• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

8

BAB II

LANDASAN TEORI

A.

Teori Portofolio

Teori portofolio (portfolio theory) menyatakan bahwa risiko dan pengembalianharus dipertimbangkan dengan asumsi tersedia kerangka formal untuk mengukur keduanya dalam pembentukkan portofolio. Dalam bentuk dasarnya, teori portofolio dimulai dengan asumsi bahwa tingkat pengembalian atas efek dimasa depan dapat diestimasi dan kemudian menentukan risiko dengan variasi distribusi pengembalian. Dengan asumsi tertentu, teori portofolio menghasilkan hubungan linear antara risiko dan pengembalian.

Menurut Husnan (2003:45), portofolio berarti sekumpulan investasi. Tahap ini menyangkut identifikasi sekuritas-sekuritas mana yang akan dipilih dan berapa proporsi dana yang akan ditanamkan pada masing-masing sekuritas tersebut. Pemilihan banyak sekuritas (pemodal melakukan diversifikasi) dimaksudkan untuk mengurangi risiko yang ditanggung.Pemilihan sekuritas ini dipengaruhi antara lain oleh preferensi risiko, pola kebutuhan kas, status pajak, dan sebagainya.

(2)

9 B.

Saham

Saham adalah salah satu instrumen pasar modal yang paling umum diperdagangkan karena saham mampu memberikan tingkat keuntungan yang menarik.Saham adalah tanda penyertaan modal dari seseorang atau badan usaha didalam suatu perusahaan perseroang terbatas.Dengan memiliki saham, berarti kita ikut memiliki perusahaan sehingga berhak hadir dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).Perusahaan perusahaan yang ingin menambah modal usaha dapat menerbitkan saham, kemuadian menjual saham tersebut melalui mekanisme penwaran umum (go public) dengan bantuan perusahaan efek selaku penjamin emisi efek dan selakuperantara pedagang efek. (Buku Pintar Ilmu Bisnis Pasar Modal)

C.

Jenis-Jenis Saham

Terdapat beberapa sudut pandang untuk membedakan saham yaitu Ditinjau dari segi kemampuan dalam hak tagih atau klaim, saham terbagi atas:

1. Saham Biasa (Common Stock)

Saham biasa adalah hak residu perseroan yang menanggung resiko terbatas bila terjadi kerugian dan menerima manfaat bila terjadi keuntungan. Saham ini tidak dijamin akan menerima deviden atau pembagian aktiva bila perusahaan

(3)

10 dilikuidasi. (Kieso.Weygandt.Warfield.Jilid 2 edisi kesepuluh.Halaman 309. 2002).

Saham biasa Jenis efek yang paling banyak diperdagangkan di pasar modal. Saham biasa terdiri dari dua jenis, yaitu saham atas nama dan saham atas unjuk. Pada jenis saham atas nama , nama pemilik saham tercatat dengan jelas diatas lembar saham tersebut.sementara itu dalam saham atas unjuk, nama pemilik saham tidak tertera diatas saham tersebut sehingga pemilik saham atas unjuk adalah pihak yang memegang saham tersebut.( Panji panoraga dan piji pakartia, 2003:54-56).

Saham biasa adalah penerbitan saham yang utama, yang biasanya memberikan semua hak dasar kepada pemegangnya.Pemegang saham biasa merupakan pemilik residu dari perseroan.Posisinya kurang dijamin dari posisi kreditor dan pemegang saham preferen.Perseroan berkewajiban melakukan pembayaran kontraktual kepada kreditor pada tanggal tertentu dan pemegang saham preferen biasanya memiliki prioritas untuk mendapat dividen dan jumlah likuidasi persaham.Pemegang saham biasa menghadapi resiko terbesar terhadap kegagalan perusahaan karena haknya untuk menerima arus kas adalah setelah klaim kreditor dan pemegang saham preferen terpenuhi.(Davis, Dyckman, Duck:2001)

2. Saham Preferen (Preferen Stocks)

Saham preferen memberikan suatu preferansi, atau hak tertentu yang berbeda, yang membedakan dari saham biasa.Preferensi yang paling umum adalah prioritas klaim atas dividen, biasanya pada jumlah atau tingkat ditetapkan.Dalam

(4)

11 pertukaran preferensi ini, pemegang saham preferen seringkali mengorbankan hak suaranya dan hak untuk menerima dividen di atas tingkat atau jumlah ditetapkan. Umumnya preferensi ini mempengaruhi beberapa hak:

1. Hak suara 2. Dividen

3. Aktiva dalam likuidasi

4. Konvertibilitas terhadap sekuritas lainnya 5. Fasilitas call (Beli), menurut kondisi tertentu 6. Penembusan (redemption)

(Davis, Dyckman, Duck:2001)

Jenis saham yang mempunyai hak istimewa (hak preferen), yaitu hak didahulukan dibandingkan dengan pemegang saham biasa dalam kasus pembagian harta perusahaan pailit. Artinya, jika perusahaan pailit dan likuidasi, harta perusahaan akan dibayarkan terle bih dahulu kepada para kreditor, kemudian kepada para pemegang saham preferen , baru yang terakhir kepada pemegang saham yang biasa.

Ciri-ciri saham preferen

1. Hak utama atas dividen

2. Hak utama atas aktiva perusahaan 3. Penghasila tetap

4. Jangka waktu tidak terbatas 5. Tidak mempunyai hak suara

(5)

12 6. Saham preferen kumulatif

(Panji panoraga dan piji pakartia, 2003: 54-56)

Saham preferen saham yang memiliki hak khusus dan biasanya pemegang saham preferen selalu mengorbankan beberapa hak yang melekat dalam modal saham. (kieso. Weygandt.Warfield.2002:309)

3. Treasury Stock

Saham treasury saham milik perusahaan yang dibeli kembali setelah diterbitkan dan dibayar penuh. (kieso. Weygandt.Warfield.2002:321)

Saham tresury adalah saham suatu perusahaan penerbit yang diperoleh kembali dan dipegang atas nama perusahaan penerbit. (hal 114, 2007, stice, stice skaustan)

D.

Harga saham

Saham merupakan tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan, selembar saham adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemiliknya (berapapun porsinya/jumlahnya) dari suatu perusahaan yang menerbitkan kertas (saham) tersebut.Selembar saham mempunyai niiai atau harga. Menurut Sawidji Widoatmojo (1996;46) harga saham dapatdibedakan menjadi 3 (tiga):

(6)

13 1. HargaNominal

Harga yang tercantum dalam sertifikat saham yang ditetapkan oleh emiten untuk menilai setiap lembar saham yang dikeluarkan.Besaranya harga nominal memberikan arti penting saham karena deviden minimal biasanya ditetapkan berdasarkan nilai nominal.

2. HargaPerdana

Harga ini merapakan pada waktu harga saham tersebut dicatat di bursa efek.Harga saham pada pasar perdana biasanya ditetapkan oleh penjamin emisi (underwriter) dan emiten. Dengan demikian akan diketahui berapa harga saham emiten itu akan dijual kepada masyarakat biasanya imtuk menentukan harga perdana.

3. Harga pasar

Kalau harga perdana merapakan harga jual dari perjanjian emisi kepada investor, maka harga pasar adalah harga jual dari investor yang satu dengan investor yang lain. Harga ini terjadi setelah saham tersebut dicatatkan di bursa.Transaksi disini tidak lagi melibatkan emiten dari penjamin emisi harga ini yang disebut sebagai harga di pasar sekunder dan harga inilah yang benar-benar mewakili harga perusahaan penerbitnya, karena pada transaksi di pasar sekunder,

(7)

14 kecil sekali terjadi negosiasi harga investor dengan perusahaan penerbit. Harga yang setiap hari diumumkan di surat kabar atau media lain adalah harga pasar.

E.

Faktor Yang Mempengaruhi Harga Saham

Faktor yang dapat mempengaruhi pergerakan harga saham menurut Weston dan Brigham (1993:26-27) adalah proyeksi laba per lembar saham, saat diperoleh laba, tingkat resiko dari proyeksi laba, proporsi utang perusahaan terhadap ekuitas, serta kebijakan pembagian deviden.Faktor lainnya yang dapat mempengarahi pergerakan harga saham adalah kendala eksternai seperti kegiatan perekonomian pada umumnya, pajak dan keadaan bursa saham. Investasi haras henar-benar menyadari bahwa di samping akan memperoleh keuntimgan tidak menutup kemungkinan mereka akan mengalami kerugian. Keuntungan atau kerugian tersebut sangat dipengaruhi oleh kemampuan investor menganalisis keadaan harga saham rnerapakan penilaian sesaat yang dipengaruhi oleh banyak faktor termasuk diantaranya kondisi [performance) dari perusahaan, kendala-kendala eksteraal, kekuatan penawaran dan permintaan saham di pasar, serta kemampuan investor dalam menganalisis investasi saham. Menurut Sawidji (1996:81) : "Faktor utama yangmenyebabkanhargasahamadalah persepsi yang berbeda dari masing-masing investor sesuai dengan informasi yang didapat".

(8)

15

F.

Investasi saham

“Standar Akuntansi Keuangan” paragraf 3 yang menyatakan bahwa:

“Investasi adalah suatu aktiva yang digunakan perusahaan untuk pertumbuhan kekayaan (accretion of wealth) melalui distribusi hasil investasi (seperti bunga, royalty, deviden dan uang muka), untuk aprisiasi nilai investasi, atau untuk manfaat lain perusahaan yang berinvestasi seperti manfaat yang diperoleh melalui hubungan perdagangan.” (PSAK No. 13. 2002:13.1).

Investasi merupakan penempatan sejumlah dana pada saat ini dengan harapan memperoleh keuntungan dimasa mendatang. (Abdul Halim,2005:4)

Dengan kata lain investasi merupakan suatu penghematan konsumsi pada saat sekarang untuk digunakan dimasa yang akan datang yang belum pasti.

G.

Informasi

Informasi atau fakta material adalah informasi atau suatu fakta penting dan relevan tentang peristiwa, kejadian atau fakta yang dapat mempengaruhi harga efek pada bursa efek atau keputusan pemodal, calon pemodal atau pihak lain yang berkepentingan atas informasi tersebut.

Nilai saham dapat berubah setiap saat, tergantung dari kondisi pasar, persepsi investor perusahaan, informasi yang berkembang atau isu lain yang terjadi pada pasar modal. Nilai saham akan naik jika investor baik perorangan maupun institusi percaya perusahaan akan mendapatkan keuntungan dan mereka

(9)

16 memutuskan untuk membeli saham perusahaan tersebut. Sebaliknya, jika menurut pandangan investor perusahaan kurang menguntungkan, mereka tidak akan mau berinvestasi pada saham perusahaan tersebut, bahkan menjual saham yang sudah mereka miliki, dan harga saham utnuk selanjutnya akan jatuh.

Informasi yang relevan dengan kondisi pasar modal merupakan suatu yang selalu dicari para pelaku pasar modal dalam upaya melakukan pengambilan keputusan investasi.Tetapi tidak semua informasi merupakan informasi yang berharga, bahkan sebagian besar dari informasi yang tidak relevan dengan aktifitas pasar modal.Akibatnya, para pelaku pasar harus secara tepat memilah informasi-informasi yang layak.Penyebab informasi harus dipilah diantaranya pertama karena kualitas informasi itu sendiri kurang berharga (quality of information), yang kedua yaitu karena distribusi informasi kepada investor yang kurang lancar. Perbedaan karakteristik informasi yang masuk kepasar dan psikologi investor dari hari perdagangan satu kehari perdagangan lainnya akan berpengaruh terhadap perilaku investor dihari-hari perdagangan tersebut. Informasi-informasi yang tak terduga biasanya cenderung mempengaruhi reaksi para investor secara berlebihan. Dalam return yang berfluktuatif, walaupun tidak signifikan cenderung akan mengarah pada perolehan abnormal return yang kadangkala tidak logis akan mempengaruhi keseimbangan pasar

(10)

17

H.

Efisiensi Pasar

Efisiensi pasar keuangan mengacu pada kecepatan informasi menyebar kepelaku di pasar keuangan.

Untuk memudahkan analisis, efisiensi pasar modal dibagi menjadi tiga bagian:

1. Efisiensi bentuk lemah(Weak)

Harga saham mencerminkan informasi masa lampau. Apabila strategi investasi dengan menggunalan informasi harga masa lalu seperti analisis tehnikal tidak akan menghasilkan keuntungan abnormal secara konsisten.

2. Efisiensi bentuk setengah kuat (semi strong)

Harga saham mencerminkan semua informasi yang dipublikasikan. Apabila strategi investasi dengan menggunakan informasi yang di publikasikan tidak akan menghasilkan keuntungan abnormal secara konsisten.

3. Efisiensi bentuk kuat (strong)

Harga saham mencerminkan semua informasi yang dipublikasikan dan informasi yang private. Apabila strategi investasi menggunakan informasi yang sifatnya dipublikasikan dan private tidak akan menghasilkan keuntungan abnormal secara konsisten.

Implikasi yang bisa ditarik dari efisiensi pasar modal adalah pelaku pasar tidak mungkin memperoleh return abnormal secara konsisten. (Mamduh M Hanafi Dan Abdul Halim, 317:2009).

(11)

18 Efficient capital market mungkin diartikan sebagai pasar yang bisa menyediakan jasa-jasa yang diperlukan oleh para pemodal dan dengan biaya yang minimal. West (1975) membedakan internal dan external efficiency.

1. External efficiency

Menunjukan bahwa pasar berada dalam keadaan keseimbangan sehingga keputusan perdagangan saham berdasarkan atas informasi yang tersedia di pasar tidak bisa memberikan tingkat keuntungan diatas tingkat keuntungan keseimbangan.

2. Internal efficiency

Menunjukan bahwa pasar modal tersebut bukan hanya memberikan harga yang benar, tetapi juga memberikan berbagai jasa yang diperlukan oleh para pembeli dan penjual dengan biaya serendah mungkin.

(Suad Husnan, 2009:259)

I.

Overreaction Hypotesis

Overreaction Hypotesis pada dasarnya menyatakan bahwa pasar telah bereaksi berlebihan terhadap suatu informasi.Para pelaku pasar cenderung menetapkan harga saham terlalu tinggi terhadap informasi yang dianggap bagus oleh para pelaku pasar dan sebaliknya, para pelaku pasar cenderung menetapkan harga terlalu rendah terhadap informasi buruk.

Reaksi berlebihan (overreaction) yang terjadi dalam pasar pada awalnya diamati oleh J M Keynes (De Bondt and Thaler, 1985), J M Keynes menyatakan

(12)

19 bahwa pada umumnya peristiwa yang terjadi secara sesaat dan tak terduga akan mempengaruhi pasar secara nyata yang ditunjukkan dengan adanya fluktuasi saham dari hari ke hari.

Secara psikologis, pelaku pasar cenderung memberikan reaksi dramatik terhadap berita yang jelek, De Bondt dan Thaler mambagi portofolio dalam kelompok portofolio yang konsisten mendapatkan earning (winner) dan portofolio

yang konsisten tidak mendapat earning (loser). Koreksi terhadap informasi tersebut pada periode berikutnya jika dalam jangka pendek, koreksi dilakukan secara berlebihan, signifikan dan berulang. Inilah yang dikatakan overreaction.

Beberapa teori secara umum menyebutkan bahwa perilaku para investor bereaksi berlebihan (overreact) terhadap adanya berita mengenai informasi peristiwa, baik itu peristiwa keuangan maupun bukan peristiwa keuangan yang tak terduga dan dramatis yang tidak diantisipasi sebelumnya.Beberapa event yang tidak diantisipasi mempengaruhi seluruh ekonomi yang ada dan mempengaruhi harga saham secara signifikan, baik itu apresiasi saham maupun depresiasi saham.

Reaksi berlebihan menjadi penting untuk dibahas, karena reaksi berlebihan memberikan perilaku prinsipal terhadap para pelaku pasar yang akan mempengaruhi banyak konteks. Ketika para pelaku pasar bereaksi berlebihan terhadap informasi tak terduga sebelumnya, maka saham-saham yang golongan

loser akan mengungguli winner.

Akibat dari adanya reaksi berlebihan ini mendorong orang melakukan strategi membeli saham loser dan menjual saham winner.Strategi membeli saham

(13)

20 Hermawan (2003) dengan menggunakan Sharpe Litner CAPM dan juga dengan menggunakan prosedur yang digunakan De Bondt and Thaler.Dikonstruksikan setiap tiga tahun antara 1932-1983 dan ternyata rasio winner dan loser tidak konstan sepanjang waktu. Berarti bahwa estimasi return dari strategi ini sangat sensitif terhadap metode yang digunakan sehingga hanya sedikit abnormal return

yang diperoleh pada saat ada perubahan risiko yang mengontrolnya.(tri suryani, 2003)

J.

Return dan Abnormal Return

Return merupakan hasil yang diperoleh dari investasi. Return dapat berupareturn sesungguhnya yang sudah terjadi atau return ekspektasi yang belumterjadi, tapi yang diharapkan akan terjadi dimasa yang akan datang.

Returnsesungguhnya merupakan return yang terjadi pada waktu ke-t yang didapat dariselisih antara harga sekarang dengan harga sebelumnya, dan dibagi denganharga sebelumnya Jogiyanto (2000).

Abnormal return pada umumnya menjadi fokus dari studi peristiwa yangmengamati reaksi harga dari saham-saham yang mungkin terjadi pada sekitarperistiwa yang terjadi.Abnormal return adalah selisih dari

returnsesungguhnya yang terjadi dengan return ekspektasi yang diharapkan dimasayang akan datang. Abnormal return dicari dengan menggunakan model indekstunggal.Model indeks tunggal didasarkan pada pengamatan bahwa harga darisekuritas berfluktuasi searah dengan indeks harga pasar (Jogiyanto,

(14)

21 2000).Carakhusus dapat diamati bahwa kebanyakan saham cenderung mengalamikenaikan harga jika indeks harga saham naik, demikian juga sebaliknya.

K.

Indek Harga Saham

IHSG lebih mencerminkan kondisi seluruh transaksi bursa saham yang terjadi jika dibandingkan menjadi ukuran kenaikan maupun penurunan harga saham.Karena bursa saham merupakan salah satu indikator perekonomian sebuah negara maka diperlukan sebuah standar perhitungan tentang transaksi yang terjadi dalam bursa sepanjang periode tertentu. Perhitungan ini yang akan digunakan sebagai tolak ukur kondisi perekonomian dan investasi sebuah negara. Untuk diindonesia perhitungan tersebut adalah indeks harga saham gabungan (IHSG). (membaca saham)

L.

Penelitian Terdahulu

Sebagian besar dari penelitian mengenai reaksi harga saham terhadap suatu peristiwa, dengan menggunakan berbagai event yang terkait dengan aktivitas ekonomi secara langsung.Sebagian dari penelitian tersebut dilakukanuntuk menguji efisiensi suatu pasar modal, tetapi beberapa event dilakukanuntuk menguji reaksi pasar modal dengan menggunakan peristiwa diluar atautidak terkait langsung dengan aktivitas-aktivitas ekonomi dan bisnis.

(15)

22 Dissanaike (1997) menyatakan jika investor secara rutin bereaksiberlebihan terhadap informasi baru, harga saham yang biasanya cenderungloser akan berubah dan bergerak menjadi winner. Penelitiannya membuktikanbahwa terjadi anomali

pada harga saham, jika pasar tidak berada dalam kondisiefisien.Overreaction hypotesis adalah sebagai kontradiksi terhadap hipotesispasar yang efisien, yang mana merupakan sebuah bagian dari integral dariekonomi keuangan modern.Overreaction hypotesis pada kenyataannyamengindikasikan bahwa bentuk efisiensi pasar dalam bentuk lemah secarainformasi dan juga mengimplikasikan bentuk efisiensi pasar setengah kuat.Overreaction hypotesis

juga mengimplikasikan ketidakefisienan pasar karenaharga terlalu bereaksi dan tidak adanya rasio (irrasional) terhadap perkiraanhasil dimasa depan.

Susiyanto (1997) menguji keberadaan reaksi berlebihan di Bursa EfekJakarta. Susiyanto menggunakan data mingguan selama periode 1994-1996dan dalam penelitian tersebut ditemukan bahwa portofolio saham yang tigabulan sebelumnya memperlihatkan abnormal return positif (winner)mengalami reaksi yang berlebihan yaitu memperoleh abnormal return

negate dalam periode tiga bulan sesudahnya. Namun Susiyanto tidak menemukanadanya reaksi berlebihan pada portofolio saham yang sebelumnya memperlihatkan abnormal return negatif (loser). Susiyantomenginterpretasikan penelitiannya bahwa para investor di Bursa Efek Jakartalebih sering merespon secara berlebihan pada informasi positif dibandingkandengan informasi negatif.

Fenomena pembalikan harga jangka pendek oleh Iswandari (2001)dengan menggunakan data harga saham harian selama tahun 1998 danditemukan bahwa

(16)

23 reaksi berlebihan hanya terjadi pada saham-saham loser danbukan pada saham

winner dengan menggunakan model market dan modeldisesuaikan rata-rata. Reaksi berlebihan yang terjadi pada saham loser didugakarena periode data yang digunakan dalam penelitian adalah tahun 1998dimana pada tahun tersebut Indonesia sedang mengalami krisis berat, sehinggapara pelaku pasar ragu bahwa informasi yang diterimanya adalah informasibagus. Sebagian peneliti mencurigai bahwa pembalikan harga bukan karenareaksi berlebihan tapi karena pengaruh bid-ask spread. Iswandari melakukanpengujian juga pada pengaruh bid-ask spread

terhadap pembalikan hargasaham loser tidak pada saham winner karena saham yang bereaksi berlebihanadalah saham loser bukan pada saham winner.

Wibowo dan Sukarno (2004) meneliti tentang reaksi berlebihan denganmelihat ukuran perusahaan.Wibowo dan Sukarno mengadakan pengujianterhadap saham harian selama tahun 2000 di Bursa Efek Jakarta.Hasil daripenelitian tersebut tidak ditemukan bahwa reaksi berlebihan berhubungandengan ukuran perusahan, baik perusahaan kecil maupun perusahaan besar.Dalam penelitiannya juga ditemukan bahwa saham loser mempunyai kecenderungan untuk menjadi winner, tetapi winner tidak mempunyaikecenderungan untuk menjadi loser.Hasil penelitian ini sejalan dengan hasilpenelitian Iswandari.

Sartono dan Yarmanto (1996) mendokumentasi reaksi berlebihan(overreaction) pada pasar saham Indonesia dengan menggunakan modelDamodoran. Tujuan utama dari studi mereka adalah untuk mengukurpenyesuaian pasar dan bagaimana informasi baru diserap secara

(17)

24 efektif.Danpenemuan itu membuktikan bahwa Bursa Efek Jakarta cenderung bereaksiberlebihan terhadap informasi terbaru.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Jegadeesh dan Titman (1995)menemukan bahwa pasar bereaksi berlebihan terhadap informasi spesifikperusahaan dan menunda reaksi tehadap informasi yang biasa dan normalterjadi. Penundaan reaksi karena faktor-faktor umum ini menimbulkanhubungan ukuran yang mempunyai efek yang tidak lancar dalam

return saham.

Keuntungan dari berlawanan arah, dikarenakan harga saham yangbereaksi berlebihan dan hanya sedikit dari keuntungan yang dapat diberikanpada efek lead-lag.Keuntungan yang berlawanan pada dasarnya disebabkanoleh beberapa saham yang bereaksi lebih cepat dari saham lainnya.Dalampenelitian ini, diuji sifat dari reaksi harga saham terhadap faktor-faktor normalatau biasa, dan terhadap informasi spesifik perusahaan. Pembalikan padakomponen spesifik perusahaan terhadap return diintepretasikan sebagaikoreksi atas reaksi berlebihan yang terjadi sebelumnya, walaupun ada jugakemungkinan intepretasi lain.

Fama (1997) meneliti mengenai efisiensi pasar, return jangka panjang dan perilaku keuangan.Fama menyatakan bahwa pasar lebih sering overreaction

daripada underreaction terhadap informasi.Dalam penelitiannya ditemukan bahwa terjadi overreaction dalam jangka panjang dan terjadi underreaction dalam jangka pendek. Fama berpendapat bahwa terdapat dua bias informasi yang mempengaruhi harga saham. Pertama yaitu bias overconfidence yaitu pasar terlalu percaya diri, dan hal ini menyebabkan para investor tersebut terlalu

(18)

melebih-25 lebihkan pribadinya dalam menilai saham. Kedua yaitu sifat dasar dari seseorang atau disebut self attribution, yang menyebabkan investor menjatuhkan penilaian publik atas nilai saham, yang terjadi pada saat penilaian publik terhadap nilai saham berbeda dengan penialian investor secara pribadi.

Lo dan Mackinlay (1990) menyatakan bahwa adanya overreaction dalam penelitian mereka dengan ditandainya return pada beberapa saham secara sistematis mengalami kemajuan (lead) atau mengalami kemunduran (lag) dari pada return saham yang lain, penggunaan strategi menjual saham golongan

winner dan membeli saham golongan loser, akan dapat menghasilkan expected return yang positif.

Pengujian hypotesis terhadap harga saham dipasar modal secara umum berfokus pada sekuritas secara individu maupun secara pengelompokan menjadi

portofolio. Dalam penelitian Lo dan Mackinlay ini, ditunjukkan bahwa interaksi

cross-sectional dari return sekuritas adalah aspek yang penting dalam dinamika perubahan harga saham.

Penelitian yang dilakukan oleh Nam, Chong dan Stephen (2001), dengan menggunakan model asymetric non-linear smooth transition (ANST) dibuktikan bahwa para pelaku pasar dalam kondisi, mispricing yaitu kurang menghargai nilai saham yang mempunyai ekspektasi yang tidak rasional. Nam, Chong dan Stephen menggunakan pengujian dengan data expected return yang diwakili dengan indeks bulanan dari NYSE, AMEX dan NASDAQ ada tahun 1926 dan tahun 1997.

(19)

26 Daniel dan Subramanyan (1998) mengatakan bahwa terdapat informasi yang disediakan untuk para investor atau disebut dengan informasi publik, dan juga ada informasi yang tidak disediakan untuk para investor atau informasi privat.Disini dinyatakan bahwa harga saham dipengaruhi oleh informasi yang disediakan untuk investor. Berdasarkan kedua informasi ini menjadikan dua bias

psycology yang menyebabkan pasar overreaction dan underreaction. Bias tersebut yaitu investor terlalu percaya diri terhadap kebenaran dari informasi prifat (over confidence) dan bias self attribution yaitu sifat dasar dari pribadi para investor.

Sukmawati dan Hermawan (2003) melakukan penelitian mengenai

Overreaction Hypotesis dengan cara pembentukan portofolio yang dijadikan enam portofolio, dimana portofolio tersebut terdiri dari tiga portofolio golongan loser

dan tiga portofolio golongan winner. Dalam penelitian Sukmawati dan Hermawan tersebut menguji keberadaan reaksi berlebihan yang digunakan untuk memprediksikan pola portofolio loser mengungguli pola portofolio

winner.Mereka menemukan bahwa portofolio loser terbukti mengungguli portofolio winner, dan terjadi secara separatis dan terpisah-pisah selama beberapa waktu.

Tri Suryani (2003) dalam penelitian mengenai overreaction ini menggunakan sampel pada perusahaan manufaktur sebanyak 30 saham yang dibagi menjadi portofolio loser dan portofolio winner. Periode yang digunakan dalam penelitian ini adalah selama tiga tahun yaitu tahun 2000 sampai dengan tahun 2002. Pada tahun pertama tahun 2000 digunakan sebagai tahun untuk pembentukan portofolio, sedangkan pada tahun 2001 dan 2002 digunakan sebagai

(20)

27 tahun pengujian. Hasil pengujian hipotesis 1 yang menguji keberadaaan reaksi berlebihan terhadap peristiwa-peristiwa yang terjadi selama tahun pengujian menyimpulkan bahwa terdapat indikasi reaksi berlebihan (overreaction) yang ditandai dengan portofolio loser mengungguli portofolio winner. Efek reaksi berlebihan ini terjadi tidak dalam kurun waktu yang konstan lama, tetapi terjadi secara terpisah-pisah atau separatis. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh De Bondt dan Thaler (1985) dan penelitian Sukmawati dan Hermawan (2003). Overreaction yang terjadi secara separatis ini dapat juga memberikan.Hasil pengujian hipotesis 2 dengan menggunakan independent sampel t test yang nampak pada tabel diatas memperlihatkan bahwa tidak terjadi perbedaan yang signifikan antara average abnormal return seluruh saham loser dan seluruh saham winner. Hasil pengujian dengan t test ini berarti secara rata-rata seluruh sampel loser dan sampel winner belum bisa mendukung secara jelas bahwa terjadi efek reaksi berlebihan (overreaction ) pada pasar modal di indonesia. M. KERANGKA PENELITIAN CLOSING PRICE SAHAM Saham Portofolio Loser Saham Portofolio Winner OVERREAKSI Pasar

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini terdiri dari beberapa tahap. Tahap-tahap yang dilakukan dalam penelitian ini adalah berupa ; Tahap persiapan, Tahap pengumpulan data, Tahap

Hasil pengujian Atterberg Test tanah lempung dengan campuran portland cement type I dapat dilihat pada Tabel 10 , sedangkan pengaruh penambahan Portland Cement Type I

Apakah fungsi produksi memiliki bagian QC untuk melakukan pengendalian terhadap kualitas produk yang dihasilkan4. 3.Apakah ada standar yang digunakan oleh perusahaan dalam menentukan

Selain itu, rendahnya etika kerja dalam kalangan kakitangan perkhidmatan awam juga boleh memberi kesan kepada tingkah laku pekerja yang lain seperti komitmen terhadap

188.45/HKM/SK/152/2014 tentang Penetapan Tahapan Penerapan SAP Berbasis Akrual pada Pemerintah Kota Bitung antara lain telah menyusun peraturan walikota tentang

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui massa arang tempurung kelapa dan massa tongkol jagung dengan volume asap cair yang dihasilkan, pemanfaatan asap cair

pada penilaian secara tertulis. Kemampuan membaca, menulis dan berhitung merupakan kemampuan yang harus dikuasai oleh peserta didik kelas I - III. Oleh karena itu,

International Archives of the Photogrammetry, Remote Sensing and Spatial Information Sciences, Volume XXXIX-B5, 2012 XXII ISPRS Congress, 25 August – 01 September 2012,