• Tidak ada hasil yang ditemukan

Proses perancangan west garden, Alexandra Park Connector Extention (Commonwealth Avenue-Dawson Road), Singapura

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Proses perancangan west garden, Alexandra Park Connector Extention (Commonwealth Avenue-Dawson Road), Singapura"

Copied!
159
0
0

Teks penuh

(1)

(COMMONWEALTH AVENUE - DAWSON ROAD

),

SINGAPURA

Oleh :

CHINTA RAMUNIA GONARSYAH A34202040

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

R I N G K A S A N

CHINTA RAMUNIA GONARSYAH. Proses Perancangan West Garden,

Alexandra Park Connector Extension (Commonwealth Avenue. - Dawson Road), (dibawah bimbingan SITI NURISJAH)

Tekanan penduduk yang semakin meningkat dan pengembangan kota yang lebih didominasi kepentinga n ekonomi daripada pertimbangan ekologis dan sosial budaya menyebabkan kota-kota besar di Indonesia berkembang menjadi tanpa bentuk tata ruang yang jelas, tidak nyaman dan tidak bersahabat. Sebagaimana dikemukakan oleh Sir Ebenezer Howard lebih dari seratus tahun yang lalu, salah satu solusi untuk mengatasi perkembangan kota yang tidak terkendali adalah pengembangan konsep kota taman (garden city).

Singapura, selain dikenal sebagai kota pusat perdagangan, belakangan ini dikenal pula sebagai kota taman tropis terbaik di dunia. Hal ini disebabkan oleh keberhasilan pemerintah kota melalui National Parks Board (NParks) dan Urban Redevelopment Authority (URA) membuat Rencana Induk Taman dan Badan Air (The Parks and Waterbodies Plan), dengan mengandalkan pada dua jenis tanaman, yakni pohon dan rumput, yang ditanam secara menyatu membentuk ruang terbuka publik yang nyaris tak terputus.

Tujuan umum yang ingin dicapai dalam kegiatan magang ini adalah untuk mempelajari, memperluas wawasan dan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan keprofesian dibidang arsitektur lanskap dengan fokus pada proyek

West Garden, Alexandra Park Connector (Commonwealth Ave.-Dawson Road), disingkat West Garden, yang merupakan bagian dari Park Connector Network

(PCN), Singapura. Tujuan spesifiknya adalah untuk mempelajari sistem dan proses bekerja Design Branch, mempelajari teknik perancangan proyek West Garden, dan mempelajari berbagai masalah dan kendala di lapangan, serta berbagai alternatif praktis untuk mengatasinya.

Kegiatan magang ini dilaksanakan di NParks Head Quarter yang berlokasi di dalam Singapore Botanical Garden (SBG), 1 Cluny Road, Singapore 259569. Metode magang yang digunakan adalah partisipasi aktif dalam kegiatan perancangan yang berlangsung di studio Design Branch dan di lapangan, yakni di

West Garden, wawancara dengan arsitek lanskap dan pengguna tapak, dan studi pustaka.

Design Branch adalah konsultan arsitektur lanskap internal NParks, suatu lembaga pemerintah yang bertugas untuk mengembangkan, mengelola dan mendukung ketersediaan taman sebagai sumberdaya yang sangat berharga bagi berbagai kegiatan seperti rekreasi, konservasi, penelitian dan pendidikan, serta meningkatkan citra (image) Singapura sebagai kota taman. Design Branch

dipimpin oleh seorang asisten direktur yang membawahi dua orang arsitek lanskap senior, empat orang arsitek lanskap, dua orang disainer lanskap dan satu orang asisten disainer lanskap, dan dibantu oleh seorang kepala grafis & seni (graphics & arts), seorang artis (artist) dan seorang pengedraf (draftsman).

(3)

terperinci dengan banyak melakukan cek dan ricek untuk memperkecil terjadinya kesalahan agar kepuasan stakeholders relatif dapat terpenuhi. NParks sebagai lembaga pemerintah lebih memfokuskan kepada pengembangan taman yang mencari keuntungan sosial (memuaskan stakeholders) daripada mencari keuntungan finansial.

Rancangan strategis West Garden bertumpu pada pemanfaatan perbedaan spasial, perubahan level permukaan, penggabungan bentuk linier dan organik, prinsip fungsi maksimum, dan dampak visual, yang diharapkan (1) dapat menciptakan gaya hidup baru dan sebagai garis baru kehidupan, (2) dapat menghubungkan taman-taman di kota, dan (3) menjadikan park connector fokus baru di lingkungan sekitar. Konsep dasarnya adalah taman untuk semua, taman untuk segala umur (kanak-kanak, remaja, orang dewasa, dan orang tua), taman multi- tema (bersantai, rekreasi, kesehatan dan interaksi sosial) dan multi-profesi (permukiman, pendidikan, bisnis dan kesehatan), mengingat letak park connector

ini membelah areal permukiman. Dengan demikian ruang taman diharapkan dapat membawa ketenangan pribadi dan memuaskan kebutuhan berbagai pengguna, serta mempererat ikatan komunal.

Beberapa masalah dan kendala yang dihadapi dalam pengerjaan proyek

(4)

Selain sebagai kota pusat perdagangan, Singapura dikenal pula sebagai kota taman (garden city). Kunci Kota Taman Singapura adalah keberhasilan menciptakan ruang teduh yang tak terputus (connector parks) dalam kota. Untuk mewujudkan Singapura sebagai sebuah kota taman, pemerintah kota melalui

National Parks Board (NParks) dan Urban Redevelopment Authority (URA) membuat Rencana Induk Ruang Terbuka Hijau (RTH), secara menyatu membentuk RTH kota yang nyaris tak terputus.

Park Connector Network (PCN) merupakan taman penghubung seluruh taman kota yang ada di Pulau Singapura. PCN adalah suatu jejaring seluas pulau dari ruang terbuka linier yang akan membentuk putaran mengelilingi daerah perumahan utama yang dapat membawa orang lebih dekat dengan taman dan alam serta meningkatkan peluang atau kesempatan rekreasi bagi masyarakat luas, seperti jogging, bermain sepatu roda, dan bersepeda.

Tujuan umum yang ingin dicapai dalam kegiatan magang ini adalah untuk mempelajari, memperluas wawasan dan meningkatkan pengetahuan keterampilan keprofesian dibidang arsitektur lanskap dengan fokus pada proyek West Garden, Alexandra Park Connector (Commonwealth Ave.-Dawson Road, yang merupakan bagian dari PCN Singapura. Dengan tujuan spesifiknya adalah, mempelajari sistem dan proses bekerja Design Branch, mempelajari teknik perancangan kerja/proyek West Garden, Alexandra Park Connector di Kota Taman Singapura dan mempelajari berbagai masalah dan kendala di lapangan, baik yang umum maupun yang khusus, serta berbagai alternatif praktis untuk mengatasinya.

Metode magang yang digunakan untuk kegiatan perancangan West Garden, Alexandra Park Connector Extension, yang terletak di antara

Commonwealth Ave. dan Dawson Road ini berupa, partisipasi aktif dalam kegiatan ya ng berlangsung di studio dan di lapangan, wawancara dengan arsitek lanskap dan pengguna tapak dan studi pustaka.

NParks Head Quarter, berlokasi di dalam Singapore Botanical Garden

(SBG), 1 Cluny Road, Singapore 259569. NParks merupakan lembaga pemerintah yang bertugas untuk mengembangkan, mengelola, dan mendukung ketersediaan taman-taman di Singapura sebagai sumberdaya yang berharga untuk kegiatan rekreasi, konservasi, penelitian dan pendidikan, dan meningkatkan image

Singapura sebagai Kota Taman.

(5)

Tender Drawings Management. Tahapan ini dibuat secara terperinci dengan banyak melakukan cek dan ricek untuk memperkecil terjadinya kesalahan agar kepuasan stakeholders relatif dapat terpenuhi. NParks sebaga i lembaga pemerintah lebih memfokuskan kepada pengembangan taman yang mencari keuntungan sosial (memuaskan stakeholders) daripada mencari keuntungan finansial.

Kegiatan praktek dilakukan pada proyek West Garden, Alexandra Park Connector Extension selanjut nya disingkat sebagai West Garden dengan kegiatan utama adalah proses Detail Development. Lokasi West Garden ini berbatasan dengan Commonwealth Ave. di sebelah timur, Dawson Road di sebelah barat, di sebelah utara berbatasan dengan Queenstown Primary School, Margaret Road dan di sebelah selatannya dengan Strathmore Ave. West Garden adalah bagian dari

Alexandra Park Connector (APC) Extension, total panjang dan lebar dari West Garden ini adalah kurang lebih 0.62 km dan 23-27 m. APC Extension ini terletak di atas lempengan beton (concrete slab) milik Public Utilities Board (PUB), yang menutupi kanal.

Rancangan strategis penghubung taman ini memiliki pemikiran dasar yakni perbedaan spasial, perubahan level permukaan, penggabungan bentuk linier dan organik dan prinsip fungsi maksimum dan dampak visual, yang diharapkan (1) dapat menciptakan gaya hidup baru dan sebagai garis baru kehidupan, (2) menghubungkan taman-taman di kota dan (3) menjadikan park connector fokus baru di lingkungan ketetanggaan.

Karena letak park connector ini di areal permukiman, maka konsep yang dikembangkan adalah taman untuk semua, taman untuk segala umur (kanak-kanak, remaja, dewasa dan orang tua), taman multi- guna (bersantai, rekreasi, kesehatan dan interaksi sosial) dan multi-profesi (permukiman, pendidikan, bisnis dan kesehatan), diharapkan ruang taman dapat memenuhi ketenangan, memenuhi kebutuhan, berbagai pengguna dan mempererat ikatan komunitas. Pengembangan konsep ini diwujudkan dengan rencana pembagian ruang.

Pada pengembangan tahap penggambaran secara rinci (Detail Development) hingga Tender Drawings Management gambar yang ada terdiri dari, gambar Layout Plan yaitu gambar denah yang terbagi menjadi 10 gambar, potongan dan tampak, selain itu juga terdapat gambar Planting Island dan

Lighting Plan, gambar Detail Construction, dan gambar Planting Plan.

Dalam pengerjaan proyek West Garden terdapat beberapa masalah/kendala yang terjadi seperti terlambatnya waktu pelaksanaan pengerjaan proyek. Keterlambatan terjadi karena sistem pengarsipan data yang kurang baik. Untuk mengatasi masalah tersebut maka sejak Februari 2006 Design Branch

(6)

PROSES PERANCANGAN WEST GARDEN,

ALEXANDRA PARK CONNECTOR EXTENSION

(COMMONWEALTH AVENUE - DAWSON ROAD),

SINGAPURA

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian

Institut Pertanian Bogor

Oleh :

CHINTA RAMUNIA GONARSYAH A34202040

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(7)

Judul : Proses Perancangan West Garden, Alexandra

Park Connector Extension, (Commonwealth Avenue.-Dawson Road) Singapura

Nama : Chinta Ramunia Gonarsyah

NRP : A34202040

Menyetujui,

Dosen pembimbing

Dr Ir Siti Nurisjah, MSLA NIP 130 516 290

Mengetahui,

Dekan Fakultas Pertanian

Prof Dr Ir H Supiandi Sabiham, MAgr NIP 130 422 698

(8)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur dipanjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah

memberi kekuatan dan hidayah-Nya sehingga pelaksanaan dan penyusunan skripsi

dengan judul: Proses Perancangan West Garden, Alexandra Park Connector Extension, (Commonwealth Avenue.-Dawson Road) Singapura dapat terselesaikan dengan baik.

Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Pelaksanaan

dan penulisan skripsi ini dilakukan melalui kegiatan magang di National Parks Board, Singapore yang berlangsung pada bulan Februari 2006 hingga Juni 2006.

Selanjutnya dalam penulisan skripsi ini penulis mengucapkan terimakasih

yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang telah membantu, yaitu :

1. Daddy, Mommy, Donna, dan Deo atas semua doa, kasih sayang dan

motivasinya terhadap penulis selama ini.

2. Dr. Ir. Siti Nurisjah, MSLA., sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah

memberikan bimbingan selama penyusunan skripsi.

3. Dr. Ir. Alinda F. M. Zain, MS. dan Dr. Ir. Nurhayati H. S. A, MS., sebagai

dosen penguji yang telah banyak memberikan kritik dan saran kepada penulis.

4. Seluruh Design Branch Staff: Thomson LIM Wai hong (atas pengetahuan, bimbingan dan saran yang diberikan kepada penulis), Mr. LONG Seen Hui,

Mr. Kenneth WEE, Mrs. NG Yuin Mae, Mr. Damian TANG, Ms. Anja Kraus,

Mrs. KANG Fong Ing, Mr. Dhanenthiran Mohanadas, Mr. Philip LEE, Ms.

Vicnesvari Sengily, Mr. Voon Tin Keat dan Mr. ENG Siok Lay atas bantuan

kepada penulis selama pelaksanaan kegiatan magang.

5. Mrs. Sudha (atas bimbingan, perhatian dan kesabarannya), WEI Chun dan

Bronwyn TAN (atas persahabatannya) selama pelaksanaan kegiatan magang.

6. Ibu Marawati, Om Majid, Ayu, Bang Jamil, Nana dan Nyok (atas bantuan dan

pertemanannya) serta Mas Pontjo dan Mas Iway (atas bimbingan dan

pertemanannya) selama penulis di Singapura.

(9)

penyelesaian skripsi.

9. Uti dan Eta atas persahabatannya yang tidak akan terlupakan.

10. Lanskap 39 untuk kebersamaannya selama ini (Asma, Julina, Sabar, Fey,

Erlin, Mas Didik, Fathma, Zaenal, Daris, Arie, Liza, Tami, Mbak Tiwi, Meta,

Willy, Yudi, Arif, Mega dwina, Yana, Mega, Ossy, Deka, Cucur, Piko,

Kickey, Eno, Nenno, Ratih, Tanti, Ipunk).

11. Seluruh pihak yang telah memberikan bantuan kepada penulis hingga

terselesaikannya skripsi ini.

Penulis berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembacanya.

Bogor, Januari 2007

(10)

D A F T A R I S I

Halaman

DAFTAR TABEL... iv

DAFTAR GAMBAR ... v

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Tujuan Magang ... 2

Kegunaan Magang ... 2

TINJAUAN PUSTAKA ... 3

Lanskap Kota Taman ... 3

Lanskap Kota... 3

Kota Taman ... 3

Taman Kota ... 6

Lanskap linier dan Koridor ... 8

Tanaman Lanskap Kota... 9

Perancangan Lanskap ... 10

Manajemen Kerja ... 19

METODOLOGI ... 21

Lokasi Magang... 21

Waktu Magang ... 21

Metode Magang ... 22

KONDISI UMUM ... 23

Singapura... 23

Geografis dan Administratif ... 23

Fisik dan Wilayah... 24

Iklim ... 24

Hidrologis ... 25

Aktifitas Seismik ... 25

Ekonomi ... 25

Transportasi ... 26

Demografi... 27

(11)

Sejarah Lembaga ... 29

Struktur Organisasi... 31

Design Branch ... 34

Park Connector Network... 39

Alexandra Park Connector Extension... 39

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 41

Sistem Kerja Design Branch ... 41

Kegiatan: Proses Pengembangan Disain ... 51

Design Research and Site Analysis ... 53

Posisi Tapak ... 53

Tata Guna Lahan dan Pengguna Tapak... 55

Sirkulasi Tapak... 57

Bayangan ... 58

Vegetasi ... 58

Topografi dan Drainase ... 59

Analisis Visual ... 61

Faktor-faktor Teknis... 62

Rancangan Strategis (Strategic Design)... 64

Rencana Vista (Vista Plan) ... 64

Rencana Sirkulasi(Circulation Plan) ... 65

Rencana Topografi (Topography Plan) ... 66

RencanaFasilitas(Facilities Plan) ... 67

Rencana Penanaman (Planting Plan)... 68

Pengembangan Konsep(Concept Development) ... 69

Master Plan ... 70

Queenstown Entrance plaza – Plan ... 70

Skate Park and Adventure Park – Plan ... 72

Lawn Field, Playground 2 and HDB Entrance Plaza – Plan .. 73

Dawson Crossing Plaza – Plan... 75

Pengembangan Rinci(Detail Development) ... 78

Detail development Progress – Layout Plan... 78

(12)

iii

Detail Development Progress - Detail Construction ... 83

Typical Kerbing Details ... 84

Typical Retaining Wall ... 84

Typical Planter Seat Details ... 85

Typical Steps Details ... 86

Typical Paths Finishes Details... 86

Typical Concrete Bench Type A and C ... 87

Circular Planter Seat Details... 88

Feature Concrete Bench Details ... 88

Timber Strips Bench Details ... 88

Entrance Court (Bicycle Stand Details)... 89

Fitness Equipment Layout Details & Play Equipment Layout Details ... 89

Sound Flower Details & Sound Tube Details ... 90

Shelter 01 dan Shelter 02 ... 90

Amphitheater details ... 92

Circular Planter Box Details ... 93

Typical Surface Drainage ... 93

Detail Development Progress - Planting Plan... 93

Trees, Pines and Palm Planting Layout Plan ... 95

Shrubs, Groundcovers, Ferns, Climbers and Turf Planting Layout Plan ... 103

Tender Drawings Management ... 111

Masalah dan kendala pada proyek West Garden APC Extension ... 113

Jadwal Kerja Alexandra Park Connector Extension ... 113

Teknis Kerja Proyek West Garden ... 115

KESIMPULAN DAN SARAN ... 117

Kesimpulan... 117

Saran ... 118

DAFTAR PUSTAKA ... 119

(13)

D A F T A R T A B E L

Teks

Nomor

1. Perbandingan Proses Perancangan/Disain ... 18

2. Jadwal Kegiatan Magang ... 22

3. Sejarah Pembentukan National Parks... 30 4. Alokasi Kegiatan & Penanggungjawab Pelaksana Perancangan Taman . 37

(14)

D A F T A R G A M B A R

Teks

Nomor

1. Konsep Kota taman Abad ke-21 Hasil Pelapisan dari Konsep Kota

Taman Ebenezer Howard ... 5

2. ”Urban Park System” ... 8

3. Proses Perencanaan dan Perancangan dalam Arsitektur Lanskap menurut Simond (1983) ... 13

4. Lokasi Magang, National Parks Board HQ... 21

5. Peta Kota Singapura ... 23

6. Bagan Organisasi National Parks Board ... 33

7. Struktur Organisasi Design Branch, Divisi Pengembangan Taman ... 34

8. Peta Park Connector Network, Singapura... 40

9. Alur kerja Design Workflow Planning ... 42

10.Alur kerja Design Research and Site Analysis... 43

11.Alur kerja Strategic Design ... 45

12.Alur kerja Concept Development ... 47

13.Alur kerja Detail Development ... 49

14.Alur kerja Tender Drawings Management... 51

15.Tahapan Kerja Design Branch ... 52

16.Lokasi Proyek Alexandra Park Connector Extension... 53

17.View area barat West Garden, Alexandra Park Connector Extension . 54

18.View area timur West Garden, Alexandra Park Connector Extension ... 55

19.Tata Guna Lahan Sekitar Tapak ... 56

20.Sirkulasi Tapak... 57

21.Analisis Bayangan pada Tapak ... 58

22.Vegetasi Existing ... 59

23.Topografi dan Drainase ... 60

24.Analisis Visual ... 61

(15)

26.Vista Plan ... 65

27.Circulation Plan ... 66

28.Topography Plan... 67

29.Facilities Plan ... 68

30.Planting Plan... 69

31.West Garden Master Plan ... 70

32.Queenstown Entrance Plaza – Plan... 71

33.Queenstown Entrance Plaza - Section ... 71

34.Queenstown Entrance Plaza – Artist Impression... 72

35.Skate Park and Adventure Park – Plan... 72

36.Skate Park– Section... 73

37.Adventure park-Artist Impression ... 73

38.Lawn Field, Playground 2 and HDB Entrance Plaza – Plan ... 74

39.Lawn Field and Mini Amphitheater-Section ... 74

40.HDB Block Entrance Plaza – Section View ... 75

41.Dawson Crossing Plaza – Plan... 76

42.Dawson-Queenstown Entrance Plaza – Section ... 76

43.Dawson Crossing Plaza – Sectional View ... 77

44.Dawson-Queenstown Entrance Plaza – Elevation... 77

45.Kotak beton, sambungan pipa saluran air baru ... 115

Lampiran 1. (NP/2006/2743/LA/T/P001) Drawing List ... 121

2. (NP/2006/2743/LA/T/P002) Landscape Master Plan – West Garden... 122

3. (NP/2006/2743/LA/T/P004) West Garden – Layout Plan & Longitute Section01 ... 123

(16)

5. (NP/2006/2743/LA/T/P006) West Garden – Layout Plan &

Longitute Section03 ... 125

6. (NP/2006/2743/LA/T/P007) West Garden – Layout Plan & Longitute Section04 ... 126

7. (NP/2006/2743/LA/T/P008) West Garden – Layout Plan & Longitute Section05 ... 127

8. (NP/2006/2743/LA/T/P009) West Garden – Layout Plan & Longitute Section06 ... 128

9. (NP/2006/2743/LA/T/P010) West Garden – Layout Plan & Longitute Section07 ... 129

10.(NP/2006/2743/LA/T/P011) West Garden – Layout Plan & Longitute Section08 ... 130

11.(NP/2006/2743/LA/T/P012) West Garden – Layout Plan & Longitute Section09 ... 131

12.(NP/2006/2743/LA/T/P013) West Garden – Layout Plan & Longitute Section10 ... 132

13.(NP/2006/2743/LA/T/P024) Planting Island Layout Plan ... 133

14.(NP/2006/2743/LA/T/P025) Lighting Layout Plan – West Garden .... 134

15.(NP/2006/2743/LA/T/D001) West Garden - Section 01... 135

16.(NP/2006/2743/LA/T/D002) West Garden - Section 02... 136

17.(NP/2006/2743/LA/T/D003) West Garden - Section 03... 137

18.(NP/2006/2743/LA/T/D004) West Garden - Section 04... 138

19.(NP/2006/2743/LA/T/D005) West Garden – Elevation03 - 04 ... 139

20.(NP/2006/2743/LA/T/D006) West Garden - Section 05... 140

21.(NP/2006/2743/LA/T/D007) West Garden - Section 06... 141

22.(NP/2006/2743/LA/T/D008) West Garden - Section 07... 142

23.(NP/2006/2743/LA/T/D009) West Garden - Section 08... 143

24.(NP/2006/2743/LA/T/D010) West Garden - Section 09... 144

25.(NP/2006/2743/LA/T/D011) West Garden - Section & Elevation 10 . 145

26.(NP/2006/2743/LA/T/F001) Typical Kerbing Details ... 146

27.(NP/2006/2743/LA/T/F002) Typical Retaining Wall Details ... 147

(17)

29.(NP/2006/2743/LA/T/F004) Typical Step Details ... 149

30.(NP/2006/2743/LA/T/F005) Typical Paths Finishing Details ... 150

31.(NP/2006/2743/LA/T/F006) Typical Concrete Bench Details ... 151

32.(NP/2006/2743/LA/T/F007) Circular Bench Details (Skate Park) ... 152

33.(NP/2006/2743/LA/T/F008) Feature Conc. Bench Details ... 153

34.(NP/2006/2743/LA/T/F009) Timber Strips Bench Details ... 154

35.(NP/2006/2743/LA/T/F010) Entrance Court - Bicycle Stand Details. 155

36.(NP/2006/2743/LA/T/F011) Fitness Equipment Layout Details ... 156

37.(NP/2006/2743/LA/T/F012) Play Equipment Layout Details ... 157

38.(NP/2006/2743/LA/T/F013) Sound Flower Details (Playground 02) . 158

39.(NP/2006/2743/LA/T/F014) Sound Tube Details (Playground 02) .... 159

40.(NP/2006/2743/LA/T/F021) Shelter 01 - Details 01 (Adventure Parks) ... 160

41.(NP/2006/2743/LA/T/F022) Shelter 01 - Details 02 (Adventure Parks) ... 161

42.(NP/2006/2743/LA/T/F023) Shelter 02 - Details 01 (Dawson Road Entrance Court)... 162

43.(NP/2006/2743/LA/T/F0241) Shelter 02 - Details 02 (Dawson Road Entrance Court) ... 163

44.(NP/2006/2743/LA/T/F025) Shelter 02 - Details 03 (Dawson Road Entrance Court)... 164

45.(NP/2006/2743/LA/T/F028) Amphitheater Details (Performance Corner ... 165

46.(NP/2006/2743/LA/T/F029) Feature Wall Details (Herb & Spice Garden) ... 166

47.(NP/2006/2743/LA/T/F030) Circular Planter Box Details (HDB Entrance Plaza) ... 167

48.(NP/2006/2743/LA/T/F034) Surface Drain Layout Plan – West Garden... 168

49.(NP/2006/2743/LA/T/F036) Typical Surface Drainage Details ... 169

(18)

51.(NP/2006/2743/LA/T/S002) West Garden – Trees Planting

Layout Plan 01 ... 171 52.(NP/2006/2743/LA/T/S003) West Garden – Trees Planting

Layout Plan 02 ... 172 53.(NP/2006/2743/LA/T/S004) West Garden – Trees Planting

Layout Plan 03 ... 173 54.(NP/2006/2743/LA/T/S005) West Garden – Trees Planting Layout

Plan 04 ... 174 55.(NP/2006/2743/LA/T/S006) West Garden – Trees Planting Layout

Plan 05 ... 175 56.(NP/2006/2743/LA/T/S007) West Garden – Trees Planting Layout

Plan 06 ... 176 57.(NP/2006/2743/LA/T/S008) West Garden – Trees Planting Layout

Plan 07 ... 177 58.(NP/2006/2743/LA/T/S009) West Garden – Trees Planting Layout

Plan 08 ... 178 59.(NP/2006/2743/LA/T/S010) West Garden – Trees Planting Layout

Plan 09 ... 179 60.(NP/2006/2743/LA/T/S011) West Garden – Trees Planting Layout

Plan 10 ... 180 61.(NP/2006/2743/LA/T/S022) West Garden – Shrubs Planting

Layout Plan 01 ... 181 62.(NP/2006/2743/LA/T/S023) West Garden – Shrubs Planting

Layout Plan 02 ... 182 63.(NP/2006/2743/LA/T/S024) West Garden – Shrubs Planting

Layout Plan 03 ... 183 64.(NP/2006/2743/LA/T/S025) West Garden – Shrubs Planting

Layout Plan 04 ... 184 65.(NP/2006/2743/LA/T/S026) West Garden – Shrubs Planting

Layout Plan 05 ... 185 66.(NP/2006/2743/LA/T/S027) West Garden – Shrubs Planting

(19)

67.(NP/2006/2743/LA/T/S028) West Garden – Shrubs Planting Layout Plan 07 ... 187 68.(NP/2006/2743/LA/T/S029) West Garden – Shrubs Planting

Layout Plan 08 ... 188 69.(NP/2006/2743/LA/T/S030) West Garden – Shrubs Planting

Layout Plan 09 ... 189 70.(NP/2006/2743/LA/T/S031) West Garden – Shrubs Planting

(20)

P E N D A H U L U A N

Latar Belakang

Relatif tingginya laju urbanisasi menyebabkan kota-kota besar di

Indonesia menjadi semakin padat penduduknya. Dengan perkembangan yang

cenderung didominasi oleh pertimbangan ekonomi daripada pertimbangan

ekologis dan sosial budaya, kota pun menjadi tidak jelas bentuk tata ruangnya,

tidak nyaman dan tidak bersahabat. Struktur bangunan masif dalam bentuk pusat

perbelanjaan, perkantoran, dan apartemen mewah berkembang pesat diselingi

dengan kompleks perumahan dan permukiman kumuh tersebar hampir di seluruh

penjuru kota. Sementara pertambahan dan pelebaran jalan tampak tidak dapat

mengimbangi pertambahan jumlah kendaraan bermotor sehingga kemacetan lalu

lintas terjadi di mana- mana. Konsekuensi logisnya, ruang terbuka kota menjadi

semakin menyusut (Santoso, 2006).

Fenomena perkembangan kota yang tidak terkendali demikian sebenarnya

telah diantisipasi oleh Sir Ebenezer Howard lebih dari seratus tahun lalu. Sebagai

solusinya, Howard (1898) ketika itu mengembangkan konsep kota taman (garden city), yang pada dasarnya merupakan kota yang dapat memberikan pengalaman hidup yang terbaik sesuai dengan bentuk, fungsi dan nilai (value) yang dimiliki masyarakatnya. Sejak itu konsep kota taman mengalami perkembangan dan

penyempurnaan, serta diadopsi banyak kota-kota besar di dunia (Simonds, 1994).

Singapura, karena letaknya yang strategis, sejak beberapa abad yang lalu,

dikenal sebagai pusat perdagangan utama di kawasan Asia Tenggara. Belakangan

ini, selain sebagai kota pusat perdagangan, Singapura dikenal pula sebagai kota

taman tropis terbaik di dunia yang bebas polusi udara dan bebas banjir (Joga,

2006). Kunci Kota Taman Singapura adalah keberhasilan menciptakan ruang

(21)

secara menyatu membentuk ruang terbuka kota yang nyaris tak terputus (Joga,

2004a).

Park Connector Network (PCN) merupakan taman penghubung seluruh taman kota yang ada di Pulau Singapura. PCN adalah suatu jejaring seluas pulau

dari ruang terbuka linier yang akan membentuk putaran mengelilingi daerah

perumahan utama yang dapat membawa orang lebih dekat dengan taman dan alam

serta meningkatkan peluang atau kesempatan rekreasi bagi semua, seperti jogging, bermain sepatu roda, dan bersepeda (NParks, 2005).

Dengan mempelajari proses perancangan West Garden, Alexandra Park Connector Extension, yang merupakan bagian dari Park Connector Network di Kota Singapura diharapkan dapat diperoleh masukan berharga bagi

pemerintah/perencana kota di Indonesia untuk menciptakan ruang teduh tak

terputus dalam kota dan mendekatkan kembali penduduk dengan taman dan alam.

Apalagi mengingat secara natural membangun kota taman di Indonesia lebih

potensial.

Tujuan Magang

Tujuan umum yang ingin dicapai dalam kegiatan magang ini adalah untuk

mempelajari, memperluas wawasan dan meningkatkan pengetahuan keterampilan

keprofesian dibidang arsitektur lanskap dengan fokus pada proyek West Garden, Alexandra Park Connector (Commonwealth Ave.-Dawson Road) Singapura. Secara spesifik, tujuan dari kegiatan magang ini adalah :

1. Mempelajari sistem dan proses bekerja Design Branch.

2. Mempelajari teknik perancangan kerja/proyek West Garden, Alexandra Park Connector di Kota Taman Singapura.

3. Mempelajari berbagai masalah dan kendala di lapangan, baik yang umum

maupun yang khusus, serta berbagai alternatif praktis untuk mengatasinya.

Kegunaan Magang

Kegiatan magang di National Parks Boards HQ (NParks), Singapura ini bermanfaat untuk mengembangkan sikap profesionalisme mahasiswa dalam

menghadapi kondisi lapangan kerja dan sebagai media pertukaran informasi, ilmu

(22)

T I N J A U A N P U S T A K A

Lanskap Kota Taman Lanskap Kota

Kawasan perkotaan menurut Undang-Undang Tata Ruang (UUTR) No. 24

Tahun 1992 Pasal 1 adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama bukan

pertanian, dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman,

pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan

kegiatan ekonomi.

Simonds (1983) mendefinisikan kota sebagai tempat permukiman yang

terbesar, dan padat dengan kegiatan ekonomi, sosial dan politik. Kota memiliki

posis i geografis yang relatif tetap dan kekuasaan pemerintahan yang spesifik.

Selain itu, kota haruslah selalu tumbuh dan organisasinya berfungsi. Kota harus

mempunyai kemampuan kerja sosial, ekonomi dan struktur politik yang

dinyatakan dalam bentuk tiga dimens i.

Kota Taman

Gagasan munculnya konsep kota taman pertama kali dikemukakan oleh

Sir Ebenezer Howard, berawal dari pertumbuhan kota yang tidak terkendali di

London pada abad ke-18, sehingga keadaan kota menjadi tidak sehat dan

kenyamanan masyarakat kota terganggu. Kota taman yang dikemukakan Sir

Ebenezer Howard pada tahun 1898 adalah kota dimana lahan akan tetap berada

dalam pemilikan tunggal daerah atau masyarakat. Penduduknya sebesar 30.000

jiwa pada wilayah seluas 1.000 acre. Rumah-rumah ditempatkan di sekitar

lapangan terpusat yang besar, dimana terletak bangunan umum. Pusat

perdagangan terletak di batas kota, sedangkan industri di pinggiran kota. Kota itu

dikelilingi oleh sebuah jalur tanah pertanian seluas 5.000 acre. Jalur pertanian

akan menjadi pelindung permanen bagi kota ini, bukan merupakan tanah

cadangan bagi perluasan kota di masa yang akan datang, dimana biasanya

dianggap sebagai satu-satunya tanah yang baik di pinggiran kota. Tanah

meningkat nilainya dengan tumbuhnya permukiman yang terus berkembang

(23)

Bentuk kota taman yang dikemukakan oleh Simonds (1994) merupakan

bentuk terbaru yang dibuat untuk pengembangan kota abad ke-21, adalah bentuk

pelapisan dari diagram kota taman oleh Sir Ebenezer Howard. Keterangan analisis

perbandingannya menurut Simonds (1994) adalah sebagai berikut (Gambar 1):

a. Pusat Kota (Center City )

Merupakan lokasi untuk pusat perdagangan, pusat pemerintahan,

pusat kebudayaan, yang meliputi kantor pemerintahan, galeri,

perpustakaan kota, rumah sakit, arena konser, teater dan museum, yang

kesemuanya dikelilingi oleh plaza taman pedestrian.

b. Dalam Kota (Inner City)

Menyediakan tenaga kerja dan pengelolaan perumahan serta jasa

penunjang bagi pusat kota yang dipisahkan oleh lingkaran distribusi

lalulintas. Batas luar dibatasi oleh jalur taman pada jalan raya, sekolah dan

tempat rekreasi.

c. Luar Kota (Outer City)

Menyediakan ruang yang cukup luas untuk pusat aktivitas kota

yang tersusun rapat dengan berbagai tipe bersama dengan lingkungan

kediaman yang saling berhubungan dan terintegrasi dengan tempat

perbelanjaan dan tempat pelayanan (jasa).

d. Area Suburban

Masih berada dalam batas kota, diperuntukkan bagi rumah yang

lebih besar, permukiman dan perkebunan, pasar- malam dan kebun buah.

e. Area Perdesaan Pinggir Kota

Didisain khusus untuk daerah pertanian yang dilindungi, hutan dan

area konservasi, area-area baru untuk pendidikan, rekreasi atau aktivitas

lainnya yang dibolehkan apabila dibutuhkan dan kompatibel.

Menurut Simonds (1994) terdapat beberapa tipe kota yang dapat

dikategorikan sebagai kota taman, yaitu :

1. Kota Ekspresif (Expressive City)

Kota yang menggambarkan waktu dan alasan terbentuknya kota tersebut.

(24)

5

serta kondisi fisik nya seperti topografi, iklim, geologi, vegetasi dan

sebagainya. Selain itu kota juga mendeskripsikan budaya yang membentuknya

yang mengekspresikan kepercayaan spritual dan idealisme dari

masyarakatnya.

Gambar 1. Konsep Kota Taman Abad ke-21 Hasil Pelapisan dari Konsep Kota

Taman Ebenezer Howard, (Simonds, 1994)

2. Kota Fungsional (Functional City)

Kota yang memenuhi atau mengakomodasi kebutuhan masyarakat kota, yaitu:

proteksi; tempat tinggal; ketersediaan makanan, air dan udara; lingkungan

yang sehat; tersedianya lapangan pekerjaan; perdagangan; dan koordinasi

(25)

3. Kota Nyaman (Convenient City)

Kota Nyaman identik dengan kemudahan dalam mendapatkan segala sesuatu

yang dibutuhkan. Dalam kota nyaman terdapat centers dan subcenters.

Centers artinya pusat bagi setiap jenis aktivitas perkotaan, misalnya keuangan, hiburan dan perdagangan. Subcenters adalah sebagai kenyamanan (amenities) pelengkap dari centers. Kota nyaman selalu memperhatikan kenyamanan penyandang cacat dalam setiap konsep desainnya.

4. Kota Rasional (Rational City)

Kota yang rasional adalah yang memiliki bentuk koheren (order-nya mengikuti susunan tertentu). Order yang direncanakan mampu mengatasi (antisipatif terhadap) permasalahan insidental maupun yang dapat

diperhitungkan, misalnya bencana alam, polusi (pencemaran), dll. Kota

rasional mampu mendayagunakan segala sumberdaya yang ada dalam kota,

misalnya aliran sungai, badan air, topografi, tutupan vegetasi, dan lain- lain

secara optimal.

5. Kota Lengkap (Complete City)

Kota lengkap dapat diibaratkan sebagai sebuah tubuh manusia yang dilengkapi

dengan berbagai organ yang membentuk suatu sistem organ. Jadi, kota yang

baik/sehat adalah seperti manusia yang baik/sehat pula. Kota lengkap

mempertimbangkan pertumbuhan ekonomi, mengakomodasi (memberikan)

pendidikan politik, membangun hubungan/jejaring sosial dan menyediakan

habitat bagi manusia dengan perencanaan yang berbasis pada wilayah.

Taman Kota

Menurut Simonds (1983), taman kota adalah taman-taman luas di dalam

kota yang menyediakan kebutuhan rekreasi bagi penghuni kota. Termasuk

didalamnya adalah tempat-tempat pertemuan umum dan fasilitas- fasilitas

pendukung seperti plaza, pusat perbelanjaan, kebun binatang, tempat-tempat

bersejarah (museum), dan lain- lain.

Sedangkan menurut Wikipedia (2005b), taman kota adalah taman yang

dibangun di perkotaan untuk mereduksi polusi udara, dan sebagai tempat untuk

(26)

7

kota. Sebagian taman memiliki area bermain, unit transportasi, kolam besar,

lapangan olahraga, dan lain- lain.

Selanjutnya Simonds (1983) menyatakan bahwa taman kota juga berfungsi

sebagai pelembut kes an keras dari struktur fisik kota, mengurangi

tekanan-tekanan, udara panas dan polusi udara di sekitarnya. Selain itu taman kota juga

membentuk karakter kota dan memberikan keindahan visual bagi lingkungan kota

sehingga tercipta kesatuan antar ruang di dalam kota. Secara umum,

elemen-elemen dasar pembentuk suatu taman kota terdiri atas vegetasi dan jalan setapak,

dimana keduanya ini termasuk kedalam elemen minor.

Menurut Harnik (1997) sebuah urban park system adalah rangkaian proses untuk memahami hubungan (keterkaitan) antara taman dengan taman dan taman

dengan lingkungan sekitarnya. Selain itu urban park system juga digunakan untuk mengukur dampak dari sebuah taman. Umumnya sebuah urban park system terdiri dari areal (patches) dan koridornya (Gambar 1). Areal bisa terdiri dari taman-taman, squares, dan tempat-tempat yang memiliki ekosistem tertentu yang berbeda dari sekitarnya. Sedangkan koridor dapat berupa jalan, sungai, tepi jalur

kereta api, park connector, dan semua jalur yang menghubungkan antara satu ekosistem dengan ekosistem lainnya.

Menurut Harnik (1997), keberhasilan sebuah ”Urban Park System” harus meme nuhi tujuh persyaratan berikut yang dia sebut ”The Seven Habits of Highly Effective Park Systems”, yaitu :

1. Tujuan yang jelas

2. Perencanaan berkelanjutan dan prosesnya melibatkan masyarakat

3. Ketersediaan sumberdaya dan pengaturan untuk mewujudkan tujuan dari

sistem yang ingin dicapai.

4. Akses ke taman yang efisien

5. Kepuasan pengguna

6. Keamanan dari kejahatan dan gangguan fisik

(27)

Gambar 2. ”Urban Park System” (Harnik, 1997)

Lanskap linier dan Koridor

Menurut Forman dan Gordon (1986), koridor merupakan lahan berbentuk

jalur yang sempit yang berbeda dengan lingkungan / matriks sekitarnya. Pada tiap

sisi koridor digunakan untuk transportasi, perlindungan dan habitat spesies serta

untuk keindahan. Walaupun koridor dapat berupa jalur yang terisolasi, mereka

kadang dihubungkan oleh areal (patches) dengan karakteristik vegetasi yang sama. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa koridor dapat membantu suatu

organisme untuk berpindah dari suatu areal ke areal yang lainnya, karena mereka

dihubungkan oleh kondisi habitat yang sesuai. Selanjutnya Forman dan Gordon

(1986) menyatakan bahwa ada tiga tipe dasar struktur koridor, menurut asal

koridor, aktivitas manusia dan tipe lanskapnya, yaitu:

1. Line Corridor, merupakan koridor yang didominasi oleh spesies bagian tepi, contohnya adalah jalan setapak, jalan, jalur irigasi dan jalur drainase.

2. Strip Corridor, adalah koridor yang lebih lebar dengan lingkungan bagian dalam sebagai pusat terdiri dari organisme bagian dalam yang berlimpah.

3. Stream Corridor, merupakan koridor yang membatasi jalur air dan lebarnya bervariasi tergantung pada ukuran aliran.

Taman Linier (linear park) adalah taman yang memiliki ukuran panjang yang lebih besar dibandingkan dengan lebarnya. Contoh yang khas dari taman

linier adalah sempadan jalur rel kereta api yang diubah menjadi taman. Dengan Koridor

(28)

9

kata lain, jalur kereta api yang tidak terpakai lagi diubah menjadi taman dengan

membiarkan vegetasi alami tumbuh kembali (Ahern, 2005).

Tanaman Lanskap Kota

Carpenter, Walker dan Lanphear (1975) mengemukakan bahwa kehadiran

tanaman di lingkungan perkotaan memberikan suasana yang alami. Tanaman

dalam lanskap merupakan salah satu elemen utama yang memiliki fungsi tertentu

dalam lanskap kota, baik secara individu maupun kelompok dalam

penanamannya, serta dapat memberi kesan yang berbeda-beda jika dilihat dari

jarak yang berbeda-beda pula. Pada jarak dekat, daun, batang pohon dan

cabang-cabang dapat dilihat dengan jelas. Jika dilihat pada jarak menengah,

puncak-puncak pohon terlihat membentuk suatu garis. Jarak ini merupakan bagian yang

penting dalam lanskap karena memberikan kesan kedalaman yang kuat,

perubahan secara halus dalam pencahayaan dan perspektif. Bila dilihat dari jarak

jauh, kontur dari puncak-puncak pohon tidak dapat dinikmati, biasanya pada jarak

ini pohon digunakan sebagai latar belakang.

Tanaman dalam lanskap dapat mengurangi dampak negatif dari kegiatan

lalu lintas misalnya mengurangi polusi, mengurangi silau serta menjadi unsur

pemersatu dan pelembut dari bangunan dan perkerasan. Beberapa persyaratan

dalam pemilihan tanaman untuk lanskap kota adalah (Nurisjah, 2005):

1. Disenangi dan tidak berbahaya bagi warga kota

2. Mampu tumbuh di lingkungan marjinal (tanah yang tidak subur, udara dan air

yang tercemar)

3. Tahan terhadap gangguan fisik (vandalisme)

4. Perakaran dalam sehingga tidak mudah tumbang

5. Tidak gugur daun, cepat tumbuh, bernilai hias dan arsitektural

6. Dapat menghasilkan O2 dan meningkatkan kualitas lingkungan kota

7. Bibit/benih mudah didapatkan dengan harga terjangkau oleh masyarakat

8. Prioritas menggunakan vegetasi endemik/lokal

9. Keanekaragaman hayati

Jenis tanaman endemik/lokal yang memiliki keunggulan (ekologi,

(29)

penciri Ruang Terbuka kota, selanjutnya dapat dikembangkan guna

mempertahankan keanekaragaman hayati wilayah dan nasional.

Perancangan Lanskap

Perancangan adalah ilmu dan seni pengorganisasian ruang dan massa

dengan mengomposisikan elemen lanskap alami dan non alami serta kegiatan

yang ada di dalamnya agar tercipta suatu karya tentang ruang yang secara fungsi

berdaya guna dan secara estetik bernilai indah sehingga tercapai kepuasan

jasmaniah dan rohaniah manusia serta makhluk hidup lain di dalamnya, selaras

dengan ruang, waktu dan dinamikanya (Rachman, 1984).

Menurut Simonds (1983) perancangan adalah sebuah proses kreatif yang

mengintegrasikan aspek teknologi, sosial, ekonomi, dan biologi serta efek

psikologis dan fisik yang ditimbulkan dari bentuk, bahan, warna, dan ruang hasil

dari pemikiran yang saling berhubungan. Ditambahkan oleh Laurie (1986), disain

atau perancangan merupakan perluasan dari perencanaan tapak. Disain berkenaan

dengan seleksi komponen-komponen rancangan, bahan-bahan, tumbuh-tumbuhan,

dan kombinasinya sebagai pemecahan terhadap masalah- masalah tertentu di

dalam rencana tapaknya. Selain itu perhatian perancangan lanskap lebih ditujukan

kepada aspek visualitas tapak itu sendiri.

Simonds (1983) menyatakan bahwa perancangan akan menghasilkan

ruang tiga dimensi. Perhatian perancangan ini ditekankan pada penggunaan

volume atau ruang. Setiap volume memiliki bentuk, tekstur, ukuran, bahan, warna

dan kualitas lain, yang secara keseluruhan dapat mengekspresikan dan

mengakomodasikan fungsi- fungsi ya ng ingin dicapai dengan baik. Dapat

dikatakan bahwa perencanaan adalah dua dimensi sedangkan pemikiran secara

tiga dimensi membawa manusia kedalam dunia perancangan. Aspek ruang dapat

memberikan dampak yang berbeda pada psikologis manusia, tergantung pada

pengorganisasiannya seperti keriangan, ketegangan, gerakan, keheningan dan

perenungan.

Proses disain membantu arsitek lanskap untuk mencapai disain tapak total

yang secara keseluruhan memanfaatkan seluruh elemen disain untuk memenuhi

(30)

11

juga harus memiliki tujuan khusus. Tanaman dipilih sebagai alternatif terbaik

terhadap kondisi lingkungan yang ada. Disain penanaman terbaik didapatkan

dengan memadukan ilmu pengetahuan dan seni yang pada akhirnya disain lanskap

yang baik adalah apakah pengguna atau pengunjung merasa nyaman berada di

dalamnya dan apakah ruang tersebut dapat digunakan seperti yang diinginkan

(Simonds, 1983).

Proses perencanaan dan perancangan dalam arsitektur lanskap menurut

Simonds (1983) terdiri atas Commision, Research, Analysis, Synthesis, Construction dan Operation (Gambar 3). Commision adalah tahap dimana klien menyatakan keinginan/kebutuhannya serta membuat definisi pelayanan dalam

suatu perjanjian kerja. Research merupakan tahap pengumpulan/inventarisasi data. Analysis merupakan tahap menganalisis tapak, melakukan pengkajian terhadap peraturan pemerintah, ketentuan standar, potensi dan standar serta

membuat program pengembangan tapak. Synthesis merupakan tahap analisis perbandingan, pengkajian dampak, akomodasi dan konsolidasi, membuat studi

skematik atas alternatif-alternatif yang kemudian dituangkan dalam ide konsep

serta menentukan metode pelaksanaan. Construction merupakan tahap pelaksanaan dengan mempersiapkan dokumen, kontrak kerja, supervisi dan

pengecekan pelaksanaan. Operation merupakan tahap penyelesaian proyek yang mencakup pelaksanaan kunjungan periodik, penyesuaian dan perbaikan serta

observasi penampakan.

Booth (1983) menyatakan bahwa proses perancana ngan/disain umumnya

memiliki tahap-tahap sebagai berikut:

1. Penerimaan proyek

2. Riset dan analisis (termasuk mengunjungi tapak)

a. Persiapan rencana dasar

b. Inventarisasi tapak (pengumpulan data) dan analisis (evaluasi)

c. Wawancara dengan pemilik (client)

d. Pembentukan program

3. Disain

a. Diagram fungsi ideal

(31)

c. Rencana Konsep (concept plan) d. Studi tentang komposisi bentuk

c. Disain awal

f. Disain skematik

g. Rencana Induk (Master plan)

h Pembuatan disain 4. Gambar-gambar konstruksi

a. Rencana Pelaksanaan (Layout Plan) b. Rencana Bertahap (Grading Plan) c. Rencana Penanaman (Planting Plan) d. Detil konstruksi

5. Pelaksanaan

6. Evaluasi setelah konstruksi

7. Pemeliharaan(Maintenance)

Sedangkan prosedur perancangan/disain menurut Hill (1995) terdiri dari

sepuluh tahap yaitu:

1. Masa Perjanjian (Term of Engagement)

Dalam menerima surat yang berisikan konfirmasi keinginan agar suatu

proyek disepakati, perancang dapat mengajukan syarat agar kontraknya segera

dibuat dan ditandatangani.

Ketika pelayanan penuh memerlukan seorang disainer, yang dipekerjakan

secara spesifik untuk memberikan nasihat, menyiapkan rencana dan mengawasi

pelaksanaan, dokumen yang kuat mungkin diperlukan. The Landscape Institute of The United Kingdom memiliki bentuk standar dari kondisi perjanjian, yang dijalankan untuk mengatasi 30 ketentuan perjanjian. Disini dijelaskan fungsi dan

kewajiban (obligasi) dari konsultan dengan melampirkan jadwal pelayanan dan

gaji normal untuk setiap pelayanan.

Selain konsultan memiliki perjanjian dengan klien, landscape contractor

dilibatkan dalam perjanjian tersebut. Hal ini mencakup dokumen tertulis seperti

(32)

14

Gambar 3. Proses Perencanaan dan Perancangan dalam Arsitektur Lanskap menurut Simonds (1983)

(33)

2. Batas Kewenangan (Limit of Authority)

Pada permulaan sangat penting untuk menetapkan hierarki kewenangan.

Klien biasanya tidak dilibatkan secara langsung dalam pelaksanaan kerja, namun

terkadang klien memiliki keinginan untuk me merintah kontraktor atau bahkan

memerintah pekerja di tapak, mengubah proses pekerjaan. Hal ini dapat

menciptakan masalah yang tak berujung, sehingga disainer dari awal harus

memb uat rantai perintah yang jelas.

3. Laporan singkat (The Brief)

Dalam beberapa keadaan klien memiliki gagasan penting, tapi belum

menentukan tapaknya. Contohnya, otoritas lokal mungkin memiliki keinginan

untuk mena mbahkan fasilitas rekreasi di dalam dan di sekitar kota, tetapi tidak

dapat memutuskan dimana lokasi yang tepat. Hal ini bisa menjadi masalah bagi

perencana kota. Perencana kota kemudian mungkin akan berkonsultasi dengan

disainer lanskap. Jika laporan singkat bertujuan untuk memuaskan kebutuhan

masyarakat, maka lokasi amat penting artinya. Gagasan baik bila ditempatkan di

lokasi yang tidak dapat diterima secara fisik dan sosial, dapat dengan mudah

diabaikan dan cepat terdegradasi. Kajian ekstensif mengenai beberapa faktor

seperti lalu lintas, transportasi, struktur sosial, budaya dan perdagangan mungkin

diperlukan sebelum sampai pada suatu kesimpulan. Laporan singkat harus

mencakup pernyataan yang jelas tentang limitasi anggaran, yang mencakup faktor

pemeliharaan. Hal ini penting, dalam pendekatannya perancang harus

menyesuaikan dengan kapasitas klien untuk melanjutkan setiap rencana.

4. Survei

Tapak adalah hal berikutnya yang harus diperiksa. Jika tapak berjarak jauh

dari kantor perancang, survei secara seksama mungkin diperlukan pada tahap ini.

Laporan singkat klien dilihat ulang, untuk menilai apakah berdasarkan informasi

yang diperoleh dari tapak, proposalnya realistik. Perancang mungkin pada tahap

ini memerlukan nasihat dari pelayanan konsultasi lain, dan atau bahkan

(34)

15

Perancang tampak sering mengecek ulang pada klien. Pengecekan

demikian dianjurkan dalam banyak kasus, untuk menghindari waktu dan uang

yang terbuang jika klien memutuskan mengubah pandangannya atau menarik diri

dari usaha mengingat informasi yang datang dari dari survei dan analisis.

5. Usulan (Proposal)

Pada rencana yang sangat kecil, rencana sketsa mungkin disiapkan tanpa

melalui tahapan konseptual, karena konsep akan menjadi bukti gambaran rencana

itu sendiri. Namun, karena banyak pekerjaan dicurahkan untuk persiapan

presentasi rencana, adalah bijaksana untuk sepakat tentang konsep dulu untuk

rencana yang lebih besar. Solusi ideal dapat muncul dengan sendirinya, tetapi

dalam banyak hal situasi dimana pihak yang setuju dan tidak setuju dari dua atau

tiga konsep tampak berimbang dan seleksi akhir menjadi masalah preferensi

personal. Jika mempresentasikan pekerjaan dihadapan suatu komisi, banyak

alternatif dapat menambah kesulitan disainer.

Dalam mempersiapkan gambaran konseptual, perancang akan selalu

mempertimbangkan tempat pembangunan dalam lingkungan keseluruhan. Karya

harus menunjukkan proyek dalam lingkungannya dengan penilaian-penilaian

dampak lingkungan. Untuk karya skala besar, hal ini dapat menjadi sangat

penting, dan dapat menjadi faktor penentu ketika mencari persetujuan otoritas

atau pemerintah lokal.

6. Rencana Sketsa (Sketch Scheme)

Dari konsep yang disetujui, rencana sketsa disiapkan, ini mencirikan

secara tepat kerja fisik di tapak, bangunan, jalan, jalan kaki, dinding, bentuk

tanah, tanaman dan sebagainya. Disarankan untuk memperoleh jasa dari seorang

QS (Quantities Surveyor) atau insinyur pada titik ini, tergantung pada sifat dari laporan singkat dan skala operasi yang diharapkan.

7. Rencana Akhir (Final Scheme)

Bila klien, perancang, publik (masyarakat) puas dengan rencana, dan

(35)

melanjutkan dengan gambar rancangan akhir. Ini harus menunj ukan bentuk lahan,

struktur dan material, jadwal penanaman yang komprehensif, dan dimana

diaplikasikan pertahapan. Analisis biaya terinci harus disiapkan. Pekerjaan ini

adalah untuk persetujuan akhir dari semua yang disebutkan di atas, tetapi ia juga

membawa pekerjaan ke tahapan vertikal.

Dalam persiapan suatu rencana, seringkali terjadi klien menjadi

terinspirasi untuk membuat perubahan, penambahan atau pengurangan begitu

rencana muncul, perancang harus mampu mengakomodasi keinginan tersebut;

tetapi setiap perubahan yang terjadi harus sesuai dengan penyusunan anggaran

biaya. Secara ideal ketika gambar perancangan akhir telah dusetujui, dan dimana

persetujuan tesebut telah dicatat secara formal, maka rencana final tersebut harus

”dibekukan”.

8. Rincian (Details)

Dari rencana yang telah membeku, perancang akan mempersiapkan

pengerjaan gambar, yang merinci secara tepat bagaimana tiap pekerjaan

konstruksi akan dirakit, dan dari materi apa. Suatu spesifikasi dan jika diperlukan

rekening jumlah disiapkan.

9. Kontrak (Contract)

Klien sekarang dalam posisi untuk menunjuk kontraktor. Kontraktor dapat

ditunjuk langsung atau dipilih sebagai hasil submisi tender. Penunjukan

kontraktor adalah langkah kritis dalam proses keseluruhan. Klien berharap atau

mengharapkan untuk memperoleh pekerjaan yang sebaik mungkin untuk harga

yang serendah mungkin, dan kedua ini seringkali tampak kontradiktif.

10. Pelelangan Terbuka (Tenders)

Bilamana tender akan diundangkan (dibuka), perancang kemungkinan

dengan bantuan dari QS atau insinyur dan klien, akan menyiapkan daftar

kontraktor prospektif. Bilamana pilihan yang mungkin bukan perusahaan terkenal,

cukup beralasan untuk menanyakan perspektif tender untuk menyebutkan contoh

(36)

17

dapat dikontrak dengan surat atau bahkan ditetapkan untuk mengetahui apakah

berminat atau tidak untuk melakukan tender. Ini untuk menghindari pengeluaran

dan kesulitan dalam mengirim berbagai copy gambar dan dokumen lain kepada kontraktor yang tidak berminat untuk melakukan tender.

Ketika mengundang tender, surat yang menyertai gambar dan dokumen

harus jelas menyatakan tanggal bila tender harus sudah diterima. Kontraktor dapat

diundang untuk menyatakan tanggal pemyelesaiannya maupun harga tendernya,

kontraktor mungkin juga meminta agar kondisi terakhir dipenuhi sebelum

memulai, misalnya bahwa pengaturan lebih dahulu dibuat untuk memudahkan

penghubung untuk mendapatkan akses ke lokasi (sites).

Bila tanggal yang ditentukan tiba, tender-tender akan ditangani oleh klien

dan perancang, dengan kehadiran QS atau insinyur jika diinginkan dan tidak

selalu tender terendahlah yang terbaik. Beberapa perusahaan dalam upaya untuk

mengalahkan pesaingnya, menawarkan terlalu rendah, hasilnya dapat menjadi

ketidakmampuan menyelesaikan pekerjaan tanpa bangkrut, atau berbagai arus

permintaan tanpa akhir untuk pertimbangan khusus, untuk dapat membolehkan

item trivial yang dilabel sebagai ekstra.

Tawaran yang terlalu lebar dari tanda estimasi (yang telah memasukkan

besar keuntungan yang memadai bagi kontraktor) harus dipandang dengan

kecurigaan. Namun pada akhirnya, adalah klien yang akan menandatangani

kontrak dan membayar tagihan, dan perancang lanskap, QS dan insinyur hanya

dapat memberi nasehat.

Booth (1983) menyatakan bahwa banyak tahap-tahap dari perancangan

tersebut yang saling tumpang tindih dan saling membaur sehingga susunannya

menjadi tidak jelas dan tidak nyata. Lebih jauh lagi, beberapa dari tahapan

tersebut bisa paralel satu dengan yang lainnya dalam hal waktu, dan muncul

secara serentak. Dengan kata lain, tidak ada satu pun tahap dari proses disain yang

(37)

Tabel 1. Perbandingan Proses Perancangan/ Disain

Simonds (1983) Booth (1983) Hill (1995)

Commis ion

• Kebutuhan klien

• Definisi Pelayanan

• Pelaksanaan persetujuan

Penerimaan proyek Masa Perjanjian (Term of Engagement) Batas Kewenangan (Limit of

Authority) Laporan singkat (The Brief) Research

(38)

19

Proses disain menurut Booth (1983) memiliki kegunaan-kegunaan yang

lain seperti:

1. Memberikan logika, mengorganisasai bagan kerja untuk menciptakan solusi

disain,

2. Menolong untuk memastikan bahwa solusi yang muncul cocok untuk masalah

disainnya (tapak, kebutuhan klien, anggaran, dsb),

3. Pertolongan bagi klien dalam menemukan penggunaan terbaik untuk tapak

dengan cara mempelajari solusi-solusi alternatif, dan

4. Menjadi dasar untuk menjelaskan dan mempertahankan solusi disain bagi

klien.

Setiap proyek memiliki masalahnya sendiri-sendiri sehingga membutuhkan

metode yang berbeda-beda untuk melalui proses desain. Dalam banyak kasus,

keterbatasan biaya menentukan lama waktu yang dapat dipergunakan untuk setiap

tahap dari proses disain.

Manajemen Kerja

Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan,

dan pengendalian upaya anggota organisasi dan proses penggunaan semua

sumberdaya organisasi yang bermacam- macam untuk tercapainya tujuan

organisasi yang telah ditetapkan (Stoner dan Freeman, 1992). Manajemen pada

hakikatnya merupakan alat atau sarana untuk menggerakkan unsur-unsur manusia,

bahan-bahan, uang, metode, sistem, dan pasar, guna mencapai tujuan yang telah

ditetapkan dengan penerapan fungsi- fungsi dan prinsip-prinsip manajemen secara

efektif dan efisien.

Menurut Stoner dan Freeman (1992) proses manajemen mencakup empat

fungsi utama, yaitu perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pengarahan (directing), dan pengawasan (controlling).

1. Perencanaan (Planning)

Planning merupakan konsep dasar dari suatu proses manajemen, dimana tugas-tugas manajemen disusun dan tujuan serta sasaran ditetapkan. Kebijakan

dan tata cara pelaksanaan dibuat, perencanaan sasaran jangka pendek dan jangka

(39)

2. Pengorganisasian (Organizing)

Pengorganisasian adalah proses pengaturan dan pengalokasian kerja,

wewenang, dan sumberdaya di kalangan anggota organisasi sehingga mereka

dapat mencapai tujuan organisasi secara efisien.

3. Pengarahan (Directing)

Pengarahan mencakup hal mengarahkan (directing), hal mempengaruhi (influencing) dan memotivasi (motivating) karyawan untuk menjalankan tugas-tugas pokok.

4. Pengendalian (Controlling)

Fungsi pengendalian manajemen mencakup penetapan standar kerja,

mengukur kinerja yang sedang berjalan, membandingkan kinerja ini dengan

standar yang telah ditetapkan dan mengambil tindakan untuk memperbaiki jika

terjadi penyimpangan.

Sebuah proyek agar terwujud perlu melibatkan banyak orang atau

organisasi sesuai dengan kepentingan dan disiplin ilmu, selain waktu dan dana

yang cukup besar agar tercapai tujuan proyek. Menurut Syah (2004), beberapa

orang atau badan organisasi yang terlibat dan berkepentingan atas terwujudnya

(40)

M E T O D O L O G I

Lokasi Magang

Kegiatan magang berlokasi di National Parks Boards Head Quarter

(NParks) Singapura, yang merupakan lembaga pemerintah yang bertugas untuk

mengembangkan, mengelola, dan mendukung ketersediaan taman-taman di

Singapura sebagai sumberdaya yang berharga bagi kegiatan rekreasi, konservasi,

penelitian dan pendidikan (NParks, 2005)

Gambar 4. Lokasi Magang, National Parks Board HQ (Street Directory, 2006)

Waktu Magang

Kegiatan magang ini berlangsung selama satu semester akademik (16

minggu), yaitu mulai tanggal 27 Februari 2006 hingga tanggal 16 Juni 2006.

(41)

Tabel 2. Jadwal Kegiatan Magang

No JENIS KEGIATAN MARET APRIL MEI JUNI

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 1. Persiapan dan

pengenalan lembaga

2. Detail Development (DD) Layout Plan

3. DD konstruksi Shelter

4. Site visit danobservasi 5. Tender Drawing

Management

6. DD Planting Plan Alexandra Park Connector

Metode Magang

Metode magang untuk kegiatan perancangan Park Connector Network

(PCN), yaitu pada bagian proyek West Garden, Alexandra Park Connector Extension, yang terletak di antara Commonwealth Ave. dan Dawson Road, ini berupa:

1) Partisipasi aktif dalam kegiatan yang berlangsung di studio dan partisipasi

aktif dalam kegiatan lapangan.

2) Wawancara dengan arsitek lanskap dan pengguna tapak

(42)

K O N D I S I U M U M

Singapura Geografis dan Administratif

Republik Singapura merupakan negara yang terletak di Asia Tenggara.

Singapura terdiri dari satu pulau utama, yang memiliki bentuk seperti permata dan

dikelilingi oleh pulau-pulau kecil. Pulau utamanya disebut dengan pulau

Singapura, terpisah dengan negara Malaysia di bagian utara oleh selat Johor yang

sempit dan dihubungkan dengan jalan dan jalur kereta api dengan kota Johor

Baru, Malaysia. Di bagian selatan, pulau Singapura dipisahkan dari kepulauan

Riau, Indonesia, oleh selat Singapura (Gambar 5). Secara geografis, Singapura

terletak pada koordinat 1°17.583´LU 103°51.333´BT, 137 km di utara dari

katulistiwa.

Pulau-pulau kecil Singapura antara lain Jurong Island, Pulau Tekong, Pulau Ubin dan Sentosa Island, yang merupakan pulau terbesar di antara pulau-pulau lainnya. Lokasi tertinggi di Singapura adalah Bukit Timah, dengan

ketinggian 164m di atas permukaan laut.

Gambar 5. Peta Kota Singapura (Wikipedia, 2005a)

Legenda

(43)

Pada mulanya pusat kota terletak di bagian selatan Singapura, di sekitar

muara Singapore river, sementara lahan lain digunakan untuk hutan hujan tropik dan pertanian. Sejak tahun 1960-an Pemerintah Singapura membangun kota baru

di beberapa tempat sehingga pada akhirnya seluruh Singapura menjadi lanskap

perkotaan. Pada perkembangannya Singapura telah mereklamasi pulaunya dengan

tanah dari bukit Singapura itu sendiri, dari dasar laut, serta dari negara tetangga.

Hasilnya, luas pulau Singapura bertambah dari 581.5 km2 pada tahun 1960-an menjadi 699.1 km2 pada saat ini, dan akan terus bertambah sekitar 100km2 pada

tahun 2030. Luasan ini sangatlah kecil jika dibandingkan dengan Kota Jakarta

yang luasnya 740,28 km2 dan Bogor 3462,27 km2 (Kota Bogor 21,56 km2 dan Kabupaten Bogor 3440,71 km2).

Fisik dan Wilayah

Iklim

Singapura terletak 1° atau 137 km di sebelah utara garis katulistiwa.

Singapura memiliki iklim hutan hujan tropis, dengan curah hujannya yang relatif

tinggi karena letak geografisnya yang dikelilingi oleh laut. Curah hujan tahunan

rata-rata sekitar 2,370mm. Temperatur minimumnya berkisar 23-26°C dan

maksimumnya berkisar 31-34°C. Kelembaban relatifnya berkisar 90% pada pagi

hari, hingga sekitar 60% pada tengah hari, bahkan pada musim hujan kelembaban

relatifnya bisa mencapai 100%.

Iklim di Singapura dapat dibagi menjadi dua musim utama, mus im

Monsoon Timur Laut dan musim Monsoon Barat Daya. Musim Monsoon Timur

Laut terjadi pada bulan Desember hingga awal Maret. Pada saat itu bertiup angin

Timur Laut yang kecepatannya dapat mencapai 20 km/jam. Pada bulan Desember

dan Januari kondisinya berawan dengan frekuensi gerimis di sore hari. Terjadi

hujan sedang hingga deras sekitar satu hingga tiga hari di akhir musim. Pada

bulan Februari hingga awal Maret relatif kering. Secara umum juga berangin

dengan kecepatan terkadang mencapai 30 hingga 40 km/jam pada bulan Januari

(44)

25

Mei. Angin ringan yang beragam, dengan gerimis pada sore dan awal malam yang

sering diiringi oleh guntur.

Musim Monsoon Barat Daya, terjadi pada bulan Juni hingga September,

bertiup angin Barat Daya. Menjelang pagi, hujan badai secara tiba-tiba dari arah

Sumatera sering terjadi. Pre Monsoon Barat Daya, terjadi pada bulan Oktober

hingga November yang ditandai angin ringan yang beragam. Angin sepoi-sepoi

dari arah laut terjadi di sore hari, gerimis yang menyebar dengan guntur terjadi

pada malam hari.

Hidrologi

Tanpa adanya sungai alami dan danau, sumber air domestik utama

Singapura adalah air hujan, yang tertampung di waduk atau area tangkapan. Air

hujan mensuplai kira-kira 50% kebutuhan air Singapura, selebihnya air di impor

dari Malaysia dan Indonesia. Untuk mengurangi ketergantungan sup lai air dari

negara lain, pemerintah Singapura membangun fasilitas daur ulang air dan

menanam tanaman penyerap garam pada area tangkapan/waduk.

Aktifitas Seismik

Singapura relatif aman dari aktivitas gempa, hal ini dikarenakan letaknya

ribuan kilometer jauh dari area patahan geologis kerak bumi. Bagaimana pun

juga, penduduk dan bangunan di Singapura sangat mudah terpengaruh oleh

aktivitas gempa kecil, yang sangat jarang, dan umumnya tidak melukai dan

jumlah obyek yang bergetar sangatlah terbatas. Hal ini sangat kontras dengan

aktivitas gempa di negara tetangganya seperti Indonesia, yang berlokasi di area

lempengan tektonik Pasifik, Eurasia dan Australia sehingga memiliki resiko tinggi

terjadinya gempa yang menyebabkan tsunami.

Ekonomi

Singapura memiliki perekonomian berbasis pasar yang sangat maju, di

mana negara memainkan peranan yang besar. Singapura merupakan salah satu

(45)

dipandang sebagai salah satu dari Macan Asia Timur. Permintaan domestik relatif

rendah, dan perekonomian tergantung sekali pada ekspor yang dihasilkan dari

perbaikan barang-barang impor dalam bentuk perdagangan entrepot yang

diperluas. Ini khususnya terjadi pada barang elektronik dan manufakturing.

Pada tahun 2001 perekonomian Singapura sangat terpukul oleh resesi

global dan kemerosotan dalam sektor teknologi. Akibatnya, PDB tahun itu

berkurang 2.2%. Komisi Tinjauan Ekonomi (KTE), yang dibentuk oleh

Pemerintah Singapura pada Desember 2001, membuat rekomendasi kunci untuk

membangun kembali perekonomian Singapura.

Singapura mengintroduksikan Pajak Barang dan Jasa (PBJ) pada 1 April

1994, mulai dari sebesar 3%. Ini telah meningkatkan secara substansial

penerimaan pemerintah dan sangat membantu dalam mempertahankan stabilitas

keuangan dan membantu untuk membiayai reformasi ekonomi lebih ke arah

penyediaan jasa-jasa dan barang-barang bernilai tambah, sebagai ganti produk

elektronik. PBJ kemudian meningkat menjadi 5%, dengan peningkatan terakhir

terjadi pada tahun 2004.

Sejak itu perekonomian telah pulih sebagai respons terhadap perbaikan

perekonomian dunia, dan tumbuh dengan laju peningkatan sebesar 8,4% pada

2004. Dalam jangka yang lebih panjang, Pemerintah Singapura berharap untuk

menetapkan jalur pertumbuhan baru yang kurang rawan terhadap siklus bisnis

eksternal dibandingkan dengan model petumbuhan yang dipandu-ekspor kini.

Namun disadari adalah tidak mungkin untuk meninggalkan upaya- upaya untuk

menjadikan Singapura sebagai poros keuangan dan teknologi canggih Asia

Tenggara.

Transportasi

Singapura merupakan poros penerbangan utama dan titik persinggahan

penting bagi ’rute kanguru’ antar Australasia dan Eropa. Bandara Changi

Singapura memiliki jaringan 77 perusahaan penerbangan yang menghubungkan

Singapura dengan 178 kota di 56 negara. Bandara Changi adalah salah satu dari

bandara puncak di Asia berdasarkan jumlah penumpang yang ditangani, dengan

Gambar

Gambar 3. Proses Perencanaan dan Perancangan dalam Arsitektur Lanskap menurut Simonds (1983)
Gambar 4. Lokasi Magang, National Parks Board HQ (Street Directory, 2006)
Gambar 5.  Peta Kota Singapura (Wikipedia, 2005a)
Tabel 3. Sejarah Pembentukan National Parks Boards
+7

Referensi

Dokumen terkait