• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Kadar Serum Ferritin dengan Kadar HbA1c pada Pasien DM Tipe 2

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Hubungan Kadar Serum Ferritin dengan Kadar HbA1c pada Pasien DM Tipe 2"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

MAJALAH KEDOKTERAN

NUSANTARA

The Journal of Medical School

*Corresponding author, 35

Hubungan Kadar Serum Ferritin dengan Kadar HbA1c

pada Pasien DM Tipe 2

Betty L

1*

, Burhanuddin N

1

, Santi S

2

1Departemen Patologi Klinik, Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara/ RSUP H. Adam Malik Medan 2Departemen Ilmu Penyakit Dalam Divisi Endokrin, Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara/ RSUP H. Adam Malik Medan

Abstract. Introduction: Diabetes mellitus (DM) is a metabolic disease such as chronic and progressive disorder synthesis of carbohydrates, fats and proteins caused by defects insulin secretion and action, or both. Glycemic control in DM patients seen HbA1c level. Improved glycemic control is proven to result in a increase in serum ferritin concentration. Method: A cross sectional study was conducted on 98 people with type 2 DM in the Adam Malik Hospital in November 2015 - January 2016. We examined fasting glucose, HbA1c and ferritin levels than we correlated HbA1C and Ferritin levels in 49 glycemic controlled type 2 DM patients and 49 glycemic uncontrolled type 2 DM patients. Results: In this study obtained fasting glucose, HbA1c and ferritin levels were significant higher (p <0.001) in glycemic uncontrolled than controlled glycemic type 2 DM patients. And there was a positive correlation between HbA1C and Ferritin levels in glycemic controlled type 2 DM patients (r = 0.412, p <0.003) as well as in glycemic uncontrolled type 2 DM patients (r = 0.317, p = 0.026). Conclusion: There was a positive correlation between HbA1c and Ferritin levels in glycemic controlled as well as glycemic uncontrolled type 2 DM patients.

Keyword:Ferritin, HbA1c, type 2 DM

Abstrak. Pendahuluan: Diabetes melitus (DM) merupakan penyakit metabolik kronik dan progresif berupa gangguan sintesa kronis karbohidrat, lemak dan protein yang diakibatkan oleh defek sekresi insulin, kerja insulin, ataupun keduanya. Kontrol glikemik pada pasien DM dilihat dari kadar HbA1c. Perbaikan kontrol glikemik terbukti dapat menghasilkan penurunan konsentrasi ferritin serum. Metode: Penelitian dilakukan secara potong lintang terhadap 98 orang DM tipe 2 di RSUP H. Adam Malik Medan pada bulan November 2015 - Januari 2016. Subyek penelitian diperiksa HbA1C dan Ferritin, kemudian dihubungkan kadar HbA1C dan Ferritin pada 49 orang pasien DM tipe 2 terkontrol dan 49 orang pasien DM tipe 2 tidak terkontrol. Hasil: Pada penelitian ini didapat kadar KGD puasa, HbA1c dan ferritin yang lebih tinggi bermakna (p<0,001) pada penderita DM tipe 2 yang tidak terkontrol dibandingkan yang terkontrol. dan terdapat hubungan positif antara kadar HbA1C dan kadar Ferritin pada kelompok DM yang terkontrol (r=0,412, p<0,003) dan juga pada kelompok DM tipe 2 yang tidak terkontrol (r=0,317, p=0,026).

Kesimpulan: Terdapat hubungan positif antara kadar HbA1C dan Ferritin pada kelompok DM yang terkontrol dan juga hubungan positif antara kadar HbA1C dan kadar Ferritin pada kelompok DM tipe 2 yang tidak terkontrol.

Kata Kunci:Ferritin, HBA1C, DM tipe 2

1.

Pendahuluan

Diabetes melitus (DM) merupakan penyakit metabolik yang kronik dan progresif berupa gangguan sintesa kronis karbohidrat, lemak dan protein yang diakibatkan oleh defek sekresi insulin,

(2)

kerja insulin, ataupun gabungan keduanya.1,2 Penanganan DM tidak hanya pengendalian kadar gula

darah tapi juga membutuhkan strategi khusus untuk menurunkan berbagai resiko yang multifaktorial.3

Diabetes merupakan salah satu ancaman utama bagi kesehatan bagi umat manusia pada abad 21. WHO memperkirakan bahwa pada tahun 2000 jumlah pengidap diabetes di atas umur 20 tahun berjumlah 150 juta orang dan dalam kurun waktu 25 tahun kemudian pada tahun 2025, jumlah itu akan meningkat menjadi 300 juta orang.4 Dan jumlahnya akan terus meningkat sampai 366 juta orang

pada tahun 2030.5 Sedangkan di Indonesia, WHO memprediksi kenaikan jumlah penyandang DM di

Indonesia dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun 2030.1

DM disebabkan oleh interaksi kompleks antara faktor genetik dan lingkungan. DM tipe 2 ditandai dengan gangguan sekresi insulin, resistensi insulin, produksi glukosa hepatik yang berlebihan dan metabolisme lemak yang abnormal.6

Serum ferritin merupakan salah satu indikator status besi dalam tubuh. Mekanisme molekular yang tepat dan yang mendasari patogenesis hubungan kelebihan besi dengan diabetes belum sepenuhnya diketahui. Hanya saja diperkirakan bahwa kelebihan besi dapat menginduksi hiperinsulinemia perifer dengan menurunkan sintesa dan eksresi insulin oleh sel beta pankreas. Peningkatan oksidan yang diperantarai besi dari asam lemak bebas juga turut berperan dalam menurunkan ambilan glukosa oleh otot dan kemudian akhirnya adalah insulin resisten.7

Studi yang dilakukan oleh Sumes Raj dan G.V Rajan (2013) mendapatkan bahwa terdapat korelasi positif antara serum ferritin dengan HbA1C.8 Zinat (2008) mendapatkan kadar ferritin lebih

tinggi pada kelompok DM dibanding orang sehat.9 Sharifi (2004) mendapatkan bahwa memang kadar

serum ferritin pada pasien DM cenderung tinggi, namun tidak berhubungan dengan kadar HbA1C dan kontrol gula darah.10

Hiperferitinemia terjadi pada 6,6% pasien diabetes melitus tipe 2. Konsentrasi ferritin serum biasanya meningkat pada pasien DM tipe 1 dan DM tipe 2 yang tidak terkontrol, dan feritin telah terbukti dapat memprediksi nilai HbA1C secara independen terhadap glukosa. Kedua hal ini kemungkinan dapat merefleksikan adanya peningkatan stres oksidatif. Perbaikan singkat dalam hal kontrol glikemik terbukti dapat menghasilkan penurunan konsentrasi feritin serum.11 Raghavani

(2014) mendapatkan peningkatan yang signifikan dari serum ferritin pada pasien DM.12

Hiperglikemia kronik pada diabetes berkaitan dengan kerusakan jangka panjang, disfungsi atau kegagalan beberapa organ tubuh, terutama mata, ginjal, saraf, jantung dan pembuluh darah.3,13

Penelitian oleh DCCT (Diabetes Control and Complications Trial) dan UKPDS (UK Prospective Diabetes Study), HbA1c menjadi bagian untuk monitoring kontrol glikemik pada DM. ADA merekomendasikan kadar HbA1c < 7% menjadi target pengendalian kadar gula darah.14

Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan kadar serum ferritin dan HbA1C pada pasien DM tipe 2 yang terkontrol dan pada pasien DM tipe 2 baik yang tidak terkontrol.

2.

Metode

Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan studi pendekatan potong lintang yang dilakukan di Departemen Patologi Klinik bekerjasama dengan Departemen Ilmu Penyakit Dalam RSUP H. Adam Malik Medan pada bulan November 2015 sampai dengan Januari 2016.

Subjek Penelitian adalah semua penderita DM pasien yang menderita DM tipe 2 terkontrol dan tidak terkontrol yang berobat di RSUP H. Adam Malik Medan yang memenuhi kriteria inklusi: pasien yang telah terdiagnosa DM tipe 2 terkontrol dan tidak terkontrol, umur diatas usia > 25 tahun. Dan dieksklusi: Pasien dengan penyakit tiroid, gagal ginjal kronik, penyakit hati kronik, keganasan, anemia, infeksi dan inflamasi sistemik, pasien yang mendapat terapi kortikosteroid dan pasien yang tidak bersedia ikut penelitian

Setelah memenuhi kriteria penelitian, dilakukan inform consent dan mengisi surat persetujuan mengikuti penelitian. Ethical clearance diperoleh dari Komite Penelitian Bidang Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Medan. Analisa Data dilakukan menggunakan program SPSS versi 15 dengan Uji Korelasi Pearson.

Sampel yang diperlukan dalam penelitian ini adalah darah tanpa anti koagulan untuk pemeriksaan kadar gula darah dan ferritin. Sedangkan untuk pemeriksaan HbA1C adalah darah vena dengan antikoagulan EDTA.

(3)

Bahan darah beku setelah dibiarkan membeku selama 20 menit pada suhu ruangan, dilakukan sentrifugasi dengan kecepatan 3000 rpm selama 20 menit, serum dipisahkan dan dimasukkan ke dalam tabung plastik (aliquot) 1 ml. Kemudian sampel darah EDTA dan serum disimpan dalam freezer -20°C sampai waktu pemeriksaan yang telah ditentukan (maksimum 6 bulan), untuk kemudian dilakukan pemeriksaan HbA1C dan Ferritin secara serentak. Pemantapan mutu dilakukan untuk menjamin dan mendapatkan hasil pemeriksaan yang baik. Sebelum diakukan pemeriksaan terlebih dahulu dilakukan kalibrasi alat

Konsentrasi total Hb dan HbA1C ditentukan setelah hemolisis dari spesimen darah dengan antikoagulan. Total Hb diukur dengan metode kolorimetrik. HbA1C ditentukan dengan metode immunoturbidimetri. Rasio dari kedua konsentrasi ini merupakan hasil akhir dari HbA1C (HbA1C (%)). Pemeriksaan ferritin menggunakan prinsip Electrochemiluminescence Immunoassay (ECLIA). Kemudian dicari hubungan kadar HbA1C dan kadar Ferritin pada 48 orang pasien DM tipe 2 terkontrol dan juga pada 48 orang pasien DM tipe 2 tidak terkontrol.

3.

Hasil

Subjek penelitian penderita DM tipe 2 berjumlah 98 orang terdiri dari 61 orang laki-laki dan 37 orang perempuan dengan kisaran umur 30 – 72 tahun, dimana 49 orang (31 laki – laki dan 18 perempuan) penderita DM tipe 2 yang terkontrol dengan kadar HbA1C < 7% dan 49 orang (30 laki – laki dan 19 perempuan) penderita DM tipe 2 yang tidak terkontrol dengan kadar HbA1C ≥ 7%.

Tabel 1. Karakteristik subjek berdasarkan parameter penelitian

Karakteristik Satuan DM Tipe 2

Terkontrol (HbA1c < 7) DM Tipe 2 Tidak Terkontrol (HbA1c >7) Nilai p n Orang 49 49

Jenis Kelamin (Lk/Pr) Orang 31/18 30/19

Umur (Mean±SD) Tahun 55,65±8,560 56,57±6,865 0,559

KGD Puasa (Mean±SD)

mg/dL 117,47±31,602 186,86±92,455 <0,001

HbA1C (Mean±SD) % 6,349±0,4088 9,514±2,4397 <0,001

Ferritin (Mean±SD) ng/dL 312,44±126,626 477,46±225,554 <0,001

Uji perbedaan dengan perbedaan bermakna bila p < 0,05

Pada kelompok DM yang tidak terkontrol dengan rerata umur 55,65 tahun tidak ada perbedaan bermakna secara statistik (p=0.559) dibandingkan pada kelompok DM yang terkontrol dengan rerata umur 56,57 tahun

Pada kelompok DM yang tidak terkontrol dengan rerata KGD puasa 186,86 mg/dL lebih tinggi bermakna secara statistik (p< 0,001) dibandingkan pada kelompok DM yang terkontrol dengan rerata KGD puasa adalah 117,47 mg/dL.

Pada kelompok DM yang tidak terkontrol dengan rerata HbA1C 9,514% lebih tinggi bermakna secara statistik (p< 0,001) dibandingkan pada kelompok DM yang terkontrol dengan nilai rerata HbA1C adalah 6,349%

Pada kelompok DM yang tidak terkontrol dengan rerata ferritin adalah 477,46 ng/dL lebih tinggi bermakna secara statistik (p< 0,001) dibandingkan pada kelompok DM yang terkontrol dengan rerata ferritin adalah 312,44 ng/dL.

(4)

Gambar 1. Hubungan kadar HbA1C dengan kadar Ferritin pada kelompok DM Tipe 2 yang terkontrol

Pada Gambar 1 dapat dilihat hubungan kadar HbA1C dengan kadar Ferritin menunjukkan hubungan positif (r = 0,412), dan dari hasil uji statistik didapatkan hubungan yang bermakna antara kadar HbA1C dan kadar Ferritin (p = 0.003) pada kelompok DM yang terkontrol.

Gambar 2. Hubungan kadar HbA1C dengan kadar Ferritin pada kelompok DM Tipe 2 yang tidak terkontrol

Pada Gambar 2 dapat dilihat hubungan kadar HbA1C dengan kadar Ferritin menunjukkan hubungan positif (r = 0,317), dan dari hasil uji statistik didapatkan hubungan yang bermakna antara kadar HbA1C dan kadar Ferritin (p = 0.026) pada kelompok DM tipe 2 yang tidak terkontrol.

4.

Pembahasan

Feritin adalah protein penyimpanan utama besi dalam jaringan dan terlibat dalam penyerapannya, akumulasi dan pelepasannya dalam sel.15 Insulin berperan menstimulasi secara cepat sel-sel lemak untuk mengambil besi serta mengatur distribusi reseptor transferrin dari membran intraseluler ke permukaan sel.16

Stres oksidatif diketahui dapat menyebabkan resistensi insulin (melalui hambatan proses masuknya insulin ke sel) serta peningkatan sintesis ferritin. Besi diketahui sangat erat kaitannya dengan stres oksidatif. Partisipasi besi melalui reaksi Fenton sehingga membentuk radikal bebas yang sangat toksik seperti anion hidroksida dan superoksida yang dapat menginduksi peroksidase lipid. Untuk menjadi sebuah agen prooksidan, besi harus berubah menjadi bentuk bebasnya. Besi dapat

(5)

oksigen.11 Seluruh sitokin-sitokin secara bersama-sama dapat menyebabkan peningkatan reseptor

transferin di permukaan sel, sehingga menyebabkan adanya kecenderungan jaringan untuk menumpuk besi dan resistensi insulin.5

Pada penelitian ini, kelompok DM tipe 2 yang tidak terkontrol dengan rerata KGD puasa, rerata HbA1C dan rerata ferritin lebih tinggi bermakna secara statistik (p< 0,001) dibandingkan pada kelompok DM tipe 2 yang terkontrol

Pada penelitian ini, kelompok DM Tipe 2 yang terkontrol, hubungan kadar HbA1C dengan kadar Ferritin menunjukkan hubungan positif (r = 0,412), dan dari hasil uji statistik didapatkan hubungan yang bermakna antara kadar HbA1C dan kadar Ferritin (p < 0,003).

Pada penelitian ini kelompok DM Tipe 2 yang tidak terkontrol, hubungan kadar HbA1C dengan kadar Ferritin menunjukkan hubungan positif (r = 0,317), dan dari hasil uji statistik didapatkan hubungan yang bermakna antara kadar HbA1C dan kadar Ferritin (p = 0.026).

Hasil penelitian ini hampir sama dengan penelitian P Padmaja dkk pada tahun 2015 terhadap 100 orang, dimana 50 pasien DM tipe 2 dibandingkan dengan 50 orang sehat yang umur dan jenis kelaminnya disesuaikan, menunjukkan bahwa kadar ferritin secara signifikan lebih tinggi pada pasien DM tipe 2 dibandingkan dengan orang sehat sebagai kontrol dan kadar ferritin pada pasien DM secara signifikan berkorelasi positif kuat terhadap HbA1C baik pada laki – laki (r = 0.66, p < 0,01) maupun perempuan (r = 0.62, p < 0,01) dan juga kadar ferritin pada pasien DM secara signifikan berkorelasi positif terhadap KGD puasa pada laki-laki (r = 0, 46, p < 0,01) sedangkan pada perempuan berkorelasi positif kuat (r = 0.51, p < 0,01).17

Akan tetapi pada penelitian P Padmaja dkk menunjukkan juga kadar ferritin pada orang sehat secara signifikan berkorelasi positif kuat terhadap HbA1C baik pada laki – laki (r = 0.54, p < 0,01) maupun perempuan (r = 0.50, p < 0,01) dan juga kadar ferritin pada orang sehat secara signifikan berkorelasi positif terhadap KGD puasa baik pada laki – laki (r = 0.43, p < 0,01) maupun perempuan (r = 0.37, p < 0,01).17

Hubungan positif antara kadar ferritin dan HbA1C menunjukkan bahwa kontrol metabolik atau dysglycemia mempengaruhi kadar ferritin mungkin disebabkan oleh inflamasi atau stress oksidatif atau kombinasi kedua mekanisme memainkan perang penting pada patogenesis DM tipe 2.17

Sedangkan pada penelitian Sumes Raj dan G.V Rajan tahun 2013 terhadap 86 pasien DM tipe 2 dan sebagai kontrolnya orang sehat sebanyak 86 orang yang disesuaikan menurut umur dan jenis kelamin, menunjukkan bahwa serum ferritin secara signifikan lebih tinggi pada pasien DM tipe 2 dibandingkan dengan orang sehat sebagai kontrol dan serum ferritin pada pasien DM secara signifikan berkorelasi positif lemah terhadap HbA1C (r = 0.209, p < 0,05).8

5.

Kesimpulan

Pada penelitian ini didapatkan hubungan positif antara kadar HbA1C dan kadar Ferritin pada kelompok DM tipe 2 yang terkontrol dan begitu juga didapatkan hubungan positif antara kadar HbA1C dan kadar Ferritin pada kelompok DM tipe 2 yang tidak terkontrol.

Ucapan Terima Kasih

Tidak ada conflict of interest untuk laporan tulisan ini.

Daftar Pustaka

1.

PERKENI. Konsensus Pengendalian dan Pencegahan Diabetes Mellitus Tipe2 di

Indonesia 2011. P : 1,2, 4. 2011

2.

Bennet PH, Knowler WC. Definition, Diagnosis, and Classification of Diabetes Mellitus

and Glucose Homeostasis. Dalam : Joslin’s Diabetes Mellitus. Edisi 14. Lippincot

Williams & Willkins. Massachusetts. P: 331. 2006

3.

American Diabetes Association. Standards of Medical Care in Diabetes 2014. Diabetes

Care Volume 37, Supplement 1. P: 1. Januari 2014

4.

Suyono S. Diabetes Mellitus di Indonesia. Dalam : Buku Ajar Penyakit Dalam Edisi VII.

Universitas Indonesia. P : 2315. 2014

(6)

6.

Powers AC. Diabetes mellitus. In: Fauci AS, Braunwald E, Hauser SL, et.al. (ed.).

Harrison’s Principles of Internal Medicine, 17

th

edition

. San Francisco: McGraw-Hill

Companies. 2008. p: 2275-302.

7.

Yu Fung-Jung et al. Increased Ferritin ConcentrationsCorrelate with Insulin Resistance

inFemale Type 2 Diabetic Patients. Ann Nutr Metab 2012;61:32–40

8.

Raj S, Rajan GV. Correlation Between Elevated Serum Ferritin and HbA1c In Type 2

Diabetes Mellitus. Interational Journal of Research in Medical Sciences. January-March

2013. Vol 1. P: 12-15

9.

Salem Z dkk. The Comparison of Serum Ferritin Concentration Between Healthy People

With and Without History of Family Diabetes. Pakistan Journal Medicine Vol. 24 No. 2.

2008. P : 298

10.

Sharifi F, Sazandeh Sh. Serum Serum Ferritin In Type 2 Diabetes Mellitus And Its

Relationship With Hba1c.

Acta Medica Iranica

, Vol. 42, No. 2 (2004)

11.

Real JMF, Bermezo AL, Ricart W. Cross talk between iron metabolism and diabetes.

Diabetes

51:2348–2354, 2002.

12.

Raghavani PH, Sirajwala H. Serum Ferritin Level in Patients With Type-2 Diabetes

Mellitus. International Journal of Biomedical And Advance Research. 2014

13.

Soewondo P. Current Practice In The Management Of Type 2 Diabetes In Indonesia :

Results From The International Diabetes Management Practises Study (IDMPS). Journal

Indonesia. 2011

14.

Reddy SA, dkk. Clinical Applications of Glycosylated Haemoglobin. J Clin Sci Res

2012; 2 p: 22-23

15.

Association for Clinical Biochemistry. Ferritin (Serum, Plasma). 2012.

16.

Tanner LI, Lienhard GE: Localization of transferrin receptors and insulinlike growth

factor II receptors in vesicles from 3T3–L1 adipocytes that contain intracellular glucose

transporters

.

J Cell Biol

108:1537–1545, 1989

17.

P Padmaja dkk, Serum Ferritin and HbA1C Levels In Type 2 Diabetes Mellitus.

International Journal of Clinical and Biomedical Research. June 2015. P : 30 – 37

Gambar

Tabel 1. Karakteristik subjek berdasarkan parameter penelitian
Gambar 1. Hubungan kadar HbA1C dengan kadar Ferritin   pada kelompok DM Tipe 2 yang terkontrol

Referensi

Dokumen terkait

Teknik pengumpulan data adalah cara-cara yang dapat digunakan. oleh peneliti untuk

1 Metode penelitian kuantitatif yang digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data2. menggunakan instrumen penelitian, analisis data

Universitas

Penelitian ini dilaksanakan di MTs Al-Muslimun Kawistolegi Lamongan, dengan mengambil populasi seluruh siswa MTs Al-Muslimun Kawistolegi Lamongan yang ada meliputi kelas

Pengaruh gaya kepemimpinan kepala sekolah, supervisi, motivasi kerja. terhadap profesionalisme guru diukur berdasarkan guru

yang digunakan untuk mencari alternatif optimal dari sejumlah alternatif dengan indikator tertentu, metode Simple Additive Weighting (SAW) adalah salah satu metode untuk

Statechart diagram menggambarkan transisi dan perubahan keadaan (dari satu state ke state lainnya) suatu objek pada sistem sebagai akibat dari stimuli yang diterima. Pada

Hal ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan Coetzee di Afrika Selatan dimana pasien limfadenitis TB paling banyak dijumpai pada usia 0-4 tahun yaitu 54 orang