• Tidak ada hasil yang ditemukan

Prakarsa-Prakarsa Transparansi Rantai Perizinan dan Penerimaan Negara dari Sumber Daya Alam Berbasis Lahan Serta Keterlibatan Masyarakat Sipil

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Prakarsa-Prakarsa Transparansi Rantai Perizinan dan Penerimaan Negara dari Sumber Daya Alam Berbasis Lahan Serta Keterlibatan Masyarakat Sipil"

Copied!
45
0
0

Teks penuh

(1)

Prakarsa-Prakarsa Transparansi

Rantai Perizinan dan Penerimaan Negara

dari Sumber Daya Alam Berbasis Lahan

serta Keterlibatan Masyarakat Sipil

Kanti

Chitra Retna S.

Saran pengutipan:

.DQWL GDQ &KLWUD 5HWQD 6 ´3UDNDUVD-Prakarsa Transparansi Rantai Perizinan dan Penerimaan 1HJDUD GDUL 6XPEHU 'D\D $ODP %HUEDVLV /DKDQ VHUWD .HWHUOLEDWDQ 0DV\DUDNDW 6LSLO µ 'DODP Tjokorda Nirarta Samadhi dan Sonny Mumbunan (penyunting), Dua rantai nilai: Menautkan tatakelola perizinan dan penerimaan negara dari hutan, tambang dan kebun. Bogor: Institut Pertanian Bogor (IPB) Press, hal. xx-xx.

(2)

2

Daftar Isi

Daftar Isi ... 2 Daftar Tabel ... 2 Daftar Singkatan ... 3 I. Pengantar ... 8

II. Prakarsa Transparansi dan Akuntabilitas Pemanfaatan Sumber Daya Alam di Indonesia 1110 2.1. Prakarsa yang memberi landasan bagi mekanisme transparansi 1614 2.2. Prakarsa Transparansi Rantai Penerimaan 1916 2.3. Prakarsa Transparansi Rantai Perizinan 2017 2.4. Prakarsa verifikasi yang mengandung elemen transparansi 2118

2.5. Prakarsa sistem layanan terintegrasi 2219 III. Tingkat transparansi, aksesibilitas data dan informasi ... 2421

3.1. Tingkat transparansi (dari sisi penyedia data) 2421 3.2. Tingkat aksesibilitas (dari sisi pengguna data) 2421 IV. Pelibatan masyarakat sipil dalam prakarsa-prakarsa transparansi di Indonesia ... 3025

4.1. Pelibatan masyarakat sipil dalam regulasi teknis 3025 4.2. Pelibatan masyarakat sipil dalam implementasi 3227 4.3. Pelibatan masyarakat sipil dalam pemantauan dan evaluasi 3328

V. Penyempurnaan konsep SIP: belajar dari masing-masing bentuk prakarsa transparansi .. 3832

5.1. Rekomendasi teknis SIP 3933

5.2. Rekomendasi transparansi SIP 4034 5.3. Rekomendasi pelibatan masyarakat sipil dalam SIP 4237 REFERENSI ... 4539

Daftar Tabel

Tabel 1 ²Landasan prakarsa transparansi ... 1211

Tabel 2 ² Prakarsa transparansi untuk penerimaan dan perizinan berbasis lahan ... 1211

Tabel 3 ² Beberapa contoh sistem layanan pendukung kegiatan usaha sektor berbasis lahan ... 1413

Tabel 4 ² Mekanisme pengumpulan, pembukaan dan rekonsiliasi data publik ... 2622

Tabel 5 ² Mekanisme pengumpulan, pembukaan dan rekonsiliasi tiap prakarsa ... 2622

Tabel 6 ² Mekanisme pengumpulan, pembukaan dan rekonsiliasi sistem pendukung ... 2824

Tabel 7 ² Keterlibatan masyarakat sipil dalam landasan mekanisme transparansi ... 3530

(3)

3

Daftar Singkatan

AHU Administrasi Hukum Umum AMAN Aliansi Masyarakat Adat Nusantara AMDAL Analisis Mengenai Dampak Lingkungan APBD Anggaran Pendapatan Belanja Daerah APBN Anggaran Pendapatan Belanja Negara

APIKS Aliansi Pemantau Independen Kehutanan Sumatra ATM Anjungan Tunai Mandiri

Bappeda Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Bappenas Badan Perencanaan Pembangunan Nasional BIG Badan Informasi Geospasial

BIKPHH Bina Iuran Kehutanan dan Peredaran Hasil Hutan BKPM Badan Koordinasi Penanaman Modal

BLHD Badan Lingkungan Hidup Daerah

BNI Bank Negara Indonesia

BPMP2T Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu BPN Badan Pertanahan Nasional

BPN Bukti Penerimaan Negara BPS Badan Pusat Statistik BRI Bank Rakyat Indonesia BRICs Brazil Russia India China BUK Bina Usaha Kehutanan CPO Crude Palm Oil CSC Civil Society Coordination

DADU Dokumentasi AMDAL dan UKL/UPL Daring dalam jaringan (online)

DAS Daerah Aliran Sungai DBH Dana Bagi Hasil Dirjen Direktur Jenderal Disbun Dinas Perkebunan Dishut Dinas Kehutanan

Dishutbun Dinas Kehutanan dan Perkebunan Distamben Dinas Pertambangan dan Energi

Ditjen Daglu Direktorat Jenderal Perdagangan Luar Negeri DJA Direktorat Jenderal Anggaran

(4)

4

DJBC Direktorat Jenderal Bea Cukai DJP Direktorat Jenderal Pajak

DJPBN Direktorat Jenderal Perbendaharaan Negara DJPK Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan

DR Dana Reboisasi

DPR Dewan Pertimbangan Rakyat DPRD Dewan Pertimbangan Rakyat Daerah DSM Data Spasial Masyarakat

EDC Electronic Data Capture

EITI Extractive Industries Transparency Initiative Ekbang Ekonomi dan Pembangunan

ESDM Energi dan Sumber Daya Mineral

ET Ekspor Terdaftar

FAKB Faktur Angkutan Kayu Bulat FWI Forest Watch Indonesia G-20 Group of Twenty

G-8 Group of Eight

HCV High Conservation Value

HGU Hak Guna Usaha

IGD Informasi Geospasial Dasar IGT Informasi Geospasial Tematik IIUPH Iuran Izin Usaha Pemanfaatan Hutan INSW Indonesia National Single Window IPB Institut Pertanian Bogor

ISPO Indonesia Sustainable Palm Oil ITB Institut Teknologi Bandung

ITS Institut Teknologi Sepuluh November ITUP Izin Tetap Usaha Perkebunan IUJP Izin Usaha Jasa Pertambangan IUP-B Izin Usaha Perkebunan Budidaya

IUPHHK-HA Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu ² Hutan Alam IUPHHK-HT Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu ² Hutan Tanaman IUPHHK-RE Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu ² Restorasi Ekosistem IUP-Exp Izin Usaha Pertambangan Eksplorasi

IUP-OP Izin Usaha Pertambangan Operasi Produksi IUP-P Izin Usaha Perkebunan Pengolahan

(5)

5

JIGN Jaringan Informasi Geospasial Nasional JKPP Jaringan Kerja Pemetaan Partisipatif

Kab Kabupaten

K/L Kementerian/Lembaga Kaltim Kalimantan Timur Kemendagri Kementerian Dalam Negeri

Kemenhukham Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Kemenkeu Kementerian Keuangan

KI Komisi Informasi

KIP Keterbukaan Informasi Publik

KLHK Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

LC Letter of Credit

LGRPIK Laporan Gabungan Realiasi Penerimaan Iuran Kehutanan LHP Laporan Hasil Produksi

LPIK Laporan Pembayaran Iuran Kehutanan LPP Layanan Portal Perizinan

LRPIK Laporan Realisasi Penyetoran Iuran Kehutanan LSM Lembaga Swadaya Masyarakat

Luring luar jaringan (offline) Migas Minyak dan Gas Minerba Mineral dan Batubara MOMI Minerba One Map Indonesia MoU Memorandum of Understanding

MP3EI Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia MPN-G2 Modul Penerimaan Negara Generasi Kedua

NPWP Nomor Pokok Wajib Pajak NSWi National Single Window for Investment NTPN Nomor Transaksi Penerimaan Negara OGI Open Government Indonesia

OGP Open Government Partnership OMS Organisasi Masyarakat Sipil PAD Pendapatan Asli Daerah PEB Pemberitahuan Ekspor Barang Pemda Pemerintah Daerah

Perbup Peraturan Bupati Perda Peraturan Daerah

(6)

6

Pergub Peraturan Gubernur

Permendag Peraturan Menteri Perdagangan Permendagri Peraturan Menteri Dalam Negeri Permenhut Peraturan Menteri Kehutanan Permentan Peraturan Menteri Pertanian Perpres Peraturan Presiden

PKBPN Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional PHPL Pengelolaan Hutan Produksi Lestari

PKP2B Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara PMK Peraturan Menteri Keuangan

PNBP Penerimaan Negara Bukan Pajak PNT Pengganti Nilai Tegakan Pokja Kelompok Kerja

PP Peraturan Pemerintah

PPE Pusat Pengelolaan Ekoregion

PPID Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi

Prov Provinsi

PSDH Provisi Sumber Daya Hutan PTSP Pelayanan Terpadu Satu Pintu

PU Pekerjaan Umum

PWYP Publish What You Pay RKAB Rencana Kerja Anggaran Biaya RKN Rekening Kas Negara RKUD Rekening Kas Umum Daerah RKUN Rekening Kas Umum Negara RKT Rencana Kerja Tahunan

RKTTL Rencana Kerja Tahunan Teknis dan Lingkungan

RKTUPHHK Rencana Kerja Tahunan Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu RKUPHHK Rencana Kerja Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu RPBBI Rencana Pemenuhan Bahan Baku Industri

RSPO Roundtable of Sustainable Palm Oil RTRW Rencana Tata Ruang Wilayah

SDA Sumber Daya Alam

SE Surat Edaran

Setda Sekretariat Daerah

(7)

7

SIMPONI Sistem Informasi PNBP Online SIP Satu Informasi Perizinan SIM Sistem Informasi Manajemen

SIPIL Sistem Informasi Pelaksanaan Izin Lingkungan SI-PUHH Sistem Informasi Penatausahaan Hasil Hutan SI-PUPSDH-DR Sistem Informasi Penatausahaan PSDH-DR SiRuSa Sistem Rujukan Statistik

SIUP Surat Izin Usaha Perdagangan

SK Surat Keputusan

SKPD Satuan Kerja Pemerintah Daerah SKSKB Surat Keterangan Sah Kayu Bulat SLPP Simpul Layanan Pemetaan Partisipatif

SP Surat Peringatan

SPIPISE Sistem Pelayanan Informasi dan Perizinan Investasi Secara Elektronik SPP Surat Perintah Pembayaran

SPUP Surat Pendaftaran Usaha Perkebunan SSE Surat Setoran Elektronik

SSP Surat Setoran Pajak SSBP Surat Setoran Bukan Pajak SSPB Surat Setoran Pengembalian Belanja SSPCP Surat Setoran Pabean, Cukai, dan Pajak SVLK Sistem Verifikasi Legalitas Kayu TGHK Tata Guna Hutan Kesepakatan UGM Universitas Gajah Mada UI Universitas Indonesia

UKL Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup

UKP4 Unit Kerja Presiden bidang Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan Unibraw Universitas Brawijaya

UPL Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup UPT Unit Pelaksana Teknis

(8)

8

Prakarsa-Prakarsa Transparansi

Rantai Perizinan dan Penerimaan Negara

dari Sumber Daya Alam Berbasis Lahan

serta Keterlibatan Masyarakat Sipil

Kanti dan Chitra Retna S.

I.

Pengantar

Dalam dasawarsa ini telah berkembang berbagai prakarsa1 untuk mendorong transparansi

dan akuntabilitas di sektor sumber daya alam berbasis lahan. Munculnya prakarsa-prakarsa ini menunjukkan upaya membangun mekanisme kelembagaan yang membuat pemerintah menjadi semakin akuntabel terkait perizinan, eksplorasi, kontrak, operasi produksi, pengumpulan pendapatan, alokasi dan penggunaan pendapatan sektor sumber daya alam berbasis lahan untuk sebesar-besar kepentingan warga negara. Aktor-aktor yang terlibat meliputi pemerintah, perusahaan, media, dan masyarakat sipil.

Prakarsa-prakarsa ini juga dipengaruhi perubahan konstelasi tata kelola sektor ekstraktif di tingkat global, nasional maupun subnasional. Di tingkat global, kekuatan ekonomi dan politik negara-negara G-8 mulai bergeser menuju aktor-aktor global lebih luas yang salah satunya diwakili oleh kelompok negara-negara BRICs dan G-20. Di tingkat nasional, perusahaan negara ²bukan hanya perusahaan swasta² mulai menjadi pemain penting proses kontrak, ekstraksi, produksi dan menyetorkan pendapatan bagi negara. Di tingkat subnasional, desentralisasi yang diberlakukan di banyak negara melimpahkan peran dan kewenangan semakin penting bagi pemerintah daerah. Semua perubahan-perubahan ini memberikan tantangan baru dan mempengaruhi bentuk kelembagaan tata kelola sumber daya alam, yang pada gilirannya mendorong menguatnya tuntutan transparansi dan akuntabilitas (Darby, 2010).

Transparansi merupakan salah satu komponen penting pendukung akuntabilitas. Perkembangan wacana transparansi gelombang pertama yang semula hanya menekankan terpenuhinya hak untuk tahu (right to know), semakin beralih pada konsep transparansi gelombang kedua, yaitu transparansi terarah (targeted transparency). Transparansi terarah dirancang agar menghasilkan siklus aksi (action cycle), dengan penyedia (disclosurer) memberikan informasi kepada publik dalam format yang menjawab kehendak dan kapasitas pengguna (users) untuk mengolah dan

1 Dalam tulisan ini, prakarsa didefinisikan sebagai baik kebijakan maupun program yang mendorong

transparansi secara umum, maupun transparansi sektor sumberdaya alam secara khusus.

Commented [C1]: Kanti di awal sekali harus dikasih definisi kita WHQWDQJ ´SUDNDUVDµ DSDODJL NDUHQD DGD WLSRORJL GL EDJLDQ \DQJ langsung memancing pembaca untuk mempertanyakan, karena Kebebasan Informasi disandingkan head to head dengan program2. Saya kasih usulan definisi di foot note, sila diedit.

(9)

9

menggunakan informasi tersebut dalam pengambilan keputusan (Fung, 2007). Kesimpulan studi Fung menunjukkan bahwa sebagian besar prakarsa transparansi cenderung melemah seiring waktu, tetapi peluang berhasil lebih tinggi jika prakarsa transparansi dirancang agar berpusat pada pengguna (user-centered). Transparansi dilakukan bukan hanya karena publik berhak untuk mendapat informasi, tetapi justru kekuatan informasi adalah jika ia didesain sedemikian rupa sehingga menghasilkan rantai reaksi (action cycle) dari sebuah struktur insentif (motivasi) yang baru, baik bagi pembuka (disclosure) maupun pengguna (user).

Mekanisme transparansi seperti diatas yang mendorong pada akuntabilitas dijabarkan lebih lanjut oleh Peixoto, dimana Mekanisme akuntabilitas dibangun dalam prinsip keterbukaan membutuhkan rantai peristiwa yang sedikitnya mencakup rantai peristiwa dapat dirangkum dalam cara berikut: (1) informasi pemerintah dibuka; (2) Informasi yang terbuka mencapai masyarakat yang dimaksud; (3) anggota masyarakat dapat mengolah informasi yang terbuka dan bereaksi terhadapnya; (4) pejabat publik menanggapi reaksi masyarakat atau diberi sanksi oleh masyarakat melalui sarana kelembagaan (Peixoto, 2013).Oleh karena itu a

Konsep diatas membantu kita pada kesimpulan bahwa agar transparansi mendorong pada akuntabilitas, prakarsa transparansi perlu dirancang dengan cermat agar: (1) Memberikan informasi kunci (key information) dengan cara penyampaian yang didesain efektif, yang pada gilirannya mendorong baik pembuka maupun pengguna melakukan serangkaian siklus aksi tertentu; (2) Perangkat-perangkat transparansi kemudian diperkuat dengan perangkat-perangkat partisipasi publik untuk menyalurkan respon/tuntutan masyarakat dan respon pejabat publik untuk menaggapinya.

Tulisan ini mencoba menyoroti efektivitas berbagai prakarsa transparansi perizinan dan penerimaan negara dari sumberdaya alam berbasis lahan di Indonesia berdasarkan konsep diatas, dan menemukan pembelajaran yang dibutuhkan untuk perbaikannya ke depan. Tulisan ini

dibangun dalam empat bagian. Bagianb dua akan memberikan penjelasan singkat berbagai prakarsa transparansi yang telah berjalan di Indonesia beserta ciri-ciri dan tantangannya. Bagianb tiga akan membedah tingkat transparansi dan aksesibilitas data dan informasi dari masing-masing prakarsa. Bagianb empat akan membahas pelibatan masyarakat sipil di dalamnya. Bagianb lima terakhir akan merumuskan pembelajaran untuk pengembangan lebih lanjut sistem Satu Informasi Perizinan (SIP) dengan becermin pada prakarsa-prakarsa transparansi yang telah diterapkan.

Formatted: Font: Italic

Formatted: Font: Italic

Commented [C4]: Saya ubah ke bagian, supaya tidak membingungkan dengan bab di buku ini

(10)

10

II.

Prakarsa Transparansi dan Akuntabilitas Pemanfaatan

Sumber Daya Alam di Indonesia

Saat ini telah terdapat sejumlah prakarsa terkait transparansi pemanfaatan sumber daya alam berbasis lahan di Indonesia. Sebagian besar prakarsa tersebut masih dalam tahap pengembangan dan belum didiseminasikan secara meluas, sehingga pemanfaatannya oleh masyarakat juga belum optimal.

Prakarsa transparansi sumber daya alam yang saat ini paling dominan menjadi tuntutan masyarakat sipil adalah transparansi di rantai penerimaan. Kemungkinan penjelasannya adalah karena adanya anggapan masyarakat bahwa manfaat transparansi rantai penerimaan lebih bersifat nyata dan langsung dirasakan oleh para pihak, relatif dibandingkan dengan manfaat transparansi di rantai-rantai lainnya, seperti perizinan, reklamasi lingkungan, dll.

Tabel 1-3 berikut menggambarkan sejumlah prakarsa transparansi yang telah tersedia pada situs resmi pemerintah, terbagi atas 3 kelompok besar cara kerja, yaitu: (i) prakarsa yang memberi landasan transparansi; (ii) prakarsa transparansi (langsung) perizinan dan penerimaan berbasis lahan; (iii) prakarsa sistem yang menunjang transparansi. Masing-masing prakarsa kemudian masing-masing dijabarkan dari sisi cakupan rantai nilai, sektor, kelembagaan, jenis informasi, penerapan, dan dasar hukum.

(11)

Tabel 1

² Prakarsa yang memberi lL

andasan

bagi mekanisme

prakarsa

transparansi

Prakarsa Taut internet Cakupan Kelembagaan Jenis informasi Penerapan Dasar Hukum

Keterbukaan Informasi Publik

http://komisiinformasi .go.id/

Semua sektor Komisi Informasi Pusat PPID setiap K/L

Semua data yang dianggap data publik atau dipertimbangkan menyangkut kepentingan publik

Mandatory UU No. 14/2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik dan UU No. 25/2009 tentang Pelayanan Publik

OGI

(Open Government Indonesia)

http://opengovindones ia.org/

Semua sektor Bappenas

Semua data yang dianggap data publik disediakan oleh pemerintah

Voluntary secara

internasional, mandatory setelah diadopsi negara

Inpres No. 17/2011, 1/2013, 2/2014, 7/2015 tentang Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi

Satu Data http://www.data.id/ Semua sektor Kantor Staf Presiden (KSP)

Semua data yang dianggap data publik ditampilkan dalam satu atap dengan format yang mudah dicari

Voluntary Terdorong oleh UU No. 14/2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik dan UU No. 25/2009 tentang Pelayanan Publik

Satu Peta http://tanahair. indonesia.go.id/

Perizinan: Semua sektor

Badan Informasi Geospasial (BIG)

Peta dasar dan peta tematik, peta partisipatif

Voluntary UU No. 4/2011 tentang IG, PP No. 9/2014 tentang

Pelaksanaan UU IG,

PerPres No. 27/2014 tentang JIGN

Tabel 2

²

Prakarsa transparansi untuk penerimaan dan perizinan berbasis lahan

Prakarsa Taut internet Cakupan Kelembagaan Jenis informasi Penerapan Dasar Hukum

EITI (Extractive Industry Transparency Initiative) http://eiti.ekon.go.id Penerimaan: Migas, Minerba Kementerian Koordinasi bidang Perekonomian

Penerimaan keuangan Voluntary secara

internasional, mandatory setelah diadopsi negara

Perpres 26/2010 tentang Transparansi Penerimaan Negara Sektor Industri Ekstraktif tingkat Lokal dan Nasional. SI-PUHH (Sistem Informasi Penatausahaan Hasil Hutan) http://puhh2.dephut. net:7778/pls/itts/ Penerimaan: Kehutanan Kementerian Kehutanan (KLHK)

Data produksi kayu hutan alam dan pembayaran PNBP PSDH-DR

Mandatory Permenhut No. P.8/Menhut ²II/2009 tentang Perubahan Kedua atas P.55/Menhut-II/2006 tentang Penatausahaan Hasil Hutan yang Berasal dari Hutan Negara, SE No: 2/Menhut-VI/BIKPHH/2013 LPP KLHK (Layanan Informasi Perizinan bidang Kehutanan) http://lpp.dephut. go.id/ Perizinan: Kehutanan Kementerian Kehutanan (KLHK)

Proses dan hasil pengajuan izin Voluntary Permenhut No. P.13/Menhut-II/2012 tentang Pelayanan Informasi Perizinan di Bidang Kehutanan Secara Online

Commented [C8]: Kalau memang dibagi 3 tabel berdasarkan cara kerja, judul tabel sebaiknya strukturnya sama antar ke-3 tabel, agar pembaca mudah memahami pembeda-nya

Prakarsa yang memberi landasan transparansi

Prakarsa yang mentransparansikan penerimaan dan perizinan Prakarsa/sistem yang mendukung transparansi sektor berbasis lahan Btw yang ke-3 agak beda sendiri, kolom pertama bukan prakarsa? 3DGDKDO WDEHO LQL VHPXDQ\D PDNVXGQ\D PHQWLSRORJLNDQ ´SUDNDUVDµ" Judul tabel ini juga baiknya sama persis dengan sub-bagian di bawahnya, agar pembaca paham sub-bagian di bawahnya menjelaskan 3 tabel ini. Sebelumnya judul tabel berbeda dengan sub-topik penjelasan. Dengan begitu, sub-bagian di bawah ini harusnya 2.1, 2.2 (terbagi 3 lagi) dan 2.3

Commented [C9]: Mungkin bisa dipertimbangkan ini bukan Keterbukaan Informasi Publik, karena ini adalah UU, bukan an sich prakarsa, agak mengganjal kalau disandingkan dengan yang lain, karena KIP sejatinya payung regulasi untuk semua bentuk transparansi. Mungkin yang dimaksud disini, sebagai prakarsa, lebih tepat: Pembukaan informasi badan publik/PPID?

(12)

Webgis KLHK (Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan) http://webgis.dephut. go.id:8080/kemenhut/ index.php/id/ Perizinan: Kehutanan Kementerian Kehutanan (KLHK)

Pemetaan kawasan hutan dan tutupan lahan, DAS, reboisasi dll

Voluntary Permenhut No. P. 59/Menhut-II/2008 tentang Penunjukan Unit Kliring Data Spasial Departemen Kehutanan, Permenhut No. P.02/Menhut-II/2010 tentang Sistem Informasi Kehutanan

Peta Online BPN http://peta.bpn.go.id/ Perizinan: Non-kehutanan Badan Pertanahan Nasional (BPN)

Pemetaan kawasan non-kehutanan, harga lahan, hak guna usaha

Voluntary PKBPN No. 6/2013 tentang Pelayanan Informasi Publik di Lingkungan BPN RI

One Data One Map Provinsi Kaltim http://onedataonemap. kaltimprov.go.id/ geoportal/ Perizinan: Semua sektor Provinsi Kalimantan Timur

Peta wilayah Kaltim sektor ekonomi, industri, infrastruktur, sosial budaya

Voluntary Instruksi Gubernur Kalimantan Timur No. 188.54/4889/B.PPW-Bapp/2014 tentang Pemanfaatan Sistem One Data One Map

MOMI

(Minerba One Map Indonesia) http://maps.minerba. esdm.go.id/home/ portal.zul Perizinan: Pertambangan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM)

Peta izin migas, minerba dan panas bumi, investasi, comdev, jumlah tka & tki, pembangkit listrik, smelter, pelabuhan batubara

Voluntary UU No. 4/2009 tentang Minerba, PP No. 22/2010 tentang WP,

Permen ESDM No. 12/2011 tentang Tata Cara Penetapan WUP dan Sistem Informasi WP Minerba.

SIPIL (Sistem Informasi Pelaksanaan Izin Lingkungan) http://ppesumatera. menlh.go.id/sipil/ Perizinan: Lingkungan Kementerian Lingkungan Hidup (PPE Sumatera)

Dokumentasi Pelaksanaan Izin Lingkungan

Voluntary UU No. 32/2009 tentang Lingkungan Hidup, PP No. 27/2012 tentang Izin Lingkungan

DADU (Dokumentasi AMDAL dan UKL/UPL) http://www.dadu-online.com/ Perizinan: Lingkungan Kementerian Lingkungan Hidup (KLHK) Izin lingkungan dan rekomendasi UKL-UPL

Voluntary UU No. 32/2009 tentang Lingkungan Hidup, PP No. 27/2012 tentang Izin Lingkungan

SIM Lingkungan Pertambangan (Sistem Informasi Manajemen) http://www.minerba. esdm.go.id/ simlingkungan/ Perizinan: Lingkungan Pertambangan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM)

Manajemen lingkungan, reklamasi, pascatambang

Voluntary PermenESDM No. 02/2013 tentang Pengawasan terhadap Penyelenggaraan Pengelolaan Usaha Pertambangan yang Dilaksanakan oleh Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota

SLVK (Sistem Verifikasi Legalitas Kayu) http://silk.dephut. go.id/ Perizinan dan Penerimaan: Kehutanan (kayu) Kementerian Kehutanan (KLHK)

Izin, peta, dokumen angkutan, penerimaan (PSDH, DR, IIUPH)

Mandatory Permenhut No. P.38/Menhut-II/2009 jo P.68/Menhut-II/2011 jo P.45/Menhut-II/2012 tentang Standar dan Pedoman Penilaian Kinerja PHPL dan VLK pada Pemegang Izin atau pada Hutan Hak

ISPO (Indonesian Sustainable Palm Oil) http://ispo-org.or.id/ Perizinan: Perkebunan (sawit)

Kementerian Pertanian Izin, peta, AMDAL, RKT, manajemen

Mandatory Permentan No. 19./Permentan/OT.140/3/2011 tentang Pedoman Perkebunan Kelapa Sawit Berkelanjutan Indonesia

(13)

Tabel 3

²

Prakarsa/Beberapa contoh

sistem

layanan

yang mendukung transparansi pendukung kegiatan usaha

sektor berbasis

lahan

Sistem Taut internet Cakupan Kelembagaan Jenis informasi Penerapan Dasar Hukum

AHU

(Administrasi Hukum Umum)

http://ahu.go.id/ Perizinan: perusahaan

Kementerian Hukum dan HAM

Daftar badan hukum, pemutakhiran informasi badan hukum

Mandatory Kepmenhukham No. M-01.HT.01. 01 ttentang Tata Cara Pengajuan Permohonan dan Pengesahan Akta Pendirian dan Persetujuan Akta Perubahan Anggaran Dasar Perseroan Terbatas, Pasal 9 UU No.40 tahun 2007 tentang Perseroan terbatas PTSP (Pelayanan Terpadu Satu Pintu) Perizinan: administrasi

Kementerian Dalam Negeri Dokumen kelengkapan perizinan bidang administrasi.

Mandatory Permendagri No. 24/2006 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu, Perda masing-masing daerah

SPIPISE (Sistem Pelayanan Informasi dan Perizinan Investasi Secara Elektronik) http://online-spipise.bkpm.go.id/ Perizinan: investasi Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Dokumen kelengkapan perizinan bidang penanaman modal

Mandatory Perpres No. 27/2009 tentang Pelayanan Terpadu Satu Pintu di bidang Penanaman Modal,

Inpres No. 4/2015 tentang Penyelenggaraan PTSP Pusat di BKPM INSW (Indonesia National Single Window) http://www.insw. go.id/ Perizinan: ekspor-impor Kementerian Keuangan (Satker) Dokumen ekspor-impor, data pengiriman barang

Mandatory Perpres No. 10/2008 jo Perpres No. 35/2012 tentang Penggunaan Sistem Elektronik dalam Kerangka INSW; Perpres No. 76/2014 tentang Pengelola Portal INSW

INATRADE (Layanan Perizinan di Bidang Perdagangan Secara Elektronik) http://inatrade. kemendag.go.id/ Perizinan: ekspor-impor

Kementerian Perdagangan Ekspor terdaftar timah dan batubara, persetujuan ekspor emas-perak, migas, kelapa sawit, kayu ulin

Mandatory Permendag No. 30/M-Dag/Per/6/

2009 tentang Jenis Perizinan Ekspor dan Impor, Prosedur Operasi Standar dan Tingkat Layanan dengan Sistem Elektronik Melalui Inatrade dalam Kerangka INSW

MPN G2 (Modul Penerimaan Negara Generasi Kedua) Penerimaan: keuangan Kementerian Keuangan (DJPBN) Pajak dan PNBP, pengembalian belanja, perhitungan pihak ketiga

Mandatory UU No. 1/2004 tentang Perbendaharaan Negara, PMK No.32/2014 tentang Sistem Penerimaan Negara Secara Elektronik SSE (Surat Setoran Elektronik) http://sse.pajak. go.id/ Penerimaan: pajak Kementerian Keuangan (DJP)

Pembayaran pajak Mandatory

SIMPONI (Sistem Informasi http://simponi. kemenkeu.go.id/ Penerimaan: bukan pajak Kementerian Keuangan (DJA) Pembayaran PNBP Mandatory

(14)
(15)

15

2.1.

Prakarsa yang memberi landasan bagi mekanisme transparansi

Advokasi penegakan Undang-Undang Keterbukaan Informasi Publik (UU KIP) dan Undang-Undang Pelayanan Publik memberi landasan hukum dan perangkat bagi terlaksananya mekanisme transparansi di Indonesia.

Dalam UU KIP, dikenal kriteria informasi publik yang wajib diumumkan secara berkala, serta-merta, dan tersedia setiap saat. Informasi yang wajib diumumkan secara berkala misalnya biaya perizinan, harga patokan batubara. Yang wajib diumumkan secara serta-merta misalnya hal-hal mengenai kebencanaan karena mengancam hidup orang banyak. Sedangkan yang wajib tersedia setiap saat misalnya profil perusahaan pertambangan, kehutanan atau perkebunan.

UU KIP mewajibkan setiap Badan Publik untuk membuka akses bagi setiap pemohon untuk mendapatkan informasi publik, kecuali beberapa informasi tertentu. Yang disebut badan publik dalam hal ini adalah semua lembaga eksekutif, legislatif, dan yudikatif; badan yang fungsi dan tugas pokoknya berkaitan dengan penyelenggaraan negara; badan yang dananya bersumber dari APBN/APBD; dan badan yang dananya bersumber dari sumbangan masyarakat atau sumbangan luar negeri. Permintaan data publik dilayani oleh Pejabat Pengelola Informasi dan Data (PPID). PPID adalah jabatan di masing-masing badan publik yang bertanggung jawab di bidang penyimpanan, pendokumentasian, penyediaan, dan/atau pelayanan informasi, dan berkewajiban untuk membuka akses bagi masyarakat untuk mendapatkan informasi publik.

Kemitraan pemerintahan terbuka (Open Government Partnership, OGP) adalah prakarsa internasional yang diluncurkan pada 2011, bertujuan untuk memberikan payung bagi aktor-aktor yang berkomitmen untuk mendorong pemerintahan agar lebih terbuka, akuntabel, dan responsif. Sejak saat itu, OGP telah berkembang dari beranggotakan 8 negara menjadi 85 negara. Gerakan OGP di Indonesia sendiri (Open Government Indonesia, OGI) telah diluncurkan oleh Wakil Presiden pada 24 Januari 2012. Dalam prakarsa ini, pemerintah dan masyarakat sipil disyaratkan untuk mengembangkan satu Rencana Aksi tingkat negara untuk mendorong transparansi, lalu bersama-sama memastikan Rencana Aksi tersebut dilaksanakan melalui serangkaian mekanisme baku OGP (independent monitoring assessment, self assessment, dll).Indonesia telah mencanangkan dan melaksanakan 3 Rencana Aksi (Tahun 2012, 2013, dan 2014).

Renaksi 2011-2012 berisi 12 komitmen transparansi yang dilakukan oleh ² atau mencakup - sekitar 20 lembaga/kementerian negara, seperti transparansi pelayanan dasar (penanggulangan kemiskinan, pendidikan, kesehatan), kepolisian, pajak/imigrasi/bea masuk, rekruitmen pegawai negeri, administrasi pertanahan, anggaran negara, pengadaan, sektor berbasis lahan, dan lingkungan. Hasil laporan mandiri (independen report mechanism) menunjukkan setidaknya 5 dari 12 komitmen ini telah dilakukan dengan baik, sedangkan sisanya sudah menunjukkan kemajuan

Commented [u10]: Tolong ceritakan poin-poin utama capaian renaksi 2012-2014

(16)

16

berarti2. Belajar dari Renaksi pertama yang cukup ambisius tersebut, Renaksi kedua 2013-2014 tampak menurunkan tingkat ambisiusnya dan fokus pada pencapaian yang lebih realistis. Renaksi kedua ini mencakup 15 komitmen dan 33 milestone, menyasar sektor yang sama seperti Renaksi pertama tetapi fokus pada satu set isu tertentu di setiap sektor. Hasil laporan mandiri (independen report mechanism) menunjukkan setidaknya 2 dari 15 komitmen Renaksi kedua ini telah dilakukan dengan baik, 5 sedang berjalan, dan 8 baru berjalan terbatas3.

Renaksi 2014-2015 mencakup penguatan infrastruktur kelembagaan (portal Satu Data, pengawasan masyarakat terhadap layanan publik); peningkatan kualitas layanan dasar masyarakat (air bersih, layanan darurat terintegrasi, transparansi perguruan tinggi); pencegahan korupsi (perizinan usaha, pengelolaan TKI); dan mendorong peningkatan perhatian utama publik (pemberdayaan publik dalam pengelolaan sampah/limbah di wilayah pengelolaan sampah, pemenuhan kebutuhan penyandang disabilitas, serta penguatan pariwisata dan ekonomi kreatif).

Prakarsa Satu Data untuk Pembangunan Berkelanjutan berusaha mewujudkan perpaduan yang pas antara substansi data dan metodologi bagaimana data tersebut dihasilkan. Prakarsa ini dibangun oleh Unit Kerja Presiden Bidang Pengawasan Pengendalian Pembangunan (UKP-PPP) sebagai salah satu komitmen OGI. Dalam hal ini data yang tergolong data publik dari berbagai sumber di masing-masing kementerian, lembaga, unit teknis dan perorangan didaftar dan disusun dalam definisi, klasifikasi, satuan, asumsi yang sama serta riwayat data yang terstandar.

Data-data tersebut ditautkan ke dalam satu portal data Indonesia sehingga memudahkan pencarian dan akses masyarakat luas dengan cuma-cuma serta pemeriksaan terhadap konsistensi serta jaminan mutunya. Data ditampilkan dalam struktur dan format metadata baku yang dapat digunakan untuk perbandingan dan analisis lebih lanjut. Metadata berdasarkan sistem rujukan statistik (SiRuSa) yang dikembangkan Badan Pusat Statistik (BPS). Data yang belum tersedia dapat dituntut penyediaannya, sedangkan data yang berbeda antarsumber juga dapat diverifikasi validitasnya. Diharapkan prakarsa ini dapat menjawab kebutuhan akan data yang akurat, mutakhir, lengkap dan terbuka.

Kebijakan Satu Peta muncul pertama kali sejak Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono, pada Rapat Kabinet 23 Desember 2010 menyatakan ingin hanya satu peta saja sebagai satu-satunya referensi nasional ketika menemukan adanya perbedaan peta tutupan hutan antara Kementerian Lingkungan Hidup dengan Kementerian Kehutanan. Kenyataannya, di kementerian dan lembaga lain pun masih terdapat banyak peta yang dibuat dengan spesifikasi sesuai kebutuhan masing-masing K/L. Perbedaan ini dapat menimbulkan kesimpangsiuran informasi, sehingga perlu

2

http://www.opengovpartnership.org/country/indonesia/progress-report/2011-2012-progress-report-indonesia

3

(17)

17

mekanisme untuk menyatukan keberagaman menuju kesatuan informasi geospasial dasar dan tematik nasional.

Kebijakan Satu Peta awalnya bertujuan untuk mewujudkan tata kelola hutan yang baik, mengkoordinasikan proyek-proyek MP3EI (Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia), serta mendukung upaya penanggulangan bencana. Pada Desember 2014 telah diluncurkan beberapa informasi geospasial tematik yakni peta penutup lahan nasional, peta mangrove nasional dan peta habitat lamun nasional termasuk karakteristik laut nasional. 4

(18)

18

2.2.

Prakarsa transparansi untuk penerimaan dan perizinan berbasis

lahan

2.2.2.2.1

Prakarsa Transparansi Rantai Penerimaan

Extractive Industries Transparency Initiative (EITI) adalah prakarsa internasional transparansi penerimaan dari ekstraksi sumber daya alam. Dalam skema EITI, pemerintah melaporkan penerimaan negara yang didapat dari perusahaan ekstraktif yang beroperasi di negara tersebut, sedangkan perusahaan-perusahaan yang terlibat dalam ekstraksi bahan mentah dari bumi melaporkan pembayaran ke pemerintah baik berupa pajak, royalti, maupun dalam bentuk imbalan. Kedua laporan ini direkonsiliasi oleh auditor independen, dan diterbitkan dalam sebuah laporan EITI yang dapat diakses oleh publik. Indonesia menyatakan kepesertaan sebagai Negara Kandidat dalam EITI melalui Perpres No. 26/2010 tentang Transparansi Penerimaan Negara Sektor Industri Ekstraktif Tingkat Lokal dan Nasional. Laporan EITI Indonesia untuk sektor minyak, gas bumi, mineral dan batubara (tahun 2009dan 2010/2011), membawa Indonesia ditetapkan sebagai Negara taat EITI (compliant country) pada Oktober 2014.

Di sektor kehutanan, pemerintah telah menerapkan Sistem Informasi Penatausahaan Hasil Hutan (SI-PUHH) dan Penatausahaan Provisi Sumber Daya Hutan/Dana Reboisasi (PU-PSDH/DR) online. Melalui situs ini, masyarakat dapat memantau hasil produksi, jumlah dana reboisasi serta nilai hasil hutan yang telah dimanfaatkan. Kayu bulat dapat dilacak asal-usulnya, sekaligus pemenuhannya terhadap aspek legal yang diberlakukan di Indonesia. Pelaporan pembayaran PNBP juga dilakukan dalam jaringan sehingga prosedur selanjutnya surat keterangan sah kayu bulat (SKSKB) dan faktur angkutan kayu bulat (FAK-B) dapat diterbitkan secara otomatis. SI-PUHH baru diwajibkan untuk Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu - Hutan Alam (IUPHHK-HA) dan saat ini telah menjangkau 136 IUPHHK-HA di 14 provinsi.

Kementerian Kehutanan juga mempersiapkan sistem informasi pelaporan penatausahaan hasil hutan dalam lingkup lebih luas yakni mencakup kayu hutan tanaman dan hasil hutan bukan kayu, termasuk di dalamnya informasi jumlah dokumen dan volume pengangkutan serta PNBP penggantian nilai tegakan (PNT), namun data yang dibuka ke publik melalui situs web sejauh ini masih kosong belum ada pemutakhiran5.

5http://dhs3.dephut.net:7778/pls/reporting/home_default? Akses tanggal 1 Mei 2015

Formatted: Font: Garamond

Formatted: Outline numbered + Level: 3 + Numbering Style: 1, 2, 3, « + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 0.25" + Indent at: 0.75"

(19)

19

2.3.

2.3.

2.2.2

Prakarsa Transparansi Rantai Perizinan

Pelayanan informasi perizinan kehutanan dalam jaringan telah dimulai secara bertahap sejak 2010 dan diresmikan mulai September 2013. Informasi tentang kelengkapan persyaratan untuk memperoleh izin di bidang kehutanan, regulasi terkait, lamanya waktu proses pelayanan, dan besarnya biaya dapat diakses dalam jaringan. Proses permohonan perizinan dan pemantauan perkembangannya juga dapat dilakukan dalam jaringan oleh pihak perusahaan yang memohon dengan melakukan registrasi masuk. Informasi tentang permohonan perizinan sesuai jenis perizinan, jumlah unit pemohon, jumlah luas lahan, serta daftar permohonan perizinan yang diizinkan, diproses, dan ditolak berdasarkan nama perusahaan, lokasi provinsi dan kabupaten, dan luas area dapat diakses oleh khalayak umum, walaupun tidak mencantumkan alasan penolakan.

Prakarsa transparansi perizinan mencakup penataan sektor berbasis lahan diselenggarakan berdasarkan kebijakan Satu Peta. Saat ini standardisasi peta yang disesuaikan dengan pembinaan oleh Badan Informasi Geospasial (BIG) telah diterapkan antara lain pada Webgis Kementerian Kehutanan untuk sektor kehutanan oleh Kementerian Kehutanan, Peta Online BPN oleh Badan Pertanahan Nasional, One Data One Map untuk seluruh sektor berbasis lahan sebagai proyek rintisan di Provinsi Kalimantan Timur, serta Minerba One Map Indonesia (MOMI) untuk sektor pertambangan umum oleh Kementerian ESDM,.

Webgis KLHK yang diluncurkan pada Juli 2010 menerapkan peta indikatif penundaan pemberian izin baru dengan revisi dari hasil survei lapangan terbaru, perkembangan tata ruang, penutupan lahan terkini, dan masukan dari masyarakat, kementerian pertanian, dan BPN RI. Peta Online BPN menampilkan data hak milik, hak guna bangunan, hak guna usaha, dan nilai tanah per meter persegi. One Data One Map Provinsi Kaltim menggabungkan prakarsa Satu Data dan Satu Peta, mencoba menampilkan data-data ekonomi dalam bentuk grafik berdasarkan lokasi.

Perkembangan MOMI mengintegrasikan data-data dari sektor lain seperti kelistrikan, pelabuhan, migas, kawasan hutan, batas administrasi, perpajakan, perdagangan. Di dalam MOMI juga dapat dilakukan analisis tumpang tindih, analisis data statistik, pemantauan citra satelit untuk kegiatan reklamasi dan pascatambang, serta pemantauan pembangunan smelter. Untuk itu MOMI telah mulai melakukan integrasi data NPWP dengan DJP, rekomendasi ET dengan Inatrade Ditjen Daglu, dan pembayaran PNBP dengan SIMPONI DJA.

Beberapa prakarsa lain juga dibuat untuk memberi akses pada pendukung persyaratan perizinan, misalnya Sistem Informasi Pelaksanaan Izin Lingkungan (SIPIL) yang dikembangkan oleh Pusat Pengelolaan Ekoregion (PPE) Sumatera, serta Dokumentasi AMDAL dan UKL/UPL (DADU) online yang dikembangkan oleh kantor Asisten Deputi Kajian Dampak Lingkungan di bawah naungan Deputi Menteri Lingkungan Hidup Bidang Tata Lingkungan sejak 2008.

(20)

20

Dari sejumlah dokumen yang telah ditampilkan belum banyak yang terkait langsung dengan perizinan sektor berbasis lahan, namun sistemnya dianggap sudah siap untuk mengunggah dokumen sesuai prosedur. SIPIL mencantumkan 507 perusahaan, 71 parameter dan 26 data, namun memerlukan akses melalui akun pengguna. Dari 95 izin lingkungan pada 2013, 8 dokumen tidak dapat diakses, antara lain terkait survei seismik, pengembangan lapangan dan pemboran sumur eksplorasi migas, sedangkan dari 27 izin lingkungan pada 2014, 15 dokumen tidak dapat diakses publik. 6

Sistem Informasi Manajemen (SIM) Lingkungan Pertambangan oleh Ditjen Minerba mengkhususkan informasi reklamasi, pascatambang, pemantauan dan pengelolaan lingkungan pertambangan. SIM reklamasi menyediakan data agregat jumlah perusahaan, luas wilayah, luas lahan yang dibuka (areal penambangan, areal penimbunan, dan pemanfaatan lain), serta reklamasi (revegetasi atau bentuk lain). Dalam SIM pascatambang diurai nama perusahaan, lokasi (prov/kab), realisasi bukaan (pit, timbunan, sarana penunjang), realisasi reklamasi sampai akhir tambang, kewajiban dan realisasi reklamasi masa pascatambang, dengan bukti-bukti berupa foto lokasi. Namun, baru 2 perusahaan yang tercantum laporan pascatambangnya sebagai data publik. Dalam SIM pemantauan lingkungan, pengujian baku mutu air limbah, erosi dan sedimentasi, reklamasi, dan revegetasi per kwartal selama tahun 2013-2014 dapat diakses untuk 49 perusahaan KK dan PKP2B. Sedangkan SIM Pengelolaan Lingkungan hanya dapat diakses oleh simpul terdaftar.

2.5.2.2.3

Prakarsa verifikasi yang mengandung elemen

transparansi

Sejumlah prakarsa lain tidak secara langsung menyasar khusus transparansi, namun di dalamnya mengandung elemen transparansi, misalnya Sistem Verifikasi Legalitas Kayu (SVLK) untuk sektor kehutanan dan Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO) untuk sektor perkebunan.

SVLK berfungsi memastikan produk kayu dan bahan bakunya diperoleh atau berasal dari sumber yang asal-usul dan pengelolaannya memenuhi aspek legalitas. Kayu disebut legal apabila asal-usul kayu, izin penebangan, sistem dan prosedur penebangan, pengangkutan, pengolahan, dan perdagangan atau pemindahtanganannya dapat dibuktikan memenuhi semua persyaratan legal yang berlaku. Ada 4 prinsip yang dinilai yakni legalitas usaha (izin usaha yang lengkap seperti SIUP, TDP, IUI dll.); legalitas dan penelusuran kayu (dokumen angkutan, berita acara serah-terima maupun nota-nota pembelian yang sah dan dapat ditelusuri asal usulnya, tally sheet, laporan produksi, laporan mutasi kayu, laporan stok dll.); pemasaran (rekapitulasi penjualan mendukung

6 Akses tanggal 12 Desember 2014

Formatted: No bullets or numbering

Formatted: Outline numbered + Level: 3 + Numbering Style: 1, 2, 3, « + Start at: 3 + Alignment: Left + Aligned at: 0.75" + Indent at: 1.25"

(21)

21

data proses produksi, dokumen jual-beli yang sah); dan ketenagakerjaan (peraturan perusahaan, upaya penanganan K3, upaya penanganan lingkungan dll.)

SVLK disusun bersama oleh para pihak, memuat standar, kriteria, indikator, verifikator, metode verifikasi, dan norma penilaian yang disepakati para pihak. SVLK dirancang mulai dari penjaminan perolehan bahan baku sampai kepada pemasarannya. Dalam kriteria dan indikator SVLK, ada kewajiban verifikasi dokumen perizinan dari sumber kayu serta bukti bayar PSDH, DR dan iuran izin usaha pemanfaatan hutan (IIUPH) yang diperiksa oleh auditor independen.

ISPO alias sertifikat kelapa sawit berkelanjutan Indonesia adalah kebijakan Kementerian Pertanian untuk meningkatkan daya saing minyak sawit Indonesia di pasar dunia. Dari tujuh prinsip sertifikasi ISPO, prinsip pertama yang harus dipenuhi adalah Sistem Perizinan dan Manajemen Perkebunan, selain prinsip penerapan pedoman teknis budidaya dan pengolahan kelapa sawit, pengelolaan dan pemantauan lingkungan, tanggung jawab terhadap pekerja, tanggung jawab sosial dan komunitas, pemberdayaan kegiatan ekonomi masyarakat, serta peningkatan usaha secara berkelanjutan. Dengan demikian, pengelola perkebunan harus memperoleh perizinan serta sertifikat tanah dari pejabat yang berwenang, kecuali kebun yang merupakan konversi hak barat, yakni hak yang dimiliki warga negara/badan hukum asing sebelum diberlakukannya UU Agraria. Perizinan meliputi izin usaha perkebunan (IUP), budidaya (IUP-B), pengolahan (IUP-P), surat pendaftaran usaha perkebunan (SPUP), izin tetap usaha perkebunan (ITUP), dan Izin/Persetujuan Prinsip.

2.6.2.3

Prakarsa

Prakarsa/sistem layanan yang mendukung

transparansi sektor berbasis lahan

sistem layanan terintegrasi

Adapun prakarsa yang menyediakan sistem integrasi data belum tentu ikut melakukan transparansi, akan tetapi dapat digunakan untuk mendukung mekanisme transparansi.

AHU online menyediakan layanan publik Administrasi Hukum Umum dalam jaringan, khususnya berupa pendaftaran fidusia, perseroan terbatas (PT), perkumpulan dan yayasan. AHU online melayani pendirian/pengesahan, perubahan, pembubaran, penggabungan (merger), akuisisi maupun pemisahan PT. Dengan demikian, pemutakhiran data kepemilikan perusahaan dapat diperoleh melalui sistem tersebut.

Modul Penerimaan Negara (MPN) adalah sistem terstruktur untuk mengatur proses penerimaan, penyetoran, pengumpulan data, pencatatan, pengikhtisaran, sampai dengan pelaporan yang berhubungan dengan penerimaan negara. MPN bertujuan memberikan pelayanan terbaik bagi wajib bayar dan menyediakan data penerimaan yang relevan dan tepercaya untuk digunakan oleh semua instansi terkait (Ditjen Pajak, Ditjen Bea dan Cukai, Ditjen Anggaran, Ditjen Perbendaharaan, dan Ditjen Perimbangan Keuangan). Saat ini sistem MPN telah masuk ke generasi

Formatted: Outline numbered + Level: 2 + Numbering Style: 1, 2, 3, « + Start at: 2 + Alignment: Left + Aligned at: 0.38" + Indent at: 0.88"

Commented [C11]: Ini karena menyamakan dengan judul Tabel 3, bisa juga keduanya diubah jadi: Prakarsa/sistem layanan terintegrasi

(22)

22

kedua (MPN G-2). Dengan sistem ini, model surat setoran pajak (SSP), surat setoran bukan pajak (SSBP) surat setoran pengembalian belanja (SSPB) maupun surat setoran pabean cukai pajak (SSPCP) direkam langsung oleh wajib bayar dalam jaringan tanpa perlu disalin lagi oleh petugas bank, sehingga tanggung jawab atas kebenaran data ada di pihak wajib bayar.

Sistem MPN terhubung dengan seluruh Bank/Pos Persepsi yang menerima pembayaran penerimaan negara dan mengesahkannya ke sistem MPN secara realtime online dengan teraan Nomor Transaksi Penerimaan Negara (NTPN) pada Bukti Penerimaan Negara (BPN). Setoran penerimaan dalam sistem MPN tidak hanya melalui teller/loket bank/pos, tetapi juga sudah berkembang melalui jalur e-billing, ATM, dan Internet Banking. Layanan sudah dapat diakses di seluruh Indonesia melalui fasilitas ATM dan internet banking di bank BRI, BNI, Mandiri dan PT Pos Indonesia. Dengan sistem ini proses pembayaran dapat dilakukan kapan pun dengan kode identifikasi yang diterbitkan oleh sistem billing, tanpa terhalang jam layanan loket.

Teknologi informasi juga memungkinkan fasilitas pemantauan status pembayaran oleh pengguna layanan. Dua portal yang sudah dapat diakses oleh pengguna layanan yaitu Surat Setoran Elektronik (SSE) untuk penyetoran pajak dan SIMPONI untuk penyetoran penerimaan negara bukan pajak (PNBP). Untuk setoran bea cukai baru dapat diakses oleh petugas bea cukai.

Indonesia National Single Window (INSW) adalah portal integrasi dokumen kepabeanan. Portal ini menghimpun data dari dokumen perizinan impor dan ekspor barang, sehingga dapat digunakan untuk memperbandingkan data produksi tambang/hutan/kebun yang diekspor ke luar negeri. Dalam data Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB), perusahaan juga wajib mencantumkan bukti bayar royalti dan bea keluar. Mulai April 2015, PEB juga harus mencantumkan Letter of Credit (LC) sebagai jaminan pembayaran sehingga dapat dijadikan acuan untuk memantau kesesuaian nilai pemenuhan kewajiban PNBP.

Inatrade adalah layanan perizinan di bidang perdagangan secara elektronik, yang menerbitkan Eksportir Terdaftar (ET) antara lain untuk batubara dan timah, serta Persetujuan Ekspor termasuk di dalamnya untuk kelapa sawit, kayu ulin, migas, , emas dan perak. Data perizinan ini telah terhubung dengan INSW dan dapat dihubungkan dengan data produksi dan penjualan masing-masing sektor berbasis lahan.

Formatted: Outline numbered + Level: 1 + Numbering Style: 1, 2, 3, « + Start at: 2 + Alignment: Left + Aligned at: 0" + Indent at: 0.35"

(23)

23

III.3

Tingkat transparansi

dan,

aksesibilitas data

/ dan

informasi

Untuk memahami bagaimana efektivitasMelihat prakarsa-prakarsa transparansi yang ada, penulis kemudian mencoba menganalisa menggolongkan masing-masing prakarsa berdasarkan 5 kriteria, yaitu: mekanisme pengumpulan informasi, mekanisme rekonsiliasi, mekanisme pembukaan data, ke dalam tingkat transparansi, utuh dan berjenjang dari sisi penyedia data, serta tingkat aksesibilitas penuh dan bersyarat dari sisi pengguna data, sebagaimana dijabarkan dalam tabel 4, 5 dan 6.

(atau begini maksudnya?)

Untuk memahami bagaimana efektivitas prakarsa-prakarsa transparansi yang ada, penulis kemudian mencoba menganalisa masing-masing prakarsa berdasarkan 3 kriteria, yaitu: mekanisme pengumpulan informasi, mekanisme rekonsiliasi, mekanisme pembukaan data, kemudian dari situ menyimpulkan tingkat transparansi serta tingkat aksesibilitas masing-masing prakarsa tsb, sebagaimana dijabarkan dalam tabel 4, 5 dan 6.

3.1.

Tingkat transparansi (dari sisi penyedia data)

Tingkat transparansi utuh, yakni data ditampilkan secara keseluruhan dalam dokumen yang telah disepakati bersama. Semua data yang telah tergolong sebagai data publik pada dasarnya harus dapat dibuka secara utuh sesuai tuntutan UU KIP seperti dalam mekanisme Satu Data untuk Pembangunan Berkelanjutan.

Tingkat transparansi berjenjang, yakni hanya agregat data yang ditampilkan ke publik sementara rinciannya dicantumkan secara terpisah khusus untuk konsumsi pihak-pihak yang terkait secara langsung. Misalnya dalam kebijakan Satu Peta, informasi geospasial dasar sampai tingkat resolusi tertentu dibuka sebagai ranah publik, sehingga dapat diunduh oleh setiap pengguna, sementara informasi geospasial tematik dibuka kepada K/L dan pihak terkait. Dalam layanan perizinan kehutanan, persetujuan dan penolakan permohonan izin ditampilkan ke publik namun proses dan alasan yang menggarisbawahi keputusan tersebut tidak dijelaskan melalui situs web.

3.2.

Tingkat aksesibilitas (dari sisi pengguna data)

Tingkat aksesibilitas penuh, yakni pengguna data leluasa untuk mengakses semua data yang dibuka baik dalam bentuk buku atau melalui laman web, misalnya publikasi laporan EITI, data

Commented [C12]: Ini maksudnya begini khan?

Commented [C13]: Kanti, yang mengganggu saya, penulis berniat menganalisa prakarsa-prakarsa tsb. Di awal saya tambahkan: PHQJDQDOLVD ´HIHNWLYLWDVµ SUDNDUVD WVE %HQHU JDN"

Jika begitu, penggolongan alias penjembrengan diatas, 3 tabel tsb, seharusnya dengan purpose menganalisa berdasarkan pembeda tsb. Ini belum keluar analisanya diatas Æ 3 sub-penjelasan diatas misalnya harusnya bisa menajamkan itu. Misal yg prakarsa sistem terintegrasi, selain hanya menjelaskan satu2, apa bedanya dengan yang di tabel 1 dan 2.

Analisa di atas belum keluar, di bagian ini sudah jumping ke analisa berdasarkan 5 kriteria beda lagi. Tidak jelas mengapa 5 kriteria ini yang dipakai. Apakah 5 kriteria ini dipilih karena itulah variasi yang bisa dipakai pembeda, atau karena (seharusnya) ada konsep di awal yang menuntun penulis memilih 5 kriteria ini? (Kalau kita ceplok Archon Fung di awal, tapi kemudian gak dielaborasi dalam menganalisa, apa baiknya Fung dihapus saja ya? Archon Fung kita pakai di riset Transparansi Pertambangan, tapi konsisten dipakai sebagai framework. Disini bisa cuma jadi tempelan referensi doang hehe)

Nah di bagian ini lagi-lagi disini analisanya juga gak keluar, selain hanya menjembreng dalam tabel, lalu jumping lagi lagi ke partisipasi CSO. Mengapa tiba-tiba ke partisipasi CSO?

Commented [C14]: ,QL NDWD ´PHQJJRORQJNDQµ VD\D XVXONDQ hapus, karena di bagian atas sudah digolongkan, tentunya berdasarkan purpose tertentu. Pembaca akan berkerut dahi: kenapa disini digolongkan lagi dengan penggolongan tertentu?

Commented [C15]: ,QL NDWD ´PHQJJRORQJNDQµ VD\D XVXONDQ hapus, karena di bagian atas sudah digolongkan, tentunya berdasarkan purpose tertentu. Pembaca akan berkerut dahi: kenapa disini digolongkan lagi dengan penggolongan tertentu?

Commented [C16]: Mengapa hanya 2, mengapa tidak dijelaskan ke-5 kriteria yang dipakai untuk menjembreng? Apakah dijembreng berdasarkan 3 kriteria, untuk menyimpulkan tingkat transparansi dan akuntabilitas? Lihat komen 11, alasan apa dipilih 5 ini?

(24)

24

produksi dan PNBP kayu hutan alam dalam SI-PUHH online, dapat diunduh dengan mudah tanpa tuntutan persyaratan apa pun.

Tingkat aksesibilitas bersyarat, yakni hanya pihak tertentu yang diberi izin khusus untuk akses terhadap data yang dibutuhkan, misalnya dalam proses login situs SSE Pajak dan SIMPONI. Setelah melakukan registrasi wajib bayar dapat melakukan pelacakan pembayaran masing-masing, sementara pihak pemerintah terkait dapat mengakses data pembayaran dari wajib bayar sektor yang berada dalam kewenangannya untuk keperluan pemantauan pemenuhan kewajiban pemegang izin.

(25)

Tabel 4

²

Prakarsa yang memberi landasan bagi mekanisme transparansi: mM

ekanisme pengumpulan,

rekonsiliasi,

pembukaan

,

tingkat transparansi dan tingkat aksesibilitas

dan rekonsiliasi data publik

Nama Program Mekanisme

pengumpulan informasi Mekanisme rekonsiliasi Mekanisme pembukaan data Tingkat transparansi Tingkat aksesibilitas Bentuk Data Keterbukaan Informasi Publik

Iinformasi yang dimiliki oleh badan publik

Sengketa penolakan membuka data dibawa ke Komisi Informasi. KI melakukan mediasi/adjudikasi kelayakan pembukaan data.

Informasi pulbik tersedia setiap saat, ada yang diumumkan secara berkala, ada yang diumumkan serta-merta.

Utuh:

semua data yang berupa data publik dibuka

Penuh: siapa saja dapat mengakses data

Informasi dan dokumen

OGI Mendorong K/L untuk menyusun daftar informasi publik dengan prioritas tertentu

- Data dan informasi melalui PPID

atau situs web masing-masing K/L Utuh:

semua data yang berupa data publik dibuka

Penuh: siapa saja dapat mengakses data

Informasi dan dokumen

Satu Data Semua data pemerintah yang tergolong data publik ditampilkan dalam satu atap

Masukan umpan balik setelah dibuka ke publik ?

Data diolah ke format yang dapat dibaca mesin, digunakan khalayak untuk interpretasi/visualisasi

Utuh:

semua data yang berupa data publik dibuka

Penuh: siapa saja dapat mengakses data

CSV, XML, infografis

Satu Peta BIG bertanggung jawab atas informasi geospasial dasar (IGD) dan memimpin 12 kelompok kerja (Pokja) menyusun informasi geospasial tematik (IGT)

Peta merujuk metadata informasi geospasial menurut Standar Nasional Indonesia (SNI); Sinkronisasi melalui Forum Data dan Pokja IGT.

Peta dibuka daring melalui sistem informasi geospasial

Berjenjang: sampai tingkat resolusi tertentu ranah publik

Penuh: siapa saja dapat mengakses peta melalui situs web

IGD dan IGT

Tabel

5

²

Prakarsa transparansi untuk penerimaan dan perizinan berbasis lahan: mekanisme pengumpulan, rekonsiliasi,

pembukaan, tingkat transparansi dan tingkat aksesibilitas Mekanisme pengumpulan, pembukaan dan rekonsiliasi tiap prakarsa

Prakarsa Mekanisme pengumpulan informasi Mekanisme rekonsiliasi Mekanisme pembukaan data Tingkat transparansi Tingkat aksesibilitas Bentuk Data

EITI Perusahaan melaporkan Rekonsiliasi oleh konsultan Data yang sudah diverifikasi dan Berjenjang: Penuh: Laporan tertulis

Commented [C17]: Kalau memang dibagi 3 tabel berdasarkan cara kerja, judul tabel sebaiknya strukturnya sama antar ke-3 tabel, agar pembaca mudah memahami pembeda-nya

Prakarsa yang memberi landasan transparansi

Prakarsa yang mentransparansikan penerimaan dan perizinan Prakarsa/sistem yang mendukung transparansi sektor berbasis lahan Btw yang ke-3 agak beda sendiri, kolom pertama bukan prakarsa? PaGDKDO WDEHO LQL VHPXDQ\D PDNVXGQ\D PHQWLSRORJLNDQ ´SUDNDUVDµ" Judul tabel ini juga baiknya sama persis dengan sub-bagian di bawahnya, agar pembaca paham sub-bagian di bawahnya menjelaskan 3 tabel ini. Sebelumnya judul tabel berbeda dengan sub-topik penjelasan. Dengan begitu, sub-bagian di bawah ini harusnya 2.1, 2.2 (terbagi 3 lagi) dan 2.3

Commented [C18]: Ini masih mengikuti ke-3 gelondong pembagian di awal khan ya, usulnya judul mengikuti 3 kluster tsb

(26)

pembayaran PNBP, pemerintah melaporkan penerimaan negara

independen disepakati oleh semua aktor dibuka

ke publik melalui web.

hasil audit dalam laporan dibuka, tapi bukan berupa data asli

siapa saja dapat mengakses laporan melalui situs web

dan tabular, publik

SI-PUHH Pengajuan usulan LHP, pengesahan LHP, penerbitan SPP dan pelaporan pembayaran PNBP Kayu dilakukan daring

Forum antara perusahaan dan pemerintah, dapat mencocokkan data daring

Data produksi dan pembayaran PNBP setiap perusahaan dapat diakses daring secara publik

Berjenjang: Data sesuai SPP dibuka, data terperinci dapat diakses oleh pihak terkait

Penuh: Siapa saja dapat mengakses laporan melalui situs web

Tabular

LPP KLHK Perusahaan mengajukan permohonan izin melalui situs web

- Persyaratan, regulasi terkait, waktu

& biaya pengajuan izin, hasil persetujuan dan penolakan dapat dibuka daring

Berjenjang: proses dan alasan persetujuan/ penolakan tidak dibuka

Bersyarat: Registrasi untuk memantau proses perizinan Tabular Webgis KLHK

Ditjen Planologi mengelola dan merevisi berdasarkan survei lapangan, perkembangan tata ruang, penutupan lahan terkini, dan masukan dari masyarakat.

Rekonsiliasi melalui pokja BIG, penyesuaian data tutupan hutan dari LAPAN, data perkebunan Kementan dan BPN RI.

Peta dibuka daring melalui sistem informasi geospasial

Berjenjang: s.d. tingkat resolusi tertentu ranah publik

Penuh: siapa saja dapat mengakses

IGT

Peta Online BPN BPN menunjukkan posisi relatif

sebaran bidang-bidang tanah beserta kisaran harga NJOP

(Pemegang hak melakukan verifikasi keterangan sertifikat ke Kantor Pertanahan)

Peta dibuka daring melalui sistem informasi geospasial

Berjenjang: s.d. tingkat resolusi tertentu ranah publik

Penuh: siapa saja dapat mengakses

IGT

One Data One Map

Informasi geospasial khusus provinsi Kaltim

Rekonsiliasi antar-SKPD di tingkat provinsi.

Peta dibuka daring melalui sistem informasi geospasial

Berjenjang: tingkat resolusi tertentu ranah publik

Penuh: siapa saja dapat mengakses

IGD dan IGT, grafik

MOMI Ditjen Minerba mengelola integrasi

data dengan DJP, Ditjen Daglu, dan DJA

Akses oleh 71 simpul pemda dan 3 simpul pusat

(DJP, KPK dan Ditjen Planologi).

Peta dibuka daring melalui sistem informasi geospasial

Berjenjang: s.d. tingkat resolusi tertentu ranah publik

Penuh: siapa saja dapat mengakses

IGT, informasi lain

SIPIL Perusahaan melapor melalui penyimpanan data terstruktur. BLH prov/kab/kota mengevaluasi ketaatan pemenuhan baku mutu.

- Izin lingkungan dan evaluasi

perusahaan dapat dibuka oleh pihak yang memiliki akun pengguna.

Berjenjang: Hanya daftar perusahaan yang dibuka

Bersyarat: Registrasi untuk mengakses izin lingkungan

Dokumen daring

DADU Dokumentasi AMDAL dan UKL/UPL dicatat dan dilaporkan oleh perusahaan

(Pengumuman pengajuan dan penerbitan izin menerima masukan masyarakat)

Izin lingkungan dan rekomendasi UKL-UPL dibuka daring

Berjenjang: belum semua dokumen dibuka ke publik

Penuh: siapa saja dapat mengakses

Dokumen daring

SIM Lingkungan Pertambangan

Perusahaan dan ESDM memasukkan informasi manajemen lingkungan

- Manajemen lingkungan, reklamasi

pascatambang tampil daring

Berjenjang: Laporan pascatambang dibuka 2 perusahaan, reklamasi berbentuk agregat per semester

Bersyarat: UPL dapat diakses publik, UKL login internal

Tabular, grafik, foto

SLVK Perusahaan membuka informasi kepada sertifikator Independen dan

Rekonsiliasi antara sertifikator dengan jaringan pemantau

Diseminasi ke masyarakat sipil, tetapi hanya sertifikat dibuka ke

Berjenjang: Hanya data yang

Bersyarat: Masyarakat sipil terpilih

Hanya sertifikat yang dapat

(27)

masyarakat sipil yang dipilih oleh Kemenhut.

independen masyarakat sipil. publik. tercantum dalam

sertifikat dibuka ke publik

dapat mengakses data pendukung

diunduh daring

ISPO Perusahaan membuka informasi kepada auditor yang

dipilih/disertifikasi oleh Kementan

Rekonsiliasi oleh auditor Sertifikasi dibuka. Namun, data

assessment hanya bagian sosial dan

High Conservation Value (HCV) yang dibuka ke masyarakat setempat.

Berjenjang: Hanya sebagian data

assessment yang dibuka

Bersyarat: Terbatas bagi masyarakat setempat Bahan presentasi hanya untuk dilihat, tidak untuk dimiliki

Tabel

6

²

Prakarsa/sistem layanan yang mendukung transparansi sektor berbasis lahan: mekanisme pengumpulan, rekonsiliasi,

pembukaan, tingkat transparansi dan tingkat aksesibilitasMekanisme pengumpulan, pembukaan dan rekonsiliasi sistem

pendukung

Nama Program Mekanisme pengumpulan informasi Mekanisme rekonsiliasi Mekanisme pembukaan data Tingkat transparansi Tingkat aksesibilitas Bentuk Data

AHU Pendaftaran perseroan dan jaminan fidusia

- - - Bersyarat:

pemohon, antarpemerintah

PTSP Perusahaan mengajukan

permohonan izin ke layanan di daerah masing-masing

(Forum fasilitasi antardinas dengan Satu Pintu) - - Bersyarat: pemohon, antarpemerintah, per sektor Dokumen

SPIPISE Kelengkapan informasi dan dokumen perusahaan tercatat dalam database server BKPM

(Forum fasilitasi antardinas dengan Satu Pintu)

Perusahaan dapat memantau kemajuan proses layanan

- Bersyarat:

pemohon, antarpemerintah, per sektor

Dokumen

INSW Sistem kepabeanan, perizinan, kepelabuhanan/ kebandarudaraan, proses pelayanan dan pengawasan kegiatan ekspor-impor.

Memadukan alur dan proses informasi antar sistem internal secara otomatis

Perusahaan menyampaikan laporan pembayaran pajak/PNPB dan cukai dan melakukan tracking dokumen PEB - Bersyarat: antarpemerintah, per sektor Dokumen, tabular

INATRADE Perusahaan mengajukan

permohonan ekspor terdaftar/persetujuan ekspor

- Persyaratan, regulasi terkait, waktu

& biaya pengajuan izin, hasil persetujuan dan penolakan dibuka kepada pihak terkait

- Bersyarat: pemohon, antarpemerintah, per sektor Dokumen, tabular

(28)

MPN G2 Sistem penerimaan, penyetoran, pengumpulan data, pencatatan, pengikhtisaran dan pelaporan penerimaan negara

- K/L terkait langsung mendapat

notifikasi penyetoran penerimaan negara secara real time

- Bersyarat:

wajib bayar, antarpemerintah, per sektor

Tabular

SSE Pelaporan pembayaran melalui situs web

DJP mendapatkan notifikasi real time sementara wajib pajak memastikan tersampaikannya pelaporan

Penagihan daring diisi sendiri oleh wajib pajak, wajib pajak memiliki akses memantau status realisasi pajak

- Bersyarat:

wajib pajak, antarpemerintah,

Tabular

SIMPONI Sistem penagihan, penyetoran dan pelaporan pembayaran PNBP secara online melalui saluran Bank BRI: teller, ATM, EDC (Electronic Data Capture), maupun internet banking.

K/L terkait mendapatkan notifikasi

real time sementara perusahaan memastikan tersampaikannya pelaporan

(Forum rekonsiliasi triwulan antara Kementerian Keuangan dengan SKPD terkait secara tematik)

Penagihan daring diisi sendiri oleh wajib bayar tanpa disalin petugas bank, wajib bayar memiliki akses memantau status realisasi PNBP

- Bersyarat:

wajib bayar, antarpemerintah, per sektor

Tabular

...

Commented [C19]: Di bagian ini missing hasil analisanya: so,
(29)

29

IV.

4

Pelibatan masyarakat sipil dalam

prakarsa

-prakarsa

transparansi

di Indonesia

Untuk dapat menegakkan demokrasi, akuntabilitas dilaksanakan dalam tiga tahap, yakni: (1) transparansi data dan informasi, dalam rangka memenuhi hak untuk tahu masyarakat, (2) deliberasi, yakni melibatkan masyarakat dalam pengambilan keputusan bersama, dan (3) kolaborasi, yakni masyarakat gotong-royong dalam pelaksanaan pemerintahan agar efektif.

Setelah tahapan transparansi dijabarkan pada bagian sebelumnya, pada bagian ini akan dibahas tentang pelibatan masyarakat sipil melalui tahap deliberasi maupun kolaborasi.

4.1.

Pelibatan masyarakat sipil dalam regulasi teknis

UU KIP (semula bernama Kebebasan Memperoleh Informasi Publik) mengalami perjalanan yang panjang digagas oleh koalisi masyarakat sipil, antara lain Indonesian Center for Environmental Law (ICEL).

Unsur masyarakat sipil duduk bersama unsur pemerintah di Komisi Informasi (KI) untuk menjalankan UU KIP dan peraturan pelaksanaannya, menetapkan petunjuk teknis standar layanan informasi publik dan menyelesaikan sengketa informasi publik melalui mediasi dan/atau ajudikasi nonlitigasi. Mediasi adalah penyelesaian sengketa informasi publik antara para pihak melalui bantuan mediator komisi informasi (untuk informasi yang tidak dikecualikan), sedangkan ajudikasi adalah proses penyelesaian sengketa informasi publik antara para pihak yang diputus oleh komisi informasi. Sebagai lembaga mandiri di tingkat pusat, provinsi maupun Kabupaten, anggota KI dipilih oleh DPR atau DPRD setempat.

Namun, ditengarai bahwa pengesahan UU tersebut telah disarati oleh berbagai kepentingan. Diduga UU KIP justru dirancang menutup akses informasi terkait situasi dan kondisi kekayaan alam, proses penegakan hukum, akses terhadap jejak rekam medis serta latar belakang pendidikan seseorang. ICEL mencatat beberapa kelemahan mendasar dalam UU KIP yaitu pertama, tidak mengatur secara tegas untuk badan usaha swasta yang melakukan kegiatan berdasarkan perjanjian kerja dari pemerintah seperti dalam industri ekstraktif. Kedua, menyimpang dari asas akses maksimal dan pengecualian terbatas, dengan justru membatasi jenis informasi yang wajib dibuka oleh BUMN/D, parpol, dan LSM. Ketiga, mewajibkan peminta informasi untuk memberikan alasan, sehingga membuka peluang konflik kepentingan badan publik. Keempat, Badan Publik berhak menolak permintaan informasi masyarakat apabila salah satu data tersebut belum dikuasai atau didokumentasikan. Kelima, batas waktu memberitahukan informasi sangat

Formatted: Outline numbered + Level: 1 + Numbering Style: 1, 2, 3, « + Start at: 2 + Alignment: Left + Aligned at: 0" + Indent at: 0.35"

Commented [C20]: Ini referensi dari mana? Diatas framework \DQJ GLPHQWLRQ DGDODK ´WUDQVSDUDQVL XQWXN DNXQWDELOLWDVµ \DQJ EHOXP tuntas dibahas/dijawab, mengapa disini muncul yang lebih lebar ´DNXQWDELOLWDV XQWXN PHQHJDNNDQ GHPRNUDVLµ"

Saran saya jangan pakai framework baru, kita beri reasoning ² kalau mau membahas partisipasi masyarakat ² tetap dalam kerangka sebelumnya: yaitu bahwa transparansi menuju akuntabilitas perlu instrumen-instrumen pelibatan publik (Peixoto).

(30)

30

longgar. Keenam, mekanisme penyelesaian sengketa tidak sesuai prinsip cepat, sederhana dan biaya murah. Ketujuh, tidak adanya sanksi bagi badan publik yang tidak menjalankan putusan Komisi Informasi yang telah bersifat final dan mengikat.

Perwakilan masyarakat sipil dilibatkan sebagai pemangku kepentingan dalam perancangan template pelaporan EITI. Masyarakat sipil menjadi bagian dalam Tim Pelaksana yang bertugas menyusun Rencana Kerja Tim Transparasi untuk periode 3 (tiga) tahun serta menentukan format laporan, menetapkan rekonsiliator, menyebarluaskan hasil rekonsiliasi laporan, menyusun laporan Tim Pengarah kepada Presiden, dan melakukan hal-hal lain yang diperlukan untuk melaksanakan transparansi pendapatan negara dan pendapatan daerah yang diperoleh dari industri ekstraktif. Perwakilan masyarakat sipil dipilih melalui koalisi Publish What You Pay (PWYP) Indonesia7.

Evaluasi atas pelibatan masyarakat sipil dalam EITI menunjukkan bahwa ruang untuk ikut terlibat mengambil keputusan sebenarnya cukup besar, dan pengaruh perwakilan masyarakat sipil sangat terasa dalam perjalanan EITI. Hanya capaian ini selalu tergantung pada seberapa intensif masyarakat sipil melakukan koordinasi antar mereka sendiri, keaktifan dan inisiatif dalam proses, serta tingkat pemahaman atas substansi sektor minyak, gas dan tambang sebagai fokus EITI. Pada masa-masa awal keterlibatan masyarakat sipil (periode Laporan Pertama di tahun 2013 dan periode Laporan Kedua di tahun 2014) lebih fokus pada upaya mendorong produksi laporan melalui mekanisme EITI (rapat-rapat Tim Pelaksana), dan membantu memecahkan kendala-kendala yang terjadi. Kendala utama ada pada koordinasi antar lembaga negara yang terlibat, birokrasi yang rumit, dan dukungan para pihak yang masih minim atau hanya patuh pada prosedural semata. Akan tetapi pada generasi berikutnya (periode penyiapan Laporan Ketiga di tahun 2014/2015) masyarakat sipil tampak mulai bisa lebih aktif mendorong proses EITI agar mulai bereksperimen lebih dalam mendorong transparansi.

OGP merupakan landasan yang secara konsisten berusaha memastikan keterlibatan masyarakat sipil sebagai mitra pemerintah, dan menuangkannya dalam berbagai prinsip serta aturan. Di tingkat internasional, dewan pengarah terdiri dari perwakilan pemerintah dan masyarakat sipil dalam jumlah yang setara (2 perwakilan pemerintah dan 2 perwakilan masyarakat sipil). Dalam OGP, terdapat badan yang disebut Civil Society Coordination Team (CSC) yang bekerja untuk memperluas dan memperkuat pelibatan masyarakat sipil, khususnya di tingkat nasional. Dalam Tim Inti di tingkat nasional Indonesia, saat ini terdapat 7 lembaga perwakilan masyarakat sipil dari pusat dan daerah.8 Mekanisme pembuatan Rencana Aksi, penetapan sektor yang akan dikawal, cara

7 PWYP merupakan koalisi masyarakat sipil dan lembaga non-pemerintah dari berbagai wilayah yang kaya sumber daya alam migas dan pertambangan, berjuang untuk transparansi dan akuntabilitas tata kelola sumber daya ekstraktif dan mendorong terlaksananya EITI. http://pwyp-indonesia.org/

8 Lembaga perwakilan masyarakat sipil di tingkat pusat yakni Transparency International Indonesia (TII), Sekretariat Nasional Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran (Seknas FITRA), Pusat Telaah dan Informasi Regional

Commented [u21]: Mohon tambahkan refleksi tentang pelibatan masyarakat sipil dalam regulasi teknis EITI

(31)

31

melaksanakan, dan penilaian kemajuan transparansi dan akuntabilitas, diatur agar melalui seri konsultasi luas bersama pemangku kepentingan dan masyarakat sipil.

Berdasarkan hasil wawancara Independent Reporting Mechanism (Al-Afghani, 2014), proses konsultasi renaksi OGI 2013 tidak mengikuti panduan OGP. Ada yang beranggapan gerakan

Gambar

Tabel 1 ²  Prakarsa yang memberi lL andasan  bagi mekanisme prakarsa  transparansi
Tabel 3 ²  Prakarsa/Beberapa contoh  sistem  layanan  yang mendukung transparansi pendukung kegiatan usaha  sektor berbasis  lahan
Tabel 4 ²  Prakarsa yang memberi landasan bagi mekanisme transparansi: mM ekanisme pengumpulan,  rekonsiliasi,  pembukaan ,  tingkat transparansi dan tingkat aksesibilitas
Tabel  6  ²  Prakarsa/sistem layanan yang mendukung transparansi sektor berbasis lahan: mekanisme pengumpulan, rekonsiliasi,
+2

Referensi

Dokumen terkait

Lagipula pada periode 1 tahun sebelum pemeriksaan (CITS mini ) telah menunjukkan perbedaan yang meningkat dibandingkan dengan periode 2 tahun sebelum pemeriksaan

Hasil Verifikasi Kedalaman Pemeruman SBES Verifikasi data pemeruman menggunakan SBES dimaksudkan untuk mengetahui standar deviasi lajur yang akan dijadikan sebagai

kehidupan dan mahkluk hidup mempunyai nilai dan berharga pada dirinya sendiri, sehingga pantas mendapat pertimbangan dan kepedulian moral.. Konsekuensinya, alam

Rancangan form detil restoran dipergunakan untuk menampilkan informasi secara rinci dari restoran seperti alamat lengkap, nomor kontak, menu lain yang tersedia pada restoran

Dengan adanya sistem e-grocery maka konsumen yang akan membeli barang dalam jumlah tertentu dapat memanfaatkan jaringan internet yang terhubung ke website untuk memilih

Pada kenyataannya bahwa batuan hasil letusan gunungapi dapat berupa suatu hasil lelehan merupakan lava yang telah dibahas dan diklasifikasikan kedalam batuan beku,

f. Para Pemimpin Sangga sesudah laporan mengambil tempat di sebelah kanan barisan. Pradana menjemput Pembina dan mengantarnya ke sebelah kanan para pemimpin Sangga. Pradana

Perbedaan dengan penelitian sebelumnya terutama penelitian tentang sistem sapaan bahasa Besemah, yakni penelitian sebelumnya terfokus mengkaji dan membahas tentang sistem