MAKALAH
DASAR-DASAR ILMU HUKUM
ISTILAH-ISTILAH DALAM ILMU HUKUM
DISUSUN OLEH :
MUHAMMAD NAUFAL ARYO JUDANTO
FAKULTAS HUKUM JURUSAN ILMU HUKUM
(GKB)
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada saya,
sehingga saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Istilah-istilah Dalam Ilmu Hukum”.
Makalah ini di susun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang “Istilah-istilah Dalam Ilmu Hukum”, yang saya sajikan berdasarkan
pengamatan dari berbagai sumber. Makalah ini di susun dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari diri penyusun maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Tuhan akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.
Semoga makalah ini dapat memberikan pengetahuan yang lebih luas kepada pembaca. Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan rasa maaf yang tinggi sekiranya bisa memaklumi hal tersebut.
Akhir kata saya berharap semoga makalah yang berjudul “Istilah-istilah Dalam Ilmu Hukum” ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.
Mataram,5 November 2017
KATA PENGANTAR... i
DASTAR ISI... ii
BAB I PENDAHULUAN... 1
A. Latar Belakang... 1
B. Rumusah Masalah... 1
C. Tujuan... 2
BAB II PEMBAHASAN... 3
A. Masyarakat Hukum... 3
B. Hubungan Hukum... 4
C. Perubahan Hukum... 7
D. Peristiwa Hukum... 12
E. Akibat Hukum... 12
F. Subjek Hukum... 13
G. Objek Hukum... 14
H. Hak dan Kewajiban... 15 BAB III PENUTUP
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Sejak dahulu, manusia hidup bersama. Berkelompok membentuk masyarakat tertentu, mendiami suatu tempat, dan menghasilkan kebudayaan sesuai dengan keadaan dan tempat tersebut. Manusia sebagai makhluk individu mempunyai kehidupan jiwa yang menyendiri, namun manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat dipisahkan dari masyarakat. Tiap manusia mempunyai sifat, watak, dan kehendak sendiri. Dalam masyarakat manusia mengadakan hubungan satu sama lain. Setiap manusia memiliki kepentingan, dan kadang kepentingan tersebut berlainan bahkan ada juga yang bertentangan, sehingga dapat
menimbulkan perselisihan. Apabila perselisihan itu dibiarkan, maka
mungkin akan timbul perpecahan dalam masyarakat. Oleh karena itu, dari pemikiran manusia dalam masyarakat dan makhluk sosial, kelompok manusia menghasilkan suatu kebudayaan yang bernama aturan hukum tertentu yang mengatur segala tingkah lakunya agar tidak menyimpang dari hati sanubari manusia. Dalam makalah ini akan membahas mengenai “Istilah-Istilah dalam Ilmu Hukum” yang akan memberikan gambaran pada kita tentang hukum itu sendiri.
B. Rumusah Masalah
Dilihat dari latar belakang di atas maka dapat diambil rumusan masalahnya adalah sebagai berikut:
7. Apa pengertian Objek Hukum ? 8. Apa pengertian Hak dan Kewajiban C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
BAB II PEMBAHASAN A. Masyarakat Hukum
Manusia itu hakekatnya adalah makhluk sosial, mempunyai keinginan untuk hidup bermasyarakat dengan manusia-manusia lain. Artinya setiap manusia mempunyai keinginan untuk berkumpul dan mengadakan hubungan satu sama lain sesamanya.
Suatu masyarakat yang menetapkan tata hukumnya bagi masyarakat itu sendiri dan oleh sebab itu turut serta sendiri dalam berlakunya tata hukum itu, artinya tunduk sendiri kepada tata hukum itu, disebut “masyarakat hukum”.[1]
Oleh karna norma hukum bagi suatu masyarakat ditetapkan sendiri oleh masyarakat yang bersangkutan, maka mudahlah dipahami kalau norma hukum yang berlaku pada suatu masyarakat tertentu, tidak selalu sama dengan norma hukum yang berlaku pada masyarakat tentu akan
menetapkan hukum yang berlaku bagi warganya sesuai dengan falsafah hidupnya, ekonomi, sosial, dan budaya serta kenyataan-kenyataan lain yang perlu diperhatikan, agar mencerminkan keadilan.
Masyarakat hukum ada bermacam-macam, yang kecil misalnya desa, sedangkan yang besar dalam bentuk yang modern ialah negara. Melihat pada hubungan yang diciptakan anggotanya, maka masyarakat dapat dibedakan atas 2 (dua) macam, yaitu:
(1) Masyarakat “paguyuban” (gameinschaft), ialah masyarakat yang hubungan antara anggotanya erat sekali yang bersifat pribadi dan terjadi ikatan batin antara anggotanya. Misalnya keluarga (rumah tangga), perkumpulan berdasarkan agam, dan sebagainya.
dan tidak ada ikatan batin antara anggotanya, tetapi karena adanya kepentingan kebendaan (mencari keuntungan) secara bersama-sama. Selain sudah dikodratkan manuisa itu mempunyai keinginan untuk hidup bermasyarakat, banyak faktor pendorong lain untuk hidup bermasyarakat, yaitu: kebutuhan biologis, persamaan nasib, persamaan kepentingan, persamaan ideologi, persamaan agama, persamaan bahasa, persamaan kebudayaan, persamaan keinsafan bahwa mereka berdiam dalam wilayah yang sama, persamaan tujuan, dan sebagainya.
B. Hubungan Hukum
Hubungan hukum adalah hubungan yang terjadi dalam masyarakat baik antara subjek dengan subjek hukum maupun antara subjek dengan objek hukum, yang diatur oleh hukum dan menimbulkan akibat hukum.
Hubungan hukum terdiri atas individu dengan individu dan antara individu dengan masyarakat dan seterusnya yang bercermin pada hak dan
kewajiban.
Hubungan hukum memerlukan syarat-syarat antara lain :
a. Ada dasar hukumnya, yaitu peraturan hukum yang mengatur hubungan itu.
b. Ada peristiwa hukum, yaitu terjadi peristiwa hukumnya. C. Perubahan Hukum
Perubahan hukum menurut R. Otje Salman, SH, pada hakikatnya dimulai dari adanya kesenjangan antara keadaan-keadaan yang terjadi di dalam masyarakat dengan pengaturannya oleh hukum. Tuntutan bagi terjadinya perubahan hukum timbul manakala kesenjangan tersebut sudah tidak dapat diterima lagi, sehingga kebutuhan akan perubahan semakin mendesak.
umumnya memakai bentuk tertulis. Memang dengan bentuk ini kepastian hukum lebih terjamin, namun ongkos yang harus dibayarnya pun cukup mahal, yaitu berupa kesulitan untuk melakukan adaptasi yang cukup cepat terhadap perubahan yang terjadi disekelilingnya.
Perubahan hukum dapat dimulai oleh perubahan gradual dalam nilai-nilai dan sikap-sikap masyakarat. Masyarakat akan berpikir bahwa kemiskinan adalah hal yang buruk dan hukum harus dibuat untuk menguranginya dengan satu atau berbagai cara. Masyarakat dapat menghujat
penggunaan hukum karena lebih lanjut telah menambah praktek-praktek diskriminasi rasial di dalam pemilihan suara, perumahan, lapangan kerja, pendidikan, dan semacamnya, dan akan mendukung
perubahan-perubahan yang melarang penggunaan hukum untuk maksud-maksud ini. Masyarakat akan berpikir bahwa pebisnis tidak akan begitu bebas untuk menjual semua jenis makanan ke pasar tanpa adanya inspeksi
pemerintah yang memadai, atau terbang dengan pesawat yang belum memenuhi standar keselamatan pemerintah, atau mempertontonkan apa saja di televisi semau yang punya stasiun televisi. Sehingga hukum harus diundangkan semestinya, dan lembaga-lembaga regulatori harus
berfungsi seperti seharusnya. Dan masyarakat akan berpikir bahwa praktek aborsi adalah tidak jahat, atau praktek kontrasepsi adalah
diinginkan, atau bahwa perceraian adalah tidak amoral. Oleh sebab itulah hukum dalam beberapa kejadian tersebut harus mengalami perubahan, atau harus direvisi kembali sesuai dengan standar yang dibutuhkan oleh masyarakat itu sendiri.
hukum sangatlah penting, karena hukum merepresentasikan kewenangan negara dan kekuasaan pemberian sanksinya.
Dari situlah kemudian dapat dipahami bahwa perubahan hukum
merupakan suatu konsekwensi yang terjadi pada sistem hukum, sehingga menurut sebagian kalangan menyatakan bahwa hidup matinya hukum itu bergantung pada perubahan sosial yang terjadi. Jadi perubahan hukum itu berfungsi menjembatani keinginan-keinginan manusia agar tidak timbul prilaku yang anarkis, destruktif, kondisi chaos, dan selainnya. Oleh sebab itulah perubahan hukum yang terjadi akan berujung pada pengaturan secara tertulis (sebagai suatu dokumen yang sah menurut hukum
modern), sehingga siapapun harus tunduk pada apapun yang telah diatur dalam perubahan hukum tersebut.
- Pandangan Terhadap perubahan Hukum
Menurut para ahli hukum, Hukum itu harus selalu dinamis (tidak boleh statis), dan harus dapat mengayomi masyarakat, hukum harus dapat dijadikan penjaga ketertiban, ketentraman, dan pedoman tingkah laku dalam kehidupan masyarakat. Kemudian hukum harus dapat dijadikan pembaru dalam kehidupan berbangsa dan bernegara yang harus terbentuk dengan berorientasi kepada masa depan (for word looking), bukan ke masa lampau (back word looking), oleh sebab itulah hukum harus dapat dijadikan pendorong dan pelopor untuk mengubah kehidupan masyarakat kepada yang lebih baik dan lebih bermanfaat.
Terkait dengan perubahan hukum ini ada dua pandangan yang saling tarik menarik, dan keduanya saling memiliki alasan pembenarnya masing-masing, yaitu: Pandangan tradisional dan pandangan modern.
- Pandangan Tradisional
kejadian-kejadian yang terjadi dalam suatu tempat, dan selalu berada dibelakang pristiwa yang terjadi (het recht hinkt achter de feiten aan). Jadi perubahan hukum itu terjadinya belakangan.
- Pandangan Modern
Pandangan ini berbeda dengan tradisional, karena dalam pandangan ini hukum diusahakan agar dapat menampung segala perkembangan baru, oleh sebab itu hukum harus selalu berada bersamaan dengan pristiwa yang terjadi. Jadi jelas bahwa dalam pandangan ini hukum berperan sebagai alat untuk rekayasa sosial (law a tol of social egineering). Untuk lebih lanjut tentang kedua pandangan ini akan dipaparkan dalam bahasan selanjutnya yang terkait dengan hubungan antara perubahan hukum dengan perubahan sosial.
- Faktor-Faktor Penyebab Perubahan Hukum
Terjadinya perubahan hukum tentunya dipicu oleh beberapa faktor, diantaranya adalah faktor sosial, globalisasi, budaya hukum masyarakat, dan perkembangan lainnya yang mempengaruhi perkembangan hukum dan masyarakat.
Kemudian yang berperan sebagai pengubah hukum bisa jadi lembaga pengadilan, lembaga masyarakat, atau bahkan dari lembaga hukum itu sendiri.
Hukum yang efisien dan efektif adalah hukum yang bisa mencapai visi dan misinya untuk memberikan kebahagiaan terbesar kepada jumlah terbanyak (the greates happines for the greats people).
- Teori Pragmatic Legal Realism (Roscoe Pound);
Hukum dapat meminpin perubahan dalam masyarakat, karena fungsi hukum itu sebagai alat rekayasa sosial (law as atool of social
engineering).
- Teori Hukum Pembangunan (Mochtar kusumaatmadja);
Hukum yang dibuat harus sesuai dan harus memerhatikan kesadaran hukum masyarakat. Dan hukum itu tidak akan terlepas dari nilai-nilai yang ada di masyarakat, sehingga hukum itu berfungsi sebagai pengubah masyarakat (sesuai dengan pendapat Pound).
- Teori Perubahan Sosial (Soleman B Toneko);
Bekerjanya hukum dalam masyarakat akan menimbulkan situasi tertentu. Apabila hukum itu berlaku efektif, maka akan menimbulkan perubahan, dan perubahan itu dapat dikategorikan sebagai perubahan sosial. - Dan Teori Sosiologi Fungsional (Thomas T. O’Dea).
Agama dijadikan sebagai dasar untuk memberikan penilaian terhadap norma-norma, sehingga dalam perubahan hukum itu harus
memperhatikan keberadaan agama.
Dari beberapa teori yang dipaparkan tersebut, terlihat bahwa masing-masing teori yang ditawarkan oleh para ahli tersebut memiliki keterkaitan antara terjadinya perubahan hukum serta perubahan masyarakat.
D. Peristiwa Hukum
Peristiwa hukum atau kejadian hukum (rechtsfert atau rechtsfeit)
hakekatnya adalah peristiwa-peristiwa dalam masyarakat yang membawa akibat yang diatur oleh hukum. Dengan kata lain peristiwa hukum adalah peristiwa-peristiwa dalam masyarakat yang akibatnya diatur oleh hukum. Misalnya, perkawinan antara pria dan wanita, akan membawa bersama dari peristiwa hokum itu hak-hak dan kewajiban-kewajiban baik untuk pihak laki-lakin yang kemudian bernama suami denhgan seangkaian hak dan kewajiban-kewajibannya. Demikian pula pihak wanita yang kemudian bernama istri dengan serangkaian hak dan kewajibannya. Maka
perkawinan ini hakikatnya adalah suatu peristiwa hukum, walaupun dilihat dari sudut lain misalnya dapat dinamakan sebagai lembaga hukum
(institusi hukum). E. Akibat Hukum
Akibat hukum adalah suatu akibat yang ditimbulkan oleh hukum, terhadap suatu perbuatan yang dilakukan oleh subjek hukum (Achmad Ali,
2008:192). Akibat hukum merupakan suatu akibat dari tindakan yang dilakukan, untuk memperoleh suatu akibat yang diharapkan oleh pelaku hukum. Akibat yang dimaksud adalah akibat yang diatur oleh hukum, sedangkan tindakan yang dilakukan merupakan tindakan hukum yaitu tindakan yang sesuai dengan hukum yang berlaku. (Soeroso, 2006:295) Akibat hukum adalah akibat yang ditimbulkan oleh suatu peristiwa hukum, yang dapat berwujud:
- Lahir, berubah atau lenyapnya suatu keadaan hukum. Contohnya, akibat hukum dapat berubah dari tidak cakap hukum menjadi cakap hukum ketika seseorang berusia 21 tahun.
berhadapan dengan hak dan kewajiban pihak yang lain. Contohnya, X mengadakan perjanjian sewa-menyewa rumah dengan Y, maka lahirlah hubungan hukum antara X dan Y apabila sewa menyewa rumah berakhir, yaitu ditandai dengan dipenuhinya semua perjanjian sewa-menyewa tersebut, maka hubungan hukum tersebut menjadi lenyap.
- Lahirnya sanksi apabila dilakukan tindakan yang melawan hukum. Contohnya, seorang pencuri diberi sanksi hukuman adalah suatu akibat hukum dari perbuatan si pencuri tersebut yaitu, mengambil barang orang lain tanpa hak dan secara melawan hukum. (Soeroso, 2006:295).
Akibat hukum merupakan suatu peristiwa yang ditimbulkan oleh karena suatu sebab, yaitu perbuatan yang dilakukan oleh subjek hukum, baik perbuatan yang sesuai dengan hukum, maupun perbuatan yang tidak sesuai dengan hukum.
F. Subjek Hukum
Istilah subjek hukum berasal dari terjemahan Bahasa Belanda
rechtsubject atau law of subject (Inggris). Secara umum rechtsubject diartikan sebagai pendukung hak dan kewajiban yaitu manusia dan badan hukum. Menurut Soedjono Dirjisosworo Subjek hukum atau subject van een recht; yaitu “ orang” yang mempunyai hak, manusia pribadi atau badan hukum yang berhak, berkehendak atau melakukan perbuatan hukum. Badan hukum adalah perkumpulan atau organsasi yang didirikan dan dapat bertindak sebagai subyek hukum, misalnya dapat memiliki kekayaan, mengadakan perjanjian dan sebagainya. Sedangkan perbuatan yang dapat menimbulakan akibat hukum yakni tindakan seseorang
berdasarkan suatu ketentuan hukum yang dapat menimbulkan hubungan hukum, yaitu, akibat yang timbul dari hubungan hukum seperti perkawinan antara laki-laki dan wanita, yang oleh karenanya memberikan dan
Subjek hukum memiliki kedudukan dan peranan yang sangat penting di dalam bidang hukum, khususnya hukum keperdataan karena subjek hukum tersebut yang dapat mempunyai wewenang hukum. Menurut ketentuan hukum, dikenal dua macam subjek hukum yaitu Manusia dan Badan Hukum.
1. Manusia sebagai Subjek Hukum
“Manusia” adalah pengertian “biologis” ialah gejala dalam alam, gejala biologika, yaitu makhluk hidup yang mempunyai pancaindera dan mempunyai budaya. Sedangkan “orang” adalah pengertian yuridis ialah gejala dalam hidup masyarakat. Dalam hokum menjadi pusat perhatian adalah orang atau persoon.
Setiap orang adalah subjek hukum (rechtspersoonlijkheid) yakni pendukung hak dan kewajiban. Namun tidak setiap orang cakap untuk melakukan perbuatan hukum diwakili oleh orang tuanya, walinya atau pengampunya (curator). Sedangkan penyelesaian hutang-piutang orang yang dinyatakan pailit dilakukan oleh Balai Harta Peninggalan
(wesskamer). 2. Badan Hukum
Dalam pergaulan hukum di tengah-tengah masyarakat, ternyata manusia bukan satu-satunya subjek hukum (pendukung hak dan kewajiban), tetapi masih ada subjek hukum lain yang sering disebut “Badan hukum”
(rechtspersoon).
Adanya badan hukum (rechtspersoon) di samping manusia
(natuurlijkpersoon) adalah suatu realitas yang timbul sebagai suatu
mempersatukan diri dengan membentuk suatu organisasi dan memilih pengurusnya untuk mewakili mereka. Mereka juga memasukkan harta-kekayaan mereka masing-masing menjadi milik bersama, dan
menetapkan peraturan-peraturan intern yang hanya berlaku dikalangan mereka anggota organisasi itu. Dalam pergaulan hukum, semua orang-orang yang mempunyai kepentingan perlu sebagai “kesatuan yang baru” yang mempunyai hak-hak dan kewajiban-kewajiban anggota-anggotanya serta dapat bertindak hukum sendiri.
G. Objek Hukum
Objek hukum ialah segala sesuatu yang berguna bagi subjek hukum (manusia atau badan hukum) dan yang dapat menjadi pokok (objek) suatu hubungan hukum, karena sesuatu itu dapat dikuasai oleh subjek hukum. Dalam hal ini tentunya sesuatu itu mempunyai harga dan nilai, sehingga memerlukan penentuan siapa yang berhak atasnya, seperti benda-benda bergerak ataupun tidak bergerak yang memiliki nilai dan harga, sehingga penguasanya diatur oleh kaidah hukum.
Dalam sistem hukum perdata Barat (BW) yang ebrlaku di Indonesia. Pengertian zaak (benda) sebagai objek hukum tidak hanya meliputi “benda yang berwujud” yang dapat ditangkap dengan pancaindera, akan tetapi juga “benda yang tidak berwujud”, yakni hak-hak atas barang yang berwujud.
Perbedaan pandangan ini kata Wirjono Prodjodikoro, disebabkan karena perbedaan cara berpikir orang-orang Indonesia asli cenderung pada kenyataan belaka (conkreet denken), sedangkan cara bepikir orang-orang Barat cenderung pada hal yang hanya berada dalam pikiran belaka. H. Hak dan Kewajiban
1. Pengertian Hak
Hak adalah segala sesuatu yang harus di dapatkan oleh setiap orang yang telah ada sejak lahir bahkan sebelum lahir. Di dalam Kamus Bahasa Indonesia hak memiliki pengertian tentang sesuatu hal yang benar, milik, kepunyaan, kewenangan, kekuasaan untuk berbuat sesuatu (karena telah ditentukan oleh undang-undang, aturan, dsb), kekuasaan yang benar atas sesuatu atau untuk menuntut sesuatu, derajat atau martabat. Sedangkan kewajiban adalah sesuatu yang wajib dilaksanakan, keharusan (sesuatu hal yang harus dilaksanakan). Di dalam perjalanan sejarah, tema hak relatif lebih muda usianya dibandingkan dengan tema kewajiban, walaupun sebelumnya telah lahir . Tema hak baru “lahir” secara formal pada tahun 1948 melalui Deklarasi HAM PBB, sedangkan tema kewajiban (bersifat umum) telah lebih dahulu lahir melalui ajaran agama di mana manusia berkewajiban menyembah Tuhan, dan berbuat baik terhadap sesama.
Jenis-jenis hak dapat dibedakan menjadi: Hak Legal dan Hak Moral
DAFTAR PUSTAKA
https://hayyusuharyo.wordpress.com/2013/06/21/istilah-istilah-dalam-ilmu-hukum/
http://ahmadmarzukinst.blogspot.co.id/2013/03/perubahan-hukum-dan-perubahan-sosial.html
http://www.suduthukum.com/2017/01/pengertian-akibat-hukum.html