• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbandingan Daya Analgetika Infusa Rimpang Temu Kunci (Boesenbergia rotunda L) Dan Daun Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa) Pada Mencit Putih (Mus musculus)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Perbandingan Daya Analgetika Infusa Rimpang Temu Kunci (Boesenbergia rotunda L) Dan Daun Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa) Pada Mencit Putih (Mus musculus)"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

(Boesenbergia rotunda L) Dan Daun Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa)

Pada Mencit Putih (Mus musculus)

Pudji Rahayu

Jurusan Farmasi Politeknik Kesehatan Tanjungkarang

Abstrak

Temu kunci (Boesenbergia rotunda L) dan Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa) adalah dua dari banyak tanaman yang dapat dimanfaatkan dalam pengobatan tradisional dengan kandungan kimia antara lain saponin, alkaloid, dan flavonoid. Kandungan flavonoid berperan untuk melancarkan peredaran darah ke seluruh tubuh dan mencegah terjadinya penyumbatan pembuluh darah, antiinflamasi dan analgetik. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui daya analgetika Infusa Temu kunci (Boesenbergia rotunda L) dan Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa) dan membandingkannya dengan asam mefenamat. Jenis penelitian adalah eksperimen. Variabel bebas adalah Infusa rimpang temu kunci dan infusa daun mahkota dewa dengan konsentrasi 10%, 20%, 30%, 50% dan variable terikatnya lama waktu reaksi mencit memberikan respon. Jumlah perlakuan 8 dengan pengulangan 4 kali. Data dianalisis dengan uji Anova dan dilanjutkan dengan uji Benferroni. Hasil uji diketahui bahwa semua konsentrasi infusa rimpang temu kunci dan daun mahkota dewa mempunyai efek analgetika. Efek analgetika rata-rata Infusa Rimpang temu kunci lebih tinggi dari Infusa daun mahkota dewa. Konsentrasi Infusa 50% mempunyai kemampuan analgetika lebih tinggi dibanding asam mefenamat.

Kata kunci : infusa, mahkota dewa, temu kunci

Comparison Analgetics Effecs Between Infusion Of Temu Kunci Rhizome

(Boesenbergia rotunda L) and Mahkota Dewa Leaves (Phaleria

macrocarpa) In Mice (Mus musculus)

Abstract

Temu Kunci (Boesenbergia rotunda L) and Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa) are two of the many plants that can be used in traditional medicine to chemistry, among others, saponins, alkaloids and flavonoids. The content of flavonoids contribute to the blood circulation throughout the body and prevent blockages of blood vessels, anti-inflammatory and analgesic. The research objective was to determine the analgesic power infuse Temu kunci (Boesenbergia rotunda L) and Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa) and compared with mefenamic acid. This type of research is experimental. The independent variable is Temu kunci infuse rhizome and infuse Mahkota Dewa with concentrations of 10%, 20%, 30%, 50%, and the dependent variable long reaction time of mice to respond. Number of treatment 8 with repetition 4 times. Data were analyzed by Anova and continued with test Benferroni. The test results are known that all Temu kunci rhizome infusion concentration and Mahkota Dewa analgesic effects. Analgesic effect of the average infusion Rhizome Temu kunci higher than infuse Mahkota dewa. Concentration has the ability to infuse 50% higher than the analgesic mefenamic acid.

Keywords : infusion, crown god, key retrieval

Korespondensi : Dra. Pudji Rahayu, Apt.,M.Kes. Jurusan Farmasi. Politeknik Kesehatan Tanjungkarang.

(2)

Pendahuluan

Obat tradisional adalah obat-obatan yang diolah secara tradisional dan turun-temurun berdasarkan resep nenek moyang, kepercayaan atau kebiasaan masyarakat setempat maupun pengetahuan tradisional. Indonesia memiliki keanekaragaman hayati yang cukup besar, diperkirakan memiliki sekitar 40.000 spesies tanaman, dan diketahui sekurang-kurangnya 9.600 spesies tanaman berkhasiat obat dan kurang lebih 300 spesies telah digunakan sebagai bahan obat tradisional.

“Obat tradisonal adalah bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sari atau galenik, atau campuran bahan tersebut yang secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman”. Obat tradisional telah lama dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia dalam menjaga kesehatan dan sebagai alternatif dalam mengobati penyakit yang diderita. Masyarakat mulai menyadari bahwa terdapat beberapa kelebihan dari tanaman obat seperti efek samping yang relatif lebih kecil dibandingkan obat sintetik, harga yang lebih terjangkau, dan ketersediaan bahan yang mudah ditemukan (Wasito, 2011: 1-18).

Data angka kesakitan Dinas Kesehatan Provinsi Lampung tahun 2011 diketahui dari 352 jenis penyakit yang diderita masyarakat, 153 penyakit disertai dengan keluhan nyeri. Penderita gastroenteritis sebanyak 103.005 pasien, cikungunya sebanyak 635 pasien, ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Atas) sebanyak 104.081 pasien, Influenza sebanyak 68.760 pasien, ISPB (Infeksi Saluran Pernafasan Bawah) sebanyak 19.186 pasien ( Dinkes Provinsi, 2011). Nyeri menjadi alasan yang paling banyak dan paling umum dikeluhkan seorang pasien untuk mencari perawatan kesehatan dibandingkan keluhan-keluhan lainnya (Prasetyo, 2010:1).

Mekanisme nyeri secara sederhana dimulai dari transduksi stimuli akibat kerusakan jaringan dalam saraf sensorik menjadi aktivitas listrik. Fenomena nyeri timbul karena adanya kemampuan sistem saraf untuk mengubah berbagai stimuli mekanik, kimia, termal, elektris, menjadi potensial aksi yang dijalarkan ke sistem saraf pusat (Hidayat, 2009).

Penggunaan obat analgetika sintetik memiliki efek samping. Efek samping yang paling umum adalah gangguan lambung, kerusakan darah, kerusakan hati dan ginjal, bronchokonstriksi, hipotensi, bradikardia, retensi urin, urticaria dan gatal-gatal, dan resiko

adiksi pada penggunaan lama (Tan; Kirana, 2007:315). Untuk mengurangi efek samping obat tersebut, masyarakat perlu alternatif lain dengan memanfaatkan tanaman obat tradisional.

Temu kunci (Boesenbergia rotunda L) dan Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa) adalah dua dari banyak tanaman yang dapat dimanfaatkan dalam pengobatan tradisional. Rimpang temu kunci memiliki beberapa kandungan kimia yaitu minyak atsiri (terdiri dari kamfer, sineol, metil sinamat dan hidromirsen), damar, pati, saponin, dan flavonoid (Mursito, 1999: 117). Flavonoid yang terkandung dalam rimpang temu kunci adalah kalkon. Senyawa kalkon mempunyai berbagai efek biologis seperti antiinflamasi, analgetik dan antioksidan (Plantus, 2008).

Penelitian terhadap kemampuan temu kunci dan mahkota dewa (Phaleria macrocarpa) sebagai analgetika telah dilakukan yaitu dengan mengekstrak rimpang temu kunci sebagai analgetik pada mencit jantan dengan dosis 15 mg, 30 mg, dan 60 mg. Pada dosis 60 mg, geliat yang ditimbulkan oleh mencit lebih sedikit dibandingkan dengan dosis lainnya (Winarti, Lina; Wantiah, 2011). Pada penelitian lain pada tahun 2012 menyatakan bahwa ekstrak daun mahkota dewa (Phaleria macrocarpa) dapat disimpulkan memiliki efek analgetik terhadap mencit (Mus musculus) (Tone Dinar S., dkk, 2012).

Metode

Penelitian bersifat eksperimental yaitu menguji kemampuan analgetik infusa rimpang temu kunci (Boesenbergia rotunda L) dan daun mahkota dewa (Phaleria macrocarpa) dengan menggunakan metoda induksi panas. Prinsip Kerja Uji Analgetik adalah hewan percobaan yang ditempatkan diatas plat panas dengan suhu tetap (55oC) sebagai stimulasi nyeri akan memberikan respon dalam bentuk mengangkat atau menjilat telapak kaki depan, atau meloncat. Selang waktu antara pemberian stimulus nyeri dan terjadinya respon, disebut waktu reaksi (Kelompok kerja Ilmiah, 1993).

Variabel bebas penelitian ini adalah konsentrasi infusa rimpang temu kunci (Boesenbergia rotunda L) dan daun mahkota dewa (Phaleria macrocarpa) dan variabel terikatnya adalah lama waktu yang dibutuhkan oleh mencit untuk memberikan respon (waktu reaksi) berupa berupa kaki depan diangkat atau dijilat atau melompat. Subjek dalam penelitian

(3)

ini adalah Infusa rimpang temu kunci (Boesenbergia rotunda L) dan Infusa daun mahkota dewa (Phaleria macrocarpa). Perlakuan sebanyak 6 kali dengan konsentrasi infusa yaitu 0%, 10%, 20%, 30%, 50%, dan pembanding suspensi asam mefenamat.

Penelitian dilakukan di laboratorium Farmakognosi Jurusan Farmasi dan Balai Veteriner Lampung (BVL) di Jalan Untung Suropati No.2 Labuhan Ratu Kecamatan Kedaton, Bandar Lampung pada bulan September-Oktober tahun 2014.

Mencit yang digunakan adalah mencit dengan bobot 20-30 gram yang sudah diadaptasikan selama 7 hari di laboratorium. Sebelum perlakuan, mencit dipuasakan selama 18 jam yaitu tidak diberi makan tetapi tetap

diberi minum. Pengamatan dilakukan dengan mencatat waktu reaksi pada 10, 20, 30, 45, 60, dan 90 menit setelah pelakuan. Waktu reaksi adalah waktu saat diletakkan di atas plat panas (55℃) sampai tepat memberikan respon (kaki depan diangkat atau dijilat atau meloncat).

Hasil

Setelah dilakukan pengumpulan dan pengolahan data didapatkan hasil berikut : 1. Profil daya analgetika Infusa Rimpang Temu

kunci(Boesenbergia rotunda L)

Gambar 1. Grafik rata-rata waktu reaksi (detik) mencit pada menit ke- setelah perlakuan dengan Infusa Rimpang Temu kunci (Boesenbergia rotunda L)

Berdasarkan grafik diatas, persatuan waktu menunjukan Infusa Rimpang temu kunci pada konsentrasi 10%, 20%, 30% mempunyai daya analgetika lebih rendah dibanding kontrol (+) asam mefenamat sedangkan Infusa Rimpang temu kunci (Boesenbergia rotunda L) 50% mempunyai daya analgetika lebih tinggi dari kontrol (+) asam mefenamat pada semua waktu pengamatan.. Hasil Uji dengan Anova

didapatkan p value < 0,05 sehingga ada perbedaan yang bermakna konsentrasi infusa rimpang temu kunci (Boesenbergia rotunda L) dalam memberikan daya analgetika pada mencit.

2. Profil daya analgetika Infusa Daun Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa)

0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 W ak tu R eak si (d et ik ) Menit Ke-Aquadest Kontrol (-) Infusa Rimpang Temu Kunci Konsentrasi 10%

Infusa Rimpang Temu Kunci Konsentrasi 20%

Infusa Rimpang Temu Kunci Konsentrasi 30%

Infusa Rimpang Temu Kunci Konsentrasi 50%

Suspensi Asam mefenamat Kontrol (+)

(4)

Gambar 2 : Grafik rata-rata reaksi (detik) mencit pada menit ke-setelah perlakuan

Hasil uji statistik dengan menggunakan Anova diperoleh data sebagai berikut p value < 0,05 sehingga ada perbedaan yang bermakna konsentrasi infusa rimpang temu kunci dalam memberikan daya analgetika pada mencit.

3. Perbandingan daya anlgetika rata-rata Infusa Rimpang Temu Kunci (Boesenbergia rotunda L) dan Infusa Daun Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa)

Gambar 3. Grafik perbandingan daya analgetika antara Infusa Rimpang Temu Kunci

(Boesenbergia rotunda L)dan Infusa Daun Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa)

Pembahasan

Hasil penelitian daya analgetika terhadap mencit menggunakan Infusa Rimpang Temu Kunci (Boesenbergia rotunda L) menunjukkan

bahwa Infusa tersebut pada konsentrasi 10%, 20%, 30% dan 50% mempunyai daya analgetika terhadap mencit karena dibandingkan waktu kontrol (-) aquadest menunjukkan waktu reaksi yang lebih tinggi. 0 5 10 15 20 25 30 35 40 10 20 30 45 60 90 W ak tu R eak si (d et ik ) Menit Ke-AquadestKontrol (-) Infusa Daun Mahkota Dewa Konsentrasi 10% Infusa Daun Mahkota Dewa Konsentrasi 20% Infusa Daun Mahkota Dewa Konsentrasi 30% Infusa Daun Mahkota Dewa Konsentrasi 50% Suspensi Asam mefenamat Kontrol (+) 0 5 10 15 20 25 30 35 10% 20% 30% 50% W ak tu (d et ik ) Konsentrasi

Perbandingan Waktu Reaksi

Temu Kunci Mahkota Dewa

(5)

Waktu reaksi pada kontrol (-) adalah 4,29 menit sedangkan pada pemberian Infusa Rimpang Temu Kunci (Boesenbergia rotunda L) memberikan waktu reaksi lebih lama dari 4,29 detik

Pada Infusa Rimpang Temu kunci (Boesenbergia rotunda L) rata-rata waktu reaksi meningkat berturut-turut pada konsentrasi 10%, 20%, 30% dan 50% adalah 14,02 detik, 15,26 detik, 16,48 detik, dan 30,55 detik. Kontrol (+) dengan bahan aktif asam mefenamat 19,42 detik

Hasil analisis Anova daya analgetika Infusa Rimpang Temu Kunci didapatkan P value < 0,05 sehingga ada perbedaan waktu reaksi yang bermakna konsentrasi Infusa Rimpang Temu Kunci (Boesenbergia rotunda L)

Uji Benferroni untuk melihat tingkat perbedaan pada setiap konsentrasi. Hasil Uji Benferroni menunjukkan ada perbedaan yang bermakna antara kontrol (-) dengan infusa 50%, antara kontrol (-) dengan kontrol (+), antara konsentrasi 10% dengan 50%, antara 20% dengan 50%, antara 30% dengan 50% , dan 50% dengan kontrol (+).

Bila dibanding dengan Suspensi Asam Mefenamat maka rata-rata waktu reaksi Infusa Rimpang temu Kunci (Boesenbergia rotunda L) masih dibawah Asam Mefenamat kecuali pada konsentrasi 50%. Pada Konsentrasi 50 % waktu reaksi infusa Rimpang temu Kunci lebih tinggi dari Asam mefenamat di semua waktu pengamatan.

Waktu reaksi tertinggi pada semua konsentrasi infusa dan asam mefenamat terjadi pada menit yang sama yaitu menit ke 60, kecuali pada konsentrsi 50 % terjadi pada menit ke 45 artinya Cmax infusa 10%, 20%, 30% dan Asam Mefenamat adalah sama yaitu memberikat daya analgetika maksimum pada menit ke 60 sedangkan Infusa Rimpang temu kunci (Boesenbergia rotunda L) 50% memberikan daya analgetika maksimum pada menit ke 45.

Hasil penelitian daya analgetika terhadap mencit menggunakan Infusa Daun Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa) menunjukkan bahwa Infusa tersebut pada konsentrasi 10%, 20%, 30% dan 50% mempunyai daya analgetika terhadap mencit karena waktu reaksi yang didapat dibandingkan dengan kontrol (-) aquadest menunjukkan waktu yang lebih tinggi. Waktu reaksi pada kontrol (-) adalah 4,29 menit sedangkan pada pemberian Infusa Daun Mahkota dewa (Phaleria macrocarpa)

memberikan waktu reaksi lebih lama dari 4,29 detik

Pada Infusa Daun Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa) rata-rata waktu reaksi meningkat berturut-turut pada konsentrasi 10%, 20%, 30% dan 50% adalah 9,86 detik, 12,14 detik, 15,01 detik, dan 28,47 detik. Kontrol (+) asam mefenamat 19,42 detik

Hasil analisa Anova daya analgetika Infusa Daun Mahkota Dewa didapatkan P value < 0,05 sehingga ada perbedaan daya analgetika yang bermakna konsentrasi Infusa Daun Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa).

Selanjutnya dilanjutkan uji Benferroni untuk melihat tingkat perbedaan pada setiap konsentrasi. Hasil Uji Benferroni menunjukkan ada perbedaan yang bermakna antara kontrol (-) dengan infusa konsentrasi 20%,30%, dan 50% , antara kontrol (-) dengan kontrol (+), antara konsentrasi 10% dengan 50% dan control (+), antara 20% dengan control (-) dan konsentrasi 50%, antara 30% dengan control (-) dan konsentrasi 50% , antara 50% dengan control (-), konsentrasi kontrol (+) dan semua konsentrasi Infusa Daun Mahkota Dewa

(Phaleria macrocarpa), antara control(+)

dengan seluruh konsentrasi kecuali konsentrsi 30 %

Bila dibanding dengan Suspensi Asam Mefenamat maka rata-rata waktu reaksi Infusa Daun Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa) masih dibawah Asam Mefenamat kecuali pada konsentrasi Infusa 30% pada waktu pengamatan 30 menit serta semua waktu pengamatan pada konsentrasi 50%. Waktu reaksi tertinggi pada konsentrasi 10%, 20% dan 30% terjadi pada menit ke 30, konsentrasi 50% pada menit ke 45 sedangkan asam mefenamat pada menit ke 60. Dengan demikian Cmax infusa Daun Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa) bergeser dari menit ke 30 ke menit ke 45 pada konsentrasi 50% sedangkan Cmax Asam Mefenamat pada menit ke 60, sehingga infusa Daun Mahkota Dewa memberikan daya analgetika maksimum lebih cepat daripada asam mefenamat.

Pada Infusa Daun Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa) konsentrasi 50% pada waktu pengamatan 20 menit sudah menunjukan waktu reaksi yang lebih tinggi dari control (+) Asam Mefenamat dan terus meningkat sampai waktu pengamatan 45 menit dan kemudian mengalami penurunan. Namun penurunan waktu reaksi sampai dengan waktu pengamatan 90 menit masih lebih tinggi dibanding Asam Mefenamat

Berdasarkan diagram batang yang disajikan pada gambar 3 terlihat bahwa pada

(6)

semua konsentrasi waktu reaksi Infusa Rimpang Temu Kunci (Boesenbergia rotunda L) lebih tinggi daripada Infusa Daun Mahkota

Dewa (Phaleria macrocarpa). Beberapa

kemungkinan yang menyebabkan lebih tinggi adalah jenis Alkaloid yang terkandung adalah beda. Pada Temu kunci (Boesenbergia rotunda L) terkandung Flavonol sedang pada Mahkota Dewa terkandung Kalkon.

Daya analgetika terbesar pada Infusa Rimpang temu Kunci (Boesenbergia rotunda L) dan Infusa Daun Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa) didapat pada konsentrasi 50% dengan waktu reaksi rata-rata untuk Infusa Rimpang Temu kunci (Boesenbergia rotunda L)50% adalah 30,55 detik, untuk Infusa Daun Mahkota Dewa 50% adalah 28,47 detik. Dibanding dengan Asam Mefenamat yang mempunyai waktu reaksi 19,42 detik maka Infusa Rimpang Temu Kunci (Boesenbergia rotunda L) dan Infusa Daun Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa) pada konsentrasi 50% mempunyai daya analgetika lebih tinggi.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan 1) Infusa Rimpang Temu Kunci

(Boesenbergia rotunda L) dan Infusa Daun

Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa)pada konsentrasi 10, 20, 30 dan 50 mempunyai daya analgetika. 2) Terdapat perbedaan yang bermakna daya analgetika Infusa Rimpang Temu Kunci (Boesenbergia rotunda L) dan Infusa Daun Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa) konsentrasi 10%, 20%, 30% dan 50 % dengan asam mefenamat. 3) Daya Analgetika rata-rata Infusa Rimpang Temu Kunci (Boesenbergia rotunda L) lebih besar Infusa Daun Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa). 4) Daya Analgetika rata-rata Infusa Rimpang Temu Kunci (Boesenbergia rotunda L) dan Infusa Daun Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa) pada konsentrsi 50% lebih besar dibanding dengan Asam Mefenamat

Daftar Pustaka

1. Baheramsyah. 2009. Tanaman Obat di sekitar Rumah Kita. Bandar Lampung: Lampung Herba Center.

2. Hanafiah, Ali kemas. 2005. Rancangan percobaan teori dan aplikasi. Palembang: Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya. 3. Hidayat. 2009. Mekanisme Nyeri. Tersedia

(http://hidayat2.wordpress.com/2009/03/24/ mekanisme-nyeri) [17 februari 2014]

4. Kelompok Kerja Ilmiah. 1993. Penapisan Farmakologi. Pengujian Fitokimia, dan Pengujian Klinik, 4-5. Jakarta: Phyto Medika.

5. Mencit (Mus Musculus) dan klasifikasinya. 2013. Mencit (Mus Musculus) dan klasifikasinya. Tersedia (

http://www.biologi- sel.com/2013/10/peran-fe-dan-vitamin-c-dalam.html?m=1) [17 februari 2014]. 6. Mencit. 2013. Mencit. Tersedia

(http://id.m.wikipedia.org/wiki/mencit) [17 februari 2014]

7. Plantus, 2008. Fingerroot (Boesenbergia

pandurata Roxb. Schult). Tersedia

(http://anekaplanta.wordpress.com/2008/01 /04/temu-kunci-boesenbergia-pandurata-roxb-schlechter/) [06 februari 2014] 8. Prasetyo, Sigit Nian. 2010. Konsep dan

Proses keperawatan Nyeri. Yogyakarta: Graha ilmu.

9. Sukmamadjaja, Agus. 2012. 10 Jenis

Tanaman Rimpang Berkhasiat Obat.

Tersedia

(http://agussukmadjaja.wordpress.com/201

2/08/10-jenis-tanaman-rimpang-berkhasiat-obat.html?m=1) [19 februari 2014].

10. Temu Kunci. 2013. Temu Kunci. Tersedia (http://id.m.wikipedia.org/wiki/temu_kunci ) [20 Desember 2013]

11. Tjay, Tan Hoan, Kirana Rahardja. 2007. Obat-Obat Penting Khasiat, Penggunaan, dan Efek-Efek Sampingnya. Jakarta: Elex Media Komputindo.

12. Winarti, Lina, Wantiah. 2011. Uji efek analgetika ekstrak rimpang temu kunci

(Boesenbergia pandurata (Roxb.)

Schlecter Pada Mencit Jantan Galur Swiss. Program Studi Farmasi universitas

Jember. Tersedia

(http://mot.farmasi.ugm.ac.id/files/905.%2 0Lina.pdf) [20 Desember 2013]

Gambar

Gambar 1. Grafik rata-rata waktu reaksi (detik) mencit pada menit ke- setelah perlakuan dengan Infusa Rimpang Temu kunci (Boesenbergia rotunda L)
Gambar 3. Grafik perbandingan daya analgetika antara Infusa Rimpang Temu Kunci

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian dapat memberikan kontribusi bagi Kantor Akuntan Publik dalam meningkatkan kinerja KAP secara keseluruhan dengan me- ningkatkan profesionalisme akuntan publik,

mempunyai pengaruh terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan (CSR). Sementara itu Jenis Industri tidak mempunyai pengaruh terhadap CSR. Corporate Secretary dan

Kulit kopi adalah salah satu limbah pengolahan kopi yang dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji respon performa pertumbuhan domba

It is evident that marital status, work and income play an important role in influencing life satisfaction among middle-aged women in Hulu Langat, Selangor.. On the contrary,

In the analysis of Halim Perdanakusuma Airport passenger terminal capacity, the capacity of each mandatory facility in the passenger terminal was elaborated to figure out

JUDUL : DOKTER MASA DEPAN HARUS LEBIH CERDAS. MEDIA :

[r]

Manajemen layanan khusus pesantren Al-Falah meliputi manajemen perpustakaan, kesehatan, dan keamanan pesantren. komponen-komponen tersebut merupakan bagian penting dari