II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Model Pembelajaran Penemuan Terbimbing
Menurut Hamalik (2002:187) dilihat dari besarnya kelas, pendekatan penemuan
terbimbing dapat dilaksanakan dengan dua sistem komunikasi yaitu sistem satu
arah (ceramah reflektif) dan sistem dua arah (penemuan terbimbing).
a. Sistem satu arah (ceramah reflektif)
Pada sistem ini penyajian dilakukan satu arah oleh guru. Siswa dirangsang
untuk melakukan penemuan. Langkah-langkah pembelajarannya, guru
mengajukan masalah dengan melontarkan pertanyaan ke siswa dalam kelas,
memberi kesempatan siswa untuk berefleksi kemudian guru memberikan
penguatan terhadap jawaban yang diajukan oleh siswa tersebut. Guru
menentukan aturan-aturan yang harus dilakukan oleh siswa, tetapi melalui
pertanyaan-pertanyaan guru mengundang siswa untuk membuat aturan-aturan
yang harus diperbuatnya (Hamalik, 2002:187)
b. Sistem dua arah (penemuan terbimbing)
Sistem dua arah melibatkan siswa dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan
guru. Siswa melakukan discovery sedangkan guru membimbing mereka ke
arah yang tepat atau benar. Gaya pengajaran demikian oleh Gagne dalam
8 Model pembelajaran penemuan terbimbing adalah cara penyajian pelajaran
yang memberi kesempatan pada peserta didik untuk menemukan informasi
dengan bantuan guru. Model pembelajaran ini menempatkan siswa lebih
banyak belajar sendiri mengembangkan kreatifitas dalam memecahkan
masalah, dan siswa betul-betul ditempatkan sebagai subyek belajar.
Pembelajaran penemuan terbimbing terdiri atas tiga kegiatan pembelajaran: 1. Kegiatan awal
Pada awal pembelajaran guru menyampaikan tujuan dan mengkondisikan kelas untuk mempersiapkan siswa mengikuti pembelajaran. Siswa perlu mengetahui tujuan mengapa mereka harus berperan serta pada proses
pembelajaran tersebut. Siswa juga harus tahu apa yang dapat mereka lakukan setelah pembelajaran itu. Membantu siswa untuk menyadari adanya hubungan antara materi yang akan dipelajari dengan relevansinya terhadap kehidupan sehari-hari. Kesadaran itu juga akan membantu siswa memanfaatkan pengetahuan awal yang telah dimiliki siswa dan mengaitkannya dengan pembelajaran yang akan diikutinya. Kegiatan ini selain menyiapkan siswa untuk belajar juga akan memotivasi siswa untuk berperan aktif dalam proses pembelajaran.
2. Kegiatan inti
Keterlibatan siswa dalam menemukan suatu konsep akan sangat berarti sebagai pengalaman belajar dengan bimbingan dan arahan guru. Proses penemuan konsep ini dilaksanakan dengan melakukan penyelidikan dan pelatihan terbimbing dengan bantuan media berupa LKS eksperimen maupun LKS non eksperimen. Melalui LKS siswa diarahkan untuk membangun sendiri pengetahuannya melalui konsep-konsep yang ditemukan.
3. Kegiatan akhir
Pada kegiatan ini, evaluasi dilakukan baik terhadap langkah-langkah penemuan maupun pada pengetahuan yang telah diperoleh siswa sebagai umpan balik dari proses pembelajaran. Umpan balik ini akan membuat siswa dapat memperbaiki kesalahan dan diharapkan mampu menguasai konsep dengan baik.
Pembelajaran penemuan terbimbing ini memiliki keunggulan sebagai berikut:
(1) Metode ini dapat membantu siswa mengembangkan atau memperbanyak persediaan dan penguasaan keterampilan dan proses kofnitif siswa. (2)
Pengetahuan yang diperoleh dari strategi ini sangat pribadi sifatnya dan mungkin merupakan suatu pengetahuan yang sangat kukuh; dalam arti pendalaman dari pengertian, retensi dan transfer. (3) Membangkitkan gairah pada siswa. (4) Memberi kesempatan pada siswa untuk bergerak maju sesuai dengan
9 belajarnya, sehingga ia lebih merasa terlibat dan bermotivasi sendiri untuk belajar lebih giat. (6) Dapat membantu memperkuat pribadi siswa dengan bertambahnya kepercayaan pada diri sendiri melalui proses penemuan. (7) Strategi ini berpusat pada siswa, guru menjadi teman belajar terutama dalam situasi penemuan yang “jawaban”nya belum diketahui sebelumnya. (Suryobroto, 2002:200).
B. Penguasaan Konsep
Konsep merupakan pokok utama yang mendasari keseluruhan sebagai hasil
berfikir abstrak manusia terhadap benda, peristiwa, fakta yang menerangkan
banyak pengalaman. Pemahaman dan penguasaan konsep akan memberikan suatu
aplikasi dari konsep tersebut, yaitu membebaskan suatu stimulus yang spesifik
sehingga dapat digunakan dalam segala situasi dan stimulus yang mengandung
konsep tersebut. Jika belajar tanpa konsep, proses belajar mengajar tidak akan
berhasil hanya dengan bantuan konsep proses belajar mengajar dapat
ditingkat-kan lebih maksimal.
Penguasaan konsep akan mempengaruhi ketercapaian hasil belajar siswa. Suatu
proses dikatakan berhasil apabila hasil belajar yang didapatkan meningkat atau
mengalami perubahan setelah siswa melakukan aktivitas belajar, pendapat ini
di-dukung oleh Djamarah dan Zain (1996) yang mengatakan bahwa belajar pada
hakikatnya adalah perubahan yang terjadi di dalam diri seseorang setelah
ber-akhirnya melakukan aktivitas belajar. Proses belajar seseorang sangat
dipenga-ruhi oleh banyak faktor, salah satunya adalah pembelajaran yang digunakan guru
dalam kelas. Dalam belajar dituntut juga adanya suatu aktivitas yang harus
dilakukan siswa sebagai usaha untuk meningkatkan penguasaan materi. Materi
pelajaran kimia terdiri atas konsep-konsep yang cukup banyak jumlahnya dan
10 ilmu kimia diperlukan penguasaan konsep sebagai dasar untuk mempelajari
konsep-konsep berikutnya yang lebih kompleks dalam kehidupan sehari-hari.
Keberhasilan suatu proses pembelajaran di kelas dapat terlihat dari penguasaan
konsep yang dicapai siswa. Penguasaan konsep merupakan salah satu aspek
dalam ranah kognitif dari tujuan kegiatan belajar mengajar, sebab ranah kognitif
berhubungan dengan kemampuan berfikir, termasuk di dalamnya kemampuan
menghafal, memahami, mengaplikasi, menganalisis, mensintesis, dan kemampuan
mengevaluasi. Penguasaan konsep yang telah dipelajari siswa dapat diukur dari
hasil tes yang dilakukan oleh guru. Hal tersebut sesuai dengan pendapat
Romiszowski (dalam Abdurrahman, 1999):
Penguasaan konsep merupakan hasil dari suatu sistem pemrosesan masukan. Masukan dari sistem tersebut berupa bermacam-macam
informasi yang didapat dalam proses pembelajaran, sedangkan keluarannya adalah perbuatan dan hasil dari suatu pembelajaran atau kinerja (action). Penguasaan konsep dapat dilihat dari hasil tes tertulis setelah dilakukannya proses pembelajaran.
C. Keterampilan Proses Sains
Keterampilan proses sains (KPS) dibutuhkan untuk menggunakan dan memahami
sains (Gagne, dalam Hartono, 2007). Untuk dapat memahami hakikat IPA secara
utuh, yakni IPA sebagai proses, produk, dan aplikasi, siswa harus memiliki
kemampuan KPS. Dalam pembelajaran IPA aspek proses perlu ditekankan bukan
hanya pada hasil akhir dan berpikir benar lebih penting dari pada memperoleh
jawaban yang benar. Dengan kata lain bila seseorang telah memiliki KPS, IPA
sebagai produk akan mudah dipahami, bahkan mengaplikasikan dan
11 berlangsungnya sains. KPS merupakan esensial untuk setiap guru sebagai bekal
menggunakan dan mengajar metode ilmiah. KPS terdiri dari beberapa
keteram-pilan yang satu sama lain berkaitan dan sebagai prasarat. KPS penting dimiliki
guru untuk digunakan sebagai jembatan untuk menyampaikan pengetahuan/
informasi baru kepada siswa atau mengembangkan pengetahuan / informasi yang
telah dimiliki siswa. KPS ini dapat diaplikasikan misalkan pada kegiatan
praktikum. Menurut Esler & Esler dalam Hartono (2007) KPS dikelompokkan
kedalam keterampilan proses dasar dan keterampilan proses terpadu yang
disajikan pada Tabel 1 sebagai berikut:
Tabel I. Keterampilan Proses Sains
Keterampilan Proses Dasar Keterampilan Proses Terpadu
Mengamati (observasi)
Mengelompokkan (klasifikasi) Melakukan pengukuran
Berkomunikasi
Menarik kesimpulan (inferring) Meramalkan (prediksi)
Merumuskan hipotesis Menyatakan variabel Mengontrol variabel
Mendefinisikan operasional Eksperimen
Menginterpretasi data Penyelidikan
Aplikasi konsep
KPS pada pembelajaran sains lebih menekankan pembentukan keterampilan untuk
memperoleh pengetahuan dan mengkomunikasikan hasilnya. KPS dimaksudkan
untuk mengembangkan kemampuan-kemampuan yang dimiliki oleh siswa.
Dimyati dan Mudjiono (2002:138) memuat ulasan pendekatan keterampilan
proses sains yang diambil dari pendapat Funk dalam Hartono (2007) sebagai
berikut: (1) Pendekatan KPS dapat mengembangkan hakikat ilmu pengetahuan
12 lebih memahami fakta dan konsep ilmu pengetahuan; (2) Pembelajaran melalui
KPS akan memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja dengan ilmu
pengetahuan, tidak hanya menceritakan, dan atau mendengarkan sejarah ilmu
pengetahuan; (3) KPS dapat digunakan oleh siswa untuk belajar proses dan
sekaligus produk ilmu pengetahuan. Pendekatan keterampilan proses sains
dirancang dengan beberapa tahapan yang diharapkan akan meningkatkan
penguasaan konsep. Tahapan-tahapan pendekatan pembelajaran KPS menurut
Dimyati dan Mudjiono (2002):
Pendekatan keterampilan proses lebih cocok diterapkan pada pembelajaran sains. Pendekatan pembelajaran ini dirancang dengan tahapan: (1) Pe-nampilan fenomena. (2) Apersepsi, (3) Menghubungkan pembelajaran dengan pengetahuan awal yang dimiliki siswa. (4) Demonstrasi atau eksperimen, (5) Siswa mengisi lembar kerja. (6) Guru memberikan penguatan materi dan penanaman konsep dengan tetap mengacu kepada teori permasalahan.
Penerapan pendekatan pembelajaran keterampilan proses sains memungkinkan
siswa untuk mengembangkan kemampuan-kemampuan yang pada dasarnya
sudah dimiliki oleh siswa. Hal itu didukung oleh pendapat Arikunto (2004):
Pendekataan berbasis keterampilan proses adalah wawasan atau anutan pengembangan keterampilan-keterampilan intelektual, sosial dan fisik yang bersumber dari kemampuan-kemampuan mendasar yang pada prinsipnya keterampilan-keterampilan intelektual tersebut telah ada pada siswa.
13
menyelesaikan masalah-masalah. Pada Tabel 2 dan 3 terdapat indikator-indikator KPS dasar dan indikator KPS terpadu yang uraiannya disajikan pada Tabel 2 dan 3 berikut:
Tabel 2. Indikator keterampilan proses sains dasar
Keterampilan Dasar Indikator
Observasi (observing) Mampu menggunakan semua indera (penglihatan, pembau, pendengaran, pengecap, dan peraba) untuk mengamati, mengidentifikasi, dan menamai sifat benda dan kejadian secara teliti dari hasil
pengamatan.
Klasifikasi (Classifying) Mampu menentukan perbedaan, mengkontraskan ciri-ciri, mencari kesamaan, membandingkan dan menentukan dasar penggolongan terhadap suatu obyek.
Pengukuran (measuring) Mampu memilih dan menggunakan peralatan untuk menentukan secara kuantitatif dan kualitatif ukuran suatu benda secara benar yang sesuai untuk panjang, luas, volume, waktu, berat dan lain-lain. Dan mampu mendemontrasikan perubahan suatu satuan
pengukuran ke satuan pengukuran lain. Pengkomunikasian
(communicating)
Mampu membaca dan mengkompilasi informasi dalam grafik atau diagram, menggambar data empiris dengan grafik, tabel atau diagram, menjelaskan hasil percobaan, menyusun dan menyampaikan laporan secara sistematis dan jelas.
Menarik Kesimpulan (inferring)
Mampu membuat suatu kesimpulan tentang suatu benda atau fenomena setelah mengumpulkan, menginterpretasi data dan inormasi.
Tabel 3. Indikator keterampilan proses sains terpadu
Keterampilan Terpadu Indikator
Merumuskan hipotesis (formulating Hypotheses)
14 Tabel 3. (lanjutan)
Menamai variabel (Naming Variables)
Mampu mendefinisikan semua variabel jika digunakan dalam percobaan
eksperimen yang jujur, menginterpretasi hasil eksperimen
Interpretasi (Interpreting) Mampu menghubung-hubungkan hasil pengamatan terhadap obyek untuk menarik kesimpulan, menemukan pola atau
keteraturan yang dituliskan (misalkan dalam tabel) suatu fenomena alam
Merancang penyelidikan (Investigating)
Mampu menentuka alat dan bahan yang diperlukan dalam suatu penyelidikan,
menentukan variabel kontrol, variabel bebas, menentukan apa yang akan diamati, diukur dan ditulis, dan menentukan cara dan langkah kerja yang mengarah pada pencapaian
kebenaran ilmiah Aplikasi konsep (Appling
Concepts)
Mampu menjelaskan peristiwa baru dengan menggunakan konsep yang telah dimiliki dan mampu menerapkan konsep yang telah dipelajari dalam situasi baru
D. Lembar Kerja Siswa (LKS)
Media pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran ini adalah media berupa
Lembar Kerja Siswa (LKS). Media pembelajaran adalah alat bantu untuk
15 pembelajaran. Melalui penggunaan media pembelajaran akan memudahkan bagi
guru dalam menyampaikan materi pembelajaran.
Menurut Sriyono (1992), Lembar Kerja Siswa (LKS) adalah salah satu bentuk
program yang berlandaskan atas tugas yang harus diselesaikan dan berfungsi
sebagai alat untuk mengalihkan pengetahuan dan keterampilan sehingga mampu
mempercepat tumbuhnya minat siswa dalam mengikuti proses pembelajaran.
Menurut Prianto dan Harnoko(1997), manfaat dan tujuan LKS antara lain: 1. Mengaktifkan siswa dalam proses belajar mengajar.
2. Membantu siswa dalam mengembangkan konsep.
3. Melatih siswa untuk menemukan dan mengembangkan proses belajar mengajar.
4. Membantu guru dalam menyusun pelajaran.
5. Sebagai pedoman guru dan siswa dalam melaksanakan proses pembelajaran. 6. Membantu siswa memperoleh catatan tentang materi yang dipelajarai melalui
kegiatan belajar.
7. Membantu siswa untuk menambah informasi tentang konsep yang dipelajari melalui kegiatan belajar secara sistematis.
Pada proses belajar mengajar, LKS digunakan sebagai sarana pembelajaran untuk
menuntun siswa mendalami materi dari suatu materi pokok atau submateri pokok
mata pelajaran yang telah atau sedang dijalankan. Melalui LKS siswa harus
mengemukakan pendapat dan mampu mengambil kesimpulan. Dalam hal ini
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ilmu kimia merupakan cabang dari IPA yang mempelajari struktur, susunan, sifat,
dan perubahan materi, serta energi yang menyertai perubahan materi. Ilmu kimia
dibangun melalui pengembangan keterampilan-keterampilan proses sains seperti
mengobservasi, mengklasifikasi, melakukan pengukuran, berkomunikasi dan
menarik kesimpulan. Keterampilan proses sains (KPS) pada pembelajaran sains lebih menekankan pembentukan keterampilan untuk memperoleh pengetahuan dan mengkomunikaskan hasilnya. Melatihkan KPS dimaksudkan untuk mengembangkan kemampuan yang dimiliki oleh siswa. Penting seorang guru melatihkan KPS kepada siswa, karena dapat membekali siswa dengan suatu
keterampilan berpikir dan bertindak melalui sains untuk menyelesaikan masalah
serta menjelaskan fenomena-fenomena yang ada dalam kehidupannya sehari-hari.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru mata pelajaran kimia
dan siswa di SMA Wijaya Bandar Lampung, mata pelajaran kimia masih
dianggap sebagai mata pelajaran yang sulit. Kenyataan ini diperkuat dengan
diperolehnya nilai rata-rata penguasaan konsep kimia siswa kelas XI IPA1 pada
materi pokok Laju Reaksi tahun pelajaran 2008-2009 sebesar 55,55. Siswa yang
2 Minimum (KKM) yang ditetapkan di SMA tersebut yaitu untuk pelajaran kimia
100 % siswa memperoleh nilai ≥ 65, dengan demikian siswa tersebut belum
mencapai belajar tuntas.
Faktor yang diduga menyebabkan rendahnya hasil belajar kimia siswa pada materi
pokok laju reaksi kelas XI IPA 1 SMA Wijaya Bandar Lampung diantaranya
adalah kurang efektifnya penggunaan metode pembelajaran yang digunakan guru
seperti metode ceramah, tanya jawab dan latihan mengerjakan soal, sementara
siswa kurang aktif dilibatkan dalam proses penemuan konsep. Siswa
meng-andalkan seluruh informasi datang dari guru, dan siswa menjadi pasif, hanya
duduk, mendengarkan dan mencatat. Bahkan tidak jarang jika siswa merasa jenuh
akan mengobrol, membuat kegaduhan di kelas dan keluar masuk kelas. Selain itu,
siswa juga jarang sekali melakukan praktikum dan diskusi dengan teman untuk
menyelesaikan suatu masalah. Metode yang diterapkan oleh guru tersebut
menyebabkan siswa tidak terlatih untuk bertanya kepada teman atau kepada guru,
memberikan pendapat dan sanggahan, serta menjawab pertanyaan dari teman
ataupun dari guru.
Salah satu kompetensi dasar yang harus dimiliki siswa kelas XI IPA adalah: (1)
mendeskripsikan pengertian laju reaksi dengan melakukan percobaan tentang
faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi, (2) memahami teori tumbukan
untuk menjelaskan faktor-faktor penentu laju reaksi dan orde reaksi serta
terapannya dalam kehidupan sehari-hari. Agar siswa mencapai kompetensi
tersebut, maka siswa di ajak untuk berdiskusi, mengemukakan pendapat,
3 serta mempresentasikan hasil percobaan. Pada prakteknya KPS dapat diterapkan
dengan eksperimen dan menggunakan Lembar Kerja Siswa (LKS) sebagai media
pembelajaran. LKS yang digunakan berisi tahapan pertanyaan-pertanyaan yang
dapat mengarahkan siswa dalam menemukan konsep laju reaksi dan dapat
melatihkan KPS siswa, sehingga diharapkan materi yang mereka pelajari akan
lebih mudah dipahami dan diingat oleh siswa. Adapun keterampilan-keterampilan
yang dapat dinilai dalam pendekatan keterampilan proses sains merupakan
keterampilan yang bersifat ilmiah dan membentuk pola pikir analisis pada siswa,
misalnya mengamati, melakukan pengukuran, klasifikasi, berkomunikasi, dan
menarik kesimpulan.
Salah satu model pembelajaran yang dapat meningkatkan penguasan konsep dan
katerampilan sains siswa adalah pembelajaran penemuan terbimbing.
Pembe-lajaran penemuan terbimbing dapat dikatakan sebagai suatu strategi pembePembe-lajaran
atau cara penyajian pembelajaran yang baik dilaksanakan dalam kelompok belajar
yang kecil, dimana siswa diberi kesempatan untuk menemukan informasi dengan
bantuan guru. Model pembelajaran ini menempatkan siswa untuk lebih banyak
belajar sendiri mengembangkan kreativitas dalam memecahkan masalah, siswa
betul-betul ditempatkan sebagai subyek belajar.
Berdasarkan uraian di atas, maka dilakukan penelitian dengan judul
“Pembelajaran Penemuan Terbimbing untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep
dan Keterampilan Proses Sains siswa Pada Materi Pokok Laju Reaksi ”( PTK
4
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah:
1. Bagaimanakah penerapan pembelajaran penemuan terbimbing dapat
me-ningkatkan persentase rata-rata penguasaan konsep siswa pada materi pokok
laju reaksi dari siklus I ke siklus II?
2. Bagaimanakah penerapan pembelajaran penemuan terbimbing dapat
me-ningkatkan persentase ketuntasan belajar siswa pada materi pokok laju reaksi
dari siklus I ke siklus II?
3. Bagaimanakah penerapan pembelajaran penemuan terbimbing dapat
me-ningkatkan persentase rata-rata KPS siswa pada materi pokok laju reaksi dari
siklus I ke siklus II?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, tujuan penelitian
ini adalah mendeskripsikan:
1. Penerapan pembelajaran penemuan terbimbing dapat meningkatkan persentase
rata-rata penguasaan konsep siswa pada materi pokok laju reaksi dari siklus I
ke siklus II.
2. Penerapan pembelajaran penemuan terbimbing dapat meningkatkan persentase
ketuntasan belajar siswa pada materi pokok laju reaksi dari siklus I ke siklus
II.
3. Penerapan pembelajaran penemuan terbimbing dapat meningkatkan persentase
5
D. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian adalah:
1. Bagi siswa
Melatih KPS siswa, menumbuhkan rasa tanggung jawab, kemampuan
berkomunikasi dengan baik, bekerja sama dengan teman, dan menumbuhkan
rasa ketergantungan positif sesama teman.
2. Bagi guru dan peneliti
Memberi pengalaman secara langsung bagi guru mitra dan masukan kepada
peneliti dalam kegiatan-kegiatan pembelajaran kimia dengan menerapkan
pembelajaran penemuan terbimbing sebagai alternatif bentuk pembelajaran
kimia pada materi pokok laju reaksi dalam meningkatkan penguasaan konsep
siswa dan KPS sehingga indikator pembelajaran dapat tercapai.
3. Bagi sekolah
Penelitian ini di harapkan dapat meningkatkan mutu pembelajaran kimia di
sekolah.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah:
1. Pembelajaran penemuan terbimbing dalam penelitian ini adalah pembelajaran
yang melibatkan siswa untuk berperan aktif dalam proses penemuan suatu
konsep laju reaksi di bawah bimbingan dan arahan guru.
2. Proses penemuan dilakukan melalui penggunaan LKS yang konstruktif, LKS
yang konstruktif dalam hal ini adalah LKS untuk membangun KPS siswa yang
6 3. Indikator KPS dasar yang akan dilatihkan dalam penelitian ini adalah (1)
mengobservasi, (2) mengelompokkan, (3) pengukuran, (4)
meng-komunikaskan, dan (5) menarik kesimpulan. Dimana untuk indikator KPS
mengobservasi dan pengukuran diukur dengan menggunakan lembar
observasi, untuk indikator KPS mengelompokkan, mengkomunikasikan, dan
menarik kesimpulan diukur melalui tes.
4. Penguasaan konsep kimia siswa pada materi pokok laju reaksi yaitu
merupakan nilai tes formatif siswa yang diperoleh setiap akhir siklus.
5. Materi pokok pada penelitian ini adalah laju reaksi yang terdiri dari submateri
pokok kemolaran, konsep laju reaksi, faktor-faktor yang mempengaruhi laju
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran penemuan terbimbing dapat meningkatkan:
1. Persentase rata-rata penguasaan konsep siswa dari siklus I ke siklus II sebesar
7,49 % dari 71,05 menjadi 76,37 pada siklus II.
2. Persentase siswa yang mencapai KKM dari siklus I ke siklus II sebesar
26,29% yaitu dari 63,18% menjadi 89,47%.
3. Persentase rata-rata KPS siswa dari siklus I ke siklus II, karena dengan
melatihkan KPS siswa dilibatkan langsung dalam menemukan konsep materi
yang sedang dipelajari. Dimana pada siklus II ini indikator observasi
me-ningkat sebesar 29,53 % dari 54,67 % menjadi 84,2 %, indikator pengukuran
meningkat sebesar 26,53 % dari 54,17 % menjadi 80,7 %, indikator
peng-komunikasian meningkat sebesar 9,38 % dari 69,78 % menjadi 79,16 % dan
indikator menarik kesimpulan meningkat sebesar 12,12 % dari 62,52 %
menjadi 74,64%. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran penemuan
45
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka peneliti menyarankan:
Kepada guru bidang studi kimia disekolah SMA Wijaya Bandar Lampung
khususnya kelas XI IPA I sebaiknya menerapkan model pembelajaran penemuan
terbimbing sebagai salah satu alternatif strategi dalam pembelajaran kimia, untuk
meningkatkan keterampilan sains siswa dan penguasaan konsep siswa.
Bagi calon peneliti yang tertarik untuk melakukan penelitian pada karakteristik
materi dan siswa yang permasalannya mirip pada penelitian ini dapat
meng-gunakan model pembelajaran penemuan terbimbing dengan melatihkan KPS
siswa sehingga pembelajaran dapat berjalan optimal dan dapat meningkatkan
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Wijaya Bandar Lampung pada kelas XI IPA 1
dengan jumlah siswa 19 orang mulai tanggal 22 Oktober 2009 sampai tanggal
18 November 2009. Data hasil penelitian ini berupa data kuantitatif. Data
kuantitatif adalah data hasil tes penguasaan konsep yang disusun berdasarkan
indikator pembelajaran yang harus dicapai oleh siswa, dan data KPS yang
diungkap melalui lembar observasi KPS siswa untuk indikator observasi dan
pengukuran, yang diamati oleh dua orang observer dan seorang guru mitra, serta
tes KPS siswa untuk indikator pengkomunikasian dan menarik kesimpulan.
B. Data Penguasaan Konsep
Data penguasaan konsep diperoleh dari hasil tes formatif pada tiap akhir
siklusnya. Data penguasaan konsep dapat dilihat pada Tabel 4 halaman 136.
31
:
Gambar 2. Grafik rata-rata penguasaan konsep laju reaksi
Data siswa yang telah mencapai kriteria kriteria ketuntasan belajar minimum (siswa yang memperoleh nilai ≥ 65) dapat dilihat pada Tabel 5 pada halaman 136.
Grafik persentase siswa yang mencapai KKM ditunjukkan pada Gambar 3 sebagai
berikut:
32
C. Data Keterampilan Proses Sains
Pada penelitian ini terdapat empat indikator KPS dasar yang diukur, yaitu:
observasi, pengukuran, pengkomunikasian dan menarik kesimpulan. Data
persentase nilai rata-rata peningkatan setiap jenis indikator KPS siswa dari siklus I
ke siklus II disajikan pada Tabel 6 pada halaman 132. Grafik persentase rata-rata
peningkatan setiap jenis indikator KPS siswa ditunjukkan pada Gambar 4 berikut:
54,7%
84,20%
54,2%
80,70%
69,8%
79,16%
62,5%
74,64%
40% 50% 60% 70% 80% 90% 100%
pe
rs
entas
e
se
ti
ap
jenis
indi
ka
tor
KPS
1 2 3 4
Jenis indikator KPS siswa
Siklus I siklus II
Keterangan: (1) observasi, (2) pengukuran, (3) pengkomunikasian,
(4) menarik kesimpulan
33
D. Pembahasan
Penelitian ini dilakukan dalam dua siklus, pada siklus pertama dilaksanakan
sebanyak 3 kali pertemuan dan siklus kedua dilaksanakan sebanyak 4 kali
pertemuan. Pada pra pelaksanaan tindakan guru mengelompokkan siswa menjadi
4 kelompok, setiap kelompok terdiri dari 4 sampai 5 orang siswa.
Pengelompokkan ini dilakukan secara heterogen berdasarkan data hasil pretes
pada materi pokok laju reaksi.
1. Siklus I
Siklus I terdiri dari 3 kali pertemuan. Pertemuan pertama menyampaikan sub
materi kemolaran dengan alokasi waktu 2 x 45 menit. Pertemuan kedua
menyam-paikan sub materi konsep laju reaksi dengan alokasi waktu 2 x 45 menit. Pada
pertemuan ketiga melakukan tes formatif I yaitu uji penguasaan konsep dan uji
KPS siswa dengan alokasi waktu 2 x 45 menit. Pada pembelajaran dalam siklus I,
dilakukan observasi untuk mengungkap KPS siswa. Untuk indikator observasi
dan pengukuran diungkap dengan menggunakan lembar observasi KPS.
Sedangkan untuk indikator pengkomunikasian dan menarik kesimpulan diungkap
melalui tes formatif uji KPS. Sebelum memulai pembelajaran, guru
mengkon-disikan siswa agar duduk berdasarkan kelompokmya masing-masing.
LKS yang digunakan pada pertemuan pertama dan kedua adalah LKS 1 dan LKS
II yang disusun berdasarkan indikator pembelajaran dan indikator KPS. LKS
yang digunakan tersebut berisi tahapan pertanyaan-pertanyaan yang dapat melatih
34 konsep kemolaran dan konsep laju reaksi. Indikator KPS yang muncul pada LKS
I dan LKS II ada 4 indikator, yaitu indikator observasi, pengukuran,
peng-komunikasian, dan menarik kesimpulan.
Pertemuan pertama dalam pembelajaran penemuan terbimbing ini adalah guru
menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dan menginformasikan
materi yang akan dipelajari oleh siswa. Selanjutnya guru menunjukkan 2 gelas
larutan gula 25 ml dengan massa gula yang berbeda, masing masing 1 gram dan 2
gram. Kemudian guru menanyakan kepada siswa larutan manakah yang lebih
pekat? dan bagaimanakah untuk menyatakan kepekatan tersebut? Dengan
apersepsi tersebut siswa diajak untuk mengamati secara langsung dan dibimbing
untuk berpikir larutan mana yang lebih pekat. Kemudian guru membagikan LKS
I tentang kemolaran dan membimbing siswa dalam melakuakan percobaan,
melalui LKS kemolaran guru dapat membimbing siswa dalam membangun
konsep dan melatihkan KPS siswa. Selanjutnya siswa melakukan diskusi
kelompok dan bekerja sama dalam mengisi LKS berdasarkan praktikum yang
telah di lakukan. Kemudian guru meminta siswa untuk menyimpulkan materi
yang telah dipelajari, diakhir pembelajaran guru memberikan penguatan dari
kesimpulan siswa dan memberi tugas evaluasi sebagai pemantapan konsep yang
telah diterima siswa dan mengumpulkannya, lalu guru memberikan pekerjaan
rumah untuk membaca materi selanjutnya.
Begitu juga pada pertemuaan kedua langkah-langkah dalam proses pembelajaran
hampir sama dengan pertemuan I hanya saja berbeda pada submateri yang
35 konsep laju reaksi. Pada pertemuan ketiga diadakan uji siklus I yaitu uji
penguasaan konsep dan uji KPS. Siswa diberi tes untuk menguji penguasaan
konsep dan KPS siswa pada materi kemolaran dan konsep laju reaksi. Tes Uji
Siklus I dilakukan dengan menggunakan lembar tes formatif I yang disusun
berdasarkan indikator pembelajaran dan indikator KPS yang ingin dicapai. Tes
formatif I pada penguasaan konsep berupa soal essay sebanyak 5 soal dan pada
tes KPS berupa soal essay sebanyak 3 soal. Rata-rata pengusaan konsep siswa
dapat dilihat pada Tabel 4 halaman 136 dan Gambar 2 halaman 31, sedangkan
rata-rata untuk setiap jenis indikator KPS siswa pada siklus I ditunjukkan pada
Tabel 6 halaman 136 dan Gambar 4 halaman 32.
Berdasarkan hasil yang tampak pada Tabel 6, persentase rata-rata indikator KPS
siswa dari 19 siswa yang teramati pada siklus I diperoleh data untuk keterampilan
mengobservasi sebesar 54,67 %. Keterampilan mengukur sebesar 54,17 %.
Keterampilan mengkomunikasikan sebesar 69,78 %, dan keterampilan menarik
kesimpulan sebesar 62,52 %. Berdasarkan data pada lembar observasi KPS siswa
rendahnya indikator pengukuran dan indikator observasi dikarenakan pada
indikator pengukuran sebagian besar siswa belum bisa menggunakan peralatan
percobaan dengan tepat dan belum melakukan percobaan dengan benar.
Misalnya, pada saat mengambil kristal Na2S2O3 sebagian siswa langsung
memasukkannya ke dalam gelas kimia yang seharusnya terlebih dahulu diambil
dengan menggunakan spatula baru dimasukkkan kedalam gelas kimia. Sedangkan
pada indikator observasi sebagian besar siswa hanya mengamati secara sekilas
saja percobaan yang mereka lakukan. Misalnya, pada pertemuan kedua pada saat
36 tidak mengetahui gas apa yang dihasilkan dari percobaan yang telah dilakukan.
Hal tersebut dikarenakan siswa belum terbiasa melakukan hal-hal seperti itu pada
pertemuan sebelumnya, dan siswa masih jarang sekali melakukan kegiatan
praktikum. Selain itu pada saat penulisan hasil pengamatan sebagian siswa tidak
menuliskannya kedalam bentuk tabel sehingga siswa sulit untuk membaca data
dari hasil percobaan yang telah mereka lakukan. Dan siswa masih kurang tepat
dalam membuat grafik dari data hasil percobaan yang telah dilakukan. Akibatnya
siswa tidak dapat mengetahui adanya perubahan reaksi yaitu berkurangnya
pereaksi dan bertambahnya produk.
Berdasarkan hasil tes formatif I, rata-rata penguasaan konsep siswa pada siklus I
sebesar 71,05, dan siswa yang memperoleh nilai ≥ 65 sebanyak 12 siswa dengan
persentase sebesar 63,17%, dan masih ada 7 siswa yang belum memperoleh nilai ≥ 65 dengan persentase sebesar 36,84%. Rendahnya KPS siswa ini berdampak
pada penguasaan konsep siswa yang belum maksimal. Hal tersebut sesuai dengan
pendapat Romiszowski (dalam Abdurrahman, 1999) bahwa, penguasaan konsep
merupakan hasil dari suatu proses pembelajaran. Jika hasil dari suatu
pem-belajaran itu rendah maka penguasaan konsep siswapun akan rendah.
Selain itu, berdasarkan data lembar observasi kinerja guru yang mempengaruhi
masih rendahnya penguasaan konsep siswa dikarenakan masih minimnya interaksi
antara guru dan siswa. Guru dalam membimbing kelompok pada saat
pembelajaran masih belum merata, guru hanya memperhatikan beberapa
kelompok saja sehingga masih banyak siswa yang bermain-main dan mengobrol.
37 penting, sehingga pembelajaran penemuan terbimbing ini belum berjalan dengan
maksimal.
2. Refleksi I
Pada akhir siklus I diadakan refleksi bersam guru mitra mengenai proses
pem-belajaran yang telah dilakukan. Refleksi ini bertujuan untuk mengetahui
kekurangan-kekurangan yang ada pada siklus I, kekurangan-kekurangan tersebut
diperbaiki pada pelaksanaan siklus II. Kekurangan-kekurangan pada siklus I
yaitu:
1) KPS siswa masih rendah, sehingga pembelajaran penemuan terbimbing belum
terlaksana dengan maksimal. Guru belum maksimal dalam mengelola kelas,
terutama membimbing siswa dalam kelompok-kelompok belajar.
2) Guru kurang memberikan penguatan pada materi-materi yang penting dan
kurang memperhatikan alokasi waktu yang tersedia, sehingga pencapaian nilai
penguasaan konsep yang didapatmasih kurang maksimal.
3) Nilai rata-rata penguasaan konsep siswa masih rendah, masih benyak siswa
yang belum mencapai KKM yang ditetapkan di sekolah. Siswa belum terbiasa
dengan pembelajaran penemuan terbimbing, sehingga siswa kurang aktif
selama pembelajaran.
Berdasarkan hasil refleksi siklus I, perbaikan yang dilakukan di siklus II yaitu:
1) Mempertahankan kinerja yang sudah terlaksana dengan baik pada
pembelajaran siklus I,
2) Guru memberikan perhatian secara merata dalam membimbing dan
38 membantu siswa memahami konsep yang sedang dipelajari. Misalnya pada
saat mempelajari konsep laju reaksi, guru meminta siswa untuk membaca
terlebih dahulu langkah-langkah percobaan yang terdapat dalam LKS,
kemudian membimbing siswa dalam melakukan percobaan.
3) Guru harus meningkatkan pengelolaan kelas agar siswa tidak ribut dan
suasana tetap kondusif pada saat praktikum maupun pembelajaran,
5) Guru lebih sering memberikan pengutan pada materi-materi yang penting dan
bersifat variatif.
6) Guru lebih memperhitungkan alokasi waktu yang tersedia, memberi sanksi
pada siswa yang ribut, seperti mengobrol dan main-main. Sanksi yang
diberikan adalah menjelaskan materi yang dipelajari atau menjawab
pertanyaan yang diberikan guru dan menjelaskannya kepada teman-teman
sekelasnya. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan konsentrasi belajar siswa,
dan diharapkan dapat meningkatkan KPS siswa dan penguasaan konsep pada
materi laju reaksi.
3. Siklus II
Siklus II terdiri dari 4 kali pertemuan. Pertemuan pertama menyampaikan sub
materi faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi dengan alokasi waktu 2 x 45
menit. Pertemuan kedua menyampaikan sub materi teori tumbukan dengan
alokasi waktu 2 x 45 menit. Pertemuan ketiga menyampaikan sub materi orde
reaksi dengan alokasi waktu 2 x 45 menit. Pertemuan keempat melakukan tes
formatif II yaitu uji penguasaan konsep dan uji KPS dengan alokasi waktu 2 x 45
39 KPS siswa. Untuk indikator observasi dan pengukuran diungkap dengan
meng-gunakan lembar observasi KPS. Sedangkan untuk indikator pengkomunikasian
dan menarik kesimpulan diungkap melalui tes formatif uji KPS. LKS yang
digunakan pada pertemuan pertama, kedua dan ketiga pada siklus II adalah LKS
3, LKS 4 dan LKS 5 yang disusun berdasarkan indikator pembelajaran dan
indikator KPS. LKS yang digunakan tersebut berisi tahapan
pertanyaan-pertanyaan yang dapat melatih dan mengembangkan KPS siswa serta membantu
siswa dalam menemukan konsep faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi,
teori tumbukan, dan orde reaksi. Indikator KPS yang muncul pada LKS 3 ada 4
indikator yaitu indikator observasi, pengukuran, pengkomunikasian dan menarik
kesimpulan, pada LKS 4 dan 5 ada 2 indikator KPS yang muncul ada 2 yaitu
indikator pengkomunikasian dan menarik kesimpulan.
Sama halnya pada siklus I, pada siklus II guru menerapkan pembelajaran
penemuan terbimbing. Pada siklus II ini terdapat beberapa perbedaan
perlakuan-perlakuan pada saat pembelajaran, misalnya dalam memotivasi siswa, mengar
ahkan kelompok-kelompok belajar dan lain-lain. Hal ini dilakukan sebagai
perbaikan pada siklus I. Dengan bimbingan dan arahan guru siswa melakukan
percobaan dan berdiskusi bersama anggota kelompoknya dalam mengisi LKS
berdasarkan dari praktikum yang telah dilakukan. Kemudian guru meminta siswa
untuk menyimpulkan materi yang telah dipelajari, diakhir pembelajaran guru
memberikan penguatan dari kesimpulan siswa dan memberi tugas evaluasi
sebagai pemantapan konsep yang telah diterima siswa dan mengumpulkannya,
40 Berdasarkan hasil yang tampak pada Tabel 6, persentase indikator KPS siswa dari
19 siswa yang teramati pada siklus II diperoleh data keterampilan mengobservasi
sebesar 84,2 %. keterampilan mengukur sebesar 80,7 %. Keterampilan
meng-komunikasikan sebesar 79,16%, dan keterampilan menarik kesimpulan sebesar
74,64%.
Berdasarkan data tersebut, pada siklus II terjadi peningkatan persentase rata-rata
indikator KPS siswa. Indikator observasi meningkat sebesar 29,53 % dari 54,67
% menjadi 84,2%, indikator pengukuran meningkat sebesar 26,53 % dari 54,17 %
menjadi 80,7 %, indikator pengkomunikasian meningkat sebesar 9,38 % dari
69,78 % menjadi 79,16 % dan indikator menarik kesimpulan meningkat sebesar
12,12 % dari 62,52 % menjadi 74,64 %. Ini berarti indikator kinerja dalam
penelitian ini telah tercapai, yaitu terjadi peningkatan sebesar 5 % untuk setiap
jenis indikator KPS.
Peningkatan KPS siswa ini juga disebabkan karena pada siklus II ini guru sudah
meningkatkan kinerjanya seperti membimbing kelompok belajar sudah mulai
merata tidak hanya memperhatikan beberapa kelompok saja, memberikan
penguatan terhadap materi yang penting, dan pengelolaan waktu sudah cukup
baik, sehingga pada saat melakukan percobaan dan berdiskusi siswa terlihat sudah
mulai menyukai pembelajaran penemuan terbimbing. Siswa sudah mulai aktif
belajar dan siswa lebih banyak bekerja sama antar anggota kelompok seperti
adanya siswa yang memberitahu teman satu kelompoknya yang belum mengerti
41 baik terhadap penguasaan konsep siswa. Dengan meningkatnya KPS siswa
tersebut hasil tes formatif pada siklus II ini mengalami peningkatan.
Dari hasil tes formati II diperoleh data bahwa nilai rata-rata penguasaan konsep
siswa sebesar 76,37. Dengan demikian telah terjadi peningkatan penguasaan
konsep siswa sebesar 7,49 % yaitu dari 71,05 menjadi 76,37. Jumlah siswa yang
mendapat nilai ≥ 65 meningkat sebesar 26,29% yaitu dari 63,18 % menjadi
89,47%.
Peningkatan penguasaan konsep siswa tersebut terjadi karena adanya peningkatan
KPS siswa. Semakin sering siswa dilatihkan KPS maka penguasaan konsep siswa
akan meningkat. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Dimyati dan Mudjiono
dalam Hartono (2007) bahwa, dengan melatihkan KPS, maka siswa terdorong
untuk belajar lebih baik karena mampu memahami fakta, dan konsep materi yang
telah diajarkan, sehingga penguasaan konsep siswa terhadap materi yang telah
diajarkan meningkat.
Peningkatan penguasaan konsep siswa sebesar 7,49 % dan jumlah siswa yang
mencapai KKM sebesar 26,29 % dari siklus I ke siklus II, menunjukkan bahwa
sudah tercapainya indikator kinerja yang diharapkan pada penelitian ini yaitu
terjadi peningkatan: (1) KPS siswa; (2) penguasaan konsep; (3) ketuntasan belajar
dari siklus I ke siklus II. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran penemuan
42
4. Refleksi siklus II
Berdasarkan hasil penelitian, proses pembelajaran penemuan terbimbing yang
dilakukan peneliti sudah lebih baik dari siklus sebelumnya. Hal tersebut dapat
terlihat dengan adanya peningkatan indikator KPS dan penguasaan konsep laju
reaksi siswa dari siklus sebelumnya.yaitu:
(1) Adanya peningkatan persentase rata-rata KPS siswa dari siklus I ke siklus II,
dimana pada siklus II ini indikator observasi meningkat sebesar 29,53 %
dari 54,67 % menjadi 84,2 %, indikator pengukuran meningkat sebesar
26,53 % dari 54,17 % menjadi 80,7 %, indikator pengkomunikasian
meningkat sebesar 9,38 % dari 69,78 % menjadi 79,16 % dan indikator
menarik kesimpulan meningkat sebesar 12,12 % dari 62,52 % menjadi
74,64%.
(2) Adanya peningkatan penguasaan konsep dari tiap siklusnya yang pada siklus
ke II ini rata-ratanya mencapai 73,53.
(3) Adanya peningkatan pengelolaan pembelajaran sudah terlaksana dengan
baik yaitu ditunjukkan dengan meningkatnya keterampilan sains siswa,
sehingga siswa yang mendapatkan nilai ≥ 65 semakin meningkat yaitu
sebesar 31,11%.
Berdasarkan hasil tindakan yang telah dilakukan dari siklus I ke siklus II,
pembe-lajaran penemuan terbimbing dapat meningkatkan keterampilan sains siswa dalam
kegiatan pembelajaran, sehingga penguasaan konsep siswapun dapat meningkat.
43 adanya siswa yang belum mencapai KKM yang ditetapkan. Untuk mengetahui
kekurangan tersebut guru perlu melakukan pendekatan khusus terhadap
siswa-siswa tersebut, misalnya dengan memberikan pertanyaan yang lebih banyak
atau memberi kesempatan lebih banyak untuk bertanya sehingga penguasaan
konsep siswa lebih meningkat dan memperoleh nilai yang lebih baik, sedangkan
rata-rata penguasaan konsep pada siklus II sebesar 76,37, dan siswa yang
memperoleh nilai ≥ 65 sebanyak 17 siswa dengan persentase sebesar 89,47%, dan
masih ada 2 siswa yang belum memperoleh nilai ≥ 65 dengan persentase sebesar
III. METODE PENELITIAN
A. Setting Penelitian
Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA 1 SMA Wijaya Bandar
Lampung, semester ganjil Tahun Pelajaran 2009-2010, yang berjumlah 19 orang
terdiri dari 10 siswa laki-laki dan 9 siswa perempuan. Penelitian ini merupakan
penelitian tindakan kelas, yang mendasari penelitian ini karena adanya masalah di
kelas XI IPA I pada tahun pelajaran 2008-2009 yaitu masih rendahnya rata-rata
penguasaan konsep kimia pada materi laju reaksi. Selain itu, siswa belum pernah
dilatihkan KPS untuk menemukan konsep, sehingga peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian di kelas tersebut dengan menerapkan pembelajaran
penemuan terbimbing untuk meningkatkan penguasaan konsep dan KPS siswa.
B. Data Penelitian
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif. Data
kuantitatif dalam penelitian ini adalah data penguasaan konsep dan data KPS.
C. Teknik Pengumpulan Data
17
1. Observasi
Teknik observasi dilakukan untuk mengambil data KPS siswa untuk indikator
KPS observasi dan pengukuran yang diamati melalui lembar observasi
keterampilan siswa oleh dua orang observer dan satu guru mitra. Pengisian
lembar observasi KPS siswa dilakukan dengan cara memberikan check list
pada daftar yang disediakan.
2. Tes
Teknik tes dilakukan untuk mendapatkan data tentang penguasaan konsep
laju reaksi siswa dan KPS siswa pada indikator mengkomunikasikan dan
menarik kesimpulan. Tes penguasaan konsep laju reaksi siswa dan KPS
siswa dilakukan setiap akhir siklus. Pada akhir siklus, hasil tes penguasaan
konsep dan KPS seluruh siswa direrata, kemudian dijadikan data tiap siklus
yang akan dibandingkan hasilnya dengan rerata hasil penguasaan konsep dan
KPS siswa siklus berikutnya.
D. Indikator Kinerja
Indikator kinerja pada penelitian ini adalah:
1. Adanya peningkatan persentase rata-rata penguasaan konsep siswa pada
materi pokok laju reaksi dari siklus I ke siklus II sebesar 5%.
2. Adanya peningkatan persentase jumlah siswa yang memperoleh nilai ≥ 65
pada materi pokok laju reaksi dari siklus I ke siklus II sebesar 5%.
3. Adanya peningkatan persentase rata-rata setiap jenis KPS siswa pada materi
18
E. Pengembangan Siklus Tindakan
Melakukan observasi ke sekolah tentang penguasaan konsep Laju Reaksi siswa
serta melakukan wawancara tentang KPS siswa pada materi pokok Laju Reaksi
Tahun Pelajaran 2009-2010.
Siklus I
Siklus I dilaksanakan sebanyak 3 kali pertemuan dengan alokasi waktu 4 x 45
menit, dimana 2 pertemuan untuk pembelajaran dan 1 pertemuan (2 x 45 menit)
untuk uji siklus I. Submateri yang diajarkan pada siklus I ini adalah kemolaran
dan konsep laju reaksi.
1. Perencanaan
Kegiatan-kegiatan dalam perencanaan meliputi:
a. Menyusun lembar observasi untuk mengamati kinerja guru dan aktivitas siswa
dalam proses pembelajaran.
b. Menyusun silabus dan rencana pembelajaran.
c. Menyusun lembar kerja siswa (LKS).
d. Menyusun soal pretes dan nilai hasil pretes digunakan untuk membagi
kelompok siswa.
19
2. Pelaksanaan dan Observasi
Sebelum melakukan pembelajaran penemuan terbimbing diluar jam pelajaran
terlebih dahulu guru:
a. Membagi siswa menjadi 4 kelompok yang masing-masing kelompok
beranggotakan 5 orang. Setiap kelompok terdiri dari siswa dengan
kemampuan yang heterogen. Pembagian kelompok dilakukan berdasarkan
hasil pretes.
b. Menjelaskan kepada siswa tentang pembelajaran penemuan terbimbing yang
akan dilaksanakan, mengenai tugas dan kewajiban setiap anggota kelompok
serta tanggung jawab terhadap keberhasilan kelompok.
c. Melakukan pretes materi pokok laju reaksi.
Penelitian ini dilakukan sebanyak 2 siklus. Siklus 1 terdiri dari 3 kali pertemuan
(4 x 45 menit). Dimana 2 pertemuan untuk pembelajaran dan 1 pertemuan (2 x
45 menit) untuk uji siklus 1. Siklus 2 terdiri dari 4 kali pertemuan (6 x 45 menit).
Dimana 3 pertemuan untuk pembelajaran dan 1 pertemuan (2 x 45 menit) untuk
uji siklus II. Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah menjelaskan proses
pembelajara melalui pembelajaran penemuam terbimbing pada submateri
kemolaran dan konsep laju reaksi. Adapun pelaksanaannya adalah
Pertemuan I (2 x 45 menit)
a. Kegiatan awal (pendahuluan), yaitu suatu kegiatan yang bertujuan untuk
menyampaikan indikator dan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai
kemudian guru mengkondisikan siswa untuk duduk berdasarkan kelompoknya
20 melarutkan setengah bungkus adem sari ke dalam 1 Liter air, gas yang
terbentuk jumlahnya akan berbeda dengan ketika kita melarutkan satu
bungkus adem sari ke dalam 1 Liter air?
b. Kegiatan inti, yaitu melaksanakan pembelajaran penemuan terbimbing dengan
metode eksperimen dan diskusi dengan tahapan-tahapan sebagai berikut:
1) Guru membagikan LKS 1 tentang Kemolaran,
2) Guru membimbing siswa melakukan praktikum berdasarkan petunjuk
LKS, dan berdiskusi untuk menemukan konsep kemolaran secara
berkelompok.
3) Guru mitra melakukan observasi kinerja guru dan dua orang observer
melakukan observasi KPS siswa dengan mengisi lembar observasi yang
telah disediakan.
4) Guru membimbing siswa dalam merumuskan kesimpulan berdasarkan
jawaban masing-masing siswa sebagai hasil diskusi kelompok.
c. Kegiatan akhir (penutup), guru memberikan penguatan dari kesimpulan siswa
tentang pengertian kemolaran, serta memberikan tugas kepada siswa untuk
mengerjakan evaluasi sebagai pemantapan konsep yang telah diterima siswa
lalu mengumpulkannya.
Pertemuan II (2 x 45 menit)
a. Kegiatan awal (pendahuluan), yaitu suatu kegiatan yang bertujuan untuk
menyampaikan indikator dan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai
kemudian guru mengkondisikan siswa untuk duduk berdasarkan
kelompok-nya masing-masing dan mengajukan pertakelompok-nyaan tentang macam-macam
21 menanyakan kepada siswa mana reaksi yang lebih cepat antara pembakaran
kertas yang di gunting kecil-kecil dengan kertas yang masih dalam bentuk
lembaran.
b. Kegiatan inti, yaitu melaksanakan pembelajaran penemuan terbimbing
dengan metode eksperimen dan diskusi dengan tahapan-tahapan sebagai
berikut:
1) Guru membagikan LKS 2 tentang konsep laju reaksi,
2) Guru membimbing siswa agar melakukan praktikum berdasarkan petunjuk
LKS, dan berdiskusi untuk menemukan konsep laju reaksi secara
berkelompok.
3) Guru mitra melakukan observasi kinerja guru dan dua orang observer
melakukan observasi KPS siswa dengan mengisi lembar observasi yang
telah disediakan.
4) Guru membimbing siswa dalam merumuskan kesimpulan berdasarkan
jawaban masing-masing siswa sebagai hasil diskusi kelompok.
c. Kegiatan akhir (penutup), guru memberikan penguatan dari kesimpulan siswa
tentang konsep laju reaksi, serta memberikan tugas kepada siswa untuk
mengerjakan evaluasi sebagai pemantapan konsep yang telah diterima siswa
lalu mengumpulkannya.
Pertemuan III (2 x 45 menit)
22
3. Refleksi
Setelah pembelajaran pada siklus I dilakukan refleksi. Berdasarkan lembar
observasi KPS siswa untuk indikator observasi dan indikator pengukuran, serta
berdasrkan tes KPS siswa untuk indikator menarik kesimpulan menunjukkan
bahwa KPS siswa masih rendah. Perbaikan yang dilakukan di siklus II adalah
memberikan perhatian secara merata dalam membimbing dan mengarahkan
kelompok-kelompok belajar pada saat praktikum maupun pembelajaran.
Berdasarkan hasil tes formati I, diketahui bahwa masih ada 7 siswa yang belum
mencapai KKM. Perbaikan yang dilakukan adalah membimbing dan
mengarahkan siswa dalam mengerjakan LKS untuk membantu siswa memahami
konsep yang sedang dipelajari.
Siklus II
Siklus II dikembangkan berdasarkan pada hasil refleksi siklus I. Pelaksanaan
Siklus II terdiri dari 4 kali pertemuan dengan alokasi waktu 6 x 45 menit, dimana
3 pertemuan untuk pembelajaran dan 1 pertemuan (2 x 45 menit) untuk uji siklus
II. Submateri yang diajarkan berbeda dengan siklus I. Pada siklus II submateri
yang diajarkan adalah Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Laju Reaksi, Teori
Tumbukan, dan Orde Reaksi.
1. Perencanaan
Kegiatan-kegiatan dalam perencanaan meliputi:
a. Menyusun lembar observasi untuk mengamati kinerja guru dalam proses
23 b. Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran berdasarkan perbaikan pada
siklus I.
c. Menyusun lembar kerja siswa (LKS).
d. Menyusun soal-soal tes formatif untuk mengukur penguasaan konsep dan KPS
siswa.
2. Pelaksanaan dan Observasi Pertemuan I (2 x 45 menit)
a. Kegiatan awal (pendahuluan), yaitu suatu kegiatan yang bertujuan untuk me-
nyampaikan indikator dan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Kemudian
guru mengkondisikan siswa untuk duduk berdasarkan kelompoknya
masing-masing dan mengajukan pertanyaan kepada siswa, mengapa serpihan kayu ter-
bakar lebih cepat dari pada balok kayu? Selain itu mengapa mencuci dengan
deterjen yang lebih banyak membuat pakaian lebih bersih?
b. Kegiatan inti, yaitu melaksanakan pembelajaran penemuan terbimbing
dengan tahapan-tahapan sebagai berikut:
1) Guru membagikan LKS 3 tentang faktor-faktor yang mempengaruhi laju
reaksi.
2) Guru membimbing siswa agar melakukan praktikum berdasarkan petunjuk
LKS, dan berdiskusi untuk menemukan konsep faktor-faktor yang
mempengaruhi laju reaksi secara berkelompok dengan tertib.
3) Guru mitra melakukan observasi kinerja guru dan dua orang observer
melakukan observasi KPS siswa dengan mengisi lembar observasi yang
24 4) Guru membimbing siswa dalam merumuskan kesimpulan berdasarkan
jawaban masing-masing siswa sebagai hasil diskusi kelompok.
c. Kegiatan akhir (penutup), guru memberikan penguatan dari kesimpulan siswa
tentang pengertian kemolaran, serta memberikan tugas kepada siswa untuk
mengerjakan evaluasi sebagai pemantapan konsep yang telah diterima siswa
lalu mengumpulkannya.
Pertemuan II (2 x 45 menit)
a. Kegiatan awal (pendahuluan), yaitu suatu kegiatan yang bertujuan untuk
menyampaikan indikator dan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.
Kemudian guru mengkondisikan siswa untuk duduk berdasarkan kelompok-
nya masing-masing dan mengajukan pertanyaan tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi laju reaksi yang telah mereka pelajari pada pertemuan
sebelumnya.
b. Kegiatan inti, yaitu melaksanakan pembelajaran penemuan terbimbing
dengan tahapan-tahapan sebagai berikut:
1) Guru membagikan LKS 4 tentang teori tumbukan,
2) Guru membimbing siswa dalam berdiskusi menjawab
pertanyaan-pertanyaan yang ada didalam LKS 4 untuk menemukan konsep tentang
teori tumbukan secara berkelompok dengan tertib.
3) Guru mitra melakukan observasi kinerja guru dan dua orang observer
melakukan observasi KPS siswa dengan mengisi lembar observasi yang
telah disediakan.
4) Guru membimbing siswa dalam merumuskan kesimpulan berdasarkan
25 c. Kegiatan akhir (penutup), guru memberikan penguatan dari kesimpulan siswa
tentang teori tumbukan, serta memberikan tugas kepada siswa untuk
mengerjakan evaluasi sebagai pemantapan konsep yang telah diterima siswa
lalu mengumpulkannya.
Pertemuan III (2 x 45 menit)
a. Kegiatan awal (pendahuluan), yaitu suatu kegiatan yang bertujuan untuk
menyampaikan indikator dan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.
Kemudian guru mengkondisikan siswa untuk duduk berdasarkan kelompok-
nya masing-masing dan mengajukan pertanyaan kepada siswa tentang orde
reaksi yang telah mereka pelajari di rumah.
b. Kegiatan inti, yaitu melaksanakan pembelajaran penemuan terbimbing
dengan tahapan-tahapan sebagai berikut:
1) Guru membagikan LKS 5 tentang orde reaksi.
2) Guru membimbing siswa untuk berdiskusi menjawab
pertanyaan-pertanyaan yang ada pada LKS untuk menemukan konsep orde reaksi
secara berkelompok dengan tertib, kemudian guru menilai keterampilan
siswa dalam kegiatan pembelajaran.
3) Guru mitra melakukan observasi kinerja guru dan dua orang observer
melakukan observasi KPS siswa dengan mengisi lembar observasi yang
telah disediakan.
4) Guru membimbing siswa dalam merumuskan kesimpulan berdasarkan
jawaban masing-masing siswa sebagai hasil diskusi kelompok.
b. Kegiatan akhir (penutup), siswa dapat menyimpulkan materi pembelajaran
26 mengerjakan evaluasi sebagai pemantapan konsep yang telah diterima siswa
lalu mengumpulkannya.
Pertemuan IV (2 x 45 menit)
Melakukan tes formatif siklus II.yaitu tes penguasaan konsep dan tes KPS untuk
indikator pengkomunikasian dan menarik kesimpulan.
3. Refleksi
Setelah pembelajaran selesai pada siklus II dilakukan refleksi. Berdasarkan data
lembar observasi KPS siswa dan tes KPS, menunjukkan bahwa KPS siswa untuk
indikator observasi, pengukuran, pengkomunikasian dan menarik kesimpulan
sudah mengalami lebih banyak peningkatan. Hal ini dikarenakan guru berusaha
mempertahankan perbaikan tersebut dan memperbaiki kekurangan yang masih
ada. Berdasarkan nilai tes formatif II penguasaan konsep siswa, diketahui 80%
siswa telah mencapai KKM yang ditetapkan, ini berarti masih ada 20% siswa
yang belum mencapai KKM. Untuk itu guru melakukan pendekatan khusus
terhadap siswa-siswa yang belum mencapai KKM pada pertemuan berikutnya,
sehingga dapat meningkatkan penguasaan konsep siswa dan memperoleh nilai
27 Secara garis besar, langkah-langkah penelitian ditunjukkan dalam Gambar 1
sebagai berikut:
Gambar 1. Bagan penelitian tindakan kelas
Dimodifikasi dari Kemmis dan Taggart dalam, Hopkins (1993:48).
F. Teknik Analisis Data
1. Data Penguasaan Konsep
a. Rata-rata penguasaan konsep siswa dihitung menggunakan rumus:
N Yn
Yn
Keterangan:
Yn = nilai rata-rata hasil tes penguasaan konsep pada siklus ke-n ∑Yn = jumlah nilai tes penguasaan konsep setiap siklus ke-n
N = jumlah siswa yang mengikuti tes penguasaan konsep Perencanaan
Tindakan I
Refleksi I Pelaksanaan tindakan
pembelajaran I dan observasi
Perencanaan Tindakan II Kajian lapangan dan orientasi teori
28 b. Persentase peningkatan penguasaan konsep siswa
x100%
Yn Yn Yn %Yn
1 1 2
Keterangan:
%Yn = persentase peningkatan penguasaan konsep siswa
Yn 2 = rata-rata penguasan konsep siswa pada siklus ke-2
Yn 1 = rata-rata penguasan konsep siswa pada siklus ke-1
c. Persentase siswa yang memperoleh nilai ≥ 65 pada setiap siklus
n Sk
%Sk x100%
Keterangan:
%Sk = Persentase jumlah siswa yang memperoleh ≥ 65 siklus ke-n
∑Sk = Jumlah siswa yang memperoleh nilai ≥ 65 siklus ke-n
n = Jumlah siswa keseluruhan
2. Data Keterampilan Proses Sains
Rata-rata skor setiap jenis indikator KPS siswa pada siklus ke-n dihitung
dengan rumus:
n Pi Pin n
Keterangan:
n
Pi = Rata-rata skor setiap jenis indikator KPS siswa pada siklus ke-n. ∑Pin = Jumlah skor setiap jenis indikator KPS siswa pada siklus ke-n.
29 Persentase setiap jenis indikator KPS siswa pada siklus ke-n dihitung dengan
menggunakan rumus:
x100% s
Pi
%Ps n
n
Keterangan:
%Ps = Persentase setiap jenis indikator KPS siswa pada siklus ke-n. n
n
Ps = Rata-rata skor setiap jenis indikator KPS siswa pada siklus ke-n.
s = Skor maksimum
Rata-rata persentase indikator KPS observasi dan pengukuran pada pertemuan I dan II dihitung dengan menggunakan rumus:
2 Ps Ps
Ps
% n1 n2
n
Keterangan :
n1
Ps = Rata-rata indikator observasi dan pengukuran pada pertemuan pertama
n2
Ps = Rata-rata indikator observasi dan pengukuran pada pertemuan kedua
Peningkatan persentase setiap jenis indikator KPS siswa dari siklus ke siklus
dihitung menggunakan rumus:
% Pi = % Pi2 - %Pi1
Keterangan:
% Pi = Peningkatan persentase setiap jenis indikator KPS siswa dari siklus
ke siklus.
% Pi2 = Persentase setiap jenis indikator KPS siswa pada siklus II.
KELAS XI IPA 1
NO NAMA SIKLUS I SIKLUS II
1 2 3 1 2 3
1 Agus Sampurna 2 Bayu Arga Putra 3 Desti Agus S 4 Eka Wahyuni 5 Eko Setyo P 6 Erika Sibarani 7 Kristiani
8 Lambok Kharisma J 9 Maria retuo P 10 Oswari Kristomi S 11 Revangga
109
Berikut ini adalah daftar kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru dalam kelas.Berikan penilaian anda dengan memberikan tanda cek (√) pada kolom yang sesuai hasil pengamatan.
No Aspek yang diamati Dilakukan Penilaian
Ya Tidak B C K setengah bungkus adem sari ke dalam 1 Liter air, gas yang terbentuk
jumlahnya akan berbeda dengan ketika kita melarutkan satu bungkus adem sari ke dalam 1 Liter air? konsep dan melatihkan KPS siswa secara berkelompok dengan tertib. 3. Membimbing siswa dalam
1. Memberikan penguatan dari
kesimpulan siswa tentang kemolaran 2. Memberikan tugas kepada siswa
untuk mengerjakan evaluasi sebagai pemantapan konsep yang telah diterima siswa lalu mengumpulkannya
√
√
√
3. Guru memberikan pekerjaan rumah kepada siswa untuk membaca materi selanjutnya yaitu tentang konsep laju reaksi.
√ √
II Pengelolaan waktu √ √
Keterangan
B : Baik C : Cukup K : Kurang
Bandar Lampung, 22 oktober 2009 Guru Mitra,
Berikut ini adalah daftar kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru dalam kelas.Berikan penilaian anda dengan memberikan tanda cek (√) pada kolom yang sesuai hasil pengamatan.
No Aspek yang diamati Dilakukan Penilaian
Ya Tidak B C K yang lebih cepat antara pembakaran kertas yang di gunting kecil-kecil dengan kertas yang masih dalam bentuk lembaran?
B. Kegiatan Inti
1. Membagikan LKS 2 tentang Konsep laju reaksi
2. Membimbing siswa melakukan percobaan laju reaksi dan diskusi mengerjakan LKS untuk membangun konsep dan melatihkan KPS siswa secara berkelompok dengan tertib. 3. Membimbing siswa dalam
menyimpulkan pengertian laju reaksi 4. Memberikan kesempatan kepada
siswa untuk bertanya
C. Penutup
1. Memberikan penguatan dari
kesimpulan siswa tentang laju reaksi 2. Memberikan tugas kepada siswa
No Aspek yang diamati Penilaian
3. Guru memberikan pekerjaan rumah
kepada siswa untuk membaca materi selanjutnya yaitu tentang faktor-faktor laju reaksi
√ √
II Pengelolaan waktu √ √
Keterangan
B : Baik C : Cukup K : Kurang
Bandar Lampung, 27 oktober 2009 Guru Mitra,
Berikut ini adalah daftar kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru dalam kelas.Berikan penilaian anda dengan memberikan tanda cek (√) pada kolom yang sesuai hasil pengamatan.
No Aspek yang diamati Dilakukan Penilaian
Ya Tidak B C K mengapa serpihan kayu terbakar lebih cepat darin pada balok kayu ? selain itu mengapa mencuci dengan deterjen yang lebih banyak membuat pakaian lebih bersih? yang mempengaruhi laju reaksi untuk melatihkan KPS siswa secara berkelompok dengan tertib
3. Menyuruh siswa untuk membuat tabel hasil pengamatan dan berdiskusi untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ada pada LKS dengan arahan guru untuk membangun konsep faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi 4. Membimbing siswa dalam
menyimpulkan pengertian laju reaksi
3. Guru memberikan pekerjaan rumah
kepada siswa untuk membaca materi selanjutnya yaitu tentang teori tumbukan
√ √
II Pengelolaan waktu √ √
Keterangan
B : Baik C : Cukup K : Kurang
Bandar Lampung, 29 oktober 2009 Guru Mitra,
Nalor, S.Pd
Nama Sekolah : SMA WIJAYA B. lampung Peneliti : Sarinah Mata Pelajaran : Kimia Siklus/Pert : 2/2 Materi : Teori tumbukan
Petunjuk :
Berikut ini adalah daftar kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru dalam kelas.Berikan penilaian anda dengan memberikan tanda cek (√) pada kolom yang sesuai hasil pengamatan.
No Aspek yang diamati Dilakukan Penilaian
Ya Tidak B C K
3. Guru mengajukan pertanyaan kepada siswa tentang faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi yang telah mereka pelajari pada pertemuan sebelumnya, dan mengaitkan materi yang akan dipelajari yaitu tentang teori tumbukan.
No Aspek yang diamati Dilakukan Penilaian
Ya Tidak B C K
3. Guru memberikan pekerjaan rumah kepada siswa untuk membaca materi
selanjutnya yaitu tentang orde reaksi
II Pengelolaan waktu √ √
Keterangan
B : Baik C : Cukup K : Kurang
Bandar Lampung, 3 oktober 2009 Guru Mitra,
Nalor, S.Pd
Berikut ini adalah daftar kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru dalam kelas.Berikan penilaian anda dengan memberikan tanda cek (√) pada kolom yang sesuai hasil pengamatan.
No Aspek yang diamati Dilakukan Penilaian
Keterangan
B : Baik C : Cukup K : Kurang
Bandar Lampung, 5 oktober 2009 Guru Mitra,
Lampiran 6
Tabel Lembar Observasi Keterampilan Proses Sains Siswa Pada Pertemuan I Siklus I Pada Materi Pokok Kemolaran
No Nama Hal yang diamati
A B
1 2 3 1 2 3
Kelompok I
1. Eka Wahyuni
2. Sandy Triyoga
3. Tiwi Antari
4. Yody Andika
5. Titus Kriswanto
Kelompok II
6. Eko Setyo P
7. Lambok Kharisma J
8. Revangga izin izin
9. Oswari Kristomi S
10. Kristiani
Kelompok III
11. Sandra Dewi M
12. Erika Sibarani
13. Yosep Kornelius
14. Maria Retuo P
15. Ribka Kristiani
Kelompok IV
16. Agus Sampurna
17. Sartika S
18. Desty Agus S
19. Bayu Arga Putra
Jumlah siswa 10 8 6 10 2
Skor siswa 10 16 6 20 6
jumlah 26 32
Keterangan:
A. Indikator Observasi
B. Indikator Pengukuran
1) Skor 3 = Mampu untuk memilih dan menggunakan alat percobaan dengan tepat tetapi belum melakukan percobaan dengan benar.
2) Skor 2 = Mampu untuk memilih dan menggunakan alat percobaan dengan tepat tetapi belum melakukan percobaan dengan benar
3) Skor 1 = Tidak memilih dan menggunakan alat percobaan serta tidak mengikuti percobaan dengan sungguh-sungguh
Bandarlampung, 22 Oktober 2009 Observer I Observer II
Tabel Lembar Observasi Keterampilan Proses Sains Siswa Pada Pertemuan 2 Siklus I Pada Materi Pokok Konsep Laju Reaksi
No Nama Hal yang diamati
A B
1 2 3 1 2 3
Kelompok I
1. Eka Wahyuni
2. Sandy Triyoga
3. Tiwi Antari
4. Yody Andika
5. Titus Kriswanto
6. Eko Setyo P
7. Lambok Kharisma J
8. Revangga
9. Oswari Kristomi S
10. Kristiani
11. Sandra Dewi M
12. Erika Sibarani
13. Yosep Kornelius
14. Maria Retuo P
15. Ribka Kristiani
16. Agus Sampurna
17. Sartika S
18. Desty Agus S
19. Bayu Arga Putra
Jumlah siswa 7 8 4 1 8 10
Skor Siswa 7 16 12 1 16 30
Jumlah 35 47
Keterangan:
A. Indikator Observasi
1) Skor 3 = Mampu mengamati reaksi pada CaCO3 dengan larutan HCl secara seksama
2) Skor 2 = Mampu mengamati reaksi pada CaCO3 dengan larutan HCl secara sekilas
B. Indikator Pengukuran
1) Skor 3 = Mampu untuk memilih dan menggunakan alat percobaan dengan tepat tetapi belum melakukan percobaan dengan benar.
2) Skor 2 = Mampu untuk memilih dan menggunakan alat percobaan dengan tepat tetapi belum melakukan percobaan dengan benar
3) Skor 1 = Tidak memilih dan menggunakan alat percobaan serta tidak mengikuti percobaan dengan sungguh-sungguh
Bandarlampung, 27 Oktober 2009
Observer I Observer II