• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL DAN NEONATAL PADA KEHAMILAN DENGAN ABORTUS KOMPLIT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MAKALAH ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL DAN NEONATAL PADA KEHAMILAN DENGAN ABORTUS KOMPLIT"

Copied!
49
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL

DAN NEONATAL PADA KEHAMILAN DENGAN

ABORTUS KOMPLIT

DOSEN PEMBIMBING MURDAYAH, M.KEB

DISUSUN OLEH: KELOMPOK 3

RIZKA SILFIA HARFANI (PO.71241200062)

SUSAN HANDRAYANI (PO.71241200109)

TRISEA FITRI (PO.71241200075)

TIURLAN SIRAIT (PO.71241200102)

YENNI SAFITRI (PO.71241200045)

YOLFI NOFIRLA (PO.71241200046)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAMBI JURUSAN KEBIDANAN PROGRAM STUDI DIPLOMA IV ALIH JENJANG

(2)

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kita semua, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal pada Kehamilan dengan Abortus Komplit.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal pada Kehamilan dengan Abortus Komplit ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Jambi, Agustus 2020

(3)

DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR ... i DAFTAR ISI ... ii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1 B. Batasan Masalah... 2 C. Tujuan Penulisan ... 3 D. Manfaat Penulisan ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Klinis ... 5

B. Manajemen Kebidanan... 13

BAB III TINJAUAN KASUS Format Pendokumentasian ... 22

BAB V PEMBAHASAN Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal dengan bortus Komplit ... 36

BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan ... 42

B. Saran ... 43 DAFTAR PUSTAKA

(4)
(5)

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Kehamilan merupakan proses penyatuan dari spermatozoa dan ovum dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari saat fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan lunar atau 9 bulan menurut kalender internasional. Pada umumnya 80-90% bkehamilan berjalan dengan normal dan hanya 10-12% kehamilan yang dissertai dengan penyulit atau berkembang menjadi kehamilan patologis, kehamilan patologis sendiri tidak terjadi secara mendadak karena kehamilan dan efeknya terhadap tubuh berlangsung secara bertahap dan berangsur-angsur (Saifuddin, 2016:213-281).

Abortus adalah berakhirnya kehamilan sebelum janin mencapai berat 500 gram atau umur kehamilan kurang dari 20 minggu. Menurut World Health Organization/ WHO atau FIGO (1998) dikatakan abortus jika usia kehamilan kurang dari 20-22 minggu. Abortus selama kehamilan terjadi 15-20% dengan 80% diantaranya terjadi pada trimester pertama. Abortus komplit adalah perdarahan pada kehamilan muda dimana seluruh hasil konsepsi telah dikeluarkan dari kavum uteri (Saifuddin, 2018:145).

Di dunia, terjadi 208 juta kehamilan dengan 41 juta mengarah ke aborsi dan 11 juta mengarah ke abortus spontan. Di negara berkembang, 90% abortus terjadi secara tidak aman, sehingga berkontribusi 11%-13% terhadap kematian maternal (Kemenkes RI, 2015). Menurut WHO, diperkirakan 4,2 juta abortus dilakukan setiap tahun di ASEAN dengan perincian 1,3 juta dilakukan di Vietnam dan Singapura, 750.000–1,5 juta dilakukan di Indonesia, 155.000–750.000 dilakukan di Filiphina dan 300.000–900.000 dilakukan di Thailand. Laporan dari Australian Consortium For Indonesian Studies, bahwa hasil penelitian yang dilakukan di 10 kota besar dan 6 kabupaten di Indonesia menunjukkan terjadi 43 kasus aborsi per 100 kelahiran hidup (http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/higeia).

Angka kematian ibu di Indonesia masih tinggi dibandingkan dengan negara negara di ASEAN. Berdasarkan data Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, Angka Kematian Ibu (AKI) di indonesia sebesar 395 per

(6)

100.000 kelahiran hidup. Di Indonesia ada lima penyebab kematian terbesar ibu yaitu pedarahan (30,1%), hipertensi (26,9%), infeksi (5,5%), partus lama (1,8%), abortus (1,6%), (5,5%), dan lain-lain (34,5%) (Depkes RI, 2015).

Target yang ditentukan oleh Sustainable Development Goals (SDGs) dalam 1,5 dekade ke depan mengenai kematian ibu adalah penurunan AKI sampai 70 per 100.000 kelahiran hidup, SDGs ini dirancang untuk melanjutkan tujuan utama MDGs yang belum tercapai, yaitu permasalahan kesehatan ibu dan anak. Berdasarkan data kementerian kesehatan penilaian terhadap kejadian abortus pada ibu hamil di Jambi tahun 2015 yaitu dengan persentasi 51,63%. Sedangkan angka kematian ibu di Jambi pada tahun 2015 berjumlah 165 orang, artinya angka kejadian abortus di Jambi masih tinggi (Kemenkes, 2015).

Lebih dari 80% abortus terjadi pada 12 minggu pertama, dan setelah itu angka ini cepat menurun. Kelainan kromosom merupakan penyebab lainnya, paling sedikit separuh dari kasus abortus ini, dan insidennya setelah itu juga menurun. Resiko abortus spontan meningkat seiring dengan paritas serta usia ibu dan ayah. Frekuensi abortus yang secara klinis terdeteksi meningkat dari 12% pada wanita berusia kurang dari 20 tahun menjadi 26% pada mereka yang usianya lebih dari 40 tahun. Untuk usia ayah yang sama, peningkatan adalah dari 12% sampai 20%. Akhirnya, insiden abortus meningkat apabila wanita yang bersangkutan hamil dalam 3 bulan setelah melahirkan bayi aterm (Cunningham, 2009).

Kurang lebih 10 sampai 15% kehamilan yang telah didiagnosis secara klinis berakhir dengan keguguran.Alasan utama terjadinya keguguran pada awal kehamilan ialah kelainan genetik, yang mencapai 75% hingga 90% total keguguran. Alas an lain terjadinya abortus spontan adalah kadar progesteron yang tidak normal, kelainan pada kelenjar tiroid, diabetes yang tidak terkontrol, kelainan pada rahim, infeksi, dan penyakit autonium lain (Varney, 2007).

B.Batasan Masalah

Makalah Studi Kasus yang diberikan dibatasi hanya pada Asuhan Kebidanan

Kegawatdaaruratan Maternal dan Neonatal pada Kehamilan Trimester I dengan

(7)

C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan umum

Diperolehnya gambaran tentang Asuhan Kebidanan

Kegawatdaaruratan Maternal dan Neonatal pada Kehamilan Trimester I

dengan Abortus Komplit dengan menggunakan pendekatan manajemen

kebidanan yang didokumentasikan dalam bentuk SOAP.

2. Tujuan khusus

a. Diperolehnya gambaran tentang pengumpulan data dasar pada

Asuhan Kebidanan Kegawatdaaruratan Maternal dan Neonatal pada

Kehamilan Trimester I dengan Abortus Komplit

b. Diperolehnya gambaran tentang interprestasi data untuk

mengidentifikasi diagnosa masalah Asuhan Kebidanan

Kegawatdaaruratan Maternal dan Neonatal pada Kehamilan Trimester

I dengan Abortus Komplit.

c. Diperolehnya gambaran tentang identifikasi diagnosa atau masalah

potensial dalam Asuhan Kebidanan Kegawatdaaruratan Maternal dan

Neonatal pada Kehamilan Trimester I dengan Abortus Komplit.

d. Diperolehnya gambaran tentang menetapkan kebutuhan terhadap

tindakan segera baik mandiri, kolaborasi, rujukan, dalam memberikan

Asuhan Kebidanan Kegawatdaaruratan Maternal dan Neonatal pada

Kehamilan Trimester I dengan Abortus Komplit.

e. Diperolehnya gambaran tentang rencana asuhan yang menyeluruh

dengan tepat dan rasional berdasarkan kebutuhan selama Asuhan

Kebidanan Kegawatdaaruratan Maternal dan Neonatal pada

(8)

f. Diperolehnya gambaran tentang pelaksanakan Asuhan Kebidanan

Kegawatdaaruratan Maternal dan Neonatal pada Kehamilan Trimester

I dengan Abortus Komplit.

g. Diperolehnya gambaran tentang evaluasi hasil Asuhan Kebidanan

Kegawatdaaruratan Maternal dan Neonatal pada Kehamilan Trimester

I dengan Abortus Komplit.

D. Manfaat Penulisan

1. Bagi Lahan Praktik

Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam meningkatkan

mutu pelayanan khususnya meningkatkan mutu pelayanan dalam

melakukan Asuhan Kebidanan Kegawatdaaruratan Maternal dan Neonatal

pada Kehamilan Trimester I dengan Abortus Komplit.

2. Bagi Poltekkes Kemenkes Jambi Jurusan Kebidanan

Dapat digunakan sebagai referensi pembelajaran serta dan menambah

pengetahuan dalam melakukan Asuhan Kebidanan Kegawatdaaruratan

Maternal dan Neonatal pada Kehamilan Trimester I dengan Abortus

Komplit, serta menjadi bahan kepustakaan bagi Poltekkes Kemenkes

Jambi Jurusan Kebidanan.

3. Bagi Pemberi Asuhan Lain

Sebagai masukkan dalam memberikan asuhan kebidanan kehamilan di

masyarakat dan sebagai acuan dalam pembuatan studi kasus selanjutnya

(9)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A.Teori Klinis

1. Defenisi Abortus

Abortus adalah berakhirrnya kehamilan melalui cara apapun sebelum janin mampu bertahan hidup (Cunningham, 2009). Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan (oleh akibat tertentu) pada atau sebelum kehamilan tersebut berusia 22 minggu atau buah kehamilan belum mampu untuk hidup diluar kandungan (Saifuddin,2018).

Keguguran atau abortus adalah terhentinya proses kehamilan yang sedang berlangsung sebelum mencapai umur 28 minggu atau berat janin sekitar 500 gram (Manuaba, 2010). Abortus adalah suatu usaha mengakhiri kehamilan dengan mengeluarkan hasil pembuahan secara paksa sebelum janin mampu bertahan hidup jika dilahirkan (Varney, 2007).

Abortus adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin mampu hidup luar kandungan.Batasan abortus adalah umur kehamilan kurang dari 20 minggu dan berat janin kurang dari 500 gram. Sedangkan menurut WHO/FIGO (1998) adalah jika kehamilan kurang dari 22 minggu, bila berat janin tidak diketahui.Di Indonesia umumnya batasan untuk abortus adalah sesuai dengan definisi Greenhill yaitu jika umur kehamilan kurang dari 20 minggu dan berat janin kurang dari 500 gram.

2. Abortus Komplit

Abortus komplit adalah seluruh hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri pada kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram. Semua hasil konsepsi telah dikeluarkan, osteum uteri telah menutup, uterus sudah mengecil sehingga perdarahan sedikit. Besar uterus tidaknn sesuai dengan umur kehamilan. Pemeriksaan USG tidak perlu dilakukan bila pemeriksaan secara klinis sudah memadai. Pada pemeriksaan tes urine biasanya masih positif sampai 7-10 hari setelah abortus. Pengelolaan penderita tidak memerlukan tindakan khusus ataupun pengobatan. Biasanya hanya diberi robonasia atau hematenik bila keadaan pasien memerlukan. Uterotonika tidak diperlukan (Saifuddin, 2016:469).

(10)

3. Etiologi atau Penyebab a. Kelainan Genetik

Sebagian besar abortus spontan disebabkan oleh kelainan keriotip embrio. Paling sedikit 50% kejadian abortus pada trimester pertama merupakan kelainan sitogenetik. Bagaimanapun, gambaran ini belum termasuk kelainan yang disebabkan oleh gangguan gen (minsalnya kelainan mendelian) atau mutasi pada beberapa lokus (misalnya gangguan poligenik atau multifaktor) yang ttidak terdeteksi dengan pemeriksaan keriotip.

Kejadian tertinggi kelainan sitogenetik konsepsii terjadi pada awal kehamilan. Kelainan sitogenetik embrio biasanya berupa aneuploidi yang disebabkan oleh kejadian sporadis, misalnya nondisjunction meiosis atau poliploidi dari fertilisasi abnormal. Separuh dari abortus karena kelainan sitogenetik pada trimester pertama berupa trisomi autosom. Triploidi ditemukan pada 16% kejadian abortus, dimana terjadi fertilisasi ovum normal haploid oleh 2 sperma (dispermi) sebagai mekanisme patologi primer. Trisomi timbul akibat nondisjunction meiosis selama gametogenesis pada pasien dengan kariotip normal.

Gangguan jaringan konektif lainnya misalnya Sindroma Mrfan, Sindroma Ehlers-Danlos, bomosisteunuri dan pseudoaxanthoma elasticum. Juga pada perempuan sickle cell anemia berisiko tinggi mengalami abortus. Hal ini karena adanya mikroinfark pada plasenta. Kelainan hematologik lainn yang menyebabkan abortus misalnya disfibrinogenemi, defisiensi faktor XIII, dan hipofibrinogenemi afibrogenemi kongenital.

Abortus berulang bisa disebabkan oleh penyatuan dari 2 kromosom yang abnormal, dimana bila kelainannya hanya pada salah satu orang tua, faktor tersebut tidak diturunkan. Studi yang pernah dilakukan menunjukkan bahwa bila didapatkan kelainan kerotip pada kejadian abortus, maka kehamilan berikutnya juga berisiko abortus (Saifuddin,2016:461-462)

(11)

b. Penyebab anatomik

Defek anatomik uterus diketahui sebagai penyebab komplikasi obstetrik, seperti abortus berulang, prematuritas serta malpresentasi janin. Insiden kelainan bentuk uteru berkisar 1/200 sampai 1/600 perempuan. Pada perempuan dengan riwayat abortus, ditemukan anomali uterus pada 27% pasien.

Sindorma Asherman bisa menyebabkan gangguan tempat implantsi serta pasokan darah pada permukaan endometrium. Resiko abortus antara 25-80% bergantung pada berat ringannya gangguan. Untuk mendiagnosis kelainan ini bisa digunakan histerosaplingografi (HSG) dan ultrasonografi (Saifuddin,2016:462-463)

c. Penyebab Autoimun

Terdapat hubungan nyata antara abortus berulang dan penyakit autoimun. Misalnya, pada systematic Lupus Erythematosus (SLE) dan Antiphospholipid Antibodies (aPA). aPA merupakan antibodi spesifik yang didapati pada perempuan dengan SLE. Kejadian abortus spontan diantara pasien SLE sekitar 10% dibanding populasi umum. Bila digabung dengan pelluang terjadinya pengakhiran kehamilan trimester 2 dan 3, maka diperkirakan 75% pasien dengan SLE akan berakhir dengan terhentinya kehamilan. Sebagian besar kematian janin dihubungkan dengan adanya aPA. aPA merupakan antibodi yang berikatan dengan sisi negatif dari fosfolipid (Saifuddin,2016:462-463). d. Penyebab infeksi Menurut (Saifuddin,2016:464-465). 1) Bakteria a) Listeria monositogenes b) Klamidia trakomatis c) Ureplasma urealitikum d) Mikoplasama hominis e) Bakterial vaginosis 2) Virus a) Sitomegalovirus b) Rubela

(12)

c) Herpes simpleks virus (HSV)

d) Human immunodeficiency virus (HIV) e) Parvovirus 3) Parasit a) Toksoplasmasis gondii b) Plasmodium falsiparum 4) Spirokaeta a) Treponema pallidum e. Faktor lingkungan

Diperkirakan 1-10% malformasi janin akibat dari paparan obat, bahan kimia, atau radiasi dan umumnya berakhir dengan baortus, misalnya paparan terhadap buangan gas anestesi dan tembakau. Sigeret rokok diketahui mengandung ratusan unsur toksik, antara lain nikotin yang telah diketahui mempunyai efek vasoaktif sehingga menghambat sirkulasi uteroplasenta. Karbon monoksida juga menurunkan pasokan oksigen ibu dan janin serta memacu neurotoksin. Dengan adanya gangguan pada sistem sirkulasi fetoplasenta dapat terjadi gangguan pertumbuhan janin yang vberakibat terjadinya abortus (Saifuddin,2016:465).

f. Faktor hormonal

Ovulasi, implantasi serta kehamilan dini bergantung pada koordinasi yang baik pada sistem pengaturan hormon maternal. Oleh karena itu, perlu perhatian langsung terhadap sistem hormon secara keseluruhan, fase luteal, dan gambaran hormon setelah konsepsi terutama kadar progesteron. Hormon yang mempengaruhi terjadinyaabortus yaitu:

1) Diabetes melitus

2) Kadar progesteron yang rendah 3) Defek fase luteal

4) Pengaruh hormoon terhadap imunitas desidua (Saifuddin,2016:465-466).

g. Faktor hematologik

Beberapa kasus abortus berulang ditandai dengan defek plasentasi dan adanya mikrotrombi pada pembuluh darah plasenta. Berbagai komponen koagulasi dan fibrinolitik memegang peran penting pada implantasi

(13)

embrio, invasi trofoblas, dan plasentasi. Pada kehamilan terjadi keadaan hiperkoagulasi dikarenakan:

1) Peningkatan kadar faktor prokoagulan 2) Penurunan faaktor antikoagulan

3) Penurunan aktivitas fibrinolitik (Saifuddin,2016:467). 4. Resiko Kejadian

a. Pendarahan

Pendarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-sisa hasil konsepsi dan jika perlu pemberian transfusi darah.Kematian karena pendarahan dapat terjadi apabila pertolongan tidak diberikan pada waktunya.

b. Perforasi

Perforasi uterus pada korekan dapat terjadi terutama pada uterus dalam posisi hiper retrofleksi.Jika terjadi peristiwa ini, penderita perlu diamati dengan teliti.Jika ada tanda bahaya perlu segera dilakukan laparatomi dan tergantung dari luas dan bentuk perforasi, penjahitan luka perforasi atau perlu histerektomi.

Perforasi uterus pada abortus yang dikerjakan oleh orang dewasa menimbulkan personal gawat karena perlukan uterus biasanya luas, mungkin pula terjadi perlukan pada kandung kemih atau usus. Dengan danya dugaan atau kepatian terjadinya perforasi,laparatomi harus segera dilakuakn untuk menemukan luasnya cedera, untuk selanjutnya mengambil tindaka-tindakan seperlunya guna mengatasi komplikasi. c. Infeksi

Infeksi dalam uterus atau sekitarnya dapat terjadi pada tiap abortus tetapi biasanya di temukan pada abortus incomletus dan lebih sering pada abortus buatan yang dikerjakan tanpa memperhatikan asepsis dan atisepsis.Apabila infeksi menyebar lebih jauh, terjadilah peritonitis umum atau sepsis, dengan kemungkinan diikuti oleh syok.

d. Syok

Syok pada abortus bisa terjadi karena pendarahan (syokhemoragik) dan infeksi berat ( syok indoseptik).

(14)

e. Gagal ginjala akut

Gagal ginjal akut yang persisten pada kasus abortus biasaya berasal dari efek infeksi dan hipovolemik yang lebih dari satu.Bentuk syok bacterial yang sangat berat sering disertai dengan kerusakan ginjal intensif.Setiap kali terjadi infeksi klostridium yang disertai dengan komplikasi hemoglobenimia intensif, maka gagal ginjal pasti terjadi.Pada keadaan ini, harus sudah menyusun rencana untuk memulai dialysis yang efektif secara dini sebelum gangguan metabolic menjadi berat (Cunningham, 2009).

5. Patofisiologi

Pada awal abortus terjadilah pendarahan dalam desudua basalis, kemudian diikuti oleh nekosis jaringan disekitarnya.Hal tersebut menyebabkan hasil konsepsi terlepas seluruhnya sehingga menyebabkan uterus berkontraksi untuk mengeluarkan isinya.Hal ini menyebabkan hormone prostaglandin meningkat sehingga menyebabkan dilatasai pada serviks dan bisa menyebabkan nyeri.

Pada kehamilan kurang dari delapan minggu hasil konsepsi biasanya dikeluarkan seluruhnya karena vili koriales belum menembus desudua secara mendalam.Pada kehamilan 14 minggu keatas umumnya yang dikeluarkan setelah ketuban pecah ialah janin, disusul beberapa waktu kemudian plasenta.Pendarahan tidak banyak jika plasenta segera terlepas dengan lengkap.Peristiwa abortus ini menyerupai persalinan dalam bentu miniatur.

Hasil konsepsi pada abortus dapat dikeluarkan dalam berbagi bentuk. Ada kalanya kantong amnion kosong atau tampak di dalamnya benda kecil tanpa bentuk yang jelas (blighted ovum), mungkin pula janin yang telah mati lama (missed abortion) (Prawirohardjo,2007).

6. Tanda dan Gejala

a. Ditandai dengan keluarnya seluruh hasil konsepsi

b. Perdarahan pervaginam ringan terus berlanjut sampai beberapa waktu lamanya

c. Umumnya pasien datang dengan rasa nyeri abdomen yang sudah hilang d. Umumnya terjadi pervaginam derajat sedang sampai berat disertai dengan

(15)

e. Janin kemungkinan sudah keluar bersama-sama plasenta pada abortus yang terjadi sebelum minggu ke 10 tetapi sesudah usia kehamilan 10 minggu, pengeluaran janin dan plasenta akan terpisah

f. Bila plasenta, seluruhnya atau sebagian tetap tertinggal dalam uterus maka perdarahan

g. Cepat atau lambat akan terjadi dan memberikan gejala utama abortus komplitus

h. Sedangkan pada abortus dalam usia kehamilan yang lebih lanjut, sering pendarahan berlangsung amat banyak dan kadang-kadang massif sehingga terjadi hipovolemik berat.

7. Diagnosis Abortus Komplit a. Penegakan diagnosis

1) Terlambat haid atau amenore kurang dari 20 minggu.

2) Pada pemeriksaan fisik: keadaan umum tampak lemah atau kesadaran menurun, tekanan darah normal atau menurun, denyut nadi normal atau cepat dan kecil, suhu badan normal atau meningkat.

3) Perdarahan pervaginam, mungkin disertai keluarnya jaringan hasil konsepsi

4) Rasa mulas atau keram perut di daerah atas simfisis, sering disertai nyeri pinggang akibat kontraksi uterus

b. Pemeriksaan ginekologi:

1) Inspeksi Vulva : perdarahan pervaginam ada/ tidak jaringan hasil konsepsi, tercium/tidak bau busuk dari vulva

2) Inspekulo: perdarahan dari cavum uteri, ostium uteri terbuka sudah tertutup, ada/tidak jaringan keluar dari ostium, ada atau tidak cairan atau jaringan berbau busuk dari ostium.

3) Colok vagina: porio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba atau tidak jaringan dalam cavum uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil dari usia kehamilan, tidak nyeri saat porssio di goyang, tidak nyeri pada perabaan adneksa, kavum douglashi, tidak menonjol dan tidak nyeri.

(16)

4) Tes kehamilan: positif bila janin masih hidup, bahkan 2-3 minggu setelah abortus. Pemeriksaan Doppler atau usg untuk menentukan apakah janin masih hidup

5) Pemeriksaan kadar fibrinogen darah pada missed abortion c. Manifestasi klinis

1) Semua hasil konsepsi telah dikeluarkan 2) Ostium uteri telah menutup

3) Uterus sudah mengecil sehingga perdarahan sedikit 4) Besar uterus tidak sesuai dengan usia kehamilan

Pada abortus komplit ditemukan perdarahan dari bercak hingga sedang, ostium serviks ada yang terrbuka dan ada yang tertutup, nyeri pada perut bagian bawah sedikit atau bahkan tanpa nyeri, uterus mengecil, riwayat ekspulsi hasil konsepsi. Diagnosis dapat dipermudah apabila hasil konsepsi dapat diperiksa dan dapat dinyatakan bahwa semuanya sudah keluar dengan lengkap (Saifuddin, 2018:146).

8. Penanganan Abortus Komplit a. Penilaian awal

Untuk penanganan yang memadai segera lakukan penilaian dari: 1) Keadaan umum pasien

2) Tanda-tanda syok (pucat, berkeringat banyak, pingsan, tekanan sistolik <90 mmHg, nadi >112x/menit).

3) Bila syok disertai dengan massa lunak di adneksa, nyeri perut bawah, adanya cairan bebas dalam kavum pelvis: pikirkan kemungkinan kehamilan ektopik yang terganggu

4) Tanda-tanda infeksi atau sepsis (demam tinggi, sekret berbau pervaginam, nyeri perut bawah, dinding perut tegang, nyeri goyang portio, dehidrasi, gelisah atau pingsan)

5) Tentukan melalui evaluasi medik apakah pasien dapat ditatalaksanakan pada fasilitas kesehatan setempat atau dirujuk (setelah dilakukan stabilisasi) (Saifuddin,2018:148).

b. Penanganan spesifik

(17)

2) Bila pasien mengalami anemia sedang, berikan tablet Sulfas Ferosus 600 mg/hari selama 2 minggu disertai dengan anjuran mengkonsumsi makanna bergizi (susu, sayuran segar, ikan, daging, telur). Untuk anemia berat, berikan transfusi darah.

3) Apabila tidak terdapat tanda-tanda infeksi tidak perlu diberi antibiotika, atau apabila khawatir akan infeksi dapat diberi antibiotika profilaksis (Saifuddin,2018:150)

9. Pencegahan

a. Menerapkan pola makan sehat dan seimbang, terutama meningkatkan konsumsi makanan dengan kandungan serat tinggi

b. Tidak merokok, mengkonsumsi minuman keras, dan menggunakan obat-obatan terlarang selama kehamilan

c. Mencegah infeksi-infeksi tertentu selama masa kehamilan, misalnya dengan menerima vaksin sesuai anjuran dokter

d. Menjaga berat badan yang sehat sebelum dan saat hamil

e. Menangani penyebab keguguran yang bisa dideteksi, seperti otot serviks yang lemah. Kelainan ini dapat diatasi melalui operasi pengencangan otot serviks, sehingga dapat menurunkan resiko keguguran

f. Melakukan making pregnancy safer (MPS) dengan 3 pesan kunci yaitu: 1) Setiap persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih

2) Semua komplikasi obstetric dan neonatal mendapat pelayaan adekuat 3) Pencegahan kehamilan yang tidak diinginkan dan penanganan

komplikasi abortus yang aman

g. Penuhi ADIK (asam folat, dua asam amino, iron dan kalsium)

B.Konsep Manajemen Kebidanan 1. Pengertian

Manajemen kebidanan menurut Halen varney adalah sebuah proses menyelesaikan masalah klinis, membuat suatu keputusan, dan memberi perawatan, yang telah berakar pada tindakan perawat-kebidanan di awal tahun 1970-an. Proses ini merupakan sebuah metode pengorganisasian pikiran dan tindakan dalam suatu alur logis untuk keuntungan pasien dan pemberi perawatan kesehatan. Proses ini dijelaskan sebagai perilaku yang

(18)

diharapkan oleh praktisi klinis, yang dengan jelas merupakan buah dari proses pikir dan tindakan yang diambil (Varney, 2007:26)

2. Langkah Manajemen Kebidanan

Menurut varney (2007:26-28). Proses pelakasanaan terdiri dari tujuh langkah berurutan, yang secara periodic disempurnakan. Proses penatalaksanaan ini dimulai dengan mengumpulkan data dasar dan berakhir dengan evaluasi. Tujuh langkah tersebut adalah sebagai berikut:

a. Langkah 1 : Pengumpulan data dasar

Pada langkah pertama ini dilakukan pengkajian dan mengumpulkan semua data meliputi pengkajiian riwayat, pemeriksaan fisik dan pelvic sesuai indikasi, meninjau kembali perkembangan keperawatan saat ini atau catatan rumah sakit terdahulu, dan meninjau kembali data hasil laboratorium dan laporan penelitian terkait secara singkat yang diperlukan untuk mengevaluasi keadaan klien secara lengkap. Pada langkah pertama ini dikumpulkan semua informasi yang akurat dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien.

b. Langkah 2 : Interprestasi data dasar

Pada langkah ini dilakukan identifikasi dan analisa yang benar terhadap diagnose atau masalah dan kebutuhan klien berdasarkan interprestasi yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan. Data dasar yang sudah dikumpulkan dikembangkan sehingga ditemukan masalah yang muncul atau diagnose yang spesifik.

c. Langkah 3 : Mengidentifikasi diagnose atau masalah potensial mengantisipasi penanganannya

Langkah ketiga mengidentifikasi masalah atau diagnosis potensial berdasarkan masalah dan diagnosis saat ini berkenaan dengan tindakan antisipasi, pencegaha jika memungkinkaan, menunggu dengan waspada penuh, dan persiapan terhadap semua keadan yang mungkin muncul. Langkah ini adalah langkah yang sangat penting dalam memberikan keperawatan kesehatan yang aman.

d. Langkah 4 : Menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera

Dalam melakukan tindakan harus sesuai dengan prioritas masalah ataukebutuhan yang dihadapi klien. Setelah merumuskan tindakan yang

(19)

dilakukan untuk mengantisipasi diagnose potensial pada langkah sebelumnya harus merumuskan tindakan segera/emergency. Dalam rumusan ini termasuk tindakan segera yang mampu dilakukan secara mandiri, secara kolaborasi atau bersifat rujukan.

Pada langkah IV menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera pada kasus yaitu dengan mengetahui tanda-tanda akan terjadinya masalah potensial pada ibu sehingga dapat dengan segera dikonsultasi atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien.

e. Langkah 5 : Merencanakan asuhan yang menyeluruh

Langkah kelima mengembangkan sebuah rencana yang menyeluruh (kesinambungan) dari manajemen kebidanan. Identifikasi dan menetapkan perlunya tindakan segera oleh bidan dan dokter untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan lain sesuai dengan kondisi klien. Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang sudah dilihat dari kondisi klien atau dari setiap masalah yang berkaitan.

f. Langkah 6 : Melaksanakan perencanaan

Pada langkah ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah diuraikan pada langkah kelima, dilaksanakan secara efisien dan aman. Yang dilaksanakan oleh bidan atau klien atau anggota tim kesehatan lainnya

g. Langkah 7 : Mengevaluasi

Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam manejemen kebidanan untuk kegiatannya dilakukan terus-menerus dengan melibatkan klien, bidan, dokter, dan keluarga. Pada langkah ini evaluasi dari asuhan kebidanan yang sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasi dalam diagnosa.

3. Kerangka Konsep Manajemen Kebidanan

Ketujuh langkah tersebut membentuk suatu kerangka lengkap yang dapat diaplikasikan dalam situasi apapun. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada bagan 2.1 sebagai berikut:

(20)

Bagan 2.1

Kerangka Konsep Manajemen Kebidanan

Sumber: Varney, 2007:26-28 Manajemen

Kebidanan

Pengkajian (Pengumpulan data dasar)

Interprestasi Data

Mengidentifikasi Diagnosa atau Masalah Potensial

Tindakan segera

Perencanaan

Pelaksanaan

(21)

4. Penerapan Manajemen kebidanan kehamilan trimester I dengan Abortus Komplit

a. Langkah 1 : pengumpulan data dasar 1) Data subjektif

Data subjektif diperoleh dengan cara anamnesa dalam rangka mendapatkan data pasien dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan, baik secara langsung maupun tidak langsung, meliputi:

a) Biodata : nama, umur, alamat, pendidikan terakhir, pekerjaan, agama

b) Riwayat kehamilan saat ini :

(1)Hari Pertama Haid Terakhir (HPHT)

(2)Taksiran Persalinan (Rumis Neagle: tanggal HPHT ditambah 7 dan bulan dikurang 3) (Saifudddin, 2016:279)

(3) Riwayat kehamilan saat ini G P A H, masalah yang pernah dialami seperti hamil muda dan hamil tua serta imunisasi (4) Ketidaknyamanan yang dirasakan pada kehamilan

trimester I menurut Varney (2007:525-526) adalah: (a) Nyeri kepala

(b) Pusing (c) Mual

(d) Muntah-muntah (e) Nyeri ulu hati (f) Nyeri abdomen

c) Riwayat penyakit : jantung, tekanan darah tinggi, diabetes mellitus, TBC, pernah operasi, alergi obat, atau makanna, ginjal, asma, epilepsy, penyakit hati, pernah kecelakaan

d) Riwayat social ekonomi : status perkawinan, respon ibu dan keluarga terhadap kehamilan, jumlah keluarga dirumah yang membantu, siapa pembuat keputusan, kebiasaan makan dan minum, kebiasan merokok, menggunakan obat-obatan dan alcohol, kehidupan seksusal, pekerjaan dan aktivitas sehari-hari, pendidikan, penghasilan

(22)

2) Data Objektif

Berdasarkan pemeriksaan fisik yang ditemukan maka data objektif adalah sebagai berikut :

a) Tanda-tanda Vital menurut Mandriwati (2011:62-64)

(1) Tekanan darah normal pada kehamilan Trimester I berkisar antara 100/70-140/90 mmHg

(2) Suhunormal pada kehamilan trimester I berkisar antara 35,8-37,5oc

(3) Nadi :60-100x/menit

(4) Pernafasan normal pada kehamilan trimester I berkisar antar 16-24 x/menit

(5) Berat badan : bertambahnya berat badan minimal 8 kg selama kehamilanMenurut Saifuddin (2011:94)

b) Pemeriksaan fisik khusus

Pemeriksaan fisik dilakukan secara head to toe, dimana pemeriksaan ini terdiri dari 4 jenis pemeriksaan yaitu pemeriksaan inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi adapun bagian-bagian yang diperiksa adalah sebagai berikut:

(1) Wajah

Normal nya wajah tidak terdapat oedem (2) Mata

Konjungtiva normal yaitu merah muda,seklera normal tidak ikterus.

(3) Hidung

Hidung yang normal yaitu tidak ada polip atau pembengkakan

(4) Mulut

Tidak terdapat karies, gigi berlubang dan lesi (5) Leher

Normalnya leher tidak terdapat pembengkakan pada kelenjar limfe atau getah bening, kelenjar tiroid, dan vena jugalaris.

(23)

Normalnya payudara simetris, tidak kemerahan, putting susu menonjol, areola mamae bersih, tidak ada pembengkakan dan benjolan pada payudara

(7) Abdomen

Tidak ada bekas opersi, pembesaran perut sesuai usia kehamilan, untuk mengetahui keadaan kontraksi uterus, tinggi fundus uteri berapa jari dibawah pusat.

(8) Genetalia

Pemeriksaan pembukaan serviks, inspekulo menilai ada/tidaknya perdarahan dari cavum uteri, ostium uteri terbuka atau tertutup, ada atau tidaknya jaringan di ostium. Vagina toucher (VT) menilai portio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba atau tidak jaringan dalam kavum uteri, tidak nyeri adneksa, kavum doglas tidak nyeri (Husin Farid, 2014: 77).

c) Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan yang dilakukan untuk mendukung pencegahan diagnosa seperti pemeriksaan laboratorium (hemoglobin, golongan darah, protein urin, glukosa urine), pemeriksaan USG (Jannah Nurul, 2012: 203)

b. Langkah 2 : Interpretasi data dasar

Interprestasi data merupakan identifikasi terhadap diagnosa, masalah, dan kebutuhan pasien. Interprestasi meliputi:

1) Data Dasar:

a) Diagnosa kebidanan

Diagnosa kebidanan yang disimpulkan oleh bidan (Jannah, 2012: 204). Diagnos pada kasus ini ditegakkan Ny.xPxAx umur x tahun hamil dengan abortus komplit.

b) Masalah

Masalah adalah problem yang dialami ibu tetapi tidak termasuk kedalam kategori standar nomenklatur diagnosa

(24)

kebidanan, misalnya rasa cemas, dan problem ekonomi.Masalah memerlukan penanganan yang dituangkan kedalam rencana asuhan c) Kebutuhan

Kebutuhan adalah suatu yang diperlukan untuk meningkatkan kesehatan klien, misalnya pendidikan kesehatan, dan promosi kesehatan.

c. Langkah 3 : Mengidentifikasi diagnosa/masalah potensial

Identifikasi diagnosa/masalah potensial adalah mengidentifikasi masalah dan diagnosa yang sudah di identifikasi. Langkah ini membutuhakan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan sambil mengamati klien bidan diharapkan dapat bersiap-siap bila diagnosa/ masalah potensial terjadi. Diagnosa yang mungkin terjadi adalah infeksi pada jalan lahir, syok dan perdarahan.

d. Langkah 4 : Menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera

Tindakan segera terahadap kondisi pada pasien abortus komplit dapat di berikan penangan syok dengan cara: tindakan universal, oksigen, cairan, obat, identifikasi penyebab syok dan atasi sesuai penyebabnya. Selanjutnya adalah penenganan perdarahan melibatkan langkah-langkah berikut manajemen syok, identifikasi lokasi perdarahan, pemeriksaan produk konsepsi, perbaikan laserasi saluran genetal atau serviks, manejemen perforasi uterus dan rujukan transfer atau pemindahan.

e. Langkah 5 : Merencana Asuhan yang menyeluruh

Langkah kelima mengembangkan sebuah rencana yang menyeluruh (kesinambungan) dari manajemen kebidanan,. Identifikasi dan menetapkan perlunya tindakan segera oleh bidan dan dokter atau dikonsutasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan lain sesuai dengan kondisi klien. Rencana assuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang sudah dilihat dari kondisi klien atau dari setiap masalah yang berkaitan. Adapun perencanaan pada ibu hamil trimester I dengan Abortus Komplit yaitu:

a) Bila kondisi pasien baik, berikan ergometrin 3 x 1 tablet selama 3-5 hari

(25)

b) Bila pasien mengalami anemia sedang, berikan tablet Sulfas Ferosus 600 mg/hari selama 2 minggu disertai dengan anjuran mengkonsumsi makanna bergizi (susu, sayuran segar, ikan, daging, telur). Untuk anemia berat, berikan transfusi darah.

c) Apabila tidak terdapat tanda-tanda infeksi tidak perlu diberi antibiotika, atau apabila khawatir akan infeksi dapat diberi antibiotika profilaksis (Saifuddin,2018:150)

f. Langkah 6 : Melaksanakan Perencanaan

Pada langkah ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah diuraiakan pada langkah kelima, dilaksanakan secara efisien dan aman. Yang dilaksanakan oleh bidan atau klien atau anggota tim kesehatan lainnya (Varney 2007).

g. Langkah 7 : Mengevaluasi

Kegiatan evaluasi dilakukan untuk mengevaluasi keefektifan asuhan kebidana yang diberikan. Hasil evaluasi dapat menjadi data dasar untuk menegakkan diagnosa dan rencana selanjutnya.Yang di evaluasi adalah apakah diagnosa sesuai, rencana asuhan efektif, masalah teratasi, masalah telah berkurang, timbul masalah baru, dan kebutuhan telah terpenuhi. Evaluasi asuhan kebidanan pada abortus komplit antara lain keadaan umum baik dan tanda-tanda vital normal, tidak ada tanda-tanda syok dan perdarahan pada jalan lahir (Jannah Nurul, 2012: 185- 211).

(26)

BAB III

TINJAUAN KASUS

FORMAT PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL PADA

KEHAMILAN DENGAN ABORTUS KOMPLIT

RSUD RADEN MATTAHER NOMOR RM : Pj. Ruangan : VK Tanggal/Pukul pengkajian :17-08-2020/ 17.00 Mahasiswa : kelompok 3 NIM : Pembimbing :

Sumber informasi tempat pelayanan

Teman Orang tua/keluarga Nakes: … Sendiri

BIODATA

Nama klien/Ibu : Ny. M Nama Suami : Tn. R Umur : 29 th Umur : 29 th Agama : Islam Agama : Islam

Pendidikan : Diploma/Sarjana Pendidikan : Diploma/Sarjana Pekerjaan : Karyawan Swasta Pekerjaan : Guru

Alamat : Rt. 32 Kel. Murni Alamat : Rt. 17 Kel. Murni No. Telp/Hp : - No. Telp/Hp : -

Penanggung Jawab

Nama : Tn. R Pekerjaan : Guru

Umur : 29 Th Alamat : Rt. 17. Kel Murni Hubungan dengan Klien : Suami

A 1 DATA SUBYEKTIF Alasan Kunjungan : Pemeriksaan Kehamilan Keluhan :

- Ibu mengatakan Ibu mengatakan keluar darah berbongkah dari kemaluannya pada siang hari tadi

2 Riwayat Menstruasi

Umur menarche : 10 th, lamanya haid: 5-6 hari, jumlah darah haid: 2x3 ganti pembalut, siklus haid:28 hari. Teratur/Tidak teratur Konsistensi: Cair, HPHT : 11-04-2020 TP: 18-01-2021. Masalah lain: -

3 Riwayat Perkawinan

Perkawinan ke: 1 Kawin -1: ….. tahun Usia saat kawin : 27 tahun

4 Riwayat Kehamilan Sekarang No Tgl/Th partus Tempat Partus Umur hamil Jenis persalinan Penolong persalinan penyu lit Anak kel/BB Keadaan anak sekarang 1 Ini ✓

(27)

2

5 Riwayat Kehamilan Saat ini : G1… P0… A0… H0 Pertama kali memeriksa kehamilan pada UK : 4 minggu Di : Puskesmas Oleh : Bidan

Pemeriksaan Saat ini yang ke : 2

Masalah yang pernah dialami:

Hamil muda : mual muntah perdarahan

Lain – lain: ……

Hamil Tua : pusing sakit kepala perdarahan

Imunisasi:

TT Hepatitis Lain-lain : …..

Pengobatan/anjuran yang pernah diperoleh selama kehamilan ini: ……..Asam folat, B6 ……….

6 Riwayat Penyakit/operasi yang lalu : (jenis penyakit, operasi, dimana dan kapan) ……….Tidak Ada ……….. 7 Riwayat penyakit keluarga (Ayah, ibu, adik, paman, bibi) yang pernah menderita sakit

Kanker Penyakit hati Hipertensi DM Penyakit ginjal

TBC Epilepsi Kelainan bawaan Alergi Hamil kembar

Penyakit jiwa

Lain-lain : …tidak ada...…………

8 Riwayat yang berhubungan dengan masalah kesehatan reproduksi

Infentilitas infeksi virus PMS Servisitis kronis Endrometriosis Myoma Polip servix Kanker kandungan Operasi kandungan

Perkosaan

Lain-lain : …tidak ada... ……

9 Genogram (bila memungkinkan)

Ket: Laki-laki Perempuan 10 Riwayat Keluarga Berencana

Metode KB yang pernah dipakai : tidak pernah Lama :

✓ ✓

(28)

Komplikasi/masalah : -

11 Pola Makan / Minum / Eliminasi / Istirahat Makan : ...3... kali/hari ;

Minum : ...8... gelas/hari ;

Jenis makanan/minuman yang sering dikonsumsi :

nasi, lauk, buah, air putih, ... Jenis pantangan :

tidak ada...

(bila terdapat gangguan pada pola ma-mi, hitung secara kuantitas/kualitas di lembar lain) Pola Eliminasi : BAK : 4-5 kali/hari

BAB : 1 kali/hari

Kelainan/masalah yang ditemukan pada pola eliminasi : Tidak

ada... Pola istirahat : Tidur : 7-8 jam/hari : Tidur terakhir jam : ..22.00...Wib

Masalah/gangguan yang ditemukan pada pola istirahat & Psikososial tidak ada... 12 Riwayat Psikososial

Psikososial : Penerimaan klien terhadap kehamilan ini : ...diharapkan...

Social support dari : Suami; Orang tua; Mertua; Keluarga lain

B 1

DATA OBYEKTIF PEMERIKSAAN FISIK Keadaan umum :

Sikap Tubuh : Lordosis kiposis skoliosis normal Tanda-tanda vital : TD: 110/70mmHg N :88 x/mnt S : 36,40C

P : 18 x/mnt

Turgor : baik kurang jelek BB sebelum hamil : 54 kg

BB sekarang : 56 kg

Rambut/Kepala: Bersih Kotor Rontok lain-lain: .... Mata : Seklera : ikterus tdk.ikterus

Konjungtiva : pucat tdk.Pucat

Penglihatan : jelas kabur Lain-lain... Muka : Hiperpigmentasi Edema Tdk. Tampak kelainan

Lain-lain: ... Gigi: Palsu Karies lain-lain: tidak ada

Telinga: Tdk. Tampak kelainan lain-lain: ....

✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓

(29)

Alat bantu dengar

Leher: Pembesaran Kelenjar tiroid Pembesaran V. Jugularis Tdk. Tampak kelainan

Payudara : Kemerahan Bengkak

Puting susu : Datar Menonjol Ke dalam Lecet Kotor Areola mammae : Bersih Kotor Hiperpigmentasi Pengeluaran ASI Kolostrum Tidak tampak

Abdomen :

Bekas operasi : Ada Tidak ada

Hepar/Lien: tidak dapat dinilai lain-lain

Striae: Tidak ada Livide Albikans Linea: Alba Nigra Fusca

Tanda-tanda vital : Varices Edema Tidak ada Dingin pucat Kebiruan Normal

PEMERIKSAAN KHUSUS PALPASI

- Tinggi fundus : tidak teraba - Bagian terdapat dalam Fundus : - Presentasi :

- Posisi : - Penurunan : - Pergerakan :

- kontraksi : AUSKULTAS

- DJJ : x/mnt . Teratur Tidak teratur Kuat Lemah - lain-lain : ………Belum terdengar………. PERKUSI

Repleks patella : kanan /kiri +/+ Ano-genetalia

- Vulva : Bersih Kotor Varises Edema - Pengeluaran : Tdk.ada darah-lendir keputihan

Air ketuban, karakteristik ………. Darah, Karakteristik ………. ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓

(30)

- Hemorroid : Tdk.ada Ada, jelaskan ………. - Lain-lain : tidak ada

2 Pemeriksaan Penunjang

Hb: 11,1 gr/dL CT/BT: / Ht: Gol darah: A Lain-lain: Rapid Test (-) non reaktif

Urine protein: - Reduksi : - Lain-lain:

CTG: USG: tampak ada pelebaran atau bekas luka Ro:

3 Hal-hal yang masih perlu dikaji, tetapi tidak tercantum diformat: LILA : 28 cm

C Diagnose dan Masalah

Dx: G1P0A0 hamil 18 minggu dengan abortus komplit

M: Ibu mengatakan mengeluarkan darah bergumpal pada siang hari tadi dan rasa nyeri di sekitar ari-ari.

Jambi, Agustus 2020

Pembimbing Lahan Mahasiswa

( ) ( )

Dosen Pembimbing

( )

(31)

TANGGA L/ PKL. DIAGNOSA DAN MASALAH PERENCANAAN NAMA & PARAF 17-08-2020 17.00 WIB G1A0P0 Hamil 18 minggu dengan abortus komplit

1) Lakukan pemeriksaan menggunakan APD level 2 dan tetap menggunakan protokol kesehatan pencegahan COVID-19

2) Lakukan informed consent

3) Beritahu ibu dan keluarga hasil pemeriksaan dan keadaan ibu

4) Observasi tanda-tanda vital ibu 5) Observasi perdarahan ibu

6) Lakukan stabilisasi pada ibu dengan pemasangan infus RL

7) Lakukan kolaborasi dengan dokter dan advis pemberian terapi

8) Berikan dukungan psikologis kepada ibu 9) Anjurkan ibu untuk tirah baring

10)Informasikan kepada ibu dan pendamping tentang pencegahan umum Covid-19 yang dapat dilakukan ibu hamil, nifas dan bersalin. 11)Lakukan pendokumentasian

(32)

TANGGA L/ PKL. DIAGNOSA DAN MASALAH PELAKSANAAN NAMA & PARAF 17-08-2020 17.00 WIB G1A0P0 Hamil 18 minggu dengan abortus komplit

1) Melakukan pemeriksaan menggunakan APD level 2 yaitu Penutup kepala, goggles(face shield), masker N95, Handscoon, Apron/gaun dan alas kaki, serta pasien dan pendamping menggunakan masker serta dengan tetap memberlakukan protokol kesehatan pencegahan COVID-19

2) Melakukan informed consent pada pendamping ibu yaitu suami

3) Menjelaskan pada ibu dan suami tentang keadaan ibu saat ini bahwa ia sudah mengalami keguguran lengkap yaitus abortus komplit.

4) Mengobservasi tanda-tanda vital ibu: a.TD : 110/70mmHg

b.S : 36,4OC

c.Rr : 18x/mnt d.N :88x/mnt

5) Melakukan Observasi perdarahan, menginformasikan kepada ibu dan keluarga tentang penyebab perdarahan, yaitu ibu dalam keadaan abortus komplit dan berikan dukungan

6) Melakukan stabilisasi ibu dengan Pemasangan Infus RL 20xtts/mnt

7) Melakukan kolaborasi dengan dokter SpOG dan advies pemberian terapi yaitu:

a) Bila kondisi pasien baik, berikan ergometrin 3 x 1 tablet selama 3-5 hari b) Bila pasien mengalami anemia sedang,

(33)

berikan tablet Sulfas Ferosus 600 mg/hari selama 2 minggu disertai dengan anjuran mengkonsumsi makanna bergizi (susu, sayuran segar, ikan, daging, telur). Untuk anemia berat, berikan transfusi darah. c) Apabila tidak terdapat tanda-tanda infeksi

tidak perlu diberi antibiotika, atau apabila khawatir akan infeksi dapat diberi

antibiotika profilaksis

8) Memberikan dukungan psikologi kepada ibu, untuk menerima keadaannya saat ini

9) Menganjurkan ibu untuk tirah baring atau beristirahat total

10)Memberikan informasi tentang upaya pencegahan umum Covid-19 yang dapat dilakukan ibu hamil, nifas dan bersalin yaitu cuci tangan dengan sabun dan air mengalir sedikitnya selama 20 detik / gunakan hand sanitizer berbasis alkohol yang setidaknya mengandung alkohol 70%, hindari menyentuh mata, hidung dan mulut dengan tangan yang belum dicuci, sebisa mungkin hindari kontak dengan orang yang sedang sakit, gunakan masker medis saat sakit. Tetap tinggal di rumah saat sakit atau segera ke fasilitas kesehatan yang sesuai, tutup mulut dan hidung saat batuk dan bersin dengan tissue. Lakukan batuk sesuai etika batuk, bersihkan dan lakukan disinfeksi secara rutin permukaan dan benda yang sering disentuh. menunda pemeriksaan kehamilan ke tenaga kesehatan apabila tidak ada tanda-tanda bahaya pada kehamilan, menghindari kontak

(34)

dengan hewan seperti : kelelawar, tikus, musang, atau hewan lain pembawa Covid-19 serta tidak pergi ke pasar hewan, bila terdapat gejala Covid-19, diharapkan untuk menghubungi telepon layanan darurat yang tersedia, hindari pergi ke negara/daerah terjangkit Covid-19 dan rajin mencari informasi yang tepat dan benar mengenai Covid-19 di media terpercaya.

11)Melakukan pendokumentasian asuhan yang diberikan

(35)

TANGGAL/

PKL.

DIAGNOSA DAN MASALAH

EVALUASI NAMA &

PARAF 17-08-2020 17.00 WIB G1A0P0 Hamil 18 minggu dengan abortus komplit

1) Penggunaan APD selama proses pemeriksaan dan pembirian asuhan telah dilaksanakan, serta prinsip-prinsip protokol kesehatan pencegahan COVID 19 telah dilakukan.

2) Ibu mengetahui tindakan yang akan dilakukan dan bersedia

3) Ibu dan suami mengetahui serta memahami dengan hasil pemeriksaan dan dengan keadaan ibu

4) Observasi tanda-tanda vital ibu telah dilakukan

5) Observasi perdarahan ibu telah dilakukan 6) Pemasangan infus RL pada ibu telah

dilakukan

7) Pelayanan kolaborasi dengan dokter SpOG telah dilakukan dan pemberian terapi telah dilaksanakan

8) Dukungan psikologis telah diberikan dan ibu menerima keadaannya saat ini

9) Ibu bersedia untuk beristirahat total 10)Informasi tentang pencegahan umum

Covid-19 yang dapat dilakukan ibu hamil, nifas dan bersalin telah dilakukan, ibu dan suami memahami apa saja yang dapat dilakukan.

(36)

CATATAN PERKEMBANGAN

NAMA : Ny. M NO RM : PAV :

UMUR : 29 Tahun TANGGAL : 17 Agustus 2020 KELAS:

Diagnosis / Masalah :

G1A0P0 Hamil 18 minggu dengan abortus komplit

SOAP Nama & Paraf S O A P - Ibu mengatakan keluar darah berbongkah dari kemaluannya pada siang hari tadi - Ibu mengatakan ini kehamilan pertamanya - Ibu mengatakan perutnya juga nyeri pada

ari-Keadaan umum : baik Kesadaran : composmentis Keadaan emocional : stabil TTV TD : 110/70 mmHg Nadi : 88 x/mnt Rr : 21 x/mnt S : 36,4ºC BB : 56 kg LILA : 28 cm Hb : 11,1 gr/dL

Palpasi abdomen : tidak teraba

Inspeksi vulva :

pengeluaran darah tapi

G1A0P0 Hamil 18 minggu

dengan abortus komplit

Masalah : Ibu merasa cemas dengan kehamilannya saat ini.

Kebutuhan : Komunikasi,

informasi, dan edukasi tentang keadaan ibu saat ini terutama tentang abortus komplit yang ibu alami.

1) Melakukan pemeriksaan menggunakan APD level 2 yaitu Penutup kepala, goggles(face shield), masker N95, Handscoon, Apron/gaun dan alas kaki, serta pasien dan pendamping menggunakan masker serta dengan tetap memberlakukan protokol kesehatan pencegahan COVID-19 2) Melakukan informed consent pada

pendamping ibu yaitu suami

3) Menjelaskan pada ibu dan suami tentang keadaan ibu saat ini bahwa ia sudah mengalami keguguran lengkap yaitus abortus komplit.

(37)

ari. bukan jaringan

USG: Tampak ada

pelebaran atau bekas luka.

4) Mengobservasi tanda-tanda vital ibu: a. TD : 110/70mmHg

b. S : 36,4OC

c. Rr : 18x/mnt d. N :88x/mnt

5) Melakukan Observasi perdarahan, menginformasikan kepada ibu dan keluarga tentang penyebab perdarahan, yaitu ibu dalam keadaan abortus komplit dan berikan dukungan

6) Melakukan stabilisasi ibu dengan Pemasangan Infus RL 20xtts/mnt

7) Melakukan kolaborasi dengan dokter SpOG dan advies pemberian terapi yaitu:

a. Bila kondisi pasien baik, berikan ergometrin 3 x 1 tablet selama 3-5 hari b. Bila pasien mengalami anemia sedang,

berikan tablet Sulfas Ferosus 600 mg/hari selama 2 minggu disertai dengan anjuran mengkonsumsi makanna bergizi (susu, sayuran segar,

(38)

ikan, daging, telur). Untuk anemia berat, berikan transfusi darah.

c. Apabila tidak terdapat tanda-tanda infeksi tidak perlu diberi antibiotika, atau apabila khawatir akan infeksi dapat diberi antibiotika profilaksis

8) Memberikan dukungan psikologi kepada ibu, untuk menerima keadaannya saat ini 9) Menganjurkan ibu untuk tirah baring atau

beristirahat total

10)Memberikan informasi tentang upaya pencegahan umum Covid-19 yang dapat dilakukan ibu hamil, nifas dan bersalin yaitu cuci tangan dengan sabun dan air mengalir sedikitnya selama 20 detik / gunakan hand sanitizer berbasis alkohol yang setidaknya mengandung alkohol 70%, hindari menyentuh mata, hidung dan mulut dengan tangan yang belum dicuci, sebisa mungkin hindari kontak dengan orang yang sedang sakit, gunakan masker medis saat

(39)

sakit. Tetap tinggal di rumah saat sakit atau segera ke fasilitas kesehatan yang sesuai, tutup mulut dan hidung saat batuk dan bersin dengan tissue. Lakukan batuk sesuai etika batuk, bersihkan dan lakukan disinfeksi secara rutin permukaan dan benda yang sering disentuh. menunda pemeriksaan kehamilan ke tenaga kesehatan apabila tidak ada tanda-tanda bahaya pada kehamilan, menghindari kontak dengan hewan seperti : kelelawar, tikus, musang, atau hewan lain pembawa Covid-19 serta tidak pergi ke pasar hewan, bila terdapat gejala Covid-19, diharapkan untuk menghubungi telepon layanan darurat yang tersedia, hindari pergi ke negara/daerah terjangkit Covid-19 dan rajin mencari informasi yang tepat dan benar mengenai Covid-19 di media terpercaya. 11)Melakukan pendokumentasian asuhan yang

(40)

BAB IV

PEMBAHASAN

Bab ini akan menguraikan pembahasan manajemen asuhan kebidanan yang dilakukan pada ibu hamil dengan abortus iminens di ruangan VK RSUD RADEN MATTAHER pada tanggal 17 Agustus 2020.

Penulis akan menguraikan berdasarkan SOAP dan langkah Varney. Bab ini, penulis akan membandingkan antara tinjauan kasus pada Ny ”M” dengan Abotus Komplit di RSUD RADEN MATTAHER dengan teori tentang penanganan Abortus Komplit.

Pembahasan ini penulis akan membahas berdasarkan pendekatan manajemen asuhan kebidanan dengan tujuh langkah varney, yaitu pengumpulan data dasar, merumuskan diagnosis atau masalah aktual, merumuskan diagnosis atau masalah potensial, melaksanakan tindakan segera atau kolaborasi, merencanakan tindakan asuhan kebidanan, melakukan tindakan asuhan kebidanan, dan mengevaluasi asuhan kebidanan.

Langkah-langkah Penatalaksanaan Menurut Varney Yaitu: A.Pengumpulan Data Dasar

Pengumpulan data dasar merupakan proses manajemen asuhan kebidanan yaang ditujukan untuk pengumpulan informasi baik fisik, psikososial dan spritual. Informasi yar`ng diperoleh mengenai data-data tersebut penulis dapatkan dengan mengadakan wawancara langsung dari klien dan keluarganya serta sebagian bersumber dari pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang/laboratorium (Nurhayati dkk, 2013).

Tahap ini dilakukan Identifikasi data dasar (pengkajian) merupakan proses manajemenasuhan kebidanan yang ditujukan untuk mengumpulkan informasi baik fisik, psikososial dan spiritual. Pengumpulan data dilakukan melalui anamnesis yang meliputi biodata bertujuan memperjelas identitas pasien, riwayat menstruasi, riwayat kesehatan, iwayat kehamilan sekarang dan riwayat psikososial untuk mendapatkan informasi tentang keluhan-keluhan yang biasa dialami oleh ibu dan kekhawatiran khusus yang yang muncul akibat adanya perubahn psikologis maupun psikologi.

(41)

Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan dan pemeriksaan tanda-tanda vital juga pemeriksaan khusus yang meliputi pemeriksaan inspeksi untuk mengamati penampilan ibu, emosi serta sikap. Palpasi yaitu pemeriksaan dengan meraba. Auskultasi bertujuan untuk mengetahui usia kehamilan, keadaan janin dalam kandungan dan mendorong menentukan posisi anak.

Pemeriksaan penunjang yaitu pemeriksaan laboratorium dan USG. Pengkajian pada kasus ini maka dilanjutkan dengan terapi obat dan bedrest total. Pada tahap ini disebabkan karena respon ibu dalam memberikan informasi begitu pula dengan keluarga, bidan dan dokter yang merawat sehingga penulis dengan mudah memperoleh data yang diinginkan. Data diperoleh secara terfokus pada masalah klien sehingga intervensinya juga lebih terfokus sesuai keadaan klien.

Ny. M usia 29 tahun G1P0A0, datang kerumah sakit dengan keluhan ada

pengeluaraan gumpala darah dari kemaluannya dan rasa nyeri pada bagian ari-ari. Dalam tinjauan pustaka dikemukakan gejala atau tanda Abortus komplit yaitu semua hasil konsepsi telah dikeluarkan, ostium uteri telah menutup, uterus sudah mengecil, besar uterus tidak sesuai dengan usia kehamilan, nyeri atau kram pada bagian ari-ari, pada pemeriksaan fisik ditemukan keadaan umum tampak lemah, atau kesadaran menurun, tekanan darah menurun, denyut nadi normal dan cepat, suhu badan normal dan meningkat. Berdasarkan studi kasus pada Ny. M maka data yang diperoleh dari hasil pengkajian atau anamnesa pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran komposmentis, keadaan umum lemah, tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 88x/menit, pernapasan 18x/menit, dan suhu 36,4°C. tidak ada oedema dan pembengkakan pada wajah, kedua konjungtiva mata tidak anemis, tidak ada pembesaran pada kelenjar tiroid, limfe dan vena jugularis, payudara tampak simetris, hiperpigmentasi pada areola mammae.

HPHT tanggal 11 April 2020 dengan usia kehamilan 18 minggu, pengeluaran hasil konsepsi seluruhnya dengan perdarahan ringan disertai nyeri perut bagian bawah pada bagian ari-ari, pada pemeriksaan laboratorium didapatkan pemeriksaan darah rutin yang normal yaitu hemoglobin 11,1 gr%, dan pada pemeriksaan obstetrik TFU belum teraba.

Pasien memeriksakan kehamilan 1 kali di Puskesmas Putri Ayu usia kehamilan 4 minggu. Pasien tidak pernah mengalami trauma selama hamil, pasien tidak memiliki riwayat penyakit hipertensi, asma jantung dan diabetes, riwayat

(42)

mengomsumsi obat-obatan selama hamil.Selama hamil, nutrisi pasien terpenuhi dengan baik, istirahat cukup, aktivitas pasien tetap melakukan pekerjaan sebagai karyawan swasta di sebuat dialer motor sehingga tidak ada waktu untuk istirahat, pasien tidak ada riwayat hubungan seksual sebelum terjadi perdarahan.

Berdasarkan uraian di atas terdapat persamaan antara teori dengan gejala yang timbul pada kasus Abortusa Komplit. Hal ini membuktikan bahwa tidak ditemukan adanya kesenjangan antara teori dan kasus.

B.Interprestasi Data Dasar

Pada langkah kedua dilakukan identifikasi diagnosis atau masalah berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan. Data tersebut kemudian diinterpretasikan sehingga dapat dirumuskan diagnosis dan masalah yang spesifik (Nurhayati dkk, 2013).

Berdasarkan data subjectif dan objectif serta data penunjang maka dapat ditegakkan diagnosa bahwa:

Diagnosa : G1A0P0 Hamil 18 minggu dengan abortus komplit

Masalah : Ibu merasa cemas dengan kehamilannya saat ini.

Kebutuhan : Komunikasi, informasi, dan edukasi tentang keadaan ibu saat ini terutama tentang abortus komplit yang ibu alami.

C.Masalah Potensial

Berdasarkan tinjauan pustaka manajemen kebidanan adalah mengidentifikasi adanya masalah potensial yaitu mengantisipasi segalah sesuatu yang mungkin terjadi. Sesuai dengan tinjauan pustaka bahwa pada kasus Ny. M dengan diagnosa Abortus Komplit masalah potensial yang dapat terjadi adalah potensial terjadinya infeksi pada jalan lahir yang dapat menyebabkan syok hipovelvik. Karena ada data yang menunjang hal ini sesuai dengan teori Varney (2007:27) yang menyatakan bahwa mengidentifikasi diagnosa atau masalah dan diagnosa yang sudah diidentifikasi. Berdasarkan kasus Ny. M tidak terdapat kesenjangan antara tinjauan kasus dan tinjauan teori.

(43)

D.Tindakan Segera

Tindakan segera dan kolaborasi dilakukan berdasarkan indikasi yang memerlukan penanganan cepat dan tepat sehingga memerlukan kolaborasi dengan tenaga kesehatan yang ahli di bidangnya, dalam kasus ini, tidak ada indikasi untuk dilakukannya tindakan segera. Akan tetapi, kolaborasi dengan dokter ahli kandungan dilakukan untuk menetapkan diagnosa dengan pemeriksaan USG.

Melakukan kolaborasi dengan dokter untuk tindakan selanjutnya yaitu penatalaksanaan pemberian cairan infus RL penatalaksanaan pemberian obat dan menganjurkan ibu untuk istirahat total dan asupan makanan bergizi.

Pada Ny. M dilakukan tindakan dengan pemasangan infus dengan cairan RL dengan 20 tetes/menit.n Pada kasus Abortus Komplit memerlukan tindakan segera yaitu kolaborasi atau berkonsultasi dengan dokter, dengan demikian ada kesamaan antara tinjauan pustaka dan manajemen asuhan kebidanan pada studi kasus dilahan praktek dan ini berarti tidak ada kesengjangan.

E.Rencana Tindakan Asuhan

Dalam membuat perencanaan ini ditemukan tujuan dan kriteria yang akan dicapai dalam menerapkan asuhan kebidanan Ibu Hamil pada Ny. M dengan Abortus Komplit tidak berbeda dengan teori dimana rencana asuhan kebidanan dikembangkan berdasarkan pada intervensi dan rasional sesuai dengan masalah aktual dan potensial pada ibu hamil dengan Abortus Komplit.

Pada kasus Ibu hamil Ny. M, penulis merencanakan asuhan kebidanan berdasarkan diagnosa/masalah potensial yang dilakukan di Rumah Sakit berdasarkan langkah-langkah sebelumnya. Pada langkah ini, informasi data yang tidak lengkap dapat dilengkapi yaitu sebagai berikut: cuci tangan sebelum dan sesudah bersentuhan dengan klien, mendengar keluhan, menjelaskan keadaanyang dialami, memberikan motivasi, menganjurkan agar melakukan pemeriksaan secara teratur, menganjurkan untuk beristrahat yang teratur, pemeriksaan laboratorium, memberikan informasi tentang perubahan fisik dan psikologis.

Observasi tanda-tanda vital memberikan health education, mendiskusikan pada ibu dan keluarga tentang keadaan nya saat ini, memberikan dukungan psikologis dan spiritual.

(44)

Rencana asuhan kebidanan selanjutnya yaitu melakukan pemantauan selama dirawat di rumah sakit untuk memantau keadaan klien apakah pengeluaran darahnya berhenti atau tidak. Rencana asuhan yang diberikan yaitu memantau tanda-tanda vital, memberikan Health education yaitu menganjurkan ibu menjaga kebersihan dan mengomsumsi makanan yang bergizi, mengingatkan pada ibu untuk teratur mengomsumsi obatnya.

Pada manajemen asuhan kebidanan suatu rencana tindakan yang komprehensif dilakukan termasuk atas indikasi apa yang timbul berdasarkan kondisi klien, rencana tindakan harus disetujui klien dan semua tindakan yang diambil harus berdasarkan rasional yang relevan dan diakui kebenarannya.

Rencana tindakan asuhan sudah disusun berdasarkan diagnosa/ masalah aktual dan potensial, hal ini menunjukkan tidak ada kesenjangan antara tinjauan teori dan tinjauan manajemen asuhan kebidanan pada penerapan studi kasus di lahan praktik.

F. Pelaksanaan Asuhan Kebidanan

Pada studi kasus Ny. M dengan Abortus Komplit, semua tindakan yang telah direncanakan seperti memberikan cairan infus RL, memberikan therapy obat sesuai advis dokter, Melakukan pemanantauan tanda-tanda vital, dan memberikan dukungan psikologis dan spiritual ibu dan keluarga selama di rumah sakit, dapat dilaksanakan dengan baik tanpa ada hambatan karena adanya kerjasama dan penerimaan yang baik dari klien serta adanya dukungan dari keluarga dan petugas kesehatan di RSUD RADEN MATTAHER.

Pada kasus ini Ny. M hamil 18 minggu dengan diagnosa Abortus Komplit, Pada kasus ini, diagnosis Abortus Komplit ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Pelaksanaan asuhan untuk mengatasi masalah yang dialami klien adalah dengan terapy obat dan istirahat total.

Dalam pelaksanaan tindakan asuhan kebidanan penulis tidak menemukan hambatan yang berarti, karena seluruh tindakan yang dilakukan sudah berorientasi pada kebutuhan klien.

(45)

G.Evaluasi Asuhan Kebidanan

Evaluasi merupakan langkah akhir dari proses manajemen asuhan kebidanan dalam mengevaluasi pencapaian tujuan membandingkan data yang dikumpulkan dengan kriteria yang diidentifikasikan, memutuskan apakah tujuan telah dicapai atau tidak dengan tindakan yang sudah diimplementasikan. Proses evaluasi merupakan langkah dari proses manejemen asuhan kebidanan pada tahap ini penulis tidak mendapatkan permasalahan atau kesenjangan pada evaluasi menunjukan masalah teratasi tanpa adanya komplikasi.

Hasil evaluasi setelah asuhan kebidanan yang dilaksanankan pada tanggal 17 Agustus 2020 yaitu pada hari pertama masalah yang dialami oleh klien akan diatasi dengan pemasangan infus, pemebriatn therapy tablet ergometrin 3x1/hari, asupan nutrisi, dan bedrest total, tidak terjadi komplikasi selama pemberian asuhan dan penanganan.

Berdasarkan studi Manajemen Asuhan Kebidanan Ibu Hamil dengan Abotus Komplit tidak ditemukan hal-hal yang menyimpang dari evaluasi tinjauan pustaka. Oleh karena itu, bila dibandingkan dengan tinjauan pustaka dan studi kasus Ny. M secara garis besar tidak ditemukan kesenjangan.

(46)

BAB V PENUTUP

A.KESIMPULAN

1. Pengkajian

Pengkajian kehamilan trimester I dengan abortus komplit melalui anamnesa, pemeriksaaan fisik, pemeriksaan khusus, pemeriksaan laboratorium dan USG sesuai dengan teori.

2. Interprestasi Data Dasar

Diagnosa : G1P0A0 hamil 18 minggu dengan abortus komplit

Data dasar : Sesuai dengan diagnosa masalah yang mendukung 3. Masalah Potensial

Abortus Komplit masalah potensial yang dapat terjadi adalah potensial terjadinya infeksi pada jalan lahir yang dapat menyebabkan syok hipovelvik. Karena ada data yang menunjang.

4. Tindakan Segera

Kolaborasi dengan dokter ahli kandungan dilakukan untuk menetapkan diagnosa dengan pemeriksaan USG. Melakukan kolaborasi dengan dokter untuk tindakan selanjutnya yaitu penatalaksanaan pemberian cairan infus RL penatalaksanaan pemberian obat dan menganjurkan ibu untuk istirahat total dan asupan makanan bergizi.

5. Rencana Tindakan

Berdasarkan diagnosa atau masalah yang ditemukan dalam kehamilan trimester I dengan abortus komplit memberikan Komunikasi, informasi, dan edukasi tentang keadaan ibu saat ini terutama tentang abortus komplit yang ibu alami, serta memberikan therapi sesuai dengan advis dokter.

6. Pelaksanaan Tindakan

Pada langkah ini penulis melaksanakan semua rencana asuhan dalam masa kehamilan trimester I dengan abortus komplit yang telah dibuat sebelumnya sesuai dengan kebutuhan ibu.

(47)

7. Evaluasi

Seluruh asuhan yang diberikan pada Ny. M dengan abortus komplit dapat dilaksanakan dan dimengerti, bahkan dapat menjelaskan kembali materi yang diberikan bidan dari perencanaan pelaksanaan tindakan.

B.SARAN

1. Bagi Rumah Sakit Raden Mattaher

Meningkatkan pelayanan sesuai dengan standar kompetensi guna untuk meningkatkan mutu pelayanan kebidanan pada ibu hamil, mendeteksi dini keadaan ibu hamil agar tidak terjadi kehamilan patologis, serta memberikan pendidikan kesehatan terutama mengenai nutrisi seimbang untuk mencegah terjadinya kehamilan agar tidak berkembang menjadi kehamilan yang menimbulkan kegawatdaruratan dan menjadi patologis.

2. Bagi Institusi Pendidikan Poltekkes Jurusan Kebidanan

Jurusan Kebidanan Poltekkes Jambi, diharapkan dapat terus mempertahankan mutu pendidikan serta mempertahankan sarana dan prasarana serta kerja sama dengan instansi lainnya guna mempertahankan mutu dan menambah wawasan bagi pendidikan

3. Bagi Penulis Selanjutnya

Meningkatkan pengalaman dan wawasan dalam melakukan asuhan studi kasus serta diharapkan dapat menambah pengetahuan, keterampilan terhadap praktek dan teori serta meningkatkan kemampuan penulisa lain dalam mendokumentasikan dan memberikan asuhan kebidanan kegawatdaruratan maternal dan neonatal.

(48)

DAFTAR PUSTAKA

Elisah Diyah P, 2017

Faktor Resiko Kejadian Abortus Spontan. Higea Journal Of Public Health

Research And Development.1.(3):11 Hlm

Kusmiyati, Yuni. 2009. Perawatan Ibu Hamil. Yogyakarta Fitramaya Syafrudin.

Kemenkes RI,2018

Profil Kesehatan Indonesia 2016-2017. Kementrian Kesehatan RI. Jakarta

Kemenkes RI 2020

Pedoman bagi Ibu Hamil, Bersalin, Nifas dan BBL di Era Pandemi COVID 19. Kementerian Kesehatan RI. Jakarta

Mandriwati, 2011

Penuntun BelajarAsuhan Kebidanan Ibu Hamil. EGC. Jakarta: ix+209 Hlm

Saiffuddin, 2016

Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirorahardjo. Pt Bina Pustaka Sarwono Prawirorahardjo. Jakarta:xxvi+608 Hlm

Saiffuddin, 2018

Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal. Pt Bina Pustaka Sarwono Prawirorahardjo. Jakarta: xxvi+982 Hlm

Varney, 2007

Buku Ajar Asuhan Kebidanan. EGC. Jakarta: 1 vol xxii+ 671 Hlm.

Williams, 2014

Obstetric Williams Panduan Ringkas. EGC. Jakarta: ix+888 Hlm.

Williams, 2014

Obstetric Williams Edisi 23. EGC. 2 vol Jakarta : xiii+1326 Hlm.

World Health Organisation. 2015. Trend in Maternal: 1990 -2015. Swiverland : WHO

https://www.ibi.or.id/media/Webinar IDM 2020/IBI - 3 Situasi Pelayanan Kebidanan di Masa Pademic Covid-19

(49)

Referensi

Dokumen terkait

pada Keluarga Berencana (KB) dengan menggunakan manajemen kebidanan metode varney dari pengkajian, Interpretasi data, Diagnosa Potensial, Identifikasi kebutuhan akan