersifat racun. Oleh sebab sifatnya sebagai racun pestisida dibuat, dijual, dan digunakan untuk meracuni organisme pengganggu tanaman (OPT). Setiap racun berpotensi mengandung bahaya bagi makhluk hidup termasuk manusia. Beberapa dampak negatif dari penggunaan pestisida antara lain :2 a. Dampak bagi Keselamatan Pengguna

Penggunaan pestisida bisa mengkontaminasi pengguna secara langsung sehingga mengakibatkan keracunan. Dalam hal ini, keracunan bisa dikelompokkan menjadi 3 kelompok yaitu, keracunan akut ringan, akut berat dan kronik. Keracunan akut ringan menimbulkan pusing, sakit kepala, iritasi kulit ringan, badan terasa sakit, dan diare. Keracunan akut berat menimbulkan gejala mual, menggigil, kejang perut, sulit bernafas, keluar air liur, pupil mata mengecil, dan denyut nadi meningkat. Keracunan yang sangat berat dapat mengakibatkan pingsan, kejang-kejang, bahkan bisa mengakibatkan kematian.6

Keracunan kronik lebih sulit dideteksi karena tidak segera terasa dan tidak menimbulkan gejala serta tanda yang spesifik. Namun, keracunan kronik dalam jangka waktu lama bisa menimbulkan gangguan kesehatan. Beberapa gangguan kesehatan yang sering dihubungkan dengan penggunaan pestisida diantaranya iritasi mata dan kulit, kanker, cacat pada bayi, serta gangguan saraf, hati, ginjal dan pernafasan.12

b. Dampak bagi Konsumen

Dampak pestisida bagi konsumen umumnya berbentuk keracunan kronis yang tidak segera terasa. Namun, dalam jangka waktu lama mungkin bisa menimbulkan gangguan kesehatan. Meskipun sangat jarang, pestisida dapat pula menyebabkan keracunan akut, misalnya

(10)

http://digilib.unimus.ac.id

dalam hal konsumen mengkonsumsi produk pertanian yang mengandung residu dalam jumlah besar.3

c. Dampak bagi kesehatan

Penggunaan pestisida tanpa diimbangi dengan perlindungan dan perawatan kesehatan. Orang yang sering berhubungan dengan pestisida, secara lambat laun akan mempengaruhi kesehatannya. Pestisida meracuni manusia tidak hanya pada saat pestisida itu digunakan, tetapi juga saat mempersiapkan, atau sesudah melakukan penyemprotan. Kecelakaan akibat pestisida pada manusia sering terjadi, terutama dialami oleh orang yang langsung melaksanakan penyemprotan. Mereka dapat mengalami pusing-pusing ketika sedang menyemprot maupun sesudahnya, atau muntah-muntah, mulas, mata berair, kulit terasa gatal-gatal dan menjadi luka, kejang-kejang, pingsan, dan tidak sedikit kasus berakhir dengan kematian. Kejadian tersebut umumnya disebabkan kurangnya perhatian atas keselamatan kerja dan kurangnya kesadaran bahwa pestisida adalah racun.25

3. Jenis pestisida

Pestisida dapat digolongkan berdasarkan penggunaan dan bentuk komponen bahan aktifnya yaitu :

a. Organofosfat

Lebih dari 50.000 komponen organofosfat telah disintesis dan diuji untuk aktivitas insektisidanya. Semua produk organofosfat tersebut berefek toksik bila terjadi kontak dengan manusia. Beberapa jenis insektisida digunakan untuk keperluan medis misalnya fisostigmin, edroprium dan neostigmin yang digunakan untuk aktivitas kholinomimetik (efek seperti asetylcholine). Obat tersebut digunakan untuk pengobatan gangguan neuromuskuler seperti myastinea gravis.11 Fisostigmin juga digunakan untuk antidotum pengobatan toksisitas ingesti dari substansi antikholinergik (misalnya: trisyklik anti depressant, atrophin dan sebagainya). Fisostigmin, ekotiopat iodide dan organophosphorus juga berefek langsung untuk mengobati

(11)

http://digilib.unimus.ac.id

glaucoma pada mata yaitu untuk mengurangi tekanan intraokuler pada bola mata. Pestisida yang termasuk dalam kelompok organofosfat juga bisa dikelompokkan dalam kelompok berikut :15

1) kelompok pirofosfat, contohnya etion, schradan (OMPA), tetraetil dithiofosfat (TEDTP)

2) Fosforohalida dan sianida, contohnya dimetoks dan mipafoks

3) Dialkilarilfosfat, fosforotioat dan fosforoditioat, contohnya abate,

azinfos-metil, diazinon, parathion-etil, parathion-metil,

fenitrotion, fention, quinalfos, klorpirifos, dan metamidofos

4) Trialkilfosfat dan tiofosfat, contohnya diklorvos (DDVP), dimeton, dimetoat, dikrotofos, fosfamidon, malation, mevinfos, dan metidation.

b. Karbamat

Golongan karbamat adalah racun saraf yang bekerja dengan cara menghambat kolinesterase (ChE). Jika pada organofosfat hambatan tersebut bersifat irreversible (tidak dapat dipulihkan), pada karbamat hambatan tersebut bersifar reversible (dapat dipulihkan). Pestisida dari kelompok karbamat reltif mudah diurai di lingkungan (tidak persisten) dan tidak terakumulasi oleh jaringan lemak hewan. Karbamat juga merupakan insektisida yang banyak anggotanya dan biasanya diklasifikasikan menjadi beberapa sub-kelompok. Berikut ini beberapa insektisida jenis karbamat.11

1) Naftil karbamat, contohnya karbaril

2) Fenil karbamat, contohnya metiokarb dan propoksur 3) karbamat pirazol, contohnya dimetilan, isolan, dan pirolan

4) Karbamat metil heterosiklik, contohnya bendiokarb dan

karbofuran

5) Oksim, contohnya aldikarbamat dan metomil. 4. Keracunan Pestisida dalam tubuh

Pestisida bisa masuk ke dalam tubuh manusia terutama melalui 2 cara, yaitu :

(12)

http://digilib.unimus.ac.id a. Lewat kulit

Pestisida yang menempel di permukaan kulit bisa meresap masuk ke dalam tubuh dan menimbulkan keracunan. Kejadian kontaminasi lewat kulit merupakan kontaminasi yang paling sering terjadi, meskipun tidak seluruhnya berakhir dengan keracunan akut. Lebih dari 90% kasus keracunan di seluruh dunia disebabkan oleh kontaminasi lewat kulit.8

b. Lewat hidung

Keracunan karena partikel pestisida atau butiran semprot yang terhisap lewat hidung merupakan kasus terbanyak kedua setelah kontaminasi kulit. Partikel pestisida yang masuk ke dalam paru-paru bisa menimbulkan gangguan fungsi paru-paru. Partikel pestisida yang menempel di selaput lendir hidung dan kerongkongan akan masuk ke dalam tubuh lewat kulit hidung dan mulut bagian dalam dan atau menimbulkan gangguan pada selaput lendir itu sendiri (iritasi).8,23 5. Gejala keracunan pestisida

a. mata : pupil mengecil dan penglihatan kabur

b. pengeluaran cairan tubuh : pengeluaran keringat meningkat c. saluran cerna : mual, muntah, diare dan sakit perut

d. saluran nafas : batuk, bersin dan dada sesak

e. sistem saraf pusat : sakit kepala, bingung, demam dan bias menjadi koma

f. otot-otot : lemah dan kram

g. komplikasi yang dapat terjadi antara lain odema paru, pernafasan berhenti.6

6. Upaya pencegahan keracunan pestisida

Pengetahuan tentang pestisida yang disertai dengan praktek penyemprotan akan dapat menghindari petani/penyemprot dari keracunan. Ada beberapa cara untuk meghindari keracunan antara lain :8

(13)

http://digilib.unimus.ac.id a. Pembelian pestisida

Dalam pembelian pestisida hendaknya selalu dalam kemasan yang asli dan ada label petunjuknya.

b. Perlakuan pada bekas kemasan

Bekas kemasan sebaiknya dikubur atau dibakar, jauh dari sumber mata air untuk menghindari pencemaran air. Diupayakan agar bekas kemasan pestisida tidak digunakan untuk tempat makan dan minuman. c. Penyimpanan

Setelah menggunakan pestisida apabila berlebih hendaknya di tempatkan yang aman seperti jauh dari jangkauan anak-anak, tidak bercampur dengan bahan makanan dan terhindar dari sinar matahari langsung.11

d. Penatalaksanaan Penyemprotan

Pelaksanaan penyemprotan ini banyak menyebabkan keracunan, oleh sebab itu petani di wajibkan memakai alat pelindung diri yang lengkap setiap melakukan penyemprotan, tidak melawan arah angin atau tidak melakukan penyemprotan sewaktu angin kencang, hindari kebiasaan makan-minum serta merokok di waktu sedang menyemprot, setiap selesai menyemprot dianjurkan untuk mandi memakai sabun.3

D. Hubungan pajanan pestisida dengan kadar Kolinesterase 1. Pestisida Golongan Organofosfat

Pestisida golongan organofosfat banyak digunakan karena sifat-sifatnya yang menguntungkan. Cara kerja golongan ini selektif, tidak persisten dalam tanah, dan tidak menyebabkan resistensi pada serangga. Pestisida golongan organofosfat bekerja sebagai racun kontak, racun perut, dan juga racun pernafasan. Pestisida golongan tersebut dengan takaran rendah sudah memberikan efek yang memuaskan, selain kerjanya cepat dan mudah terurai.23

(14)

http://digilib.unimus.ac.id

Pestisida organofosfat berikatan dengan enzim dalam darah yang berfungsi mengatur kerjanya syaraf yaitu kolinesterase. Kolinesterase adalah enzim darah yang diperlukan agar syaraf dapat berfungsi dengan baik. Ketika seseorang keracunan organofosfat, tingkat aktivitas kolinesterase akan turun. Ada dua tipe kolinesterase dalam darah, yaitu yang terdapat dalam sel darah merah dan yang terdapat dalam plasma darah. Apabila kolinesterase terikat, enzim tidak dapat menjalankan tugasnya dalam tubuh terutama meneruskan perintah ke otot-otot tertentu dalam tubuh, sehingga otot-otot senantiasa bergerak tanpa dapat dikendalikan.2,7

Penggunaan pestisida organofosfat dapat mencemari lingkungan dengan meninggalkan residu dalam tanah serta tanaman seperti buah, daun, dan umbi. Residu yang ditimbulkan pestisida akan berdampak bagi konsumen dan orang-orang di sekitar kegiatan penggunaan pestisida. Berdasarkan laporan Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah (2001) bekerjasama dengan Asosiasi Industri Perlindungan Tanaman Indonesia (AIPTI) pada penelitian di Desa Kedunguter Kecamatan Brebes Kabupaten Brebes. Terjadi kasus keracunan 70 % pada petani Brebes yang menggunakan pestisida. Petani yang keracunan pestisida kadar enzim kolinesterase akan menurun.26

2. Pestisida Golongan Karbamat

Pada Kongres Entomologi Internasional Ke-9 di Amsterdam (1951), diumumkan dua jenis insektisida baru dari kelompok kimia yang baru pula. Kedua insektisida tersebut adalah dimetan dan pirolan dari kelompok karbamat. Dengan demikian, era karbamat mulai mendominasi pada tahun 1950-an, disamping organofosfat.8

Pestisida golongan karbamat merupakan racun kontak, racun perut dan racun pernafasan. Bekerja seperti golongan organofosfat yaitu menghambat aktivitas enzim kolinesterase. Jika terjadi keracunan yang disebabkan oleh pestisida golongan karbamat, gejalanya sama seperti pada keracunan golongan organofosfat, tapi lebih mendadak dan tidak lama

(15)

http://digilib.unimus.ac.id

karena efeknya terhadap enzim kolinesterase tidak persisten. Meskipun gejala keracunan cepat hilang, tetapi karena munculnya mendadak dan menghebat dengan cepat maka dapat berakibat fatal jika tidak segera mendapat pertolongan yang disebabkan olehdepresi pernafasan.11

E. Hubungan pajanan pestisida dengan kadar Hemoglobin

Kandungan sulfur yang tinggi dalam pestisida menimbulkan ikatan sulfhemoglobin, hal ini menyebabkan hemoglobin menjadi tidak normal dan tidak dapat menjalankan fungsinya dalam menghantarkan oksigen. Sulfhemoglobin merupakan bentuk hemoglobin yang berikatan dengan atom sulfur didalamnya. Kejadian anemia dapat terjadi pada penderita keracunan organofosfat dan karbamat karena terbentuknya sulfhemoglobin dan methemoglobin di dalam sel darah merah yang menyebabkan penurunan kadar hemoglobin sehingga terjadi hemolitik anemia. Hemolitik anemia yang terjadi akibat kontak dengan pestisida disebabkan karena terjadinya kecacatan enzimatik pada sel darah merah dan jumlah zat toksik yang masuk ke dalam tubuh.21

Penelitian di Desa Sumber Rejo Kecamatan Ngablak Kabupaten Magelang dari 68 responden 88,24% petani yang menggunakan dosis pestisida tidak sesuai anjuran, 64,71% melakukan praktik pencampuran pestisida. Pada saat penyemprotan petani yang tidak memperhatikan arah angin sebanyak 72%. Hasil pemeriksaan kholinesterase darah petani di dapat 76,47% tergolong keracunan pestisida serta 60,29% petani mengalami anemia yang ditunjukkan dengan hasil pengukuran kadar Hb darah kurang dari 13gr/%.5

(16)

http://digilib.unimus.ac.id F. Kerangka teori

Mengacu kepada landasan teori yang telah dijelaskan, kerangka teori dalam penelitian adalah :

Gambar 2.3 kerangka teori5,15,18

Penggunaan pestisida organofosfat dan karbamat Pestisida masuk dalam tubuh melalui kulit dan hidung Keracunan akibat pestisida Pembentukan sulfhemoglobin atau methemoglobin di dalam sel darah merah (SDM) Aktifitas enzim kolinesterase menurun Kadar Hemoglobin darah rendah Infeksi Status gizi Status kesehatan Masa Kerja Frekuensi menyemprot Dosis Pestisida

(17)

http://digilib.unimus.ac.id G. Kerangka konsep

Mengacu pada kerangka teori yang telah dipaparkan, kerangka konsep dalam penelitian adalah :

variabel bebas variabel terikat

Gambar 2.4 kerangka konsep

H. Hipotesis

1. Ada hubungan antara masa kerja dengan kadar Kolinesterase

2. Ada hubungan antara frekuensi pajanan pestisida dengan kadar Kolinesterase

3. Ada hubungan antara dosis pestisida dengan kadar Kolinesterase 4. Ada hubungan antara masa kerja dengan kadar Hemoglobin

5. Ada hubungan antara frekuensi pajanan pestisida dengan kadar Hemoglobin

6. Ada hubungan antara dosis pestisida dengan kadar Hemoglobin Masa kerja Kadar Kolinesterase Kadar Hemoglobin Frekuensi pajanan pestisida Dosis pestisida Masa kerja Frekuensi pajanan pestisida Dosis pestisida

Gambar

Tabel 2.2 Batas Normal Kadar Kolinesterase
Gambar 2.3 kerangka teori 5,15,18
Gambar 2.4 kerangka konsep

Referensi

Dokumen terkait

Faktor yang dapat mempengaruhi pergerakan harga saham menurut Weston dan Brigham (1993:26-27) adalah proyeksi laba per lembar saham, saat diperoleh laba, tingkat resiko dari

Adanya faktor untuk menjual kembali produk kosmetik yang telah digunakan yaitu, masih banyaknya produk kosmetik yang dimiliki dan sudah jarang memakainya lagi, produk

Pengawasan penguasaan dan penggunaan senjata api oleh masyarakat sipil dan penerapan hukum pidana terhadap pihak yang menguasai dan menggunakan senjata api (Studi

Sebagai pegangan pengetahuan dalam skripsi ini akan dijelaskan tentang landasan teori-teori yang membahas mengenai pengertian manajemen keuangan, ruang lingkup

Didapat representasi hasil maturity level seluruh klausul pada Gambar 2 dan terlihat bahwa Manajemen Aset dan Kejadian Keamanan Informasi memiliki nilai yang belum baik,

Percobaan yang dirakit untuk satu faktor dengan satuan perlakuan yang banyak (>ratus) menggunakan rancangan tak lengkap (incomplete block design) ukuran blok lebih

Penelitian dalam karya tulis tugas akhir ini berjudul “Hubungan Pengetahuan, Sikap dan Tindakan dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kecamatan

Upacara wiwitan sebenarnya tidak rumit // tinggal siapkan “uborampe” seperti kembang wiwitan / sedekah makanan berupa nasi dengan lauk gereh, telur rebus dan lauk gereh //