• Tidak ada hasil yang ditemukan

Manajemen Peserta Didik di SMA Negeri Keberbakatan Olahraga Lampung

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Manajemen Peserta Didik di SMA Negeri Keberbakatan Olahraga Lampung"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

Manajemen Peserta Didik di SMA Negeri Keberbakatan

Olahraga Lampung

Hendra Adha Zakakalana(1), Supomo Kandar(2), Irawan Suntoro(3) Manajemen Pendidikan, Universitas Lampung

email: hendraadha@gmail.com; Telp 085279410555

Abstract: Management Students in SMA Negeri Keberbakatan Olahraga Lampung. This study aims to describe planning, organizing, coaching, evaluation, as well as supporting factors and constraints in the management of students in SMA Negeri Keberbakatan Olahraga Lampung. This research used qualitative design with phenomenology approach. Data collection techniques used observation, interviews and documentation. Data analysis used interactive models Miles and Huberman. The results of the study showed that: (1) Planning of student by holding meetings at the beginning of the year by discussing the allocation of students' acceptance in each faction, (2) organizing student done by grouping classes, majors, and giftedness (3) coaching students By developing discipline, academic, non academic development, (4) Student's evaluation which is academic evaluation and talent interest evaluation, (5) supporting factor is learning sport talent, facilities and infrastructure, quality of human resources. While the constraints factor of the student' activities is the difficulty in recruiting student.

Keywords: student management, planning, organizing, coaching, evaluation Abstrak: Manajemen Peserta Didik di SMA Negeri Keberbakatan Olahraga Lampung. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan perencanaan, pengorganisasian, pembinaan, evaluasi, serta faktor pendukung dan kendala dalam manajemen peserta didik di SMA Negeri Keberbakatan Olahraga Lampung. Penelitian ini menggunakan rancangan kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Tehnik pengumpulan data dengan observasi, wawancara dan dokumentasi. Analisis data menggunakan model interaktif Miles dan Huberman. Hasil penelitian menunjukan bahwa : (1) Perencanaan peserta didik dengan mengadakan rapat di awal tahun dengan membahas alokasi penerimaan peserta didik di setiap kecabangan, (2) pengorganisasian peserta didik dilakukan dengan cara pengelompokan kelas, jurusan, dan keberbakatan (3) pembinaan peserta didik dilakukan dengan membina kedisiplinan, akademik, pembinaan non akademik, (4) Evaluasi peserta didik yang dilakukan yaitu evaluasi akademik dan evaluasi bakat minat, (5) faktor pendukungnya adalah pembelajaran keberbakatan olahraga, sarana dan prasarana, kualitas SDM. Sedangkan faktor kendala kegiatan peserta didik adalah kesulitan dalam perekrutan peserta didik.

Kata kunci : manajemen peserta didik, perencanaan, pengorganisasian, pembinaan, evaluasi.

(2)

PENDAHULUAN

Upaya pemerintah untuk memberikan pelayanan pendidikan khusus bagi peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa sebenarnya telah dilakukan sejak tahun 1974 dengan pemberian beasiswa bagi siswa Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA), dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang berbakat dan berprestasi tinggi tetapi lemah kemampuan ekonomi dan keluarganya.

Sekolah keberbakatan olahraga di dirikan oleh menteri olahraga yang berkerja sama dengan menteri pendidikan nasional yang di berdasarkan UU No 003 tahun 2005 tentang sistem keolahragaan nasional, pasal 25 ayat 6 yaitu untuk menumbuh kembangkan prestasi olahraga di lembaga pendidikan dan UU No 20 tahun tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, pasal 5 ayat 4 yaitu warga negara yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istemewa berhak memperoleh pendidikan khusus (termasuk di dalamnya anak berbakat di bidang olahraga). Berdasarkan undang-undang tersebut maka Kementerian Pemuda dan Olahraga dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan membuat sebuah nota

kesepahaman Nomor

0999.A/MOU/MENPORA/10/2013 dan Nomor 04/10/NK/2013 tanggal 27 oktober 2013 tentang penyelenggaraan satuan pendidikan khusus olahraga.

Sekolah Keberbakatan Olahraga Lampung beralamat di Jalan Stadion Tejosari Metro Timur

Kota Metro, Visi Sekolah Keberbakatan Olahraga (SKO) adalah “ Terwujudnya Sekolah Keberbakatan Olahraga (SKO) Lampung yang memiliki Sumber Daya Manusia (SDM) yang bertaqwa, menguasai Ilmu Pengetahuan dan Tekhnologi, mandiri, unggul, berdaya saing, dan berprestasi.

Kebutuhan peserta didik dalam mengembangkan dirinya tentu saja beragam dalam pemprioritasan, seperti disatu sisi para peserta didik ingin sukses dalam hal prestasi akademiknya, disisilain ia juga ingin sukses dalam hal sosialisasi dengan teman sebayanya. Pilihan-pilihan yang tepat atas keberagaman keinginan tersebut tidak jarang menimbulkan maslah bagi peserta didik. Oleh karena itu di perlukan layanan bagi peserta didik yang dikelola dengan baik. Manajemen peserta didik berupaya mengisi kebutuhan layanan yang baik bagi peserta didik, mulai dari peserta didik tersebut mendaftarkan diri sekolah sampai peserta didik tersebut menyelesaikan studinya.

Manajemen peserta didik keberadaannya sangat dibutuhkan di lembaga pendidikan karena siswa merupakan subjek sekaligus objek dalam proses transformasi ilmu dan keterampilan, keberhasilan dalam penyelenggaraan pendidikan akan sangat bergantung dengan perkembangan potensi fisik, kecerdasan intelektual, sosial, emosional dan kejiwaan peserta didik. Manajemen peserta didik di sini dimaksudkan sebagai pengelolaan dari proses perencanaan, pelaksanaan, pengorganisasian, hingga pemantauan peserta didik

(3)

sehingga siswa terbina dan terbimbing dari sejak masuk sekolah sampai lulus dari sekolah.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan rancangan kualitatif dengan pendekatan fenomenologis. Moleong (2013: 8-13) menjelaskan ciri-ciri penelitian kualitatif meliputi; (1) mempunyai latar alami sebagai sumber data atau pada konteks dari sesuatu yang utuh, (2) peneliti sendiri merupakan instrument utama dalam usaha pengumpulan data, (3) analisis data secara induktif, (4) bersifat deskriptif, (5) sangat mementingkan proses daripada hasil, (6) ada batas yang ditentukan oleh fokus, (7) menggunakan teori dasar, (8) ada kriteria khusus untuk keabsahan data, (9) desain bersifat sementara, dan (10) hasil penelitian dirundingkan dan disepakati bersama.

Dalam penelitian manajemen peserta didik yang terdiri atas perencanaan, pengorganisasian, pembinaan, dan evaluasi itu sendiri dibutuhkan data-data agar penelitian berjalan lancar. Perencanaan dengan indikatornya yaitu; 1. perencanaan siswa baru, 2. analisis kebutuhan, 3. kebijakan Penerimaan siswa baru, 4. seleksi penerimaan siswa baru, 5. kreteria penerimaan siswa baru, prosedur penerimaan siswa baru. Pengorganisasian dengan indikatornya yaitu; 1. pengelompokan peserta didik, 2. pengelompokan peserta didik. Pembinaan dengan indikator yaitu; 1. pembinaan kedisiplinan, 2. pembinaan akademik, 3. pembinaan non akademik. Evaluasi dengan indikatornya; 1. proses evaluasi peserta didik, 2. proses kelulusan peserta didik dan penelusuran alumni. Faktor pendukung dan

kendala dengan indikator yaitu; 1. faktor pendukung dalam proses kegiatan peserta didik, 2. faktor kendala dalam kegiatan peserta didik.

Sumber data dalam penelitian ini adalah informan. Penentuan informan dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik purposive

sampling, agar data yang diperoleh

dari informan sesuai dengan kebutuhan dan tujuan penelitian. Melalui teknik purposive sampling

maka diperoleh informan kunci. Informan kunci dalam penelitian ini adalah Kepala Sekolah. Informan dalam penelitian ini sebanyak 6 orang dengan rincian sebagai berikut : (1) Kepala Sekolah, (2), Wakil Kesiswaan (3) Wali Kelas, (4) Guru, (5), Pembina Ektrakurikuler, (6) Siswa.

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Analisis data dalam penelitian manajemen peserta didik ini dilakukan sebelum peneliti memasuki lapangan, pada saat pengumpulan data berlangsung, dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu. Analisis masalah penelitian yang dilakukan ini dimaksudkan untuk menjawab rumusan masalah mengenai manajemen peserta didik. Analisis data penelitian ini menurut Milles dan Huberman dalam sugiono (2014;247), diantaranya reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.

Derajat kepercayaan data

(kesahihan data) dalam penelitian

kualitatif digunakan untuk memenuhi kriteria (nilai) kebenaran, baik bagi pembaca maupun bagi subjek yang diteliti. Pengecekan keabsahan data merupakan bagian yang penting

(4)

dalam penelitian kualitatif yaitu untuk mengetahui dan mengecek kebenaran data yang diperoleh. HASIL DAN PEMBAHASAN

Pembahasan hasil penelitian manajemen peserta didik di SMA Negeri Keberbakatan Olahraga Lampung yang pemaparanya sesuai dengan fokus penelitian, meliputi: 1) Perenanaan penerimaan peserta didik baru, 2) Pengorganisasian peserta didik, 3) Pembinaa peserta peserta didik, 4) Evaluasi peserta didik dan 5) Faktor-faktor kendala dan pendukung dalam pelaksanaan kegiatan peserta didik.

Perencanaan Peserta Didik

Penerimaan siswa baru merupakan salah satu kegiatan yang pertama dilakukan dalam manajemen peserta didik, yang biasanya diawali dengan beberapa kegiatan seperti proses pendaftaran, seleksi dan kelulusan dari para calon peserta didik. Berdasarkan temuan penelitian di sekolah SMA Negeri Keberbakatan Lampung yang menjadi obyek penelitian bahwa sebelum melakukan pendaftaran maka telah melakukan rapat pembentukan panitia yang akan bertugas melakukan pendaftaran siswa baru dan sosialisasi ke sekolah-sekolah dengan kriteria memiliki kemampuan dan pengalaman serta tidak mengajar di kelas XII dan komposisi panitia terdiri dari unsur guru, tenaga tata usaha dan dewan komite sekolah. Secara umum sistem pendaftaran calon peserta didik baru yang di laksanakan di SMA Keberbakatan Olahraga Lampung yaitu (1) Membentuk panitia penerimaan peserta didik baru, (2) Menentukan syarat pendaftaran, (3) Menyediakan

formulir, (4)Pengumuman pendaftaran calon peserta didik baru, (5)Menyediakan waktu dan tempat pendaftaran, (6) Melakukan tes seleksi siswa baru beradasarkan keberbakatan yang di miliki calon peserta didik baru, (7)Pengumuman hasil tes seleksi peserta didik baru, (8) Pembagian kelas khusus berdasarkan keberbakatan yang di miliki peserta didik baru.

Proses selanjutnya setelah pendaftaran berlangsung adalah melakukan seleksi, berdasarkan temuan di lapangan bahwa seleksi dilakukan dengan dua tahap yaitu pertama seleksi administrasi dan kedua seleksi akademik (bakat minat, akademik, fisik, keterampilan, wawancara dan kesehatan). Hal tersebut sejalan dengan yang dikemukakan Yeager (1994) bahwa agar siswa bisa diterima disuatu sekolah umum, maka ia harus memenuhi kriteria seperti usia, tempat tinggal, kesehatan mental dan fisik, dan sekolah dimungkinkan melakukan tes masuk, tes kesehatan atau tes lainnya, dan siswa yang tidak lolos tidak bisa diterima. Menurut Imron (2011) bahwa sistem seleksi lazimnya dilakukan melalui dua tahap yaitu seleksi administratif kemudian seleksi akademik. Seleksi siswa penting dilakukan terutama bagi lembaga pendidikan atau sekolah yang calon peserta didiknya melebihi dari daya tampung yang tersedia dari lembaga pendidikan atau sekolah tersebut. Secara khusus tujuan tes bakat minta adalah untuk melihat bakat dan minta yang di miliki peserta didik dan dari ini akan melihat peserta didik yang mempunyai potensi yang dapat di kembangkan. sedangkan tujuan tes akademik adalah untuk mengetahui kemampuan akademik calon peserta

(5)

didik, apakah calon peserta didik tersebut memiliki kemampuan akademik yang dipersyaratkan atau tidak, jika kemampuannya memenuhi ketentuan yang dipersyaratkan maka yang bersangkutan bisa diterima begitupun sebalik dan tujuan fisik adalah untuk melihat daya tahan fisik peserta didik dalam bidang kecabangan yang peserta didik pilih sendiri pada waktu mendaftar, begtu juga dari tes kesehatan adalah untuk mengetahui jenis penyakit yang diderita siswa apakah bisa menular ke orang lain atau apakah penyakit yang diderita dapat mengganggu aktivitas belajar yang sangat padat. Tes keterampilan kecabagan adalah tes untuk melihat keterampilan dan kemahiran peserta didik dalam kecabangan yang peserta didik pilih. Tes wawancara dilakukan dengan tujuan untuk menggali informasi dari siswa apa motivasi atau siapa yang mendorong sehingga mau masuk di sekolah ini, apakah karena kemauan sendiri atau karena keinginan dari orang tua, karena itu akan menjadi penilaian dan poin tersendiri dari pihak sekolah.

Proses berikutnya setelah proses seleksi adalah menentukan siswa dinyatakan diterima atau yang tidak diterima berdasarkan kriteria yang ditelah ditentukan oleh pihak sekolah. Dari data dilapangan diketahui bahwa dalam menentukan kelulusan siswa disesuaikan dengan kuota yang ditetapkan oleh sekolah pemerintah propinsi yang disesuaikan dengan daya tampung kelas dan asrama. Temuan tersebut sejalan dengan yang dikemukakan oleh Yeager (1994) bahwa dewan pendidikan lokal diberi otoritas (kewenangan) untuk menetapkan dan menegakkan aturan yang berhubungan dengan penerimaan

siswa. Sedangkan untuk menentukan kriteria, dalam buku bahan diklat manajemen ada tiga macam kriteria penerimaan peserta didik. Pertama, adalah kriteria acuan patokan

(standard criterian referenced), yaitu

suatu penerimaan peserta didik yang didasarkan atas patokan-patokan yang telah ditentukan sebelumnya. Dalam hal ini, sekolah terlebih dahulu membuat patokan bagi calon peserta didik dengan kemampuan minimal setingkat mana yang dapat diterima di sekolah tersebut. Kedua, kriteria acuan norma (norm criterian

referenced), yaitu suatu penerimaan

calon peserta didik yang didasarkan atas keseluruhan prestasi calon peserta didik yang mengikuti seleksi. Dalam hal ini sekolah menetapkan kriteria penerimaan berdasarkan prestasi keseluruhan peserta didik. Keseluruhan prestasi peserta didik dijumlah, kemudian dicari reratanya. Calon peserta didik yang nilainya berada dan di atas rata-rata, digolongkan sebagai calon yang dapat diterima sebagai calon peserta didik. Sementara yang berada di bawah rata-rata termasuk peserta didik yang tidak diterima. Ketiga, kriteria yang didasarkan atas daya tampung sekolah, sekolah terlebih dahulu menentukan berapa jumlah daya tampungnya, atau berapa calon peserta didik baru yang akan diterima. Setelah sekolah menentukan, kemudian merangking prestasi siswa mulai dari yang berprestasi paling tinggi sampai dengan prestasi paling rendah. Penentuan peserta didik yang diterima dilakukan dengan cara merangking dari atas ke bawah, sampai daya tampung tersebut terpenuhi. Berdasarkan data dilapangan maka kriteria yang digunakan untuk menentukan

(6)

kelulusan dalam penerimaan siswa baru yaitu kriteria ketiga yaitu berdasarkan daya tampung sekolah. Ada yang secara kuota sudah ditentukan jumlahnya sehingga calon siswa tinggal berkompetisi untuk bisa diterima, ada yang berdasarkan daya tampung asrama dan kelas. Tetapi semuanya siswa yang diterima berdasarkan hasil seleksi tes bakat minat, tes akademik, hasil wawancara ditambah lagi dengan hasil pemeriksaan kesehatan dengan cara merangking dari nilai tertinggi sampai nilai terendah. Untuk menjaga objektivitas dan transparansi hasilnya maka hasil seleksinya di umumkan secara umum.

Pengorganisasian Peserta Didik Kegiatan pengorganisaian peserta didik di SMA Negeri Keberbakatan Olahraga Lampung yakni bagaimana sekolah mengkoordinasi kelas agar peserta didik bisa belajar dengan nyaman dan teratur. Di SMA Negeri Keberbakatan Olahraga Lampung dalam pengelompokkan kelas berdasarkan dengan hasil tes yang dilakukan pada saat penerimaan peserta didik baru. Setelah hasil tes dan nilai raport pada saat SMP dijumlahkan dan mendapatkan hasil kemampuan akademik dan kemampuan keberbakatan, hasil dari kedua tes tersebut berfungsi untuk menentukan kecabangan yang di pilih peserta didik pantas atau tidak untuk masuk dalam kecabangan yang peserta didik pilih.

Berdasarkan tes fisik, bakat minat dan keterampilan dari semua peserta didik baru akan disaring dan dikelompokan kedalam kelas binaan, kelas binaan di lakukan diluar jam pelajaran.Hal ini sesuai dengan

pendapat Harsanto (2007:30). Penempatan peserta didik yaitu kegiatan pengelompokan peserta didik yang dilakukan dengan sistem kelas, berdasarkan kesamaan kelamin atau umur, juga pengelompokan berdasarkan perbedaan bakat dan minat peserta didik.

Pengelompokan kelas telah terbentuk, langkah selanjutnya adalah tugas wali kelas untuk mengkoordinir dan mengelola kelas agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik.

Hal ini serasi dengan pendapat Koesoema (2010:247) mengatakan bahwa peran wali kelas yang paling menonjol adalah menjadi semacam kepala keluarga dalam kelas tertentu. Ini berarti, ia bertangguung jawab terutama menciptakan kondisi dan lingkungan yang kondusif satu sama lain sehingga kelas itu sebagai komunitas belajar dapat maju bersama dalam proses pembalajaran.

Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pengorganisaian di SMA Negeri Keberbakatan Lampung dimulai dari pengelompokan kelas berdasarkan hasil tes akademik dan keberbakatan, sehingga terbentuk pengelompokan kelas berdasarkan tes akademik yang masuk dalam kelas pembelajaran akademik sedang berdasarkan tes keberbakatan masuk dalam kelas kecabagan olahraga. Kemudian kepala sekolah memberi tanggungjawab dan wewenang kepada wali kelas untuk membina dan mengarahkan peserta didik tersebut dengan saling bekerjasama antara wakil kepala kesiswaan, wali kelas, guru, pelatih dan para pembina kegiatan ekstrakurikuler.

(7)

Pembinaan Peserta Didik

Pembinaan peserta didik mutlak memerlukan konsepsi dasar yang mantap yang merupakan perpaduan antara cita-cita yang ingin dicapai, minat kebutuhan dan kemampuan siswa dengan kondisi sosialnya. Pembinaan dan pengembangan siswa dilakukan sehingga anak mendapatkan bermacam-macam pengalaman belajar untuk bekal kehidupan di masa yang akan datang. Untuk mendapatkan pengetahuan atau pengalaman belajar tersebut, siswa harus mengikuti bermacam-macam kegiatan. Sekolah dalam pembinaan dan pengembangan siswa biasanya melakukan yang berupa kegiatan akademik dan non akademik. Dalam penelitian ini pembinaan kesiswaan diarahkan pada pembinaan kedisiplinan, pembinaan kegiatan akademik dan pembinaan kegiatan non akademik karena ketiga komponen ini sangat penting dan berkontribusi terhadap pencapaian prestasi siswa. Disiplin ini sangat penting artinya dalam mewujudkan sekolah efektif melalui penciptaan disiplin belajar. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Blandford (1998) bahwa pengelolaan disiplin adalah pusat untuk menjadi sekolah yang efektif. Sedangkan penelitian Moedjiarto dalam Mulyasa (2011) mengungkapkan bahwa karakteristik tata tertib dan disiplin sekolah mempunyai hubungan yang signifikan dengan prestasi belajar. Berdasarkan temuan penelitian bahwa pembinaan kedisiplinan dilakukan dalam bentuk latihan dasar kedisiplinan. Kegiatan ini wajib diikuti oleh seluruh siswa baru sebelum mengikuti proses belajar mengajar di kelas dan lamanya waktu pelaksanaannya berlangsung

selama satu minggu dengan melibatkan pihak dari TNI dan Polri sebagai pembina dan pelatih.

Menurut Prihatin (2011) Kepala sekolah memegang peranan penting dalam membentuk kedisiplinan siswa di sekolah mulai dari merancang, melaksanakan dan menjaganya. Keterlibatan dari seluruh pihak terutama kepala sekolah dan guru dalam pembinaan kedisiplinan siswa sangat penting karena kepala sekolah dan guru yang berhadapan langsung dengan siswa sehingga bisa memantau segala prilaku siswa dan ketika terindikasi ada siswa yang melanggar maka kepala sekolah dan guru langsung mengetahuinya.

Pembinaan kegiatan akademik, dalam penelitian ini pembinaan akademik yang dimaksud adalah pembinaan terhadap proses belajar mengajar, kenaikan kelas dan proses penjurusan. Proses belajar mengajar merupakan kegiatan utama di sekolah, sekolah diberi kebebasan untuk memilih strategi, metode dan teknik-teknik pembelajaran dan pengajaran yang paling efektif, sesuai dengan karakteritik guru dan kondisi nyata sumber daya yang tersedia di sekolah.

Pembinaan kegiatan non akademik (ekstrakurikuler) yaitu kegiatan yang dilakukan diluar ketentuan yang telah ada didalam kurikulum, kegiatan ini terbentuk berdasarkan bakat dan minat yang dimiliki oleh siswa, sehingga siswa tidak harus mengikuti semua kegiatan ini, siswa bisa memilih kegiatan mana yang dapat mengembangkan kemampuannya. Berdasarkan data di lapangan bahwa tujuan pembinaan kegiatan non akademik dilakukan yaitu untuk menyalurkan bakat minat siswa dan

(8)

pencapaian prestasi. Menurut Soetopo, (2009) bahwa kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan yang diselenggarakan untuk memenuhi tuntutan penguasaan bahan kajian dan pelajaran dengan alokasi waktu yang diatur secara tersendiri berdasarkan pada kebutuhannya. Sedangkan menurut Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidikan (1987) bahwa tujuan dari pembinaan ekstrakurikuler yaitu (1) dapat meningkatkan kemampuan siswa beraspek kognitif, afektif dan psikomotorik, (2) mengembangkan bakat dan minat siswa dalam upaya pembinaan pribadi menuju pembinaan manusia seutuhnya yang positif, dan (3) dapat mengetahui, mengenal serta membedakan antara hubungan satu pelajaran dengan pelajaran yang lain. Pembinaan kegiatan non akademik dilakukan sebagai media untuk menyalurkan bakat dan minat siswa terhadap bidang tertentu tetapi dengan tersalurnya bakat dan minat tersebut diharapkan dapat memberikan kontribusi yang lebih baik yaitu dapat mencapai prestasi yang lebih baik yang sesuai dengan bakat dan minat siswa. Dan yang tidak kalah penting dari pembinaan kegiatan non akademik ini adalah adanya perubahan prilaku siswa yang lebih baik, berdasarkan data di lapangan ditemukan bahwa pembinaan kegiatan non akademik juga dapat membentuk akhlak, religiusme dan membentuk karakter siswa. Hal ini sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Sutisno (1993) bahwa kegiatan ekstrakurikuler bagi siswa diharapkan untuk menghasilkan hasil individual, sosial,

civic dan etis. Hasil inidvidual adalah

hasil yang berhubungan dengan peningkatan pengetahuan dan

keterampilan serta pengembangan potensi yang dimiliki siswa. Hasil sosial adalah hasil hasil yang berhubungan dengan hubungan sosial dan kemasyarakatan untuk dapat hidup bersama dengan orang lain, sedangkan hasil civic dan etis merupakan hasil yang berhubungan dengan adanya persamaan hak dan kewajiban tanpa ada diskriminasi. Temuan tersebut juga tidak jauh beda dengan pendapat Sopiatin (2010) bahwa kegiatan ekstrakurikuler merupakan kegiatan yang bernilai tambah yang diberikan sebagai pendamping pelajaran yang diberikan secara intrakurikuler, dan tidak hanya sebagai pelengkap suatu proses belajar mengajar, tetapi juga sebagai sarana agar siswa memiliki plus, selain pelajaran akademis yang bermanfaat bagi kehidupan bermasyarakat. Pembinaan non akademik diarahkan pada kecakapan hidup, yang meliputi kecakapan individual, kecakapan sosial, kecakapan vokasional, kecakapan intelektual dan pembinaan kepemudaan. Dalam melakukan pembinaan melibatkan semua sumber daya sekolah dan melibatkan orang luar, keterlibatan mereka disesuaikan dengan profesi dan kemampuan masing-masing misalnya menjadi pelatih dalam melakukan baris berbaris, menjadi pelatih olahraga dan seni serta mensuport anaknya ketika akan mengikuti lomba-lomba. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Sopiatin (2010) bahwa keterlaksanaan kegiatan ekstrakurikuler merupakan tanggung jawab bersama antara sekolah dan masyarakat (keluarga dan orang tua).

(9)

Evaluasi Peserta didik

Evaluasi di SMA Negeri Keberbakatan Olahraga dilakukan bertujuan untuk mengetahui perkembangan prestasi siswa melalui penilaian pada saat ulangan harian, mid semester, UAS dan UAN dari kelas X sampai siswa lulus.

Evaluasi yang dilaksanakan di SMA Negeri Keberbakatan Olahraga Lampung adalah dengan melaksanakan ulangan harian, ujian mid semester dan ujian akhir sekolah. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) dijadikan standar untuk ketercapaian ketuntasan setiap kompetensi dasar masing-masing mata pelajaran. Siswa yang belum mencapai KKM untuk kompetensi tertentu pada ulangan harian, maka harus mengikuti pembelajaran remidi. Hal ini sesuai dengan Peraturan Pemerintah Menteri Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2007 menyebutkan bahwa hasil ulangan harian diinformasikan kepada peserta didik sebelum diadakan ulang harian berikutnya. Peserta didik yang belum mencapai KKM harus mengikuti pembelajaran remidi.

Faktor Pendukung dan Kendala Faktor-faktor pendukung dalam pelaksanaan kegiatan peserta didik adalah siswa SMA Negeri Keberbaktan Olahraga Lampung yang keseluruhan peserta didiknya tinggal di asrama SMA Negeri Keberbakatan Olahraga Lampung sehingga para siswa mendapatkan pengawasan lebih intensif, hal ini sangat membantu proses pembelajaran di sekolah dan menbantu siswa dalam mengikuti latihan kecabagan. Selanjutnya yang mendukung proses pelaksanaan kegiatan peserta didik yaitu

kelengkapan sarana dan prasana seperti lapangan untuk menunjang kegiatan ekstrakurikuler, masjid sebagai sarana ibadah dan gedung atau kelas sebagai tempat proses pembelajaraan berlangsung, gedung olahraga beserta alat-alat olahraga sebagai pendukung kegiatan pelatihan kecabagan. Hal pendukung selanjutnya adalah kualitas sumber daya manusia seperti guru, staf, pelatih dan para pembina kegiatan ekstrakurikuler yang berkompetensi. Stasus akreditasi juga sangat mendukung kegiatan peserta didik karena semakin baik nilai akreditasi sekolah maka daya tarik bagi sekolah lain untuk bekerjasama juga semakin baik. Sedangkan faktor kendala dalam pelaksanaan kegiatan peserta didik adalah faktor-faktor kendala dalam pelaksanaan kegiatan peserta didik di SMA Negeri Keberbakatan Olahraga Lampung yaitu: masih sulitnya mempromosikan sekolah ke masyarakat secara luas.

KESIMPULAN

Berdasarkan pada fokus yang diajukan dalam penelitian, yaitu 1) perenanaan penerimaan peserta didik, 2) pengorganisasian peserta didik, 3) pembinaan peserta didik, 4) evaluasi peserta didik dan 5) faktor-faktor pendukung dan kendala dalam pelaksanaan kegiatan peserta didik.

Perencanaan

Perencanaan peserta didik di SMA Negeri Keberbakatan Olahraga Lampung dimulai pada awal tahun ajaran baru, didalam perencanaan peserta didik yang direncanakan adalah daya tampung yang di sesuaikan dengan output kelulusan pada setiap kecabangan untuk peserta didik baru, kemudian pembentukan

(10)

panitia sebagai bentuk perencanaan dalam penerimaan peserta didik baru dan orientasi siswa sebagai perencanaan dalam pelaksanaan proses pembelajaran selanjutnya. Kemudian perencanaan program peserta didik yang meliputi kegiatan akademik, kecabangan, dan ekstrakurikuler.

Pengorganisasian Peserta didik Pengorganisaian di SMA Negeri Keberbakatan Olahraga Lampung dimulai dari pengelompokan kelas dan pengelompokan kecabangan berdasarkan hasil tes akademik dan tes fisik, sehingga terbentuk pengelompokan kelas berdasarkan tes akademik dan kelas kecabangan berdasarkan tes. Kemudian kepala sekolah memberi tanggungjawab dan wewenang kepada wali kelas dan pelatih untuk membina dan mengarahkan peserta didik tersebut. Pengorganisasian dalam kegiatan peserta didik yaitu pengorganisasian kegiatan ekstrakurikuler dan kegiatan kecabangan maka wakil kepala kesiswaan, wali kelas, para pembina kegiatan ekstrakurikuler dan pelatih saling bekerjasama, koordinasi dan saling menjaga komunikasi demi kelancaran kegiatan yang telah di programkan.

Pembinaan Peserta didik

Pembinaan peserta didik di SMA Negeri Keberbakatan Olahraga Lampung di mulai sejak peserta didik di terima di sekolah tersebut. Pembinaan peserta didik meliputi pembinaan kedisiplinan dengan membuat tata tertib kedisiplinan, memberikan pengawasan dan memberikan contoh sebagai panutan yang baik. Sedangkan dalam pembinaan akademik yaitu dengan

mengatur jadwal dan tugas element sekolah serta membangun komitmen bersama. Sedangkan di dalam pembinaan non akademik yaitu untuk membangun dan mengembangkan sikap kedisiplinan, kerohanian serta tanggung jawab.

Evaluasi Peserta didik

Evaluasi peserta didik di SMA Negeri Keberbakatan Olahraga Lampung dilakukan dengan cara memantau seluruh aktifitas yang dilakukan siswa seperti kegiatan Akademik, Kecabangan dan ekstrakurikuler, evaluasi dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Faktor-faktor Pendukung dan Kendala Dalam Pelaksanaan Kegiatan Peserta didik

Faktor-faktor pendukung dalam pelaksanaan kegiatan peserta didik di SMA Negeri Keberbakatan Olahraga Lampung yaitu 1) Pembelajaran Keberbakatan Olahraga, 2) Sarana dan prasarana, 3) Kualitas SDM. Sedangkan faktor kendala dalam pelaksanaan kegiatan peserta didik adalah sebagai berikut: masih kesulitan dalam perekrutan peserta didik baru.

DAFTAR PUSTAKA

Blandford, S. (1998). Managing

Disipline in Schools.

London and New York: Routledge.

Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidikan dan Tenaga Kependidikan. (1987). Pedoman

Pendidikan dan

Pelatihan Bagi Kepala

Sekolah (Manajemen

(11)

Departemen Pendidikan Nasional.

Harsanto. (2007). Pengelolaan Kelas

yang Dinamis.

Yogyakarta: Kanisius. Imron, A. (2011). Manajemen Siswa

Berbasis Sekolah.

Jakarta: Bumi Aksara. Koesoema, D. (2010). Pendidikan

Karakter; Strategi

Mendidik Anak Zaman

Global. Jakarta: PT. Raja

Grasido. Moleong, L. (2013). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosdakarya Bandung. Mulyasa, E. (2011). Manajemen Kepemimpinan Kepala

Sekolah . Jakarta: Bumi

Aksara.

Prihatin, E. (2011). Manajemen

Peserta Didik. Bandung:

Alfabeta.

Soetopo, H. (2009). Manajemen

Berbasis Sekolah &

Kurikulum Berbasis

Kompetensi. . Malanh:

FIP UM.

Sopiatin, P. (2010). Manajemen

Belajar Berbasis

Kepuasan Siswa. Jakarta:

Ghalia Indonesia.

Sugiono. (2014). Metode Penelitian

Kualitatif, Kuantitatif,

dan R & D. Bandung: Alf

beta.

Sutisno, O. (1993). Administrasi

Pendidikan Dasar

Teoritis Untuk Praktik

Profesional. Bandung:

Angkasa.

Yeager.W.A. (1994). Administration

and a Pupil. New York:

Referensi

Dokumen terkait

Faktor- faktor yang mempengaruhi pertumbuhan mikroalga seperti cahaya, nutrisi, CO 2 dan faktor lingkungan lainnya (suhu, pH, pengadukan) perlu dipertahankan dalam

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu yang bertujuan untuk mengkaji: (1) hasil belajar siswa sebelum dan setelah diterapkan metode probing prompting setting

Berdasarkan surat penetapan penyediaan barang dan jasa Nomor 18/PPJB.04.05/III/2015 tanggal 27 Maret 2015, dengan ini pejabat pengadaan barang dan jasa Dinas pertanian

pengukuran yang lebih akurat untuk mengukur asupan zat gizi,.. status gizi dan

Pelaku usaha harus mengikuti prosedur sertifikasi halal setiap proses sertifikasi dijalankan tim auditor dengan melakukan fungsi pengawasan diantaranya:

Indikator etika kerja Islami yang digunakan dalam penelitian ini.. berdasarkan indikator yang dikembangkan oleh Rokhman adalah

Untuk Bahan/Produk, atas mana tidak dapat diberikan sesuatu Sertifikat Pengujian, kepada Pengawas harus diserahkan sejumlah Bahan/Produk sesuai persyaratan yang ditetapkan dalam

DIAN 1 adalah Data Isian Akta Notaris yang berupa format isian untuk permohonan pengesahan status badan hukum Perseroan, setelah pemesanan nama yang sebelumnya