• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENELITIAN OPERASIONAL KB MANDIRI PEDESAAN DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA (DIY)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENELITIAN OPERASIONAL KB MANDIRI PEDESAAN DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA (DIY)"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

PENELITIAN OPERASIONAL KB MANDIRI PEDESAAN DI

DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA (DIY)

O l e h : DR. SUPRIYOKO, M.PD __________________________________________________________

Ringkasan Makalah Disampaikan dalam Seminar Bulanan

Pusat Penelitian Kependudukan (PPK) UGM Yogyakarta di Kantor PPK UGM Yogyakarta, Bulaksumur G7 Yogyakarta, 31 Mei 1990

(2)

PENELITIAN OPERASIONAL KB MANDIRI PEDESAAN DI

DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA (DIY)

A. LATAR BELAKANG

Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) adalah merupakan salah satu daerah pengembangan Keluarga Beren-cana (KB) di Indonesia; yang berarti bahwa dari daerah ini diharapkan muncul temuan-temuan atau pun hasil-hasil eksperimen yang spesifik dan konstruktif terhadap gera-kan KB, yang kalau mungkin dapat diaplikasikan pula pada daerah-daerah lain di Indonesia.

Jumlah penduduk DIY tercatat sebanyak 3.171.695 orang ("Kantor Statistik Propinsi Daerah Istimewa Yogya-karta", 1989); dan dari jumlah tersebut sekitar 12% di antaranya merupakan Pasangan Usia Subur (PUS).

Data Survey PUS PIU Yogyakarta (1989) menunjukkan bahwa tingkat partisipasi KB di DIY mencapai 72%; arti-nya 72 dari setiap 100 PUS sedang ber-KB. Alat kontrasep si IUD ternyata cukup "favourite", karena 53% di antara peserta KB memakai jenis alat ini. Sedangkan peserta KB yang menerapkan cara suntik, pil dan tubektomi berturut-turut sebesar 16%, 13% dan 10% dari keseluruhan peserta; selebihnya menggunakan alat atau cara-cara yang lainnya.

Data dari penelitian yang sama menunjukkan belum semua PUS memahami pengetahuan tentang KB Mandiri; baru 37% dari PUS yang menyatakan 'tahu' tentang apa yang di-maksud dengan KB Mandiri.

Tingkat kemandirian peserta KB ternyata mencapai angka 13,4% (1989); dan mereka menyatakan mendapatkan pelayanan KB secara langsung dari sektor swasta. Meski demikian ternyata sekitar 24% dari peserta KB menyatakan bahwa mereka sudah mengeluarkan uang lebih dari Rp 1000,-

untuk alat kontrasepsi yang dipakai. Tingkat kemandirian tersebut dalam jangka sekitar satu tahun telah meningkat menjadi 23,3% (BKKBN, Januari 1990).

B. TUJUAN

Secara konsepsual tujuan utama penelitian KB Man-diri Pedesaan di DIY adalah untuk meningkatkan kemandi-rian peserta KB di Daerah Istimewa Yogyakarta; yang hal ini dapat direalisasikan dengan memandirikan peserta KB (lama) yang belum mandiri dan atau memandirikan peserta KB baru.

Sementara itu secara operasional tujuan peneliti-an KB Mandiri Pedesaan di DIY memiliki dua tujuan pokok; masing-masing adalah sebagai berikut.

(3)

1. Meningkatkan jumlah peserta KB lama dan ataupeserta KB baru yang

meminta/mendapatkan jasa pelayanan dari sektor swasta; terutama dokter dan bidan swasta.

2. Meningkatkan peranserta Kelompok Gotong Royong (KGR),

antara lain kelompok Dasa Wisma, PKK, Apsari, UPPKA, dan sebagainya terhadap KB Mandiri; yang diwujudkan dalam bantuan-bantuan nyata kepada anggotanya untuk ber-KB secara mandiri.

Tujuan utama tersebut di atas dibarengkan dengan tujuan-tujuan lain yang lebih bersifat praktis dan atau sampingan; adapun perinciannya adalah sebagai berikut.

1. Menanamkan pengetahuan tentang KB Mandiri kepada ma- syarakat, khususnya para peserta KB.

2. Merobah sikap serta perilaku masyarakat agar dapat ber-KB atas inisiatif dan keinginannya sendiri tanpa harus dianjur-anjurkan oleh pihak lain.

3. Merobah sikap serta perilaku masyarakat agar dapat ber-KB dengan memenuhi keperluannya sendiri; dengan cara membayar dalam mendapatkan pelayanan KB.

4.Meningkatkan proporsi peserta KB yang memakai alat kontrasepsi mantap; dari peserta baru langsung mema- kai alat kontrasepsi mantap, atau peserta lama dari yang belum mantap ke mantap.

5. Menaikkan tingkat partisipasi peserta KB; setidak- tidaknya mempertahankan angka yang sudah ada.

C. STRATEGI

Sesuai dengan karakteristik penelitian operasio-nal (operations research) maka strategi untuk mencapai tujuan tersebut di atas dikombinasikanlah tiga aktivitas sekaligus; yaitu antara kegiatan operasionalisasi kebi-jakan/keputusan (policy), intervensi, dan analisis data.

Ketiga unsur ini dipadukan sedemikian rupa sehingga ke-tiganya saling mendukung untuk mencapai tujuan.

KOMITMEN KOMITMEN INTERVENSI - kie

POLITIS OPERASIONAL - training - bimbingan | | | | | | . | | | __________________________________________________________________________|*** *********************************************************************** . T U J U A N

(4)

.__________________________________________________________________________ PENELITIAN |

| | | .

DATA DATA DATA

| | | | | |

_____|___________________________|____________________________|________________ _______

QUANTITATIVE SURVEY, QUALITATIVE RESEARCH, FOCUS GROUP DISCUSSION, MIS, FIELD APPROACH

Secara ringkas skema tersebut dapat diterjemahkan sbb: untuk mencapai tujuan maka antara komitmen politis dan komitmen operasional (unsur POLICY), KIE, training/ latihan dan

bimbingan (unsur INTERVENSI), serta survey, Focus Group Discussion, MIS, dan Field Approach (unsur DATA) harus saling berjalan secara beriringan.

.cw18

D. KOMITMEN POLITIS

Berbagai komitmen politis yang dihasilkan untuk memasyarakatkan gerakan KB mandiri di DIY agar dapat me-libatkan semua sektor, pemerintah, swasta, dan institusi masyarakat adalah sebagai berikut.

1. Mengadakan pendekatan dengan Pemerintah Daerah, ins-tansi pemerintah, organisasi profesi, serta berbagai perusahaan swasta untuk mendukung gerakan KB Mandiri.

2.Dikeluarkannya Instruksi Gubernur Kepala Daerah Isti mewa Yogyakarta No:2/Instruksi/1988 tentang Pelaksa-naan Program KB Mandiri di DIY.

3.Dicanangkannya gerakan KB Mandiri Pedesaan oleh Ke-pala BKKBN Pusat di Pakem Yogyakarta pada tanggal 21 Juni 1989.

4.Kesepakatan bersama dalam Rapat Kerja Daerah tentang peningkatan efektivitas gerakan KB Mandiri di DIY.

5.Munculnya berbagai Surat Keputusan (dan Surat Edaran)

dari para Bupati tentang pelaksanaan gerakan KB Man-diri Pedesaan di wilayahnya masing-masing.

6.Dikeluarkan Surat Keputusan Bersama (SKB) di antara BKKBN Propinsi DIY, Kanwil dan Dinas Kesehatan Pro-pinsi DIY, dan Kanwil Koperasi Propinsi DIY tentang

(5)

7.Dibentuknya TIM PENGENDALI KB Mandiri yang unsur-un-surnya terdiri dari Pemerintah Daerah, BKKBN, Kanwil dan Dinas Kesehatan, Kanwil Koperasi, Bangdes, serta organisasi profesi (ISFI, IDI, IBI dan GP Farmasi).

.cw18

E. KOMITMEN OPERASIONAL.cw12

.lh14

Untuk menindaklanjuti berbagai komitmen politis tersebut di atas maka kemudian dilaksanakanlah berbagai komitmen operasional, baik yang menjadi sasaran peneli-tian

operasional maupun yang tidak/belum menjadi sasaran penelitian operasional; antaranya sebagai berikut.

1.Pengembangan sistem pelayanan KB Mandiri melalui jalur dokter dan bidan swasta (DBS), klinik swasta, dan Tim Keluarga Berencana Keliling (TKBK) swasta.

2. Pembinaan KELOMPOK GOTONG ROYONG (KGR) sebagai bagi-an dari gugus depan pemasyarakatan KB Mandiri. Ada-pun bentuk KGR antara lain adalah Apsari, PKK, Dasa Wisma, Kelompok Pengajian, dan sebagainya.

3. Pembinaan KELOMPOK INSTITUSI; antara lain pembinaan terhadap Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI), Warga Pertanian, Depdikbud, dan sebagainya.

4.Penyaluran alat kontrasepsi LIBI melalui KOPERASI UNIT DESA (KUD). Semenjak 1 April 1990 dilaksanakan dari 12 KUD Mandiri yang tersebar pada 4 kabupaten, untuk kemudian diikuti dengan KUD-KUD yang lainnya. Bahkan pada tanggal 15 Maret 1990 oleh Gubernur DIY telah diresmikan penyaluran alat kontrasepsi pada salah satu KUD di DIY (KUD GODEAN).

5.Penyaluran alat kontrasepsi LIBI melalui PUSKESMAS. Konsep, tata cara, juklak dan juknisnya sudah hampir "goal" (99%); untuk Kabupaten Sleman. Sekarang ini sedang dalam tahap seleksi daerah yang terpilih se-bagai lokasi uji coba.

6.Pelayanan KB Mandiri melalui PONDOK PESANTREN. Kon-sep ini sudah diujicobakan pada Pondok AL MAHALI di Bantul Yogyakarta dan hasilnya cukup memuaskan; oleh karena itu dalam waktu yang tidak terlalu lama akan segera diaplikasikan pada pondok-pondok pesantren di daerah lainnya.

7.Peningkatan efektivitas peranan ORGANISASI PROFESI (IDI, IBI, ISFI, dsb). Hal ini menyangkut sistem pe-layanan yang tidak dapat dilepaskan dari partisipasi organisasi profesi; antara lain pengaturan tarif pe-layanan antara dokter dengan bidan (sudah berjalan di

KULONPROGO), distribusi alat kontrasepsi melalui IBI tingkat ranting (sudah berjalan di KODYA), dsb.

8. Peningkatan efektivitas peranan SWASTA. Kerja sama antara BKKBN Propinsi DIY dengan APINDO DIY berusaha untuk dapat membuat "billboard" ukuran besar yang a-kan dipajang pada daerah-daerah strategis. Sementaraitu pembicaraan yang hampir selesai adalah pemasang-an sticker di bis-bis kota ypemasang-ang akpemasang-an dibeayai oleh sponsor. Semua ini merupakpemasang-an mpemasang-anifestasi

(6)

dari peran serta swasta.

9. Merealisasikan program KB Mandiri masuk KAMPUS. Pro- gram ini sudah dimulai dalam bentuk pemberian materi KB dan KB Mandiri serta "approach" kepada para dosen perguruan tinggi pengelola/pembimbing Kuliah Kerja Nyata (KKN) pada kampusnya masing-masing. Kalangan PT pun nampaknya menyambut baik program ini.

10.Peningkatan SISTEM INFORMASI KB Mandiri. Pada Bulan Desember 1989 dan Januari 1990 telah dilakukan kerja sama di antara BKKBN Propinsi DIY, Kanwil Penerangan Propinsi DIY, IPKB DIY dan para kolumnis di berbagai media massa untuk penyelenggaraan lomba penulisan artikel KB Mandiri. Kerja sama semacam ini segera dilanjutkan dalam bentuk-bentuk yang lain dengan tu-juan untuk lebih dapat memasyarakatkan KB Mandiri.

F. INTERVENSI.cw12

.lh14

Untuk lebih memantapkan pola gerak pemasyarakatan KB Mandiri maka berbagai langkah-langkah intervensi te-lah ditempuh. Langkah-langkah-langkah intervensi tersebut antara lain adalah sebagai berikut.

1. Meningkatkan efektivitas sistem KIE untuk menjangkau masyarakat luas. Sistem ini

direalisasikan dengan pendistribusian informasi melalui poster, sticker, radio spot, tv spot, audio program, brosur, leaflet, serta billboard.

2.Pelaksanaan latihan (training) untuk meningkatkan pengetahuan serta keterampilan pada para "pendukung" KB Mandiri. Latihan ditujukan kepada para dokter, bidan, PPLKB/PLKB, Tokoh Masyarakat, PPKBD/SubPPKBD, APA, dan para Pengelola KUD.

3.Menyelenggarakan bimbingan lapangan; hal ini dilak-sanakan dengan cara mengadakan kunjungan kepada para anggota masyarakat yang memerlukan sistem bimbingan; KGR, pengurus koperasi, birokrasi desa, dsb.

G. DATA PENDUKUNG.cw12

Pendekatan ilmiah terhadap kebijakan pengembangan gerakan KB Mandiri ditempuh dengan cara mencari data em-piris di lapangan; baik yang bersifat data kuantitatif maupun data

kualitatif. Adapun data empiris yang diambil setiap periode enam bulanan sekaligus untuk mengevaluasi hasil intervensinya diungkap melalui kegiatan survey.

Bentuk-bentuk survey atau teknik pengambilan data empiris ialah sbb: quantitative survey PUS, quantitative survey provider, focus group discussion (FGD), indepth interview (qualitative research), serta field approach. Prasurvey dilaksanakan November 1989, Midsurvey dilaksa-nakan April/Mei 1990, sementara itu akan Postsurvey di-laksadilaksa-nakan November 1990.

Sampai dengan akhir Mei 1990 kegiatan midsurvey yang telah dilaksanakan adalah quantitative survey PUS, FGD, dan quantitative survey provider. Untuk survey PUS sampai pada tahap analisis data, untuk survey provider sampai pada tahap instrumentasi, sedangkan untuk FGD su-dah selesai dilaksanakan secara keseluruhan. Adapun pe-laksanaan FGD tersebut ditujukan kepada PLKB (tahap 1), bidan (tahap 2), PPKBD/SubPPKBD (tahap 3), dan

(7)

Pengelola KUD (tahap 4).

Temuan-temuan penting (important findings) yang diperoleh dari FGD terhadap PLKB, bidan, PPKBD/SubPPKBD, dan Pengelola KUD dapat disamerisasikan dalam beberapa butir sebagai berikut.

1. DISTRIBUSI LIBI: Pada umumnya masyarakat belum jelas benar tentang sistem dan mekanisme distribusi LIBI dan harga jualnya. Harga jual antar apotik bervaria-si dan umumnya justru lebih mahal dari harga penjual obat keliling maupun harga standard. Beruntung IBI ranting Kotamadya Yogyakarta berhasil menyiasati hal ini dengan mengadakan pelayanan bagi anggotanya de-ngan harga yang lebih murah dari harga jual apotik; tetapi IBI ranting lain belum dapat melaksanakannya.

2.PENGAYOMAN MEDIS: Adanya sementara peserta KB yang gagal atau berefek samping cukup berat umumnya belum mendapatkan penanganan yang semestinya. Akibatnya a-da petugas yang terpaksa malu, "tombok", dan sering "dipingpong" oleh petugas lain.

3.GRASS ROOT LEVEL: Memasyarakatkan KB Mandiri kepada masyarakat "grass root" relatif susah; karena meski-pun mereka telah bersikap "welcome" terhadap program KB Mandiri, akan tetapi tidak didukung oleh kekuatan ekonomis yang memuaskan.

4.TARIF JASA: Salah satu kabupaten telah menerapkan aturan tentang tarif jasa pelayanan antara bidan dan dokter; hal ini atas prakarsa IDI dan IBI ranting. Menurut pengalaman hal ini lebih banyak positifnya daripada negatifnya karena para dokter dan bidan le-bih sehat dalam bersaing.

5.SISTEM REWARD: Para bidan menyatakan adanya "reward" yang edukatif bagi mereka yang berprestasi; semen-tara itu sistem reward yang lain sudah diterapkan pada pengurus KGR atas kerja sama antara KGR dengan Puskesmas. Bentuknya: pengurus KGR bebas jasa pela-yanan ke Puskesmas.

6.DILEMA PUSKESMAS: Masih adanya pelayanan KB gratis di Puskesmas menjadikan hambatan dalam memasyarakat-kan KB Mandiri. Petugas menghadapi dilema; sementara anggota masyarakat mengatakan sbb: mengapa harus me-milih pelayanan membayar kalau pelayanan yang gratis saja, dan legal, pun masih tersedia.

Selain data empiris yang dikumpulkan dan dianali- sis setiap enam bulanan melalui

prasurvey dan midsurvey, maka data empiris juga dikumpulkan setiap bulan melalui format MIS yang didistribusi kepada sumber data; dokter, bidan, PLKB, PPKBD, dan SubPPKBD. Data bulanan ini dia-nalisis, diinterpretasi, dan diumpan-balikkan ke pemakai kebijakan di lapangan.

Temuan-temuan penting (important findings) yang diperoleh dalam MIS bulan Januari dan Februari 1990 da-pat diidentifikasi sebagai berikut.

1. KB SUNTIK: Peserta KB baru yang datang pada dokter dan bidan swasta umumnya lebih banyak yang memilih cara suntik. Pada Bulan Januari 1990 yang memilih suntik pada dokter 43,08% dan bidan 67,82%, sementa-ra itu pada Bulan Februari 1990 suntik pada dokter 62,39% dan bidan 73,11% (Note: ada kontoversi).

(8)

2.INISIATIF SENDIRI: Kedatangan peserta KB pada dokter dan bidan swasta umumnya atas inisiatifnya sendiri; pada dokter angkanya di atas 90,00%, sedangkan pada bidan angkanya di atas 75,00%. Dari angka ini dapat disimpulkan pula bahwa sistem "motivasi" lebih ber-laku pada bidan.

3.KELUHAN: Peserta KB yang datang atas keluhan kepada dokter maupun bidan umumnya dapat diatasi sendiri, tidak perlu dirujuk ke tempat atau orang lain. Hal ini menjadikan para peserta KB yang mengalami keluh-an tersebut merasa puas atas pelayanan yang diberi-kan oleh dokter dan bidan swasta.

4. DANA KGR: KGR di dusun-dusun umumnya mempunyai dana/ kas yang cukup; di samping ada beberapa KGR yang be-lum mempunyai dana tetapi ada pula KGR yang dananya mencapai Rp 9.923.550,-. Rata-rata dana/kas yang di-miliki oleh KGR di DIY adalah Rp 140.398,-. Tentunya ini merupakan potensi ekonomik yang dapat dikembang-

bangkan lagi..lh12

5.DISTRIBUSI PENGELUARAN: Pengeluaran dana KGR seba-gian sudah dialokasikan untuk keperluan KB; yaitu 16,26% untuk keperluan KB, 25,38% untuk dana kese-hatan non-KB, dan selebihnya untuk pengeluaran yang bersifat umum. Sementara itu untuk pengeluaran KB a-dalah sbb: 15,62% untuk beli alat kontrasepsi, 14,40%

untuk mengatasi efek samping, 5,45% untuk honor pe-tugas, dan selebihnya untuk lain-lain.

.cw18

H. PENUTUP

Demikian ringkasan kegiatan penelitian operasio-nal KB Mandiri pedesaan di DIY serta berbagai kebijakan yang tidak dapat dilepaskan dari kegiatan penelitian ter sebut. Ada beberapa kebijakan dan kegiatan yang feasibel untuk dilanjutkan dan dikembangkan, akan tetapi ada pula yang masih diperlukan kerja ekstra keras untuk mencapai efektivitasnya.

REFERENSI:

Bailey, Kenneth D. Methods of Social Research. New York: The Free Press, 1976.

Dj.A. Simarmata. Operations Research : Sebuah Pengantar. Jakarta: PT Gramedia, 1985

(9)

Edukasi. Jakarta: BKKBN Pu- sat, 1978

Ismail Widjaja, H (Ed.). Panduan KB Mandiri. Jakarta: PT Falwa Afrika, 1989

Kerlinger, FN. Foundations of Behavioral Research. New York: Holt, Rinehart and Winston, Inc., 1973

Lesthaeghe, Ron (1980). "On the sosial control of human

Reproduction", Population and Development Review, 64 (4).

Nachmias, D and Nachmias, C. Research Methods in The So- cial Sciences. New York: St Martin's Press, 1981.

Quah, S.R (1979). "Socioeconomic Variations in The Per-

ceptions Side-effects of Contraceptives in Singa pore", A Research Report. Singapore: SEAPRAP.

Supriyoko, dkk (1988). KB Mandiri di Pedesaan: Studi Pen

jajagan di Kecamatan Pandak, Bantul, Daerah Isti- mewa Yogyakarta. Yogyakarta: BKKBN Propinsi DIY.

Supriyoko, (1988). Pengaruh Sikap dan Pengetahuan terha- dap Keinginan Ber-KB Mandiri pada Para Akseptor di DIY. Yogyakarta: LPP "Putra Mataram".

Supriyoko. Teknik Sampling. Yogyakarta: LPST Yogyakarta, 1988

Referensi

Dokumen terkait

Geist (dalam Gunarsa, 2000) menjelaskan bahwa sumber kecemasan dapat berasal dari tuntutan sosial yang berlebih dan tidak mau atau tidak mampu dipenuhi oleh individu yang

Pihak sekolah pun harus dapat membantu siswa-siswinya dalam menambah pengetahuan tentang kesehatan khususnya dalam pengetahuan menggosok gigi, salah satunya dengan

Jika organ-organ lain dari PBB hanya bisa membuat ‘rekomendasi’ untuk pemerintah Negara anggota, Dewan Keamanan memiliki kekuatan untuk membuat keputusan yang mengikat bahwa

Berdasarkan ketentuan Pasal 4 Keputusan Menteri Keuangan tersebut di atas, Wajib Pajak dalam negeri baik sendiri ataupun secara bersama-sama dengan Wajib Pajak dalam negeri

Itulah tips tentang cara memutihkan wajah secara alami, buat kamu yang ingin mencerahkan kulit wajah dengan produk dari tiens ayo hubungi aku

Melalui hasil perhitungan yang telah dilakukan didapat nilai f hitung sebesar 8,262 yang lebih besar dari nilai F tabel 3,16 yang berarti bahwa hipotesis dalam

dalam Video ILM Menyikapi berita hoax ini sudah sangat sesuai untuk. khalayak

Berdasarkan hasil pemodelan dengan GWR diperoleh model yang berbeda-beda untuk tiap kecamatan.Berdasarkan variabel yang signifikan untuk tiap kecamatan terbentuk