• Tidak ada hasil yang ditemukan

SEJARAH PERADABAN ISLAM ISLAM DI ASIA TE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "SEJARAH PERADABAN ISLAM ISLAM DI ASIA TE"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

SEJARAH PERADABAN ISLAM

ISLAM DI ASIA TENGGARA

Diajukan Guna Memenuhi Tugas Terstruktur

Mata Kuliah : Sejarah Peradaban Islam Dosen Pengampu : Dr. H. Saifuddin, M.Ag

Disusun Oleh :

Pipit Damayanti (1415106093) Reni Yuliyaningsih (1415106099) Rifa Nurjanah (1415106102)

Kelompok 10

Kelas : T.IPA-Biologi C

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

TADRIS IPA-BIOLOGI / II

(2)

BAB X

ISLAM DI ASIA TENGGARA

A. Pendahuluan

Umat islam merupakan mayoritas penduduk Asia Tenggara, khususnya di negara Indonesia, Malaysia, Thailand, Myanmar, Philiphina, Singapura, Vietnam dan Kamboja. Proses konversi massal masyarakat dunia melayu ke dalam islam berlangsung secara damai. Konversi ke dalam Islam merupakan proses panjang, yang masih terus berlangsung sampai sekarang. Di Asia Tenggara, Islam merupakan kekuatan sosial yang patut diperhitungkan, karena hampir seluruh negara yang yang ada di Asia Tenggara penduduknya baik mayoritas ataupun minoritas memeluk agama Islam. Misalnya Islam menjadi agama resmi Negara Federasi Malaysia, kerajaan Brunei Darussalam, negara Indonesia (penduduknya mayoritas atau sekitar 90% beragama Islam), Brunei (sebagian kecil penduduknya beragama Islam) dan seperti negara-negara Asia Tenggara lainnya.

Asia Tenggara dianggap sebagai wilayah yang paling banyak pemeluk agama Islam. Termasuk wilayah ini adalah pulau-pulau yang terletak di sebelah timur India sampai lautan Cina dan mencangkup Indonesia, Malaysia, dan Filipina.

Sejarah masuknya islam di Asia Tenggara sampai saat ini merupakan polemik panjang yang menimbulkan pro dan kontra antara sejarawan agamawan, arkeolog dan intelektual. Namun yang menjadi referensi umum masuknya islam di Asia Tenggara adalah melalui proses perdagangan internasional yang berpusat diselat malaka melalui para pedagang muslim Persia dan Arab.

Namun proses masuknya islam di negara-negara bagian Asia Tenggara tidak sepenuhnya sama. Semuanya memiliki karakteristik masing-masing budaya yang sama sekali berbeda. Ada juga Negara yang sudah menggunakan tradisi islam ala Persia dan Islam ala Arab. Oleh karena itu muncullah beberapa hal yang melatarbelakangi proses berkembangnya Islam di Asia Tenggara yang sangat penting untuk kita ketahui. Islam berkembang di Asia Tenggara melalui beberapa proses saluran, diantaranya saluran perdagangan, perkawinan, tasawuf, pendidikan, seni, dan politik.

(3)

Keagamaan dan Peradaban Ketika itu ? (5) Negara apa saja yang mewakili Islam di Asia Tenggara ?

B. Penyebaran Islam di Asia Tenggara

Sejak abad pertama, kawasan laut Asia Tenggara, khususnya Selat Malaka sudah mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam kegiatan pelayaran dan perdagangan internasional yang dapat menghubungkan negeri-negeri di Asia Timur Jauh, Asia Tenggara dan Asia Barat. Perkembangan pelayaran dan perdagangan internasional yang terbentang jauh dari Teluk Persia sampai China melalui Selat Malaka itu kelihatan sejalan pula dengan muncul dan berkembangnya kekuasaan besar, yaitu China dibawah Dinasti Tang (618-907), kerajaan Sriwijaya (abad ke-7-14), dan Dinasti Umayyah (660-749).

Mulai abad ke-7 dan ke-8 (abad ke-1 dan ke-2 H), orang Muslim Persia dan Arab sudah turut serta dalam kegiatan pelayaran dan perdagangan sampai ke negeri China. Pada masa pemerintahan Tai Tsung (627-650) kaisar ke-2 dari Dinasti Tang, telah datang empat orang Muslim dari jazirah Arabia. Yang pertama, bertempat di Canton (Guangzhou), yang kedua menetap dikota Chow, yang ketiga dan keempat bermukim di Coang Chow. Orang Muslim pertama, Sa’ad bin Abi Waqqas, adalah seorang muballigh dan sahabat Nabi Muhammad SAW dalam sejarah Islam di China. Ia bukan saja mendirikan masjid di Canto, yang disebut masjid Wa-Zhin-Zi (masjid kenangan atas nabi). (Al-Usairy, 2013 : 104)

C. Proses Islamisasi di Asia Tenggara

Masuknya agama Islam kedalam negeri Melayu ini nampaknya mempunyai keistimewaan sendiri, yaitu dengan jalan damai dan berangsur. Jarang sekali dengan kekerasan dan diterima dengan sukarela oleh penduduk meskipun tidak dengan sekaligus.

Islam masuk ke Asia Tenggara disebarluaskan melalui kegiatan kaum pedagang dan para sufi. Hal ini berbeda dengan daerah Islam di Dunia lainnya yang disebarluaskan melalui penaklulan Arab dan Turki. Islam masuk di Asia Tenggara dengan jalan damai, terbuka dan tanpa pemaksaan sehingga Islam sangat mudah diterima masyarakat Asia Tenggara.

(4)

Proses Islamisasi dan intensifikasi ke-Islaman banyak dipengaruhi oleh situasi dan faktor-faktor lokal yang menyebabkan timbulnya perbedaan-perbedaan dalam tingkat presentrasi Islam di kawasan Asia Tenggara yang berakibat perbedaan pandangan, penghayatan, dan pengamalan Islam oleh penganutnya. Islamisasi dan intensifikasi merupakan proses konversi kepada Islam dan peningkatan kesadaran serta upaya untuk memahami dan mengamalkan Islam sesuai dengan doktrin-doktrin yang sebenarnya, yang bersih dari bid’ah dan percampuran dengan unsur-unsur non Islam lainnya. Proses ini disebut sebagai kembali kepada Al-Quran dan Hadits.

Pembentukan kebudayaan dan tatanan politik Islam di dunia dapat berkembang karena adanya tasawwuf. Proses internasionalisasi Islam tasawwuf tidaklah berjalan sendiri, karena diperlukan adanya keterikatan tasawwuf kepada shari’ah secara sufistik. (Hamka, 2006 : 203)

D. Pertumbuhan Lembaga Sosial Dan Politik

Awalnya pemerintah kolonial memberikan kemerdekaan kepada umat Islam untuk melaksanakan ajaran agamanya sepanjang tidak mengganggu kekuasaan pemerintah Belanda. Sedangkan dalam bidang politik, pemerintah melarang keras orang Islam membahas hukum Islam baik dari Al-qur’an maupun Sunnah yang menerangkan tentang politik kenegaraan atau ketatanegaraan.

Pengaruh politik Islam yang semakin kuat serta posisi ekonomi Indonesia yang berkembang, akibat pelayaran internasional dengan pedagang muslim Arab, membuat pemerintah Portugis dan Belanda mulai tergoda untuk menjalin hubungan dengan penguasa pedagang di Indonesia (Asia Tenggara). Lambat laun mereka berkeinginan menguasai Indonesia dengan cara permainan politik.

Dengan pengalaman itu, orang Islam bangkit dengan menggunakan taktik baru, bukan dengan perlawanan fisik tetapi dengan membangun organisasi. Akibat dari situasi ini timbullah perkumpulan-perkumpulan politik baru dan muncullah pemikir-pemikir politik yang sadar diri. Seperti Budi Utomo, Serikat Islam, Taman Siswa, Muhammadiyah, Nahdatul Ulama, Dll. (Ajid, 2002 : 297)

E. Perkembangan Keagamaan Dan Peradaban

(5)

peradaban yang ada. Bukti-bukti Perkembangan peradaban dan keagamaan di Indonesia adalah :

1.Sebelum Kemerdekaan

Sebelum Indonesia merdeka Islam telah berkembang dan mempunyai peradaban yang mencerminkan kemuliaan agama Islam, diantaranya adalah:

a. Adanya birokrasi keagamaan, dimana kedudukan ulama sebagai penasehat raja, terutama dalam bidang keagamaan terdapat di kerajaan-kerajaan Islam.

b. Ulama dan ilmu-ilmu keagamaan, Penyebaran dan pertumbuhan kebudayaan Islam di Indonesia terletak di pundak para ulama. Ada dua cara yang dilakukan para ulama dalam pengembangan ilmu-ilmu keagamaan, yaitu: membentuk kader-kader ulama dan menyebarkan karya-karya ke berbagai tempat yang jauh.

c. Adanya arsitek bangunan yang menghasilkan seni-seni bangunan yang bercorak Islam seperti masjid, ukiran, candi dan sebagainya.

2. Setelah Kemerdekaan

a. Berdirinya departemen agama

b. Berdirinya lembaga-lembaga pendidikan c. Adanya hukum Islam

d. Terlaksananya haji

e. Berdirinya majelis ulama Indonesia (MUI). (Supriyadi, 2008 : 299)

F. Negara-Negara Islam di Asia Tenggara

Umat islam merupakan mayoritas penduduk Asia Tenggara, anatara lain : di negara Indonesia, Malaysia, Thailand, Myanmar, Philiphina,Singapura, Vietnam dan Kamboja.

1. Perkembangan Islam di Indonesia

Islam di Indonesia mulai berkembang mulai abad ke 1-5 H/7-8 M, cikal bakal kekuasaan islam telah dirintis pada priode abad ini, tetapi semuanya tenggelam dalam hegemoni maritim Sriwijaya yang berpusat di Palembang dan kerajaan Hindu-Jawa seperti Singasari dan MajaPahit di Jawa Timur. Pada priode ini para pedagang dan mubaligh muslim hanya berbentuk komunitas-komunitas islam.

(6)

Ilmuwan Belanda lainnya, Moquette, menyimpulkan bahwa asal-usul Islam di Nusantara adalah Gujarat di pesisir selatan India. Dia mendasarkan kesimpulannya setelah mempertimbangkan gaya batu nisan yang ditemukan di Pasai, Sumatera Utara, khususnya yang bertanggal 17 Dzuhijjah 831 H / 27 September 1428 M, yang identik dengan batu nisan yang ditemukan di makam Maulana Malik Ibrahim (1419 M) di Gresik, Jawa timur. Dia menyatakan lebih lanjut bahwa corak batu nisan yang ada di Pasai dan Gresik sama dengan yang ditemukan di Cambay, Gujarat. Dia berspekulasi bahwa dari penemuan-penemuan itu, batu nisan Gujarat tidak hanya diproduksi untuk pasar lokal, tetapi juga untuk pasar luar negeri termasuk Sematera dan Jawa. Oleh karena itu, berdasarkan logika linier, Moquette menyimpulkan bahwa karena mengambil batu nisan dari Gujarat, orang-orang Melayu-Indonesia juga mengambil Islam dari wilayah tersebut. Dengan logika linier yang lemah itu tidak heran kalau kesimpulan Moquette ditentang oleh Fatimi yang berpendapat bahwa salah jika mengaitkan seluruh batu nisan yang ada di Pasai, termasuk batu nisan Malik Al-Shalih, dengan Cambay. Menurut penelitiannya sendiri, gaya batu nisan Malik Al-Shalih sangat berbeda dengan corak batu nisan Gujarat dan prototype Indonesianya. Fatimi berpendapat bahwa pada kenyataannya bentuk batu nisan itu sama dengan yang ada di Bengal. Oleh karena itu, sama dengan logika linier Moquette, Fatimi ironisnya menyimpulkan bahwa semua batu nisan itu pasti diimpor dari Bengal. Ini menjadi alasan utamanya untuk menyimpulkan lebih lanjut bahwa asal-asul Islam di Kepulauan Melayu-Indonesia adalah daerah Bengal (Bangladesh).

Agaknya teori Fatimi sangat terlambat untuk menolak teori Moquette karena ada sejumlah pakar lain yang telah mengambil alih kesimpulan Moquette, yang menonjol diantara mereka adalah Kern, Bousquet, Vlekke, Gonda, Schrieke dan Hall. Namun, sebagian diantara mereka memberikan tambahan argumentasi untuk mendukung Moquette. Ahli sastra Melayu, William Winstedt, misalnya menunjukkan batu nisan yang sama di Bruas, tempat sebuah kerajaan melayu Kuno di Perlak, Semenanjung Malaya. Dia menyatakan bahwa semua batu nisan di Bruas, Pasai dan Gresik diimpor dari Gujarat, maka Islam pasti pula dibawa dari sana. Dia juga menulis bahwa sejarah melayu mencatat adanya kebiasaan lama di daerah Melayu tertentu untuk mengimpor batu nisan dari India.

(7)

Nusantara mungkin berasal dari Gujarat, tetapi tidak selalu berarti bahwa Islam juga dibawa dari sana ke kawasan ini. Morison membantah teori tersebut dengan menunjukkan kenyataan bahwa selama masa Islamisasi Samudera Pasai, yang penguasa Muslim pertamanya meninggal pada tahun 698 H/1298 M.

Gujarat masih merupakan kerajaan Hindu yang menunjukkan sikap bermusuhan terhadap orang-orang Muslim. Baru pada tahun 699 H/1298 M wilayah Cambay dikuasai oleh kaum Muslim. Jika Gujarat merupakan pusat para juru dakwah Islam dalam melakukan perjalanan menuju kepulauan Melayu-Indonesia, maka Islam pasti telah tegak dan tumbuh subur di Gujarat sebelum kematian Malik al-Shalih, persisnya, sebelum 698 H/1297 M. Morison lebih jauh mencatat, bahwa meskipun kaum Muslim menyerang Gujarat beberapa kali pada tahun 415 H/1024 M, 574 H /1178 M dan 695 H/1197 M, para raja Hindu mampu mempertahankan kekuasaan disana sampai 698 H/1297 M. Kesimpulannya, Morison mengemukakan teorinya bahwa Islam diperkenalkan dikepulauan Melayu-Indonesia oleh para juru dakwah Muslim dari Coromandel pada akhir abad ke-13.

(8)

Ada empat hal utama yang ingin disampaikan historiografi tradisional lokal semacam ini. Pertama, Islam di Nusantara dibawa langsung dari tanah Arab. Kedua, Islam diperkenalkan oleh para guru atau Juru Dakwah ‘profesional”. Ketiga, orang-orang yang pertama kali masuk Islam adalah para penguasa. Keempat, sebagian besar para juru dakwah “professional” datang di Nusantara pada abad ke-12 dan ke-13. Orang-orang Muslim dari luar memang telah ada di Nusantara sejak abad pertama Hijriah, sebagaimana yang dinyatakan oleh Arnorld dan ditegaskan oleh kalangan ahli Melayu-Indonesia, tetapi jelas bahwa hanya setelah abad ke-12 pengaruh Islam dikepulauan Melayu menjadi lebih jelas dan kuat. Oleh karena itu, Islamisasi tampaknya baru mengalami percepatan khususnya selama abad ke-12 sampai abad ke-16. (Hamka, 2006 : 670)

Islam disebarkan di Indonesia melalui tiga tahap : pertama, islam disebarkan di pelabuhan-pelabuhan Nusantara, kedua, terbentuknya komunitas-komunitas Islam di beberapa kepulauan Nusantara, ketiga, berdirinya kerajaan-kerajaan Islam. adapun saluran-saluran dalam proses perkembangan Islam di Indonesia menurut Uka Tjandrasasmita ada enam yaitu :

a. Saluran Perdangangan

Pada taraf permulaan, saluran Islamisasi adalah perdagangan. Kesibukan lalu lintas perdagangan pada abad ke-7 hingga ke-16 M. membuat pedagang-pedagang muslim (Arab, Persia dan India) tidak turut ambil bagian dalam perdagangan dari negeri-negeri bagian barat, tenggara dan timur benua Asia. Saluran Islamisasi melalui perdagangan ini sangat menguntungkan karena para raja dan bangsawan turut serta dalam kegiatan perdagangan, bahkan mereka menjadi pemilik kapal dan saham. Mengutip pendapat Tome Pires berkenaan dengan saluran Islamisasi melalui perdagangan ini di pesisir pulau Jawa, Uka Tjandrasasmita menyebutkan bahwa para pedagang muslim banyak yang bermukim di pesisir pulau Jawa yang penduduknya ketika itu masih kafir. Mereka berhasil mendirikan masjid-masjid dan mendatangkan mullah-mullah dari luar sehingga jumlah mereka banyak, dan karenanya anak-anak muslim itu menjadi orang Jawa dan kaya-kaya.

(9)

Dari sudut pandang ekonomi, para pedagang muslim memiliki status sosial yang lebih baik dari kebanyakan pribumi, sehingga penduduk pribumi terutama putra-putri bangsawan, tertarik untuk menjadi istri saudagar-saudagar itu. Sebelum kawin, mereka diIslamkan lebih dahulu. Setelah mereka mempunyai keturunan, lingkungan mereka makin luas. Akhirnya timbul kampung-kampung, daerah-daerah, dan kerajaan-kerajaan muslim. Dalam perkembangan berikutnya, ada pula wanita muslim yang dikawin oleh keturunan bangsawan, tentu saja setelah yang terakhir ini masuk Islam terlebih dahulu.

Jalur perkawinan ini lebih menguntungkan apabila terjadi antara saudagar muslim dengan anak bangsawan atau anak raja dan anak adipati, karena raja adipati atau bangsawan itu kemudian turut mempercepat proses Islamisasi. Demikian yang terjadi antara Raden Rahmat atau Sunan Ngampel dengan Nyai Manila, Sunan Gunung Djati dengan Putri Kawunganten, Brawijaya dengan Putri Campa yang menurunkan Raden Patah (raja pertama Demak).

c. Saluran Tasawuf

Pengajaran-pengajaran tasawuf atau para sufi, mengajarkan teosofi yang bercampur dengan ajaran yang sudah dikenal luas oleh masyarakat indonesia. Mereka mahir dalam soal-soal magis dan mempunyai kekuatan-kekuatan menyembuhkan. Diantara mereka para ada juga yang mengawini putri-putri bangsawan setempat.

Dengan tasawuf, bentuk Islam yang diajarkan kepada penduduk pribumi mempunyai persamaan dengan alam fikiran mereka yang sebelumnya menganut agama hindu, sehingga agama yang baru itu mudah dimengerti dan diterima. Diantara ahli-ahli tasawuf yang memberikan ajaran yang mengandung persamaan dengan alam pikiran Indonesia pra-Islam itu adalah Hamzah Fansuri di Aceh, Syaikh Lemah Abang, dan Sunan Panggung di Jawa. Ajaran mistik seperti ini masih berkembang di abad ke-19 M bahkan di abad ke-20 M ini. d. Saluran Pendidikan

(10)

Saluran Islamisasi melalui kesenian yang paling terkenal adalah pertunjukan wayang. Dikatakan, sunan kalijaga adalah tokoh yang paling mahir dalam mementaskan wayang. Dia tidak pernah meminta upah pertunjukan, tetapi ia meminta para penonton untuk mengikutinya mengucapkan kalimat syahadat. Sebagian besar cerita wayang masih dipetik dari cerita mahabharata dan Ramayana, tetapi dari cerita itu disisipkan ajaran dan nama-nama pahlawan Islam. Kesenian-kesenian lain juga dijadikan alat Islamisasi, seperti sastra (hikayat, babad, dan sebagainya), seni bangunan, dan seni ukir. f. Saluran Politik

Di Maluku dan Sulawesi Selatan, kebanyakan rakyat masuk Islam setelah rajanya memeluk Islam terlebih dahulu. Pengaruh politik raja sangat membantu tersebarnya Islam di daerah ini. Di samping itu, baik di sumatera dan Jawa maupun di Indonesia bagian timur, demi kepentingan politik kerajaan-kerajaan Islam memerangi kerajaan-kerajaan non-Islam. Kemenangan kerajaan Islam secara politis banyak menarik penduduk kerajaan bukan Islam itu masuk Islam. (Badri, 2008 : 200)

2. PerkembanganIslamdi Malaysia

Islam masuk ke wilayah ini lewat jalan pedagang-pedagang Arab. Disebutkan bahwa mereka sampai ke Malaka pada tahun 675 H / 1276 M. Raja Malaka masuk Islam melalui tangan mereka, dan mengganti namanya menjadi Muhammad Syah, lalu diikuti oleh rakyatnya. Malaka merupakan kerajaan islam pertama di sana.

Islam sampai ke Malaysia belakangan dari sampainya Islam di Indonesia yang sudah terlebih dahulu pada abad ke tujuh. Berdasarkan keterangan ini, maka asal usul masuknya Islam ke Malaysia berdasar pada yang dikemukakan Azyumardi Azra bahwa Islam datang dari India, yakni Gujarat dan Malabar.

Sebelum Islam datang wilayah Asia Tenggara, Malaysia adalah berada di jalur perdagangan dunia yang Menghubungkan kawasan-kawasan di Arab dan India dengan Wilayah China, dan dijadikan tempat persinggahan sekaligus pusat perdagangan yang amat penting. Maka tidak heran jika wilayah ini juga menjadi pusat bertemunya berbagai keyakinan dan agama (Across-Roads Of Religion) yang berinteraksi secara kompleks lengkap. (Kenneth, 1949 : 30)

(11)

1957M dan mendirikan Federasi Malaysia yang terdiri dari 11 provinsi. Sabah dan Serawak serta Singapura tergabung ke dalam wilayah ini. Kemudian Malaysia mengumumkan negeri itu sebagai Monarki Konstitusional pada tahun 1383 H / 1962 M.

Azyumardi Azra menyatakan bahwa tempat asal datangnya islam ke Asia Tenggara termasuk di Malaysia, setidaknya ada tiga teori. Pertama teori yang menyatakan bahwa Islam datang langsung dari Arab (Hadramaut). Kedua, islam datang dari india, yakni Gujarat dan Malabar. Ketiga Islam datang dari Benggali (Banglades).

Pola pertama Islam masuk ke Nusantara termasuk Malaysia melalui jalur perdagangan dan ekonomi yang melibatkan orang dari berbagai etnik dan ras yang berbeda-beda bertemu dan berinteraksi, serta bertukar pikiran tentang masalah perdagangan, politik, sosial, dan keagamaan. Seiring itu pola kedua mulai menyebar melalui pihak penguasa dimana istana sebagai pusat kekuasaan berperan dibidang politik dan penataan kehidupan sosial, dengan dukungan ulama yang terlibat langsung dalam biroksasi pemerintahan, hukum Islam dirumuskan dan diterapkan, kitab sejarah ditulis sebagai landasan legitimasi bagi penguasa muslim.

Memasuki abad ke-20, bertepatan dengan masa pemerintahan Inggris, urusan-urusan agama dan adat Melayu lokal di Malaysia di bawah koordinasi sultan-sultan dan hal itu diatur melalui sebuah departemen , sebuah dewan ataupun kantor sultan. Setelah tahun 1984, setiap negara bagian dalam federasi Malaysia telah membentuk sebuah departemen urusan agama. Orang-orang muslim di Malaysia juga tunduk pada hukum Islam yang ditetapkan sebagai hukum status pribadi, dan tunduk pada yurisdiksi pengadilan agama (mahkamah syariah) yang diketua hakim agama. Bersamaan dengan itu, juga ilmu pengetahuan semakin mengalami perkembangan dengan didirikannya perguruan tinggi Islam dan dibentuk fakultas dan jurusan agama. Perguruan tinggi kebanggaan Malaysia adalah Universitas Malaya yang kini kita kenal Universitas Kebangsaan Malaysia.

Memasuki masa pasca kemerdekaan, jelas sekali bahwa pola perkembangan Islam tetap dipengaruhi oleh pihak penguasa (top down). Sebab, penguasa atau pemerintah Malaysia menjadikan Islam sebagai agama resmi negara. Warisan undang-undang Malaka yang berisi tentang hukum Islam yang berdasarkan konsep Qur’aniy berlaku di Malaysia. Malaysia merupakan negara yang multi etnis, terdiri atas orang Melayu, Cina, India, dan Pakistan. Mayoritas penduduknya beragama Islam, dan bahkan Islam merupakan agama resmi negara. Namun agama-agama lain dapat diamalkan dengan aman di Malaysia.

(12)

organisasi Islam, pendidikan-pendidikan Islam serta kegiatan-kegiatan dakwah Islam, maka perkembangan Islam di Malaysia memiliki prospek yang sangat cerah. (Azyumardi, 2005 : 2-9).

3. Perkembangan Islam di Thailand

Di Muangthai (Thailand) terdapat sekitar 2,2 juta kaum muslimin atau 4% dari penduduk umumnya. Muangthai dibagi menjadi 4 propinsi, yang paling banyak menganut Islam yaitu di propinsi bagian selatan tepatnya di kota Satun, Narathiwat, Patani dan Yala. Pekerjaan kaum muslimin Muangthai cukup beragam, namun yang paling dominan adalah petani, pedagang kecil, buruh pabrik, dan pegawai pemerintahan. Agama Islam di Muangthai, merupakan minoritas yang paling kuat di daerah Patani pada awal abad ke-17 pernah menjadi salah satu pusat penyebaran Islam di Asia Tenggara dan menghasilkan ulama besar seperti Daud bin Abdillah bin Idrisal-Fatani.

Umat Islam memiliki sejarah yang panjang dalam kerajaan Thailand. Hubungan mereka dengan masyarakat Thailand serta peran mereka dalam negara dapat ditelusuri kezaman kerajaan ayyuthaya. Kedatangan Islam di negeri Muanghtai telah terasa pada masa kerajaan Sukhathai diabad ke-13, yang merupakan buah dari hubungan dagang yang dibagun oleh para saudagar muslim. Hal ini bermula dari dua orang bersaudara dari persia yaitu Syeikh Ahmad dan Muhammad syaid yang juga disebut Khaek Chao Sen (satu cabang mazhab syiah), menetap di kerajaan tersebut yang terus melakukan perdagangan sekaligus menyebarkan agama Islam. Sebelum berdirinya kerajaan Ayyuthaya sebagai pengganti kerajaan Shukhotai setelah yang terakhir ini runtuh pada abad ke-14, Islam telah memiliki kekuatan politik yang sangat besar. Perdagangan merupakan perintis proses islamisasi dan perkembangan politik kerajaan-kerajaan maritim diwilayah kepulauan di abad ke-15, 16, dan 17. Perdagangan juga pulalah yang merupakan faktor dominan yang mendekatkan Islam dengan kerajaan Ayyuthaya.

(13)

kedua. Dan orang-orang ini lah kemudian menjadi bagian utama dari masyarakat Islam di Thailand Tengah dan sebagian dari mereka tetap memelihara budaya dan bahasa mereka.

Secara historis kelompok masyarakat muslim telah ada sejak awal berdirinya negara Thailand dan memiliki peran penting dalam masyarakat. Pada perkembangan selanjutnya Muanghtai dikenal secara luas sebagai negara yang mengalami perkembangan yang sangat cepat dibidang ekonomi sosial, budaya. Sementara itu, komunitas muslim merupakan komunitas minoritas yang secara umum dianggap salah satu yang paling konservatif dan tradisional dari masyarakat Thailand sehubungan dengan lingkungan yang sedang mengalami perubahan. Untuk itu relegio kultural merupakan identitas yang paling penting dalam jaringan hubungan umat Islam dan Budha di Thailand. Karena perkembangan dan dinamisasi masyarakat muslim Thailand banyak diwarnai oleh masalah tersebut. (Wahyu, 2007 : 161 )

4. Perkembangan Islam di Philiphina

Hampir semua silsilah bermula pada masa raja sipad (Bahasa Sansekerta: Raja Shiripaduka). Pada masa pemerintahan di pulau Jolo, datanglah seorang muslim bernama Tuanku Masha’ika ke suatu tempat yang disebut Maimbuang (bagian selatan pulau Jolo). Sebuah batu nisan atas nama Maqhealhe ditemukan di Badatto, tidak jauh dari Jolo pulau Sulu. Penemuan batu nisan inilah yang dijadikan salah satu bukti Arkeologis masuk dan berkembangnya Islam di Filipina, pada waktu itu masyarakat pulau Jolo masih menganut Animisme dan Dinamisme.

Masuknya agama Islam di pulau Mindanao adalah di dalam abad kelima belas juga. Yang mula-mula membawanya ialah ‘Syarif’ Kebungsuan yang datang dari negeri Johor. Kapten Thomas Forst, yang menulis ceritanya dalam tahun 1775 M. Mengakui bahwa orang Arab yang mula-mula masuk pulau Mindanao 300 tahun yang lalu, adalah keturunan-keturunan syarif dari Mekah.

Dalam catatan sejarah pulau Sulu (Filipina) memeluk islam, yang datang ke sana ialah Sayid Abdul Aziz yang dahulu telah mengislamkan Sultan Muhammad Syah di Melaka (permaisura itu juga). Kemudian itu datanglah penyair Islam yang kedua, orang Arab juga, namanya Abu Bakar. Dia datang kesana sudah melalui Palembang dan Brunei. Sesudah dia barulah datang seorang bangsawan dari Minangkabau, bernama Rajo Bagindo.

Para peneliti sejarah menyebutkan bahwa Islam masuk ke wilayah Filipina melalui jalan Sumatra dan Melayu, ini dimulai Sekitar Tahun 270 H/883 M. (Munzir, 2006 : 32)

(14)

Agama Islam pertama kali tiba di Myanmar pada tahun 1055. Para saudagar Arab beragama Islam ini mendarat di delta Sungai Ayeyarwady, semenanjung Tanintharyi, dan daerah Rakhin. Kedatangan umat Islam ini dicatat oleh orang-orang Eropa, Cina dan Persia. Populasi umat Islam yang ada di Myanmar saat ini terdiri dari keturunan Arab, Persia, Turki, Moor , Pakistan dan Melayu. Selain itu, beberapa warga Myanmar juga menganut agama Islam seperti dari etnis Rakhin dan Shan. Populasi Islam di Myanmar sempat meningkat pada masa penjajahan Britania Raya, dikarenakan banyaknya umat Muslim India yang bermigrasi ke Myanmar. Tapi, populasi umat Islam semakin menurun ketika perjanjian India-Myanmar ditandatangani pada tahun 1941.

Sebagian besar umat Muslim di Myanmar bekerja sebagai penjajah, pelaut, saudagar dan tentara. Beberapa diantaranya juga bekerja sebagai penasehat politik Kerajaan Burma. Muslim Persia menemukan Myanmar setelah menjelajahi daerah selatan Cina. (Ajid, 2002 : 268).

6. Perkembangan Islam di Singapura

Islam masuk ke Singapura tidak dapat dipisahkan dari proses masuknya islam ke Asia Tenggara secara umum, karena secara geografis Singapura hanyalah salah satu pulau kecil yang terdapat di tanah Semenanjung Melayu. Penyebaran Islam pada fase awal kepada masyarakat Asia Tenggara lebih kental dengan nuansa tasawuf. Karena itu, penyebaran Islam di Singapura juga tidak terlepas dari corak tasawuf. Buktinya pelajaran tasawuf sangat diminati oleh ulama-ulama tempatan dan raja-raja Melayu. Kumpulan tarekat sufi terbesar di Singapura yang masih ada sampai sekarang ialah Tariqah ‘Alawiyyah yang terdapat di Masjid Ba’lawi. Tarekat ini dipimpin oleh Syed Hasan bin Muhammad bin Salim al-Attas.

Selain tarekat itu, juga dijumpai tarekat Al-Qadariyyah Wa al-Naqshabandiyyah yang

berpusat di Geylang Road yang dikelola oleh organisasi PERPTAPIS (Persatuan Taman Pengajian Islam), tarekat ini berasal dari Suryalaya, Tasik Malaya, Jawa Barat. Gurunya bernama K.H Ahmad Tajul ‘Ariffin dan Haji Ali bin Haji Muhammad. Tarekat lainnya yang diamalkan di Republik Singapura ialah Al-Shaziliyyah, Al-Idrisiyyah, Al-Darqawiyyah dan Al-Rifa’iyyah.

Wajah Islam di Singapura tidak jauh beda dari wajah muslim di negeri jirannya, Malaysia. Banyak kesamaan, baik dalam praktek ibadah maupun dalam kultur kehidupan sehari-hari.

(15)

Komunitas Camp adalah warga kerajaan Campa, suatu kerajaan besar di Asia Tenggara pada abad ke-17. Kontak dagang dengan berbagai negara tetangga telah membuka jalan bagi masuknya agama Islam di kerajaan ini. Islam masuk ke Campa diperkirakan pada tahun 1607. Banyak warga Campa yang kemudian memeluk Islam, tak hanya warga biasa, keluarga kerajaan banyak yang memeluk Islam. Campa, terletak di Vietnam tengah, garis lintang 17 utara hingga Saigon, merupakan sebuah kerajaan tertua yang pernah ada dan disinggung dalam satu teks Cina pada akhir abad ke-11 Masehi. Di bagian akhir tulisannya tentang Kedatangan Islam ke Campa- “ The Introduction of Islam to Campa”, Doctor Pierre-Yves menyatakan bahwa yang meyakinkan ialah bahwa pemerintahan Campa memeluk Islam pada akhir abad ke-17 Masehi. Kemudian oleh karena gangguan Vietnam, proses pengislaman itu berlaku sebagian saja dan tidak menyeluruh. Seandainya golongan pendatang Camp ke Kamboja diambil maka hampir 80% dari keseluruhan penduduk Camp memeluk agama Islam.

Bukti-bukti tentang adanya hubungan negeri Campa dengan kawasan lain Asia, khususnya Asia Tenggara, menunjukan dan menyanggahi kenyataan yang menyebutkan hilangnya negeri Campa dari sejarah. (Munzir, 2006 : 32-33)

G. Simpulan

Berdasarkan pembahasan di atas, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Penyebaran Islam di Asia Tenggara Melalui Perkembangan pelayaran dan perdagangan

internasional yang terbentang jauh dari Teluk Persia sampai China melalui Selat Malaka itu kelihatan sejalan pula dengan muncul dan berkembangnya kekuasaan besar, yaitu China dibawah Dinasti Tang (618-907), kerajaan Sriwijaya (abad ke-7-14), dan Dinasti Umayyah (660-749).

2. Proses Masuk dan Berkembangnya Islam di Asia Tenggara karena Islam masuk ke Asia Tenggara disebarluaskan melalui kegiatan kaum pedagang dan para sufi. Hal ini berbeda dengan daerah Islam di Dunia lainnya yang disebarluaskan melalui penaklulan Arab dan Turki. Islam masuk di Asia Tenggara dengan jalan damai, terbuka dan tanpa pemaksaa 3. Pengaruh politik Islam yang semakin kuat serta posisi ekonomi Indonesia yang

berkembang, akibat pelayaran internasional dengan pedagang muslim Arab, membuat pemerintah Portugis dan Belanda mulai tergoda untuk menjalin hubungan dengan penguasa pedagang di Indonesia (Asia Tenggara). Sehingga Islam sangat mudah diterima masyarakat Asia Tenggara

(16)

rangkaian ajaran dan cara serta gaya gaya hidup yang secara kuantitatif lebih maju dari peradaban yang ada.

5. Umat islam merupakan mayoritas penduduk Asia Tenggara, khususnya di negara Indonesia, Malaysia, Thailand, Myanmar, Philiphina, Singapura, Vietnam dan Kamboja.

DAFTAR PUSTAKA

Ajid, Thohir. 2002 . Perkembangan Peradaban Islam di Kawasan Dunia Islam.Jakarta: RajaGrafindo Persada.

Al-Usairy, Ahmad. 2013 . Sejarah Islam . Jakarta: Akbar Media.

Azyumardi, Azra. (2005).Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepualuan Nusantara Abad XVII & XVII. Jakarta : Prenada Media.

Badri, Yatim. 2008. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: RajaGrafindo Persada. Hamka. 2006. Sejarah Umat Islam. Singapura: Pustaka Nasional.

Kenneth, Perry. 1949. Southeast Asia: Cross-roads of Religion. Chicago : University of Chicago Press

Munzir, Hitami. 2006.Sejarah Islam Asia Tenggara.Riau: Alaf

Supriyadi, Dedi. 2008. Sejarah Peradaban Islam. Bandung: Pustaka Setia.

Referensi

Dokumen terkait

Citra watermark hasil ekstraksi tahan terhadap serangan JPEG pada rasio kompresi diatas 60% ditunjukkan dengan nilai NC yang dihasilkan paling kecil 0.82..

Oleh sebab itu, sebelum menggunakan 3D Pageflip Professional guru harus mendesain tampilan modul elektronik dengan sangat menarik agar dalam proses pembelajaran siswa merasa

Tokoh dalam novel Dewi Kawi terdiri atas tokoh utama yakni Eling dan Kawi, tokoh sekunder yakni Podo, serta tokoh komplementer yakni tokoh komplementer seperti Bu Kidul dan

Dengan membiarkan siswa terlibat dalam konten pembelajaran fisika berbasis web, maka siswa akan dapat memahami tentang apa yang mereka inginkan dalam konten

Sumber data utama dalam penelitian kualitatif dengan metode studi kasus ini adalah dari proses wawancara yang penulis lakukan kepada sejumlah informan yang dirasa kredibel dan

Semua bentuk sediaan yang diberikan secara parenteral, larutan optalmik dan beberapa alat medis yang digunakan dalam hubungannya dengan pemberian bahan yang harus steril, bebas

Jika ingin melakukan edit pada data karyawan, lakukan pencarian data terlebih dahulu dengan mengetikkan NIK pada keyboard, setelah tampil data karyawan maka silahkan

Menurut Kepala Sekolah yaitu Luciana Fransiska bahwa motivasi itu diberikan kepada guru yang sudah lama (guru kontrak) yaitu dengan mengobrol untuk mengetahui apakah dia