e-Jurnal Rekayasa dan Teknologi Budidaya Perairan Volume II No 1 Oktober 2013
ISSN: 2302-3600
e-JRTBP Volume 2 No 1 Oktober 2013 PENGGUNAAN TEPUNG DAGING DAN TULANG SEBAGAI ALTERNATIF
SUMBER PROTEIN HEWANI PADA PAKAN IKAN NILA MERAH
(Oreochromis niloticus)
Afat Abdiguna*, Limin Santoso†, Wardiyanto† dan Suparmono†
ABSTRAK‡
Penelitian dilakukan untuk mengetahui persentase subsitusi tepung daging dan tulang (TDT) terhadap tepung ikan (TI) untuk pertumbuhan nila merah (Oreochromis niloticus). Penelitian dilakukan dengan menggunakan rancangan acak lengkap dengan
5 perlakuan. Pakan A (kontrol/TI), pakan B (TDT 20%), pakan C (TDT 25%), pakan
D (TDT 30%) dan pakan E (TDT 35%). Ikan uji yang digunakan adalah nila merah sebanyak 225 ekor, dengan berat total 4 ± 0,4 gram. Akuarium berukuran 60 x 40 x 40 cm yang berisi nila merah sebanyak 15 ekor digunakan untuk percobaan. Pemberian pakan sebanyak tiga kali sehari dengan feeding rate 5% selama 60 hari pemeliharaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pakan E (TDT 35%) memberikan hasil yang terbaik untuk pertumbuhan nila merah. Pertumbuhan mutlak sebesar 10,34 ± 0,43
gram, laju pertumbuhan harian sebesar 0,17±0,01gram/hari, dan efisiensi pakan44,37
± 3,32%. Tingkat kelangsungan hidup nila merah rata - rata mencapai 97,3% dan kualitas air pada semua perlakuan masih dalam keadaan optimum untuk budidaya. Kata kunci: pakan buatan, substitusi, nila merah, pertumbuhan, efesiensi pakan
Pendahuluan
Pakan merupakan salah satu faktor yang berperan penting dalam keberhasilan kegiatan budidaya karena kandungan pakan yang berkulitas dan sesuai dengan
kebutuhan ikan akan menentukan
pertumbuhan dan perkembangan ikan. Pakan berkualitas memiliki kandungan protein yang tinggi, sehingga semakin tinggi sumber protein, maka semakin baik kualitas pakan tersebut. Oleh sebab itu
* Mahasiswa Jurusan Budidaya Perairan Universitas Lampung
† Dosen Jurusan Budidaya Perairan Universitas Lampung ‡ Alamat Korespondensi: limin.santoso[at]fp.unila.ac.id
pemakaian bahan baku dengan
kandungan protein yang sesuai dengan kebutuhan ikan sangat baik dalam
menunjang pertumbuhan dan
perkembangan ikan.
Sumber protein utama yang digunakan oleh industri pakan ikan adalah tepung ikan. Tepung ikan (TI) memiliki kandungan protein yang tinggi, yaitu berkisar 50-70% dan merupakan sumber mineral penting terutama kalsium dan
e-JRTBP Volume 2 No 1 Oktober 2013
fosfor. Dengan harga tepung ikan yang terus meningkat, maka harga pakan yang
menggunakan tepung ikan sebagai
komponen utama akan naik sehinggga akan meningkatkan biaya produksi dalam
budidaya. Salah satu cara untuk
mengatasi masalah tersebut adalah
dengan menggunakan bahan baku
pengganti (subsitusi) yang tersedia dalam jumlah banyak dan kontinyu serta memiliki harga yang relatif murah. Selain itu kualitasnya diharapkan mendekati kualitas tepung ikan. Salah satu bahan alternatif tersebut adalah tepung daging dan tulang (TDT).
Tepung daging dan tulang mengandung protein sekitar 45-55% (Lovell, 1989). Penelitian Hasibuan (2007) menunjukkan bahwa pakan yang disubtitusi dengan tepung tulang dan daging sampai 50% dapat meningkatkan pertumbuhan benih patin (Pangasius sp.). Tetapi aplikasi TDT belum pernah dilakukan untuk nila merah (Oreochromis niloticus). Aplikasi TDT sebagai substitusi tepung ikan dalam kegiatan budidaya nila merah
diharapkan dapat memberikan manfaat yang sama pada pertumbuhan, sintasan dan efisiensi pakan dengan pemberian pakan dengan tepung ikan.
Bahan dan Metode
Penelitian dilaksanakan pada bulan
September-Oktober 2012 di
Laboratorium Budidaya Perikanan,
Universitas Lampung. Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan lima perlakuan dan tiga kali ulangan digunakan dalam penelitian. Perlakuan dan formulasi pakan tersebut adalah: perlakuan A (30% TI), B (20% TDT), C (25% TDT), D (30% TDT), E (35% TDT) (Tabel 1). Parameter yang diamati meliputi : pertumbuhan mutlak, laju pertumbuhan harian (LPH), sintasan, efisiensi pakan, dan kualitas air meliputi suhu, pH, oksigen terlarut dan NH3. Akuarium berukuran 60 x 40 x 40 cm sebanyak 15 buah dan nila merah berukuran 5-7 cm, berat 4 ± 0,4 gram (15 ekor/ akuarium) digunakan dalam penelitian ini.
Tabel 1. Komposisi bahan penyusun pakan yang digunakan dalam penelitian.
Bahan Pakan Perlakuan (gram)
A B C D E Tepung kedelai 525 525 525 525 525 Tepung Ikan 450 0 0 0 0 TDT 0 300 375 450 525 Tepung jagung 300 300 300 300 300 Tepung tapioka 105 105 105 105 105 Minyak ikan 45 45 45 45 45 Minyak jagung 45 45 45 45 45 Premix 30 30 30 30 30
Pengaruh perlakuan terhadap parameter
pengamatan dianalisis dengan
menggunakan analisis sidik ragam
(ANOVA). Apabila hasil uji antar perlakuan berbeda nyata, maka akan
dilakukan uji lanjut beda nyata terkecil (BNT) dengan selang kepercayaan 95%. Pengujian proksimat pakan dilakukan di Laboratorium Teknologi Hasil Perikanan Politeknik Negeri Lampung dan Balai
e-JRTBP Volume 2 No 1 Oktober 2013
Penelitian dan Pengembangan Budidya Air Tawar Sempur Bogor (BPPBAT). Hasil dan Pembahasan
Pertumbuhan mutlak nila merah yang tertinggi adalah pada perlakuan E sebesar 10,34 g dan terendah pada perlakuan B sebesar 7,50 g (Gambar 1). Hasil analisis sidik ragam pada selang kepercayaan 95% menunjukkan bahwa penggunaan TDT sebagai sumber protein hewani memberikan pengaruh nyata terhadap pertumbuhan berat mutlak ikan nila merah. Berdasarkan data pertumbuhan
berat nila merah substitusi tepung ikan dengan tepung daging dan tulang dalam pakan yang diformulasikan mengandung nutrisi yang dibutuhkan nila merah. Kebutuhan nutrisi yang cukup dan
terpenuhi dalam pakan mampu
memberikan energi untuk kegiatan
metabolisme tubuh nila merah.
Millamena et al. (2002) menyebutkan
bahwa kualitas suatu pakan ditentukan oleh kandungan nutrien di dalamnya karena ikan akan memanfaatkan pakan untuk mendapatkan energi sesuai dengan kebutuhan secara efesien.
Gambar 1. Pertumbuhan berat mutlak menunjukan perbedaan nyata antar perlakuan selama pemeliharaan ikan nila merah (Oreochromis niloticus)
Laju pertumbuhan harian menunjukkan persentase pertambahan berat nila merah setiap harinya. Semakin tinggi nilai LPH, maka pertumbuhan ikan tersebut semakin baik. Laju pertumbuhan harian nila selama dari yang tertinggi sampai terendah berturut-turut adalah sebagai berikut : perlakuan E (0,17 g/hari); A
(0,15 g/hari); D (0,15 g/hari); C (0,14 g/hari) dan B (0,12 g/hari) (Gambar 2). Hasil analisis sidik ragam pada selang kepercayaan 95% menunjukkan bahwa penggunaan TDT sebagai sumber protein hewani memberikan pengaruh nyata terhadap laju pertumbuhan harian nila merah (Gambar 2). Laju pertumbuhan 0.00 2.00 4.00 6.00 8.00 10.00 12.00 A B C D E P e rt um bu ha n m ut lak ( g ) Perlakuan
e-JRTBP Volume 2 No 1 Oktober 2013
harian tertinggi pada perlakuan E sebesar 0,17 g/hari dan terendah pada perlakuan B sebesar 0,12 g/hari (Gambar 2).
Kandungan protein hewani yang
terkandung dalam tepung daging dan tulang pada perlakuan E paling tinggi dibandingkan dengan perlakuan A, B, C dan D, sehingga nila merah dapat memanfaatkan pakan dengan kandungan tertinggi protein tersebut untuk tumbuh. Pemanfaatan pakan ini terlihat dari adanya kemampuan nila merah mencerna pakan, sehingga nutrien dalam pakan
dimanfaatkan untuk tumbuh dan
mengkonversi menjadi energi. Lovell (1989) menyatakan bahwa protein dapat digunakan sebagai sumber energi dalam
kegiatan metabolisme tubuh untuk
pertumbuhan. Jika kebutuhan akan
protein tidak mencukupi maka
pertumbuhan akan berhenti dan terjadi penurunan bobot tubuh karena protein pada jaringan tubuh akan dipecah kembali untuk mempertahankan fungsi jaringan tubuh yang lebih penting (NRC, 1993).
Gambar 2. Laju pertumbuhan harian menunjukan perbedaan nyata antar perlakuan selama pemeliharaan ikan nila merah (Oreochromis niloticus).
Sintasan merupakan jumlah ikan yang dapat hidup sampai akhir penelitian dibandingkan dengan jumlah ikan saat awal penelitian. Hasil analisis sidik ragam pada selang kepercayaan 95% menunjukkan bahwa penggunaan TDT sebagai sumber protein hewani tidak memberikan pengaruh nyata terhadap sintasan nila merah. Sintasan merah rata -
rata mencapai 97,3%, dimana tingkatan ini masih optimal dalam kegiatan budidaya ikan. Kadar oksigen terlarut pada media air berkisar 3,0-4,8 mg/l, sehingga nilai ini masih dalam kondisi optimal untuk nila merah dan tidak
menyebabkan kematian. Suhu air
pemeliharaan berada dalam kisaran 25-27°C, kisaran nilai juga berada pada 0 0.02 0.04 0.06 0.08 0.1 0.12 0.14 0.16 0.18 0.2 1 2 3 4 5 Laju P e rt um buhan H ari an (g/ hari )
Pengambilan sampel
ke-Kontrol TDT (20%) TDT (25%) TDT (30%) TDT (35%)
e-JRTBP Volume 2 No 1 Oktober 2013
kondisi optimal untuk nila merah. Kandungan total amonia nitrogen yang terukur dalam penelitian berkisar 0,3-0,6 mg/L. Kondisi ini masih di bawah
ambang batas 1 mg/l, serta tergolong dalam kondisi yang dapat ditoleransi oleh nila merah (Zakaria, 2003).
Gambar 3. Efisinsi pakan menunjukan tidak berbeda nyata antar perlakuan selama pemeliharaan nila merah (Oreochromis niloticus).
Efisiensi pakan adalah kemampuan untuk
mengubah pakan kedalam bentuk
tambahan bobot tubuh. Nilai efisiensi pakan dari yang tertinggi sampai terendah berturut-turut adalah sebagai berikut : perlakuan E (44,37%), D (42,38%), A (41,87%), C (40,48%) dan B (40,06%).
Hasil analisis sidik ragam pada selang kepercayaan 95% menunjukkan bahwa penggunaan TDT sebagai sumber protein hewani tidak memberikan pengaruh nyata terhadap efisiensi pakan pada nila merah (Gambar 3).
Tabel 2.Hasil pengujian proksimat pakan pada setiap perlakuan yang digunakan dalam penelitian
Analisis (%) Pakan Perlakuan
A B C D E Kadar Air 3,32 3,08 3,47 2,60 3,42 Protein 30,11 29,40 29,92 30,30 30,66 Lemak 10,87 9,84 9, 94 10,13 11,66 Kadar Abu 10,73 11,67 11,04 13,70 10,74 Serat Kasar 5,48 6,29 6, 20 5,08 3,48 Karbohidrat 39,49 38,72 39,43 38,19 40,34
Nilai efisiensi pakan berkisar antara 40,06-44,37% dengan tertinggi pada
perlakuan E. Pakan perlakuan E
berdasarkan hasil analisis proksimat memiliki kandungan protein yang tinggi sebesar 30,66% dan serat kasar yang 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 A B C D E E fe si e ns i P ak an ( %) Perlakuan
e-JRTBP Volume 2 No 1 Oktober 2013
paling rendah yaitu 3,48% (Tabel 2). Sedangkan nilai efesiensi pakan paling rendah pada perlakuan B yaitu 40,06%.
Konsisten dengan hasil analisis
proksimat, kandungan protein pada perakuan B sebesar 29,40% dan serat kasarnya tinggi yaitu 6,29% (Tabel 2). Pakan yang memilik kandungan protein tinggi dan kandungan serat kasar yang rendah menunjukan hasil pertumbuhan paling baik.
Daftar Pustaka
Hasibuan, R.D. 2007.Penggunaan Meat Bone Meal (MBM) Sebagai Bahan Substitusi Tepung Ikan
Dalam Pakan Ikan Patin
Pangasius sp. Skripsi.
Departemen Budidaya Perairan, Institut Pertanian Bogor.
National Research Council. 1993.
Nutrient Requirement of Fish.
National Academy Press.
Washington D.C. 102 pp
Lovell, T. 1989. Nutrition and Feeding of Fish. Published by Van Nostrand Reinhold, New York.260 pp Millamena, O. M., Relicado M. C and
Felicitis P. P., 2002. Nutrition in
Tropical Aquaculture. Southeast Asian Fisheries Development
Center. Tigbauan, Iloilo,
Philippines
Zakaria, M.W. 2003. Pengaruh Suhu Media Yang Berbeda Terhadap Kelangsungan Hidup dan Laju Pertumbuhan Benih Ikan Nilem (Osteochilus hasselti, C.V.) Hingga Umur 35 Hari. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.