PERBEDAAN
PERBEDAAN
PERBEDAAN
PERBEDAAN TAJAM
TAJAM
TAJAM
TAJAM PENGLIHATAN
PENGLIHATAN
PENGLIHATAN
PENGLIHATAN PASCAOPERASI
PASCAOPERASI
PASCAOPERASI
PASCAOPERASI
FAKOEMULSIFIKASI
FAKOEMULSIFIKASI
FAKOEMULSIFIKASI
FAKOEMULSIFIKASI PADA
PADA
PADA
PADA PASIEN
PASIEN
PASIEN
PASIEN KATARAK
KATARAK
KATARAK
KATARAK SENILIS
SENILIS
SENILIS
SENILIS
DENGAN
DENGAN
DENGAN
DENGAN DIABETES
DIABETES
DIABETES
DIABETES MELLITUS
MELLITUS
MELLITUS
MELLITUS DAN
DAN
DAN
DAN TANPA
TANPA
TANPA
TANPA DIABETES
DIABETES
DIABETES
DIABETES
MELLITUS
MELLITUS
MELLITUS
MELLITUS
JURNAL
JURNAL
JURNAL
JURNAL MEDIA
MEDIA
MEDIA
MEDIA MEDIKA
MEDIKA
MEDIKA
MEDIKA MUDA
MUDA
MUDA
MUDA
Diajukan Diajukan Diajukan
Diajukan untukuntukuntukuntuk memenuhimemenuhimemenuhimemenuhi sebagiansebagiansebagiansebagian persyaratanpersyaratanpersyaratanpersyaratan guna
gunagunaguna mencapaimencapaimencapaimencapai gelargelargelargelar sarjanasarjanasarjanasarjana strata-1strata-1strata-1strata-1 kedokterankedokterankedokterankedokteran umumumumumumumum
NUNGKI NUNGKI
NUNGKINUNGKI RUSYDIANARUSYDIANARUSYDIANARUSYDIANA PURNANINGRUMPURNANINGRUMPURNANINGRUMPURNANINGRUM 220101101301 220101101301 220101101301 22010110130160606060 PROGRAM PROGRAM PROGRAM
PROGRAM PENDIDIKANPENDIDIKANPENDIDIKANPENDIDIKAN SARJANASARJANASARJANASARJANA KEDOKTERANKEDOKTERANKEDOKTERANKEDOKTERAN FAKULTAS
FAKULTAS FAKULTAS
FAKULTAS KEDOKTERANKEDOKTERANKEDOKTERANKEDOKTERAN UNIVERSITAS
UNIVERSITAS UNIVERSITAS
UNIVERSITAS DIPONEGORODIPONEGORODIPONEGORODIPONEGORO SEMARANG
SEMARANGSEMARANGSEMARANG 2014 2014 2014 2014
PERB PERB
PERBPERBEDAANEDAANEDAANEDAAN TAJAMTAJAMTAJAMTAJAM PENGLIHATANPENGLIHATANPENGLIHATANPENGLIHATAN PASCAOPERASIPASCAOPERASIPASCAOPERASIPASCAOPERASI FAKOEMULSIFIKASI
FAKOEMULSIFIKASI
FAKOEMULSIFIKASIFAKOEMULSIFIKASI PADAPADAPADAPADA PASIENPASIENPASIENPASIEN KATARAKKATARAK SENILISKATARAKKATARAKSENILISSENILISSENILIS DENGANDENGANDENGANDENGAN DIABETES
DIABETES
DIABETESDIABETES MELLITUSMELLITUSMELLITUSMELLITUS DANDANDANDAN TANPATANPA DIABETESTANPATANPADIABETESDIABETESDIABETES MELLITUSMELLITUSMELLITUSMELLITUS
Nungki Rusydiana Purnaningrum*, Kentar Arimadyo Sulakso**
ABSTRAK ABSTRAK ABSTRAKABSTRAK Latar Latar
LatarLatar Belakang:Belakang:Belakang:Belakang:Fakoemulsifikasi pada pasien katarak senilis dengan DM memerlukan perhatian lebih, karena pada pasien dengan DM lebih mudah terjadi komplikasi yang dapat menyebabkan tajam penglihatan buruk
Tujuan: Tujuan:
Tujuan:Tujuan: Mengetahui perbedaan tajam penglihatan pascaoperasi fakoemulsifikasi pada pasien katarak senilis dengan Diabetes Melitus dan tanpa Diabetes Melitus
Metode: Metode:
Metode:Metode: Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan desain belah lintang, yang menggunakan data dari catatan medik. Sampel adalah 40 pasien katarak senilis dengan DM dan 40 pasien katarak senilis tanpa DM. Tajam penglihatan pascaoperasi fakoemulsifikasi yang digunakan adalah tajam penglihatan koreksi terbaik (dalam LogMAR) pada minggu keempat-kedelapan setelah operasi. Uji statistik yang digunakan adalah uji Mann-Whitney
Hasil: Hasil:
Hasil:Hasil: 31 pasien (77,5%) dengan DM dan 39 pasien (97,5%) tanpa DM mencapai tajam penglihatan baik dengan median 0,20 dan 0,08 (dalam LogMAR). Enam pasien dengan DM masih memiliki tajam penglihatan buruk pascaoperasi. Insiden komplikasi perioperasi pada kelompok pasien dengan DM lebih tinggi, dengan glaukoma sebagai penyebab tajam penglihatan terburuk. Uji Mann-Whitney menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna (p=0,007) antara tajam penglihatan pascaoperasi fakoemulsifikasi pada pasien dengan DM dan tanpa DM
Kesimpulan: Kesimpulan:
Kesimpulan:Kesimpulan: Fakoemulsifikasi memperbaiki tajam penglihatan pasien katarak senilis tanpa DM lebih baik dibandingkan pasien dengan DM
Kata Kata
KataKata kunci:kunci:kunci:kunci: katarak senilis, diabetes mellitus, fakoemulsifikasi
* Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro
**Staf Pengajar Bagian Ilmu Kesehatan Mata Fakultas Kedokteran Universitas
THE THE
THETHE DIFFERENCEDIFFERENCEDIFFERENCEDIFFERENCE OFOFOFOF POSTPOST PHACOEMULSIFICATIONPOSTPOSTPHACOEMULSIFICATIONPHACOEMULSIFICATIONPHACOEMULSIFICATION VISUALVISUALVISUALVISUAL OUTCOME
OUTCOME
OUTCOMEOUTCOME BETWEENBETWEENBETWEENBETWEEN SENILESENILESENILESENILE CATARACTCATARACT PATIENTSCATARACTCATARACTPATIENTSPATIENTSPATIENTS WITHWITHWITHWITH DIABETES
DIABETES
DIABETESDIABETES ANDANDANDAND WITHOUTWITHOUTWITHOUTWITHOUT DIABETESDIABETESDIABETESDIABETES
Nungki Rusydiana Purnaningrum*, Kentar Arimadyo Sulakso**
ABSTRACT ABSTRACT ABSTRACTABSTRACT Background: Background:
Background:Background: Phacoemulsification in senile cataract patients with diabetes need more attention because diabetics proner to complications which can lead to poor visual acuity after operation
Aim: Aim:
Aim:Aim: To know the difference of visual acuity after phacoemulsification between diabetic and non-diabetic senile cataract patients.
Methods: Methods:
Methods:Methods: This is a cross-sectional observational analytic study which used data from medical record. Sample were 40 senile cataract patients with diabetes and 40 senile cataract patients without diabetes. Visual acuity after phacoemulsification defined as best corrected visual acuity (in LogMAR) on 4-8 weeks after operation. Statistic test used were Mann-Whitney test
Results: Results:
Results:Results: 31 patients (77,5%) with diabetes and 39 patients (97,5%) without diabetes gained good visual acuity, the median are 0,20 and 0,08 (in LogMAR). Six patients with diabetes still had poor visual acuity after procedure. Perioperative complications rate was higher in diabetic grup, with glaucoma became the main cause of poor visual acuity. Mann-Whitney test showed that there was a significant difference (p=0,007) between visual acuity after phacoemulsification in diabetics patients and nondiabetic patients.
Conclusion: Conclusion:
Conclusion:Conclusion: Phacoemulsification improved visual acuity better in non-diabetic patients than non-diabetic patients.
Key Key
KeyKey Words:Words:Words:Words: senile cataract, diabetes mellitus, phacoemulsification
*Undergraduate student of Faculty of Medicine Diponegoro University ** Staff of Ophthalmology Department, Faculty of Medicine Diponegoro University
PENDAHULUAN PENDAHULUAN PENDAHULUANPENDAHULUAN
Katarak merupakan penyebab utama kebutaan di dunia. Berdasarkan SKRT-SUKERNAS 2001, 4,99% dari penduduk Indonesia menderita katarak. Jumlah penderita katarak akan meningkat sesuai dengan peningkatan angka harapan hidup.1-3
Pada usia lanjut, terjadi penurunan fungsi metabolisme tubuh, yang dapat mengakibatkan Diabetes Mellitus (DM).4Diabetes Mellitus merupakan penyakit
sistemik yang menyebabkan gangguan vaskuler, dan dapat mempengaruhi berbagai macam organ tubuh termasuk lensa. Diabetes dan katarak dapat menyebabkan beban kesehatan dan ekonomi yang besar, terutama di negara berkembang, dimana terapi DM tidak adekuat dan operasi katarak sering tidak terjangkau.5
Operasi katarak bertujuan memperbaiki tajam penglihatan sehingga meningkatkan kualitas hidup pasien. Operasi katarak pada penderita DM memerlukan perhatian khusus karena beberapa komplikasi yang bisa terjadi, seperti retinopati, perdarahan corpus vitreous, neovaskularisasi iris, dan penurunan atau kehilangan penglihatan.6 Teknik yang banyak digunakan
akhir-akhir ini adalah fakoemulsifikasi karena lebih efisien dan lebih sedikit komplikasi yang mungkin ditimbulkan.1,7,8
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan tajam penglihatan pascaoperasi fakoemulsifikasi pada pasien katarak senilis dengan Diabetes Melitus dan tanpa Diabetes Melitus.
METODE METODE
METODEMETODE PENELITIANPENELITIANPENELITIANPENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan rancangan belah lintang. Sampel dalam penelitian ini adalah catatan medik penderita katarak senilis dengan DM dan tanpa DM yang telah menjalani operasi fakoemulsifikasi di RSUP dr. Kariadi, RSU William Booth, dan Candi Eye Center Semarang pada Januari 2012 - Maret 2014 dan tajam penglihatan diukur pada minggu keempat sampai kedelapan pascaoperasi. Catatan medik yang tidak
lengkap dan subjek dengan penyakit okular selain yang disebabkan oleh DM tidak diikutsertakan dalam penelitian.
Berdasarkan perhitungan besar sampel apabila nilai Zα= 1,96 untuk α= 0,05;
P=0,12; Q= 0,88 sedangkan ketetapan perhitungan relatif ditetapkan 0,1 maka besar sampel yang dibutuhkan adalah 40 pada setiap kelompok.
Variabel bebas penelitian adalah status Diabetes Mellitus dan tanpa Diabetes Mellitus. Sedangkan variabel tergantungnya adalah tajam penglihatan pascaoperasi fakoemulsifikasi. Variabel ini didefinisikan sebagai best corrected visual acuity yang diukur menggunakan Optotype Snellen sebanyak satu kali pengukuran pada minggu keempat-kedelapan pascaoperasi yang diukur oleh dokter spesialis mata dan dicatat di catatan medik. Tajam penglihatan pascaoperasi diubah dalam bentuk LogMAR untuk analisis uji komparatif, sedangkan untuk analisis kualitatif dikelompokkan sesuai kriteria WHO, yaitu tajam penglihatan baik: 0,00-0,48; tajam penglihatan sedang: 0,48-1,00; dan tajam penglihatan buruk: >1,00.
Uji hipotesis komparatif tajam penglihatan pascaoperasi fakoemulsifikasi antara pasien katarak senilis dengan DM dan tanpa DM dianalisis menggunakan uji Mann-Whitney karena distribusi data tidak normal. Nilai p dianggap bermakna apabila p<0,05. Analisis statistik dilakukan dengan menggunakan program komputer.
HASIL HASIL HASILHASIL
Penelitian ini menggunakan 40 catatan medik pasien dengan DM dan 40 catatan medik pasien tanpa DM yang didiagnosis menderita katarak senilis dan dilakukan fakoemulsifikasi. Pada kelompok pasien dengan DM, tidak dilakukan
simple random samplingkarena keterbatasan sampel. Akan tetapi, pada kelompok pasien tanpa DM, dilakukan simple random sampling menggunakan tabel dan diambil 40 sampel. Fakoemulsifikasi dilakukan oleh 10 orang operator yang semuanya adalah dokter spesialis mata, pada periode Januari 2012 - Maret 2014.
Tabel 1. Distribusi usia, jenis kelamin, dan mata subjek yang dioperasi
Karakteristik
KarakteristikKarakteristikKarakteristik FrekuensiFrekuensiFrekuensiFrekuensi %%%%
Usia - 40-50 tahun - 51-60 tahun - 61-70 tahun - 71-80 tahun - 81-90 tahun 7 21 33 17 2 8,8 26,3 41,3 21,3 2,5 Jenis kelamin - Laki-laki - Perempuan 2654 32,567,5 Mata yang dioperasi
- Mata kanan
- Mata kiri 4238 42,547,5 Tabel 2. Karakteristik subjek dengan DM
Karakteristik Karakteristik Karakteristik
Karakteristik FrekuensiFrekuensiFrekuensiFrekuensi %%%%
Gula Darah Sewaktu sebelum operasi - <180 mg/dl - 180-200 mg/dl - >180 mg/dl 30 4 6 75 10 15 Retinopati Diabetika - Tanpa retinopati - Non proliferatif ringan - Non proliferatif sedang
34 5 1 85 12.5 2.5 Tajam Tajam
TajamTajam PenglihatanPenglihatanPenglihatanPenglihatan SebelumSebelumSebelumSebelum dandan SetelahdandanSetelahSetelahSetelah OperasiOperasiOperasiOperasi FakoemulsifikasiFakoemulsifikasiFakoemulsifikasiFakoemulsifikasi
Berdasarkan kriteria WHO, sebagian besar subjek memiliki tajam penglihatan buruk sebelum operasi. Setelah operasi fakoemulsifikasi, sebagian besar subjek dapat mencapai tajam penglihatan baik. Akan tetapi, masih ada 6 subjek dengan DM yang memiliki tajam penglihatan buruk pascaoperasi.
Tabel 3. Tajam penglihatan pascaoperasi fakoemulsifikasi
Kelompok
KelompokKelompokKelompok MedianMedianMedianMedian (min-maks)(min-maks)(min-maks)(min-maks)
Dengan DM 0,20 (0,00-2,48) Tanpa DM 0,08 (0,00-0,70)
Tabel 4. Distribusi tajam penglihatan sebelum dan setelah operasi menurut kriteria WHO Tajam Tajam Tajam Tajam penglihatan penglihatan penglihatan
penglihatan baikbaikbaikbaik TajamTajamTajamTajam penglihatansedangsedangsedangsedangpenglihatanpenglihatanpenglihatan TajamTajamTajamTajam penglihatanburukburukburukburukpenglihatanpenglihatanpenglihatan Sebelum
Sebelum
SebelumSebelum operasioperasioperasioperasi
Dengan DM 6 7 27
Tanpa DM 13 13 14
Setelah Setelah
SetelahSetelah operasioperasioperasioperasi
Dengan DM 31 3 6
Tanpa DM 39 1 0
Uji hipotesis Mann-Whitney dilakukan pada data tajam penglihatan pascaoperasi dan didapatkan nilai p<0,05 yang menunjukkan ada perbedaan bermakna pada tajam penglihatan pascaoperasi fakoemulsifikasi pada pasien katarak senilis dengan DM dan tanpa DM.
Komplikasi Komplikasi KomplikasiKomplikasi
Insiden komplikasi, baik intraoperasi maupun pascaoperasi, lebih tinggi pada kelompok subjek dengan DM. Empat subjek dengan DM mengalami komplikasi intraoperasi, sedangkan subjek tanpa DM tidak ada yang mengalami komplikasi intraoperasi.Komplikasi pascaoperasi dapat dilihat pada tabel 5.
Tabel 5. Komplikasi Pascaoperasi
Komplikasi
KomplikasiKomplikasiKomplikasi FrekuensiFrekuensiFrekuensiFrekuensi Dengan
Dengan
DenganDengan DMDMDMDM Retinopati diabetika non proliferatif non CSME 5 Retinopati diabetika non proliferatif dengan CSME 2 Retinopati diabetika proliferatif 1
Glaukoma 4
Posterior capsule opacity 1
Afakia 1
Tanpa Tanpa Tanpa
Tanpa DMDMDMDM Posterior capsule opacity 2 Konjungtivitis bakterial 1
Posterior capsule opacitydan perdarahan vitreous 1
PEMBAHASAN PEMBAHASAN PEMBAHASANPEMBAHASAN
Sebesar 77,5% subjek dengan DM dan 97,5% subjek tanpa DM mencapai tajam penglihatan baik setelah operasi. Hasil ini menunjukkan bahwa fakoemulsifikasi memberikan keuntungan bagi pasien katarak senilis dengan DM maupun tanpa DM. Penelitian sebelumnya menunjukkan tajam penglihatan pada
kelompok dengan DM non retinopati dan kelompok tanpa DM mengalami peningkatan secara signifikan pada minggu keempat pascaoperasi.9
Delapan subjek yang sebelumnya tidak tercatat memiliki retinopati diabetika, saat follow up pascaoperasi ditemukan adanya retinopati diabetika (tabel 5), akan tetapi semua subjek mengalami perbaikan tajam penglihatan, kecuali pada satu subjek dengan retinopati non proliferatif dengan CSME. Katarak matur atau hipermatur dapat mempersulit pemeriksaan retina sebelum operasi.6
Penelitian-penelitian sebelumnya menyimpulkan bahwa fakoemulsifikasi nonkomplikasi tidak mempengaruhi progresivitas retinopati diabetika, progresivitas merupakan perjalanan alami penyakit tersebut.10-13 Meskipun ada
penelitian lain yang menunjukkan hasil yang bertentangan.14-17
Kontrol gula darah dan lama menderita DM berhubungan dengan tajam penglihatan pascaoperasi.11,16,18 Pada penelitian ini kontrol gula darah tidak dapat
dianalisis dengan baik karena data yang tersedia hanya GDS terakhir sebelum operasi. Padahal penurunan gula darah preoperatif yang terlalu cepat dan rendah justru memberikan prognosis tajam penglihatan yang jelek.19,20
Pasien dengan durasi diabetes lebih dari 15 tahun memiliki tajam penglihatan pascaoperasi yang lebih buruk dibandingkan pasien dengan durasi diabetes kurang dari 15 tahun.18 Durasi DM juga berhubungan dengan
progresivitas retinopati pascaoperasi,11,16 akan tetapi penelitian lain menunjukkan
hasil yang bertentangan.13,21 Pada penelitian ini, durasi DM terlama adalah 17
tahun. Akan tetapi, tajam penglihatan terburuk dialami oleh subjek yang baru menderita DM selama 1 tahun, dikarenakan glaukoma pascaoperasi.
Pasien katarak senilis dengan DM memiliki tajam penglihatan pascaoperasi yang lebih buruk dibandingkan pasien katarak senilis tanpa DM. Insiden komplikasi perioperasi lebih tinggi pada kelompok subjek dengan DM dibandingkan subjek tanpa DM. Rerata tajam penglihatan pascaoperasi subjek dengan DM dengan komplikasi adalah 0,94 (min-maks: 0,00-2,48). Sedangkan subjek tanpa DM yang mengalami komplikasi memiliki rerata tajam penglihatan 0,16 (min-maks: 0,00-0,40). Hasil ini menunjukkan bahwa meskipun sama-sama
mengalami komplikasi, akan tetapi pasien tanpa DM masih dapat mencapai tajam penglihatan baik.
Proporsi komplikasi yang tersering dan menyebabkan tajam penglihatan terburuk pada pasien dengan DM adalah glaukoma. Material opthalmic viscosurgical device (OVD) yang tertinggal atau penggunaan steroid sebagai antiinflamasi pascaoperasi selama 3-6 minggu dapat menimbulkan respon tekanan intraokular.22-24
Retinopati berat menyebabkan tajam penglihatan buruk pascaoperasi, sesuai dengan hasil penelitian sebelumnya.17,19,22 Komplikasi lain yang
menyebabkan tajam penglihatan buruk pascaoperasi adalah ruptur kapsul posterior dan terjadinya nucleus drop yang dapat menyebabkan peningkatan reaksi inflamasi pascaoperasi. Lama operasi yang lebih panjang secara signifikan berhubungan dengan kejadian ruptur kapsul posterior.17,25
Hasil penelitian ini menunjukkan adanya perbedaan antara tajam penglihatan pascaoperasi fakoemulsifikasi pada pasien katarak senilis dengan DM dan tanpa DM, sesuai dengan hasil penelitian Wagner.26 Meskipun risiko
komplikasi tinggi, persiapan preoperatif yang baik dan pengawasan pascaoperasi dapat memberikan hasil yang baik bagi pasien katarak senilis dengan DM.16
Penelitian lain yang menyebutkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara tajam penglihatan pascaoperasi pada pasien katarak dengan DM dan tanpa DM semakin menegaskan bahwa fakoemulsifikasi menguntungkan bagi pasien katarak dengan DM dan dapat memberikan perbaikan penglihatan.9,15,18,19,21
SIMPULAN SIMPULAN
SIMPULANSIMPULAN DANDANDANDAN SARANSARANSARANSARAN
Sebesar 77,5% pasien katarak senilis dengan DM dan 97,5% pasien katarak senilis tanpa DM dapat mencapai tajam penglihatan baik pascaoperasi fakoemulsifikasi. Terdapat perbedaan yang bermakna antara tajam penglihatan pascaoperasi fakoemulsifikasi pada pasien katarak senilis dengan DM dan tanpa DM. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan jumlah sampel yang lebih besar dan waktu follow up yang lebih lama, penelitian mengenai faktor-faktor perioperatif yang dapat mempengaruhi tajam penglihatan pascaoperasi pada
pasien katarak senilis dengan DM dan tanpa DM, dan mengenai hubungan glaukoma dengan fakoemulsifikasi pada pasien katarak dengan DM.
UCAPAN UCAPAN
UCAPANUCAPAN TERIMATERIMATERIMATERIMA KASIHKASIHKASIHKASIH
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. A. Kentar Arimadyo Sulakso, Sp.M, M.Si.Med, dr. Arief Wildan, Sp.M (K), dr. Fifin Luthfia Rahmi, MS, Sp.M (K), staf Instalasi Rekam Medik RSUP dr. Kariadi, RSU William Booth, dan Candi Eye Center yang telah membantu terlaksananya penelitian ini dan memberi masukan dalam penulisan artikel.
DAFTAR DAFTAR
DAFTARDAFTAR PUSTAKAPUSTAKAPUSTAKAPUSTAKA
1. Soehardjo. Kebutaan Katarak: Faktor-Faktor Risiko, Penanganan Klinis, dan Pengendalian. Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada, 2004.
2. Tana L, Rifati L, Kristanto AY. Determinan Kejadian Katarak di Indonesia: Riset Kesehatan Dasar 2007. Buletin Penelitian Kesehatan. 2009; 37: 114-25. 3. Arimbi AT. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Katarak Degeneratif di
RSUD Budhi Asih Tahun 2011. Jakarta: Universitas Indonesia, 2012.
4. Christanty L. Perbedaan Visual Outcome Pascaoperasi Katarak dengan Pemasangan Intraocular Lens Antara Penderita Katarak Senilis Tanpa Diabetes Mellitus dengan Diabetes Mellitus Nonretinopati. Semarang: Universitas Diponegoro, 2008.
5. Pollreisz A and Schmidt-Erfurth U. Diabetic Cataract: Pathogenesis, Epidemiology and Treatment. Journal of Ophthalmology. 2010.
6. Javadi MA and Ghanavati SZ. Cataracts in Diabetic patients: A review article. Journal of Opthalmic and Vision Research. 2008; 3: 52-65.
7. Khanna RC, Kaza S, Palamaner G, Shantha S and Sangwan. VS. Comparative Outcomes of Manual Small Incision Cataract Surgery and Phacoemulsification Performed by Ophthalmology Trainees in A Tertiary Eye Care Hospital in India: A Retrospective Cohort Design. BMJ Open. 2012; 2.
8. Minassian DC, Rosen P, Dart JKG, Reidy A, Desai P and Sidhu M. Extracapsular Cataract Extraction Compared with Small Incision Surgery by Phacoemulsification: A Randomised Trial. Br J Ophthalmol. 2001; 85: 822–9. 9. Wang Kai-Yun, Cheng Cheng-Kuo. Central retinal thickness and visual
outcomes following uncomplicated small-incision phacoemulsification cataract surgery in diabetic without retinopathy patients and nondiabetic patients. Taiwan Journal of Ophthalmology. 2014; 4: 33-39.
10. Liao Shuh-Bin, Ku Wan-Chen. Progression of diabetic retinopathy after phacoemulsification in diabetic patients: a three year analysis. Chang Gung Med J. 2003; 26 (11): 829-832.
11. Henricsson Marianne, Heijl Anders, Janzon Lars. Diabetic retinopathy before and after cataract surgery. Br J Ophthalmol. 1996; 80: 789-793.
12. Paolo Antonio S. Silva, et al. Diabetic retinopathy progression following phacoemulsification: a metaanalysis. Philipp J Ophthalmol. 2005; 30(2): 62-66.
13. Squirrell D et al. A prospective, case controlled study of the natural history of diabetic retinopathy and maculopathy after uncomplicated phacoemulsification cataract surgery in patients with type 2 diabetes. Br J Ophthalmol. 2002; 86: 565-571.
14. Flesner Per et al. Cataract surgery on diabetic patients: A prospective evaluation of risk factors and complications. Acta Opthalmol. Scand. 2002; 80: 19-24.
15. Jesus L. Borillo et al. Retinopathy progression and visual outcomes after phacoemulsification in patients with diabetes mellitus. Tr. Am. Ophth. Soc. 1999; 97: 435-445.
16. Liu Y, Luo L, He M, Liu X. Disorders of the blood-aqueous barrier after phacoemulsification in diabetic patients. Eye. 2004; 18: 900-904.
17. Robert A. Mittra et al. Retinopathy progression and visual outcomes after phacoemulsification in patients with diabetes mellitus. Arch Ophthalmol. 2000; 118:912-917.
18. Fong Calvin Sze-un et al. Visual outcome 12 months after phacoemulsification cataract surgery in patients with diabetes. Acta Opthalmol. 2012; 90: 173-178.
19. Zaczek A, Olivestedt G and Zetterstrom C. Visual Outcome After Phacoemulsification and IOL Implantation in Diabetic Patients. Br J Ophthalmol. 1999; 83: 1036-41.
20. Suto Chikako, Hori Sadao. Is glycemic control necessary during cataract surgery in diabetics patients? Retina Today. 2006, p.15-18.
21. Mozaffarieh Maneli, Heinzl Harald, Sacu Stefan, Wedrich Andreas. Clinical outcomes of phacoemulsification cataract surgery in diabetis patients: visual function (VF-14), visual acuity and patient satisfaction. Acta Ophthalmol. Scand. 2005; 83: 176-183.
22. AntCliff RJ, Poulson A and Flanagan DW. Phacoemulsification in Diabetics. Eye. 1996; 10: 737-41.
23. Matt Young (ed). Preventing IOP spikes after cataract surgery. 2007 [cited 2014 3 Juli]. Available from:www.eyeworld.org/article.php?sid=4122
24. Jr Leonid Skorin, Keith Jordan F. Management of elevated intraocular pressure following cataract surgery. Clinical & Refractive Optometry. 2007; 18(10): 288-291.
25. Chen Elsie, Mahroo Omar A R, Spalton David J. Complication of cataract surgery. Clinical and Experimental Optometry. 2010; 93(6): 379-389.
26. T Wagner, D Knaflic, M Rauber, U Mester. Influence of cataract surgery on the diabetic eye: a prospective study. Ger J Ophthalmol. 1996; 5(2): 79-83.