• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Persepsi terhadap Dukungan Keluarga dengan Penyesuaian Sosial di Sekolah pada Siswa Kelas X SMK Al-Falah Kota Bandung

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Hubungan Persepsi terhadap Dukungan Keluarga dengan Penyesuaian Sosial di Sekolah pada Siswa Kelas X SMK Al-Falah Kota Bandung"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Hubungan Persepsi terhadap Dukungan Keluarga dengan Penyesuaian Sosial di Sekolah pada Siswa Kelas X SMK Al-Falah Kota Bandung

1

Adinda Tri Mentari, 2Dra. Ria Dewi Eryani

1,2

Fakultas Psikologi Universitas Islam Bandung, Jalan Tamansari No. 1 Bandung

e-mail: 1adindatrimentari@gmail.com, 2riadewieryani@yahoo.com

Abstrak. Berdasarkan buku catatan siswa yang melakukan pelanggaran terbanyak yaitu pada kelas X sebanyak 26,02%. Pelanggaran yang dilakukan seperti membolos, terlambat, kabur pada saat jam pelajaran berlangsung, membuat kericuhan di kelas, tidak memperhatikan guru, melawan guru dan menyontek. Dalam mencapai penyesuaian sosial yang baik terdapat beberapa faktor yang berperan. Salah satu faktor yang terpenting adalah lingkungan keluarga, khususnya orang tua. Orang tua dalam hal ini dimaksudkan adalah ayah dan ibu yang akan membantu remaja untuk membuat keputusan-keputusan dan pesan-pesan yang mereka dapat dari lingkungan. Ketika siswa mengalami masalah di sekolah, siswa sangat membutuhkan bantuan dari orangtua dalam menghadapi dan menyelesaikan masalahnya. Bantuan dari orang tua ini dapat dikatakan sebagai bentuk dukungan yang diberikan orang tua kepada siswa. Siswa mempersepsikan dukungan yang diberikan beda dan orang tua memberikan dukungan berbeda-beda pula . Tujuan dari penelitian ini adalah ingin mengetahui seberapa erat hubungan antara persepsi terhadap dukungan keluarga dengan penyesuaian sosial di sekolah pada siswa kelas X SMK Al-Falah kota Bandung, dengan jumlah populasi sebanyak 50 siswa. Alat ukur persepsi terhadap dukungan keluarga yang digunakan adalah angket yang dikonstruksikan berdasarkan teori Sarafino, sedangkan alat ukur penyesuaian sosial di sekolah adalah berupa angket yang dikonstruksikan dari Schneiders. Pengelolahan data menggunakan uji korelasi Rank Spearman, diperoleh rs=0,460 korelasi sedang/cukup, artinya terdapat hubungan positif yang sedang/cukup antara persepsi terhadap dukungan keluarga dengan penyesuaian sosial di sekolah pada siswa kelas X SMK Al-Falah kota Bandung.

Kata Kunci: Dukungan keluarga, Penyesuaian sosial, Siswa kelas X

A. Pendahuluan

Permasalahan yang sering terjadi dimasa remaja ini adalah kenakalan remaja yang ada di sekolah, salah satunya terdapat di sekolah SMK AL-Falah kota Bandung. sekolah SMK Al-Falah bandung ini adalah Yayasan Islam Al Falah dibangun secara bertahap sejak tahun 1950. SMK Al-Falah bandung ini didirikan oleh suatu yayasan pondok pesantren Al-Falah, yang dimana pondok pesantren Al-Falah ini merupakan pondok pesantren tertua di Bandung Utara, karena dasar bangunan pendidikan tersebut berawal dari pondok pesantren maka pola pengajaranya bebasis islam. Visi dan Misi SMK AL Falah.Visinya yaitu menjadi sekolah unggulan di kota Bandung dengan menghasilkan lulusan yang taqwa, cerdas dan kompetitif. Sedangkan salah satu misinya yaitu melaksanakan pembinaan akhlaq yang bermuara pada peningkatan mutu tamatan.

Berdasarkan buku catatan dari ketiga kelas siswa yang paling banyak melakukan pelanggaran yaitu kelas X sebanyak 26,02%,. seperti bolos sekolah (dari rumah izin pergi ke sekolah tetapi tidak sampai ke sekolah melainkan ke warnet atau ke tempat

playstasion), kesiangan atau terlambat sampai 1 jam, tidak memakai atribut sekolah lengkap seperti memakai celana bukan standar yang diharuskan oleh sekolah, name tag

bukan SMK Al-Falah, lengan baju yang kecil, baju yang menganggantung di atas pinggang, merokok di sekolah saat jam istrahat ataupun disaat guru tidak masuk kelas, melawan dan tidak mengikuti perintah guru, berperilaku tidak sopan pada guru, kabur pada saat jam pelajaran, bertengkar dengan teman, mengobrol saat jam pelajaran berlangsung, tidak mengerjakan tugas yang berikan oleh guru.

(2)

Dalam mencapai penyesuaian sosial yang baik terdapat beberapa faktor yang berperan. Salah satu faktor yang terpenting yaitu lingkungan keluarga, khususnya orang tua. Orang tua dalam hal ini dimaksudkan adalah ayah dan ibu. Orang tua merupakan orang yang pertama berperan dalam mendidik anak, karena keluarga merupakan lingkungan awal tempat anak belajar dan lingkungan terdekat dalam kehidupan anak.

Dukungan keluarga yang diberikan akan mempengaruhi proses penyesuaian diri remaja. Dukungan keluarga yaitu bantuan yang diberikan dapat berupa perhatian, informasi, bantuan instrumental yang diberikan oleh anggota keluarga seperti ayah, ibu, dan saudara yang membuat remaja berperilaku positif. Dengan dukungan keluarga anak merasa bahwa dirinya disayang dan diperhatikan sehingga remaja tidak mencari perhatian lain dengan cara membuat perilaku pelanggaran pada remaja atau kenakalan pada remaja. Pemberian dukungan yang diberikan belum tentu dapat diterima baik oleh remajanya, penilaian dukungan keluarga yang diberikan cenderung bersifat subjektif dimana faktor dalam diri remaja sendiri turut berperan dalam memaknakannya. Dukungan orangtua dapat dirasakan siswa melalui interaksi yang terjalin dalam kehidupan sehari-hari. Dengan adanya dukungan dari orangtua siswa dapat merasakan bahwa dirinya memperoleh rasa nyaman, diperhatikan, diberi bantuan dari orang tuanya dan memberikan berbagai kebutuhan fisik maupun psikologis salah satunya mengajarkan cara bertingkah laku umum yang dapat diterima di lingkungan sosial khususnya sekolah. Melalui pengalaman akan membentuk system penilaian individu terhadap diri sendiri mengenai kemampuan dalam melakukan penilaian terhadap lingkungan

Ketika di telusuri lebih lanjut Beberapa siswa mengatakan bahwa orang tua jarang menanyakan keadaan siswa ketika siswa tidak masuk sekolah atau terlambat, kemudian orang tua jarang meluangkan waktu untuk kepentingan sekolah atau ketika ada pemanggilan dari pihak sekolah orang tua tidak datang, melainkan menyuruh orang lain untuk menghadiri panggilan tersebut, hal ini dikarenakan orang tua yang kedua-duanya sibuk dengan pekerjaan dan mereka menceritakan bahwa mereka jarang berdiskusi mengenai sekolah (dukungan emosional), Ada juga anak yang disuruh untuk menjaga adiknya terlebih dahulu, ketika orang tua bekerja sehingga membuat anak menjadi terlambat kesekolah. ketika pembayaran SPP orang tua menunda pembayaran sehingga anak merasa malu yang membuat anak tidak mau berangkat sekolah (dukungan instrumental). mereka menceritakan bahwa orang tua jarang memberikan persetujuan terhadap keputusan yang telah diambil, dan orang tua tidak membandingkan siswa dengan orang lain mengenai prestasi dan perilaku baik untung mengembangkan anak dalam prestasi atau perilakunya disekolah (dukungan penghargaan), orang tua mereka jarang memberikan saran untuk permasalahan yang mereka hadapi, ketika anak melakukan kesalahan orang tua hanya membiarkannya saja, dan membiarkan anak mencari solusi sendiri (dukungan informasi), mereka menceritakan bahwa mereka jarang melakukan aktivitas bersama seperti makan bersama atau menonton tv sambil berdiskusi mengenai sekolah, karena orang tuanya terkadang pulang tengah malam dan terkadang tidak pulang (network support). Hal tersebut mengindikasikan bahwa sebagian siswa memiliki persepsi yang negative terhadap dukungan orang tua yang diberikan

Pandangan, perlakuan, sikap, nilai-nilai dan dukungan yang diberikan orang tua sebagai bentuk perhatian oleh anak yang tampaknya dipersepsikan secara berbeda-beda, yaitu bagaimana anak mempersepsikan dukungan yang diberikan oleh orang tua yang akan menimbulkan penilaian yang positif atau negative pada setiap anak. Oleh karena

(3)

itu anak memiliki cara yang berbeda-beda dalam penyesuaian sosial di lingkungan sekolah

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan diatas, peneliti tertarik untuk mengambil judul “Hubungan antara persepsi terhadap dukungan keluarga dengan penyesuaian sosial di sekolah pada siswa kelas X SMK Al-Falah Kota Bandung”

B. Landasan Teori

Dukungan Sosial

Dukungan sosial merupakan kenyamanan, perhatian, penghargaan dan bantuan yang di persepsikan oleh individu yang diterimanya dari orang lain. (Cobb,1976 hal 160 dalam Sarafino, 1994). Berikut aspek-aspek dukungan sosial yaitu:

Emotional support

Dukungan emosional ini meliputi ekspresi empati, perawatan dan perhatian kepada individu. Dukungan ini memberikan perasaan nyaman, aman , tenang, saling memiliki dan dicintai pada waktu seseorang mengalami stress.

Esteem support

Dukungan dalam hal ini dapat terjadi melalui ekspresi perhatian dan penghargaan positif yang diberikan pada individu, membesarkan hati, memberikan persetujuan terhadap idea tau perasaannya dan membandingkan dengan orang lain yang mengalami banyak kekurangan atau keburukan. Jenis dukungan ini dapat membangun perasaan berharga, kompeten dan bernilai pada seseorang.

Instrumental support

Dukungan ini mencangkup perihal pemberian langsung seperti memberikan uang.

Informational support

Pemberian dukungan dengan memberikan aran, arahan, nasehat, sugesti atau umpan balik mengenai tingkah laku individu.

Network support

Merupakan dukungan yang berkaitan dengan penerimaan sosial dan hubungan personal yang akrab. Dukungan ini dapat dilakukan dengan memberikan perasaan menjadi anggota dalam suatu kelompok, dimana mereka dapat membagi minat dan aktivitas sosial bersama-sama.

Penyesuaian sosial

Menurut Schneiders (1964) Social adjustment didefinisikan sebagai kapasitas untuk bereaksi secara efektif terhadap kenyataan yang ada di lingkungannya sehingga ia mampu untuk memenuhi tuntutan sosial dengan cara yang dapat diterima dan memuaskan bagi dirinya maupun lingkungannya.Adapun aspek-aspeknya yaitu:

1. Menghargai dan mau menerima otoritas sekolah yaitu mau menerima otoritassekolah dan peraturan yang berlaku dalam hal ini adalah peraturan sekolah, kepala sekolah dan guru tanpa rasa marah dan rasa enggan.

2. Tertarik dan mau berpartisipai dalam fungsi dan aktivitas sekolah yaitu mau melibatkan diri pada kegiatan-kegiatan yang diadakan di lingkungan sekolah, serta adanya keinginan untuk melibatkan diri dalam aktivitas tersebut.

3. Membina relasi yang baik dengan sekolah, guru dan unsure-unsur sekolah yaitu memiliki ralasi sosial yang sehat dan bersahabat dengan teman sekelas, guru, dan penasehat sekolah tanpa diwarnai perasaan kurang baik seperti kebencian, iri dan penolakan.

(4)

4. Mau menerima tanggung jawab dan batasan-batasan yang diberikan di sekolah yaitu mampu bersikap dan bertingkah laku sesuai dengan batasan-batasan yang diberikan sekolah dan mampu menjaga nama baik sekolah

5. Membantu sekolah dalam mewujudkan tujuan yaitu bersedia untuk meembantu sekolah dalam mewujudkan tujuan dari sekolahnya berdasarkan misi sekolah tersebut

C. Hasil Penelitian

Penelitian ini dlakukan pada siswa kelas X SMK Al-Falah kota Bandung yang berjumlah 50 siswa dengan criteria usia 15-17 tahun, tinggal bersama orang tua dan melakukan pelanggaran berulang-ulang yang di peroleh dari buku catatan pelanggaran siswa. Alat pengumpulan data variabel persepsi terhadap dukungan keluarga terdiri dari 50 item yang mengacu pada teori sarafino (1994) dengan reliabilitas sebesar 0,927. Alat pengumpulan data variabel penyesuaian sosial di sekolah terdiri dari 38 item yang mengacu pada teori Schneider, (1964) dengan reliabilitas sebesar 0. 902. Analisis data dilakukan dengan dengan menggunakan korelasi Rank Spearman dengan bantuan program SPSS 20.

Dapat diketahui bahwa koefisien korelasi (r) antara persepsi dukungan keluarga dengan penyesuaian sosial di sekolah adalah 0,460 dengan nilai signifikansi 0,001, besaran korelasi menurut kriteria Guilford cukup/sedang dan signifikan. Angka korelasi tersebut menjelaskan bahwa terdapat hubungan positif antara persepsi terhadap dukungan keluarga dengan penyesuaian sosial di sekolah. Artinya semakin negative persepsi terhadap dukungan keluarga maka semakin buruk penyesuaian sosial di sekolah, begitupun sebaliknya.

Dukungan sosial mengacu pada persepsi tentang kenyamanan, perhatian, penghargaan, dan bantuan yang diperoleh individu dari orang lain atau kelompok (Cobb.1976,Gentry& Kobasa1984; Wallston, Alagna, DeVellis & DeVellis, 1983, Wills, 1984 dalam Sarafino 1994hal 103). Setiap siswa mendapatkan dukungan keluara yang berbeda-beda dan mempersepsikannya pun berbeda pula. Dukungan orangtua dapat dirasakan siswa melalui interaksi yang terjalin dalam kehidupan sehari-hari. Persepsi terhadap dukungan keluarga dibagi menjadi dua tingkatan kategori yaitu negative dan positif. Persepsi negative terhadap dukungan keluarga menunjukkan bahwa para siswa menghayati bahwa orang tua tidak memperhatikan mereka mengenai hal-hal yang ada disekolah, kurang memenuhi kebutuhan untuk menunjang pendidikan, tidak memberikan pilihan solusi ketika siswa mendapatkan masalah, dan tidak memberikan penghargaan yang positif kepada siswa, orang tua lebih banyak menyerahkan anaknya sepenuhnya kepada sekolah sehingga orang tua tidak ikut serta mengontrol perkembangan anak di sekolah. Pada saat siswa mempersepsikan dukungan keluarga yang negative yaitu tidak membuat mereka merasa nyaman, aman, tenang, saling memiliki dan dicintai, dihargai dan bernilai maka mereka akan merasakan bahwa mereka tidak diperhatikan, tidak disayangi, tidak dibutuhkan dan menimbulkan permasalahan yang membuat siswa menjadi stress karena tidak adanya tempat untuk berbagi cerita, dan memberikan masukan terhadap masalah mereka, sehingga hal tersebut berpengaruh kepada penyesuaian sosial di sekolahnya, dimana mereka berperilaku melanggar aturan yang ada di sekolah seperti membolos, terlambat kesekolah, kabur di saat jam pelajaran berlangsung, melawan guru, berprilaku tidak sopan dengan guru dan lain sebagainya, sehingga apabila tidak terjadi pemuasan dalam

(5)

kebutuhan akan kasih sayang, dimiliki, penerimaan rasa aman akan kontribusi bagi penyesuaian sosial yang buruk. Adapun faktor yang membuat siswa sebagai penerima dukungan keluarga mempersepsikan negative yaitu senang atau tidak senangnya siswa menerima masukan, mampu atau tidak mampu membiarkan orangtua tahu apa yang diperlukan, assertiveness untuk meminta tolong dan nyaman atau tidak nyaman dalam menceritakan masalah kepada orangtua, sedangkan yang menjadi faktor sebagai pemberi dukungan misalnya ada atau tidaknya sumber yang dibutuhkan dan peka atau tidaknya orang tua dengan kebutuhan yang diinginkan anak

Sedangkan persepsi terhadap dukungan keluarga yang positif yaitu bahwa siswa menghayati bahwa orang tua selalu memperhatikan mereka, dengan menanyakan kondisi anak, menanyakan kegiatan anak setelah pulang sekolah, menanyakan kesulitan atau masalah yang dihadapi siswa, orang tua mereka selalu memenuhi kebutuhan-kebutuhan siswa seperti uang saku, SPP, peralatan sekolah dan keperluan untuk menunjang pendidikan, selain itu orang tua juga selalu memberi nasehat, saran dan arahan untuk masalah yang dihadapi anak dan bagaimana berprilaku baik, dan orang tua ikut serta dengan selalu berinteraksi dengan pihak sekolah mengenai perkembangan anaknya. Kebutuhan terjadi memfasilitasi penyesuaian sosial yang memuaskan.

Berdasarkan lima aspek Dukungan keluarga yang diperoleh, didapatkan hasil koefisien korelasi yang tertinggi yaitu pada persepsi terhadap aspek informational support sebesar 0,483 artinya hubungan korelasi yang cukup/sedang. Dukungan ini mencangkup pemberian saran, arahan, dan nasehat kepada individu. Kebanyakan siswa kelas X SMK Al-Falah kota Bandung mempersepsikan bahwa orang tua mereka orang tua jarang memberikan saran untuk permasalahan yang mereka hadapi, ketika anak melakukan kesalahan orang tua hanya membiarkan dan membiarkan anak mencari solusi sendiri sehingga anak merasa tidak nyaman dan mengalami stress ketika menghadapi permasalahan di sekolah.

Berdasarkan kelima aspek dukungan keluarga yang diperoleh, didapatkan hasil koefisien korelasi yang terendah dari lima aspek yaitu pada aspek instrumental support

sebesar 0,348 artinya hubungan korelasi positif yang rendah. Dukungan ini mencangkup perihal pemberian langsung seperti memberikan uang. Kebanyakan siswa kelas X SMK Al-Falah kota Bandung menganggap bahwa sebagian besar dari mereka menganggap bahwa orang tua terkadang tidak memberikan uang saku, orang tua kurang memperhatikan pakaian yang dipakai sehingga pakaian anak yang sudah robek masih dipakai oleh siswa, ketika anak memerlukan keperluan sekolah yang penting terkadang orang tua menunda kebutuhannya belum membayar SPP anak merasa malu kepada guru dan teman-teman,beberapa anak memakai name tag bajunya yang berbeda bukan name tag SMK Al-Falah kota Bandung.

D. Kesimpulan

Berdasarkan nilai korelasi yang didapat yaitu sebesar 0, 460 dapat di simpulkan bahwa terdapat hubungan antara persepsi terhadap dukungan keluarga dengan penyesuaian sosial di sekolah pada siswa kelas X SMK Al-Falah kota Bandung. Artinya semakin positif persepsi siswa terhadap dukungan keluarga maka semakin baik penyesuaian sosial di sekolah, begitu sebaliknya semakin negative persepsi siswa terhadap dukungan keluarga maka semakin buruk penyesuaian sosial di sekolah pada siswa

(6)

sekolah membuat kegiatan atau mengadakan sosialisasi secara rutin untuk memberikan informasi-informasi tentang perkembangan remaja, penyesuaian sosial di sekolah baik dan mendatangkan narasumber atau psikolog remaja dalam menangani permasalahan anak baik dengan teman, lingkungan rumah atau sekolah sehingga anak lebih banyak mendapatkan masukan, arahan dan saran. Dan pihak sekolah memberikan sanksi yang lebih tegas dan konsisten agar dapat menimbulkan efek jera pada siswa dan mengurangi perilaku pelanggaran di sekolah

DAFTAR PUSTAKA

Musbikin, Imam (2013). Mengatasi Kenakalan Siswa Remaja (Solusi Mencegah Tawuran Pelajar, Siswa Bolos Hingga Minum-minuman Keras dan Penyalahgunaan Narkoba). Pekan Baru Riau : Zanafa Publishing.

Sarwono, Wirawan Sarlito (2006). Psikologi Remaja. Jakarta : PT.RajaGrafindo Persada.

Hurlock, Elizabeth B. 1990. Psikologi Perkembangan, Jilid 2 edisi ke enam. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Noor, Hasanuddin. (2010). Psikometri, Cetakan Kedua. Bandung: Jauhar mandiri. Suharsimi, Arikunto. (2005). Manajemen Penelitian. Jakarta: PT.Rineka Cipta Sugiyono. (2007). Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2012). MetodePenelitianKuantitatif, Kualitatifdan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono.(2009). Statistik untuk penelitian.Cetakan kesepuluh.Bandung : CV ALFABETA

Alexander Schneider,.(1964). Personal Adjustment and Mental Health. New York : Holt Rinehart and Winston

Maria Novita Salam, Suharsono, Thomas. Hubungan Dukungan Keluarga dengan Konsep Diri Remaja Kelas VIII di SMP N 3 Depok Sleman Yogyakarta.

Setjaningsih Eko (2006). Hubungan Antara Penyesuaian Sosial dan Kemampuan Menyelesaikan Masalah dengan Kecenderungan Perilaku Delinkuen Pada Remaja.Jurnal Pikologi. Vol,3 No 1.

Sulisworo Kusdiyati,& Lilim Halimah (2011).Penyesuiaian Diri Di Lingkungan Sekolah Pada Siswa Kelas XI SMA Pasundan 2 Bandung.Vol. VIII No.2.

Sari Fardiana (2007). Hubungan Antara Pola Relasi Orang tua Remaja dengan Penyesuaian Sosial di Sekolah Pada Siswa Kelas II yang Bermasalah di SMPN 40 Bandung

Referensi

Dokumen terkait

Metode ini dibuat sedemikian rupa dengan memberikan bobot tertentu pada setiap hal (item) yang terkait dengan derajat kepentingan dari item tersebut. Misalnya, yang

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa (1) Prestasi belajar aspek kognitif pada siswa yang diajar menggunaan metode TAI didukung kegiatan

Perbandingan hasil penelitian dengan menggunakan benih didapatkan bahwa pertumbuhan tanaman kangkung yang dimulai dari benih memiliki tinggi tanaman tertinggi dibandingkan dengan

Sepanjang lebih 50 minit yang lalu, saya telah cuba untuk membawa perhatian dan pemikiran kita untuk menekuni peri mustahaknya migrasi berterusan Universiti ini dengan

Kepribadian Konselor Dengan Keberhasilan Layanan Informasi Pada siswa. Kelas XI di UPT SMA Negeri 1 Kalianget Tahun Ajaran

Bab ini diuraikan dan dijelaskan mengenai analisa data yang dilakukan meliputi: mengidentifikasi pengklasifikasian aktivitas dalam laporan arus kas yang sudah di buat oleh

Penerapan Self assessment system yang diproxikan dengan Wajib Pajak Badan Terdaftar dan SPT Masa PPh yang dilaporkan berpengaruh signifikan terhadap penerimaan Pajak Penghasilan

Hasil penelitian ini adalah, dalam kegiatan dakwah melalui pengelolaan zakat Umar bin Khattab menjalankannya lewat lembaga baitul maal, baitul maal merupakan sarana dakwah