• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPAYA PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR DAN HASIL BELAJAR IPS TERPADU MELALUI MODEL KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE PADA SISWA KELAS XIA SMK CAHYA KARTIKA PALAS LAMPUNG SELATAN TAHUN PELAJARAN 2010/2011 ( PTK)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "UPAYA PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR DAN HASIL BELAJAR IPS TERPADU MELALUI MODEL KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE PADA SISWA KELAS XIA SMK CAHYA KARTIKA PALAS LAMPUNG SELATAN TAHUN PELAJARAN 2010/2011 ( PTK)"

Copied!
64
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

Upaya Peningkatan Aktivitas Belajar Dan Hasil Belajar IPS Terpadu Melalui Model Kooperatif Tipe Think Pair Share Pada Siswa Kelas XIA SMK Cahya

Kartika Palas Lampung Selatan Tahun Pelajaran 2010/2011

Oleh: Luth Fitriana

Kegiatan belajar sehari-hari ditemukan adanya kebiasaan belajar beberapa Siswa yang kurang baik. Kebiasaan tersebut antara lain: tidak memperhatikan penjelasan guru, tidak mencatat, mengantuk, tidak mau bertanya antar guru atau Siswa, ngobrol dan bermain-main. Kebiasaan tersebut disebabkan oleh ketidak mengertian Siswa pada arti belajar bagi dirinya sendiri dan dapat merugikan dirinya sendiri sehingga hasil belajar kurang optimal. oleh karena itu, diperlukan metode atau model pembelajaran yang bervariasi sehingga Siswa tidak jenuh dan aktif selama proses pembelajaran. Guru harus menciptakan pembelajaran yang efektif dalam hal ini guru menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share.

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah 1) Apakah dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif Think Pair Share dapat meningkatkan aktivitas belajar IPS Terpadu Siswa kelas XIA SMK Cahya Kartika Palas Lampung Selatan Tahun Pelajaran 2010/2011? 2) Apakah dengan menggunakan model

pembelajaran Think Pair Share dapat meningkatkan hasil belajar IPS Terpadu Siswa kelas XIASMK Cahya Kartika Palas Lampung Selatan Tahun Pelajaran 2010/2011? Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan aktivitas belajar dan hasil belajar Siswa dalam pembelajaran IPS Terpadu khususnya sosiologi pada Siswa kelas XIA SMK Cahya Kartika Palas Lampung Selatan karena memiliki karakteristik aktivitas dan hasil belajar yang masih rendah. Selama proses pembelajaran keterlibatan Siswa masih kurang, pasif, dan

kurangnya variasi dalam menggunakan metode atau model pembelajaran sehingga perlu dilakukan oleh guru untuk menciptakan pembelajaran yang efektif melalui model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terdiri dari tiga siklus meliputi perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Teknik

(2)

Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Rata-rata persentase aktivitas belajar Siswa pada siklus I yaitu sebesar

53.56%, pada siklus II yaitu sebesar 85.29%, dan pada siklus III yaitu 91.17%. Peningkatan aktivitas belajar dari siklus I ke siklus II sebesar 31.73% dan peningkatan aktivitas belajar dari siklus II ke siklus III sebesar 5.88%.

2. Persentase ketuntasan kelas dan nilai rata-rata kelas pada siklus I menunjukan persentase ketuntasan sebesar 67.65% dengan nilai rata-rata 65 pada siklus II persentase ketuntasan sebesar 70.58% dengan nilai rata-rata 66.5, dan pada siklus III persentase ketuntasan sebesar 76.47% dengan nilai rata-rata 67.5. peningkatan ketuntasan kelas dari siklus I ke siklus II sebesar 2.93% dan peningkatan ketuntasan kelas dari siklus II ke siklus III sebesar 5.89%. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa dalam

(3)

UPAYA PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR DAN HASIL BELAJAR IPS TERPADU MELALUI MODEL KOOPERATIF TIPE THINK PAIR

SHARE PADA SISWA KELAS XIA SMK CAHYA KARTIKA PALAS LAMPUNG SELATAN TAHUN PELAJARAN 2010/2011

( PTK)

Oleh:

Luth Fitriana

NPM. 1013073001

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

(4)

UPAYA PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR DAN HASIL BELAJAR IPS TERPADU MELALUI MODEL KOOPERATIF TIPE THINK PAIR

SHARE PADA SISWA KELAS XIA SMK CAHYA KARTIKA PALAS LAMPUNG SELATAN TAHUN PELAJARAN 2010/2011

( PTK)

Oleh:

Luth Fitriana

NPM. 1013073001

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar

Sarjana Pendidikan

Pada

Program Studi Pendidikan Ekonomi

Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

(5)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Kerangka Pikir Penelitian ... 28

2. Proses Penelitian Tindakan ... 32

3. Diagram Peningkatan Aktivitas Siswa ... 74

(6)

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS A. Tinjauan Pustaka ... 9 BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 30

(7)

C. Faktor Yang Diteliti ... 30

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 44

1. Latar Belakang ... 44

2. Implikasi Kegiatan Pembelajaran ... 45

3. Situasi dan Kondisi Pembelajaran IPS Terpadu Sebelum Dilakukannya Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share ... 49

4. Prosedur Penelitian ... 50

a. Siklus I ... 50

b. Siklus II ... 57

c. Siklus III ... 64

5. Deskripsi Aktivitas Siswa dan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran ... 70

B. Pembahasan Penelitian ... 73

1. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share Dapat Meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa ... 73

2. Aktivitas Siswa Melalui pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share Dapat meningkatkan Hasil Belajar IPS Terpadu ... 74

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN a. Kesimpulan ... 77

b. Saran ... 78

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Hasil Ulangan Harian IPS Terpadu Siswa Kelas XIA SMK Cahya Kartika Palas Lampung Selatan Semester Ganjil Tahun Pelajaran

2010/2011 ... 3

2. Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif ... 26

3. Data Untuk Melaihat Aktivitas Dalam Pembelajaran ... 34

4. Hasil Observasi Aktivitas Siswa Pada Pertemuan 1 Siklus I ... 51

5. Hasil Observasi Aktivitas Siswa Pada Pertemuan 2 Siklus II ... 52

6. Hasil Tes Siklus I ... 54

7. Hasil Observasi Aktivitas Siswa Pada Pertemuan 1 Siklus II ... 58

8. Hasil Observasi Aktivitas Siswa Pada Pertemuan 2 Siklus II ... 59

9. Hasil Tes Siklus II ... 61

10.Hasil Observasi Aktivitas Siswa Pada Pertemuan 1 Siklus III ... 65

11.Hasil Observasi Aktivitas Siswa Pada Pertemuan 2 Siklus III ... 66

12.Hasil Tes Siklus III ... 68

13.Data Deskripsi Aktivitas Belajar Siswa Setiap Siklus ... 69

(9)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Salam serta shalawat semoga tetap terlimpahkan kepada junjungan kita Nabi Muhamad SAW yang telah menjelaskan kepada manusia tentang isi kandungan

Al-Qur’an, sebagai petunjuk jalan menuju kebahagiaan hidup di dunia dan di

akherat kelak. Skripsi ini berjudul “Upaya Peningkatan Aktivitas Belajar dan Hasil Belajar IPS Terpadu Melalui Model Kooperatif Tipe Think Pair Share pada siswa kelas XIA SMK Cahya Kartika Palas Lampung Selatan Tahun Pelajaran 2010/2011”. Skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk

mendapatkan gelar sarjana pada program studi Pendidikan Ekonomi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan di Universitas Lampung.

(10)

1. Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

2. Bapak Dr. M. Toha B.S. Jaya, M.S. selaku Pembantu Dekan I Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

3. Bapak Drs. Arwin Achmad, M.Si., selaku Pembantu Dekan II Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

4. Bapak Drs. Iskandar Syah, M.H., selaku Pembantu Dekan III Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

5. Bapak Drs. Iskandar Syah, M.H., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

6. Bapak Drs. H. Nurdin, M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi sekaligus Pembimbing I.

7. Bapak Drs. Samsi, M.Si., selaku Dosen Pembimbing PKM sekaligus sebagai Pembimbing II.

8. Bapak Drs. Yon Rizal, M.Si. selaku pembahas

9. Bapak/Ibu dosen yang telah memberikan ilmunya kepada penulis

10. Bapak Kristianto, S.E., selaku Kepala Sekolah SMK Cahya Kartika Palas Lampung Selatan.

11. Bapak Rasyid, S.Pd., selaku Wakil Kepala Sekolah yang telah bersedia membantu memberikan saran-saran demi keberhasilan penelitian ini. 12. Seluruh dewan guru, karyawan beserta staf tata usaha SMK Cahya Kartika

(11)

13. Semua siswa siswi SMK Cahya Kartika Palas Lampung Selatan, khususnya kelas XI atas perhatian, kerjasama dan dukunganya.

14. Bapak dan ibu tercinta yang selalu memberikan dukungan dan do’a selama

ini.

15. Suamiku Edi Sufyan tercinta yang selalu memberikan dukungan, kasih

sayang, do’a, serta semangat untuk meraih cita-cita dengan penuh kesabaran.

16. Anakku Afialita Khalisa Putri tersayang dengan kelucuanya yang membuat aku semangat dan tersenyum.

17. Untuk Dani terimakasih atas bantuan dan dukungannya

18. Teman-teman mahasiswa S-1 Guru dalam jabatan Program Studi Pendidikan Ekonomi

19. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung.

Semoga Allah memberikan berkah, rahmat, hidayah serta kemulian-Nya atas kebaikan dan pengorbanan bagi kita semua. Disadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna, saran dan kritik yang bersifat membangun selalu diharapkan. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Bandar Lampung, Maret 2011 Penulis

(12)

Judul Skripsi : UPAYA PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR DAN HASIL BELAJAR IPS TERPADU

MELALUI MODEL KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE PADA SISWA KELAS XIASMK CAHYA KARTIKA PALAS LAMPUNG

SELATAN TAHUN PELAJARAN 2010/2011.

Nama Mahasiswa : Luth Fitriana

Nomor Pokok Mahasiswa : 1013073001

Jurusan : Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Program Studi : Pendidikan Ekonomi

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Menyetujui, 1. Komisi Pembimbing

Pembimbing I, Pembimbing II,

Drs. H. Nurdin, M.Si. Drs. Samsi, M.Si

NIP. 19600817 198603 1 003 NIP. 19610321 198603 1 003

Mengetahui,

Ketua Jurusan, Ketua Program Studi,

Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Pendidikan Ekonomi

Drs. Iskandar Syah, M.H. Drs.H. Nurdin, M.Si.

(13)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Drs. H. Nurdin, M.Si. ………

Sekretaris : Drs. Samsi, M. Si. ………

Penguji : Drs. Yon Rizal, M.Si. ………..

Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. Bujang Rahman, M. Si NIP. 19600315 198503 1 003

(14)

MOTTO

“Jadikanlah sabar, sholat sebagai penolong dan sesungguhnya yang

demikian itu sungguh berat, kecualia bagi orang-orang yang khusuk”.

(Q.S. Al-Baqarah : 45)

“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, maka apabila

kamu telah selesai (dari suatu urusan) kerjakanlah dengan

sungguh-sungguh (urusan) yang lain.”

(Q.S. Al-Alam Nasyrah : 6-8)

“Yakinlah akan kemampuanmu, karena itu merupakan motivasi awal untuk keberhasilanmu”.

(15)

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama Mahasiswa : Luth Fitriana Nomor Pokok Mahasiswa : 1013073001

Jurusan : Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Program Studi : Pendidikan Ekonomi

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak pernah terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecauli disebutkan di dalam daftar pustaka.

Bandar Lampung, Februari 2012

Luth Fitriana NPM. 1013073001

(16)

PERSEMBAHAN

Alkhamdulillahirabilalamin,

Kupersembahkan karya kecilku ini kepada:

 Bapak dan Ibu tercinta yang selalu memberi

dukungan dan do’a, semoga Allah selalu

memberikan kemulyaan didunia dan akherat.

 Suamiku Edy Sufyan tercinta yang selalu memberi

dukungan, kasih sayang, do’a, serta semangat untuk

meraih cita-cita dengan penuh kesabaran.

 Anakku Afialita Khalisa Putri yang aku cintai dan

aku sayangi.

 Kakek dan nenek serta saudara-saudaraku yang ku

sayangi.

 Para pendidik yang ku hormati

(17)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Desa Rejomulyo, Kecamatan Palas Kabupaten Lampung Selatan pada tanggal 25 Juli 1980, anak pertama dari pasangan Bapak Muhyoto dan Ibu Jasmi.

Penulis menyelesaikan pendidikan formal di Sekolah Dasar Negeri 3 Rejomulyo Palas Lampung Selatan pada tahun 1993, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama PGRI Bangunan Palas Lampung Selatan pada tahun 1996, Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 1 Kalianda Lampung Selatan pada tahun 1999, Pusat Pendidikan Informatika dan Akuntansi Indonesia D.I pada tahun 2000, dan Universitas Negeri Yogyakarta D.III pada tahun 2003. Setelah lulus D.III tahun 2003 penulis

terdaftar sebagai guru honor di SMK Cahya Kartika Palas Lampung Selatan. Dan tahun 2010 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Universitas Lampung pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial Program Studi Pendidikan Ekonomi, Program S1 Guru Dalam Jabatan.

(18)

I. PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku pada setiap individu yang meliputi pengetahuan, pemahaman, sikap dan keterampilan yang dapat melalui pengalaman atau latihan dan berlangsung secara aktif dengan

lingkungan belajarnya. Perubahan itu merupakan kecakapan baru yang terjadi karena adanya usaha secara sengaja melalui kegiatan pembelajaran. Program sekolah sebagai lembaga pendidikan formal, bertujuan untuk membantu keluarga dalam mengarahkan pertumbuhan dan perkembangan anak atau Siswa, agar menjadi manusia seutuhnya akan dapat diwujudkan jika Siswa memperoleh kesempatan dalam pendidikan. Pengalaman itu sebagian diperoleh Siswa secara langsung maupun tidak langsung melalui materi pembelajaran sebagaimana yang ditetapkan dalam kurikulum.

Pembelajaran yang bermakna akan membawa Siswa pada pengalaman belajar yang mengesankan. Pengalaman yang diperoleh Siswa akan semakin berkesan apabila proses pembelajaran yang diperolehnya merupakan hasil dari

(19)

2

Selain itu, perlengkapan sarana dan prasarana penunjang pembelajaran juga harus diperhatikan. Semakin memadahi atau lengkap sarana pembelajaran di sekolah Siswa akan semakin termotivasi untuk belajar. Dengan terpenuhinya kemampuan-kemampuan guru serta sarana pembelajaran, diharapkan kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan menjadi berkualitas dan menghasilkan output atau lulusan yang baik.

Kegiatan belajar sehari-hari ditemukannya adanya kebiasaan belajar Siswa yang kurang baik. Kebiasaan belajar tersebut antara lain: Siswa kurang semangat dan menyia-nyiakan kesempatan belajar, Siswa kurang berminat dalam membaca dan ada beberapa Siswa yang bersekolah hanya untuk bergengsi. Kebiasaan-kebiasaan buruk tersebut dapat merugikan dirinya sendiri, untuk sebagian kebiasaan belajar tersebut disebabkan oleh ketidak mengertian Siswa pada arti belajar bagi dirinya sendiri.

Keberhasilan seorang Siswa dalam belajar dapat dilihat dari prestasi belajar Siswa yang bersangkutan. Di dalam pendidikan Siswa akan dinilai

(20)

3

Prestasi belajar Siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya faktor internal dan eksternal.

Faktor internal yaitu faktor yang bersumber dari dalam individu seperti kecerdasan, perhatian, minat, bakat, motivasi, kematangan dan kesiapan. Sedangkan faktor eksternal adalah semua faktor yang bersumber dari luar seperti lingkungan. Lingkungan ini terdiri dari tiga, yaitu: lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat. Linkungan keluarga meliputi cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah,

keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, dan latar belakang

kebudayaan. Lingkungan sekolah meliputi metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan Siswa, relasi Siswa dengan Siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah dan lain-lain. Sedangkan lingkungan masyarakat, media masa, teman bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat.

Hasil belajar Siswa kelas XIA pada mata pelajaran IPS Terpadu dilihat dari kategori ketuntasan belajar yang telah ditetapkan oleh pihak sekolah adalah 65 dapat disajikan dalam tabel berikut:

Tabel 1.1 Hasil Ulangan Harian IPS Terpadu Siswa kelas XIA SMK Cahya Kartika Palas Lampung Selatan Semester Ganjil tahun Pelajaran 2010/2011

(21)

4

Faktor di atas menunjukan bahwa hasil belajar IPS Terpadu Siswa kelas XIA sebagian masih rendah, yaitu 20 Siswa tergolong kategori belum tuntas. Selain hasilya belajar yang rendah, pengalaman selama ini menunjukan bahwa pada diri Siswa kelas XIA dalam mengikuti pelajaran IPS Terpadu di SMK Cahya Kartika banyak yang kurang termotivasi dan aktif.

Tecapainya tujuan pembelajaran yang baik dalam kegiatan pendidikan dan pengajaran, memerlukan usaha terciptanya interaksi yang baik pula antara guru yang mengajar dan peserta didik (murid) yang belajar. Kemampuan guru dalam mengajar sangat berpengaruh terhadap keberhasilan pencapaian tujuan

pembelajaran, guru hendaknya menggunakan metode ataupun model

pembelajaran yang tepat supaya memudahkan Siswa untuk aktif dalam proses pembelajaran. Sedangkan metode pembelajaran juga salah satu faktor yang menentukan berhasil tidaknya proses belajar mengajar, dengan metode yang tepat secara otomatis akan mendukung pencapaian tujuan pembelajaran. Sehingga kedua faktor yang mempengaruhi prestasi belajar tersebut

(22)

5

Pembelajaran Think -Pair- Share termasuk dalam pembelajaran kooperatif. Dipilih model pembelajaran Think -Pair- Share karena hasil model

pembelajaran ini memberi kesempatan pada Siswa untuk berfikir, menjawab, dan saling membantu satu sama lain dan akan menambah variasi model

pembelajaran yang lebih menarik, menyenangkan, meningkatkan aktivitas dan kerjasama Siswa. Pembelajaran kooperatif dengan Think -Pair- Share ini mudah diterapkan pada semua mata pelajaran termasuk IPS (Lie, 2004).

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa diperlukan metode atau model yang melibatkan Siswa secara aktif dalam kegiatan belajar dan

pembelajaran di kelas. Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka

permasalahan yang hendak diangkat adalah “UPAYA PENINGKATAN

AKTIVITAS BELAJAR DAN HASIL BELAJAR IPS TERPADU MELALUI MODEL KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE PADA SISWA KELAS XIA SMK CAHYA KARTIKA PALAS LAMPUNG SELATAN TAHUN PELAJARAN 2010/2011”.

Penelitian ini peneliti mencoba melihat apakah hasil belajar Siswa yang diberi model pembelajaran kooperatif tipe think pair share dapat meningkatkan aktivitas belajar dan hasil belajar.

B.Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah telah diuraikan diatas, maka penelitian ini dapat di identifikasi permasalahan-permasalahan sebagai berikut:

(23)

6

2. Rendahnya hasil belajar Siswa pada pelajaran IPS Terpadu

3. Guru masih menggunakan metode belajar dengan ceramah, proses pembelajaran masih terpusat pada guru (teacher center)

4. Partisipasi aktif Siswa dalam proses pembelajaran masih rendah. 5. Kurangnya sarana pembelajaran di sekolah yang dapat mendukung

berlangsungnya proses pembelajaran.

C.Pembatasan Masalah

Mengingat banyaknya permasalahan yang terjadi dalam hal proses belajar di SMK Cahya Kartika sangat luas dan agar dalam pembahasan tidak

menyimpang dari pokok permasalahan yang ingin dipecahkan dan diteliti, maka perlu adanya batasan masalah bahwa yang dianalisis adalah upaya peningkatan aktivitas dan hasil belajar IPS Terpadu Siswa melalui model pembelajaran kooperatif tipe Think -Pair- Share pada Siswa kelas XIA SMK Cahya Kartika Palas Lampung Selatan Tahun Pelajaran 2010/2011.

D.Rumusan Masalah

Masalah yang akan dipecahkan dalam penelitian ini adalah rendahnya aktivitas dan hasil belajar IPS Terpadu Siswa kelas XIA SMK Cahya Kartika Palas Lampung Selatan. Sehhubungan dengan masalah tersebut maka lingkup penelitian ini adalah memperbaiki kualitas pembelajaran IPS guna meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPS Terpadu.

(24)

7

1. Apakah ada peningkatan aktivitas belajar IPS Terpadu menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think -Pair- Share pada Siswa kelas XIA SMK Cahya Kartika Palas Lampung selatan Tahun Pelajaran 2010/2011. 2. Apakah ada peningkatan hasil belajar IPS Terpadu menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe Think -Pair- Share pada Siswa kelas XIA SMK Cahya Kartika Palas Lampung selatan Tahun Pelajaran 2010/2011.

E.Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengetahui peningkatan aktivitas belajar Siswa dalam pembelajaran IPS

Terpadu dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think -Pair- Share pada Siswa kelas XIASMK Cahya Kartika Palas Lampung Selatan Tahun Pelajaran 2010/2011.

2. Mengetahui peningkatan hasil belajar Siswa dalam pembelajaran IPS Terpadu dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think -Pair- Share pada Siswa SMK kelas XIASMK Cahya Kartika Palas Lampung Selatan Tahun Pelajaran 2010/2011.

F. Manfaat atau Kegunaan Penelitian

(25)

8

1. Bagi guru, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan untuk

meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPS Terpadu dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think -Pair- Share.

2. Bagi Siswa, melalui model pembelajaran kooperatif tipe Think -Pair- Share dapat digunakan melatih keterampilan berinteraksi dan berkomunikasi dengan teman di kelas dalam rangka menjadi sumber sesamanya.

(26)

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS

A.Tinjauan Pustaka 1. Aktivitas Belajar

Salah satu faktor yang penting dalam proses pendidikan adalah belajar. Dengan belajar manusia akan dapat meningkatkan kemampuanya baik dibidang

pengetahuan, keterampilan, nilai, dan sikap yang dapat bermanfaat bagi dirinya dalam masyarakat. Kegiatan atau tingkah laku belajar terdiri dari kegiatan psikis dan fisik yang saling bekerjasama secara terpadu dan komprehensif integral. Sejalan dengan itu, belajar dapat dipahami sebagai berusaha atau berlatih supaya mendapat suatu kepandaian. Hal ini sesuai dengan pendapat Roestyah dalam Wiarsana (2003:5) “belajar adalah suatu proses untuk

memperoleh modifikasi dalam pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, dan tingkah laku. Belajar adalah pengetahuan keterampilan yang diperoleh dari intruksi”.

(27)

10

Aktivitas belajar tidak hanya mencatat dan mendengar seperti lazimnya terdapat pada pengajaran tradisional. Pengajaran modern tidak menolak seluruhnya pendapat tersebut namun menitikberatkan pada aktivitas atau keikutsertaan siswa dalam proses pembelajaran akan menumbuhkan kegiatan dalam belajar sendiri. Aktivitas belajar diartikan sebagai pengembangan diri melalui pengalaman bertumpu pada kemampuan diri belajar dibawah

bimbingan tenaga pengajar. Menurut (Sadirman, A.M. 2006:99) “tidak ada

belajar kalau tidak ada aktivitas”.

Belajar tidak terjadi secara kebetulan tetapi belajar merupakan suatu proses atau aktivitas pemikiran maupun aktivitas fisik, sebagai suatu proses dalam belajar dituntut adanya suatu aktivitas yang harus dilakukan oleh siswa sebagai usaha untuk meningkatkan hasil belajar. Menurut Jarome Bruner dalam Trianto (2009:38) belajar penemuan sesuai dengan pencarian pengetahuan secara aktif oleh manusia, dan dengan sendirinya memberi hasil yang lebih baik.

Selain dari usaha yang dilakukan oleh siswa, peran serta guru sangat

dibutuhkan agar selama proses pembelajaran aktivitas siswa meningkat, yaitu dengan cara memberikan arahan-arahan dan selanjutnya secara bertahap siswa melakukan kegiatan secara mandiri dengan penuh kesadaran akan pentingnya belajar. Menurut Winkel dalam Wiyarsana (2003:6) “aktivitas belajar adalah suatu kegiatan yang direncanakan dan disadari untuk mencapai suatu kegiatan tujuan belajar yaitu perubahan sikap, pengetahuan dan keterampilan pada siswa yang melakukan kegiatan belajar”. Berdasarkan perdapat tersebut, jelas bahwa

(28)

11

keterampilan, dan sikap-sikap yang diperoleh dan aktivitas mental dan berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungannya.

Menurut Paul D. Dieriech dalam Hamalik (2001 : 172), aktivitas belajar dapat digolongkan menjadi delapan jenis :

1. Visual Activities, misalnya: membaca, memperhatikan gambar demontrasi, percobaan, pekerjaan orang lain.

2. Oral Activities, masalnya: mengemukakan suatu fakta, menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan, mamberi saran, mengemukan pendapat.

3. Listening Activities, misalnya: mendengarkan penyajian bahan, percakapan, diskusi, musik dan pidato.

4. Writing Activities, misalnya: menulis cerita, karangan, laporan dan angket. 5. Drawing Activities, antara lain: menggambar, membuat grafik, chart, peta,

diagram.

6. Motor Activities, seperti: melakukan percoban, membuat kontruksi, model, mereparasi, bermain, berkebun, berternak.

7. Mental Activities, seperti: merenungkan, mengingat, memecahkan masalah, menganalisis, melihat hubungan dan mengambil keputusan.

8. Emotional Activities, misalnya: menaruh minat, merasa bosan, gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup.

Menurut momes (2001:36), terdapat indikator terhadap aktivitas yang relevan dalam pembelajaran meliputi:

1. Interaksi anak dalam mengikuti Proses Belajar Mengajar (PBM) dalam kelompok meliputi kegiatan berdiskusi dan bekerjasama dalam

menyelesaikan maslah,

2. Keberanian anak dalam bertanya/mengemukakan pendapat,

3. Partisipasi anak dalam Proses Belajar Mengajar (melihat dan aktif dalam diskusi),

4. Motivasi dan kegairahan anak dalam mengikuti Proses Belajar Mengajar (menyelesaikan tugas dan aktif dalam memecahkan masalah),

5. Hubungan anak dengan anak selama Proses Belajar Mengajar, 6. Hubungan anak dengan guru selama Proses Belajar Mengajar.

(29)

12

menyatakan bahwa belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri.

Belajar merupakan bagian dari aktivitas. Tidak ada belajar jika tidak ada aktivitas. Aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran tidak hanya mendengarkan dan mencatat saja. Aktivitas belajar harus dilakukan siswa sebagai usaha untuk meningkatkan hasil belajar. Seiring dengan itu, Djamarah (2006:67) menyatakan bahwa “belajar sambil melakukan aktivitas lebih banyak

mendatangkan hasil bagi anak didik, sebab kesan yang didapatkan oleh anak didik lebih tahan lama tersimpan didalam benak anak didik”.

Menurut Sardiman, A.M. (2006:100) menyatakan bahwa aktivitas belajar adalah aktivitas yang bersifat fisik (jasmani) maupun mental (rohani). Dalam kegiatan belajar kedua aktivitas itu harus saling terkait. Oleh karenanya Ahmad Rohani (2004:6) menjelaskan bahwa belajar yang berhasil mesti melalui

berbagai macam aktivitas, baik aktivitas fisik maupun psikis.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, aktivitas belajar dapat diartikan sebagai rangkaian kegiatan fisik maupun mental yang dilakukan secara sadar oleh seseorang dan mengakibatkan adanya perubahan dalam dirinya banyak yang tampak maupun yang tidak tampak diamati, sehingga tercapainya aktivitas siswa secara aktif dan tercapainya hasil belajar yang optimal.

2. Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah

(30)

13

Hasil belajar adalah perubahan tingkah laku yang mencakup kognitif, afektif, dan psikomotorik (Sudjana 1999:3). Pada dasarnya kemampuan kognitif

merupakan hasil belajar, sebagaimana diketahui bahwa hasil belajar merupakan perpaduan antara faktor pembawaan dan pengaruh lingkungan (Sunarto

1999:11).

Prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai oleh siswa dalam mengikuti program pengajaran pada waktu tertentu dalam bentuk nilai (Depdikbud, 1987:140). Hasil belajar siswa adalah akumulasi nilai pada raport. Bermacam-macam prestasi diantaranya adalah: prestasi baik, prestasi cukup, prestasi kurang. Faktor-faktor yang berpengaruh dalam prestasi belajar antara lain: faktor individu, faktor lingkungan belajar, dan faktor materi pembelajaran. Beberapa cara untuk menentukan hasil belajar dengan menggunakan tes tertulis, tes lisan, tes perbuatan atau keterampilan proses.

Untuk menumbuhkan motivasi belajar dalam rangka untuk meraih prestasi, dapat dilakukan dengan berbagai upaya diantaranya adalah sebagai berikut: 1. Menumbuhkan keyakinan dan percaya diri bahwa seseorang dapat

melaksanakan tugas atau belajar dengan baik, dan keyakinan tersebut akan mampu berkembang bila ada upaya yang bersungguh-sungguh.

2. Dalam melaksanakan tugas atau belajar untuk mencapai prestasi dilakukan dengan rasa ikhlas dan senang, serta mempunyai tujuan yang jelas.

(31)

14

Berbagai hasil penelitian, sebagaimana diungkapkan oleh Noehi Nasution (1993:8), telah menunjukan hubungan erat antara IQ dengan hasil belajar di sekolah. Hasil belajar disekolah dapat dijelaskan dengan tes intelegensi. Anak-anak yang mempunyai IQ 90-100 pada umumnya akan mampu menyelesaikan sekolah dasar tanpa kesukaran, sedangkan anak-anak yang mempunyai IQ 70-89 pada umumnya akan memerlukan bantuan khusus untuk dapat

menyelesaikan sekolah dasar. Pada sisi lain, pemuda mempunyai IQ di atas 120 pada umunya akan mempunyai kemampuan untuk belajar diperguruan tinggi (Djamarah, 2002:161).

Menurut B.S Bloom (dalam Chatarina, dkk, 2004:6) untuk mendapatkan hasil belajar kognitif seseorang memiliki 6 (enam) tingkatan kognitif, yaitu:

1. Pengetahuan (knowlage), yaitu sebagai perilaku mengingat atau menggali informasi (materi pembelajarn) yang telah dicapai sebelumnya,

2. Pemahaman (comprehention), yaitu sebagai kemampuan memperoleh makna dari materi pembelajaran. Hal ini ditunjukan melalui penerjemahan materi pembelajaran,

3. Penerapan (application), yaitu penerapan yang mengacu pada kemampuan menggunakan pembelajaran yang telah dipelajari di dalam situasi baru dan konkrit. Ini mencakup penerapan hal-hal seperti aturan, metode, konsep, prinsip-prinsip, dalil dan teori,

4. Analisis (analysis), yaitu mengacu pada kemampuan memecahkan materi ke dalam bagian-bagian sehingga dapat dipahami struktur organisasinya. Hal ini mencakup identifikasi bagian-bagian, analisis antar bagian, dan mengenali prinsip-prinsip pengorganisasian,

5. Sintesis (synthesis), yaitu mengacu pada kemampuan menggabungkan bagian-bagian dalam rangka membentuk struktur yang baru. Hal ini mencakup komunikasi yang unik (tema atau percakapan), perencanaan operasional (proposal), atau seperangkat hubungan yang abstrak (skema untuk mengklasifikasi informasi),

(32)

15

Menurut R.M. Gagne, hasil belajar pada proses belajar ditentukan oleh 5 (lima) faktor, diantaranya:

1. Informasi Verbal (Verbal Information)

Yang dimaksud adalah pengetahuan awal/dasar yang memiliki seseorang dan dapat diungkapkan dalam bentuk bahasa, lisan dan tulisan. Apabila siswa hendak belajar/menerima pelajaran suatu pokok bahasan, maka pengetahuan awal sebelum pokok bahasan diberikan siswa harus sudah menguasai.

2. Kemahiran Intelektual (Intelektual Skill)

Yang dimaksud adalah kemampuan untuk berhubungan dengan lingkungan hidup dan dirinya dalam bentuk suatu representasi. Intelektual atau

kecerdasan bila dikembangkan dapat berupa Intellegence Quiotion (IQ), Intellegence Emotional (EI), Spiritual Intellegence (IS). IQ berhubungan dengan intelegensi atau kecerdasan otak, IE berkaitan dengan emosi atau tingkat pengendalian diri, IS berhubungan dengan tingkat keyakinan kepada Tuhan (Suharsono, 2009:96).

3. Strategi kognitif (pengaturan kegiatan kognitif) merupakan aktivitas mentalnya sendiri, sedangkan ruang gerak kemahiran intelektual adalah representensi dalam kesadaran terhadap lingkungan hidup dan diri sendiri. Strategi kognitif mencakup, penggunaan konsep dan kaidah yang telah dimiliki, terutama bila sedang menghadapi suatu problem,

4. Keterampilan Motorik (Motor Skill)

Yang dimaksud adalah kemampuan melakukan suatu rangkaian gerak-gerik jasmaniah dalam urutan tertentu yang terkoordinir dan terpadu. Ciri khas dari keterampilan motorik adalah otomatisme, yaitu rangkaian gerak-gerik berlangsung secara teratur dan berjalan secara lancar dan luwes tanpa banyak dibutuhkan refleksi tentang apa yang harus dilakukan dan mengapa diikuti gerak-gerik tertentu.

5. Sikap (Attitude)

Kecenderungan menerima atau menolak suatu obyek berdasarkan penilaian terhadap obyek itu serta berguna/berharga atau tidak sering dinyatakan sebagai suatu sikap dan hal bila dimungkinkan adanya berbagai tindakan. Misalnya, seorang siswa harus mengambil tindakan/keputusan, apakah belajar untuk menghadapi ujian, atau nonton film dengan temanya pada waktu yang sama.

(33)

16

hasil pembelajarannya yang dilaksanakan secara professional (Suharjo, dalam Suharsimi Arikunto, dkk: 2006:55)

Dimyati dan mudjiono (2006:3) menyatakan bahwa:

“Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan mengajar.

Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya penggal dan puncak proses belajar.

Hasil belajar pada suatu sisi adalah terkait dengan tindak guru, suatu pencapaian tujuan pembelajaran. Pada sisi lain, merupakan peningkatan kemampuan mental siswa. Hasil belajar dapat dibedakan menjadi 2 yaitu dampak pengajaran dan pengiring. Kedua dampak tersebut sangat berguna bagi guru dan juga siswa. Dampak pengajaran adalah hasil yang dapat diukur, seperti nilai dalam mengerjakan latihan atau ulangan, nilai dalam rapor, nilai dalam ijazah. Sedangkan dampak pengiring adalah terapan pengetahuan dan kemampuan dibidang lain. Oleh karena itu hasil belajar yang berkualitas bukan sekedar ketercapaian menyampaikan materi pelajaran sesuai dengan target kurikulum, tetapi dapat diukur dari perubahan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang terjadi pada siswa.

Tercapainya suatu tujuan pembelajaran dapat dilihat dari hasil belajar yang telah diperoleh siswa. Pembelajaran dikatakan berhasil apabila hasil belajar yang diperoleh siswa mengalami peningkatan. Penilaian hasil belajar

(34)

17

siswa dalam mencapai tujuanyang telah ditetapkan (Dimyati dalam Dwi Ariyanti, 2006).

Selanjutnya pendapat Syaiful Sagala (2003:57) mengatakan bahwa agar peserta didik dapat berhasil belajar diperlukan persyaratan tertentu antara lain seperti dikemukakan berikut ini:

1. Kemampuan yang berfikir tinggi bagi para siswa, hal ini ditandai dengan berfikir kritis, logis, sistematis, dan objektif (Scolastic Aptitude Test). 2. Menimbulkan minat yang tinggi terhadap mata pelajaran (Interest

Inventory).

3. Bakat dan minat yang khusus para siswa dapat dikembangkan sesuai dengan potensinya (Differensial Aptitude Test)

4. Menguasai bahan-bahan dasar yang diperlukan untuk meneruskan pelajaran di sekolah yang menjadi lanjutannya (Achievement Test) dan sebagainya.

Sehubungan dengan itu, adapun hasil pengajaran itu dikatakan betul-betul baik, apabila memiliki ciri-ciri sebagai berikut.

1. Hasil itu tahan lama dan dapat digunakan dalam kehidupan oleh siswa. 2. Hasil itu merupakan pengetahuan asli atau otentik, pengetahuan proses

belajar-mengajar itu bagi siswa seolah-olah telah merupakan bagian kepribadian bagi diri setiap siswa, sehingga akan mempengaruhi.

(35)

18

3. Pembelajaran Kooperatif

a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang membantu siswa dalam mengembangkan pemahaman dan sikapnya sesuai dengan kehidupan nyata di masyarakat, sehingga dengan bekerja secara bersama-sama di antara sesama anggota kelompok akan meningkatkan motivasi, produktivitas, dan perolehan belajar (Solihatin, 2007:5).

Pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran kooperatif, pengembangan kualitas diri siswa terutama aspek afektif dapat dilakukan secara bersama-sama. Belajar dalam kelompok kecil dengan prinsip kooperatif baik digunakan untuk mencapai tujuan belajar, baik yang fungsinya kognitif, afektif, maupun konatif (Hasan, 1996; Kosasoh, 1994). Suasana belajar yang berlangsung dengan interaksi saling percaya, terbuka, dan rileks diantara anggota kelompok memberikan kesempatan pada siswa untuk memperoleh dan memberi masukan untuk mengembangkan pengetahuan, sikap, nilai, dan moral, serta

keterampilan yang ingin dikembangkan dalam pembelajaran (Solihatin, 2007:6).

Pembelajaran kooperatif mancakup suatu kelompok kecil yang bekerja sebagai sebuah tim untuk menyelesaikan sebuah masalah, menyelesaikan suatu tugas, atau mengerjakan sesuatu mencapai tujuan bersama lainnya (Erman,dkk, 2003:260). Ada beberapa hal yang perlu dipenuhi dalam pembelajaran kooperatif agar lebih menjamin para siswa bekerja secara kooperatif, hal-hal tersebut meliputi: (1) para siswa yang bergabung dalam suatu kelompok harus merasa bahwa mereka adalah bagian dari sebuah tim dan mempunyai tujuan bersama yang harus dicapai, (2) siswa yang tergabung dalam sebuah kelompok harus menyadari bahwa masalah yang mereka hadapi adalah masalah

kelompok dan bahwa berhasil atau tidaknya kelompok itu akan menjadi tanggung jawab bersama oleh semua anggota kelompok itu, (3) untuk

(36)

19

harus berbicara satu sama lain dalam mendiskusikan masalah yang dihadapinya dan, (4) para siswa tergabung dalam suatu kelompok harus menyadari bahwa setiap pekerjaan siswa mempunyai akibat langsung pada kebehahasilan kelompoknya (Erman, 2003:260).

Format pembelajaran kooperatif, setelah guru menyampaikan materi pelajaran, para siswa tergabung dalam kelompok-kelompok kecil untuk berdiskusi dan menyelesaikan soal latihan, kemudian menyerahkan hasil kerja kelompok kepada guru. Selanjutnya guru memimpin diskusi tentang pekerjaan kelompok tersebut yang membutuhkan penjelasan atau klarifikasi. Untuk

mengoptimalkan pembelajaran kooperatif, keanggotaanya sebaiknya hiterogen, baik dari kemampuan atau karakteristik lainya. Untuk menjamin heterogenitas kenggotaan kelompok, sebaiknya gurulah yang membagi kelompok. Jika para siswa yang mempunyai kemampuan yang berbeda dimasukan dalam satu kelompok, maka dapat memberikan keuntungan bagi siswa yang

berkemampuan rendah dan sedang, sedangkan siswa yang pandai akan dapat menstransfer ilmu yang dimilikinya.

Ukuran kelompok akan berpengaruh pada kemampuan produktivitas kelompoknya. Ukuran kelompok yang ideal untuk pembelajaran kooperatif adalah 3-5 orang.

(37)

20

tugas dalam waktu yang tepat dengan karakteristik yang lebih baik, (2)

mengambil giliran dan berbagi tugas sehingga kegiatan akan terselesaikan pada waktunya, (3) mendorong partisipasi, yaitu memotivasi teman sekelompok untuk memberikan kontribusi tugas kelompok, (4) mendengarkan dengan aktif, yaitu memperhatikan informasi yang disampaikan teman sehingga anggota kelompok menjadi pembicara akan merasa senang karena apa yang mereka sumbangkan itu berharga, (5) bertanya, yaitu siswa menanyakan informasi atau penjelasan lebih lanjut dari teman sekelompok apabila teman sekelompok tidak tahu jawabanya, baru menanyakan pada guru, hal ini penting karena siswa yang pasif dapat didorong untuk ikut aktif.

Model pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekedar belajar belajar kelompok. Ada unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif yang

membedakannya dengan pembelajaran biasa. Roger dan David Johnson dalam Lie (2004) mengatakan bahwa untuk mencapai hasil yang maksimal, terdapat lima unsur model pembelajaran yang harus diterapkan yaitu:

1. Saling ketergantungan positif, yakni untuk menciptakan kelompok kerja yang efektif, pengejar perlu menyusun tugas sedemikian rupa sehingga setiap kelompok harus menyelesaikan tugasnya sendiri dan saling

bekerjasama dalam kelompok, siswa dalam kelompok saling bekerjasama dan mereka menyadari bahwa diantara mereka saling membutuhkan satu sama lain dalam bekerja untuk mencapai kesuksesan bersama.

2. Tanggung jawab perseorangan, yakni seorang guru dalam pembelajaran kooperatif perlu membuat tugas sedemikian rupa agar setiap anggota kelompok bertanggung jawab untuk belajar dan mengembangkan kemampuan mereka masing-masing sebagai sumbang saran dalam kelompok untuk mencapai kesuksesan bersama.

3. Tatap muka, yakni setiap kelompok harus diberi kesempatan untuk bertemu muka dan berdiskusi, saling mengenal dan menerima satu sama lain dalam kegiatan tatap muka dan interaksi antar pribadi.

(38)

21

5. Evaluasi proses kelompok, yakni pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok agar selanjutnya bisa bekerjasama secara efektif.

Setiap siswa dalam pembelajaran kooperatif akan mempunyai tanggung jawab untuk tugasnya apabila dilakukan dengan menganut unsur-unsur tersebut secara sempurna serta berpeluang mempunyai pengetahuan yang lain melalui kelompok yang berbeda.

Guru memainkan peran yang menentukan dalam menerapkan pembelajaran kooperatif yang efektif. Materi khusus agar setiap siswa dapat bekerja untuk memberikan sumbangan pemikiranya kepada kelompoknya. Guru harus mengatur ruang kelas agar setiap anggota kelompok duduk berdekatan sehingga dapat bekerja dengan nyaman. Jarak antara kelompok yang satu dengan yang lain jangan terlalu berdekatan agar tidak saling mengganggu.

b. Langkah-langkah dalam pembelajaran kooperatif

Ibrahim dkk (2000) dalam Trianto (2009:66-67) menyatakan terdapat enam fase atau tahapan di dalam pelajaran yang menggunakan

(39)

22

Tabel.1 Langkah-langkah model Pembelajaran Kooperatif

Langkah/fase Tingkah Laku Guru

Fase-1

Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa

Guru menyampaikan semua tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa untuk belajar Fase-2

Menyajikan informasi

Guru menyajikan informasi kepada siswa baik dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan

Fase-3

Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok kooperatif

Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana cara membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan perubahan yang efisien

Fase-4

Membimbing kelompok bekerja dan belajar

Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mengerjakan tugas mereka Fase-5

Evaluasi/mengetes materi

Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kinerjanya. Fase-6

Memberikan penghargaan

Guru mencari cara-cara untuk menghargai, baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok Sumber: Ibrahim, dkk (2000) dalam Trianto (2009: 66-67)

Eggen dan Kauchak (1996) dalam Asmilia (2005:7), mengemukakan tiga konsep utama yang menjadi karakteristik cooperative learning yaitu: 1. Tujuan kelompok (group goal), menghargai anggota kelompok yang

kemampuanya tidak sama jika kelompok memperoleh skor sesuai dengan kriteria yang ditentukan.

2. Pertanggungjawaban individu (individual accountability); setiap anggota kelompok diharapkan menguasai materi pelajaran, melakukan aktivitas bersama serta menunjukan bahwa mereka menguasai materi. 3. Kesempatan yang sama untuk berhasil (a goal apportunities for

success); setiap anggota kelompok menguasai kesempatan yang sama untuk menguasai materi pelajaran dan mendapatkan penghargaan atas keberhasilan yang dicapainya.

(40)

23

4. Model Pembelajaran Tipe Think -pair- Share

Model pembelajaran Think -pair- Share dikembangkan oleh Frank Lyman dkk dari Universitas Maryland pada tahun 1985. Model pembelajaran Think -pair- Share merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif

sederhana. Teknik ini memberi kesempatan kepada siswa untuk bekerja sendiri serta bekerja sama dengan orang lain. Keunggulan teknik ini adalah optimalisasi partisipasi siswa (Lie, 2004:57). Model pembelajaran Think -pair- Share adalah salah satu model pembelajaran yang memberi

kesempatan kepada setiap siswa untuk menunjukan partisipasi kepada orang lain.

Adapun langkah-langkah dalam pembelajaran Think -pair- Share adalah 1. Guru membagi siswa dalam kelompok berempat dan memberikan tugas kepada semua kelompok, 2. Setiap siswa memikirkan dan mengerjakan tugas tersebut sendiri, 3. Siswa berpasangan dengan salah satu rekan dalam kelompok dan berdiskusi dengan pasanganya, 4. Kedua pasangan bertemu kembali dalam kelompok berempat. Siswa mempunyai kesempatan untuk membagikan hasil kerjanya kepada kelompok berempat (Lie, 2004:58)

(41)

24

Langkah-langkah dalam pembelajaran Think -pair- Share sederhana, namun penting terutama menghindari kesalahan-kesalahan kerja kelompok. dalam model ini, guru meminta siswa untuk memikirkan suatu topic, berpasangan dengan siswa lain dan mendiskusikanya, kemudian berbagai ide dengan seluruh kelas.

Tahap utama dalam pembelajaran Think -pair- Share menurut Ibrahim (2000:26-27) adalah sebagai berikut:

Tahap 1 : thinking (berpikir)

Guru mengajukan pertanyaan atau isu yang berhubungan dengan pelajaran. Kemudian siswa diminta untuk memikirkan pertanyaan atau isu tersebut secara mandiri untuk beberapa saat.

Tahap 2 : -pairing

Guru meminta siswa berpasangan dengan siswa lain untuk mendiskusikan apa yang telah dipikirkanya pada tahap pertama. Dalam tahap ini, setiap anggota pada kelompok membandingkan jawaban atau hasil pemikiran mereka dengan mendefinisikan jawaban yang dianggap paling benar, paling meyakinkan, atau paling unik. Baiasanya guru memberi waktu 4-5 menit untuk berpasangan.

Tahap 3 : Sharing (berbagi)

Pada tahap akhir, guru meminta kepada pasangan untuk berbagi dengan seluruh kelas tentang apa yang telah mereka bicarakan. Keterampilan berbagi dalam seluruh kelas dapat dilakukan dengan menunjuk pasangan yang secara sukarela bersedia melaporkan hasil kerja kelompoknya atau bergiliran pasangan demi pasangan hingga sekitar seperempat pasangan telah mendapat kesempatan untuk melaporkan.

Langkah-langkah atau alur pembelajaran dalam model Think -pair- Share adalah:

(42)

25

Aktifitas : guru melakukan apersepsi, menjelaskan tujuan pembelajaran, dan menyampaikan pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang akan disampaikan.

Langkah ke 2 : Siswa berpikir secara individual

Aktifitas : guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk memikirkan jawaban dari permasalahan yang disampaikan guru. Langkah ini dapat dikembangkan dengan meminta siswa untuk menuliskan hasil pemikiranya masing-masing.

Langkah ke 3 : setiap siswa mendiskusikan hasil pemikiran masing-masing dengan pasangan

Aktifitas : guru mengorganisasikan siswa untuk berpasangan dan memberi kesempatan kepada siswa untuk mendiskusikan jawaban yang menurut mereka paling benar atau paling meyakinkan. Guru memotivasi siswa untuk aktif dalam kerja kelompoknya. Pelaksanaan model ini dapat dilengkapi dengan LKS sehingga kumpulan soal latihan atau pertanyaan yang dikerjakan secara kelompok.

Langkah ke 4 : Siswa berbagi jawaban dengan seluruh kelas

Aktifitas : Siswa mempresentasikan jawaban atau pemecahan masalah secara individual atau kelompok didepan kelas.

(43)

26

Kegiatan “Berfikir-Berpasangan-Berbagi” dalam model Think-pair- Share

memberikan keuntungan. Siswa secara individu dapat mengembangkan pemikiranya masing-masing karena adanya waktu berfikir (think time), sehingga kualitas jawaban juga dapat meningkat. Menurut Jones (2002), akuntabilitas berkembang karena siswa harus saling melaporkan hasil pemikiranya masing-masing dan berbagi (berdiskusi) dengan

pasangannya, kemudian pasangan-pasangan tersebut harus berbagi dengan seluruh kelas. Jumlah anggota kelompok yang kecil mendorong setiap anggota untuk terlibat secara aktif, sehingga siswa jarang atau bahkan tidak pernah berbicara di depan kelas paling tidak memberikan idea tau jawaban karena pasanganya.

Menurut Spencer Kagan (dalam Maesuri, 2002:37) manfaat Think-pair- Share adalah: 1. Para siswa menggunakan waktu yang lebih banyak untuk mengerjakan tugasnya dan untuk mendengarkan satu sama lain ketika mereka terlibat dalam kegiatan Think-pair- Share lebih banyak siswa yang mengangkat tangan mereka untuk menjawab setelah berlatih dalam

pasanganya. Para siswa mungkin mengingat secara lebih sering

penambahan waktu tunggu dan kualitas jawaban mungkin mempunyai waktu yang lebih banyak untuk berfikir ketika menggunakan Think-pair- Share. Mereka dapat berkonsentrasi medengarkan jawaban siswa,

(44)

27

5. Hasil Penelitian Yang Relevan

Penelitian tentang pembelajaran yang dilakukan dengan model Think Pair share menunjukan pengaruh positif pada hasil belajar siswa. Penelitian yang dilakukan oleh Joni Firdaus (2008) menyatakan adanya peningkatan yang positif terhadap aktivitas dan hasil belajar dari Think Pair share pada kelas IX SMP Negeri 2 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2007/2008.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan terdahulu, dapat diketahui bahwa model pembelajaran Think Pair share dapat meningkatkan motivasi belajar dan hasil belajar siswa. Berdasarkan penlitian diatas, maka penelitian ini dilakukan dengan harapan aktivitas belajar dan hasil belajar siswa SMK Cahya Kartika Palas Lampung Selatan dapat meningkat setelah dilakukan pembelajaran dengan model Think Pair share.

B. Kerangka Pikir

Seberapa baik dan materi IPS terpadu yang diterapkan belum tentu akan menjamin tercapainya pendidikan IPS terpadu yang dirumuskan. Salah satu faktor yang untuk mencapai tujuan pendidikan adalah proses belajar mengajar yang dilaksanakan.

Salah satu teori dalam pembelajaran adalah kooperatif. Pembelajaran kooperatif memanfaatkan kecenderungan siswa untuk berinteraksi.

(45)

28

kesempatan mengembangkan kemampuan berfikir individu. Selain itu model pembelajaran Think-pair- Share juga memberikan kesempatan bagi siswa untuk mengembangkan kemampuan berfikir, berpasangan, dan berbagi sehingga kemampuan siswa baik secara individu maupun kelompok dapat berkembang, penyajian masalah dalam pembelajaran Think-pair- Share yang kontekstual melatih siswa secara bertahap terhadap bimbingan untuk

menguasai konsep-konsep IPS terpadu . Dengan model pembelajaran Think-pair- Share diharapkan aktivitas dan hasil belajar siswa dapat meningkat. Kerangka pikir dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar.1 Kerangka Pikir Penelitian

C.Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah:

1. Ada Peningkatan aktivitas belajar IPS Terpadu menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share pada Siswa kelas XIA SMK Cahya Kartika Palas Lampung Selatan Tahun Pelajaran 201/2011.

Model Kooperatif Tipe Think-pair-Share

Aktivitas Belajar Meningkat

(46)

29

2. Ada Peningkatan hasil belajar IPS Terpadu menggunakan model

(47)

III. METODE PENELITIAN

A.Tempat dan Waktu Pelaksanaan

Penelitian ini dilakukan pada semester ganjil tahun pelajaran 2010/2011 pada mata pelajaran IPS Terpadu kelas XIA di SMK Cahya Kartika Palas Lampung Selatan mulai bulan Oktober sampai dengan Desember 2010.

B.Subyek Penelitian

Subyek penelitian ini adalah Siswa kelas XIA SMK Cahya Kartika Palas Lampung Selatan tahun pelajaran 2010/2011, yang berjumlah 34 Siswa terdiri dari 11 orang Siswa laki-laki dan 23 orang perempuan. Guru membagi Siswa dalam kelompok berempat dan memberikan tugas kepada semua kelompok, setiap Siswa memikirkan dan mengerjakan tugas tersebut sendiri. Siswa berpasangan dengan salah satu rekan dalam kelompok dan berdiskusi dengan pasangannya, kedua pasangan bertemu kembali dalam kelompok berempat. Siswa mempunyai kesempatan untuk membagikan hasil kerjanya kepada kelompok berempat.

C.Faktor Yang Diteliti

Untk memecahkan masalah yang telah dirumuskan diatas, ada beberapa faktor yang akan diteliti pada penelitian ini yaitu:

(48)

31

2. Hasil belajar IPS Terpadu Siswa dilihat dai tes pada setiap akhir siklus.

D.Rencana Tindakan

Model penelitin tindak kelas yang digunakan dalam penelitian ini adalah model yang dibebankan oleh Ellot Aronson dan Robert E. Salvin model penelitian ini terbagi menjadi beberapa siklus atau putaran dimana setiap siklus terdiri dari 4 komponen yang meliputi:

1. Perencanaan (Planing)

Perencanaan adalah langkah yang akan dilakukan oleh guru ketika akan memulai tindakannya. Guru menyusun sebuah rencana kegiatan misalnya: a) apa yang harus dilakukan oleh Siswa, b) kapan dan berapa lama

dilakukan, c) dimana dilakukan, d) jika diperlukan peralatan atau sarana, wujudnya apa, e) jika sudah selesai, apa tindakan selanjutnya.

2. Tindakan (acting)

Tindakan atau pelaksanaan adalah implementasi dari perencanaan yang sudah dibuat. Guru harus memperhatikan hal-hal yang sebagai berikut: a) apakah ada kesesuaian antara pelaksanaan dengan perencanaan, b) apakah proses tindakan yang dilakukan Siswa cukup lancar, c) bagaimanakah situasi proses tindakan, d) apakah Siswa melaksanakan dengan

bersemangat, e) bagaimanakah hasil keseluruhan dan tindakan. 3. Observasi (observating)

(49)

32

4. Refleksi (Reflecting)

Refleksi adalah langkah mengingat kembali kegiatan yang sudah lampau yang dilakukan oleh guru maupun Siswa.

Pergantian siklus dilakukan pada setiap berakhirnya satu sub pokok bahasan

Rangkaian rencana penelitian tindakan dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Perencanaan

Pelaksanaan Siklus I

Refleksi

Pengamatan

Perencanaan

Siklus II Pelaksanaan

Refleksi

Pengamatan

Siklus III

Pengamatan

Refleksi Pelaksanaan

Hasil Akhir Perencanaan

(50)

33

E.Data Penelitian

Data penelitian ini terdiri dari:

a. Data Siswa, yaitu data yang diperoleh dari hasil observasi terhadap aktivitas Siswa selama pembelajaran berlangsung, terjadi di dalam kelas pada setiap siklus.

b. Data hasil belajar Siswa, yaitu data yang diperoleh dari hasil belajar berupa nilai tes yang diberikan setiap akhir siklus.

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dilakukan melalui catatan lapangan dan tes, a. Observasi

Observasi digunakan untuk mengamati aktivitas belajar Siswa dalam kegiatan pembelajaran selama penelitian sebagai upaya untuk mengetahui kesesuaian antara perencanaan dan pelaksanaan tindakan.

b. Tes

Tes dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan Siswa setelah diberikan pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share. Nilai diambil dari tes yang dilakukan pada setiap akhir siklus pembelajaran.

G.Instrumen Penelitian

(51)

34

Tabel.3 Data untuk melihat aktivitas dalam pembelajaran

Kegiatan yang relevan dalam proses pembelajaran (on Task) 1. Mendengar atau memperhatikan penjelasan guru

2. Membaca buku atau menulis materi yang diajarkan 3. Bekerja sama dalam kelompok

4. Mempresentasikan hasil kelompok

5. Berdiskusi atau bertanya dengan guru atau antar Siswa

Kegiatan yang tidak relevan (Off Task)

1. Tidak memperhatikan penjelasan guru 2. Tidak menulis atau tidak mencatat 3. Mengantuk

4. Tidak bertanya dengan guru atau antar Siswa 5. Mengobrol

6. Bermain-main

Instrument penelitian yang berupa perangkat tes, yang diberikan kepada Siswa pada akhir setiap siklus untuk mengukur dan mengetahui hasil belajar Siswa pada pelajaran IPS Terpadu.

(52)

35

a. Uji Validitas

Pengujian validasi tiap butir instrument menggunakan analis item, yaitu

mengkorelasi skor tiap buti dengan skor total yang merupakan jumlah tiap skor butir. Dalam memberi interprestasi terhadap koefisien korelasi, item yang mempunyai korelasi positif dengan korelasi yang tinggi menunjukan bahwa item tersebut tidak tinggi pula. Syarat minimal yang di anggap memenuhi yaitu syarat dengan n = 20 jika r = 0,444 dengan ά = 0,05. Uji validitas menurut Arikunto ( 2006 : 79 ) menggunakan rumus korelasi biserial :

γ pbi = Mp –Mt / Si √p / q

keterangan :

γ pbi = Koefisien korelasi biserial

Mp = Rerata skor dari subjek yang menjawab benar bagi item yang dicari validitasnya. Mt = Rerator skor total

Si = Standar deviasi dari skor total P = Proporsi siswa menjawab benar Q = Proporsi siswa menjawab salah

Setelah peneliti melakukan uji tes pada siklus I, siklus II dan III. Maka diperoleha hasil analisis butir soal sebagai berikut.

Tabel 4. Uji Validitas Butir Soal Siklus I

(53)

36

Setelah melakukan uji Siklus I dengan jumlah 20 item soal dan terdapat 15 butir soal yang tidak valid, yaitu item soal nomor 1,3,5,6,7,8,9,10,11,12,13, 14,16,19,20 dengan nilai r hitung < r tabel. r tabel (n=20, α=5%) atau sama

dengan 0,444. Untuk soal yang tidak valid, maka peneliti memperbaiki soal tersebut. (hasil terlampir)

Tabel 5. Uji Validitas Butir Soal Siklus II

(54)

37

No. 19 0,444 1,254 Valid

No. 20 0,444 0,363 Tidak Valid

Setelah melakukan uji Siklus II dengan jumlah 20 item soal dan terdapat 7 butir soal yang tidak valid, yaitu item soal nomor 1,3,5,7,9,14,20 dengan nilai r hitung < r tabel. r tabel (n=20, α=5%) atau sama dengan 0,444. Untuk

soal yang tidak valid, maka peneliti memperbaiki soal tersebut. (hasil terlampir)

Tabel 6. Uji Validitas Butir Soal Siklus III

No. Soal r Tabel r Hitung Keterangan

Setelah melakukan uji Siklus II dengan jumlah 20 item soal dan terdapat 9 butir soal yang tidak valid, yaitu item soal nomor 1,3,5,6,7,9,12,13,14 dengan nilai r hitung < r tabel. r tabel (n=20, α=5%) atau sama dengan 0,444. Untuk soal

(55)

38

b. Uji Realibilitas

Reabilitas atau tingkat ketetapan ( consistensi atau keajegan ) adalah tingkat kemampuan intrumen untuk mengumpulkan data secara tetap dari sekelompok individu. Instrumen yang memiliki tingkat reabilitas tinggi cenderung

menghasilkan data yang sama tentang suatu variabel unsur – unsurnya, jika diulang pada waktu berbeda pada kelompok individu yang sama menurut Hadari dalam Merlinda ( 1992 : 190 ).

Pengukuran reabilitas instrumen menurut Arikunto ( 2006 : 101 ) dilakukan dengan menggunakan rumus :

K – R.20. Perhitungan dilkukan secara manual. Berikut ini adalah rumus K – R.20.

R11 = ( k/k – 1 ) ( S² - ∑pq / S² ) Keterangan :

R11 = Reabilitas secara keseluruhan

P = Proporsi subjek yang menjawab item soal dengan benar

Q = Proporsi subjek yang menjawab item soal dengan salah ( q = 1 –p ) ∑pq = jumlah hasil perkalian antara p dan q

n = Banyaknya item

S = Standar deviasi dari tes (standar deviasi adalah akar varians)

(56)

39

c. Tingkat Kesukaran

Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar. Bilangan yang menunjukan mudahnya atau sukarnya suatu soal tersebut disebut dengan indeks kesukaran.

Besarnya indeks kesukaran antara 0,0 sampai 1,0 indeks kesukaran ini menunjukan taraf kesukaran soal. Soal dengan indeks kesukaran 0,0 menunjukan bahwa soal tersebut terlalu sukar, sebaiknya jika indeks

menunjukan 1,0 maka soal tersebut terlalu mudah, sehingga semakin mudah soal tersebut semakin besar bilangan indeksnya. Dalam istilah evaluasi, indeks kesukaran ini diberi simbol P, singkatan dari proporsi”.

Tingkat kesukaran dapat dicari dengan rumus :

P= B / JS

Keterangan :

P = Indeks Kesukaran

B = Banyaknya siswa yang menjawab soal JS = Jumlah seluruh siswa peserta tes

Menurut Arikunto ( 2006 : 208 ) ketentuan yang sering diikuti, indeks kesukaran sering diklafikasikan sebagai berikut :

(57)

40

Berdasarkan analisis butir soal untuk uji kesukaran soal dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 7. Tingkat kesukaran soal siklus I, Siklus II dan Siklus III

SIKLUS I

No. Soal Kesukaran soal Kategori

0,00 – 0,30 Sukar

Daya pembeda adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan yang tinggi) dengan siswa yang bodoh

(58)

41

tidak baik digunakan untuk tes. Suatu soal yang baik adalah yang dapat dijawab benar oleh siswa yang pandai saja.

Seluruh kelompok tes akan dibagi menjadi 2 kelompok yaitu :

Kelompok atas dan kelompok bawah dengan jumlah yang sama, jika seluruh kelompok atas bisa menjawab soal dengan benar dan kelompok bawah menjawab dengan salah, maka nilai tersebut memiliki D paling besar yaitu 1,00 sebaliknya jika kelompok semua atas menjawab salah dan kelompok bawah menjawab benar, maka nilai D = 1,00 tetapi jika kelompok atas

maupun kelompok bawah sama – sama menjawab benar atau salah maka soa; tersebut mempunyai nilai D = 0,00 karena tidak mempunyai daya beda sama sekali.

Untuk menentukan indeks diskriminasi digunakan rumus : D = BA / JA – BB / JB = PA – PB

Dimana :

D = Daya pembeda

JA = Banyaknya peserta kelompok atas JB = Banyaknya peserta kelompok bawah

BA = Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab benar BB = Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab salah PA = Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar PB = Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab salah Klasifikasi daya pembeda

D = 0,00 – 0,20 = Jelek D = 0,21 – 0,40 = Cukup D = 0,41 – 0,70 = Baik D = 0,71 – 1,00 = Baik Sekali

(59)

42

Tabel 8. Hasil Analisis Daya Beda

SIKLUS I

1. Analisis data aktivitas Siswa

Analisis data jumlah aktivitas Siswa dilakukan dengan membagi dalam beberapa kelompok. Setiap Siswa diamati aktivitasnya secara klasikal dalam setiap pertemuan dengan member tanda ceklis pada lembar observasi yang telah diadakan,

Setelah observasi lalu dihitung jumlah aktivitas yang telah dilakukan, kemudian dipresentasikan. Data pada setiap siklus diolah menjadi

presentase aktivitas Siswa. Seorang Siswa dikategorikan aktif minimal 61% dari jenis kegiatan yang telah dilakukan, kemudian dipresentasekan. Hal ini sesuai dengan kriteria Arikunto (1992:17) yaitu:

(60)

43

Jika lebih dari 61%-80% aktivitas yang dilakukan, maka Siswa tersebut sudah termasuk Siswa yang aktif. Dapat dilakukan perhitungan persentase keaktifan Siswa dengan rumus:

Keterangan:

%A = persentase jumlah Siswa yang aktif Na = jumlah Siswa yang aktif

N = jumlah Siswa keseluruhan

2. Analisis data hasil belajar Siswa

Untuk mengetahui hasil belajar Siswa setelah diterapkan pembelajaran dengan pendekatan kontekstual diambil rata-rata tes formatif yang diberikan pada setiapa akhir siklus.

I. Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan pada penelitian ini adalah:

1. Aktivitas Siswa dalam kegiatan pembelajaran meningkat dari siklus ke siklus

(61)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share dapat

meningkatkan aktivitas belajar Siswa kelas XIA SMK Cahya Kartika Palas Lampung Selatan pada setiap siklusnya. Rata-rata persentase aktivitas belajar Siswa sesuai dengan yang diamati saat pembelajaran pada siklus I sebesar 53.56% mengalami peningkatan dari ulangan harian Siswa sebelum menggunakan model kooperatif tipe think pair share, pada siklus II kembali mengalami peningkatan dengan persentase sebesar 85.29% dan pada siklus III kembali meningkat dengan persentase sebesar 91.17%. peningkatan aktivitas belajar dari siklus I ke siklus II sebesar 31.73% dan dari siklus II ke siklus III sebesar 5.88%

2. Pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share dapat meningkatkan hasil belajar Siswa kelas XIA SMK Cahya Kartika Palas Lampung Selatan. Persentase ketuntasan kelas dan nilai rata-rata kelas pada siklus I

menunjukan persentase ketuntasan sebesar 67.65% dengan nilai rata-rata kelas 65 pada siklus II mengalami peningkatan dengan persentase

(62)

78

siklus III mengalami peningkatan dengan persentase ketuntasan sebesar 76.47% dengan nilai rata-rata kelas 67,50. Peningkatan ketuntasan belajar Siswa dari siklus I ke siklus II sebesar 2.93% dan dari siklus II ke siklus III sebesar 5.89%. siswa yang belum tuntas diberi motivasi, nasehat dan remedial.

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa dalam

pembelajaran dengan menggunakan model kooperatif tipe Think Pair Share dapat meningkatkan aktivitas belajar dan hasil belajar siswa pada setiap siklusnya.

B. Saran

Berdasarkan hasil analsis dan penelitian yang telah dilaksanakan terdapat beberapa saran yang dapat dipertimbangkan dalam meningkatkan hasil belajar Siswa maka penulis menyarankan:

1. Upaya peningkatan aktivitas belajar Siswa, guru menerapkan metode belajar dan model pembelajaran yang cocok dengan pembelajaran IPS diantaranya motivasi belajar Siswa akan meningkat, dengan

meningkatnya motivasi maka aktivitas belajar Siswa juga meningkat. 2. Upaya peningkatan hasil belajar Siswa guru harus menyiapkan

(63)

DAFTAR PUSTAKA

Ani, Sardiman. 2009. Interaksi dan Motivasi belajar. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Arikunto, Suharsimi (2009), Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Edisi Revisi, Jakarta: Bumi Aksara.

(2010), Penelitian Tindakan Kelas, Yogyakarta: Aditya Media.

Arikunto, Suharsimi, dkk (2009), Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: Bumi Aksara.

Burhanudin. 2007. Upaya Peningkatan hasil Belajar melalui metode Think Pair Share dalam mata pelajaran ekonomi pada siswa kelas X SMA Negeri Pringsewu Tahun Pelajaran 2007/2008. Skripsi FKIP Universitas Lampung.

Dimyati, Mudjiono.2006. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta

Djamarah, Syaiful Bahri. 2000. Guru dan anak didik dalam interaksi edukatif. Rineka cipta. Jakarta

Firdaus, Joni. 2008. Kajian Aktivitas dan Hasil Belajar Biologi Siswa Melalui Penerapan Model Pembelajaran Think Pair Share Pada Siswa Kelas IX SMP Negeri 2 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2007/2008. Skripsi Universitas Lampung.

Fitrianti, Merlinda. 2008. Pemanfaatan Media Praktik Akuntansi untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa SMA Negeri 5 Bandarlampung. Skripsi Universitas Lampung.

Hatiani, Neli. 2010. Upaya Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Ekonomi Melalui model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Pada Siswa Kelas X.1 SMA Persada Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2009/2010. Skripsi Uniersitas Lampung.

(64)

Nasution, Sarimuda. 2005. Berbagai pendekatan dalam proses belajar dan mengajar. PT. Bumi Aksara. Jakarta.

Rohani, Ahmad. 2004. Pengelolaan Pengajaran. Rineka Cipta. Jakarta. Sugiono (2009), Metode Penelitian Pendidikan, Bandung:Alfabeta.

Gambar

Tabel.1 Langkah-langkah model Pembelajaran Kooperatif
Gambar.1 Kerangka Pikir Penelitian
Gambar.2 proses penelitian tindakan
Tabel.3 Data untuk melihat aktivitas dalam pembelajaran
+6

Referensi

Dokumen terkait

Dari penjelasan di atas dapat diasumsikan bahwa identifikasi etnis orang tua akan mempengaruhi pula kecenderungan orang tua untuk melakukan sosialisasi etnis pada

Analisis Struktur Fase dan Makna Interpersonal Pada Wacana Kelas SMA Neg 1 Makassar: Kajian Linguistik Sistemik Fungsional.. Makassar:

The Engineering Report describes and evaluates options for integrating OWS Context documents in requests for information based on the National Information Exchange Model

Untuk menduduki peperiksaan kategori yang lebih tinggi, calon-calon mestilah memegang perakuan kekompetenan terkini sekurang- kurangnya 1 tahun dengan sekurang-kurangnya 1

Pada hubungan balok kolom,dengan lebar balok lebih besar daripada lebar kolom, tulangan transversal yang ditentukan pada 23.4(4) harus dipasang pada hubungan tersebut

Kognitif adalah kebolehan individu untuk berfikir, memberi pendapat, memahami, mengingati perkara-perkara yang berlaku di persekitaran masing-masing.Oleh itu,aktiviti yang dilakukan

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains Departemen Pendidikan Kimia.

Pada reaktor dengan durasi pengolahan aerobik selama 31,5 jam- anoksik 31,5 jam dapat dilihat bahwa nilai pH selalu mengalami kenaikan pada fase aerobik dan nilai DO