(COMMONWEALTH AVENUE - DAWSON ROAD
),
SINGAPURA
Oleh :
CHINTA RAMUNIA GONARSYAH A34202040
PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
R I N G K A S A N
CHINTA RAMUNIA GONARSYAH. Proses Perancangan West Garden,
Alexandra Park Connector Extension (Commonwealth Avenue. - Dawson Road), (dibawah bimbingan SITI NURISJAH)
Tekanan penduduk yang semakin meningkat dan pengembangan kota yang lebih didominasi kepentinga n ekonomi daripada pertimbangan ekologis dan sosial budaya menyebabkan kota-kota besar di Indonesia berkembang menjadi tanpa bentuk tata ruang yang jelas, tidak nyaman dan tidak bersahabat. Sebagaimana dikemukakan oleh Sir Ebenezer Howard lebih dari seratus tahun yang lalu, salah satu solusi untuk mengatasi perkembangan kota yang tidak terkendali adalah pengembangan konsep kota taman (garden city).
Singapura, selain dikenal sebagai kota pusat perdagangan, belakangan ini dikenal pula sebagai kota taman tropis terbaik di dunia. Hal ini disebabkan oleh keberhasilan pemerintah kota melalui National Parks Board (NParks) dan Urban Redevelopment Authority (URA) membuat Rencana Induk Taman dan Badan Air (The Parks and Waterbodies Plan), dengan mengandalkan pada dua jenis tanaman, yakni pohon dan rumput, yang ditanam secara menyatu membentuk ruang terbuka publik yang nyaris tak terputus.
Tujuan umum yang ingin dicapai dalam kegiatan magang ini adalah untuk mempelajari, memperluas wawasan dan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan keprofesian dibidang arsitektur lanskap dengan fokus pada proyek
West Garden, Alexandra Park Connector (Commonwealth Ave.-Dawson Road), disingkat West Garden, yang merupakan bagian dari Park Connector Network
(PCN), Singapura. Tujuan spesifiknya adalah untuk mempelajari sistem dan proses bekerja Design Branch, mempelajari teknik perancangan proyek West Garden, dan mempelajari berbagai masalah dan kendala di lapangan, serta berbagai alternatif praktis untuk mengatasinya.
Kegiatan magang ini dilaksanakan di NParks Head Quarter yang berlokasi di dalam Singapore Botanical Garden (SBG), 1 Cluny Road, Singapore 259569. Metode magang yang digunakan adalah partisipasi aktif dalam kegiatan perancangan yang berlangsung di studio Design Branch dan di lapangan, yakni di
West Garden, wawancara dengan arsitek lanskap dan pengguna tapak, dan studi pustaka.
Design Branch adalah konsultan arsitektur lanskap internal NParks, suatu lembaga pemerintah yang bertugas untuk mengembangkan, mengelola dan mendukung ketersediaan taman sebagai sumberdaya yang sangat berharga bagi berbagai kegiatan seperti rekreasi, konservasi, penelitian dan pendidikan, serta meningkatkan citra (image) Singapura sebagai kota taman. Design Branch
dipimpin oleh seorang asisten direktur yang membawahi dua orang arsitek lanskap senior, empat orang arsitek lanskap, dua orang disainer lanskap dan satu orang asisten disainer lanskap, dan dibantu oleh seorang kepala grafis & seni (graphics & arts), seorang artis (artist) dan seorang pengedraf (draftsman).
terperinci dengan banyak melakukan cek dan ricek untuk memperkecil terjadinya kesalahan agar kepuasan stakeholders relatif dapat terpenuhi. NParks sebagai lembaga pemerintah lebih memfokuskan kepada pengembangan taman yang mencari keuntungan sosial (memuaskan stakeholders) daripada mencari keuntungan finansial.
Rancangan strategis West Garden bertumpu pada pemanfaatan perbedaan spasial, perubahan level permukaan, penggabungan bentuk linier dan organik, prinsip fungsi maksimum, dan dampak visual, yang diharapkan (1) dapat menciptakan gaya hidup baru dan sebagai garis baru kehidupan, (2) dapat menghubungkan taman-taman di kota, dan (3) menjadikan park connector fokus baru di lingkungan sekitar. Konsep dasarnya adalah taman untuk semua, taman untuk segala umur (kanak-kanak, remaja, orang dewasa, dan orang tua), taman multi- tema (bersantai, rekreasi, kesehatan dan interaksi sosial) dan multi-profesi (permukiman, pendidikan, bisnis dan kesehatan), mengingat letak park connector
ini membelah areal permukiman. Dengan demikian ruang taman diharapkan dapat membawa ketenangan pribadi dan memuaskan kebutuhan berbagai pengguna, serta mempererat ikatan komunal.
Beberapa masalah dan kendala yang dihadapi dalam pengerjaan proyek
Selain sebagai kota pusat perdagangan, Singapura dikenal pula sebagai kota taman (garden city). Kunci Kota Taman Singapura adalah keberhasilan menciptakan ruang teduh yang tak terputus (connector parks) dalam kota. Untuk mewujudkan Singapura sebagai sebuah kota taman, pemerintah kota melalui
National Parks Board (NParks) dan Urban Redevelopment Authority (URA) membuat Rencana Induk Ruang Terbuka Hijau (RTH), secara menyatu membentuk RTH kota yang nyaris tak terputus.
Park Connector Network (PCN) merupakan taman penghubung seluruh taman kota yang ada di Pulau Singapura. PCN adalah suatu jejaring seluas pulau dari ruang terbuka linier yang akan membentuk putaran mengelilingi daerah perumahan utama yang dapat membawa orang lebih dekat dengan taman dan alam serta meningkatkan peluang atau kesempatan rekreasi bagi masyarakat luas, seperti jogging, bermain sepatu roda, dan bersepeda.
Tujuan umum yang ingin dicapai dalam kegiatan magang ini adalah untuk mempelajari, memperluas wawasan dan meningkatkan pengetahuan keterampilan keprofesian dibidang arsitektur lanskap dengan fokus pada proyek West Garden, Alexandra Park Connector (Commonwealth Ave.-Dawson Road, yang merupakan bagian dari PCN Singapura. Dengan tujuan spesifiknya adalah, mempelajari sistem dan proses bekerja Design Branch, mempelajari teknik perancangan kerja/proyek West Garden, Alexandra Park Connector di Kota Taman Singapura dan mempelajari berbagai masalah dan kendala di lapangan, baik yang umum maupun yang khusus, serta berbagai alternatif praktis untuk mengatasinya.
Metode magang yang digunakan untuk kegiatan perancangan West Garden, Alexandra Park Connector Extension, yang terletak di antara
Commonwealth Ave. dan Dawson Road ini berupa, partisipasi aktif dalam kegiatan ya ng berlangsung di studio dan di lapangan, wawancara dengan arsitek lanskap dan pengguna tapak dan studi pustaka.
NParks Head Quarter, berlokasi di dalam Singapore Botanical Garden
(SBG), 1 Cluny Road, Singapore 259569. NParks merupakan lembaga pemerintah yang bertugas untuk mengembangkan, mengelola, dan mendukung ketersediaan taman-taman di Singapura sebagai sumberdaya yang berharga untuk kegiatan rekreasi, konservasi, penelitian dan pendidikan, dan meningkatkan image
Singapura sebagai Kota Taman.
Tender Drawings Management. Tahapan ini dibuat secara terperinci dengan banyak melakukan cek dan ricek untuk memperkecil terjadinya kesalahan agar kepuasan stakeholders relatif dapat terpenuhi. NParks sebaga i lembaga pemerintah lebih memfokuskan kepada pengembangan taman yang mencari keuntungan sosial (memuaskan stakeholders) daripada mencari keuntungan finansial.
Kegiatan praktek dilakukan pada proyek West Garden, Alexandra Park Connector Extension selanjut nya disingkat sebagai West Garden dengan kegiatan utama adalah proses Detail Development. Lokasi West Garden ini berbatasan dengan Commonwealth Ave. di sebelah timur, Dawson Road di sebelah barat, di sebelah utara berbatasan dengan Queenstown Primary School, Margaret Road dan di sebelah selatannya dengan Strathmore Ave. West Garden adalah bagian dari
Alexandra Park Connector (APC) Extension, total panjang dan lebar dari West Garden ini adalah kurang lebih 0.62 km dan 23-27 m. APC Extension ini terletak di atas lempengan beton (concrete slab) milik Public Utilities Board (PUB), yang menutupi kanal.
Rancangan strategis penghubung taman ini memiliki pemikiran dasar yakni perbedaan spasial, perubahan level permukaan, penggabungan bentuk linier dan organik dan prinsip fungsi maksimum dan dampak visual, yang diharapkan (1) dapat menciptakan gaya hidup baru dan sebagai garis baru kehidupan, (2) menghubungkan taman-taman di kota dan (3) menjadikan park connector fokus baru di lingkungan ketetanggaan.
Karena letak park connector ini di areal permukiman, maka konsep yang dikembangkan adalah taman untuk semua, taman untuk segala umur (kanak-kanak, remaja, dewasa dan orang tua), taman multi- guna (bersantai, rekreasi, kesehatan dan interaksi sosial) dan multi-profesi (permukiman, pendidikan, bisnis dan kesehatan), diharapkan ruang taman dapat memenuhi ketenangan, memenuhi kebutuhan, berbagai pengguna dan mempererat ikatan komunitas. Pengembangan konsep ini diwujudkan dengan rencana pembagian ruang.
Pada pengembangan tahap penggambaran secara rinci (Detail Development) hingga Tender Drawings Management gambar yang ada terdiri dari, gambar Layout Plan yaitu gambar denah yang terbagi menjadi 10 gambar, potongan dan tampak, selain itu juga terdapat gambar Planting Island dan
Lighting Plan, gambar Detail Construction, dan gambar Planting Plan.
Dalam pengerjaan proyek West Garden terdapat beberapa masalah/kendala yang terjadi seperti terlambatnya waktu pelaksanaan pengerjaan proyek. Keterlambatan terjadi karena sistem pengarsipan data yang kurang baik. Untuk mengatasi masalah tersebut maka sejak Februari 2006 Design Branch
PROSES PERANCANGAN WEST GARDEN,
ALEXANDRA PARK CONNECTOR EXTENSION
(COMMONWEALTH AVENUE - DAWSON ROAD),
SINGAPURA
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian
Institut Pertanian Bogor
Oleh :
CHINTA RAMUNIA GONARSYAH A34202040
PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Judul : Proses Perancangan West Garden, Alexandra
Park Connector Extension, (Commonwealth Avenue.-Dawson Road) Singapura
Nama : Chinta Ramunia Gonarsyah
NRP : A34202040
Menyetujui,
Dosen pembimbing
Dr Ir Siti Nurisjah, MSLA NIP 130 516 290
Mengetahui,
Dekan Fakultas Pertanian
Prof Dr Ir H Supiandi Sabiham, MAgr NIP 130 422 698
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur dipanjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah
memberi kekuatan dan hidayah-Nya sehingga pelaksanaan dan penyusunan skripsi
dengan judul: Proses Perancangan West Garden, Alexandra Park Connector Extension, (Commonwealth Avenue.-Dawson Road) Singapura dapat terselesaikan dengan baik.
Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Pelaksanaan
dan penulisan skripsi ini dilakukan melalui kegiatan magang di National Parks Board, Singapore yang berlangsung pada bulan Februari 2006 hingga Juni 2006.
Selanjutnya dalam penulisan skripsi ini penulis mengucapkan terimakasih
yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang telah membantu, yaitu :
1. Daddy, Mommy, Donna, dan Deo atas semua doa, kasih sayang dan
motivasinya terhadap penulis selama ini.
2. Dr. Ir. Siti Nurisjah, MSLA., sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah
memberikan bimbingan selama penyusunan skripsi.
3. Dr. Ir. Alinda F. M. Zain, MS. dan Dr. Ir. Nurhayati H. S. A, MS., sebagai
dosen penguji yang telah banyak memberikan kritik dan saran kepada penulis.
4. Seluruh Design Branch Staff: Thomson LIM Wai hong (atas pengetahuan, bimbingan dan saran yang diberikan kepada penulis), Mr. LONG Seen Hui,
Mr. Kenneth WEE, Mrs. NG Yuin Mae, Mr. Damian TANG, Ms. Anja Kraus,
Mrs. KANG Fong Ing, Mr. Dhanenthiran Mohanadas, Mr. Philip LEE, Ms.
Vicnesvari Sengily, Mr. Voon Tin Keat dan Mr. ENG Siok Lay atas bantuan
kepada penulis selama pelaksanaan kegiatan magang.
5. Mrs. Sudha (atas bimbingan, perhatian dan kesabarannya), WEI Chun dan
Bronwyn TAN (atas persahabatannya) selama pelaksanaan kegiatan magang.
6. Ibu Marawati, Om Majid, Ayu, Bang Jamil, Nana dan Nyok (atas bantuan dan
pertemanannya) serta Mas Pontjo dan Mas Iway (atas bimbingan dan
pertemanannya) selama penulis di Singapura.
penyelesaian skripsi.
9. Uti dan Eta atas persahabatannya yang tidak akan terlupakan.
10. Lanskap 39 untuk kebersamaannya selama ini (Asma, Julina, Sabar, Fey,
Erlin, Mas Didik, Fathma, Zaenal, Daris, Arie, Liza, Tami, Mbak Tiwi, Meta,
Willy, Yudi, Arif, Mega dwina, Yana, Mega, Ossy, Deka, Cucur, Piko,
Kickey, Eno, Nenno, Ratih, Tanti, Ipunk).
11. Seluruh pihak yang telah memberikan bantuan kepada penulis hingga
terselesaikannya skripsi ini.
Penulis berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembacanya.
Bogor, Januari 2007
D A F T A R I S I
Halaman
DAFTAR TABEL... iv
DAFTAR GAMBAR ... v
PENDAHULUAN ... 1
Latar Belakang ... 1
Tujuan Magang ... 2
Kegunaan Magang ... 2
TINJAUAN PUSTAKA ... 3
Lanskap Kota Taman ... 3
Lanskap Kota... 3
Kota Taman ... 3
Taman Kota ... 6
Lanskap linier dan Koridor ... 8
Tanaman Lanskap Kota... 9
Perancangan Lanskap ... 10
Manajemen Kerja ... 19
METODOLOGI ... 21
Lokasi Magang... 21
Waktu Magang ... 21
Metode Magang ... 22
KONDISI UMUM ... 23
Singapura... 23
Geografis dan Administratif ... 23
Fisik dan Wilayah... 24
Iklim ... 24
Hidrologis ... 25
Aktifitas Seismik ... 25
Ekonomi ... 25
Transportasi ... 26
Demografi... 27
Sejarah Lembaga ... 29
Struktur Organisasi... 31
Design Branch ... 34
Park Connector Network... 39
Alexandra Park Connector Extension... 39
HASIL DAN PEMBAHASAN ... 41
Sistem Kerja Design Branch ... 41
Kegiatan: Proses Pengembangan Disain ... 51
Design Research and Site Analysis ... 53
Posisi Tapak ... 53
Tata Guna Lahan dan Pengguna Tapak... 55
Sirkulasi Tapak... 57
Bayangan ... 58
Vegetasi ... 58
Topografi dan Drainase ... 59
Analisis Visual ... 61
Faktor-faktor Teknis... 62
Rancangan Strategis (Strategic Design)... 64
Rencana Vista (Vista Plan) ... 64
Rencana Sirkulasi(Circulation Plan) ... 65
Rencana Topografi (Topography Plan) ... 66
RencanaFasilitas(Facilities Plan) ... 67
Rencana Penanaman (Planting Plan)... 68
Pengembangan Konsep(Concept Development) ... 69
Master Plan ... 70
Queenstown Entrance plaza – Plan ... 70
Skate Park and Adventure Park – Plan ... 72
Lawn Field, Playground 2 and HDB Entrance Plaza – Plan .. 73
Dawson Crossing Plaza – Plan... 75
Pengembangan Rinci(Detail Development) ... 78
Detail development Progress – Layout Plan... 78
iii
Detail Development Progress - Detail Construction ... 83
Typical Kerbing Details ... 84
Typical Retaining Wall ... 84
Typical Planter Seat Details ... 85
Typical Steps Details ... 86
Typical Paths Finishes Details... 86
Typical Concrete Bench Type A and C ... 87
Circular Planter Seat Details... 88
Feature Concrete Bench Details ... 88
Timber Strips Bench Details ... 88
Entrance Court (Bicycle Stand Details)... 89
Fitness Equipment Layout Details & Play Equipment Layout Details ... 89
Sound Flower Details & Sound Tube Details ... 90
Shelter 01 dan Shelter 02 ... 90
Amphitheater details ... 92
Circular Planter Box Details ... 93
Typical Surface Drainage ... 93
Detail Development Progress - Planting Plan... 93
Trees, Pines and Palm Planting Layout Plan ... 95
Shrubs, Groundcovers, Ferns, Climbers and Turf Planting Layout Plan ... 103
Tender Drawings Management ... 111
Masalah dan kendala pada proyek West Garden APC Extension ... 113
Jadwal Kerja Alexandra Park Connector Extension ... 113
Teknis Kerja Proyek West Garden ... 115
KESIMPULAN DAN SARAN ... 117
Kesimpulan... 117
Saran ... 118
DAFTAR PUSTAKA ... 119
D A F T A R T A B E L
Teks
Nomor
1. Perbandingan Proses Perancangan/Disain ... 18
2. Jadwal Kegiatan Magang ... 22
3. Sejarah Pembentukan National Parks... 30 4. Alokasi Kegiatan & Penanggungjawab Pelaksana Perancangan Taman . 37
D A F T A R G A M B A R
Teks
Nomor
1. Konsep Kota taman Abad ke-21 Hasil Pelapisan dari Konsep Kota
Taman Ebenezer Howard ... 5
2. ”Urban Park System” ... 8
3. Proses Perencanaan dan Perancangan dalam Arsitektur Lanskap menurut Simond (1983) ... 13
4. Lokasi Magang, National Parks Board HQ... 21
5. Peta Kota Singapura ... 23
6. Bagan Organisasi National Parks Board ... 33
7. Struktur Organisasi Design Branch, Divisi Pengembangan Taman ... 34
8. Peta Park Connector Network, Singapura... 40
9. Alur kerja Design Workflow Planning ... 42
10.Alur kerja Design Research and Site Analysis... 43
11.Alur kerja Strategic Design ... 45
12.Alur kerja Concept Development ... 47
13.Alur kerja Detail Development ... 49
14.Alur kerja Tender Drawings Management... 51
15.Tahapan Kerja Design Branch ... 52
16.Lokasi Proyek Alexandra Park Connector Extension... 53
17.View area barat West Garden, Alexandra Park Connector Extension . 54
18.View area timur West Garden, Alexandra Park Connector Extension ... 55
19.Tata Guna Lahan Sekitar Tapak ... 56
20.Sirkulasi Tapak... 57
21.Analisis Bayangan pada Tapak ... 58
22.Vegetasi Existing ... 59
23.Topografi dan Drainase ... 60
24.Analisis Visual ... 61
26.Vista Plan ... 65
27.Circulation Plan ... 66
28.Topography Plan... 67
29.Facilities Plan ... 68
30.Planting Plan... 69
31.West Garden Master Plan ... 70
32.Queenstown Entrance Plaza – Plan... 71
33.Queenstown Entrance Plaza - Section ... 71
34.Queenstown Entrance Plaza – Artist Impression... 72
35.Skate Park and Adventure Park – Plan... 72
36.Skate Park– Section... 73
37.Adventure park-Artist Impression ... 73
38.Lawn Field, Playground 2 and HDB Entrance Plaza – Plan ... 74
39.Lawn Field and Mini Amphitheater-Section ... 74
40.HDB Block Entrance Plaza – Section View ... 75
41.Dawson Crossing Plaza – Plan... 76
42.Dawson-Queenstown Entrance Plaza – Section ... 76
43.Dawson Crossing Plaza – Sectional View ... 77
44.Dawson-Queenstown Entrance Plaza – Elevation... 77
45.Kotak beton, sambungan pipa saluran air baru ... 115
Lampiran 1. (NP/2006/2743/LA/T/P001) Drawing List ... 121
2. (NP/2006/2743/LA/T/P002) Landscape Master Plan – West Garden... 122
3. (NP/2006/2743/LA/T/P004) West Garden – Layout Plan & Longitute Section01 ... 123
5. (NP/2006/2743/LA/T/P006) West Garden – Layout Plan &
Longitute Section03 ... 125
6. (NP/2006/2743/LA/T/P007) West Garden – Layout Plan & Longitute Section04 ... 126
7. (NP/2006/2743/LA/T/P008) West Garden – Layout Plan & Longitute Section05 ... 127
8. (NP/2006/2743/LA/T/P009) West Garden – Layout Plan & Longitute Section06 ... 128
9. (NP/2006/2743/LA/T/P010) West Garden – Layout Plan & Longitute Section07 ... 129
10.(NP/2006/2743/LA/T/P011) West Garden – Layout Plan & Longitute Section08 ... 130
11.(NP/2006/2743/LA/T/P012) West Garden – Layout Plan & Longitute Section09 ... 131
12.(NP/2006/2743/LA/T/P013) West Garden – Layout Plan & Longitute Section10 ... 132
13.(NP/2006/2743/LA/T/P024) Planting Island Layout Plan ... 133
14.(NP/2006/2743/LA/T/P025) Lighting Layout Plan – West Garden .... 134
15.(NP/2006/2743/LA/T/D001) West Garden - Section 01... 135
16.(NP/2006/2743/LA/T/D002) West Garden - Section 02... 136
17.(NP/2006/2743/LA/T/D003) West Garden - Section 03... 137
18.(NP/2006/2743/LA/T/D004) West Garden - Section 04... 138
19.(NP/2006/2743/LA/T/D005) West Garden – Elevation03 - 04 ... 139
20.(NP/2006/2743/LA/T/D006) West Garden - Section 05... 140
21.(NP/2006/2743/LA/T/D007) West Garden - Section 06... 141
22.(NP/2006/2743/LA/T/D008) West Garden - Section 07... 142
23.(NP/2006/2743/LA/T/D009) West Garden - Section 08... 143
24.(NP/2006/2743/LA/T/D010) West Garden - Section 09... 144
25.(NP/2006/2743/LA/T/D011) West Garden - Section & Elevation 10 . 145
26.(NP/2006/2743/LA/T/F001) Typical Kerbing Details ... 146
27.(NP/2006/2743/LA/T/F002) Typical Retaining Wall Details ... 147
29.(NP/2006/2743/LA/T/F004) Typical Step Details ... 149
30.(NP/2006/2743/LA/T/F005) Typical Paths Finishing Details ... 150
31.(NP/2006/2743/LA/T/F006) Typical Concrete Bench Details ... 151
32.(NP/2006/2743/LA/T/F007) Circular Bench Details (Skate Park) ... 152
33.(NP/2006/2743/LA/T/F008) Feature Conc. Bench Details ... 153
34.(NP/2006/2743/LA/T/F009) Timber Strips Bench Details ... 154
35.(NP/2006/2743/LA/T/F010) Entrance Court - Bicycle Stand Details. 155
36.(NP/2006/2743/LA/T/F011) Fitness Equipment Layout Details ... 156
37.(NP/2006/2743/LA/T/F012) Play Equipment Layout Details ... 157
38.(NP/2006/2743/LA/T/F013) Sound Flower Details (Playground 02) . 158
39.(NP/2006/2743/LA/T/F014) Sound Tube Details (Playground 02) .... 159
40.(NP/2006/2743/LA/T/F021) Shelter 01 - Details 01 (Adventure Parks) ... 160
41.(NP/2006/2743/LA/T/F022) Shelter 01 - Details 02 (Adventure Parks) ... 161
42.(NP/2006/2743/LA/T/F023) Shelter 02 - Details 01 (Dawson Road Entrance Court)... 162
43.(NP/2006/2743/LA/T/F0241) Shelter 02 - Details 02 (Dawson Road Entrance Court) ... 163
44.(NP/2006/2743/LA/T/F025) Shelter 02 - Details 03 (Dawson Road Entrance Court)... 164
45.(NP/2006/2743/LA/T/F028) Amphitheater Details (Performance Corner ... 165
46.(NP/2006/2743/LA/T/F029) Feature Wall Details (Herb & Spice Garden) ... 166
47.(NP/2006/2743/LA/T/F030) Circular Planter Box Details (HDB Entrance Plaza) ... 167
48.(NP/2006/2743/LA/T/F034) Surface Drain Layout Plan – West Garden... 168
49.(NP/2006/2743/LA/T/F036) Typical Surface Drainage Details ... 169
51.(NP/2006/2743/LA/T/S002) West Garden – Trees Planting
Layout Plan 01 ... 171 52.(NP/2006/2743/LA/T/S003) West Garden – Trees Planting
Layout Plan 02 ... 172 53.(NP/2006/2743/LA/T/S004) West Garden – Trees Planting
Layout Plan 03 ... 173 54.(NP/2006/2743/LA/T/S005) West Garden – Trees Planting Layout
Plan 04 ... 174 55.(NP/2006/2743/LA/T/S006) West Garden – Trees Planting Layout
Plan 05 ... 175 56.(NP/2006/2743/LA/T/S007) West Garden – Trees Planting Layout
Plan 06 ... 176 57.(NP/2006/2743/LA/T/S008) West Garden – Trees Planting Layout
Plan 07 ... 177 58.(NP/2006/2743/LA/T/S009) West Garden – Trees Planting Layout
Plan 08 ... 178 59.(NP/2006/2743/LA/T/S010) West Garden – Trees Planting Layout
Plan 09 ... 179 60.(NP/2006/2743/LA/T/S011) West Garden – Trees Planting Layout
Plan 10 ... 180 61.(NP/2006/2743/LA/T/S022) West Garden – Shrubs Planting
Layout Plan 01 ... 181 62.(NP/2006/2743/LA/T/S023) West Garden – Shrubs Planting
Layout Plan 02 ... 182 63.(NP/2006/2743/LA/T/S024) West Garden – Shrubs Planting
Layout Plan 03 ... 183 64.(NP/2006/2743/LA/T/S025) West Garden – Shrubs Planting
Layout Plan 04 ... 184 65.(NP/2006/2743/LA/T/S026) West Garden – Shrubs Planting
Layout Plan 05 ... 185 66.(NP/2006/2743/LA/T/S027) West Garden – Shrubs Planting
67.(NP/2006/2743/LA/T/S028) West Garden – Shrubs Planting Layout Plan 07 ... 187 68.(NP/2006/2743/LA/T/S029) West Garden – Shrubs Planting
Layout Plan 08 ... 188 69.(NP/2006/2743/LA/T/S030) West Garden – Shrubs Planting
Layout Plan 09 ... 189 70.(NP/2006/2743/LA/T/S031) West Garden – Shrubs Planting
P E N D A H U L U A N
Latar Belakang
Relatif tingginya laju urbanisasi menyebabkan kota-kota besar di
Indonesia menjadi semakin padat penduduknya. Dengan perkembangan yang
cenderung didominasi oleh pertimbangan ekonomi daripada pertimbangan
ekologis dan sosial budaya, kota pun menjadi tidak jelas bentuk tata ruangnya,
tidak nyaman dan tidak bersahabat. Struktur bangunan masif dalam bentuk pusat
perbelanjaan, perkantoran, dan apartemen mewah berkembang pesat diselingi
dengan kompleks perumahan dan permukiman kumuh tersebar hampir di seluruh
penjuru kota. Sementara pertambahan dan pelebaran jalan tampak tidak dapat
mengimbangi pertambahan jumlah kendaraan bermotor sehingga kemacetan lalu
lintas terjadi di mana- mana. Konsekuensi logisnya, ruang terbuka kota menjadi
semakin menyusut (Santoso, 2006).
Fenomena perkembangan kota yang tidak terkendali demikian sebenarnya
telah diantisipasi oleh Sir Ebenezer Howard lebih dari seratus tahun lalu. Sebagai
solusinya, Howard (1898) ketika itu mengembangkan konsep kota taman (garden city), yang pada dasarnya merupakan kota yang dapat memberikan pengalaman hidup yang terbaik sesuai dengan bentuk, fungsi dan nilai (value) yang dimiliki masyarakatnya. Sejak itu konsep kota taman mengalami perkembangan dan
penyempurnaan, serta diadopsi banyak kota-kota besar di dunia (Simonds, 1994).
Singapura, karena letaknya yang strategis, sejak beberapa abad yang lalu,
dikenal sebagai pusat perdagangan utama di kawasan Asia Tenggara. Belakangan
ini, selain sebagai kota pusat perdagangan, Singapura dikenal pula sebagai kota
taman tropis terbaik di dunia yang bebas polusi udara dan bebas banjir (Joga,
2006). Kunci Kota Taman Singapura adalah keberhasilan menciptakan ruang
secara menyatu membentuk ruang terbuka kota yang nyaris tak terputus (Joga,
2004a).
Park Connector Network (PCN) merupakan taman penghubung seluruh taman kota yang ada di Pulau Singapura. PCN adalah suatu jejaring seluas pulau
dari ruang terbuka linier yang akan membentuk putaran mengelilingi daerah
perumahan utama yang dapat membawa orang lebih dekat dengan taman dan alam
serta meningkatkan peluang atau kesempatan rekreasi bagi semua, seperti jogging, bermain sepatu roda, dan bersepeda (NParks, 2005).
Dengan mempelajari proses perancangan West Garden, Alexandra Park Connector Extension, yang merupakan bagian dari Park Connector Network di Kota Singapura diharapkan dapat diperoleh masukan berharga bagi
pemerintah/perencana kota di Indonesia untuk menciptakan ruang teduh tak
terputus dalam kota dan mendekatkan kembali penduduk dengan taman dan alam.
Apalagi mengingat secara natural membangun kota taman di Indonesia lebih
potensial.
Tujuan Magang
Tujuan umum yang ingin dicapai dalam kegiatan magang ini adalah untuk
mempelajari, memperluas wawasan dan meningkatkan pengetahuan keterampilan
keprofesian dibidang arsitektur lanskap dengan fokus pada proyek West Garden, Alexandra Park Connector (Commonwealth Ave.-Dawson Road) Singapura. Secara spesifik, tujuan dari kegiatan magang ini adalah :
1. Mempelajari sistem dan proses bekerja Design Branch.
2. Mempelajari teknik perancangan kerja/proyek West Garden, Alexandra Park Connector di Kota Taman Singapura.
3. Mempelajari berbagai masalah dan kendala di lapangan, baik yang umum
maupun yang khusus, serta berbagai alternatif praktis untuk mengatasinya.
Kegunaan Magang
Kegiatan magang di National Parks Boards HQ (NParks), Singapura ini bermanfaat untuk mengembangkan sikap profesionalisme mahasiswa dalam
menghadapi kondisi lapangan kerja dan sebagai media pertukaran informasi, ilmu
T I N J A U A N P U S T A K A
Lanskap Kota Taman Lanskap Kota
Kawasan perkotaan menurut Undang-Undang Tata Ruang (UUTR) No. 24
Tahun 1992 Pasal 1 adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama bukan
pertanian, dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman,
pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan
kegiatan ekonomi.
Simonds (1983) mendefinisikan kota sebagai tempat permukiman yang
terbesar, dan padat dengan kegiatan ekonomi, sosial dan politik. Kota memiliki
posis i geografis yang relatif tetap dan kekuasaan pemerintahan yang spesifik.
Selain itu, kota haruslah selalu tumbuh dan organisasinya berfungsi. Kota harus
mempunyai kemampuan kerja sosial, ekonomi dan struktur politik yang
dinyatakan dalam bentuk tiga dimens i.
Kota Taman
Gagasan munculnya konsep kota taman pertama kali dikemukakan oleh
Sir Ebenezer Howard, berawal dari pertumbuhan kota yang tidak terkendali di
London pada abad ke-18, sehingga keadaan kota menjadi tidak sehat dan
kenyamanan masyarakat kota terganggu. Kota taman yang dikemukakan Sir
Ebenezer Howard pada tahun 1898 adalah kota dimana lahan akan tetap berada
dalam pemilikan tunggal daerah atau masyarakat. Penduduknya sebesar 30.000
jiwa pada wilayah seluas 1.000 acre. Rumah-rumah ditempatkan di sekitar
lapangan terpusat yang besar, dimana terletak bangunan umum. Pusat
perdagangan terletak di batas kota, sedangkan industri di pinggiran kota. Kota itu
dikelilingi oleh sebuah jalur tanah pertanian seluas 5.000 acre. Jalur pertanian
akan menjadi pelindung permanen bagi kota ini, bukan merupakan tanah
cadangan bagi perluasan kota di masa yang akan datang, dimana biasanya
dianggap sebagai satu-satunya tanah yang baik di pinggiran kota. Tanah
meningkat nilainya dengan tumbuhnya permukiman yang terus berkembang
Bentuk kota taman yang dikemukakan oleh Simonds (1994) merupakan
bentuk terbaru yang dibuat untuk pengembangan kota abad ke-21, adalah bentuk
pelapisan dari diagram kota taman oleh Sir Ebenezer Howard. Keterangan analisis
perbandingannya menurut Simonds (1994) adalah sebagai berikut (Gambar 1):
a. Pusat Kota (Center City )
Merupakan lokasi untuk pusat perdagangan, pusat pemerintahan,
pusat kebudayaan, yang meliputi kantor pemerintahan, galeri,
perpustakaan kota, rumah sakit, arena konser, teater dan museum, yang
kesemuanya dikelilingi oleh plaza taman pedestrian.
b. Dalam Kota (Inner City)
Menyediakan tenaga kerja dan pengelolaan perumahan serta jasa
penunjang bagi pusat kota yang dipisahkan oleh lingkaran distribusi
lalulintas. Batas luar dibatasi oleh jalur taman pada jalan raya, sekolah dan
tempat rekreasi.
c. Luar Kota (Outer City)
Menyediakan ruang yang cukup luas untuk pusat aktivitas kota
yang tersusun rapat dengan berbagai tipe bersama dengan lingkungan
kediaman yang saling berhubungan dan terintegrasi dengan tempat
perbelanjaan dan tempat pelayanan (jasa).
d. Area Suburban
Masih berada dalam batas kota, diperuntukkan bagi rumah yang
lebih besar, permukiman dan perkebunan, pasar- malam dan kebun buah.
e. Area Perdesaan Pinggir Kota
Didisain khusus untuk daerah pertanian yang dilindungi, hutan dan
area konservasi, area-area baru untuk pendidikan, rekreasi atau aktivitas
lainnya yang dibolehkan apabila dibutuhkan dan kompatibel.
Menurut Simonds (1994) terdapat beberapa tipe kota yang dapat
dikategorikan sebagai kota taman, yaitu :
1. Kota Ekspresif (Expressive City)
Kota yang menggambarkan waktu dan alasan terbentuknya kota tersebut.
5
serta kondisi fisik nya seperti topografi, iklim, geologi, vegetasi dan
sebagainya. Selain itu kota juga mendeskripsikan budaya yang membentuknya
yang mengekspresikan kepercayaan spritual dan idealisme dari
masyarakatnya.
Gambar 1. Konsep Kota Taman Abad ke-21 Hasil Pelapisan dari Konsep Kota
Taman Ebenezer Howard, (Simonds, 1994)
2. Kota Fungsional (Functional City)
Kota yang memenuhi atau mengakomodasi kebutuhan masyarakat kota, yaitu:
proteksi; tempat tinggal; ketersediaan makanan, air dan udara; lingkungan
yang sehat; tersedianya lapangan pekerjaan; perdagangan; dan koordinasi
3. Kota Nyaman (Convenient City)
Kota Nyaman identik dengan kemudahan dalam mendapatkan segala sesuatu
yang dibutuhkan. Dalam kota nyaman terdapat centers dan subcenters.
Centers artinya pusat bagi setiap jenis aktivitas perkotaan, misalnya keuangan, hiburan dan perdagangan. Subcenters adalah sebagai kenyamanan (amenities) pelengkap dari centers. Kota nyaman selalu memperhatikan kenyamanan penyandang cacat dalam setiap konsep desainnya.
4. Kota Rasional (Rational City)
Kota yang rasional adalah yang memiliki bentuk koheren (order-nya mengikuti susunan tertentu). Order yang direncanakan mampu mengatasi (antisipatif terhadap) permasalahan insidental maupun yang dapat
diperhitungkan, misalnya bencana alam, polusi (pencemaran), dll. Kota
rasional mampu mendayagunakan segala sumberdaya yang ada dalam kota,
misalnya aliran sungai, badan air, topografi, tutupan vegetasi, dan lain- lain
secara optimal.
5. Kota Lengkap (Complete City)
Kota lengkap dapat diibaratkan sebagai sebuah tubuh manusia yang dilengkapi
dengan berbagai organ yang membentuk suatu sistem organ. Jadi, kota yang
baik/sehat adalah seperti manusia yang baik/sehat pula. Kota lengkap
mempertimbangkan pertumbuhan ekonomi, mengakomodasi (memberikan)
pendidikan politik, membangun hubungan/jejaring sosial dan menyediakan
habitat bagi manusia dengan perencanaan yang berbasis pada wilayah.
Taman Kota
Menurut Simonds (1983), taman kota adalah taman-taman luas di dalam
kota yang menyediakan kebutuhan rekreasi bagi penghuni kota. Termasuk
didalamnya adalah tempat-tempat pertemuan umum dan fasilitas- fasilitas
pendukung seperti plaza, pusat perbelanjaan, kebun binatang, tempat-tempat
bersejarah (museum), dan lain- lain.
Sedangkan menurut Wikipedia (2005b), taman kota adalah taman yang
dibangun di perkotaan untuk mereduksi polusi udara, dan sebagai tempat untuk
7
kota. Sebagian taman memiliki area bermain, unit transportasi, kolam besar,
lapangan olahraga, dan lain- lain.
Selanjutnya Simonds (1983) menyatakan bahwa taman kota juga berfungsi
sebagai pelembut kes an keras dari struktur fisik kota, mengurangi
tekanan-tekanan, udara panas dan polusi udara di sekitarnya. Selain itu taman kota juga
membentuk karakter kota dan memberikan keindahan visual bagi lingkungan kota
sehingga tercipta kesatuan antar ruang di dalam kota. Secara umum,
elemen-elemen dasar pembentuk suatu taman kota terdiri atas vegetasi dan jalan setapak,
dimana keduanya ini termasuk kedalam elemen minor.
Menurut Harnik (1997) sebuah urban park system adalah rangkaian proses untuk memahami hubungan (keterkaitan) antara taman dengan taman dan taman
dengan lingkungan sekitarnya. Selain itu urban park system juga digunakan untuk mengukur dampak dari sebuah taman. Umumnya sebuah urban park system terdiri dari areal (patches) dan koridornya (Gambar 1). Areal bisa terdiri dari taman-taman, squares, dan tempat-tempat yang memiliki ekosistem tertentu yang berbeda dari sekitarnya. Sedangkan koridor dapat berupa jalan, sungai, tepi jalur
kereta api, park connector, dan semua jalur yang menghubungkan antara satu ekosistem dengan ekosistem lainnya.
Menurut Harnik (1997), keberhasilan sebuah ”Urban Park System” harus meme nuhi tujuh persyaratan berikut yang dia sebut ”The Seven Habits of Highly Effective Park Systems”, yaitu :
1. Tujuan yang jelas
2. Perencanaan berkelanjutan dan prosesnya melibatkan masyarakat
3. Ketersediaan sumberdaya dan pengaturan untuk mewujudkan tujuan dari
sistem yang ingin dicapai.
4. Akses ke taman yang efisien
5. Kepuasan pengguna
6. Keamanan dari kejahatan dan gangguan fisik
Gambar 2. ”Urban Park System” (Harnik, 1997)
Lanskap linier dan Koridor
Menurut Forman dan Gordon (1986), koridor merupakan lahan berbentuk
jalur yang sempit yang berbeda dengan lingkungan / matriks sekitarnya. Pada tiap
sisi koridor digunakan untuk transportasi, perlindungan dan habitat spesies serta
untuk keindahan. Walaupun koridor dapat berupa jalur yang terisolasi, mereka
kadang dihubungkan oleh areal (patches) dengan karakteristik vegetasi yang sama. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa koridor dapat membantu suatu
organisme untuk berpindah dari suatu areal ke areal yang lainnya, karena mereka
dihubungkan oleh kondisi habitat yang sesuai. Selanjutnya Forman dan Gordon
(1986) menyatakan bahwa ada tiga tipe dasar struktur koridor, menurut asal
koridor, aktivitas manusia dan tipe lanskapnya, yaitu:
1. Line Corridor, merupakan koridor yang didominasi oleh spesies bagian tepi, contohnya adalah jalan setapak, jalan, jalur irigasi dan jalur drainase.
2. Strip Corridor, adalah koridor yang lebih lebar dengan lingkungan bagian dalam sebagai pusat terdiri dari organisme bagian dalam yang berlimpah.
3. Stream Corridor, merupakan koridor yang membatasi jalur air dan lebarnya bervariasi tergantung pada ukuran aliran.
Taman Linier (linear park) adalah taman yang memiliki ukuran panjang yang lebih besar dibandingkan dengan lebarnya. Contoh yang khas dari taman
linier adalah sempadan jalur rel kereta api yang diubah menjadi taman. Dengan Koridor
9
kata lain, jalur kereta api yang tidak terpakai lagi diubah menjadi taman dengan
membiarkan vegetasi alami tumbuh kembali (Ahern, 2005).
Tanaman Lanskap Kota
Carpenter, Walker dan Lanphear (1975) mengemukakan bahwa kehadiran
tanaman di lingkungan perkotaan memberikan suasana yang alami. Tanaman
dalam lanskap merupakan salah satu elemen utama yang memiliki fungsi tertentu
dalam lanskap kota, baik secara individu maupun kelompok dalam
penanamannya, serta dapat memberi kesan yang berbeda-beda jika dilihat dari
jarak yang berbeda-beda pula. Pada jarak dekat, daun, batang pohon dan
cabang-cabang dapat dilihat dengan jelas. Jika dilihat pada jarak menengah,
puncak-puncak pohon terlihat membentuk suatu garis. Jarak ini merupakan bagian yang
penting dalam lanskap karena memberikan kesan kedalaman yang kuat,
perubahan secara halus dalam pencahayaan dan perspektif. Bila dilihat dari jarak
jauh, kontur dari puncak-puncak pohon tidak dapat dinikmati, biasanya pada jarak
ini pohon digunakan sebagai latar belakang.
Tanaman dalam lanskap dapat mengurangi dampak negatif dari kegiatan
lalu lintas misalnya mengurangi polusi, mengurangi silau serta menjadi unsur
pemersatu dan pelembut dari bangunan dan perkerasan. Beberapa persyaratan
dalam pemilihan tanaman untuk lanskap kota adalah (Nurisjah, 2005):
1. Disenangi dan tidak berbahaya bagi warga kota
2. Mampu tumbuh di lingkungan marjinal (tanah yang tidak subur, udara dan air
yang tercemar)
3. Tahan terhadap gangguan fisik (vandalisme)
4. Perakaran dalam sehingga tidak mudah tumbang
5. Tidak gugur daun, cepat tumbuh, bernilai hias dan arsitektural
6. Dapat menghasilkan O2 dan meningkatkan kualitas lingkungan kota
7. Bibit/benih mudah didapatkan dengan harga terjangkau oleh masyarakat
8. Prioritas menggunakan vegetasi endemik/lokal
9. Keanekaragaman hayati
Jenis tanaman endemik/lokal yang memiliki keunggulan (ekologi,
penciri Ruang Terbuka kota, selanjutnya dapat dikembangkan guna
mempertahankan keanekaragaman hayati wilayah dan nasional.
Perancangan Lanskap
Perancangan adalah ilmu dan seni pengorganisasian ruang dan massa
dengan mengomposisikan elemen lanskap alami dan non alami serta kegiatan
yang ada di dalamnya agar tercipta suatu karya tentang ruang yang secara fungsi
berdaya guna dan secara estetik bernilai indah sehingga tercapai kepuasan
jasmaniah dan rohaniah manusia serta makhluk hidup lain di dalamnya, selaras
dengan ruang, waktu dan dinamikanya (Rachman, 1984).
Menurut Simonds (1983) perancangan adalah sebuah proses kreatif yang
mengintegrasikan aspek teknologi, sosial, ekonomi, dan biologi serta efek
psikologis dan fisik yang ditimbulkan dari bentuk, bahan, warna, dan ruang hasil
dari pemikiran yang saling berhubungan. Ditambahkan oleh Laurie (1986), disain
atau perancangan merupakan perluasan dari perencanaan tapak. Disain berkenaan
dengan seleksi komponen-komponen rancangan, bahan-bahan, tumbuh-tumbuhan,
dan kombinasinya sebagai pemecahan terhadap masalah- masalah tertentu di
dalam rencana tapaknya. Selain itu perhatian perancangan lanskap lebih ditujukan
kepada aspek visualitas tapak itu sendiri.
Simonds (1983) menyatakan bahwa perancangan akan menghasilkan
ruang tiga dimensi. Perhatian perancangan ini ditekankan pada penggunaan
volume atau ruang. Setiap volume memiliki bentuk, tekstur, ukuran, bahan, warna
dan kualitas lain, yang secara keseluruhan dapat mengekspresikan dan
mengakomodasikan fungsi- fungsi ya ng ingin dicapai dengan baik. Dapat
dikatakan bahwa perencanaan adalah dua dimensi sedangkan pemikiran secara
tiga dimensi membawa manusia kedalam dunia perancangan. Aspek ruang dapat
memberikan dampak yang berbeda pada psikologis manusia, tergantung pada
pengorganisasiannya seperti keriangan, ketegangan, gerakan, keheningan dan
perenungan.
Proses disain membantu arsitek lanskap untuk mencapai disain tapak total
yang secara keseluruhan memanfaatkan seluruh elemen disain untuk memenuhi
11
juga harus memiliki tujuan khusus. Tanaman dipilih sebagai alternatif terbaik
terhadap kondisi lingkungan yang ada. Disain penanaman terbaik didapatkan
dengan memadukan ilmu pengetahuan dan seni yang pada akhirnya disain lanskap
yang baik adalah apakah pengguna atau pengunjung merasa nyaman berada di
dalamnya dan apakah ruang tersebut dapat digunakan seperti yang diinginkan
(Simonds, 1983).
Proses perencanaan dan perancangan dalam arsitektur lanskap menurut
Simonds (1983) terdiri atas Commision, Research, Analysis, Synthesis, Construction dan Operation (Gambar 3). Commision adalah tahap dimana klien menyatakan keinginan/kebutuhannya serta membuat definisi pelayanan dalam
suatu perjanjian kerja. Research merupakan tahap pengumpulan/inventarisasi data. Analysis merupakan tahap menganalisis tapak, melakukan pengkajian terhadap peraturan pemerintah, ketentuan standar, potensi dan standar serta
membuat program pengembangan tapak. Synthesis merupakan tahap analisis perbandingan, pengkajian dampak, akomodasi dan konsolidasi, membuat studi
skematik atas alternatif-alternatif yang kemudian dituangkan dalam ide konsep
serta menentukan metode pelaksanaan. Construction merupakan tahap pelaksanaan dengan mempersiapkan dokumen, kontrak kerja, supervisi dan
pengecekan pelaksanaan. Operation merupakan tahap penyelesaian proyek yang mencakup pelaksanaan kunjungan periodik, penyesuaian dan perbaikan serta
observasi penampakan.
Booth (1983) menyatakan bahwa proses perancana ngan/disain umumnya
memiliki tahap-tahap sebagai berikut:
1. Penerimaan proyek
2. Riset dan analisis (termasuk mengunjungi tapak)
a. Persiapan rencana dasar
b. Inventarisasi tapak (pengumpulan data) dan analisis (evaluasi)
c. Wawancara dengan pemilik (client)
d. Pembentukan program
3. Disain
a. Diagram fungsi ideal
c. Rencana Konsep (concept plan) d. Studi tentang komposisi bentuk
c. Disain awal
f. Disain skematik
g. Rencana Induk (Master plan)
h Pembuatan disain 4. Gambar-gambar konstruksi
a. Rencana Pelaksanaan (Layout Plan) b. Rencana Bertahap (Grading Plan) c. Rencana Penanaman (Planting Plan) d. Detil konstruksi
5. Pelaksanaan
6. Evaluasi setelah konstruksi
7. Pemeliharaan(Maintenance)
Sedangkan prosedur perancangan/disain menurut Hill (1995) terdiri dari
sepuluh tahap yaitu:
1. Masa Perjanjian (Term of Engagement)
Dalam menerima surat yang berisikan konfirmasi keinginan agar suatu
proyek disepakati, perancang dapat mengajukan syarat agar kontraknya segera
dibuat dan ditandatangani.
Ketika pelayanan penuh memerlukan seorang disainer, yang dipekerjakan
secara spesifik untuk memberikan nasihat, menyiapkan rencana dan mengawasi
pelaksanaan, dokumen yang kuat mungkin diperlukan. The Landscape Institute of The United Kingdom memiliki bentuk standar dari kondisi perjanjian, yang dijalankan untuk mengatasi 30 ketentuan perjanjian. Disini dijelaskan fungsi dan
kewajiban (obligasi) dari konsultan dengan melampirkan jadwal pelayanan dan
gaji normal untuk setiap pelayanan.
Selain konsultan memiliki perjanjian dengan klien, landscape contractor
dilibatkan dalam perjanjian tersebut. Hal ini mencakup dokumen tertulis seperti
14
Gambar 3. Proses Perencanaan dan Perancangan dalam Arsitektur Lanskap menurut Simonds (1983)
2. Batas Kewenangan (Limit of Authority)
Pada permulaan sangat penting untuk menetapkan hierarki kewenangan.
Klien biasanya tidak dilibatkan secara langsung dalam pelaksanaan kerja, namun
terkadang klien memiliki keinginan untuk me merintah kontraktor atau bahkan
memerintah pekerja di tapak, mengubah proses pekerjaan. Hal ini dapat
menciptakan masalah yang tak berujung, sehingga disainer dari awal harus
memb uat rantai perintah yang jelas.
3. Laporan singkat (The Brief)
Dalam beberapa keadaan klien memiliki gagasan penting, tapi belum
menentukan tapaknya. Contohnya, otoritas lokal mungkin memiliki keinginan
untuk mena mbahkan fasilitas rekreasi di dalam dan di sekitar kota, tetapi tidak
dapat memutuskan dimana lokasi yang tepat. Hal ini bisa menjadi masalah bagi
perencana kota. Perencana kota kemudian mungkin akan berkonsultasi dengan
disainer lanskap. Jika laporan singkat bertujuan untuk memuaskan kebutuhan
masyarakat, maka lokasi amat penting artinya. Gagasan baik bila ditempatkan di
lokasi yang tidak dapat diterima secara fisik dan sosial, dapat dengan mudah
diabaikan dan cepat terdegradasi. Kajian ekstensif mengenai beberapa faktor
seperti lalu lintas, transportasi, struktur sosial, budaya dan perdagangan mungkin
diperlukan sebelum sampai pada suatu kesimpulan. Laporan singkat harus
mencakup pernyataan yang jelas tentang limitasi anggaran, yang mencakup faktor
pemeliharaan. Hal ini penting, dalam pendekatannya perancang harus
menyesuaikan dengan kapasitas klien untuk melanjutkan setiap rencana.
4. Survei
Tapak adalah hal berikutnya yang harus diperiksa. Jika tapak berjarak jauh
dari kantor perancang, survei secara seksama mungkin diperlukan pada tahap ini.
Laporan singkat klien dilihat ulang, untuk menilai apakah berdasarkan informasi
yang diperoleh dari tapak, proposalnya realistik. Perancang mungkin pada tahap
ini memerlukan nasihat dari pelayanan konsultasi lain, dan atau bahkan
15
Perancang tampak sering mengecek ulang pada klien. Pengecekan
demikian dianjurkan dalam banyak kasus, untuk menghindari waktu dan uang
yang terbuang jika klien memutuskan mengubah pandangannya atau menarik diri
dari usaha mengingat informasi yang datang dari dari survei dan analisis.
5. Usulan (Proposal)
Pada rencana yang sangat kecil, rencana sketsa mungkin disiapkan tanpa
melalui tahapan konseptual, karena konsep akan menjadi bukti gambaran rencana
itu sendiri. Namun, karena banyak pekerjaan dicurahkan untuk persiapan
presentasi rencana, adalah bijaksana untuk sepakat tentang konsep dulu untuk
rencana yang lebih besar. Solusi ideal dapat muncul dengan sendirinya, tetapi
dalam banyak hal situasi dimana pihak yang setuju dan tidak setuju dari dua atau
tiga konsep tampak berimbang dan seleksi akhir menjadi masalah preferensi
personal. Jika mempresentasikan pekerjaan dihadapan suatu komisi, banyak
alternatif dapat menambah kesulitan disainer.
Dalam mempersiapkan gambaran konseptual, perancang akan selalu
mempertimbangkan tempat pembangunan dalam lingkungan keseluruhan. Karya
harus menunjukkan proyek dalam lingkungannya dengan penilaian-penilaian
dampak lingkungan. Untuk karya skala besar, hal ini dapat menjadi sangat
penting, dan dapat menjadi faktor penentu ketika mencari persetujuan otoritas
atau pemerintah lokal.
6. Rencana Sketsa (Sketch Scheme)
Dari konsep yang disetujui, rencana sketsa disiapkan, ini mencirikan
secara tepat kerja fisik di tapak, bangunan, jalan, jalan kaki, dinding, bentuk
tanah, tanaman dan sebagainya. Disarankan untuk memperoleh jasa dari seorang
QS (Quantities Surveyor) atau insinyur pada titik ini, tergantung pada sifat dari laporan singkat dan skala operasi yang diharapkan.
7. Rencana Akhir (Final Scheme)
Bila klien, perancang, publik (masyarakat) puas dengan rencana, dan
melanjutkan dengan gambar rancangan akhir. Ini harus menunj ukan bentuk lahan,
struktur dan material, jadwal penanaman yang komprehensif, dan dimana
diaplikasikan pertahapan. Analisis biaya terinci harus disiapkan. Pekerjaan ini
adalah untuk persetujuan akhir dari semua yang disebutkan di atas, tetapi ia juga
membawa pekerjaan ke tahapan vertikal.
Dalam persiapan suatu rencana, seringkali terjadi klien menjadi
terinspirasi untuk membuat perubahan, penambahan atau pengurangan begitu
rencana muncul, perancang harus mampu mengakomodasi keinginan tersebut;
tetapi setiap perubahan yang terjadi harus sesuai dengan penyusunan anggaran
biaya. Secara ideal ketika gambar perancangan akhir telah dusetujui, dan dimana
persetujuan tesebut telah dicatat secara formal, maka rencana final tersebut harus
”dibekukan”.
8. Rincian (Details)
Dari rencana yang telah membeku, perancang akan mempersiapkan
pengerjaan gambar, yang merinci secara tepat bagaimana tiap pekerjaan
konstruksi akan dirakit, dan dari materi apa. Suatu spesifikasi dan jika diperlukan
rekening jumlah disiapkan.
9. Kontrak (Contract)
Klien sekarang dalam posisi untuk menunjuk kontraktor. Kontraktor dapat
ditunjuk langsung atau dipilih sebagai hasil submisi tender. Penunjukan
kontraktor adalah langkah kritis dalam proses keseluruhan. Klien berharap atau
mengharapkan untuk memperoleh pekerjaan yang sebaik mungkin untuk harga
yang serendah mungkin, dan kedua ini seringkali tampak kontradiktif.
10. Pelelangan Terbuka (Tenders)
Bilamana tender akan diundangkan (dibuka), perancang kemungkinan
dengan bantuan dari QS atau insinyur dan klien, akan menyiapkan daftar
kontraktor prospektif. Bilamana pilihan yang mungkin bukan perusahaan terkenal,
cukup beralasan untuk menanyakan perspektif tender untuk menyebutkan contoh
17
dapat dikontrak dengan surat atau bahkan ditetapkan untuk mengetahui apakah
berminat atau tidak untuk melakukan tender. Ini untuk menghindari pengeluaran
dan kesulitan dalam mengirim berbagai copy gambar dan dokumen lain kepada kontraktor yang tidak berminat untuk melakukan tender.
Ketika mengundang tender, surat yang menyertai gambar dan dokumen
harus jelas menyatakan tanggal bila tender harus sudah diterima. Kontraktor dapat
diundang untuk menyatakan tanggal pemyelesaiannya maupun harga tendernya,
kontraktor mungkin juga meminta agar kondisi terakhir dipenuhi sebelum
memulai, misalnya bahwa pengaturan lebih dahulu dibuat untuk memudahkan
penghubung untuk mendapatkan akses ke lokasi (sites).
Bila tanggal yang ditentukan tiba, tender-tender akan ditangani oleh klien
dan perancang, dengan kehadiran QS atau insinyur jika diinginkan dan tidak
selalu tender terendahlah yang terbaik. Beberapa perusahaan dalam upaya untuk
mengalahkan pesaingnya, menawarkan terlalu rendah, hasilnya dapat menjadi
ketidakmampuan menyelesaikan pekerjaan tanpa bangkrut, atau berbagai arus
permintaan tanpa akhir untuk pertimbangan khusus, untuk dapat membolehkan
item trivial yang dilabel sebagai ekstra.
Tawaran yang terlalu lebar dari tanda estimasi (yang telah memasukkan
besar keuntungan yang memadai bagi kontraktor) harus dipandang dengan
kecurigaan. Namun pada akhirnya, adalah klien yang akan menandatangani
kontrak dan membayar tagihan, dan perancang lanskap, QS dan insinyur hanya
dapat memberi nasehat.
Booth (1983) menyatakan bahwa banyak tahap-tahap dari perancangan
tersebut yang saling tumpang tindih dan saling membaur sehingga susunannya
menjadi tidak jelas dan tidak nyata. Lebih jauh lagi, beberapa dari tahapan
tersebut bisa paralel satu dengan yang lainnya dalam hal waktu, dan muncul
secara serentak. Dengan kata lain, tidak ada satu pun tahap dari proses disain yang
Tabel 1. Perbandingan Proses Perancangan/ Disain
Simonds (1983) Booth (1983) Hill (1995)
Commis ion
• Kebutuhan klien
• Definisi Pelayanan
• Pelaksanaan persetujuan
Penerimaan proyek Masa Perjanjian (Term of Engagement) Batas Kewenangan (Limit of
Authority) Laporan singkat (The Brief) Research
19
Proses disain menurut Booth (1983) memiliki kegunaan-kegunaan yang
lain seperti:
1. Memberikan logika, mengorganisasai bagan kerja untuk menciptakan solusi
disain,
2. Menolong untuk memastikan bahwa solusi yang muncul cocok untuk masalah
disainnya (tapak, kebutuhan klien, anggaran, dsb),
3. Pertolongan bagi klien dalam menemukan penggunaan terbaik untuk tapak
dengan cara mempelajari solusi-solusi alternatif, dan
4. Menjadi dasar untuk menjelaskan dan mempertahankan solusi disain bagi
klien.
Setiap proyek memiliki masalahnya sendiri-sendiri sehingga membutuhkan
metode yang berbeda-beda untuk melalui proses desain. Dalam banyak kasus,
keterbatasan biaya menentukan lama waktu yang dapat dipergunakan untuk setiap
tahap dari proses disain.
Manajemen Kerja
Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan,
dan pengendalian upaya anggota organisasi dan proses penggunaan semua
sumberdaya organisasi yang bermacam- macam untuk tercapainya tujuan
organisasi yang telah ditetapkan (Stoner dan Freeman, 1992). Manajemen pada
hakikatnya merupakan alat atau sarana untuk menggerakkan unsur-unsur manusia,
bahan-bahan, uang, metode, sistem, dan pasar, guna mencapai tujuan yang telah
ditetapkan dengan penerapan fungsi- fungsi dan prinsip-prinsip manajemen secara
efektif dan efisien.
Menurut Stoner dan Freeman (1992) proses manajemen mencakup empat
fungsi utama, yaitu perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pengarahan (directing), dan pengawasan (controlling).
1. Perencanaan (Planning)
Planning merupakan konsep dasar dari suatu proses manajemen, dimana tugas-tugas manajemen disusun dan tujuan serta sasaran ditetapkan. Kebijakan
dan tata cara pelaksanaan dibuat, perencanaan sasaran jangka pendek dan jangka
2. Pengorganisasian (Organizing)
Pengorganisasian adalah proses pengaturan dan pengalokasian kerja,
wewenang, dan sumberdaya di kalangan anggota organisasi sehingga mereka
dapat mencapai tujuan organisasi secara efisien.
3. Pengarahan (Directing)
Pengarahan mencakup hal mengarahkan (directing), hal mempengaruhi (influencing) dan memotivasi (motivating) karyawan untuk menjalankan tugas-tugas pokok.
4. Pengendalian (Controlling)
Fungsi pengendalian manajemen mencakup penetapan standar kerja,
mengukur kinerja yang sedang berjalan, membandingkan kinerja ini dengan
standar yang telah ditetapkan dan mengambil tindakan untuk memperbaiki jika
terjadi penyimpangan.
Sebuah proyek agar terwujud perlu melibatkan banyak orang atau
organisasi sesuai dengan kepentingan dan disiplin ilmu, selain waktu dan dana
yang cukup besar agar tercapai tujuan proyek. Menurut Syah (2004), beberapa
orang atau badan organisasi yang terlibat dan berkepentingan atas terwujudnya
M E T O D O L O G I
Lokasi Magang
Kegiatan magang berlokasi di National Parks Boards Head Quarter
(NParks) Singapura, yang merupakan lembaga pemerintah yang bertugas untuk
mengembangkan, mengelola, dan mendukung ketersediaan taman-taman di
Singapura sebagai sumberdaya yang berharga bagi kegiatan rekreasi, konservasi,
penelitian dan pendidikan (NParks, 2005)
Gambar 4. Lokasi Magang, National Parks Board HQ (Street Directory, 2006)
Waktu Magang
Kegiatan magang ini berlangsung selama satu semester akademik (16
minggu), yaitu mulai tanggal 27 Februari 2006 hingga tanggal 16 Juni 2006.
Tabel 2. Jadwal Kegiatan Magang
No JENIS KEGIATAN MARET APRIL MEI JUNI
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 1. Persiapan dan
pengenalan lembaga
2. Detail Development (DD) Layout Plan
3. DD konstruksi Shelter
4. Site visit danobservasi 5. Tender Drawing
Management
6. DD Planting Plan Alexandra Park Connector
Metode Magang
Metode magang untuk kegiatan perancangan Park Connector Network
(PCN), yaitu pada bagian proyek West Garden, Alexandra Park Connector Extension, yang terletak di antara Commonwealth Ave. dan Dawson Road, ini berupa:
1) Partisipasi aktif dalam kegiatan yang berlangsung di studio dan partisipasi
aktif dalam kegiatan lapangan.
2) Wawancara dengan arsitek lanskap dan pengguna tapak
K O N D I S I U M U M
Singapura Geografis dan Administratif
Republik Singapura merupakan negara yang terletak di Asia Tenggara.
Singapura terdiri dari satu pulau utama, yang memiliki bentuk seperti permata dan
dikelilingi oleh pulau-pulau kecil. Pulau utamanya disebut dengan pulau
Singapura, terpisah dengan negara Malaysia di bagian utara oleh selat Johor yang
sempit dan dihubungkan dengan jalan dan jalur kereta api dengan kota Johor
Baru, Malaysia. Di bagian selatan, pulau Singapura dipisahkan dari kepulauan
Riau, Indonesia, oleh selat Singapura (Gambar 5). Secara geografis, Singapura
terletak pada koordinat 1°17.583´LU 103°51.333´BT, 137 km di utara dari
katulistiwa.
Pulau-pulau kecil Singapura antara lain Jurong Island, Pulau Tekong, Pulau Ubin dan Sentosa Island, yang merupakan pulau terbesar di antara pulau-pulau lainnya. Lokasi tertinggi di Singapura adalah Bukit Timah, dengan
ketinggian 164m di atas permukaan laut.
Gambar 5. Peta Kota Singapura (Wikipedia, 2005a)
Legenda
Pada mulanya pusat kota terletak di bagian selatan Singapura, di sekitar
muara Singapore river, sementara lahan lain digunakan untuk hutan hujan tropik dan pertanian. Sejak tahun 1960-an Pemerintah Singapura membangun kota baru
di beberapa tempat sehingga pada akhirnya seluruh Singapura menjadi lanskap
perkotaan. Pada perkembangannya Singapura telah mereklamasi pulaunya dengan
tanah dari bukit Singapura itu sendiri, dari dasar laut, serta dari negara tetangga.
Hasilnya, luas pulau Singapura bertambah dari 581.5 km2 pada tahun 1960-an menjadi 699.1 km2 pada saat ini, dan akan terus bertambah sekitar 100km2 pada
tahun 2030. Luasan ini sangatlah kecil jika dibandingkan dengan Kota Jakarta
yang luasnya 740,28 km2 dan Bogor 3462,27 km2 (Kota Bogor 21,56 km2 dan Kabupaten Bogor 3440,71 km2).
Fisik dan Wilayah
Iklim
Singapura terletak 1° atau 137 km di sebelah utara garis katulistiwa.
Singapura memiliki iklim hutan hujan tropis, dengan curah hujannya yang relatif
tinggi karena letak geografisnya yang dikelilingi oleh laut. Curah hujan tahunan
rata-rata sekitar 2,370mm. Temperatur minimumnya berkisar 23-26°C dan
maksimumnya berkisar 31-34°C. Kelembaban relatifnya berkisar 90% pada pagi
hari, hingga sekitar 60% pada tengah hari, bahkan pada musim hujan kelembaban
relatifnya bisa mencapai 100%.
Iklim di Singapura dapat dibagi menjadi dua musim utama, mus im
Monsoon Timur Laut dan musim Monsoon Barat Daya. Musim Monsoon Timur
Laut terjadi pada bulan Desember hingga awal Maret. Pada saat itu bertiup angin
Timur Laut yang kecepatannya dapat mencapai 20 km/jam. Pada bulan Desember
dan Januari kondisinya berawan dengan frekuensi gerimis di sore hari. Terjadi
hujan sedang hingga deras sekitar satu hingga tiga hari di akhir musim. Pada
bulan Februari hingga awal Maret relatif kering. Secara umum juga berangin
dengan kecepatan terkadang mencapai 30 hingga 40 km/jam pada bulan Januari
25
Mei. Angin ringan yang beragam, dengan gerimis pada sore dan awal malam yang
sering diiringi oleh guntur.
Musim Monsoon Barat Daya, terjadi pada bulan Juni hingga September,
bertiup angin Barat Daya. Menjelang pagi, hujan badai secara tiba-tiba dari arah
Sumatera sering terjadi. Pre Monsoon Barat Daya, terjadi pada bulan Oktober
hingga November yang ditandai angin ringan yang beragam. Angin sepoi-sepoi
dari arah laut terjadi di sore hari, gerimis yang menyebar dengan guntur terjadi
pada malam hari.
Hidrologi
Tanpa adanya sungai alami dan danau, sumber air domestik utama
Singapura adalah air hujan, yang tertampung di waduk atau area tangkapan. Air
hujan mensuplai kira-kira 50% kebutuhan air Singapura, selebihnya air di impor
dari Malaysia dan Indonesia. Untuk mengurangi ketergantungan sup lai air dari
negara lain, pemerintah Singapura membangun fasilitas daur ulang air dan
menanam tanaman penyerap garam pada area tangkapan/waduk.
Aktifitas Seismik
Singapura relatif aman dari aktivitas gempa, hal ini dikarenakan letaknya
ribuan kilometer jauh dari area patahan geologis kerak bumi. Bagaimana pun
juga, penduduk dan bangunan di Singapura sangat mudah terpengaruh oleh
aktivitas gempa kecil, yang sangat jarang, dan umumnya tidak melukai dan
jumlah obyek yang bergetar sangatlah terbatas. Hal ini sangat kontras dengan
aktivitas gempa di negara tetangganya seperti Indonesia, yang berlokasi di area
lempengan tektonik Pasifik, Eurasia dan Australia sehingga memiliki resiko tinggi
terjadinya gempa yang menyebabkan tsunami.
Ekonomi
Singapura memiliki perekonomian berbasis pasar yang sangat maju, di
mana negara memainkan peranan yang besar. Singapura merupakan salah satu
dipandang sebagai salah satu dari Macan Asia Timur. Permintaan domestik relatif
rendah, dan perekonomian tergantung sekali pada ekspor yang dihasilkan dari
perbaikan barang-barang impor dalam bentuk perdagangan entrepot yang
diperluas. Ini khususnya terjadi pada barang elektronik dan manufakturing.
Pada tahun 2001 perekonomian Singapura sangat terpukul oleh resesi
global dan kemerosotan dalam sektor teknologi. Akibatnya, PDB tahun itu
berkurang 2.2%. Komisi Tinjauan Ekonomi (KTE), yang dibentuk oleh
Pemerintah Singapura pada Desember 2001, membuat rekomendasi kunci untuk
membangun kembali perekonomian Singapura.
Singapura mengintroduksikan Pajak Barang dan Jasa (PBJ) pada 1 April
1994, mulai dari sebesar 3%. Ini telah meningkatkan secara substansial
penerimaan pemerintah dan sangat membantu dalam mempertahankan stabilitas
keuangan dan membantu untuk membiayai reformasi ekonomi lebih ke arah
penyediaan jasa-jasa dan barang-barang bernilai tambah, sebagai ganti produk
elektronik. PBJ kemudian meningkat menjadi 5%, dengan peningkatan terakhir
terjadi pada tahun 2004.
Sejak itu perekonomian telah pulih sebagai respons terhadap perbaikan
perekonomian dunia, dan tumbuh dengan laju peningkatan sebesar 8,4% pada
2004. Dalam jangka yang lebih panjang, Pemerintah Singapura berharap untuk
menetapkan jalur pertumbuhan baru yang kurang rawan terhadap siklus bisnis
eksternal dibandingkan dengan model petumbuhan yang dipandu-ekspor kini.
Namun disadari adalah tidak mungkin untuk meninggalkan upaya- upaya untuk
menjadikan Singapura sebagai poros keuangan dan teknologi canggih Asia
Tenggara.
Transportasi
Singapura merupakan poros penerbangan utama dan titik persinggahan
penting bagi ’rute kanguru’ antar Australasia dan Eropa. Bandara Changi
Singapura memiliki jaringan 77 perusahaan penerbangan yang menghubungkan
Singapura dengan 178 kota di 56 negara. Bandara Changi adalah salah satu dari
bandara puncak di Asia berdasarkan jumlah penumpang yang ditangani, dengan