• Tidak ada hasil yang ditemukan

BNN dan UNAIR Selenggarakan Seminar Penanggulangan Narkoba

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BNN dan UNAIR Selenggarakan Seminar Penanggulangan Narkoba"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

BNN dan UNAIR Selenggarakan

Seminar

Penanggulangan

Narkoba

UNAIR NEWS – Narkoba adalah musuh bersama, tak terkecuali

generasi muda. Dewasa ini, tak sedikit dari generasi muda yang terjangkit dengan persoalan narkoba. Padahal, generasi muda diharapkan bisa menjadi ujung tombak perubahan untuk membangun bangsa yang lebih baik.

Berkaitan dengan hal itu, Badan Narkotika Nasional (BNN) bekerjasama dengan Universitas Airlangga sebagai tuan rumah, menggelar acara berjudul ‘Pengembangan Kapasitas Unit Kegiatan Mahasiswa bidang P4GN (Pencegahan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkotika). Acara tersebut akan digelar selama dua hari 20 – 21 Juli 2016 dan dihadiri perwakilan 18 universitas di Jawa Timur.

Deni Yasmara, M.Kep, Koordinator UKM Direktorat Kemahasiswaan UNAIR, mengatakan acara pada hari pertama akan dihadiri para pembicara menarik, yaitu Kepala BNN Provinsi Jatim Drs. Sukirman, perwakilan Asosiasi Pendidikan Tinggi Ilmu Komunikasi (ASPIKOM), Ketua Himpunan Psikologi Indonesia Dr. Seger Handoyo, Rektor Universitas Wiraraja Alwiyah, MM, dan Kepala Subdirektorat Lingkungan Pendidikan BNN Pusat Dr. Sulastiana.

Materi yang akan dibahas dalam seminar itu antara lain pengenalan narkoba, kampanye pencegahan narkoba, dan strategi penerapan program P4GN di lingkungan perguruan. Pada hari kedua, peserta akan diajak terjun langsung ke suatu daerah di Madura yang penduduknya dianggap mengalami kecenderungan narkoba.

“Diharapkan dari acara ini bisa melatih softskill mahasiswa untuk bisa mensosialisasikan pencegahan narkoba kepada rekan

(2)

sebaya ataupun masyarakat,” ujar Deni ketika diwawancarai tim Radio UNAIR. (*)

Penulis: Faridah Hari Editor: Defrina Sukma S.

Dorong Akreditasi A Semua

Prodi FIB

UNAIR NEWS – Akreditasi merupakan tolak ukur dari keberhasilan

sebuah institusi dalam memanajemen seluruh aspek yang terlibat di dalamnya. Dalam dunia pendidikan, akreditasi mutlak diperlukan untuk melihat sejauh mana sepak terjang yang telah dilakukan untuk mencetak SDM yang berkualitas. Dalam hal ini Wakil Dekan I FIB UNAIR, Puji Karyanto, M.Hum., menjelaskan mengenai langkah yang telah dilakukannya untuk meningkatkan kualitas nilai akreditasi bagi semua Program Studi (prodi) di lingkungan FIB UNAIR. Fakultas yang berdiri tahun 1998 tersebut memiliki empat prodi jenjang S1 dengan tiga diantara sudah akreditasi A, dan dua prodi jenjang S2.

“Di kami yang akreditasi B tinggal Sastra Jepang dan itupun tahun ini akan mengajukan ulang akreditasi, untuk program S-2 Kajian Sastra Budaya sudah A, sedangkan S-2 Ilmu Linguistik tinggal menunggu hasil. Kami berharap A atau setidaknya B dan kami tidak berharap C. Meski sebenarnya S-2 Ilmu Linguistik sudah berpotensial mendapatkan A, hanya terkendala di poin lulusan karena linguistik masih sedikit lulusannya,” jelasnya Ditanya mengenai upaya mewujudkan prodi untuk tetap terakreditasi A, Puji menjelaskan langkahnya sebagai wakil dekan yang membidangi bidang akademik dan kemahsiswaan. Pertama, penyusunan kurikulum. Pihak dekanat dan prodi harus

(3)

menghimpun masukan dari alumni maupun perusahaan yang ditempati kerja oleh para lulusan.

“Ketika kita meluluskan mahasiswa yang sudah berkerja di berbagai tempat, kita juga meminta tanggapan perusahaan yang ditempati mengenai kinerja alumni, atas kualitas alumni yang bekerja. Selain itu adalah masukan mengenai kendala apa yang dihadapi dan belum didapatkan sewaktu kuliah tapi dihadapi di dunia kerja. Jadi, kurikulum menjadi mata pisau bagi alumni kita saat masuk dalam dunia kerja,” paparnya.

Langkah kedua untuk mendorong nilai akreditasi A, adalah aspek kriteria yang dipakai oleh BAN-PT. “Semua poin dalam BAN-PT kita dorong untuk penuhi, termasuk tertib administrasi dan meningkatkan dosen untuk terus berkarir ke jenjang doktoral hingga profesor,” tegasnya.

Salah satu langkah penting bagi Puji adalah peran mahasiswa. FIB terus mendorong mahasiswanya untuk terus berkiprah dalam b e r b a g a i k o m p e t i s i , b a i k t i n g k a t n a s i o n a l h i n g g a internasional. Selain itu yang tidak kalah penting adalah kegiatan mahasiswa.

Menurut dosen Sastra Indonesia itu, kegiatan mahasiswa juga menjadi salah satu poin penting untuk tolak ukur sebuah akreditasi prodi. Salah satu titik penting dalam kegiatan mahasiswa yakni berupa pelaopran tertulis, ia menegaskan bahwa sebagaian mahasiswa rajin membuat kegaiatan tapi malas membuat laporan, hal itu yang kini sudah dibenahi di FIB.

“Dulu mahasiswa kita sering berkegiatan tapi malas membuat laporan. Sekarang tidak, karena laporan menjadi faktor terselenggara kegiatan selanjutnya. Hal ini penting karena meski punya kegiatan dan ada memang kegiatannya, tapi jika tidak ada laporannya ya tidak diakui,” jelas Puji. (*)

Penulis : Nuri Hermawan

(4)

Mengenang Masa Bakti Selama

di Kedokteran Gigi

UNAIR NEWS – Bertepatan dengan suasana Idul Fitri, sivitas

akademika Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga menggelar halalbihalal di halaman parkir mobil, Kamis (14/7). Gelaran halalbihalal itu dihadiri oleh beragam elemen mulai dari mahasiswa, dosen, tenaga kependidikan, hingga para purnabakti.

Sivitas akademika dari kalangan purnabakti yang hadir tampak riang setelah tidak bersua sekian lama. Grup musik Caramellos, misalnya, yang beranggotakan lima para pengajar senior bermain instrumen alat musik sambil menyanyikan lagu-lagu kenamaan jaman dulu. Sambil sesekali, Caramellos mengiringi senam poco-poco Dharmawanita di panggung halalbihalal.

Selain grup musik Caramellos, halalbihalal juga dihadiri oleh para guru besar yang sudah memasuki masa pensiun lainnya. Dua diantaranya adalah Prof. Dr. Krisnowati Djojosoedarsono, drg., Sp.Pros., dan Prof. Dr. Nini S. Winoto, drg., MS, Sp.Ort.

(5)

Prof. Nini (Foto: UNAIR NEWS)

Prof. Nini, yang tercatat sebagai mahasiswa FKG UNAIR tahun 1953, memiliki cerita tersendiri tentang fakultas tersebut. Pada waktu itu, FKG masih memiliki nama sebagai Lembaga Ilmu Kedokteran Gigi (LIKG). Karena kondisi keamanan Indonesia pada masa itu masih berangsur normal, Prof. Nini banyak memiliki kawan mahasiswa yang baru kembali dari medan pertempuran.

“Pada waktu itu, mahasiswanya sudah campur baur. Sekolah di sini (FKG, red) merupakan sesuatu yang baru. Kita kumpul dengan mereka yang baru selesai berjuang (kembali dari medan perang, red). Banyak semua diterima. Satu ruangan penuh. Kita berangkat pagi sekali untuk mendapat tempat duduk yang paling depan. Saya nggak tahu satu angkatan itu berapa, mungkin ada ratusan,” tutur Prof. Nini.

Selain soal pertemanan, salah satu hal yang diingat oleh Prof. Nini adalah kurikulum pendidikan yang kerap berganti. Pada masa kepemimpinan Prof. M. Knap, tahun 1949 – 1953, lama pendidikan LIKG yang harus ditempuh adalah empat tahun. Setelah Prof. Knap pensiun, kepemimpinannya diganti oleh Prof. M. Soetojo, yang berlangsung sampai tahun 1954. LIKG pun diubah menjadi enam tingkat.

(6)

gitu, kuliahnya digabung bersama-sama dengan Fakultas Kedokteran di ruangan propadus,” tutur Prof. Nini.

Terus belajar

Prof. Krisnowati (Foto: UNAIR NEWS)

Sebelum menjadi dosen pada Departemen Prostodonsia FKG UNAIR, Prof. Krisnowati menempuh studi pada kedokteran gigi tahun angkatan 1956. Ada beberapa hal yang menurutnya jauh berbeda antara tahun ia menempuh studi dengan FKG pada jaman sekarang. Beberapa hal yang dimaksud diantaranya adalah jumlah mahasiswa yang tak sebanyak sekarang, dan persyaratan rekrutmen menjadi dosen yang kian rumit. “Sepertinya syarat rekrutmen dosen sekarang agak sulit ya. Dulu tuh, pokoknya dapat tambahan tugas belajar saja sudah bisa jadi dosen. Kalau sekarang, kok sepertinya enggak,” cerita Prof. Krisnowati yang lulus pendidikan dokter gigi pada tahun 1964.

Usai lulus kuliah, karena Prof. Krisnowati pada saat itu sedang memiliki ikatan dinas dengan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, ia mengabdikan diri menjadi dosen sampai tahun 2000. Menurut Prof. Krisnowati, seorang dosen juga harus tetap menimba ilmu agar wawasan bertambah. Selama terikat dinas di FKG UNAIR, salah satu pengalaman menarik profesor

(7)

berusia 80 tahun itu adalah mendapat kesempatan untuk melanjutkan studi di Inggris.

“Kebetulan saya diberi tugas belajar ke Inggris. Sebagai calon dosen, saya harus ditambah pengetahuannya. Kemudian ambil S3-nya juga dapat promotor dari universitas yang sama,” tuturS3-nya seraya mengingat kampus tempat ia menjalani studi.

Selain tugas belajar, Prof. Krisnowati yang dikukuhkan menjadi profesor pada tahun 1999 itu juga mendapatkan pelajaran tentang penulisan ilmiah dan populer, serta terjemahan. Ilmu itu ia gunakan sampai sekarang. Buktinya, ia kini menjadi tim editor pada majalah yang membahas tentang isu patologi klinik. Prof. Krisnowati juga menitipkan pesan demi kemajuan FKG UNAIR di masa depan. Ia mengatakan, mata kuliah Kuliah Kerja Nyata – Belajar Bersama Masyarakat (KKN – BBM) hendaknya tetap dipertahankan di masa depan.

“Mahasiswa itu kalau bisa jangan cuma S-1 saja. Waktu aku dulu masih mahasiswa, ada pelajaran KKN, itu tetap perlu. Jadi, mereka nggak hanya menguasai teori. Apa yang diinginkan masyarakat, mereka harus tahu,” pesan Prof. Krisnowati yang menulis orasi ilmiah berjudul ‘Gnatologi dan Wawasan Paradigma Ilmu Kedokteran Gigi Komunitas’ pada saat pengukuhan guru besarnya. (*)

Penulis: Defrina Sukma S. Editor : Dilan Salsabila

(8)

hingga Internasional

UNAIR NEWS – Fakultas Ilmu Budaya (FIB) terus berupaya

menguatkan kapasitas dan kapabilitas civitas akademika. Salah satunya, dengan menyelenggarakan event dengan skala lokal, nasional, hingga internasional. Sepanjang tahun ini, begitu banyak kegiatan yang akan diselenggarakan.

Misalnya, festival budaya yang merupakan rangkaian peringatan dies natalis fakultas saban Desember. Saat itu, digelar rangakain kegiatan yang melibatkan semua departemen di FIB. Dalam perayaan dies natalis kampus pun, pihak FIB diajak berperan sentral. Salah satunya, pada event wayang semalam suntuk. Juga, sejumlah kegiatan lain yang memiliki semangat mendekatkan masyarakat pada kebudayaan.

Adapun event dengan skala nasional antara lain seminar rutin yang diadakan tiap departemen. Ada pula, kuliah tamu yang mendatangkan pakar lintas kampus/institusi. Menariknya, pakar yang dimaksud tak hanya berasal dari dalam negeri. Namun juga, para ahli dari luar negeri. “Kuliah tamu dengan pembicara berlevel internasional sudah menjadi agenda tahunan kami,” ujar Dekan FIB Diah Ariani Arimbi SS., MA., PhD saat diwawancarai Rabu (13/7).

Selain itu, kegiatan student exchange, lecturer exchange, staff exchange dan riset bersama dengan kampus luar negeri juga terus dilaksanakan. Hal itu dilakukan untuk saling bertukar pengalaman dengan akademisi asing. Sekaligus, membuka wawasan civitas akademika. Tujuannya, agar mereka tidak gampang berpuas diri dan terus termotivasi memberikan hasil terbaik.

Dua tahun sekali, FIB mulai menggelar konferensi rutin bertaraf dunia. Awalnya, pada 2015 lalu, fakultas ini menjadi

host. Pada 2017 mendatang, FIB akan menyelenggarakan

(9)

kami dari luar negeri untuk melaksanakan kegiatan ini. Karena, rekan-rekan yakin kami mampu, dan semua itu memang sudah terbukti,” ujar perempuan yang menamatkan program magister di negeri Paman Sam itu.

Ditambahkan Doktor yang lulus dari kampus di Australia tersebut, semua kegiatan akademik maupun non akademik bertujuan untuk melahirkan civitas akademika yang serba bisa. Dalam festival budaya, misalnya, akan ada banyak aktifitas yang cenderung bersifat non akademik. Contohnya, lomba dan pertunjukkan seni.

Tapi prinsipnya, semua program yang di-back up fakultas, memiliki harapan besar guna mempertebal potensi warga kampus. Selain kemampuan yang terukur dengan nilai di transkrip atau laporan tahunan, kesanggupan berkomunikasi melalui seni dan budaya merupakan soft skill yang mutlak dipunyai para lulusan. Kalau sudah begitu, mereka akan lebih gampang diterima masyarakat. (*)

Penulis: Rio F. Rachman

Stovit Cafetaria Punya Logo

Hasil Sayembara

UNAIR NEWS – Pasca lebaran, tepatnya per 14 Juli 2016, FKG

UNAIR memiliki kantin baru dengan nama STOVIT CAFETARIA. Kantin ini bisa menjadi jujukan seluruh civitas akademika dan pasien di lingkungan FKG. Sejatinya, tempat makan di FKG sudah ada dan terkenal karena keanekaragaman dan kelezatan menu yang ditawarkan. Nah, peresmian dan penamaan anyar dilakukan untuk makin membuatnya terdengar familier.

(10)

Untuk melengkapi kantin yang sudah mendapat sertifikat higienis ini, Dekanat FKG Unair mengadakan sayembara logo STOVIT CAFETARIA. Pesertanya merupakan mahasiswa FKG UNAIR. Penjurian dilakukan tanggal Juli 2016. Dihadiri dekan, wakil dekan, seluruh peserta dan panitia. Dari 18 logo yang masuk, terpilihlah karya Setian Fitri Sayekti sebagai pemenang.

Hasil karya pemenang sayembara logo Stovit Cafetaria (Foto: Humas FKG)

Setian menjelaskan bahwa pembuatan logo memakai program corel draw. Idenya spontan, dari bangunan Stovit yang menjadi ciri khas FKG Unair. Hak cipta dari logo tersebut telah dirupakan dalam bentuk hadiah yang diserahkan pada pemenang. Istimewanya lagi, Setian menjelaskan bahwa logo tersebut memiliki komposisi yang seimbang untuk diaplikasikan dalam berbagai media, seperti kop surat, spanduk, t-shirt. (*)

Penulis: Humas FKG Editor: Rio F. Rachman

(11)

Berkelana Dalam Perenungan

Gus Mus

Kita tak perlu memeras otak atau mengerutkan kening untuk memahami puisi-puisi A Mustofa Bisri yang termaktub di kumpulan ini. Tidak seperti penyair-penyair yang sering memamerkan kekayaan kosakata sehingga justru menjadi sulit dipahami orang awam, yang pada akhirnya membuat puisi sulit merakyat, Gus Mus (begitu sastrawan asal rembang ini biasa disapa) senantiasa menggunakan kata-kata atau kalimat yang sederhana dan mudah dimengerti khalayak.

Sajak Aku Manusia yang juga dijadikan judul antologi ini terasa sangat pas menjadi pembuka jalan untuk menelusuri pengembaraan Gus Mus dalam perenungan. Dari kalam terakhir yang berbunyi, “Tuhan Memuliakanku”, terdapat makna tersirat yang kuat menuntun kita untuk senantiasa bersyukur. Jika dipikirkan dengan jujur dan seksama, sebagai sesosok makhluk, apalah lagi kenikmatan yang paling besar kecuali dimuliakan oleh Sang Pencipta. Kita seyogyanya tak perlu merasa rendah diri dengan kemampuan matahari, bulan, angin, laut, maupun setan yang dalam beberapa bidang melangkahi kesanggupan manusia, sebab Tuhan sudah memberikan keistimewaan yang luar biasa pada kita.

Secara tak kasat mata, penyair yang di KTP-nya membiarkan kata ‘penulis’ mengisi keterangan kolom pekerjaan ini juga ingin mengatakan, bahwa manusia tak perlu minder dengan kemampuan dan keahlian yang telah diberikan Tuhan pada manusia lain. Kita hanya wajib melakukan apa yang bisa dengan optimal kita lakukan. Kecenderungan kita ingin berbuat apa, itu yang harus kita kembangkan dan tekuni. Pendapat ini terlahir setelah menghubungkan makna yang terungkap dalam Aku Manusia, dengan

(12)

maksud yang tersurat di bait terakhir Wangsit.

Kritik moral dan sosial terhadap bangsa menjadi sisi yang paling dieksploitasi. Lihatlah puisi Orang-Orang Negeriku menyoroti mayoritas individu bangsa ini yang begitu kesulitan mencari jati diri. Memaksanya selalu mengikuti arus yang sering justru membuat kita kehilangan kepribadian dan prinsip hidup. Ketakutan saat harus berbeda, mengekor pada trend-trend jaman, membuat kita mungkin hanya bisa menjadi diri sendiri ketika jauh dari peradaban yang sedang berlangsung. Sedangkan jauh dari peradaban pun belum tentu membuat kita berani untuk hidup, bisa jadi kita malah memilih mati bunuh diri.

Di tengah gencarnya orang meliberal-liberalkan tatanan nasional, memperjuangkan kesekuleran dengan melepaskan jubah keagamaan yang dinilai bisa mengebiri nilai-nilai obyektifitas, Gus Mus tak ingin kehilangan identitas dirinya sebagai seorang muslim. Dia tak segan mengutip sejumlah ayat Al Qur’an dan istilah-istilah islam sebagai inspirasi dan bahkan ide pokok dalam puisinya.

Mertua dari tokoh Jaringan Islam Liberal, Ulil Abshar-Abdalla ini juga tak sudi menanggalkan kerinduan pada kekasih umat islam sedunia, Muhammad SAW. Begitu pula ia tak ingin melupakan gaya hidup ulama dan sufi yang telah mewarnai dakwah Islam, mereka yang sebenarnya bisa kaya dan bisa kenyang namun memilih miskin dan lapar sebagai jalan hidup untuk mendekatkan diri pada Ilahi, membuat beliau malu jika terbersit sedikit saja perasaan ujub atau bangga hati pada kealiman diri (Bagaimana Aku Menirumu, O Kekasih).

Pengritikan pada tindakan-tindakan yang terkesan lupa pada kehakikian manusia yang tak berhak menyiksa dan melaknat, terlihat jelas dalam sajak Allahuakbar. Bukankah sekalipun kita tak pernah diangkat Tuhan sebagai wakil yang boleh menghakimi orang-orang yang berbeda cara pandang? Dikaitkan dengan sajak Ada Apa Dengan Kalian, memberikan kita sinyal tentang pentingnya memisahkan pengertian kata “memaksa” dan

(13)

“mengajak” ke jalan kebaikan.

Lewat Sajak Allahuakbar pula, penulis kumpulan cerpen lukisan kaligrafi ini juga ingin mengingatkan bahwa tak ada hasil tafsiran manusia yang layak mendapat predikat kebenaran sejati. Menganggap pemikiran pribadi atau golongan tertentu sebagai hukum mutlak merupakan salah satu contoh nyata tindakan penyekutuan Tuhan dengan diri sendiri. Kita pun tak perlu menyangsikan keabsahan ibadah orang yang berbeda cara ritual, sebab yang berwewenang menilai ibadah seorang hamba hanya Tuhan (Salat).

Pembelaan terhadap hukum rokok yang masih samar (atau dibuat-buat samar) juga sempat tertulis dalam salah satu larik sajak

Ada Apa Dengan Kalian, namun membandingkan dengan hukum

korupsi membuatnya terasa berlebihan. Rokok yang masalah kecil seharusnya dibandingkan dengan masalah yang tak semaha besar korupsi. Sebab dipandang dari mana pun, rokok tetaplah merugikan baik diri sendiri maupun orang lain di sekitar (terlebih yang bukan perokok). Apalagi jika yang merokok termasuk kaum berpendapatan minim, sehingga dalam kasus seperti ini, barang yang menjadikan dua konglomerat pengusahanya berada di deretan orang terkaya di dunia ini boleh dikategorikan barang tak manfaat (atau mudharatnya lebih besar dari manfaatnya), tergolong pemborosan berpredikat sia-sia.

Meskipun di beberapa judul puisi-puisi kawan baik mantan presiden ke-4 RI ini nampak lebih cocok masuk kategori; kalimat bijak, kata mutiara atau bahkan do’a, bunga rampai yang tersusun sangat mengasyikkan untuk dilahap siapa saja. Tak bisa pula dipungkiri, kualitas dari tiap karya di buku ini tak kalah dibanding karangan sastrawan-sastrawan kawakan serupa Taufik Ismail, Sutardzi CB, WS Rendra maupun Emha Ainun Nadjib.

Mengamati sebuah karya dari orang yang lahir di pesantren memang selalu menghadirkan kenikmatan tersendiri. Sejuk

(14)

kata-kata dan sarat pesan-pesan moral merupakan ciri khas yang akan terus ada. Sebagai kyai, A Mustofa bisri telah mampu menyumbangkan racikan-racikan sastra baik berupa puisi maupun cerpen yang berkekuatan mengajak kita memahami kehidupan seraya selalu mengaitkannya dengan prinsip-prinsip sosial yang digariskan Tuhan. Menghargai, menghormati, saling menahan diri, dan tidak mengintimidasi antar sesama. Mengingatkan kita akan kefanaan dunia, kesementaraan segala isi jagat raya, dan ketidaksempurnaan kita yang hanya manusia sehingga tak pantaslah membusungkan dada.—

Buku

Judul : Aku Manusia, kumpulan puisi a. mustofa bisri

Penulis : A. Mustofa Bisri

Penerbit : Mata Air Publhising, Surabaya Cetakan : I, Desember 2006

Referensi

Dokumen terkait

Dari tabel tersebut menunjukkan bahwa warga di Kelurahan Bakung lebih banyak mengikuti Organisasi Pemuda dan Majelis Ta’lim yaitu sebanyak 30 orang sedangkan paling

Narasumber : Masalah waktu Tobasa bisa memakan waktu panjang yaitu sampai jam 10 malam selesai acara adatnya kalau di Yogyakarta sekitar jam 6 malam sudah

Pada tutorial ini pengecekan status pengiriman/penerimaan email akan lebih luas cakupannya, tidak hanya satu akun cpanel yang dapat di cek tapi semua akun cpanel yang ada di

Pertama, prosiding ini memberikan deskripsi positif terhadap pelaksanaan eksprimen demokrasi lokal dalam pelaksnaan otonomi daerah (desentralisasi di dalam birokrasi

Bakteri endofit yang unggul sebagai agens pengendali hayati, selain memiliki daya penghambatan yang kuat terhadap cendawan diharapkan memiliki karakter fisiologi

ملاعلا ءاحنأ عيمج يف تاباختناا ةهازن نيسحتل

Kesimpulan dari penelitian ini adalah komunikasi pesawat dengan suara yang ditambah sign dan teks, dengan pengujian lebih lanjut dapat menjadi cara salah satu cara

dengan ditanggapi aktif oleh peserta didik dari kelompok lainnya sehingga diperoleh sebuah pengetahuan baruyang dapat dijadikan sebagai bahan diskusi kelompok