• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRATEGI KEPALA SEKOLAH DALAM UPAYA MEMOTIVASI MINAT MEMBACA BUKU DIGITAL SISWA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "STRATEGI KEPALA SEKOLAH DALAM UPAYA MEMOTIVASI MINAT MEMBACA BUKU DIGITAL SISWA"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

13

MINAT MEMBACA BUKU DIGITAL SISWA

Melinda Elfina Rahmawaty Karwanto

Manajemen Pendidikan, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Surabaya melinda.17010714072@mhs.unesa.ac.id

Abstrak

Tujuan penulisan artikel ilmiah ini untuk mengetahui, menjelaskan dan menganalisis kepemimpinan kepala sekolah dalam upaya meningkatkan minat membaca buku digital siswa. Metode yang dilakukan dalam penulisan artikel ilmiah ini menggunakan studi kepustakaan. Data dikumpulkan melalui kajian teks dan hasil-hasil penelitian yang relevan. Analisis data dilakukan dengan langkah-langkah: Pertama, data-data yang telah terkumpul diklasifikasi berdasarkan rumusan masalah yang dikaji. Kedua, data-data yang dikaji secara kualitatif dianalisis dengan menggunakan analisis isi. Ketiga, berdasarkan hasil analisis dan interpretasi data, dilakukan pengambilan kesimpulan yang dilengkapi dengan saran-saran. Hasil kajian artikel ilmiah menunjukan bahwa kepemimpinan kepala sekolah memiliki peran sangat penting dalam meningkatkan minat membaca buku digital bagi peserta didik dalam upaya menghasilkan sumber daya manusia yang kritis, berwawasan, mandiri, kompeten dan mampu meningkatkan prestasi belajar siswa.

Kata kunci:kepemimpinan kepala sekolah, peningkatan minat membaca, buku digital siswa.

Abstract

The purpose of writing this scientific article is to find out, explain and analyze the leadership of the principal in an effort to increase the interest in reading students' digital books. This method of writing scientific articles uses literature studies. Data is collected through text studies and relevant research results. Data analysis is done by steps: First, the collected data is classified based on the formulation of the problem being studied. Second, qualitatively reviewed data are analyzed using content analysis. Third, based on the results of data analysis and interpretation, conclusions are taken that are equipped with suggestions. The results of scientific article studies show that the headmaster's leadership has a very important role in increasing the interest in reading digital books for learners in an effort to produce critical human resources, insightful, independent, competent and able to improve student learning achievement.

Keywords: principal leadership, increased interest in reading, digital books of students.

PENDAHULUAN

Sentral tercapainya segala program dalam suatu lembaga pendidikan di sekolah merupakan salah satu tugas pemimpin sekolah. Peningkatan mutu SDM di sekolah ditentukan oleh iklim sekolah yang berkualitas serta semakin membaik. Pemimpin sekolah dalam manajemen sekolah hendaknya menguasai suatu keterampilan serta kompetensi tertentu

yang nantinya dapat mendukung dan melaksanakan tugas dengan baik. (Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia, 2007) tentang 5 dimensi kompetensi keahlian yang seharusnya dimiliki oleh pimpinan sekolah yaitu kompetensi tentang Kepribadian, kompetensi keahlian manajerial, kompetensi kemampuan kewirausahaan,

▸ Baca selengkapnya: contoh buku agenda kepala sekolah

(2)

14 kompetensi keahlian dalam supervisi, dan yang terakhir kompetensi dalam sosial.

Dunia saat ini telah berada dalam era industri 4.0 yang dimana teknologi informasi sudah menjadi basis dalam kehidupan masyarakat saat ini. Jika dulu keberhasilan anak diukur dari tingkat kecerdasan IQ dan kecerdasan emosional (EQ), maka anak jaman sekarang membutuhkan Digital Quotient (DQ). Kecerdasan digital tidak terbatas pada keterampilan mengoperasikan peralatan teknis, tetapi juga cara persiapkan diri untuk peserta didik sebagai bagian dari masyarakat digital yang bertanggung jawab dan hadapi tantangan era digital dengan keyakinan. Tingkat DQ berkorelasi positif dengan penggunaan perangkat digital yang aman, kinerja akademis yang lebih tinggi, serta kesadaran global yang tinggi. Menurut DQ institute dalam (Meylina, 2020) mendefinisikan kecerdasan digital (DQ) yakni seperangkat teknologi, kognisi, metakognitif dan sosial emosional sintesis berbasis nilai moralitas universal dan apa yang memungkinkannya individu menghadapi tantangan, dalam meraih kesempatan itu dikehidupan digital saat ini.

Pesatnya perkembangan teknologi digital, membawa beragam informasi semakin banyak yang ditransmisikan menggunakan gawai oleh masyarakat saat ini. Salah satunya yaitu buku digital (E-book). Rahman dalam (Kementerian Pendidikan Kebudayaan, 2018a) mengatakan Pengembangan Kapasitas Penggiat Literasi Digital hanyalah sekedar ledakkan agar masyarakat terpapar energi multiliterasi. Kepala sekolah bukan hanya sebagai pemimpin di lingkungan sekolah, namun kepala sekolah juga seharusnya mampu untuk menempatkan diri sebagai bagian dari arus perubahan pendidikan saat ini. Dengan demikian dukungan serta peran pendidikan di sekolah diharapkan akan dapat meningkatkan daya inovasi belajar ditengah persaingan global pesatnya perkembangan teknologi informasi.

Di era digital saat ini adalah tantangan yang berat untuk pendidikan di sekolah ketika sekolah tidak bisa bergerak dinamis dan fleksibel maka organisasi sekolah tersebut akan termakan oleh jaman. Menurut Sudira (2015) menyatakan paradigma pembelajaran saat ini mengalami pergeseran dari pendidikan konvensional dengan peluang terbatas dan ini mulai terpola ke proses pembelajaran terbaru sebagai proses self determine, self actualization,

dan self directing yang dimana siswa fokus

belajar tanpa terbatas waktu, sumber isi, ruang dan tempat. Gelombang besar dunia digital saat ini bukan hanya teknologi menawarkan sebagai media komunikasi, namun teknologi saat ini juga menawarkan sebagai alat pembelajaran untuk memudahkan peserta didik saat ini. Siswa saat ini hanya dengan mengandalkan jaringan internet serta smartphone atau computer sudah dengan mudah untuk mengakses informasi di dalam e-book.

Buku merupakan jendela dunia, tanpa buku seseorang akan minim pengetahuan serta keahlian. Buku ini bisa ditemukan dimana saja tidak harus di perpustakaan sekolah. Perpustakaan saat ini telah memanfaatkan teknologi internet dan kebutuhan informasi bagi penggunanya. Suprianto (2008) Teknologi dari internet akan menghubungkan penggunanya dengan perpustakaan digital, sehingga informasi akan dapat diakses selama penggunanya terhubung dengan jaringan internet. Perpustakaan yang mampu memenuhi kebutuhan informasi penggunanya dapat dilihat seberapa besar tingkatan pemanfaatan secara konsumtif koleksi digital dari perpustakaan online tersebut.

Menurut Saleh (2005) perpustakaan digital memudahkan bagi para pengguna nya untuk mengakses berbagai sumber informasi dari elektronik dengan sumber alat yang efisien dan menyenangkan pada waktu serta menjadi kesempatan yang tak terbatas. Selain saat ini sudah adanya perpustakaan digital yang bisa mengandalkan platform website, buku saat ini juga turut menjadi objek yang digitalkan. Koleksi e-book adalah koleksi buku yang didigitalkan. Buku saat ini mengalami perubahan dari bentuk yang awalnya tercetak ini telah menjadi bentuk elektronik. Wajah baru dari e-book berisikan informasi yang dibentuk digitalkan serta bertampilkan teks digital hal ini dirasa efektif serta efisien dibawa kemana saja, kapan saja hanya dengan memanfaatkan teknologi internet.

Teknologi boleh saja telah menawarkan berbagai kemudahan, meskipun telah dimudahkan oleh adanya teknologi. Lagi-lagi rendahnya minat membaca siswa menjadi polemic yang belum terlihat ujungnya di Indonesia. Tohir (2019) mengatakan hasil studi PISA 2018 Indonesia mengalami penurunan, yang dimana di kategori membaca negara Indonesia berada dalam peringkat ke 6 dari bawah dengan skor nilai rata-rata 377. Dengan fenomena tersebut, mampu mengindikasi ketika

(3)

15 individu minim wawasan serta pengetahuan, hal itu juga akan mendekatkan individu tersebut dengan jurang kemiskinan.

Respati (2018) menyatakan membaca memiliki urgensi yang sangat penting di dalam KBM di sekolah. Kunci berhasil tidaknya suatu proses KBM ditentukan oleh kemampuan siswa dalam membaca. Dengan adanya membaca individu akan dapat menangkap informasi yang disampaikan guru serta menginterpretasikan tanda maupun lambang dalam bahasa yang ditelaah bagi pembaca. Membaca memiliki urgensi yang sangat kompleks, selain untuk menambah wawasan seseorang membaca juga mampu meningkatkan taraf berpikir kritis, pemikir kreatif, komunikator yang baik dalam diskusi dan kemandirian seseorang.

Minat gemar membaca menjadi sebuah

value yang diperlukan adanya kesadaran bagi

setiap individu sebab minat membaca hanya bisa muncul dari pribadi masing-masing. Dengan membaca akan mampu meningkatkan pola pikir yang kritis bagi siswa, serta menambah wawasan dan membaca merupakan bagian dari satu cara untuk meningkatkan prestasi belajar setiap siswa. Indonesia sendiri menganut konsep dari pendidikan sepanjang hidup (long life education) sehingga takkan ada batasan untuk menuntut ilmu terkhususnya dalam membaca. Hasil membaca juga mampu merubah gaya dan pola hidup seseorang. Antoro (2017) mengatakan dengan buku yang dibaca siswa akan memaksimalkan potensi dalam dirinya.

Setiap siswa memiliki kesempatan untuk mengembangkan pemikirannya. Konsep memerdekakan pikiran melalui pendidikan merupakan hasil dari kegiatan siswa gemar membaca (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2018b). Buku merupakan sumber segala informasi dan jendela dunia yang mampu mengajarkan serta menyadarkan masyarakat, akan urgensinya ilmu pengetahuan terhadap kehidupan. Dengan membaca siswa mampu menembus cakrawala dunia. Kemampuan setiap individu dalam mempelajari serta mengelola informasi menjadi modal yang sangat penting bagi individu dalam meningkatkan cara pikir, pengetahuan, mental dan budi pekertinya. baik dalam lingkungan masyarakat maupun lingkungan sekolah.

Diperjelas dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (2003) pasal 3 tentang standar nasional pendidikan menjelaskan terkait pendidikan nasional memiliki fungsi

mengembangkan kemampuan, membentuk watak serta peradaban dari bangsa yang bermartabat dalam maksud untuk mencerdaskan bangsa. Memiliki tujuan untuk mengembangkan potensi untuk anak didik agar membentuk karakteristik manusia yang berakhlak mulia, sehat sentosa, berilmu luas, cakap terhadap sesama, kreatif, mandiri dalam menjalankan kehidupan sehari-hari, menjadi warga negara yang baik dan demokratis bertanggung jawab. Bukan hanya di lingkungan sekolah serta di lingkungan keluarga saja namun juga berlaku pada lingkungan masyarakat.

Kepala Sekolah memiliki peran utama untuk mengambil suatu keputusan untuk meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah. Novianty (2016) menjelaskan pimpinan sekolah adalah salah satu komponen motor penggerak serta penentu arah kebijakan dan memainkan peran yang sangat penting dalam mencapai kesuksesan yang berkualitas pendidikan di sekolah. Kepemimpinan kepala sekolah yang mampu mempengaruhi masyarakat sekolah, mengelola sebuah sekolah dengan baik akan menghasilkan sekolah yang unggul, karena keunggulan suatu sekolah bisa dilihat dari hasil kepemimpinannya. Dengan adanya Evolusi konsep peningkatan gerakan literasi digital siswa, akan menjadi budaya yang baik di sekolah.

Nasrullah et al. (2017) berpendapat dalam meningkatkan jumlah dan ragam sumber belajar yang bermutu untuk literasi digital di lingkungan sekolah bisa melakukan (1) penambahan bahan bacaan literasi digital di perpustakaan. Perpustakaan merupakan jantung pengetahuan sekolah. Dengan menyediakan. (2) menyediakan situs-situs edukatif sebagai sarana sumber belajar masyarakat sekolah. (3) menggunakan aplikasi atau platform yang edukatif sebagai sarana sumber belajar masyarakat sekolah.

Berdasarkan latar belakang diatas, penelitian ini bertujuan untuk mengkaji dari hasil literatur mengenai Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam Upaya Meningkatkan Minat Membaca Buku Digital Siswa. Penelitian ini diharapkan mampu dalam memberikan referensi kepada penelitian lain mengenai permasalahan tersebut. METODE

Metode yang dilakukan dalam penulisan artikel ilmiah ini menggunakan studi kepustakaan. Data yang dikumpulkan

(4)

16 menggunakan kajian teks dan hasil-hasil penelitian yang relevan. Analisis data yang dilakukan dengan langkah: Pertama, dari data yang telah terkumpul diklasifikasi berdasarkan rumusan masalah yang sesuai kajian. Kedua, data yang telah dikaji gunakan analisis isi untuk analisis kualitatif. Ketiga, berdasarkan hasil analisis dan interpretasi data, menarik kesimpulan dan membuat rekomendasi.

Studi pustaka adalah istilah lain untuk kritik sastra, penelitian teoritis, landasan teoritis, dan kritik teoritis. Sedangkan studi pustaka berarti penelitian yang didasarkan pada karya tulis, termasuk hasil penelitian yang telah dipublikasikan atau tidak dipublikasikan (Melfinaora, 2019). Penelitian dengan studi literatur merupakan sebuah penelitian yang tidak perlu pergi ke lapangan untuk bertemu dengan narasumber. Data yang dibutuhkan untuk penelitian dapat diperoleh dari sumber perpustakaan. Menurut Zed (dalam Melfianora, 2019) dalam penelitian pustaka (library research), pencarian dokumen tidak hanya sebagai langkah awal dalam menyusun kerangka penelitian (desain penelitian), tetapi juga menggunakan sumber daya perpustakaan untuk memperoleh data penelitian.

Meski terkesan sederhana, namun penelitian kepustakaan masih membutuhkan banyak ketekunan, sehingga data dan analisis data serta kesimpulan yang diperoleh sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Ini membutuhkan persiapan dan implementasi yang optimal.

Dengan demikian penelitian dengan studi literatur dapat dikategorikan sebagai karya ilmiah karena pengumpulan data yang dilakukan dengan sebuah strategi dalam bentuk metodologi penelitian. Variabel dari penelitian studi literatur bersifat tidak baku.

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

Anggraeni dan Nurhikmahyanti (2016) mengatakan mengenai Strategi Kepala Sekolah Untuk Meningkatkan Gemar Membaca Siswa Di SMPN 2 Balongbendo Sidoarjo menunjukan bahwa pimpinan sekolah lebih menekankan pada strategi - strategi dari pengelolaan sarana perpustakaan, layanan perpustakaan, pengadaan buku untuk menarik siswa dan dengan menerapkan mode jeda membaca (didukung dengan keberadaan perpustakaan di dalam kelas), pojok baca buku terletak di tempat yang sering didatangi siswa. Sehingga dalam hal ini peran kepala sekolah sangatlah penting sebagai

pemangku kepentingan atas jalannya program tersebut. Dalam kesiapan program menunjukkan sarana prasarana sudah mewadahi dan kesiapan sumber daya manusia dalam pelayanan perpustakaan hingga pendukung program ini sudah baik.

Hasil penelitian dari Rafael dan Sholeh (2019) tentang Strategi Kepala Sekolah Dalam Gerakan Literasi Sekolah Untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Di SD Muhammadiyah 15 Surabaya menunjukan bahwa peran kepala sekolah sangatlah penting sebagai pemangku kepentingan atas jalannya program. Untuk pengelolaan sarana prasarana sudah mewadahi dan kesiapan sumber daya manusia dalam pelayanan perpustakaan hingga guru sebagai fasilitator pendukung program ini sudah baik. Dalam program ini kepala sekolah menggunakan strategi yakni (1) kegiatan membaca 30 menit sebelum kegiatan belajar mengajar (2) perencanaan perpustakaan dan jadwal presentasi di depan kelas (3) kegiatan kunjungan ke perpustakaan selama 30 menit yang dimana siswa diberi tugas untuk membaca buku (4) memberikan motivasi kepada siswa yang malas membaca akan minim informasi/ pengetahuan saat presentasi (5) peningkatan membaca diukur dengan daya kemampuan critical thinking siswa dan 5 strategi ini mampu menjadi habituasi yang baik bagi siswa.

Hasil penelitian Puspita (2019) mengenai Peran Budaya Literasi Pada Peningkatan Karakter Siswa SD. Menunjukkan bahwa peran kepala sekolah dalam memupuk kebiasaan literasi bagi siswa disekolah dibantu oleh guru melalui pembelajaran dalam kelas. Sarana prasarana dalam pendukung program ialah perpustakaan dan dalam program ini kepala sekolah menggunakan strategi yakni penerapan budaya literasi memiliki hubungan penting dengan literasi dan karakter, yang akan mempengaruhi karakter siswa sekolah dasar.

Hasil penelitian dari Asmawan (2018) tentang Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah Dalam Mendukung Gerakan Literasi Sekolah. Sampai pada kesimpulan yang menunjukkan bahwa kepala sekolah memiliki peran sebagai agen perubahan demi kemajuan kualitas SDM peserta didik di sekolah sehingga kepala sekolah harus mempunyai strategi atau solusi untuk menangani hambatan gerakan literasi di sekolah dari strategi bekerja sama dengan masyarakat sekolah untuk pengadaan buku di perpustakaan, pembelajaran kontekstual kbm di dalam kelas dan diluar kelas, kegiatan

(5)

17 story telling, menambah kepetugasan di perpustakaan, menggerakan guru dan staf untuk mendukung gls dengan memberikan teladan 15 menit membaca sebelum kbm dan one

punishment with one book.

Hasil penelitian Watifah et al. (2016) mengenai Pengembangan Perpustakaan Digital Bahasa Indonesia Untuk Meningkatkan Literasi Informasi Siswa SMA Di Bandarlampung. Menunjukkan bahwa Dalam program ini peran kepala sekolah menggunakan strategi yakni sekolah memiliki suatu potensi untuk mengembangkan perpustakaan digital. Ditinjau dari segi keterampilan TIK, 100% siswa bisa mengoperasikan komputer, hal ini dapat membantu siswa dalam pencarian informasi serta memberikan efisiensi dari segi waktu untuk siswa dan daya tarik bagi siswa dengan 92,13%. Selain itu guru menjadi sumber daya manusia di tekankan untuk menjadi fasilitator serta menuntun siswa.

Hasil Penelitian Suragangga (2017) tentang Mendidik Lewat Literasi Untuk Pendidikan Berkualitas menunjukkan bahwa kantor pendidikan mendorong sekolah untuk merancang kursus dan rencana pembelajaran untuk menginspirasi anak-anak agar menikmati membaca dan menulis sejak dini (TK) selain itu orang tua memberikan dukungan untuk anaknya membaca dan menulis dirumah secara efektif. Untuk anak SD kelas 1 sampai 3 siswa diwajibkan membaca dan menulis serta siswa wajib mempunyai readinglog.

Hasil penelitian Aulinda (2018) mengenai Menanamkan Budaya Literasi Pada Anak Usia Dini Di Era Digital menunjukkan bahwa budaya literasi merupakan kemampuan dasar anak untuk membaca, menulis dan berhitung sehingga akan memberikan dampak kemampuan berpikir kritis bagi anak terutama di era saat ini. Dalam hal ini kepala sekolah memberi wewenang kepada guru saat mengajar dalam kelas dengan salah satu cara untuk menanamkan budaya literasi sejak dini adalah yaitu dengan metode cakruk baca gerak, metode dia tampan dan yang terakhir bisa dengan metode mendongeng.

Hasil penelitian (Khasanah & Herina, 2019) tentang Membangun Karakter Siswa Melalui Literasi Digital Dalam Menghadapi Pendidikan Abad 21 (Revolusi Industri 4.0) menunjukkan bahwa literasi digital merupakan sebuah keterampilan dalam berpikir tingkat tinggi sebagai pendukung dalam mengembangkan sebuah ketercapainya dalam akademik dan di

era revolusi 4.0 siswa dituntut untuk menguasai dunia digital demi masa depan yang inovatif dalam dunia pendidikan serta mampu menyesuaikan dengan kurikulum sesuai dengan perkembangan teknologi yang nantinya akan mampu membawa peserta didik kedalam dunia akademisi modern.

Hasil penelitian Respati (2018) mengenai Implementasi GLS Dalam Menanamkan Karakter Gemar Membaca Siswa Kelas Tinggi di SDN 1 Sawahan sampai pada kesimpulan yang menyatakan bahwa peran kepala sekolah sangatlah penting sebagai pemangku kepentingan atas jalannya program. Untuk pengelolaan sarana prasarana sudah mewadahi dan kesiapan sumber daya manusia dalam pelayanan perpustakaan hingga guru sebagai fasilitator pendukung program ini sudah baik. Dalam program ini kepala sekolah menggunakan strategi yakni GLS yang diterapkan di SDN 1 Sawahan ini memiliki fokus pada membaca dengan metode 15 menit setiap paginya, guru mampu menjadi model dalam membaca mendorong sekolah untuk merancang kursus dan rencana pembelajaran untuk menginspirasi anak-anak didik agar menikmati membaca dan menulis sejak usia dini.

Hasil Nasution dan Hidayah (2019) mengenai E-Kompen (Elektronik-Komik Pendek) Sebagai Solusi Cerdas Dalam Meningkatkan Minat Membaca Masyarakat Indonesia Diera Digital menunjukkan bahwa e-kompen merupakan solusi cerdas untuk meningkatkan minat baca masyarakat di indonesia karena mampu menarik minat masyarakat secara luas. Komik sendiri merupakan cerita bergambar dan menjadi media komunikasi visual cerita karena Komik sendiri mampu menjadi alat bantu pendidikan serta mampu menyampaikan informasi secara efektif dan efisien.

Hasil penelitian Batool dan Mahmood (2012) tentang Teacher’s Conceptions About

Information Literacy Skills Of School Children

menunjukan bahwa penelitian ini dirancang untuk mengukur konsepsi guru dari 3 kelas tentang keterampilan pengetahuan/ informasi yang didapatkan dari membaca siswa. Hasil nya menunjukkan Pengelolaan sekolah dengan diberikan sumber daya dan manajerial yang tepat maka akan menghasilkan infrastruktur yang memadai untuk gerakan literasi ini. Selain itu hasil gerakan literasi siswa ini merupakan alat pembelajaran yang tepat untuk

(6)

18 menghasilkan informasi/ pengetahuan yang fleksibel di sekolah.

Hasil penelitian Miller dan Pennycuff (2008) tentang The Power Of Story: Usisng Storytelling To Improve Literacy Learning

menunjukkan bahwa mendongeng adalah strategi yang efektif menggabungkan cara estetika pengetahuan ke dalam pengajaran. Selain itu untuk meningkatkan prestasi akademik siswa dalam membaca dan menulis mendongeng memiliki kemampuan untuk meningkatkan seni dalam pendidikan dan memotivasi anak-anak untuk terhubung dengan pembelajaran mereka.

Hasil penelitian (Folotiya et al., 2014) mengenai The Effect Of Using A Mobile Literacy Game To Improve Literacy Levels Of Grade One Students In Zambian Schools

menunjukkan bahwa rendahnya tingkat literasi siswa Zambia adalah masalah yang harus segera diselesaikan. Kegagalan untuk mencapai tingkat akuisisi keaksaraan yang diinginkan pada tahap awal mempengaruhi kinerja masyarakat tidak hanya dalam membaca dan menulis tetapi juga dalam berkomunikasi, Grapho game dapat digunakan sebagai kegiatan belajar secara independen untuk mendukung kurikulum yang saat ini digunakan di beberapa sekolah negeri dan hal ini mampu menjadi alat memperkuat pengetahuan keaksaraan dan kesadaran fonemik yang sudah diajarkan diruang kelas.

Hasil penelitian Marsh (2016) tentang The Digital Literacy Skills And Competences Of

Children Of Pre-School Age menunjukkan

bahwa dengan mempertimbangkan keterampilan literasi digital anak-anak dalam perubahan 4 proses yang terlibat dalam produksi teks (desain, pengelolaan, penyampaian, persepsi) akan mampu dalam menawarkan pemahaman baru tentang keterampilan dan pengetahuan literasi digital anak-anak yang penting untuk didokumentasikan secara digital dalam era digital saat ini. Pada usia dini anak – anak dapat bertindak efektif sebagai penulis dan pembaca dengan adanya media teknologi karena mampu menarik daya minat mereka. Dengan adanya dimensi Budaya literasi digital berkait cara anak minat membaca teks di sosial media ini harapan nantinya akan menjadi gaya hidup/sosial budaya mereka dan meningkatkan skill/kompetensi.

Hasil penelitian Pantiwati et al. (2020) mengenai The Characteristics Of Literacy

Management In School Literacy Movement

(SLM) At Junior High School In

Malang-Indonesia menunjukkan bahwa Gerakan literasi

dilakukan berdasarkan 3 tahap yaitu pembiasaan, pengembangan, dan pembelajaran. Ketiga tahapan tersebut di merepresentasikan aliran gerak yang telah dilakukan di sekolah (habituasi). Penelitian ini menunjukkan bahwa pelaksanaan program keaksaraan sudah sampai tahap pembiasaan dan pengemabangan. Namun hasil perhitungan faktor strategis internal (3,34) dan faktor eksternal (3,39) menunjukkan masih banyak kelemahan dalam pelaksanaan program. Oleh karena itu upaya intensif perlu dilakukan guna meningkatkan literasi siswa.

Hasil penelitian MacArthur et al. (2001) mengenai Technology Applications For

Students With Literacy Problems menunjukkan

bahwa kualitas metodologis penelitian tentang aplikasi untuk siswa dalam meningkatkan literasi membaca. Dengan adanya aplikasi ini peneliti meyakini bahwa dapat mempengaruhi pembelajaran dan pengelolaan keaksaraan bagi siswa.

Hasil penelitian Manderino dan Castek (2020) mengenai Digital Literacies For Dissciplinary Learning: Pendagogies Youth

Deserve menunjukkan bahwa manfaat potensi

dari pembelajaran di internet untuk melibatkan pembelajaran literasi digital sehingga ada peluang besar titik temu serta sinergi adanya literasi digital dan literatur disipliner ini. Selain itu ruang kelas yang terhubung secara digital saat ini berpotensi menjadi tempat bagi pembelajaran disipliner yang kaya dan terhebat. Hasil penelitian Ellen et al. (2021) mengenai

A Riview On Leadershisp And Leadership

Development In Educational Settings

menunjukkan bahwa kepemimpinan sekolah mendapatkan perhatian selama beberapa dekade. Sehingga penulis meneliti terkait teori kepemimpinan, karakteristik kepemimpinan sekolah yang efektif dan pengemabangan profesional pemimpin sekolah yang harapanya penelitian ini mampu memberikan gambaran umum teori kepemimpinan instruksional, situasional, transformasional, terdistribusi dan untuk pembelajaran kegiatan pengembangan profesional yang efektif bagi kepala sekolah.

Hasil Amanchukwu et al. (2015) tentang A Riview Of Leadership Theories, Priciples and Styles And Their Relevance To Educational

Management menunjukkan bahwa prinsip dan

gaya kepemimpinan pendidikan yang luar biasa diadopsi sebagai sarana untuk meningkatkan

(7)

19 manajemen sekolah di nigeria mengingat bahwa saat ini hal-hal tidak berkembang setelah beberapa dekade dalam manajemen sekolah. Namun dengan adanya gaya kepemimpinan pendidikan yang efektif dalam pengelolaan sekolah relatif cepat, mudah dan hemat biaya jika diterapkan dengan tepat. Hasil penerapan gaya kepemimpinan pendidikan yang efektif layak untuk sejumlah tujuan, yang meliputi peningkatan kinerja administrasi, pembangunan tim dan peningkatan inovasi sekolah dalam pengajaran serta pembelajaran.

Hasil penelitian Shopova (2014) mengenai

Digital Literacy Of Students And Its

Improvement At The University menunjukkan

bahwa e-learning dalam meningkatkan kebutuhan kompetensi dan pentingnya e-skills

for the 21st century mempertimbangkan

masalah digital dalam literasi mahasiswa untuk belajar mendapatkan informasi serta pengetahuan dari belajar di internet selain itu hal tersebut juga dapat membantu manajemen waktu mahasiswa dengan adanya bantuan digital informasi.

Pembahasan

Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan minat membaca buku digital siswa. Pertama, terkait model kepemimpinan kepala sekolah transformasional yang mampu membawa perubahan dalam meningkatkan mutu pendidikan di sekolah. Kedua, dalam meningkatkan minat membaca buku digital siswa ada dua faktor yang perlu dilakukan yaitu faktor internal dari motivasi serta kesadaran individu dalam kebutuhan mencari pengetahuan hanya akan didapatkan dari kebiasaan membaca

e-book dimana kapan saja. Selanjutnya, faktor

eksternal ketika siswa mendapatkan tuntutan tugas dari seorang guru dalam ruang kelas online secara spontanitas tidak langsung siswa akan beranjak mengunjungi beberapa platform e-library untuk mencari informasi serta mempelajari buku digital (e-book) sebagai memenuhi tugas tersebut. Selaras dengan temuan Trihantoyo et al. (2020) bahwa dalam pembelajaran virtual terdapat peningkatan hasil belajar mahasiswa. peningkatan tersebut ditemukan nilai efektif dalam mengembangkan model berpikir kritis mahasiswa melalui soal-soal karangan yang dapat mengukur kemampuan berpikir kritis mahasiswa.

Gambar 1 Kerangka Konseptual

Peran Kepemimpinan Sekolah

Kepala sekolah merupakan pimimpinan di sekolah. Kepala sekolah merupakan jabatan serta wewenang yang paling tertinggi di sekolah. Arifin & Permadi (dalam Manora, 2019), peran utama kepala sekolah dalam pendidikan adalah kemampuan kepala sekolah untuk membimbing, mempengaruhi, memotivasi dan membimbing orang untuk mencapai tujuan dalam organisasi.

Kepala sekolah memiliki tanggung jawab untuk harus mampu menempatkan diri sebagai bagian dari arus perubahan pendidikan saat ini. Kepala sekolah saat ini dituntut untuk berinovasi agar kualitas pembelajaran baik di dalam ruang kelas dan di luar ruang kelas sekolah.

Gaol (2017) mengatakan dengan adanya kemampuan gaya kepemimpinan yang tepat kepala sekolah mutlak mampu mewujudkan sekolah yang efektif dan berikut ini merupakan beberapa gaya kepemimpinan yang tepat dapat diimplementasikan oleh kepala sekolah di indonesia ketika mengelola sekolah menjadi efektif dan mencapai tujuan pendidikan yakni gaya kepemimpinan manajerial, gaya kepemimpinan transformasional, gaya kepemimpinan transaksional, gaya kepemimpinan positif dan gaya kepemimpinan pengajaran.

Hasil dari implementasi gaya kepemimpinan mampu memberikan pengaruh terhadap masyarakat sekolah, mampu menciptakan komitmen serta keprofesionalisme bagi tenaga pendidik, mampu menciptakan iklim sekolah yang berkualitas serta baik dan peningkatan mutu kualitas pembelajaran demi ketercapainya segala program-program di sekolah.

Kepemimpinan Kepala Sekolah Transformal

Guru Berinovasi

Siswa Termotivasi dan Produktif UP AY A M E NI NGK AT KAN M INA T M E M B AC A B UKU DI GI T AL S IS WA

(8)

20 Kepala sekolah merupakan kunci keberhasilan pendidikan di sekolah dengan memiliki strategi yang efektif untuk memberdayakan guru sebagai model dan membimbing peserta didik dalam upaya meningkatkan minat membaca buku digital bagi siswa.

Peran Teknologi

Indonesia saat ini telah memasuki era disrupsi teknologi, di era saat ini kehidupan tidak lepas dari sistem digital. Hal ini membawa dampak terhadap paradigma pembelajaran terkini yang akan bersentuhan dengan pemanfaatan teknologi sebagai media pembelajaran.

Teknologi mampu membantu memangkas ruang dan waktu selaras dengan pernyataan Harvey (1993) yang menyatakan menciptakan perpustakaan digital memiliki keunggulan 1) menghemat ruang penyimpanan. 2) dapat disimpan di ruang media dalam berbagai bentuk, dan dapat di pindahkan dari satu media penyimpanan ke media lainnya. 3) mampu diakses dimana saja dengan cepat dan yang terakhir. 4) dapat dipublikasikan dimedia sosial. Peran Guru

Guru merupakan suri tauladan bagi siswa atau role model bagi anak didiknya. Menurut Albert et al. (1963) dari model guru secara signifikan akan mendukung pembentukan kepribadian peserta didik dalam meniru guru. Meskipun belajar saat ini bisa dimana saja dengan adanya teknologi namun peran guru yang tidak akan bisa digantikan oleh teknologi, karena guru merupakan pranata sosial.

Guru mampu memberikan dorongan secara eksternal untuk siswa dalam gerakan membaca buku digital misalnya dengan memberikan tugas yang berhubungan dengan kepustakaan atau literatur nantinya. Sehingga program gerakan membaca digital sekolah akan berjalan. Peran Gerakan Membaca E-book Untuk Siswa

Buku merupakan jendela dunia, tanpa buku seseorang tidak akan memiliki kemandirian dalam berwawasan. Gemar membaca menjadi sebuah value yang diperlukan adanya kesadaran bagi setiap individu sebab minat membaca hanya bisa muncul dari pribadi masing-masing. Dengan membaca akan mampu meningkatkan pola pikir yang kritis bagi siswa, serta menambah wawasan dan membaca merupakan

salah satu cara untuk meningkatkan prestasi belajar siswa.

Fatah (2015) mengatakan elektronik buku menjadi media pembelajaran yang populer beberapa tahun belakangan saat ini semenjak pemerintah mendukung penuh penggunaan elektronik buku dalam kegiatan pembelajaran. Elektronik buku mampu meningkatkan produktivitas belajar dengan sumber buku-buku yang akurat dan lebih konkret.

E-book dapat membantu peserta didik dalam

proses belajar diluar kelas. Peserta didik hanya menggunakan akses internet dirumah untuk mengunduh e-book dari beberapa situs platform perpustakaan elektronik misalnya (1) Perpustakaan nasional republik indonesia yang bisa diakses melalui http://e-resources.perpusnas.go.id/ (2) Perpustakaan online z-library baik jurnal dan buku-buku https://z-lib.org (3) google scholar dan masih banyak lainnya. Sehingga hal ini akan membantu peserta didik. Selain e-book ini berbentuk teks, ebook juga berbentuk audio visual sehingga lebih interaktif dalam penggunaan e-book ini dalam memahami materi.

Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam Upaya Meningkatkan Minat Membaca Buku Digital Siswa

Dalam upaya untuk meningkatkan minat membaca buku digital siswa kepala sekolah dalam menjamin mutu kualitas memiliki kemampuan untuk mempengaruhi, memberikan motivasi, mengarahkan segenap elemen masyarakat sekolah dalam mencapai tujuan tersebut.

Kepala sekolah harus mampu menjadi penggerak dan membawa dampak inovasi terhadap paradigma pembelajaran terkini yang akan bersentuhan dengan pemanfaatan teknologi sebagai media pembelajaran. Kepala sekolah memiliki tuntutan dalam mempengaruhi kinerja guru, memotivasi guru dan mengoptimalisasikan guru dengan gaya kepemimpinan yang sesuai tujuan organisasi.

Iklim sekolah yang baik, kondusif serta efektif bisa tercermin hasilnya tergantung pada program kerja yang dicanangkan oleh kepala sekolah salah satunya gerakan membaca buku digital serta menumbuhkan minat membaca buku digital kepada peserta didik agar menghasilkan sumber daya manusia yang kritis, berwawasan, mandiri, berkompetensi dan meningkatkan prestasi belajar siswa adalah

(9)

21 agenda segenap elemen organisasi sekolah yang saling bekerja sama untuk tercapainya gerakan tersebut.

PENUTUP Kesimpulan

Iklim sekolah yang baik serta kondusif bisa terlihat dari sinergitas organisasi sekolah. Kepala sekolah sebagai pimpinan sekolah mempunyai wewenang untuk memberikan tuntutan kepada guru untuk menjembatani peserta didik agar membiasakan membaca buku dimana saja dan kapan saja. Program upaya meningkatkan minat membaca buku digital bagi peserta didik agar mampu menghasilkan sumber daya manusia yang kritis, berwawasan, mandiri, berkompetensi dan meningkatkan prestasi belajar siswa.

Saran

Saran-saran dalam penulisan artikel ilmiah ini dapat dijelaskan sebagai berikut. Pertama, bagi kepala sekolah hendaknya kepemimpinan kepala sekolah transformasional perlu dipertahankan bahkan ditingkatkan dalam upaya meningkatkan minat membaca buku digital siswa yang merupakan kunci dalam meningkatkan mutu pendidikan di sekolah. Kedua, Bagi guru dalam upaya yang dilakukan untuk memotivasi siswa hendaknya mengembangkan metode pembelajaran serta selalu berinovasi dalam mengajar dan menerapkan blended learning. Ketiga, bagi peserta didik hendaknya selalu beradaptasi dan bekerjasama dalam upaya meningkatkan minat membaca melalui teknologi e-book. Keempat, bagi Peneliti selanjutnya. Pada penelitian-penelitian ke depan, tema-tema yang perlu dibahas untuk peneliti selanjutnya adalah: (a) kepemimpinan pembelajaran kepala sekolah dalam upaya meningkatkan minat membaca buku digital siswa; (b) kepemimpinan transformasional kepala sekolah dalam upaya meningkatkan minat membaca buku digital siswa; (c) kepemimpinan authentic kepala sekolah dalam upaya meningkatkan minat membaca buku digital siswa; (d) kepemimpinan yang melayani (servant leadership) kepala sekolah dalam upaya meningkatkan minat membaca buku digital siswa; (e) kepemimpinan adaptive kepala sekolah dalam upaya meningkatkan minat membaca buku digital siswa; (f) kepemimpinan team (team

leadership) dalam upaya meningkatkan minat

membaca buku digital siswa.

DAFTAR PUSTAKA

Albert, B., McDonald, & J, F. (1963). Influence of social reinforcement and the behavior of models in shaping children’s moral judgment. The Journal of Abnormal and

Social Psychology.

https://doi.org/https://doi.org/10.1037/h0044 714

Amanchukwu, R. N., Stanley, G. J., & Ololube, N. P. (2015). A Review of Leadership Theories, Principles and Styles and Their Relevance to Educational Management.

Management, 5(1), 6–14.

https://doi.org/10.5923/j.mm.20150501.02 Anggraeni, I., & Nurhikmahyanti, D. (2016).

Strategi Kepala Sekolah Untuk Meningkatkan Gemar Membaca Siswa di SMP Negeri 2 Balongbendo Sidoarjo.

Inspirasi Manajemen Pendidikan, 4(1), 1–

12.

Antoro, B. (2017). Gerakan Literasi Sekolah

Dasar Dari Pucuk Hingga Akar.

Asmawan, M. C. (2018). Kepemimpinan transformasional kepala sekolah dalam mendukung gerakan literasi sekolah. Jurnal

Pendidikan Ilmu Sosial, 28(1), 46–57.

Aulinda, I. F. (2018). Menanamkan Budaya Literasi Pada Anak. Abdau: Jurnal

Pendidikan Madrasah Ibtidaiyah, 1(2), 148–

172. https://doi.org/10.36768/abdau.v2i1.41 Batool, S. H., & Mahmood, K. (2012).

Teachers’ conceptions about information literacy skills of school children. Pakistan

Journal of Library and Information Science,

13(13).

Ellen, D., Hondeghem, A., & Filip, D. (2021). A review on leadership and leadership development in educational settings.

Educational Research Review, xxxx, 1–2.

https://doi.org/https://doi.org/10.1016/j.edur ev.2019.02.003

Fatah, A. (2015). Peran E-book dalam Pembelajaran. In www.kompasiana.com. https://www.kompasiana.com/arjun_fatah_a mitha/550fd753813311b62cbc6800/peran-ebook-dalam-pembelajaran

Folotiya, J. J., Chansa-Kabali, T., Munachaka, J. C., Sampa, F., Yalukanda, C., Westerholm, J., Richardson, U., Serpell, R., & Lyytinen, H. (2014). The effect of using a

(10)

22 mobile literacy game to improve literacy levels of grade one students in Zambian schools. Educational Technology Research

and Development, 62(4), 417–436.

https://doi.org/10.1007/s11423-014-9342-9 Gaol, N. T. L. (2017). Teori dan Implementasi

Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah.

Kelola: Jurnal Manajemen Pendidikan,

4(2), 213.

https://doi.org/10.24246/j.jk.2017.v4.i2.p21 3-219

Harvey, R. (1993). Preservation in libraries: Principles, strategies, and Practice for Librarian.

https://doi.org/https://doi.org/10.1177/09610 0069302500316

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2018a). Keliyanan Literasi Residensi Pegiat

Literasi.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2018b). Literasi Dalam Saku Residensi

Pegiat Literasi.

Khasanah, U., & Herina. (2019). Membangun Karakter Siswa Melalui Literasi Digital Dalam Menghadapi Pendidikan Abad 21 (Revolusi Industri 4.0). Prosiding Seminar

Nasional Pendidikan Program

Pascasarjana Universitas Pgri Palembang,

21, 999–1015.

MacArthur, C. A., Ferretti, R. P., Okolo, C. M., & Cavalier, A. R. (2001). Technology applications for students with literacy problems: A critical review. Elementary

School Journal, 101(3), 273–301.

https://doi.org/10.1086/499669

Manderino, M., & Castek, J. (2020). Digital

Literacies for Disciplinary Learning:

Pedagogies Youth Deserve. 11, 3–15.

https://doi.org/10.1108/s2048-045820200000011003

Manora, H. (2019). Peranan Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan

Hecksa Manora. 1.

Marsh, J. (2016). The Digital Literacy Skills and Competences of Children of Pre-School Age. Media Education, 7(2), 197–214. https://doi.org/10.14605/MED721603 Melfianora. (2019). Penulisan Karya Tulis

Ilmiah Dengan Studi Literatur. 1–3.

Meylina. (2020). The Degree Of Students’

Digital Intelligence. Jurnal J–Click, 7(1), 88–100.

Miller, S., & Pennycuff, L. (2008). The Power of Story : Using Storytelling to Improve

Literacy Learning. 1(1), 36–43.

Nasrullah, R., Aditya, W., Satya, T. I., Nento, M. N., Hanifah, N., Miftahussururi, & Akbari, Q. S. (2017). Materi Pendukung

Literasi Digital.

Nasution, A. E., & Hidayah, M. W. (2019). E-KOMPEN (Elektronik-Komik Pendek) sebagai solusi cerdas dalam meningkatkan minat baca masyarakat Indonesia di era digital. IQRA`: Jurnal Ilmu Perpustakaan

Dan Informasi (e-Journal), 13(1), 105.

https://doi.org/10.30829/iqra.v13i1.4365 Novianty. (2016). Manajemen Kepemimpinan

Kepala Sekolah.

Pantiwati, Y., Permana, F. H., Kusniarti, T., & Miharja, F. J. (2020). The Characteristics of Literacy Management in School Literacy Movement (SLM) at Junior High School in Malang - Indonesia. Asian Social Science,

16(4), 15.

https://doi.org/10.5539/ass.v16n4p15

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia. (2007). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik

Indonesia Nomor 13 Tahun 2007 (Vol. 1,

Issue 1).

Puspita, A. M. I. (2019). Peran Budaya Literasi Pada Peningkatan Karakter Siswa Sekolah Dasar [Role Of Literation Culture On The Improvement Of Elementary School Student Characters]. PEDAGOGIA: Jurnal

Pendidikan, 8(1), 105.

https://doi.org/10.21070/pedagogia.v8i1.203 2

Rafael, D. A., & Sholeh, M. (2019). Strategi Kepala Sekolah Dalam Gerakan Literasi Untuk Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Di SD Muhammadiyah 15 Surabaya. Inspirasi Manajemen Pendidikan,

7(1).

file:///C:/Users/20171/Downloads/28295-32968-1-PB.pdf

Respati, C. B. (2018). Menanamkan Karakter Gemar Membaca Siswa. Skripsi, 1–10. Saleh, A. R. (2005). Pengertian, Manfaat, dan

(11)

23 Shopova, T. (2014). Digital literacy of students

and its improvement at the university.

Journal on Efficiency and Responsibility in

Education and Science, 7(2), 26–32.

https://doi.org/10.7160/eriesj.2014.070201 Sudira, P. (2015). Pengembangan Model

“Lis-5c” Pada Pendidikan Teknologi Dan

Kejuruan. 1, 1–11. https://doi.org/doi:

10.21831/cp.v1i1.4145

Suprianto, W. (2008). Teknologi Informasi

Perpustakaan.

Suragangga, I. M. N. (2017). Mendidik lewat literasi untuk pendidikan berkualitas. Jurnal

Penjaminan Mutu, 3.

http://ejournal.ihdn.ac.id/index.php/JPM/arti cle/view/195

Tohir, M. (2019). Hasil PISA Indonesia Tahun

2018 Turun Dibanding Tahun 2015. 2018–

2019.

Trihantoyo, S., Sholeh, M., & Supriyanto. (2020). Development of Virtual Learning in Financial Management Courses to Improve

Student Critical Thinking. 491(Ijcah), 397–

401.

https://doi.org/10.2991/assehr.k.201201.072 Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional.

(2003). Undang-undang sistem pendidikan

nasional.

Watifah, N., Herpratiwi, & Fitriawan, I. H. (2016). Pengembangan Perpustakaan

Digital Bahasa Indonesia untuk

Meningkatkan Literasi Informasi Kelas X

Siswa Sekolah Menengah Atas di

Gambar

Gambar 1 Kerangka Konseptual

Referensi

Dokumen terkait

Dari data 3 bulan terakhir, pencapaian output (prosentase rata-rata yield) berada di 93,00% sedangkan target yang ditetapkan 95,00%, Salah satu penyebab

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 17 ayat (3), Pasal 19 ayat (3) dan Pasal 21 ayat (3) Peraturan Daerah Kota Bukittinggi Nomor 3 Tahun 2013

Dalam tugas akhir ini akan dikembangkan sebuah system penerimaan siswa baru yang digunakan sebagai layanan untuk penerimaan siswa baru secara online

Variabel bebas adalah masing-masing Kepuasan Konsumen (X1), Kepercayaan pada Merek (X2) sedangkan variable terikat adalah Loyalitas Konsumen (Y).Dalam penelitian menggunakan

Hasil dari penelitian ini adalah secara simultan variabel LDR, LAR, NPL, APB, IRR, BOPO, dan FBIR berpengaruh signifikan terhadap ROA pada Bank Campuran. Sedangkan

Sesuai wawancara yang dilakukan penulis kepada Dewan Pengawas Syariah, “objek ijarah merupakan jasa yang diberikan oleh KSPPS Kopena Pekalongan dalam

Pengajaran bahasa Indonesia diarahkan agar siswa terampil berkomunikasi, dan fungsi utama sastra adalah sebagai penghalusan budi (Al-Ma’ruf, 2007; Harsanti, 2017), peningkatan

Apabila Pelamar memberikan keterangan/data yang tidak benar atau salah dalam membaca persyaratan pada Pengumuman Kepala Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru Nomor : 440/DINKES-UMUM/