• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Manajemen Aset GPIB (Tata Kelola Aset GPIB Sesuai Dengan Tata Gereja GPIB Dan Prinsip Manajemen) T2 912013008 BAB I

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Manajemen Aset GPIB (Tata Kelola Aset GPIB Sesuai Dengan Tata Gereja GPIB Dan Prinsip Manajemen) T2 912013008 BAB I"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Organisasi merupakan sebuah sistem yang memiliki dua hal penting

di dalamnya yaitu manusia sebagai pelaku organisasi dan aktifitasnya

sebagai sebuah kegiatan yang berhubungan dengan sistem ekonomi

organisasi, tidak hanya organisasi profit hal ini juga berlaku kepada

organisasi non-profit seperti Gereja (Ammerman, 1998). Pengorganisasian di

dalam sebuah organisasi merupakan hal yang penting hal ini berkaitan

dengan menyusun struktur organisasi dengan baik dan terarah (Aryanto,

2013). Kehidupan ekonomi dan bisnis bukanlah sesuatu yang mempunyai

otonom mutlak, melainkan sesuatu yang harus dijalankan dan taklukkan

di bawah dan dengan penuh pertanggungan-jawab kepada Allah maka,

tindakan-tindakan ekonomi manusia harus dilaksanakan sebagai

Penatalayan kehendak Allah atas dunia ciptaan-Nya serta Ekonomi, yang

berasal dari kata-kata “oikos” (= rumah) dan “nomos” (= hokum),

mempunyai hubungan yang erat dengan “Theonomi” (= hukum Allah) hal ini

pun kemudian juga ditambahkan bahwa semua ini ditujukan untuk

kesejahteraan manusia (Darmaputera, 2009). Sistem ekonomi selalu

berkaitan dengan bagaimana manajemen keuangan sebuah organisasi

tersebut, hal ini ditegaskan oleh Walsh (2006) bahwa hal yang paling

mendasar dari mengetahui bagaimana kondisi keuangan sebuah organisasi

ialah hanya dari tiga hal yaitu; neraca (balance sheet), laporan laba-rugi

(2)

kemudian ditegaskan kembali oleh Walsh (2006) bahwa neraca adalah

dokumen dasar dari akuntasi yang dibutuhkan sebuah organisasi didalam

menganalisis kuangan organisasi dan kinerja organisasi tersebut.

Selanjutnya di dalam neraca dibedakan menjadi dua blok aktiva yaitu

aktiva tetap (fixed assets, FA) yang berisikan aktiva tetap neto (investment),

tak berwujud (intangibles) & Investasi (investment) sedangkan blok aktiva

yang kedua yaitu; aktiva lancar (current assets, CA) yang berisikan seluruh

aktiva atau pendapatan organisasi jangka pendek yang biasanya dapat

dengan cepat dikonversi menjadi uang tunai atau biasa kita sebut kas

(Walsh, 2006).

Peneliti kemudian mencoba untuk mengaitkan antara ekonomi dan

gereja dengan tujuan yang sama yaitu untuk menyejahterakan manusia di

dalam penatalayanan asset gereja yang juga merupakan milik jemaat.

Menurut Darmaputera (2009), Organisasi gereja pun perlu adanya

pengorganisasian agar dapat lebih terarah dan jelas, secara khusus untuk

penatalayanan sistem keuangan dalam hal ini aset gereja merupakan hal

yang penting. Gereja merupakan alat yang mau dipakai oleh Tuhan untuk

membuat manusia memperoleh keselamatan (Nitrik & Boland, 2008).

Gereja memiliki peranan yang besar di dalam menata, membangun dan

memelihara masyarakat missioner yang memberikan perhatian serius

terhadap beberapa hal yang terkait dengan hal-hal yang berkaitan dengan

manusia dalam hubungannya dengan Tuhan (Tata Gereja GPIB, 2010).

Hariyanto (2008) menjelaskan bahwa manajemen aset memiliki ruang

lingkup utama untuk mengontrol biaya pemanfaatan ataupun penggunaan

(3)

itu ada upaya pula untuk melakukan inventarisasi aset-aset yang tidak

digunakan. Pengertian aset secara umum menurut Siregar (2004) adalah

barang (thing) atau sesuatu barang (anything) yang mempunyai nilai

ekonomi (economic value), nilai komersial (commercial value) atau nilai tukar

(exchange value) yang dimiliki oleh badan usaha, instansi atau individu

(perorangan).

Dalam kaitannya dengan teori, batasan yang diberikan oleh peneliti

dalam penelitian ini adalah manajemen pada aset tetap milik gereja atau

biasanya disebut dengan harta milik dalam organisasi gereja. pada

kenyataannya banyak jemaat yang merupakan bagian dari masyarakat

yang kurang mengetahui mengenai bagaimana GPIB yang merupakan

Gereja menata dan memelihara asset Gereja yang juga merupakan milik

jemaat itu sendiri. Hal ini yang lalu memicu adanya konflik di dalam

organisasi non profit ini.

Di dalam GPIB, asset merupakan salah satu bagian penting yang

perlu diperhatikan pengelolahannya (Akta Gereja GPIB, 2010). Asset ini

terkait dengan adanya segmen pasar yang harus senantiasa diperhatikan

oleh lembaga non profit ini. Dalam penelitian Pollatu (2012) di dalam

ringkasan Kehadiran dan keterlibatan Gereja dalam Ekonomi dan

Entrepreneurship menyatakan bahwa GPIB memiliki 3 segmen pasar yaitu;

konsumen lokal (umat), masyarakat umum dan lembaga pendukung usaha,

dalam kaitan dengan pasar, pengelolahan yang baik akan menciptakan

kesejahteraan bagi jemaat sebagai pemilik asset tersebut, untuk menata

(4)

GPIB dalam Pemahaman Iman Gereja (2010) melakukan

penatalayanan dengan memberdayakan warga gereja berdasarkan Imamat

AM orang percaya dalam ketaatan kepada Yesus Kristus yang menghendaki

segala sesuatu tersusun dan diikat menjadi satu oleh pelayanan dari semua

bagian; baik warga gereja, juga dalam kebersamaan di tingkat wilayah, yang

semuanya ini diatur berdasarkan tata aturan dengan sistem presbiterial

sinodal.

Menurut Sullivan (2007), Gereja perlu memiliki peraturan yang tetap

sehingga peran dari peraturan gereja ini dapat lebih membantu gereja

dalam pergerakannya yang berhubungan dengan umat dan pemerintahan.

Hal ini kemudian ditegaskan kembali oleh Prodjowijono (2008), Untuk bisa

mengelola suatu gereja yang baik, pengelola perlu mengetahui dan

memahami tugas dan kewajiban menjalankan misi gereja menuju sasaran

yang ingin dicapai dengan cara yang benar Membina warga jemaat agar

dapat memenuhi panggilan dan pengutusan Kristus ditengah dan bersama

masyarakat, maka hal itu perlu diatur secara baik dan benar, oleh GPIB

sebagaimana tradisi Gereja-gereja Reformasi, hal itu diatur di dalam Tata

Gereja.

Hal ini pun dikuatkan kembali oleh Teori dari Abineno yang dikutip

oleh Van den End (2009) dimana sebagai Gereja, sesungguhnya Gereja

membutuhkan Tata Gereja karena maksud pelayanan ialah pembangunan

Gereja dan jemaat. Jika tidak ada peraturan yang menata pelayanan maka,

yang akan diperoleh bukannya pembangunan melainkan keruntuhan, dan

(5)

Penelitian ini akan mengarah kepada penatalayanan Gereja

disebabkan oleh, memahami bahwa bukan hal yang mudah untuk menata

asset yang merupakan milik bersama (Gereja dan jemaat) yang kemudian

dikaitkan dengan kehendak Tuhan yang kemudian diikat di dalam sebuah

peraturan Gereja dalam hal ini Sinodal (Tata Gereja). GPIB merupakan

sebuah organisasi non profit yang memiliki jumlah anggota jemaat yang

besar dengan berbagai karakter dan keinginan.

Di dunia barat, Penjualan aset gereja bukan karena masalah ekonomi

melainkan semakin terjadinya penurunan dramatis jumlah anggota yang

menghadiri ibadah di gereja atau biasa kita pahami sebagai sebuah

fenomena krisis keyakinan. Berbeda dengan hal yang terjadi di Indonesia,

aset gereja yang ada di Indonesia sering kali dijadikan sebuah peluang

untuk mendapatkan uang dalam rangka yang tidak sesuai dengan tujuan

atau alasan penjualan awal. Gereja-gereja kurang dapat menata aset gereja

oleh karena kurangnya pengetahuan tentang bagaimana cara mengatur tata

kelola aset dengan baik (Soeharto, 2008).

Fenomena penjualan aset gereja di Indonesia tidak terlalu banyak

yang diekspos (secara khusus untuk GPIB), peneliti kemudian

mendapatkan beberapa kasus penjualan aset terkait dengan sebuah gereja

besar peninggalan Belanda yaitu GPIB (Gereja Protestan bagian Barat).

Berangkat dari sebuah fenomena gap yang baru saja terjadi (tahun

2012-2013), ketika MS menjual asset gereja yang telah di patenkan oleh negara

merupakan tanah yang dibudidayakan, menimbulkan konflik di dalam

Gereja yang kemudian berdampak pada seluruh jemaat Gereja bahkan juga

(6)

dijual karena di anggap sah dalam Persidangan Sinode dengan berpatokan

kepada pilar gereja (Tata Gereja GPIB), Bagaimana gereja yang juga

merupakan sebuah organisasi nirlaba (non-profit) menanggapi hal ini?.

Gereja merupakan bagian dari sebuah organisasi nirlaba yang di akui

dan terdaftar oleh pemerintah. Dalam sebuah pemerintahan tentunya

memiliki beberapa peraturan dan syarat yang berkaitan dengan pendiriian

sebuah organisasi. Ketika organisasi tersebut telah terdaftar dan diakui

maka organisasi tersebut dapat dikatakan sebagai sebuah organisasi legal.

Hal yang berkaitan dengan permasalahan aset atau keuangan gereja.

Secara organisasi dalam hal ini organisasi nirlaba, sistem keuangannya pun

berbeda dengan organisasi pada umumnya.

Berangkat dari pemahaman bahwa setiap Gereja memiliki peraturan

khusus di dalam organisasinya (Tata Peraturan Gereja) dan juga perlu

disadari bahwa gereja merupakan sebuah organisasi nirlaba yang diakui

oleh pemerintah dan juga telah diberikan ketentuan di dalam pembuatan

laporan keuangan. Oleh sebab itu, bagaimana cara organisasi ini dapat

mengelola aset gerejanya dengan baik.

Letak peraturan dan ketentuan dalam pembuatan laporan keuangan

gereja serta manajemen aset gereja pun perlu kita ketahui. Kemampuan

dalam mengelola aset pun merupakan hal penting oleh sebab itu, penelitian

ini ingin melihat dari sisi pengelolanya (Majelis Sinode) dan mengelola aset

(7)

1.2. Rumusan Masalah

Penelitian ini mencoba merumuskan masalah yang ada menjadi

sebagai berikut;

1. Bagaimana Majelis Sinode (MS) mengelola aset GPIB?

2. Apakah Majelis Sinode (MS) sudah mengelola aset sesuai dengan Tata

Gereja GPIB dan Prinsip Manajemen?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Menganalisis bagaimana Majelis Sinode (MS) mengelola aset GPIB.

2. Menganalisis apakah Majelis Sinode (MS) sudah mengelola aset

sesuai dengan Tata Gereja GPIB dan Prinsip Manajemen.

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini akan memberikan beberapa kontribusi pada beberapa

lembaga terkait yaitu sebagai berikut;

1. Memberikan kontribusi pada Sinode pusat GPIB, sebagai literatur

penataan asset GPIB dalam kaitannya dengan Tata Gereja.

2. Memberikan kontribusi pada jemaat GPIB, sebagai literatur

bagaimana MS (majelis sinode) menata dan mengelolah asset GPIB.

3. Memberikan kontribusi kepada studi manajemen gereja dalam

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini dapat dikarenakan pada dosis ini asam-asam organik yang dihasilkan dari proses dekomposisi Tithonia dengan adanya bantuan bakteri asam laktat sangat

baik demokrasi adalah adanya kedaulatan rakyat selama tidak bertentangan dengan Islam. Sementara, sisi buruknya adalah penggunaan hak legislatif secara bebas yang

→ Bertanya tentang hal yang belum dipahami, atau guru melemparkan beberapa pertanyaan kepada siswa berkaitan dengan materi Unsur Kebahasaan yang akan selesai dipelajari

Fokja Peng;ula:m Barang cian Jasa Lai'rnya ULP Dims Kesehatan Kabupaten leb<xrg. Nama dan alamat p,erumhaan, selaku penyedia

Untuk pasien, tiap puskesmas dipilih 10 pasien (6 puskesmas × 10 orang = 60 orang sedangkan di tiap rumah sakit dipilih 40 pasien yang tersebar di 4 spesialis dasar (dalam,

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pergeseran bentuk dan makna yang terjadi dalam penerjemahan klausa pasif novel Le Fantôme de l’Opéra karya Gaston Leroux serta novel

Letakkan titik awal salah satu vector (misalkan b) pada titik ujung vector yang Letakkan titik awal salah satu vector (misalkan b) pada titik ujung vector yang lain (dalam hal ini

Struktur Kurikulum Diklat Pembentukan Jabatan Fungsional Pranata Humas tingkat keterampilan dan Struktur Kurikulum Diklat Pembentukan Jabatan Fungsional Pranata Humas tingkat