PENGELUARAN NEGARA ISLAM Jenis Jenis Anggaran
Dalam negara modern sekuler, pada umumnya anggaran terdiri dari dua jenis, yakni anggaran rutin (Current Budget) dan anggaran pembangunan (Capital Budget). Current Budget disiapkan untuk membiayai pembiayaan rutin administrasi pemerintah, pertahanan negara, pengembalian utang dan pengeluaran lainnya. Capital Budget disiapkan untuk membiayai pengeluaran jangka panjang seperti untuk prasarana, lembaga pendidikan, fasilitas kesehatan, bendungan, jalan, dll.
Dalam Negara Islam anggarannya agak berbeda. Seluruh penerimaan dari zakat, ‘usyr, dan sedekah ditransfer ke Baitul Mal (Kas Negara) untuk membiayai pengeluaran bagi kesejahteraan fakir miskin, sedangkan penerimaan lain serta sumber sumber bukan pajak dialokasikan untuk membiayai pengeluaran administrasi pemerintahan, proyek pembangunan ekonomi, pembayaran utang negara dan lainnya yang memiliki karakter penerimaan dan modal.
Hal itu berarti bahwa anggaran dalam negara Islam juga terdiri dari dua macam: anggaran kesejahteraan (Welfare Budget) dan anggaran umum (General Budget). Sumber Welfare Budget adalah zakat dan sedekah, dan itu dikeluarkan menurut sasaran yang telah ditetapkan dalam al Qur’an surat At Taubah ayat 60 (9:60) yang terutama sekali menyangkut kesejahteraan dan peringanan beban fakir dan miskin. General Budget dibiayai dengan penerimaan pajak dan non pajak, dan dibelanjakan bagi semua pengeluaran rutin maupun pembangunan yang ada hubungannya dengan kegiatan administrasi negara secara umum.
Jika dana dari zakat dan sedekah untuk kaum fakir-miskin tidak mencukupi, maka negara harus mentransfer dananya dari General Budget ke Welfare Budget. Tetapi tidak boleh sebaliknya karena Allah SWT sendiri telah menetapkan sasaran pengeluaran bagi zakat dan sedekah.
Sistem Anggaran
pengeluaran dengan penerimaan. Dengan demikian tendisi Negara Sekuler adalah melakukan pengeluaran walau harus melebihi sumbernya. Pengeluaran raksasa diberbagai bidang dilakukan sekalipun terdapat kelangkaan sumber penerimaan, yang akhirnya akan berakibat kepada deficit yang cukup besar. Defisit tersebut didanai dengan pinjaman, baik internal maupun eksternal, mencetak uang dan sebagainya, yang pada akhirnya akan berakibat inflasi dan terkadang berujung pada resesi dan depresi ekonomi.