• Tidak ada hasil yang ditemukan

Menyoal Islam di Asia Tenggara Mayoritas

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Menyoal Islam di Asia Tenggara Mayoritas"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

1

Menyoal ‘

Islam di Asia Tenggara

’:

Mayoritas dan Minoritas

1

Fathurrochman

21171200000029

Mahasiswa magister Sekolah Pascasarjana (SPs) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

atunk.oman@gmail.com

“...majority of Muslims would love to argue that Indonesia neither secular nor theocratic state. For them Pacasila is in accord with Islamic belief and teachings. The first pillar of Pancasila, for instance, in their opinion, is simply

another reformulation of the Islamic belief in th One Supreme God (tawhid). --Tarmizi Taher (dikutip dalam Azra 2001: 49)

Abstrak

Islam di Asia Tenggara tak pernah habis dibahas oleh para peneliti dan sarjana baik dari dalam maupun luar negeri. Meskipun berada jauh dari pusat Islam di Arabia, ia memiliki sejarah yang panjang, kebudayaan yang kaya, khazanah melimpah, serta berbagai hal menarik lainnya. Bahkan, mayoritas Muslim-nya merupakan jumlah terbanyak di dunia. Di beberapa negara di Asia Tenggara, Islam masih menjadi agama minoritas. Umat Muslim mengalami intimidasi bahkan pembantaian yang tak selayaknya terjadi. Maka, membahas mayoritas dan minoritas tak melulu hanya berkutat pada „kuantitas‟ atau angka, tapi bagaimana bisa diimbangi dengan kualitas.

Kata kunci: Islam di Asia Tenggara, Muslim Rohingya, dan Civil Society di Indonesia.

1 Makalah ini pernah disampaikan dalam presentasi kelas Islamic History and

(2)

2 Prolog

Beberapa hari lalu, tepatnya pada Selasa 21 November 2017, Sekolah Pascasarjana (SPs) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta mengadakan kuliah umum bertema „Peran Ulama dan Dai dalam Penyebaran Nilai Islam dan Kedamaian antar Umat‟. Dalam acara itu, hadir sebagai pembicara Dr. Abdul Aziz Munadhil, Dosen Universitas Ibnu Thufail Maroko dan Dr. Hamid Slimi, Direktur Canadian Centre for Deen Studies, Canada.

Yang menarik dalam acara tersebut, Hamid Slimi mengungkapkan kekagumannya akan corak Islam yang ada di Indonesia. Ia menyebutkan, umat Muslim di Indonesia berbeda dengan Arab2. Di Indonesia, hidup berdampingan dan rukun dengan agama lain adalah hal yang biasa. Model Islam di Indonesia juga lebih moderat, tidak ekstrem. Dengan agak kelakar, ia juga berpesan agar mahasiswa Indonesia bisa pergi ke Arab untuk mengajarkan agama mereka sendiri (Islam) di sana.

Hal ini menjadi wajar sebab Islam Asia Tenggara—terlebih Indonesia— memang memiliki tradisi dan budaya yang kaya. Mereka mampu membaur dengan masyarakat luas. Meskipun, di negara Asia Tenggara jumlah umat Muslim tak selamanya menjadi mayoritas.

Makalah ini berusaha menampilkan “potret” Islam di Asia Tenggara dalam sudut pandang mayoritas dan minoitas umatnya, serta beberapa problema yang ada. Agar cakupan pembahasan ini tidak melebar—kalau tidak disebut keterbatasan referensi—penulis hanya membatasi beberapa negara seperti Indonesia, Myanmar, dan Thailand.

Seputar Islam di Asia Tenggara

Tak banyak diketahui bahwa Asia Tenggara merupakan tempat tinggal bagi penduduk Muslim terbesar di dunia. Islam merupakan agama mayoritas di Indonesia, Malaysia dan Brunei Darussalam. Selain itu, minoritas Muslim dapat ditemukan di Burma (Myanmar), Singapura, Filipina, Thailand dan Vietnam. Secara geografis, kawasan Asia Tenggara merupakan tempat yang unik dan menarik bagi perkembangan agama-agama dunia, sehingga hampir seluruh

2

(3)

3

agama terutama agama besar pernah singgah dan mendapat pengaruh di beberapa tempat di kawasan ini, termasuk agama Islam.3

Pada abad ke-12 dan 13 M, disebabkan banyaknya kekacauan dan peperangan di Timur Tengah termasuk Perang Salib, mendorong penduduk Timur Tengah semakin ramai melakukan kegiatan pelayaran ke Asia Tenggara. Tidak sedikit di antara mereka yang bermukim lama dan kawin-mawin dengan penduduk setempat. Lambat laun terbentuklah komunitas-komunitas Muslim yang besar di bandar-bandar dagang kepulauan Nusantara.4

Islam masuk ke Asia Tenggara melalui suatu proses damai yang berlangsung selama berabad-abad. Penyebaran Islam di kawasan ini terjadi tanpa pergolakan politik atau bukan melalui ekspansi pembebasan yang melibatkan kekuatan militer, pergolakan politik atau pemaksaan struktur kekuasaan dan norma-norma masyarakat dari luar negeri. Melainkan Islam masuk melalui jalur perdagangan, perkawinan, dakwah dan pembauran masyarakat Muslim Arab, Persia dan India dengan masyarakat pribumi. Watak Islam seperti itu diakui banyak pengamat atau “orientalis” lainnya di masa lalu, di antaranya, Thomas W. Arnold. Dalam buku klasiknya, The Preaching of Islam, Arnold menyimpulkan bahwa penyebaran dan perkembangan historis Islam di Asia Tenggara berlangsung secara damai.5

Azyumardi menambahkan bahwa penyebaran Islam di Asia Tenggara berbeda dengan ekspansi Islam di banyak wilayah Timur Tengah, Asia Selatan, dan Afrika yang oleh sumber-sumber Islam di Timur Tengah disebut Fath (atau Futuh), yakni pembebasan, yang dalam praktiknya sering melibatkan kekuatan militer. Meskipun futuh di kawasan-kawasan yang disebutkan terakhir ini tidak selamanya berupa pemaksaan penduduk setempat untuk memeluk Islam. Sebaliknya, penyebaran Islam di Asia Tenggara tidak pernah disebut sebagai futuh yang disertai kehadiran kekuatan militer.6

Banyak peneliti yang mengatakan bahwa Islam telah datang ke Asia Tenggara sejak abad pertama Hijrah (7M), seperti diyakini oleh Arnold. Ia mendasarkan pendapatnya ini pada sumber-sumber Cina yang menyebutkan bahwa menjelang akhir perempatan ketiga abad ke-7 seorang pedagang Arab menjadi pemimpin sebuah pemukiman Arab Muslim di pesisir pantai Sumatera. Sebagian orang-orang Arab ini dilaporkan melakukan perkawinan dengan wanita lokal, sehingga membentuk nukleus sebuah komunitas Muslim yang terdiri dari orang-orang Arab pendatang dan penduduk lokal. Menurut Arnold,

3 Dardiri, Helmiati, dkk., Sejarah Islam Asia Tenggara , (Pekanbaru, kerjasama

ISAIS dan Alaf Baru, 2006), hlm. 53.

4 Abdul Hadi W.M., Islam di Indonesia dan Transformasi Budaya dalam

Komaruddin Hidayat (ed), Menjadi Indonesia ... h. 446.

5 Thomas W. Arnold, The Preaching of Islam, London, 1950, hlm. 42.

6 Azyumardi Azra, Renaisans Islam Asia Tenggara, Sejarah Wacana dan

(4)

4

anggota komunitas Muslim ini juga melakukan kegiatan-kegiatan penyebaran Islam.7

Pendapat yang sama juga ditegaskan oleh J. C. van Leur, bahwa koloni-koloni Arab Muslim sudah ada di barat laut Sumatera, yaitu Barus, daerah penghasil kapur barus terkenal sejak tahun 674 M. Pendapatnya ini didasarkan pada cerita perjalanan para pengembara yang sampai ke wilayah Asia Tenggara. 8

Mungkin benar bahwa Islam sudah diperkenalkan ke dan ada di Nusantara pada abad-abad pertama Hijri, sebagaimana dikemukakan Arnold dan dipegangi banyak sarjana Indonesia-Malaysia, tetapi hanyalah setelah abad ke-12 pengaruh Islam kelihatan lebih nyata. Karena itu proses islamisasi nampaknya mengalami akselerasi antara abad ke-12 dan ke-16.9

Asal Kedatangan Islam di Asia Tenggara

Tentang teori masuknya Islam di Asia Tenggara, ada tiga masalah pokok, yaitu asal kedatangan Islam, waktu datang Islam, dan siapa pembawanya.Terdapat banyak diskusi dan perdebatan panjang di antara para ahli mengenai hal ini.

Setidaknya, terdapat tiga teori mengenai tempat asal datangnya Islam di Duni Melayu atau Asia Tenggara. Pertama, menyatakan bahwa Islam datang langsung dari Arab, atau tepatnya Hadramaut.Teori ini pertama kali dikemukakan Crawfurd (1820), Keyzer (1859), Niemann (1861) dan Veth (1978).10

Naquib Alattas Al-Attas juga gigih membela teori ini. Ia mengatakan bahwa sebelum abad ke-17 seluruh literatur keagamaan Islam yang relevan tidak mencatat satu pengarang pun Muslim India, atau karya yang berasal dari India. Pengarang-pengarang yang dipandang kebanyakan sarjana Barat sebagai berasal dari India atau menghasilkan karya Muslim India terbukti berasal dari Arab dan atau paling tidak Arab-Persia.11

7

T.W. Arnold, The Preaching of Islam: A History of the Propagation of the Muslim Faith, (London: Constable, 1913), hlm. 364-365.

8 J. C. van Leur, Indonesian Trade and Society, (Bandung: Sumur Bandung,

1960), hlm. 91. Lihat pula Jane Drakard, Sejarah Raja-raja Barus, Dua Naskah Dari Barus, ( Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2003), hlm. 17.

9 Azyumardi Azra, Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara

Abab XVII dan XVIII, Melacak Akar -akar Pembaharuan Islam di Indonesia, (Bandung: Mizan, 1994), hlm. 31.

10 Mahdini, Islam dan kebudayaan Melayu (Daulat Riau, 2003), h. 13.

(5)

5

Crawfurd megatakan, Islam datang langsung dari Arab meskipun demikian ia menyarankan bahwa interaksi penduduk Nusantara dengan kaum Muslim yang berasal dari pantai Timur India juga merupakan faktor penting dalam penyebaran Islam di Nusantara. Sementara itu Keyzer, beranggapan Islam datang dari Mesir atas dasar pertimbangan kesamaan kepemelukan penduduk Muslim di kedua wilayah yang bermadzhab Syafi‟i. Teori tentang madzhab ini diikuti oleh Niemann, tetapi dengan menyebut Hadramaut, bukan Mesir, sebagai sumber datangnya Islam, sebab Muslim Hadramaut adalah pengikut mazhab Syafi‟i, seperti juga kaum Muslim Nusantara. Adapun Veth hanya menyebut dibawa “orang-orang Arab” tanpa menunjuk tempat asal mereka.

Teori kedua, dikemukakan pertama kali oleh Pijnapel (1872) sarjana dari Universitas Leide, bahwa Islam di Asia Tenggara datang dari India. Orang-orang Arab yang bermadzhab Syafii dari Gujarat dan Malabar di India-lah yang membawa Islam ke Asia Tenggara. Teori ini lebih lanjut dikembangkan oleh Snouck Hurgronje. Adapun pendapat ketiga, Islam di Asia Tenggara beradal dari Bengal. Teori ini dinyatakan oleh Fatimi berdasarkan penelitian yang dilakukannya, bahwa batu nisan Malik al-Saleh bukan dari Gujarat melainkan lebih mirip dengan yang terdapat di Bengal (Benggali).12

Kesatuan Melayu

Ira Marvin Lapidus mengungkapkan, konsolidasi imperium Inggris di Melayu menjelang abad ke-20 menyokong pembentukan negara-negara yang memusat dan sebuah perkonomian kapitalis yang memusat pada pemberdayaan pertanian dan indsustri pertambangan. Perkembangan ini menimbulkan dampak yang menonjol terhadap organisasi kehidupan keagamaan pada pola hubungan antara negara-negara Melayu dan komunitas Muslim. 13

Pada periode tradisional, Sultan merupakan pejabat agama dan politik tertinggi, dan melambangkan corak Muslim masyarakat Melayu. Ulama pedesaan merupakan perwakilan yang terpenting. Dominasi Inggris secara dratis mengubah sistem tersebut. Ketika para residen Inggris mengkonsolidasi aparat pemerintah pusat mereka membebaskan para Sultan Melayu dari otoritas efektif mereka dalam segala urusan kecuali bidang yang berkenaan dengan agama atau adat.

Kemerdekaan Melayu bermula pada 1946 dengan rencana Inggris membentuk sebuah kesatuan Melayu yang digabungkan atau dengan melepaskan beberapa negara kesultanan Melayu, Singapura, Malaka dan, Penang. Pada 1957

12 Ketiga teori tersebut belum final, sehingga meskipun telah banyak sejarawan

yang menulis tentang masalah ini, tetap masih terbuka peluang bagi munculnya penafsiran-penafsiran baru. Lebih lanjut baca, Mahdini, h. 17-20.

13 Ira Marvin Lapidus, Sejarah sosial ummat Islam (RajaGrafindo Persada,

(6)

6

terbentuk negara Melayu merdeka dengan dukungan dari para pejabat Melayu, para pedagang Cina dan intelektual India di bawah kepemimpinan Tunku Abdul Rahman. Pada 1963 federasi Melayu diorganisir kembali untuk memasukkan wilayah Borneo Utara dan Singapura—namun Singapura melepaskan diri pada 1965—dan perluasan federasi ini secara resmi diubah namanya menjadi Malaysia.14

Persentase Pemeluk Islam

Tidak berlebihan bila dikatakan bahwa penduduk Muslim terbesar ada di kawasan Asia Tenggara. Saat ini, ada sekitar 240 juta Muslim di Asia Tenggara atau sekitar 42% dari jumlah populasi penduduk Asia Tenggara. Jumlahnya sekitar 25% dari total penduduk Muslim dunia yang berjumlah 1.57 miliar jiwa.15

Meskipun jauh dari negara asal agama Islam, namun penduduk yang menganut agama Islam di Indonesia sangatlah besar, yaitu sekitar 12,9% dari total Muslim dunia. Saat ini, Muslim di Indonesia berjumlah sekitar 203 juta jiwa atau 88,2% dari seluruh jumlah penduduk yang berjumlah hampir 230 juta jiwa. Di Malaysia, Muslim berjumlah 16.581.000 jiwa, atau 60.4% dari total penduduknya. Di Brunei, Muslim berjumlah 269.000 jiwa, atau 67,2% dari seluruh jumlah penduduknya. Di Singapura terdapat 16.581.000 orang Muslim, atau 15% dari seluruh jumlah penduduk. Selain itu, juga terdapat minoritas Muslim di beberapa negara Asia Tenggara lainnya, seperti 4.654.000 orang (5,1%) di Filipina; 3.930.0008 orang (5,7%) dari seluruh jumlah penduduk Thailand; 1.889.000 orang (3,8%) di Myanmar; dan 2.000 orang (-1%) di Laos.16

Dari prosentase di atas maka bisa lihat grafiknya sebagaimana berikut ini:

14 Lapidus, h. 356. 15

http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/islammancanegara/12/01/17/lxy1jiMuslim-asia-tenggara-mencari-identitas, diakses pada 7 Desember 2017.

(7)

7 0%

10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100%

Non-Muslim

(8)

8 Civil Society di Indonesia

Jika kita melihat peta dunia, kepulauan Melayu-Indonesia (termasuk juga Asia Tenggara) terletak di bagian ujung Dunia Muslim. Ia merepserentasikan salah satu wilayah paling jauh dari pusat-pusat Islam di Timur Tengah. Menurut Azra, jauhnya Nusantara dari Timur Tengah membuat islamisasi yang berlangsung sangat berbeda dengan islamisasi yang terjadi di kawasan Afrika Utara, Asia Selatan, dan daerah-daerah Timur Tengah.17

Selain itu, berbeda dengan Timur Tengah, Islam hadir di Indonesia setelah penduduk yang tinggal di wilayah ini memeluk berbagai kepercayaan lokal, seperti animisme, dinamisme, hingga kedatangan agama besar lainnya, seperti Hindu dan Budha. Bahkan, Islam yang datang pertama kali ke Indonesia bukanlah Islam Timur Tengah, melainkan sejenis Islam yang telah mengalami proses dialektik dengan kebudayaan India dan Cina. Pluralisme inilah yang melatari Islam di Indonesia menjadi sebuah ajaran yang akomodatif. Sifat ini,

17 Azyumardi Azra, Islam Nusantara: Jaringan Global dan Lokal, Mizan,

(9)

9

pada gilirannya membuat pemeluk Islam di Indonesia menjadi lebih toleran ketimbang yang di Timur Tengah.18

Populasi penduduk Indonesia telah mencapai 150 juta jiwa, angka ini mencapai peringkat ketiga terbanyak se-Asia. Mereka meliputi etnis Aceh, Batak, Minangkabau, Jawa, Bali, Makasar, Toraja, dan sebagainya. Lebih dari 130 juta jiwa memeluk Islam, 6 juta umat Kristiani, Hindu 2,5 juta dan sisanya para penganut agama yang lain.19

Jumlah umat beragama di Indonesia

Merujuk bahwa mayoritas penduduk bangsa Indonesia adalah kaum muslimin, maka wajar jika mengharapkan orang-orang Muslim memainkan peran positif dalam peningkatan civil society20 dan demokrasi. Bagaimanapun, seperti yang dijelaskan Mitsuo Nakamura, seorang intelektual dari Jepang, masih tersisa pertanyaan yang serius megenai relevansi peran masyarakat Islam terhadap keadaban (civility) dan demokrasi; apakah betul ataukah tidak bahwa pertumbuhan civil society di kalangan Muslim itu kondusif bagi proses demokratisasi (Nakamura 2001: 13). Robert Hefner menyatakan bahwa civil society Islam telah menunjukkan eksistensinya sejak lama. Ia berpendapat, jika

18 Abd Moqsith Ghazali & Musoffa Basyir-Rasyad, Islam Pribumi, Mencari

Model Keberislaman ala Indonesia, dalam Komaruddin Hidayat (ed) Menjadi Indonesia, 13 Abad Eksistensi Islam di Bumi Nusantara, (Bandung; Mizan, 2006) H. 666.

19 Penelitian ini dilakukan oleh Anthony H Johns pada tahun 1980. Lihat John L.

Esposito, Islam in Asia: Religion, Politics, and Society (Oxford University Press, 1987), hal. 202.

20 Civil society diterjemahkan sebagai „masyarakat madani‟. Istilah “madani”

merujuk pada Madinah, kota tempat Nabi Muhammad mendirikan entitas politik Islam yang pertama—yang mengakui pluralitas agama, sosial, dan budaya di antara warga negaranya. Istilah ini juga diasosiasikan ke dalam kata madaniyah (civility/keadaban), “tamadun” (civilization/peradaban).

0 20 40 60 80 100 120 140

(10)

10

kita berbicara tentang organisasi berbasis massa Muslim seperti „neo -tradisionalist‟ Nahdlatul Ulama (NU), Muhammadiyah yang modernis, atau Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Indonesia memiliki masyarakat Muslim yang berbasis kewarganegaraan terkuat di dunia.21

Hefner melihat bahwa sejak masa kolonial kebanyakan organisasi ini juga menjaga jarak dengan birokrasi negara. Hefner menyimpulkan bahwa para tokoh Muslim diakui dan diikuti tidak hanya dari kata-katanya, tapi juga tindakannya bahwa menyatukan kepemimpinan agama dan negara adalah sekulerisasi yang paling profan, dan akhirnya pasti memanfaatkan atau melakukan subordinasi Islam untuk kepentingan politik sesaat (Hefner 2000: 3).

Nasib Muslim Rohingya di Burma (Myanmar)

Burma atau Myanmar adalah salah satu negara di Asia Tenggara yang merdeka dari penjajahan Inggris pada tahun 1948. Ibukotanya Rangoon. Luasnya lk 261.789 m2. Sebelah barat berbatasan dengan India da Bangladesh, sebelah timur Laos dan Thailand, sebelah utara dengan RRC, dan sebelah selatan dengan Teluk Benggala. Burma adalah negara federasi. Selain Burma, terdapat negara-negara bagian lainnya yaitu Chin, Kachin, Karen, Kayah, dan Shan.22

Agama Islam pertama kali tiba di Myanmar pada tahun 1055. Komunitas Muslim yang terdapat di Myanmar ada tiga kelompok: 1) Muslim Burma atau Zerbadee, merupakan komunitas yang paling lama berdiri dan berakar di wilayah Shwebo. Deiperkirakan mereka merupakan keturunan dari para muballigh yang datang dari Timur Tengah dan Asia Selatan serta penduduk Muslim awal yang kemudian beranak-pinak dengan masyarakat Burma. 2) Muslim India, imigran keturunan India, merupakan komunitas Muslim yang terbentuk seiring kolonisasi Burma oleh Inggris. 3) Muslim Rohingnya (Rakhine), yang berbatasan dengan Bangladesh. Komunitas Muslim yang paling banyak adalah Muslim Rohingnya.23

Islam masuk ke Myanmar khususnya wilayah Arakan pada abad ke-1 H/7 M yang dibawa oleh para pedagang Arab yang datang ke Akyab, ibukota Arakan. Namun. Komunitas Muslim di Arakan dalam proses Islamisasimemakan waktu yang cukup lama unutk mewujudkan suatu kekuasaan, mereka baru dapat mendirikan Negara Islam Arakan pada abad ke-8 H/14 M. Proses penyebaran Muslim dari pantai Arakan kemudian lanjut ke Selatan dan masuknya Islam ke

21 Azyumardi Azra, Civil Society dan Demokratisasi di Indonesia dalam

Burhanuddin, (ed) Mencari akar kultural civil society di Indonesia (Indonesian Institute for Civil Society (INCIS) bekerjasama dengan CSSP-USAID, 2003), hl. 60.

22 Choirul Fuad Yusuf, Dinamika Islam Filipina, Burma, dan Thailand, 2013, h.

239.

23 http://id.wikipedia.org/wiki/Islam_di_Myanmar diakses pada 7 Desember

(11)

11

Myanmar tidak hanya dibawa oleh para pedagang Arab, Muslim Malaysia dan India juga mempunyai peranan yang penting dalam penyebaran Muslim di Myanmar.

Tahun 1930-an merupaka permulaan era kemelaratan dan penindasan bagi orang-orang Islam di Myanmar. Beberapa serangan kejam telah terjadi di Yangon dan Mandanay. Diperkirakan dalam peristiwa tersebut sebanyak 200 orang Muslim terbunuh akibat keganasan tentara Myanmar. Ada beberapa hal yang melatarbelakangi tindakan kekerasan terhadap suku Rohingya24:

1) Adanya gerakan anti-Islam yang dilakukan oleh kaum mayoritas Budha. Mereka menginginkan orang Islam masuk ke dalam agama Buddha. Sementara pemerintah Burma yang mayoritas Buddha mendukung gerakan ini. Pada tahun 1942 adalah sejarah kelabu bagi umat Muslim karena sebanyak 100.000 orang Islam dibatai oleh penganut Buddha Theravada di Arakan.

2) Kecemburuan sosial yang diakibatkan kaum Muslimin pada awal kemerdekaan banyak menduduki posisi strategis di pemerintahan dan menjadi pedagang yang sukses di negara Burma yang mayoritas Buddha.

3) Ketidak adilan yangh dilakukan oleh Pemerintah Junta Militer sejak menguasai Burma pada tahun 1962 yang berlanjut hingga kini. 4) Komunitas Muslim Rohingya menuntut agar Rakhine memiliki

otonomi khusus supaya kehidupa mereka lebih baik, tetapi Pemerintah Junta Militer menolak degam alasan yang tidak logis. 5) Pemerintah Junta Burma meloloskan satu undang-undang yang

dinamakan “Burma Citizenship Law of 1982”. Undang-undang ini bersifat sentimen keagamaan dan penuh diskriminasi. Muslim Rohingya tidak diakui sebagai warga negara, malah diberi julukan „pendatang‟ di Tanah Air mereka sendiri. Pemerintahan Junta Militer menganggap mereka tidak termasuk suku asli Burma sehingga dalam berbagai hal mereka sensntiasa dipersulit kehidupannya.

Dalam kasus ini, Azyumardi Azra mengatakan, bisa dipastikan kekerasan yang dilakukan pemerintah Myanmar tidak bakal menyelesaikan masalah Rohingya. Sebaliknya, Myanmar dapat menjadi negara „pariah‟ yang terpencil dari kehidupan regional dan internasional beradab. Sebab gelombang kekerasan terakhir ini terkait dengan meningkatkan eskalasi unit bersenjata di kalangan Muslim Rohingya karena persekusi yang terus meningkat. Gelombang aksi

24

(12)

12

terakhir ini bahkan disebut sebagai „jihad ketiga‟. Jihad pertama terjadi pada 1948 dan jihad kedua pada pertengahan 1970-an.25

Di samping itu, pemerintah dan militer Myanmar terus melakukan aksi militer yang disebut sebagai genosida terhadap kaum Rohingya. Pemerintah Myanmar dan juga penerima Hadiah Nobel Aung San Suu Kyi nampak tidak berusaha menghentikan kebrutalan militer; dia membisu seribu bahasa di tengah tuntutan agar Hadiah Nobelnya dicabut.

Eksklusifisme Islam di Thailand

Secara historis, Thailand perah popular dengan nama Siam dan Muangthai. Secara geografis, negara ini berbatasan dengan Laos dan Kamboja Timur, Budha bahkan telah mewarnai hampir seluruh sisi kehiudpan masyarakat Tahailand, baik dalam aspek pemerintahan (kerajaan), sosial, hukum,

sistem dan kurikulum pendidikan, dan lain-lain.26

Jumlah penganut agama Budha di Thailand berjumlah 95,3%, Muslim 3,8% Kristen 0,5%. Menurut Dulyakasem, proporsi populasi Thailand ini cenderung konstan dari waktu ke waktu.27 Meskipun hampir di setiap wilayah Thailand terdapat penganut agama Islam, namun mayoritas mereka terkonsentrasi di wilayah bagian Selatan Thailand, seperti Patani, Yala, dan Narathiwat. Meskipun minoritas, namun di provinsi bagian Selatan Thailand, Muslim adalah populasi mayoritas (80%) atau sekitar 5-7 juta jiwa.28

25 Azyumardi Azra, Mengakhiri Nestapa Rohingya, kolom Resonansi di

Republika, 7 September 2017.

26 Yusuf, Dinamika Islam Filipina, Burma, dan Thailand, h. 299.

27 Uthai Dulyakasem, Muslim-malay separatism in Southern Thailand,

(Singapore: ISEAS, 1984), h. 217.

28 Baca Imtiyaz yusuf, Aspects of Islam in Thailand Today, dalam Regional

(13)

13

Kini populasi di Thailand posisi tertinggi masih ditempati umat Budis sebanyak 54,5 juta jiwa (87.2%), umat Muslims 10 juta jiwa (12%), Kristiani 0,45 juta jiwa (0.72%), agama lain sepeti Hindu, Confucians, Sikhs dan lainnya, sebanyak 0,05 juta jiwa (0.08%). Maka total populasi keseuruhan mencapai kisaran 65, 7 juta jiwa.29

Jumlah umat beragama di Thailaind

Di sana, terdapat 2.000 buah masjid yang terdaftar, dan jumlah masjid di ibukota Bangkok adalah dua kali lipat dari jumlah seluruh masjid di Singapura. Masyarakat Muslim bukanlah masyarakat yang homogen, istilah Thai-Issalaam atau Thai-Mussulim digunakan secara resmi untuk menyebut mereka. Pada beberapa kalangan, kaum Muslim disebut khaeg, sebuah julukan yang kedengarannya agak menngelikan dan berbau penghinaan.30

Dalam sejarahnya, Patani pernah memiliki ulama besar yang pengaruhnya tidak hanya di Thailand, namun seantero Asia Tenggara bahkan dunia Islam. Dia adalah Syaikh Dawud bin Abdullah al-Fatthani, seorang ulama yang menguasai banyak disiplin ilmu dan cukup produktif. Ia juga memiliki jaringan luas setelah belajar kepada Muhammad Zain bin Fakih Jalaluddin di Aceh, melanjutkan studinya ke Timur Tengah. Lalu ia berdakwah di tanah

29 Abdulkarim Wa-ngoh, Nuriyah poh-itae, dan Husna Dendara, Islamic

Education System in Thailand, disampaikan dalam international seminar islamic education, challenges and startegies for innovations di SPs UIN Jakarta pada 9-10 November 2017.

30 Omar Farouk, Muslim Asia Tenggara dari Sejarah menuju Kebangkitan

Islam, dalam Saiful Muzani, Pembangunan dan Kebangkitan Islam di Asia Tenggara (Pustaka LP3ES, 1993), h. 50-51.

0 10 20 30 40 50 60

(14)

14

kelahirannya mendirikan pondok (pesantren) dan menyebarkan Islam dengan cara damai.31

Namun demikian, Islam yang penuh cinta damai hendak dikerdilkan. krisis keagamaan beberapa kali terjadi di Thailand. Di antaranya seperti pada tahun 1985 terjadi penempatan patung berhala Buddha di tengah-tengah umat Islam Patani. Selain itu, penentangan hijab bagi perempuan muslimah di Thailand yang dilakukan secara berangsur-angsur sehingga pada puncaknya pada tahun 1984. Ada juga krisis lain seperti krisis sejarah di mana latar belakang sejarah Patani dan Siam adalah dua bangsa yang berlainan, bangsa Siam berbahasa Thai sedangkai masyarakat Patani berbagsa Melayu. Sampai saat ini kerajaan Thai menjalankan keijakan Tas-yim atau meng-Thai-kan umat Melayu Patani.32

Proses mengintegrasikan Muslim Patani ke dalam masyarakat Thailand (1932-sekarang) mengalami kesulitan. Salah satu kesulitan besar yang dialami adalah dalam hal bahasa. Persoalan ini menjadi masalah besar bagi pemerintah Thailand karena sulitnya mengomunikasikan dan mengimplementasikan program-program pembangunan pendidikan, ekonomi, dan lain-lain pada masyarakat Muslim Patani. Bahkan dalam suatu studi di tahun 1960-an ditemukan bahwa 60% anak-anak Muslim Patani tidak mampu berbahasa Thai. Selain itu, orangtua Muslim juga ternyata lebih suka menyekolahkan anak-anak mereka ke pondok atau belajar ke Malaysia dan negeri-negeri Arab. Secara umum, orang-orang Muslim merasa bahwa diri mereka memiliki nilai-nilai yang berbeda dengan masyarakat Thai.33

Epilog

Penyebaran Islam di Asia Tenggara berbeda dengan ekspansi Islam di banyak wilayah Timur Tengah, Asia Selatan, dan Afrika yang oleh sumber-sumber Islam di Timur Tengah disebut Fath (atau Futuh), yakni pembebasan, yang dalam praktiknya sering melibatkan kekuatan militer. Asia Tenggara merupakan tempat tinggal bagi penduduk Muslim terbesar di dunia. Islam merupakan agama mayoritas di Indonesia, Malaysia dan Brunei Darussalam. Selain itu, minoritas Muslim dapat ditemukan di Burma (Myanmar), Singapura, Filipina, Thailand dan Vietnam.

31 Lebih lanjut baca Azyumardi Azra, The Origins of Islamic Reformism in

Southeast Asia: Networks of Malay-Indonesian and Middle Eastern “Ulam?” In the Seventeenth and Eighteenth Centuries (University of Hawaii Press, 2004), 122-126.

32 Jihad Muhammad Abu Naja, Identiti Ummat Islam dan Krisis Kebudayaan:

Kajian Khas di Patthoni dalam Dinamika Dan Problematika Muslim Di Asia Tenggara (Institute for Southeast Asian Islamic Studies (ISAIS), IAIN Sulthan Syarif Qasim, 2001).

33

(15)

15

Merujuk bahwa mayoritas penduduk bangsa Indonesia adalah kaum muslimin, maka wajar jika mengharapkan orang-orang Muslim memainkan peran positif dalam peningkatan civil society dan demokrasi. Civil society diterjemahkan sebagai „masyarakat madani‟. Sementara itu, Muslim Rohignya yang menjadi Muslim menoritas nasibnya menyedihkan. Bisa dipastikan kekerasan yang dilakukan pemerintah Myanmar tidak bakal menyelesaikan masalah Rohingya. Sebaliknya, Myanmar dapat menjadi negara „pariah‟ yang terpencil dari kehidupan regional dan internasional beradab.

Sedangkan Muslim Patani menghadapi masalahnya sendiri. Proses mengintegrasikan Muslim Patani ke dalam masyarakat Thailand (1932-sekarang) mengalami kesulitan. Salah satu kesulitan besar yang dialami adalah dalam hal bahasa.

(16)

16

DAFTAR PUSTAKA

Azra, Azyumardi. Historiografi Islam di Indonesia; antara Sejarah Sosial, Sejarah Total, dan Sejarah Pinggiran dalam Komaruddin Hidayat (ed), Menjadi Indonesia; 13 Abad Eksistensi Islam di Bumi Nusantara, (Bandung; Mizan, 2006)

_____, The Origins of Islamic Reformism in Southeast Asia: Networks of Malay-Indonesian and Middle Eastern “Ulama'” In the Seventeenth and Eighteenth Centuries. University of Hawaii Press, 2004.

_____, Renaisans Islam Asia Tenggara, Sejarah Wacana dan Kekuasaan, Rosdakarya, Bandung, 1999

_____, Idris Thaha (ed). Historiografi Islam kontemporer: wacana, aktualitas, dan aktor sejarah. Gramedia Pustaka Utama, 2002.

_____, Civil Society dan Demokratisasi di Indonesia dalam Burhanuddin, (ed) Mencari akar kultural civil society di Indonesia (Indonesian Institute for Civil Society (INCIS) bekerjasama dengan CSSP-USAID, 2003) _____, Mengakhiri Nestapa Rohingya, kolom Resonansi di Republika, 7

September 2017.

Esposito, John L. Islam in Asia: Religion, Politics, and Society. Oxford University Press, 1987.

Farouk, Omar, Muslim Asia Tenggara dari Sejarah menuju Kebangkitan Islam, dalam Saiful Muzani, Pembangunan dan Kebangkitan Islam di Asia Tenggara (Pustaka LP3ES, 1993), h. 50-51.

Ghazali, Abd Moqsith & Musoffa Basyir-Rasyad, Islam Pribumi, Mencari Model Keberislaman ala Indonesia, dalam Komaruddin Hidayat (ed) Menjadi Indonesia

Hadi, Abdul W.M., Islam di Indonesia dan Transformasi Budaya dalam Komaruddin Hidayat (ed), Menjadi Indonesia

Helmiati, dkk., Sejarah Islam Asia Tenggara, (Pekanbaru, kerjasama ISAIS dan Alaf Baru, 2006)

Hitami, Mundzir (ed), Dinamika Dan Problematika Muslim Di Asia Tenggara. Institute for Southeast Asian Islamic Studies (ISAIS), IAIN Sulthan Syarif Qasim, 2001.

Lapidus, Ira Marvin. Sejarah sosial ummat Islam. RajaGrafindo Persada, 2000. Leur, J. C. van, Indonesian Trade and Society, (Bandung: Sumur Bandung, 1960)

Mahdini. Islam dan kebudayaan Melayu. Daulat Riau, 2003.

(17)

17

Muzani, Saiful. Pembangunan dan Kebangkitan Islam di Asia Tenggara. Pustaka LP3ES, 1993.

Naja, Jihad Muhammad Abu, Identiti Ummat Islam dan Krisis Kebudayaan: Kajian Khas di Patthoni dalam Dinamika Dan Problematika Muslim Di Asia Tenggara (Institute for Southeast Asian Islamic Studies (ISAIS), IAIN Sulthan Syarif Qasim, 2001).

Thomas W. Arnold, The Preaching of Islam, London, 1950

_____, The Preaching of Islam: A History of the Propagation of the Muslim Faith, (London: Constable, 1913)

(18)

18

92% Unique

Total 25920 chars (2000 limit exceeded) , 280 words, 16 unique sentence(s).

Essay Writing Service - Paper writing service you can trust. Your

assignment is our priority! Papers ready in 3 hours! Proficient writing: top academic writers at your service 24/7! Receive a premium level paper!

Results Query Domains (original

links)

Unique

majority of Muslims would love to argue that Indonesia neither secular nor theocratic state

-Unique For them Pacasila is in accord with Islamic

belief and teachings

-Unique Bahkan, mayoritas Muslim-nya merupakan

jumlah terbanyak di dunia

-Unique Di beberapa negara di Asia Tenggara,

Islam masih menjadi agama minoritas

-Kata kunci: Islam di Asia Tenggara, Muslim Rohingya, dan Civil Society di Indonesia

-1 results Dalam acara itu, hadir sebagai pembicara

Dr trubus-online.co.id

Unique Abdul Aziz Munadhil, Dosen Universitas

Ibnu Thufail Maroko dan Dr

-3 results Hamid Slimi, Direktur Canadian Centre for Deen Studies, Canada

beritakekinianbanget.co muinjkt.ac.idgraduate.u injkt.ac.id

Unique Ia menyebutkan, umat Muslim di

Indonesia berbeda dengan Arab

-Unique Di Indonesia, hidup berdampingan dan

(19)

-19

The first pillar of Pancasila, for instance, in their opinion, is simply another

reformulation

-Unique

--Tarmizi Taher (dikutip dalam Azra 2001: 49)AbstrakIslam di Asia Tenggara tak pernah habis dibahas oleh

-Unique

Meskipun berada jauh dari pusat Islam di Arabia, ia memiliki sejarah yang panjang, kebudayaan

-Unique

Maka, membahas mayoritas dan minoritas

tak melulu hanya berkutat pada ‘kuantitas’

atau angka, tapi

-Unique

Hidayatullah Jakarta mengadakan kuliah

umum bertema ‘Peran Ulama dan Dai

dalam Penyebaran Nilai Islam dan

Top plagiarizing domains: graduate.uinjkt.ac.id (1 matches);uinjkt.ac.id (1

matches);beritakekinianbanget.com (1 matches);trubus-online.co.id (1

matches);

Menyoal ‘Islam di Asia Tenggara’: Mayoritas dan Minoritas

Fathurrochman21171200000029Mahasiswa magister Sekolah Pascasarjana (SPs) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta atunk.oman@gmail.com “...majority of Muslims would love to argue that Indonesia neither secular nor theocratic state. For them Pacasila is in accord with Islamic belief and teachings. The first pillar of Pancasila, for instance, in their opinion, is simply another reformulation of

the Islamic belief in th One Supreme God (tawhid).--Tarmizi Taher (dikutip dalam Azra 2001: 49)AbstrakIslam di Asia Tenggara tak pernah habis dibahas oleh para peneliti dan sarjana baik dari dalam maupun luar

(20)

20

berbagai hal menarik lainnya. Bahkan, mayoritas Muslim-nya merupakan jumlah terbanyak di dunia. Di beberapa negara di Asia Tenggara, Islam

masih menjadi agama minoritas. Umat Muslim mengalami intimidasi bahkan pembantaian yang tak selayaknya terjadi. Maka, membahas mayoritas dan minoritas tak melulu hanya berkutat pada ‘kuantitas’ atau angka, tapi bagaimana bisa diimbangi dengan kualitas. Kata kunci: Islam

di Asia Tenggara, Muslim Rohingya, dan Civil Society di Indonesia. PrologBeberapa hari lalu, tepatnya pada Selasa 21 November 2017,

Sekolah Pascasarjana (SPs) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

mengadakan kuliah umum bertema ‘Peran Ulama dan Dai dalam Penyebaran Nilai Islam dan Kedamaian antar Umat’. Dalam acara itu,

hadir sebagai pembicara Dr. Abdul Aziz Munadhil, Dosen Universitas Ibnu Thufail Maroko dan Dr. Hamid Slimi, Direktur Canadian Centre for Deen Studies, Canada. Yang menarik dalam acara tersebut, Hamid Slimi mengungkapkan kekagumannya akan corak Islam yang ada di Indonesia.

Ia menyebutkan, umat Muslim di Indonesia berbeda dengan Arab. Di Indonesia, hidup berdampingan dan rukun dengan agama lain adalah hal

Referensi

Dokumen terkait

This means that religion, particularly Islam, serves as important basis for political parties, despite the fact that significant proportion of Moslem choose not to support

Pasangkan komponen-komponen seperti MCB, saklar tunggal, stop kontak, dan lampu pijar sesuai dengan tata letak yang telah dibuat dengan menggunkan kapur tulis3. Potong pipa sesuai

Pengertian pergaulan bebas adalah bentuk perilaku yang tidak wajar atau menyimpang dimana makna bebas tersebut adalah menyelisihi dari batas norma agama maupun

[r]

3. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2013 tentang.. Negara Republik Indonesia Nomor 5434);.. Peraturan Menteri Riset, Teknologi,

sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditetapkan oleh pejabat yang. berwenang sesuai dengan peraturan perundang-undangan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dengan jumlah subjek sebanyak 259 orang di RSGM Unsyiah, maka dapat disimpulkan bahwa mayoritas tingkat pengetahuan dokter gigi

Hal ini sesuai dengan apa yang dijelaskan dalam Pasal 5 ayat (1) Peraturan Walikota Pekanbaru Nomor 1 Tahun 2011 tentang Sistem dan Prosedur Pemungutan BPHTB Kota